GARIS
BESAR
PROGRAM
PEMBELAJARAN
BANK
&
LEMBAGA
KEUANGAN
1
IV.
ARSITEKTUR
PERBANKAN
INDONESIA
(
A
P
I
)
A.
Pendahuluan
Arsitektur
Perbankan
Indonesia
(API)
merupakan
suatu
kerangka
dasar
sistem
perbankan
Indonesia
yang
bersifat
menyeluruh
dan
memberikan
arah,
bentuk,
dan
tatanan
industri
perbankan
untuk
rentang
waktu
lima
sampai
sepuluh
tahun
ke
depan.
Arah
kebijakan
pengembangan
industri
perbankan
di
masa
datang
yang
dirumuskan
dalam
API
dilandasi
oleh
visi
mencapai
suatu
sistem
perbankan
yang
sehat,
kuat
dan
efisien
guna
menciptakan
kestabilan
sistem
keuangan
dalam
rangka
membantu
mendorong
pertumbuhan
ekonomi
nasional.
Berpijak
dari
adanya
kebutuhan
blue
perbankan
nasional
dan
sebagai
kelanjutan
dari
program
restrukturisasi
perbankan
yang
sudah
berjalan
sejak
tahun
1998,
maka
Bank
Indonesia
pada
tanggal
9
Januari
2004
telah
meluncurkan
API
sebagai
suatu
kerangka
menyeluruh
arah
kebijakan
pengembangan
industri
perbankan
Indonesia
ke
depan.
Peluncuran
API
tersebut
tidak
terlepas
pula
dari
upaya
Pemerintah
dan
Bank
Indonesia
untuk
membangun
kembali
perekonomian
Indonesia
melalui
penerbitan
buku
putih
Pemerintah
sesuai
dengan
Inpres
No.
5
Tahun
2003,
dimana
API
menjadi
salah
satu
program
utama
dalam
buku
putih
tersebut.
B.
Enam
Pilar
Arsitektur
Perbankan
Indonesia
Guna mempermudah pencapaian visi API sebagaimana diuraikan di muka, maka ditetapkan beberapa sasaran yang ingin dicapai, yaitu:
1.
Menciptakan
struktur
perbankan
domestik
yang
sehat
yangmampu
memenuhi
kebutuhan
masyarakat
dan
mendorong
pembangunan
ekonomi
nasional
yang
berkesinambungan.
2.
Menciptakan
sistem
pengaturan
dan
pengawasan
bank
yang
efektif
dan
mengacu
pada
standar
internasional.
3.
Menciptakan
industri
perbankan
yang
kuat
dan
memiliki
dayasaing
yang
tinggi
serta
memiliki
ketahanan
dalam
menghadapi
risiko.
4.
Menciptakan
good
corporate
governance
dalam
rangka
memperkuat
kondisi
internal
perbankan
nasional.
5.
Mewujudkan
infrastruktur
yang
lengkap
untuk
mendukung
terciptanya
industri
perbankan
yang
sehat.
6.
Mewujudkan
pemberdayaan
dan
perlindungan
konsumen
jasa
perbankan.
Keenam sasaran yang ingin dicapai API tersebut dituangkan kedalam enam Pilar yang saling terkait satu sama lain guna menunjang pencapaian visi API. Enam Pilar API tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.
C.
Tantangan
Perbankan
di
Masa
Depan
U
ntuk
mewujudkan
perbankan
Indonesia
yang
lebih
kokoh,
perbaikan
harus
dilakukan
di
berbagai
bidang,
terutama
untuk
menjawab
tantangan
‐
tantangan
yang
dihadapi
perbankan
dalam
beberapa
tahun
belakangan
ini.
Tantangan
‐
tantangan
tersebut
adalah
sebagai
berikut:
1.
Kapasitas
pertumbuhan
kredit
perbankan
yang
masih
rendah
Untuk
mencapai
pertumbuhan
ekonomi
yang
cukup
tinggi
dalam
waktu
lima
tahun
ke
depan,
diperlukan
pertumbuhan
kredit
perbankan
yang
cukup
besar.
Sementara
itu,
kemampuan
permodalan
perbankan
Indonesia
saat
ini
mengindikasikan
bahwa
pertumbuhan
kredit
yang
cukup
tinggi
tersebut
sulit
dicapai
jika
perbankan
nasional
tidak
memperbaiki
kondisi
permodalannya.
