AUDIT KLINIS DI
RUMAH SAKIT
IMO 725
Manajemen Unit Kerja 5
2 SKS
KONSEP MUTU
PELAYANAN
PENDAHULUAN
• Saat ini mutu layanan kesehatan merupakan fokus utama bagi
masyarakat. Kesadaran dan kepedulian terhadap mutu memang semakin meningkat.
• Mutu juga dianggap sesuatu hal yang bersifat abstrak sehingga
tidak dapat diukur
• Menurut Ali Gufran, 2007; istilah mutu memiliki banyak
penafsiran yang mungkin berbeda-beda, ketika digunakan
untuk menggambarkan sebuah produk atau pelayanan tertentu.
• Pada beberapa orang mengatakan bahwa sesuatu dikatakan
bermutu tinggi ketika sesuatu tersebut dianggap lebih cepat, lebih lux, lebih wah dan biasanya lebih mahal , Hal ini tentu tidak sepenuhnya benar.
• Beberapa orang mengartikan layanan kesehatan bermutu
adalah layanan yang memuaskan pelanggan. Padahal layanan yang diberikan tidak memenuhi standar pelayanan medis
•
Ada dilema dalam upaya untuk mewujudkan mutu dalam
layanan kesehatan. Pada satu pihak Mutu juga diartikan
sejauh mana layanan kesehatan yang diberikan sesuai
dengan
standard operating procedure (SOP) atau
prosedur tetap medis.
•
Ketika SOP tersebut dilaksanakan seperti misalnya di
beberapa rumah sakit pendidikan milik pemerintah,
dianggap oleh pasien terlalu lama dan berbelit belit.
•
Menurut kacamata pasien, rumah sakit pendidikan milik
pemerintah dianggap kurang bermutu dibanding rumah
sakit swasta yang bisa lebih cepat karena prosedur yang
diterapkan lebih feksibel
•
Menurut JCAHO (1993)
Mutu" adalah tingkat dimana pelayanan kesehatan
pasien
ditingkatkan mendekati hasil yang diharapkan
dan mengurangi faktor-faktor yang tidak diinginkan
Layanan kesehatan yang bermutu adalah suatu layanan
kesehatan yang dibutuhkan, dalam hal ini akan
ditentukan oleh profesi layanan kesehatan, dan sekaligus
diinginkan baik oleh pasien/konsumen ataupun
masyarakat serta terjangkau oleh daya beli masyarakat
•
Mutu pelayanan kesehatan adalah penampilan yang
pantas atau sesuai (yang berhubungan dengan
standar-standar) dan suatu intervensi yang diketahui aman, yang
dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang
PENGERTIAN MUTU PELAYANAN
KESEHATAN
•
Secara umum pengertian mutu pelayanan kesehatan
adalah derajat kesempurnaan pelayanan kesehatan
yang sesuai standar profesi dan standar pelayanan
dengan menggunakan potensi sumber daya yang
tersedia di rumah sakit atau puskesmas secara wajar,
efsien, dan efektif serta diberikan secara aman dan
memuaskan sesuai norma, etika, hukum, dan sosial
budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan
kemampuan pemerintah, serta masyarakat konsumen.
•
adalah menunjuk pada tingkat kesempurnaan
Pengertian mutu pelayanan kesehatan
yang disusun oleh Institute of medicine
(IOM )
•
Mutu pelayanan kesehatan adalah suatu
langkah kearah peningkatan pelayanan
kesehatan baik untuk individu maupun untuk
populasi sesuai dengan keluaran ( outcome)
kesehatan yang diharapkan dan sesuai
dengan pengetahuan profesional terkini
•
Pemberi pelayanan kesehatan harus
BATASAN MUTU PELAYANAN
KESEHATAN
• Untuk mengatasi masalah dalam perbedaan tingkat
kepuasaan setiap orang dalam menerima pelayanan
kesehatan, maka telah disepakati bahwa pembahasan tentang kepuasan pasien yang dikaitkan dengan mutu pelayanan
kesehatan mengenal paling tidak dua pembatasan, yaitu: 1. Pembatasan pada derajat kepuasan pasien
– ukuran yang dipakai untuk mengukur kepuasan disini
bersifat umum yakni sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk.
