• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI KELUARGA BERENCANA DI KECAMATAN SERENGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI KELUARGA BERENCANA DI KECAMATAN SERENGAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 23

HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI KELUARGA

BERENCANA DI KECAMATAN SERENGAN

Devi Pramita Sari

APIKES Citra Medika Surakarta

ABSTRAK

Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang keadaan organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 20 – 45 tahun. PUS harus memiliki pengetahuan untuk memilih kontrasepsi yang tepat dalam rangka mewujudkan program Keluarga Berencana (KB) dan mencegah Penyakit Menular Seksual (PMS) yang dapat menjangkiti baik pria maupun wanita PUS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi Pasangan Usia Subur dengan pemilihan kontrasepsi di Kecamatan Serengan.

Penelitian ini dilakukan menggunakan survei deskriptif metode kuantitaif dengan pendekatan cross sectional study. Obyek penelitian adalah pengetahuan kesehatan reproduksi dan pemilihan kontrasepsi PUS di Kecamatan Serengan. Subyek penelitian diambil secara cluster random sampling melalui penyebaran kuesioner. Analisis data menggunakan uji chi-square.

Hasil penelitian ini adalah Pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) tentang kesehatan reproduksi baik 28,90%, cukup 50,87%, dan kurang 20,23%. Pemilihan kontrasepsi yang paling banyak menggunakan metode kontrasepsi hormonal yaitu jumlah keseluruhan sebanyak 115 responden, sedangkan kontrasepsi non hormonal sebanyak 58 responden. Berdasarkan hasil uji Chi-Square nilai p sebesar 0,000 (p<0,05) maka Ho ditolak. Ada hubungan antara pengetahuan Kesehatan Reproduksi Pasangan Usia Subur Dengan Pemilihan Kontrasepsi Untuk Program KB Di Kecamatan Serengan.

Kesimpulan ada hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi Pasangan Usia Subur dengan pemilihan kontrasepsi di Kecamatan Serengan. Saran sebaiknya PUS mendapatkan pengetahun kesehatan reproduksi tentang pemilihan kontrasepsi program KB sesuai dengan yang dibutuhkan.

Kata kunci : Pasangan usia subur, pengetahuan, kesehatan reproduksi, pemilihan, kontrasepsi.

PENDAHULUAN

Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang keadaan

(2)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 24

tingkat kesuburan maka usia subur wanita berlagsung lebih cepat dari pada pria. Puncak kesuburan pada istri sebagai Wanita Usia Subur (WUS) ada pada rentang usia 20 – 29 tahun memiliki kesempatan 95 % untuk hamil, usia 30-an prosentasenya menurun menjadi 90%, memasuki usia 40 tahun kesempatan untuk hamil menjadi 40%, dan setelah usia 40 tahun hanya punya maksimal 10% kesempatan untuk hamil (Saifudin, 2010).

Pengetahuan kesehatan reproduksi adalah pengetahuan yang memungkinkan proses reproduksi dapat tercapai secara sehat baik fisik, mental, maupun sosial yang bukan hannya tidak adanya penyakit. Ruang lingkup dari pengetahuan kesehatan reproduksi dianatara adalah kesehatan ibu dan bayi baru lahir, Keluarga Berencana (KB), pencegahan dan penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) atau Penyakit Menular Seksual (PMS), aborsi, Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR), infertilitas, dan kanker (Depkes RI, 2008).

Pengetahuan tentang metode kontra sepsi adalah tahu tentang ragam metode kontrasepsi yang tersedia meliputi keamanan dan cara pemakaian metode­metode tersebut, kontrasepsi yang mereka pilih,

efek samping, dan

komplikasinya (Pendit, 2007).

Menurut WHO Kesehatan reproduksi adalah keadaan yang memungkinkan proses reproduksi dapat tercapai secara sehat baik fisik, mental, maupun sosial yang bukan hannya tidak adanya penyakit. Kesehatan reproduksi pasangan usia subur adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh pasangan usia subur (BKKBN Jawa Tengah, 2008).

(3)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 25

terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, besarnya keluarga yang diinginkan, kerjasama pasangan, dan norma budaya mengenai kemampuan mempunyai anak (Kusumaningrum, 2009).

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma tersebut (Prawirohardjo, 2009).