Selain
hambatan
dalam
hal
permodalan
bank,
penyaluran
kredit
dalam
banyak
hal
juga
terhambat
oleh
keengganan
sebagian
bank
untuk
menyalurkan
kredit
karena
kemampuan
manajemen
risiko
dan
core
banking
skills
yang
relatif
belum
baik,
dan
biaya
operasional
yang
relatif
tinggi.
2.
Struktur
perbankan
yang
belum
optimal
Belum
optimalnya
struktur
perbankan
di
Indonesia
ditandai
oleh
terkonsentrasinya
struktur
perbankan
hanya
pada
11
bank
besar
(yang
menguasai
75%
asset
perbankan
Indonesia).
Namun
demikian
bank
‐
bank
kecil
dalam
hal
ini
perlu
mendapat
perhatian
karena
selain
jumlahnya
relatif
banyak,
bank
‐
bank
kecil
tersebut
juga
memiliki
cakupan
usaha
yang
relative
sama
dengan
bank
‐
bank
besar
namun
dengan
kemampuan
operasional,
manajemen
risiko,
dan
corporate
governance
yang
relatif
lebih
terbatas.
Demikian
pula,
dibandingkan
dengan
negara
‐
negara
lain,
kepemilikan
pemerintah
Indonesia
dalam
perbankan
nampak
cukup
tinggi,
bahkan
tertinggi
di
kawasan
Asia.
Hal
ini
juga
merupakan
persoalan
tersendiri
terhadap
struktur
perbankan
karena
dapatmenimbulkan
konflik
kepentingan
yang
akan
mengganggu
efisiensi
pasar.
3.
Pemenuhan
kebutuhan
masyarakat
terhadap
pelayanan
perbankan
yang
dinilai
oleh
masyarakat
masih
kurang
tumbuh,
tingkat
penetrasi
kredit
masih
relative
rendah.
Selain
itu,
meningkatnya
kompleksitas
jasa
dan
produk
keuangan
sebagai
akibat
dari
globalisasi
sektor
keuangan
juga
memerlukan
respons
yang
memadai
dari
berbagai
pihak
yang
terkait.
Hal
ini
semakin
penting
mengingat
masyarakat
pengguna
jasa
keuangan
khususnya
perbankan
semakin
menuntut
kualitas
pelayanan
dan
akses
perbankan
yang
semakin
tinggi.
4.
Pengawasan
bank
yang
masih
perlu
ditingkatkan
Pengawasan
bank
juga
merupakan
bidang
yang
memerlukan
peningkatan
dan
penyempurnaan.
Hal
ini
disebabkan
karena
masih
terdapatnya
beberapa
prinsip
‐
prinsip
prudensial
yang
masih
belum
diterapkan
secara
baik,
koordinasi
pengawasan
yang
masih
perlu
ditingkatkan,
kemampuan
SDM
pengawasan
yang
belum
optimal,
dan
pelaksanaan
law
‐
enforcement
pengawasan
yang
belum
efektif.
Secara
keseluruhan,
upaya
peningkatan
kapabilitas
pengawasan
ini
sejalan
dengan
usaha
Bank
Indonesia
untuk
menerapkan
25
Basel
Core
Principles
for
Effective
Banking
Supervision
,
termasuk
meningkatkan
sarana
teknologi
pengawasan.
Mengingat
pengawasan
bank
merupakan
bidang
yang
sangat
dinamis
dan
luas
cakupannya,
maka
peningkatan
kualitas
pengawasan
merupakan
upaya
yang
patut
dilaksanakan
secara
terus
menerus
oleh
Bank
Indonesia
maupun
oleh
lembaga
lainnya
seperti
Otoritas
Jasa
Keuangan
(OJK)
pada
saatnya
nanti.
5.
Kapabilitas
perbankan
yang
masih
lemah
Lemahnya
kapabilitas
perbankan
ditandai
dengan
kurangnya
corporate
governance
dan
core
banking
skills
pada
sebagian
besar
perbankan
sehingga
diperlukan
perbaikan
yang
cukup
mendasar
pada
dua
hal
tersebut.
Meskipun
kapabilitas
beberapa
bank
besar
sudah
cukup
kuat,
namun
kapabilitas
perbankan
secara
umum
masih
di
bawah
international
best
practices.
Demikian
pula
kemampuan
bank
dalam
me
‐
respon
meningkatnya
risiko
operasional
masih
perlu
terus
diperbaiki,
terutama
penekanannya
pada
pentingnya
internal
control
dan
kepatuhan
terhadap
prinsip
‐
prinsip
prudensial.