2. Pembatasan pada upaya yang dilakukan
– pada upaya yang dilakukan dalam menimbulakan rasa puas
SYARAT POKOK PELAYANAN
KESEHATAN
•
Syarat pokok pelayanan kesehatan yang dimaksud
(Azwar, 1996) adalah :
1. Tersedia dan berkesinambungan
–
pelayanan tersebut harus tersedia di masyarakat
(available) serta bersifat berkesinambungan
(continuous). Artinya semua jenis pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat dan
mudah dicapai oleh masyarakat.
2. Dapat diterima dan wajar
–
adalah apa yang dapat diterima (acceptable) oleh
3. Mudah dicapai
–
mudah dicapai (accessible) oleh masyarakat.
Pengertian ketercapaian yang dimaksud
terutama dari sudut lokasi.
4. Mudah dijangkau
–
adalah mudah dijangkau (afordable) oleh
masyarakat. terutama dari sudut jarak dan biaya.
5. Bermutu
–
adalah yang bermutu (quality). adalah yang
menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan, disatu pihak
Konsep Mutu menurut WHO
(1983)
•
Dimensi – dimensi mutu asuhan
adalah :
–
Tehnical quality (=
profesionalisme PPK)
–
Efsiensi dalam pemanfaatan
sumber daya
Dimensi – dimensi baru dalam
konsep mutu menurut WHO
adalah :
•
Dimensi ekonomi : perhatian tentang
aspek ekonomi dalam pelayanan
kesehatan yaitu ada efsiensi dalam
pemberdayaan sumber daya kesehatan
•
Manajemen resiko : upaya proaktif institusi
dan para profesional untuk mencegah
resiko cedera pada pasien
KONSEP / DEFINISI BARU
TENTANG MUTU PELAYANAN
KESEHATAN
INSTITUTE of MEDICINE
(AMERIKA, 2001)
•
Mutu pelayanan kesehatan
= Adalah tingkat pelayanan kepada
PERORANGAN dan POPULASI yang
memungkin
memungkin
kan peningkatan
kan peningkatan
outcome
outcome
y
y
an
an
g
g
DIHARAPKAN
DIMENSI MUTU
(Penelitian Robert & Prevost 1987)
• Bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan (health consumer), mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi:
– ketanggapan petugas dalam memenuhi kebutuhan pasien,
– kelancaran komunikasi petugas dgn pasien,
– Keprihatinan serta keramahtamahan petugas dalam melayani pasien, dan atau
– kesembuhan penyakit yang sedang diderita pasien
• Pasien/masyarakat (konsumen) melihat layanan kesehatan yang bermutu sebagai suatu layanan kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan dan diselenggarakan dengan cara
yang sopan dan santun, tepat waktu, tanggap dan mampu menyembuhkan keluhannya serta mencegah
•
Pandangan pasien ini sangat penting karena
pasien yang merasa puas akan mematuhi
pengobatan dan mau datang berobat kembali.
•
Pemberi layanan harus memahami status
kesehatan dan kebutuhan layanan kesehatan
masyarakat yang dilayaninya dan mendidik
masyarakat tentang layanan kesehatan dasar
dan melibatkan masyarakat dalam menentukan
bagaimana cara yang paling efektif
Bagi penyelenggara pelayanan
kesehatan
(health provider),
mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada
dimensi:
• kesesuaian pelayanan yang diselenggarakan dengan
perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran mutakhir, dan atau adanya otonomi profesi pada waktu menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan pasien
• Komitmen dan motivasi pemberi layanan kesehatan
bergantung pada kemampuannya dalam melaksanakan tugas dengan cara yang optimal.
• Profesi layanan kesehatan membutuhkan dan mengharapkan
adanya dukungan teknis, administratif, dan layanan pendukung lainnya yang efektif serta efsien dalam
Bagi penyandang dana kesehatan
(health fnancing),
mutu pelayanan kesehatan lebih terkait
pada dimensi:
•
efsiensi pemakaian sumber dana,
•
kewajaran pembiayaan kesehatan, dan atau
•
kemampuan pelayanan kesehatan mengurangi kerugian
penyandang dana pelayanan kesehatan
•
Penyandang dana atau asuransi kesehatan menganggap
bahwa layanan kesehatan yang bermutu sebagai suatu
layanan kesehatan yang efektif dan efsien.
•
Pasien diharapkan dapat disembuhkan dalam waktu yang
sesingkat mungkin sehingga biaya pengobatan dapat
menjadi efsien.