Kontrasepsi yang ideal harus memenuhi syarat­syarat diantaranya adalah aman, tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan, daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan, tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan hubungan seksual, tidak memerlukan motivasi

terus­menerus, mudah pelaksanaannya, murah harganya sehingga dapat

terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dapat diterima

penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan (Prabowo, 2011).

METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan menggunakan survei deskriptif metode kuantitaif dengan pendekatan cross sectional study. Obyek penelitian adalah pengetahuan kesehatan reproduksi dan pemilihan kontrasepsi Pasangan Usia Subur di Kecamatan Serengan. Subyek penelitian diambil secara cluster random sampling (pencuplikan klaster) yang dilakukan melalui penyebaran kuesioner. Analisis data kuantitatif menggunakan uji hubungan chi-square.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Kecamatan Serengan termasuk dalam wilayah di Kota Surakarta. Kecamatan Serengan terdiri dari 7 kelurahan yaitu Kelurahan Kemlayan, Jayengan, Kratonan, Tipes, Serengan, Danukusuman, dan Joyontakan.

(4)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 26

dari jumlah penduduk di Kecamatan Serengan diantaranya juga adalah Pasangan Usia Subur 20-45 tahun yaitu sebanyak 30.006 orang (47%) yang terdiri dari Pasangan Usia Subur laki-laki sebanyak 14.448 orang dan Pasangan Usia Subur perempuan sebanyak 15.558 orang.

Tabel 1 Distribusi Jumlah Penduduk di Kecamatan Serengan Surakarta

Umur Jenis Kelamin Jumlah

Laki-Laki Perempuan

0 - 4 3.018 2.514 5.532

5 - 9 2.795 3.351 6.146

10-14 3.209 3.264 6.473

15-19 3.541 3.525 7.066

20-24 3.705 3.949 7.654

25-29 3.655 4.024 7.679

30-39 3.822 4.287 8.109

40-49 3.266 3.298 6.564

50-59 2.506 2.863 5.369

≥ 60 1.662 1.584 3.246

Sumber: Monografi Kecamatan Serengan Tahun 2015

Tabel 2 Pengetahuan Kesehatan Reproduksi

No. Pengetahuan Jumlah Prosentase

1. Baik 50 28,90% 2. Cukup 88 50,87% 3. Kurang 35 20,23 %

Total 173 100%

Dari pengumpulan data dan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden Pasangan Usia Subur (PUS) yang berpengetahuan baik berjumlah 50 orang dengan presentase 28,90%,

responden berpengetahuan cukup sejumlah 88 orang dengan presentase 50,87%, dan responden yang berpengetahuan kurang sejumlah 35 orang dengan presentase 20,23%. Dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar pengetahuan responden PUS tentang kesehatan reproduksi adalah cukup yaitu sebanyak 88 responden (50,87%).

Tabel 3 Distribusi Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Tentang Kontrasepsi

No. Pengetahuan

kesehatan reproduksi tentang kontrasepsi

Benar Salah

1. Tujuan kontrasepsi 48,3% 51,6% 2. Macam kontrasepsi

hormonal

30% 70%

3. Umur terhadap pemakaian kontrasepsi

98,3% 1,7%

4. Mekanisme kerja 38,3% 61,7% 5. Keuntungan yang

didapat

23,3% 76,7%

6. Kerugian yang didapat 31,67% 68,3% 7. Pengetahuan umum

kontrasepsi

8,3% 91,7%

Tabel 4 Pemilihan Kontrasepsi PUS

No. Pengetahuan Jumlah Prosentase 1. Metode Kontrasepsi

Non Hormonal

58 34%

2. Metode Kontrasepsi Hormonal

115 66 %

(5)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 27

Dari pengumpulan data dan tabel dapat diketahui bahwa dari 173 responden Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan metode kontrasepsi non hormonal sebanyak 58 orang dengan prosentase sebanyak 34%, sedangkan responden yang menggunakan metode kontrasepsi hormonal sebanyak 115 orang dengan prosentase 66%. Kemudian dapat disimpulkan bahwa, responden Pasangan Usia Subur lebih banyak menggunakan metode kontrasepsi hormonal.