6.
Profitabilitas
dan
efisiensi
operasional
bank
yang
tidak
sustainable
Faktor
lain
dari
tidak
sustainable‐
nya
profitibilitas
dan
efisiensi
adalah
karena
sebagian
pendapatan
perbankan
berasal
dari
aktivitas
trading
yang
fluktuatif
serta
rendahnya
rasio
asset
per
nasabah
yang
membuat
biaya
operasional
perbankan
Indonesia
relatif
tinggi
dibandingkan
negara
‐
negara
lain.
7.
Perlindungan
nasabah
yang
masih
harus
ditingkatkan
Perlindungan
terhadap
nasabah
merupakan
tantangan
perbankan
yang
berpengaruh
secara
langsung
terhadap
sebagian
besar
masyarakat
kita.
Oleh
karena
itu,
menjadi
tantangan
yang
sangat
besar
bagi
perbankan
dan
Bank
Indonesia
serta
masyarakat
luas
untuk
secara
bersama
‐
sama
menciptakan
standarstandar
yang
jelas
dalam
membentuk
mekanisme
pengaduan
nasabah
dan
transparansi
informasi
produk
perbankan.
Di
samping
itu,
edukasi
pada
masyarakat
mengenai
jasa
dan
produk
yang
ditawarkan
oleh
perbankan
perlu
segera
diupayakan
sehingga
masyarakat
luas
dapat
lebih
memahami
risiko
dan
keuntungan
yang
akan
dihadapi
dalam
menggunakan
jasa
dan
produk
perbankan.
8.
Perkembangan
Teknologi
Informasi
Kemajuan
teknologi
informasi
ikut
menambah
tantangan
yang
dihadapi
oleh
perbankan.
Perkembangan
teknologi
informasi
(TI)
menyebabkan
makin
pesatnya
perkembangan
jenis
dan
kompleksitas
produk
dan
jasa
bank
sehingga
risikorisiko
yang
muncul
menjadi
lebih
besar
dan
bervariasi.
Disamping
itu,
persaingan
industri
perbankan
yang
cenderung
bersifat
global
juga
menyebabkan
persaingan
antar
bank
menjadi
semakin
ketat
sehingga
bank
‐
bank
nasional
harus
mampu
beroperasi
secara
lebih
efisien
dengan
memanfaatkan
teknologi
informasi.
D.
Visi
Baru
Perbankan
E.
Program
Kegiatan
API
G
una
mewujudkan
visi
API
dan
sasaran
yang
ditetapkan,
serta
mengacu
kepada
tantangan
‐
tantangan
yang
dihadapi
perbankan,
maka
ke
‐
enam
pilar
API
sebagaimana
diuraikan
di
depan
akan
dilaksanakan
melalui
beberapa
program
kegiatan
sebagai
berikut:
1.
Program
penguatan
struktur
perbankan
nasional
bank
mengelola
usaha
maupun
risiko,
mengembangkan
teknologi
informasi,
maupun
meningkatkan
skala
usahanya
guna
mendukung
peningkatan
kapasitas
pertumbuhan
kredit
perbankan.
Implementasi
program
penguatan
permodalan
bank
dilaksanakan
secara
bertahap.
Upaya
peningkatan
modal
bank
‐
bank
tersebut
dapat
dilakukan
dengan
membuat
business
plan
yang
memuat
target
waktu,
cara
dan
tahap
pencapaian.
Adapun
cara
pencapaiannya
dapat
dilakukan
melalui:
a.
Penambahan
modal
baru
baik
dari
shareholder
lama
maupun
investor
baru;
b.
Merger
dengan
bank
(atau
beberapa
bank)
lain
untuk
mencapai
persyaratan
modal
minimum
baru;
c.
Penerbitan
saham
baru
atau
secondary
offering
di
pasar
modal;
d.