•
upaya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit akan
ditingkatkan agar layanan kesehatan penyembuhan
Bagi Pemilik Sarana Layanan
Kesehatan
mutu pelayanan kesehatan
lebih terkait pada dimensi:
•
Pemilik sarana layanan kesehatan berpandangan
bahwa layanan kesehatan yang bermutu
merupakan layanan kesehatan yang
menghasilkan pendapatan yang mampu
menutupi biaya operasional dan pemeliharaan,
tetapi dengan tarif yang masih terjangkau oleh
pasien/masyarakat, yaitu pada tingkat biaya yang
tidak mendapat keluhan dari pasien dan
Bagi Administrator Layanan
Kesehatan
mutu pelayanan kesehatan lebih terkait
pada dimensi:
•
Administrator walau tidak langsung memberikan
layanan kesehatan pada masyarakat, tetapi ikut
bertanggung jawab dalam masalah mutu layanan
kesehatan.
•
Administrator dapat menyusun prioritas dalam
menyediakan apa yang menjadi kebutuhan dan
harapan pasien serta pemberi layanan
Karakteristik pelayanan jasa
menurut Suprianto&Ernawaty (2010):
1. Tidak berwujud (intangible)
• Jasa tidak dapat dilihat, dikecap, dirasakan, didengar, dicium
atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi atau diproduksi.
• Jasa adalah perbuatan, kinerja atau usaha yang bisa
dikonsumsi tapi tidak bisa dimiliki.
• Konsep intangible memiliki dua pengertian:
a. Sesuatu yang tidak dapat disentuh dan tidak dapat diraba. b. Sesuatu yang tidak dapat dengan mudah didefnisikan,
diformulasikan atau dipahami secara rohaniah.
2. Tak dapat disimpan (imperishability)
• Barang tidak dapat tahan lama, dapat disimpan bahkan dapat
dijual kembali, sedangkan jasa tidak mungkin disimpan sebagai investasi atau diulang.
• Produk jasa pelayanan adalah orangnya itu sendiri.
• Pelayanan tidak bisa dipisahkan dengan sumbernya atau yang
3. Heterogen (variability)
• Jasa sangat bervariasi karena hasil tidak berstandar, artinya banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis, tergantung pada siapa, kapan dan dimana jasa tersebut dihasilkan.
• Para pembeli sangat peduli dengan variability ini dan sering mereka meminta pendapat orang lain sebelum memutuskan untuk memilih.
• Jasa yang diberikan pada klien yang satu bisa berbeda dengan klien yang lain meskipun diagnostik penyakitnya sama.
4. Tak dapat dipisahkan (inseparatability)
• Jasa diproduksi dan dikonsumsi pada saat proses berjalan, artinya hasil suatu jasa pelayanan sulit dipisahkan dengan prosesnya atau sumber pemberi pelayanan,
• dengan kata lain produksi dan konsumsi terjadi secara serentak.
• Konsekuensi ini akan terjadi keterbatasan orang yang dilayani.
Nov 19, 2018 SAMSI J: AUDIT MEDIS/KLINIS 22
DUA DIMENSI PADA PARADIGMA BARU TTG MUTU YG DISUSUN ATAS DASAR DEFINISI BARU IOM TTG MUTU PELAYANAN PASIEN
PERORANGAN DAN POPULASI.
Layanan
• Agar sembuh jika sakit, • Dapat hidup tetap sejahtera
dgn penyakit atau kecacadan, • Dpt menyesuaikan jika
Ada dimensi dalam defnisi
mutu pelayanan kesehatan
ini:
1. Tentang komponen – komponen
mutu pelayanan yang diberikan
kepada individu dan populasi
2. Harapan pasien tentang
peningkatan
outcome
yang
konsisten dengan tingkat
Faktor – faktor yang
berpengaruh
:
•
Mutu pelayanan kesehatan menunjuk
pada penampilan dari pelayanan
kesehatan
•
Makin sempurna penampilan
pelayanan kesehatan, makin
sempurna mutunya.
Faktor – faktor yang
mempengaruhi :
•
Unsur Didalam
–
Tenaga
–
Sarana
•
Unsur Lingkungan
–
Kebijakan,
–
organisasi,
–
management
•
Unsur Proses
–
Tindakan medis
SITUASI YANG IDEAL DALAM
–
PROFESIONALISME PARA KLINISI
PROFESIONALISME PARA KLINISI
–
PENERAPAN PROGRAM- PROGRAM MENJAGA
PENERAPAN PROGRAM- PROGRAM MENJAGA
MUTU
MUTU
STANDAR PELAYANAN DAN PROSEDUR-
STANDAR PELAYANAN DAN PROSEDUR-
PROSEDUR
PROSEDUR
OPERASIONAL DIJALANKAN.