Tabel 5 Hasil Tabulasi Silang

Tingkat Pengetah uan

Pemilihan Penggunaan Alat Kontrasepsi

Total

Non Hormonal

Hormonal

Σ % Σ % Σ %

Baik 50 86,21 15 13,04 65 37,57

Cukup 5 8,62 90 78,26 95 54,91

Kurang 3 5,17 10 8,70 13 7,51

Jumlah 58 100 115 100 17

3 100

Berdasarkan hasil dari pengumpulan data dan tabel di atas, yang menggunakan metode kontrasepsi non hormonal dengan tingkat pengetahuan baik berjumlah 50 orang (86,21%), cukup berjumlah 5 orang

(8,62%), dan kurang berjumlah 3 orang (5,17%). Kemudian yang menggunakan metode kontrasepsi hormonal dengan tingkat pengetahuan baik berjumlah 15 orang (13,04%), cukup 90 orang (78,26%), dan kurang berjumlah 10 orang (8,70%).

Tabel 6. Hasil Analisis Statistik Chi-Square

Value Df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-sided) Pearson

Chi- Square a

17.305 2 .000 .000

Likelihood Ratio

17.614 2 .000 .000

Fisher's Exact Test

16.768 .000

Linear- by- Linear Association

b

11.923 1 .001 .001

Pembahasan

(6)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 28

berpengetahuan kurang sejumlah 35 orang dengan presentase 20,23%. Tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi berupa kontrasepsi adalah tahu tentang ragam metode kontrasepsi yang tersedia, keamanan dan cara pemakaian metode tersebut, kontrasepsi yang mereka pilih, dan pengetahuan tentang kemungkinan efek samping dan komplikasinya.

Masih adanya responden yang memiliki pengetahuan dalam katagori kurang yaitu 20,23% dikarenakan beberapa hal yang mempengaruhi yaitu kurangnya informasi mengenai alat kontrasepsi beserta efek samping, kontraindikasi, kekurangan, dan kelebihan. Hal ini dikarenakan beberapa Pasangan Usia Subur (PUS) jarang mengikuti penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi tentang kontrasepsi. Rata-rata Pasangan Usia Subur mendapatkan informasi mengenai kontrasepsi dengan cara bertukar pikiran atau pendapat serta pengalaman.

Manfaat pengetahuan bagi manusia tidak terhitung jumlahnnya, dari waktu ke waktu ilmu pengetahuan

telah mengubah manusia. Dengan ilmu pengetahuan, manusia menemukan sesuatu untuk menjawab setiap keingintahuannya, dan menentukan yang terbaik untuk dirinya termasuk menentukan jenis kontrasepsi yang digunakan.

Hasil penelitian didapatkan responden yang menggunakan metode kontrasepsi non hormonal yaitu sebanyak 58 responden. Sedangkan responden yang menggunakan kontrasepsi hormonal sebanyak 115 responden.

(7)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 29

sesuai dengan kondisi dan keadaan ibu, dan ibu bisa lebih pintar dalam memilih alat kontrasepsi secara efektif dan efisien.

Dalam memilih suatu metode kotrasepsi seorang wanita harus mengetahui bagaimana penggunaan kontrasepsi akan mempengaruhi gaya hidup mereka, kadang-kadang suatu metode kontrasepsi tidak dapat diterima oleh seorang wanita hanya karena metode tersebut dapat menganggu kegiatan rutin, misalnya implant yang memerlukan pembedahan, kontrasepsi pil yang harus diminum setiap hari, dan kontrasepsi suntik yang diharuskan rutin setiap jadwal dilakukan suntik.

Dengan melihat dari hasil penelitian, pemilihan penggunaan kontrasepsi hormonal paling banyak digunakan daripada penggunaan kontrasepsi non hormonal. Hal ini harus diwaspadai, karena bila pemilihan penggunaan kontrasepsi hormonal semakin tinggi, ditakutkan angka kegagalan akan semakin tinggi, sehingga angka kelahiran akan semakin tinggi pula. Maka,untuk mengurangi penggunaan kontrasepsi hormonal dan

meningkatkan penggunaan kontrasepsi non hormonal, tenaga kesehatan harus lebih rajin untuk melakukan penyuluhan tentang kontrasepsi non hormonal.

Jumlah alat kontrasepsi yang tersedia sangat beragam dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Seorang Pasangan Usia Subur (PUS) wanita yang ingin menggunakan alat kontrasepsi harus membekali diri dengan pengetahuan. Pengetahuan menentukan presepsi seseorang terhadap pentingnya suatu hal, termasuk pentingnya keikutsertaan dalam KB.

Pada uraian di atas, maka diperoleh pengetahuan mempengaruhi seseorang dalam pemilihan penggunaan kontrasepsi. Rasa ingin tahu responden tentang kontrasepsi yang tepat untuk dirinya serta KIE (Komunikasi, Edukasi, dan Informasi) dari petugas kesehatan keduannya sangat berpengaruh pada tepat atau tidaknya peserta KB menentukan jenis kontrasepsi yang akan digunakan.

(8)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 30

hormonal, karena Pasangan Usia Subur yang berpengetahuan baik tentang metode kontrasepsi, termasuk tahu tentang keamanan, cara pemakaian, efek samping dan komplikasi metode kontrasepsi, cenderung akan memilih metode kontrasepsi non hormonal.

Berdasarkan penelitian, maka dapat diperoleh H0 ditolak dan H1 diterima artinya “Ada Hubungan Antara Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Pasangan Usia Subur Dengan Pemilihan Kontrasepsi Untuk Program KB Di Kecamatan Serengan“

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) tentang kesehatan reproduksi adalah baik sebesar 28,90%, cukup 50,87%, dan kurang 20,23%.

2. Pemilihan penggunaan kontrasepsi Pasangan Usia Subur (PUS) yang paling banyak menggunakan metode

kontrasepsi hormonal yaitu jumlah keseluruhan sebanyak 115 responden, sedangkan kontrasepsi non hormonal sebanyak 58 responden.

3. Berdasarkan hasil uji Chi-Square nilai p sebesar 0,000 (p<0,05) maka Ho ditolak dan H1 diterima.

4. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan Kesehatan Reproduksi Pasangan Usia Subur Dengan Pemilihan Kontrasepsi Untuk Program KB Di Kecamatan Serengan.

Saran

(9)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 31

pengirim oleh peneliti, sehingga responden bersedia mengirim angket kembali. Diharapkan peneliti lain juga dapat mengembangkan dan meningkatkan dalam hal jumlah populasi, teknik sampling dan metode penelitian yang lebih baik. Sebaiknya peneliti lain meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan jenis kontrasepsi non IUD pada akseptor KB seperti faktor tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, status ekonomi, agama, penerimaan informasi tentang KB dan dukungan suami.

DAFTAR PUSTAKA

BKKBN Jawa Tengah. 2008. Buku Pedoman Konseling Kesehatan Reproduksi PUS. BKKBN Jawa Tengah: Jawa Tengah

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Program Kesehatan Reproduksi Dan Pelayanan Integratif Di Tingkat Pelayanan Dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan

Kusumaningrum, R. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kontrasepsi Yang Digunakan Pada Pasangan Usia Subur. Jurnal Kesehatan Masyarakat FKM UNDIP. Vol. 3, No. 2, Juni 2013: 16-18

Pendit. 2007. Buku Panduan Konseling KB. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan

Prabowo. 2011. Materi Advokasi Dan KIE KB Program Nasional. Jakarta: Gunung Mulia

Prawirohardjo. 2009. Panduan Praktis Pemilihan Kontrasepsi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Gambar

Tabel 4 Pemilihan Kontrasepsi PUS

Referensi

Dokumen terkait

pertanian jika tidak tersedia maka dapat digantikan dengan jenis produk agronomi yang lain..  Produk hasil pertanian baik

Pada tahapan organizations ini, terlihat bahwa responden mendapatkan pengorganisasian setelah menyeleksi media-media atau fasilitas penunjang yang telah tersedia. Hal

IDN-Global meletakkan pengaruh dalam pendewasaan diaspora Indonesia melalui dua aspek, yakni aspek sosial-politik dan aspek ekonomi. Adapun dalam aspek sosial dan

Tulis Identitas Peserta (Nama, Sekolah, Kab/Kota, Propinsi) pada setiap halaman lembar jawaban Pilihan Ganda dan Isian/Essay. Tulis mata pelajaran yang diujikan dan Tingkat

Menurut Pretty dan Guijt dalam Mikkelson (2001) menjelaskan implikasi praktis dari pendekatan ini: “Pendekatan pembangunan partisipasi harus dimulai dengan orang-orang yang

ad* b)» Xalau kita baoa bunyi dari paoal 1601 b Btff maka da* patlah kita oimpulkon batata, oobelum waktu yang di- perjanjikan dalaa suatu porjanjian pemborongan itu habio,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran Numbered Heads Together efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD 3 Panjunan

Sedangkan menurut Mulyasa (2007:24) dalam Manajemen Berbasis Sekolah, MBS adalah merupakan salah satu wujud dari reformasi pendidikan yang menawarkan kepada sekolah untuk