Penerbitan
subordinated
loan
Dengan
demikian
dalam
waktu
sepuluh
sampai
limabelas
tahun
ke
depan
program
peningkatan
permodalan
tersebut
diharapkan
akan
mengarah
pada
terciptanya
struktur
perbankan
yang
lebih
optimal,
yaitu
terdapatnya:
‐
2
sampai
3
bank
yang
mengarah
kepada
bank
internasional
dengan
kapasitas
dan
kemampuan
untuk
beroperasi
di
wilayah
internasional
serta
memiliki
modal
di
atas
Rp50
triliun;
‐
3
sampai
5
bank
nasional
yang
memiliki
cakupan
usaha
yang
sangat
luas
dan
beroperasi
secara
nasional
serta
memiliki
modal
antara
Rp10
triliun
sampai
dengan
Rp50
triliun;
‐
30
sampai
50
bank
yang
kegiatan
usahanya
terfokus
pada
segmen
usaha
tertentu
sesuai
dengan
kapabilitas
dan
kompetensi
masingmasing
bank.
Bank
‐
bank
tersebut
memiliki
modal
antara
Rp100
miliar
sampai
dengan
Rp10
triliun;
‐
Bank
Perkreditan
Rakyat
(BPR)
dan
bank
dengan
kegiatan
usaha
terbatas
yang
memiliki
modal
di
bawah
Rp100
miliar.
2.
Program
peningkatan
kualitas
pengaturan
perbankan
Program
ini
bertujuan
untuk
meningkatkan
efektivitas
pengaturan
serta
memenuhi
standar
pengaturan
yang
mengacu
pada
international
best
practices.
Program
tersebut
dapat
dicapai
dengan
penyempurnaan
proses
penyusunan
kebijakan
perbankan
serta
penerapan
25
Basel
Core
Principles
for
Effective
Banking
Supervision
secara
bertahap
dan
menyeluruh.
Dalam
jangka
waktu
lima
tahun
ke
depan
diharapkan
Bank
Indonesia
telah
sejajar
dengan
negara
‐
negara
lain
dalam
penerapan
international
best
practices
termasuk
25
Basel
Core
Principles
for
Effective
Banking
Supervision.
Dari
sisi
proses
penyusunan
kebijakan
perbankan
diharapkan
dalam
waktu
dua
tahun
ke
depan
Bank
Indonesia
telah
memiliki
sistem
penyusunan
kebijakan
perbankan
yang
efektif
yang
telah
melibatkan
pihakpihak
terkait
dalam
proses
penyusunannya.
3.
Program
peningkatan
fungsi
pengawasan
berbasis
risiko,
peningkatkan
efektivitas
enforcement
,
dan
konsolidasi
organisasi
sektor
perbankan
di
Bank
Indonesia.
Dalam
jangka
waktu
dua
tahun
ke
depan
diharapkan
fungsi
pengawasan
bank
yang
dilakukan
oleh
Bank
Indonesia
akan
lebih
efektif
dan
sejajar
dengan
pengawasan
yang
dilakukan
oleh
otoritas
pengawas
di
negara
lain.
4.
Program
peningkatan
kualitas
manajemen
dan
operasional
perbankan
Program
ini
bertujuan
untuk
meningkatkan
good
corporate
governance
(GCG),
kualitas
manajemen
risiko
dan
kemampuan
operasional
manajemen.
Semakin
tingginya
standar
GCG
dengan
didukung
oleh
kemampuan
operasional
(termasuk
manajemen
risiko)
yang
handal
diharapkan
dapat
meningkatkan
kinerja
operasional
perbankan.
Dalam
waktu
dua
sampai
lima
tahun
ke
depan
diharapkan
kondisi
internal
perbankan
nasional
menjadi
semakin
kuat.
5.
Program
pengembangan
infrastruktur
perbankan
Program
ini
bertujuan
untuk
mengembangkan
sarana
pendukung
operasional
perbankan
yang
efektif
seperti
credit
bureau,
lembaga
pemeringkat
kredit
domestik,
dan
pengembangan
skim
penjaminan
kredit.
Pengembangan
credit
bureau
akan
membantu
perbankan
dalam
meningkatkan
kualitas
keputusan
kreditnya.
Penggunaan
lembaga
pemeringkat
kredit
dalam
publicly
‐
traded
debt
yang
dimiliki
bank
akan
meningkatkan
transparansi
dan
efektivitas
manajemen
keuangan
perbankan.
Sedangkan
pengembangan
skim
penjaminan
kredit
akan
meningkatkan
akses
kredit
bagi
masyarakat.
Dalam
waktu
tiga
tahun
ke
depan
diharapkan
telah
tersedia
infrastruktur
pendukung
perbankan
yang
mencukupi.
6.