OPERASIONAL DIJALANKAN.
–
ETIKA PROFESI DITERAPKAN.
ETIKA PROFESI DITERAPKAN.
•
OUTCOME
OUTCOME
:
:
–
ASUHAN YANG AMAN DAN EFEKTIF,
ASUHAN YANG AMAN DAN EFEKTIF,
–
BERFOKUS PADA PASIEN,
BERFOKUS PADA PASIEN,
–
TEPAT-WAKTU, EFISIEN, DAN ADIL.
TEPAT-WAKTU, EFISIEN, DAN ADIL.
Menurut Donabedian sebagaimana dikutip
Mulyadi (2001:1–2), pengukuran mutu
pelayanan kesehatan dapat diukur dengan
menggunakan tiga variabel:
1. Input (struktur)
– yaitu segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan kesehatan, ( tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan, bahan, teknologi, organisasi, informasi, dan lain-lain) yang bermutu memerlukan
dukungan input yang bermutu pula. Hubungan struktur dengan mutu pelayanan kesehatan adalah dalam perencanaan dan penggerakan pelaksanaan pelayanan kesehatan.
2. Proses,
– ialah interaksi profesional antara pemberi pelayanan dengan konsumen (pasien/masyarakat). Proses ini merupakan variabel penilaian mutu yang penting.
3. Output/outcome,
– ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang terjadi pada konsumen (pasien/masyarakat), termasuk kepuasan dari
Faktor-faktor yang digunakan
konsumen untuk mengukur kualitas
jasa adalah
outcome
,
process
dan
image
jasa tersebut.m
enurut Gronroos
sebagaimana dikutip Muninjaya (2011:8–9),
ke 3 kriteria tersebut dapat dijabarkan
menjadi 6 unsur:
1.Professionalism and skill
•
kriteria ini berhubungan dengan
outcome
yaitu
tingkat kesem buhan pasien.
•
Pelanggan menyadaribahwa jasa pelayanan
kesehatan dihasilkan oleh sumber daya manusia
yang memiliki pengetahuan dan keterampilan
profesional yang berbeda.
•
Institusi penyedia pelayanan kesehatan harus
2.
Attitudes and behavior
• Kriteria sikap dan perilaku staf akan berhubungan dengan proses pelayanan.
• Pelanggan institusi jasa pelayanan kesehatan akan
merasakan kalau dokter dan paramedis rumah sakit sudah melayani mereka dengan baik sesuai standar prosedur
operasional pelayanan.
• Situasi ini ditunjukkan oleh sikap dan perilaku positif staf yang akan membantu para pengguna pelayanan
kesehatan mengatasi keluhan sakitnya. 3.
Accessibility and fexibility
• Kriteriaini berhubungan dengan proses pelayanan.
• Pengguna jasa pelayanan akan merasakan bahwa institusi penye dia pelayanan jasa, lokasi, jam kerja, dan sistemnya dirancang dengan baik untuk memudahkan para pengguna mengakses pela yanan sesuai dengan kondisi pengguna jasa (feksibilitas), yaitu disesuaikan dengan keadaan sakit pasien, jarak yang harus ditempuh, tarif pelayanan, dan kemampuan ekonomi pasien atau keluarga untuk
4. Reliability and trusworthiness
• Kriteria ini berhubungan dengan proses pelayanan. • Pengguna jasa pelayanan bukan tidak memahami risiko
yang mereka hadapi jika memilih jasa pelayanan yang ditawarkan oleh dokter. Pasien dan keluarganya sudah mempercayai sepenuhnya dokter yang akan melakukan tindakan karena pengalaman dan reputasinya.
5. Recovery
• Kriteria penilaian ini juga berhubungn dengan proses pelayanan.
• Pelanggan memang menyadari kalau ada kesalahan atau risiko akibat tindakan medis yang diambil, tetapi para pengguna jasa pelayanan mempercayai bahwa institusi penyedia jasa pelayanan sudah melakukan perbaikan (recovery) terhadap mutu pelayanan yang
6. Reputation and credibility
•
Kriteriaini berhubungan dengan
image
.
•
Pelanggan akan meyakini benar bahwa
Nov 19, 2018 SAMSI J: KLH AUDIT KLINIS (IEU) 32
DIMENSI-DIMENSI MUTU MENURUT WHO, 1983
MUTU (Kualitas)
Hemat
= Pasien
Selamat
= Pasien
Puas
DIMENSI MUTU
•
Mutu layanan kesehatan bersifat multidimensi, antara
lain:
1. Dimensi Kompetensi Teknis
2. Dimensi Keterjangkauan atau Akses
3. Dimensi Efektivitas
4. Dimensi Efsiensi
5. Dimensi Kesinambungan
6. Dimensi Keamanan
7. Dimensi Kenyamanan
8. Dimensi Informasi
9. Dimensi Ketepatan Waktu
1. Dimensi Kompetensi Teknis
•
menyangkut keterampilan, kemampuan, penampilan
atau kinerja pemberi layanan kesehatan.
•
Dimensi ini berhubungan dengan bagaimana
pemberi layanan kesehatan mengikuti standar
layanan kesehatan yang telah disepakati, yang
meliputi ketepatan, kepatuhan, kebenaran dan
konsistensi.
•
Tidak dipenuhinya dimensi kompetensi teknis dapat
mengakibatkan berbagai hal, mulai dari
penyimpangan kecil terhadap standar layanan
kesehatan, sampai pada kesalahan fatal yang dapat
menurunkan mutu layanan kesehatan dan
2. Dimensi Keterjangkauan atau Akses
• Artinya layanan kesehatan harus dapat dicapai oleh
masyarakat tidak terhalang oleh keadaan geografs, sosial, ekonomi, organisasi dan bahasa.
• Akses geografs diukur dengan jarak, lamanya perjalanan, biaya perjalanan, jenis transportasi, dan/atau hambatan fsik lain yang dapat menghalangi seseorang memperoleh
layanan kesehatan
• Akses sosial atau budaya berhubungan dengan dapat
diterima atau tidaknya layanan kesehatan itu secara sosial atau nilai budaya, kepercayaan dan prilaku.
• Akses ekonomi berkaitan dengan kemampuan membayar biaya layanan kesehatan.
• Akses organisasi ialah sejauh mana layanan kesehatan itu diatur hingga dapat memberikan kemudahan/kenyamanan kepada pasien atau konsumen.
• Akses bahasa, artinya pasien harus dilayani dengan
3. Dimensi Efektivitas
• Layanan kesehatan harus efektif, artinya harus mampu
mengobati atau mengurangi keluhan yang ada, mencegah terjadinya penyakit dan berkembang/meluasnya penyakit yang ada.
• Efektiftas layanan kesehatan ini bergantung pada bagaima
na standar layanan kesehatan itu digunakan dengan tepat, konsisten dan sesuai dengan situasi setempat.
• Umumnya standar layanan kesehatan disusun pada tingkat
organisasi yang lebih tinggi, sementara pada tingkat
pelaksana, standar layanan kesehatan itu harus dibahas agar dapat digunakan sesuai dengan kondisi.
• Dimensi efektivitas berhubungan erat dengan dimensi
4. Dimensi Efsiensi
•
Sumber daya kesehatan sangat terbatas.
•
Oleh karena itu dimensi efsiensi kesehatan
sangat penting dalam layanan kesehatan.
•
Layanan kesehatan yang efsien dapat melayani
lebih banyak pasien dan masyarakat.
•
Layanan kesehatan yang tidak efsien umumnya
berbiaya mahal, kurang nyaman bagi pasien,
memerlukan waktu lama, dan menimbulkan
resiko yang lebih besar pada pasien.
•
Dengan melakukan analisis efsiensi dan
5. Dimensi Kesinambungan
•
Dimensi kesinambungan layanan kesehatan
artinya pasien harus dapat dilayani sesuai
dengan kebutuhannya, termasuk rujukan jika
diperlukan tanpa mengulangi prosedur diagnosis
dan terapi yang tidak perlu.
•
Pasien harus selalu mempunyai akses ke layanan
kesehatan yang dibutuhkannya. Karena riwayat
penyakit pasien terdokumentasi dengan lengkap,
akurat dan terkini,
•
layanan kesehatan rujukan yang diperlukan
6. Dimensi Keamanan
• Dimensi keamanan maksudnya layanan kesehatan harus aman, baik bagi pasien, pemberi layanan maupun
masyarakat sekitarnya.