Program
peningkatan
perlindungan
nasabah
Program
ini
bertujuan
untuk
memberdayakan
nasabah
melalui
penetapan
standar
penyusunan
mekanisme
pengaduan
nasabah,
pendirian
lembaga
mediasi
independen,
peningkatan
transparansi
informasi
produk
perbankan
dan
edukasi
bagi
nasabah.
Dalam
waktu
dua
sampai
lima
tahun
ke
depan
diharapkan
program
‐
program
tersebut
dapat
meningkatkan
kepercayaan
nasabah
pada
system
F.
Rekomendasi
Kebijakan
ma mp u me ning ka tka n a kse s kre d it p e rb a nka n se hing g a d a p a t me nd o ro ng p e rtumb uha n ke g ia ta n usa ha p a d a se c to r-se kto r e ko no mi se c a ra ke se luruha n
4.
Memformalkan
Proses
Sindikasi
dalam
Membuat
Kebijakan
Perbankan
Untuk me nc ip ta ka n syste m p e ng a tura n p e rb a nka n ya ng e fe ktif, Ba nk Ind o ne sia a ka n me mfo rma lka n p ro se s sind ika si d a la m me mb ua t ke b ija ka n p e rb a nka n se hing g a se g a la ke b ija ka n d a n p e ng a tura n p e rb a nka n ya ng na ntinya a ka n b e na r-b e na r me ng a ko mo d a si d a n me mp e rha tika n se g a la ma c a m ke p e nting a n. Pro se s sind ika si te rse b ut a ka n me lib a tka n p e nd a p a t d a n ma suka n p iha k-p iha k la in ya ng te rlib a t d e ng a n p e rb a nka n, b a ik itu d i d a la m ma up un d i lua r ne g e ri.
5.
Implementasi
Secara
Bertahap
25
Basel
Core
Principles
for
Effective
Banking
Supervision
Peraturan
perbankan
yang
modern
dan
efektif
merupakan
salah
satu
syarat
yang
mendasar
yang
harus
dipenuhi
guna
menciptakan
system
perbankan
yang
sehat
dan
stabil.
Untuk
itu
Bank
Indonesia
akan
terus
memperkuat
pengaturan
perbankan
nasional
sejalan
dengan
perkembangan
yang
terjadi
di
dunia
internasional.
Bank
Indonesia
secara
bertahap
mengimplementasikan
25
Basel
Core
Prinsiple
for
Effektive
Banking
Supervision
bagi
industri
perbankan
nasional.
Pelaksanaan
implementasi
tersebut
dilakukan
sesuai
dengan
kondisi
dan
kemapuan
perbankan
nasional
dari
waktu
ke
waktu
sehingga
tidak
menganggu
kinerja
bank
‐
bank.
6.
Meningkatkan
Koordinasi
Antarlembaga
Pengawas
9.
Mengembangkan
Sistem
Pengawasan
Berbasis
Risiko
Dive rsifika si p ro d uk d a n ja sa p e rb a nka n ya ng se ma kin b e rke mb a ng d e ng a n p e sa t te la h me nye b a b ka n ke g ia ta n usa ha b a nk se ma kin b e rva ria si d a n ko mp le ks. Ko mp le ksita s d a n p e ning ka ta n ke g ia ta n usa ha b a nk te rse b ut p a d a a khirnya a ka n me ning ka tka n fa kto r-fa kto r risiko ya ng d iha d a p i o le h b a nk itu se nd iri. Pe ning ka ta n je nis d a n kua lita s risiko ya ng d iha d a p i o le h b a nk te rse b ut ha rus d ire sp o n d e ng a n p e ng a wa sa n b a nk ya ng jug a b re o rie nta si te rha d a p risiko (risk b a se d sup e rvisio n) se rta d id ukung d e ng a n te kno lo g i p e ng a ma na n ya ng me ma d a i. Dne g a n me ng e mb a ng ka n syste m p e ng a wa sa n ya ng b e rb a sis risiko te rse b ut, a lo ka si p e ng g una a n sumb e rd a ya a ka n me nja d i le b ih e fisie n se hing g a fung si p e ng a wa sa n a ka n d a p a t d ila kuka n d e ng a n le b ih o p tima l.
10.
Meningkatkan
Efektivitas
Ko mp le ksita s d a n p e ning ka ta n ke g ia ta n usa ha b a nj te rse b ut p a d a a khirnya a ka n me nig ka tka n fa kto r-fa kto r risiko b a nk itu se nd iri. De ng a n me ng e mb a ng ka n syste m p e ng a wa sa n ya ng b e rb a sis risiko te rse b ut, a lo ka si p e ng g una a n sumb e r d a ya a ka n me nja d i le b ih e fisie n se hing g a fung si p e ng a wa sa n a ka n d a p a t d ila kuka n d e ng a n le b ih o p tima l.
11.
Meningkatkan
Efektivitas
Enforcement
Masalah
penegakan
hukum
terhadap
fungsi
pengawasn
yang
dilakukan
oleh
Bank
Indonesia
akan
terus
ditingkatkan
denga
berbagai
upaya.
Upaya
tersebut
antara
lain
dengan
menyempurnakan
proses
investigasi
kejahatan
perbankan,
meningkatkan
transparansi
pelaksanaan
kegiatan
pengawasan
maupun
enforcement
itu
sendiri,
membentuk
internal
ombudsman
untuk
meningkatkan
efektivitas
enforcement
tersebut
diharapkan
akan
tercipta
market
discipline
yang
baik
tentang
penyelenggaraan
perbankan
yang
sehat
dan
prudent
.
12.
Meningkatkan
Good
Corporate
Governace
Peningkatan
kegiatan
operasional
bank
haruslah
diiringi
dengan
peningkatan
good
corporate
governance
sehingga
faktor
‐
fktor
yang
menjadi
penyebab
timbulnya
risiko
maupun
penyimpangan
dapat
diminimalkan.
Good
corporate
governance
sangat
diperlukan
dalam
setiap
kegiatan
operasi
bank
karene
merupakan
pertahanan
pertama
bagi
bank
dalam
menghadapi
segala
risiko
yang
muncul.
sehingga
kepemilikan
modal
kepada
masyarakat
akan
menyebabkan
fungsi
control
masyarakat
terhadap
bank
menjadi
semakin
meningkat,
dan
pada
akhirnya
akan
menciptakan
transparansi
yang
lebih
besar.
13.
Meningkatkan
Kualitas
Manajemen
Risiko
Perbankan
Ke g ia ta n usa ha b a nk ya ng se ma kin b e risiko te la h me nd o ro ng b a nk-b a nk untuk me miliki ma na je me n ya ng nk-b e rkua lita s d a n ko mp e te n d a la m b id a ng tug a snya . Ba nk Ind o ne sia se nd iri te la h me nya d a ri b e ta p a p e nting nya p e ra na n ma na je me n b a nk d a la m ke g ia ta n se ha ri-ha ri se hing g a me wa jib ka n b a nk-b a nk untuk me nse rtifika si ma na je r risiko (risk ma na g e r).
14.
Meningkatkan
Kemampuan
Operasional
Bank
Ma sa la h me nd a sa r o p e ra sio na l p e rb a nka n ya ng d iha d a p i se ka ra ng ini a d a la h ma sih ting g inya b ia ya -b ia ya o p e ra sio na l d a n re nd a hnya
skill le ve l ha mp ir se mua b a nk. Untuk me ng a ta si ha l te rse b ut Ba nk Ind o ne sia a ka n me nfa silita si ke b utuha n p e nd id ika n ya ng b e rka ita n d e ng a n ke g ia ta n o p e ra sio na l b a nk, te ruta ma BPR d a n sya ria h.
Up a ya la in untuk me ning ka tka n ke ma mp ua n o p e ra sio na l b a nk a d a la h d e ng a n me nd o ro ng b a nk-b a nk untuk me ng g una ka n fa silita s o p e ra sio na l se c a ra b e rsa ma -sa ma g una me ne ka n b ia ya se rta me ning ka tka n d a ya sa ing . Dila in p iha k Ba nk Ind o ne sia jug a a ka n me mp ub lika sika n ind ika to r-ind ika to r kine rja d a n o p e ra sio na l p e rb a nka n ke p a d a p ub lic se c a ra b e rka la .
15.
Mengembangkan
Biro
Kredit
Sa la h sa tu c a ra ya ng d ila kuka n Ba nk Ind o ne sia d a la m me nd o ro ng b a nk-b a nk me ning ka tka n e ksp a nsi kre d itnya d a la h d e ng a n c a ra me nd irika n c re dit b e re a u. Pe nd iria n c re dit b e re a u ini a d a la h sa la h sa tu c a ra ya ng d a p a t d ig una ka n untuk me ng ura ng i risiko kre d it ya ng d isa lurka n o le h b a nk ke p a d a d e b itur-d e b iturnya . ha l ini d imung kinka n ka re na c re dit b e ra e u me nye d ia ka n info rma si ya ng d a p a t d ip e rc a ya se hing g a a ka n me mp e rb a iki kua lita s p inja ma n d a n ma na je me n risiko .
16.
Mengoptimalkan
Penggunaan
Credit
Rating
Agencies
obligasi
yang
diterbitkan
bank
oleh
lembaga
pemeringkat
independen.
17.
Menyusun
Standar
Mekanisme
Pengaduan
Nasabah
Da la m ra ng ka me ning ka tka n p e rlind ung a n ke p a d a na sa b a h b a nk, sa a tnya ma sa la h-ma sa la h ya ng b e rka ita n d e ng a n p e rlind ung a n na sa b a h b a nk me nd a p a tka n p e rha tia n ya ng le b ih b e sa r. Sa la h sa tu ma sa la h ya ng te rka it d e ng a n p e rlind ung a n na sa b a h b a nk ya ng sa mp a i sa a t ini me me rluka n p e rha tia n ya ng c ukup se rius a d a la h ma sih b e lum a d a nya sta nd a r me ka nisme p e ng a d ila n na sa b a h b a nk a p a b ila na sa b a h me ng ha d a p i p e rma sa la ha n d e ng a n b a nk
Se la njutnya Ba nk Ind o ne sia a ka n b e ke rja sa ma d e ng a n b a nk-b a nk untuk me nyusun sta nd a r minimum me ka nisme p e ng a d ua n na sa b a h ya ng na ntinya a ka n d ig una ka n o le h b a nk-b a nk d a la m me nyusun p e d o ma n inte rn me ka nisme p e ng a d ua n na sa b a h d i b a nknya ma sing -ma sing .
18.
Membentuk
Lembaga
Mediasi
Independen
De ng a n te rb e ntuknya me ka nisme p e ng a d ua n na sa b a h b a nk, d iha ra p ka n ma sa la h p e rse lisiha n a nta ra na sa b a h d e ng a n b a nk a ka n d a p a t te rse le sa ika n d e ng a n b a ik. Na mun d e mikia n na sa b a h b a nk d a p a t jug a me ng a d uka n p e rma sa la hnya ke p a d a le mb a g a la in jika p e rma sa la ha nnya d ia ng g a p tid a k me mua ska n. Untuk me ng a ko mo d a si p e rma sa la ha n se p e rti itu p e rb a nka n ha rus me mb e ntuk le mb a g a me d ia si ind e p e nd e n ya ng a ng g o ta nya te rd iri d a ri p a ra p iha k ya ng me wa kili b a nk d e ng a n na sa b a h.
19.
Menyusun
Transparansi
Informasi
Produk
Bank
Untuk me ning ka tka n p e ng e ta hua n na sa b a h b a nk ma uo un ma sya ra ka t lua s me ng e na i p ro d uk-p ro d uk d a n ja sa ya ng d ita wa rka n o le h p e rb a nka n, ma ka d ira sa ka n p e rlu se ka li a d a nya tra nsp a ra nsi me ng e na i info rma si ya ng se je la s-je la snya me ng e na i p ro d uk d a n ja sa te rse b ut. De ng a n a d a nya tra nsp a ra nsi p ro d uk d a n ja sa p e rb a nka n te rse b ut, na sa b a h b isa me nd a p a tka n p e ng e rtia n d a n me ma ha mi ke untung a n d a n risiko p a d a p ro d uk ma up un ja sa ya ng a ka n d ip ilihnya .
20.
Mempromosikan
Edukasi
untuk
Nasabah
G.
Tahap
‐
tahap
Implementasi
AP
1.
Program
Penguatan
Struktur
Perbankan
Nasional
2.
Program
Peningkatan
Kualitas
Pengaturan
Perbankan
3.
Program
Peningkatan
Fungsi
Pengawasan
4.
Program
Peningkatan
Kualitas
Manajemen
dan
Operasional
Perbankan
5.
Program
Pengembangan
Infrastruktur
Perbankan
6.
Program
Peningkatan
Perlindungan
Nasabah
H.
Konsolidasi
Perbankan
1.
Tujuan
Konsolidasi
2.
Tahap
Konsolidasi
Perbankan
3.
Pengertian
dan
Kriteria
Bank
Kinerja
Baik
(BKB)
I.