• Layanan kesehatan yang bermutu harus aman dari risiko cidera, infeksi, efek samping, aatau bahaya lain.
• Oleh karena itu harus disusun suatu prosedur yang akan menjamin keamanan kedua belah pihak.
7. Dimensi Kenyamanan
• Dimensi kenyamanan tidak berpengaruh langsung dengan efektivitas layanan kesehatan, tetapi mempengaruhi
kepuasan pasien/konsumen sehingga mendorong pasien untuk datang berobat kembali ke tempat tersebut.
8. Dimensi Informasi
•
Layanan kesehatan yang bermutu harus mampu
memberikan informasi yang jelas tentang apa.
Siapa, kapan, dimana dan bagaimana layanan
kesehatan itu akan atau telah dilaksanakan.
•
Dimensi informasi ini sangat penting pada tingkat
puskesmas dan rumah sakit.
9. Dimensi Ketepatan Waktu
•
Agar berhasil, layanan kesehatan harus dilakukan
10.Dimensi Hubungan Antarmanusia
•
Hubungan antarmanusia adalah hubungan
antara pemberi layanan kesehatan (provider)
dengan pasien atau masyarakat (konsumen),
antar sesama pemberi layanan kesehatan, antar
atasan-bawahan, dinas kesehatan, rumah sakit,
puskesmas, pemerintah daerah, LSM,
masyarakat dan lain-lain.
•
Hubungan antarmanusia yang baik akan
menimbulkan kepercayaan dan kredibilitas
dengan cara saling menghargai, menjaga
DEMENSI KEPUASAN PASIEN
1. Mengacu pada penerapan standar dan kode etik profesi
–
Hubungan dokter-pasien
–
Kenyamanan Pelayanan
–
Kebebasan melakukan pilihan
–
Pengetahuan dan kompetensi teknis
–
Efektiftas pelayanan
–
Keamanan tindakan
2. Mengacu pd penerapan semua persyaratan pelayanan
kesehatan
–
Ketersediaan pelayanan kesehatan
–
Kewajaran
–
Kesinambungan Pelayanan kesehatan
–
Penerimaan pelayanan kesehatan
–
Ketercapaian pelayanan kesehatan
–
Keterjangkauan
–
Efsiensi
KESIMPULAN
• Mutu pelayanan kesehatan adalah penampilan yang pantas
atau sesuai (yang berhubungan dengan standar-standar) dan suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat
memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan
dan yang telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan
kekurangan gizi (Djoko Wijono, 2000 : 35).
• Setiap mereka yang terlibat dalam layanan kesehatan seperti
pasien, masyarakat dan organisasi masyarakat, profesi layanan kesehatan, dinas kesehatan, dan pemerintah
daerah, pasti mempunyai persepsi yang berbeda tentang unsur penting dalam menentukan mutu layanan kesehatan. Perbedaan ini antara lain disebabkan oleh terdapatnya
Mutu layanan kesehatan bersifat
multidimensi, antara lain:
1. Dimensi Kompetensi Teknis
2. Dimensi Keterjangkauan atau Akses
3. Dimensi Efektivitas
4. Dimensi Efsiensi
5. Dimensi Kesinambungan
6. Dimensi Keamanan
7. Dimensi Kenyamanan
8. Dimensi Informasi
9. Dimensi Ketepatan Waktu
Beberapa dimensi atau atribut yang harus
diperhatikan dalam perbaikan kualitas
pelayanan adalah
:
1. Ketepatan waktu pelayanan,
– berkaitan dengan waktu tunggu dan waktu proses.
2. Akurasi pelayanan,
– berkaitan dengan reliabilitas pelayanan dan bebas kesalahan.
3. Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan,
– terutama SDM yang berinteraksi langsung dengan pasien seperti petugas loket, perawat, apoteker dan lain-lain.
4. Tanggung jawab,
– berkaitan dengan penerimaan pesan & penanganan keluhan pasien. 5. Kelengkapan,
1. menyangkut lingkup pelayanan dan ketersediaan sarana pendukung. 6. Kemudahan mendapatkan layanan,
– berkaitan dengan banyaknya petugas yang melayani, banyaknya
fasilitas pendukung.
7. Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan,