• Tidak ada hasil yang ditemukan

AUDIT KLINIS DI RUMAH SAKIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "AUDIT KLINIS DI RUMAH SAKIT"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

AUDIT KLINIS DI

RUMAH SAKIT

IMO 725

Manajemen Unit Kerja 5

2 SKS

(2)

KONSEP MUTU

PELAYANAN

(3)

PENDAHULUAN

Saat ini mutu layanan kesehatan merupakan fokus utama bagi

masyarakat. Kesadaran dan kepedulian terhadap mutu memang semakin meningkat.

Mutu juga dianggap sesuatu hal yang bersifat abstrak sehingga

tidak dapat diukur

Menurut Ali Gufran, 2007; istilah mutu memiliki banyak

penafsiran yang mungkin berbeda-beda, ketika digunakan

untuk menggambarkan sebuah produk atau pelayanan tertentu.

Pada beberapa orang mengatakan bahwa sesuatu dikatakan

bermutu tinggi ketika sesuatu tersebut dianggap lebih cepat, lebih lux, lebih wah dan biasanya lebih mahal , Hal ini tentu tidak sepenuhnya benar.

Beberapa orang mengartikan layanan kesehatan bermutu

adalah layanan yang memuaskan pelanggan. Padahal layanan yang diberikan tidak memenuhi standar pelayanan medis

(4)

Ada dilema dalam upaya untuk mewujudkan mutu dalam

layanan kesehatan. Pada satu pihak Mutu juga diartikan

sejauh mana layanan kesehatan yang diberikan sesuai

dengan

standard operating procedure (SOP) atau

prosedur tetap medis.

Ketika SOP tersebut dilaksanakan seperti misalnya di

beberapa rumah sakit pendidikan milik pemerintah,

dianggap oleh pasien terlalu lama dan berbelit belit.

Menurut kacamata pasien, rumah sakit pendidikan milik

pemerintah dianggap kurang bermutu dibanding rumah

sakit swasta yang bisa lebih cepat karena prosedur yang

diterapkan lebih feksibel

(5)

Menurut JCAHO (1993)

Mutu" adalah tingkat dimana pelayanan kesehatan

pasien

ditingkatkan mendekati hasil yang diharapkan

dan mengurangi faktor-faktor yang tidak diinginkan

Layanan kesehatan yang bermutu adalah suatu layanan

kesehatan yang dibutuhkan, dalam hal ini akan

ditentukan oleh profesi layanan kesehatan, dan sekaligus

diinginkan baik oleh pasien/konsumen ataupun

masyarakat serta terjangkau oleh daya beli masyarakat

Mutu pelayanan kesehatan adalah penampilan yang

pantas atau sesuai (yang berhubungan dengan

standar-standar) dan suatu intervensi yang diketahui aman, yang

dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang

(6)

PENGERTIAN MUTU PELAYANAN

KESEHATAN

Secara umum pengertian mutu pelayanan kesehatan

adalah derajat kesempurnaan pelayanan kesehatan

yang sesuai standar profesi dan standar pelayanan

dengan menggunakan potensi sumber daya yang

tersedia di rumah sakit atau puskesmas secara wajar,

efsien, dan efektif serta diberikan secara aman dan

memuaskan sesuai norma, etika, hukum, dan sosial

budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan

kemampuan pemerintah, serta masyarakat konsumen.

adalah menunjuk pada tingkat kesempurnaan

(7)

Pengertian mutu pelayanan kesehatan

yang disusun oleh Institute of medicine

(IOM )

Mutu pelayanan kesehatan adalah suatu

langkah kearah peningkatan pelayanan

kesehatan baik untuk individu maupun untuk

populasi sesuai dengan keluaran ( outcome)

kesehatan yang diharapkan dan sesuai

dengan pengetahuan profesional terkini

Pemberi pelayanan kesehatan harus

(8)

BATASAN MUTU PELAYANAN

KESEHATAN

Untuk mengatasi masalah dalam perbedaan tingkat

kepuasaan setiap orang dalam menerima pelayanan

kesehatan, maka telah disepakati bahwa pembahasan tentang kepuasan pasien yang dikaitkan dengan mutu pelayanan

kesehatan mengenal paling tidak dua pembatasan, yaitu: 1. Pembatasan pada derajat kepuasan pasien

ukuran yang dipakai untuk mengukur kepuasan disini

bersifat umum yakni sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk.

2.  Pembatasan pada upaya yang dilakukan

pada upaya yang dilakukan dalam menimbulakan rasa puas

(9)

SYARAT POKOK PELAYANAN

KESEHATAN

Syarat pokok pelayanan kesehatan yang dimaksud

(Azwar, 1996) adalah :

1. Tersedia dan berkesinambungan

pelayanan tersebut harus tersedia di masyarakat

(available) serta bersifat berkesinambungan

(continuous). Artinya semua jenis pelayanan

kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat dan

mudah dicapai oleh masyarakat.

2. Dapat diterima dan wajar

adalah apa yang dapat diterima (acceptable) oleh

(10)

3. Mudah dicapai

mudah dicapai (accessible) oleh masyarakat.

Pengertian ketercapaian yang dimaksud

terutama dari sudut lokasi.

4. Mudah dijangkau

adalah mudah dijangkau (afordable) oleh

masyarakat. terutama dari sudut jarak dan biaya.

5. Bermutu

adalah yang bermutu (quality). adalah yang

menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan

kesehatan yang diselenggarakan, disatu pihak

(11)

Konsep Mutu menurut WHO

(1983)

Dimensi – dimensi mutu asuhan

adalah :

Tehnical quality (=

profesionalisme PPK)

Efsiensi dalam pemanfaatan

sumber daya

(12)

Dimensi – dimensi baru dalam

konsep mutu menurut WHO

adalah :

Dimensi ekonomi : perhatian tentang

aspek ekonomi dalam pelayanan

kesehatan yaitu ada efsiensi dalam

pemberdayaan sumber daya kesehatan

Manajemen resiko : upaya proaktif institusi

dan para profesional untuk mencegah

resiko cedera pada pasien

(13)

KONSEP / DEFINISI BARU

TENTANG MUTU PELAYANAN

KESEHATAN

INSTITUTE of MEDICINE

(AMERIKA, 2001)

Mutu pelayanan kesehatan

= Adalah tingkat pelayanan kepada

PERORANGAN dan POPULASI yang

memungkin

memungkin

kan peningkatan

kan peningkatan

outcome

outcome

y

y

an

an

g

g

DIHARAPKAN

(14)

DIMENSI MUTU

(Penelitian Robert & Prevost 1987)

• Bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan (health consumer), mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi:

– ketanggapan petugas dalam memenuhi kebutuhan pasien,

– kelancaran komunikasi petugas dgn pasien,

– Keprihatinan serta keramahtamahan petugas dalam melayani pasien, dan atau

– kesembuhan penyakit yang sedang diderita pasien

• Pasien/masyarakat (konsumen) melihat layanan kesehatan yang bermutu sebagai suatu layanan kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan dan diselenggarakan dengan cara

yang sopan dan santun, tepat waktu, tanggap dan mampu menyembuhkan keluhannya serta mencegah

(15)

Pandangan pasien ini sangat penting karena

pasien yang merasa puas akan mematuhi

pengobatan dan mau datang berobat kembali.

Pemberi layanan harus memahami status

kesehatan dan kebutuhan layanan kesehatan

masyarakat yang dilayaninya dan mendidik

masyarakat tentang layanan kesehatan dasar

dan melibatkan masyarakat dalam menentukan

bagaimana cara yang paling efektif

(16)

Bagi penyelenggara pelayanan

kesehatan

(health provider),

mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada

dimensi:

kesesuaian pelayanan yang diselenggarakan dengan

perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran mutakhir, dan atau adanya otonomi profesi pada waktu menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan pasien

Komitmen dan motivasi pemberi layanan kesehatan

bergantung pada kemampuannya dalam melaksanakan tugas dengan cara yang optimal.

Profesi layanan kesehatan membutuhkan dan mengharapkan

adanya dukungan teknis, administratif, dan layanan pendukung lainnya yang efektif serta efsien dalam

(17)

Bagi penyandang dana kesehatan

(health fnancing),

mutu pelayanan kesehatan lebih terkait

pada dimensi:

efsiensi pemakaian sumber dana,

kewajaran pembiayaan kesehatan, dan atau

kemampuan pelayanan kesehatan mengurangi kerugian

penyandang dana pelayanan kesehatan

Penyandang dana atau asuransi kesehatan menganggap

bahwa layanan kesehatan yang bermutu sebagai suatu

layanan kesehatan yang efektif dan efsien.

Pasien diharapkan dapat disembuhkan dalam waktu yang

sesingkat mungkin sehingga biaya pengobatan dapat

menjadi efsien.

upaya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit akan

ditingkatkan agar layanan kesehatan penyembuhan

(18)

Bagi Pemilik Sarana Layanan

Kesehatan

mutu pelayanan kesehatan

lebih terkait pada dimensi:

Pemilik sarana layanan kesehatan berpandangan

bahwa layanan kesehatan yang bermutu

merupakan layanan kesehatan yang

menghasilkan pendapatan yang mampu

menutupi biaya operasional dan pemeliharaan,

tetapi dengan tarif yang masih terjangkau oleh

pasien/masyarakat, yaitu pada tingkat biaya yang

tidak mendapat keluhan dari pasien dan

(19)

Bagi Administrator Layanan

Kesehatan

mutu pelayanan kesehatan lebih terkait

pada dimensi:

Administrator walau tidak langsung memberikan

layanan kesehatan pada masyarakat, tetapi ikut

bertanggung jawab dalam masalah mutu layanan

kesehatan.

Administrator dapat menyusun prioritas dalam

menyediakan apa yang menjadi kebutuhan dan

harapan pasien serta pemberi layanan

(20)

Karakteristik pelayanan jasa

menurut Suprianto&Ernawaty (2010):

1. Tidak berwujud (intangible)  

Jasa tidak dapat dilihat, dikecap, dirasakan, didengar, dicium

atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi atau diproduksi.

Jasa adalah perbuatan, kinerja atau usaha yang bisa

dikonsumsi tapi tidak bisa dimiliki.

Konsep intangible memiliki dua pengertian:

a.  Sesuatu yang tidak dapat disentuh dan tidak dapat diraba. b. Sesuatu yang tidak dapat dengan mudah didefnisikan,

diformulasikan atau dipahami secara rohaniah.

2. Tak dapat disimpan  (imperishability)

Barang tidak dapat tahan lama, dapat disimpan bahkan dapat

dijual kembali, sedangkan jasa tidak mungkin disimpan sebagai investasi atau diulang.

Produk jasa pelayanan adalah orangnya itu sendiri. 

Pelayanan tidak bisa dipisahkan dengan sumbernya atau yang

(21)

3. Heterogen (variability)

• Jasa sangat bervariasi karena hasil tidak berstandar, artinya banyak variasi bentuk,  kualitas  dan  jenis, tergantung  pada siapa, kapan dan dimana  jasa  tersebut  dihasilkan. 

• Para pembeli sangat peduli dengan variability ini dan sering mereka meminta pendapat orang lain sebelum memutuskan untuk memilih.

• Jasa yang diberikan pada klien yang satu bisa berbeda dengan klien yang lain meskipun diagnostik penyakitnya sama.

4. Tak dapat dipisahkan (inseparatability)

• Jasa diproduksi dan dikonsumsi pada saat proses berjalan, artinya hasil suatu jasa pelayanan sulit dipisahkan dengan prosesnya atau sumber pemberi pelayanan,

• dengan kata lain produksi dan konsumsi terjadi secara serentak.

• Konsekuensi ini akan terjadi keterbatasan orang yang dilayani.

(22)

Nov 19, 2018 SAMSI J: AUDIT MEDIS/KLINIS 22

DUA DIMENSI PADA PARADIGMA BARU TTG MUTU YG DISUSUN ATAS DASAR DEFINISI BARU IOM TTG MUTU PELAYANAN PASIEN

PERORANGAN DAN POPULASI.

Layanan

• Agar sembuh jika sakit, • Dapat hidup tetap sejahtera

dgn penyakit atau kecacadan, • Dpt menyesuaikan jika

(23)

Ada dimensi dalam defnisi

mutu pelayanan kesehatan

ini:

1. Tentang komponen – komponen

mutu pelayanan yang diberikan

kepada individu dan populasi

2. Harapan pasien tentang

peningkatan

outcome

yang

konsisten dengan tingkat

(24)

Faktor – faktor yang

berpengaruh

:

Mutu pelayanan kesehatan menunjuk

pada penampilan dari pelayanan

kesehatan

Makin sempurna penampilan

pelayanan kesehatan, makin

sempurna mutunya.

(25)

Faktor – faktor yang

mempengaruhi :

Unsur Didalam

Tenaga

Sarana

Unsur Lingkungan

Kebijakan,

organisasi,

management

Unsur Proses

Tindakan medis

(26)

SITUASI YANG IDEAL DALAM

PROFESIONALISME PARA KLINISI

PROFESIONALISME PARA KLINISI

PENERAPAN PROGRAM- PROGRAM MENJAGA

PENERAPAN PROGRAM- PROGRAM MENJAGA

MUTU

MUTU

STANDAR PELAYANAN DAN PROSEDUR-

STANDAR PELAYANAN DAN PROSEDUR-

PROSEDUR

PROSEDUR

OPERASIONAL DIJALANKAN.

OPERASIONAL DIJALANKAN.

ETIKA PROFESI DITERAPKAN.

ETIKA PROFESI DITERAPKAN.

OUTCOME

OUTCOME

:

:

ASUHAN YANG AMAN DAN EFEKTIF,

ASUHAN YANG AMAN DAN EFEKTIF,

BERFOKUS PADA PASIEN,

BERFOKUS PADA PASIEN,

TEPAT-WAKTU, EFISIEN, DAN ADIL.

TEPAT-WAKTU, EFISIEN, DAN ADIL.

(27)

Menurut Donabedian sebagaimana dikutip

Mulyadi (2001:1–2), pengukuran mutu

pelayanan kesehatan dapat diukur dengan

menggunakan tiga variabel:

1. Input (struktur)

– yaitu segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan kesehatan, ( tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan, bahan, teknologi, organisasi, informasi, dan lain-lain) yang bermutu memerlukan

dukungan input yang bermutu pula. Hubungan struktur dengan mutu pelayanan kesehatan adalah dalam perencanaan dan penggerakan pelaksanaan pelayanan kesehatan.

2. Proses,

– ialah interaksi profesional antara pemberi pelayanan dengan konsumen (pasien/masyarakat). Proses ini merupakan variabel penilaian mutu yang penting.

3. Output/outcome,

– ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang terjadi pada konsumen (pasien/masyarakat), termasuk kepuasan dari

(28)

Faktor-faktor yang digunakan

konsumen untuk mengukur kualitas

jasa adalah

outcome

,

process

dan

image

jasa tersebut.m

enurut Gronroos

sebagaimana dikutip Muninjaya (2011:8–9),

ke 3 kriteria tersebut dapat dijabarkan

menjadi 6 unsur:

1.Professionalism and skill

kriteria  ini   berhubungan  dengan

outcome

  yaitu 

tingkat   kesem buhan  pasien. 

Pelanggan   menyadaribahwa   jasa   pelayanan  

kesehatan   dihasilkan   oleh sumber  daya manusia

yang memiliki pengetahuan dan keterampilan

profesional yang berbeda.

Institusi penyedia pelayanan kesehatan harus

(29)

2.

Attitudes and behavior

• Kriteria  sikap  dan  perilaku  staf  akan  berhubungan  dengan  proses pelayanan.

• Pelanggan institusi jasa pelayanan kesehatan akan

merasakan kalau dokter dan paramedis rumah sakit sudah melayani mereka dengan baik sesuai standar prosedur

operasional pelayanan.

• Situasi ini ditunjukkan oleh sikap dan perilaku positif staf yang akan membantu para pengguna pelayanan

kesehatan mengatasi keluhan sakitnya. 3.

Accessibility and fexibility

• Kriteriaini  berhubungan  dengan  proses  pelayanan. 

• Pengguna  jasa pelayanan akan merasakan bahwa institusi penye dia pelayanan jasa, lokasi, jam kerja, dan sistemnya dirancang dengan baik untuk memudahkan para pengguna mengakses pela yanan sesuai dengan kondisi pengguna jasa (feksibilitas), yaitu disesuaikan dengan keadaan sakit pasien, jarak yang harus ditempuh, tarif pelayanan, dan kemampuan ekonomi pasien atau keluarga untuk

(30)

4. Reliability and trusworthiness

• Kriteria  ini  berhubungan  dengan  proses  pelayanan. • Pengguna  jasa pelayanan bukan tidak memahami risiko

yang mereka hadapi jika memilih jasa pelayanan yang ditawarkan oleh dokter. Pasien dan keluarganya sudah mempercayai sepenuhnya dokter yang akan melakukan tindakan karena pengalaman dan reputasinya.

5. Recovery

• Kriteria penilaian ini juga berhubungn dengan proses pelayanan.

• Pelanggan memang menyadari kalau ada kesalahan atau risiko akibat tindakan medis yang diambil, tetapi para pengguna jasa pelayanan mempercayai bahwa institusi penyedia jasa pelayanan sudah melakukan perbaikan (recovery) terhadap mutu pelayanan yang

(31)

6. Reputation and credibility

Kriteriaini  berhubungan  dengan 

image

Pelanggan  akan  meyakini benar bahwa

(32)

Nov 19, 2018 SAMSI J: KLH AUDIT KLINIS (IEU) 32

DIMENSI-DIMENSI MUTU MENURUT WHO, 1983

MUTU (Kualitas)

Hemat

= Pasien

Selamat

= Pasien

Puas

(33)

DIMENSI MUTU

Mutu layanan kesehatan bersifat multidimensi, antara

lain:

1. Dimensi Kompetensi Teknis

2. Dimensi Keterjangkauan atau Akses

3. Dimensi Efektivitas

4. Dimensi Efsiensi

5. Dimensi Kesinambungan

6. Dimensi Keamanan

7. Dimensi Kenyamanan

8. Dimensi Informasi

9. Dimensi Ketepatan Waktu

(34)

1. Dimensi Kompetensi Teknis

menyangkut keterampilan, kemampuan, penampilan

atau kinerja pemberi layanan kesehatan.

Dimensi ini berhubungan dengan bagaimana

pemberi layanan kesehatan mengikuti standar

layanan kesehatan yang telah disepakati, yang

meliputi ketepatan, kepatuhan, kebenaran dan

konsistensi.

Tidak dipenuhinya dimensi kompetensi teknis dapat

mengakibatkan berbagai hal, mulai dari

penyimpangan kecil terhadap standar layanan

kesehatan, sampai pada kesalahan fatal yang dapat

menurunkan mutu layanan kesehatan dan

(35)

2. Dimensi Keterjangkauan atau Akses

• Artinya layanan kesehatan harus dapat dicapai oleh

masyarakat tidak terhalang oleh keadaan geografs, sosial, ekonomi, organisasi dan bahasa.

• Akses geografs diukur dengan jarak, lamanya perjalanan, biaya perjalanan, jenis transportasi, dan/atau hambatan fsik lain yang dapat menghalangi seseorang memperoleh

layanan kesehatan

• Akses sosial atau budaya berhubungan dengan dapat

diterima atau tidaknya layanan kesehatan itu secara sosial atau nilai budaya, kepercayaan dan prilaku.

• Akses ekonomi berkaitan dengan kemampuan membayar biaya layanan kesehatan.

• Akses organisasi ialah sejauh mana layanan kesehatan itu diatur hingga dapat memberikan kemudahan/kenyamanan kepada pasien atau konsumen.

• Akses bahasa, artinya pasien harus dilayani dengan

(36)

3. Dimensi Efektivitas

Layanan kesehatan harus efektif, artinya harus mampu

mengobati atau mengurangi keluhan yang ada, mencegah terjadinya penyakit dan berkembang/meluasnya penyakit yang ada.

Efektiftas layanan kesehatan ini bergantung pada bagaima

na standar layanan kesehatan itu digunakan dengan tepat, konsisten dan sesuai dengan situasi setempat.

Umumnya standar layanan kesehatan disusun pada tingkat

organisasi yang lebih tinggi, sementara pada tingkat

pelaksana, standar layanan kesehatan itu harus dibahas agar dapat digunakan sesuai dengan kondisi.

Dimensi efektivitas berhubungan erat dengan dimensi

(37)

4. Dimensi Efsiensi

Sumber daya kesehatan sangat terbatas.

Oleh karena itu dimensi efsiensi kesehatan

sangat penting dalam layanan kesehatan.

Layanan kesehatan yang efsien dapat melayani

lebih banyak pasien dan masyarakat.

Layanan kesehatan yang tidak efsien umumnya

berbiaya mahal, kurang nyaman bagi pasien,

memerlukan waktu lama, dan menimbulkan

resiko yang lebih besar pada pasien.

Dengan melakukan analisis efsiensi dan

(38)

5. Dimensi Kesinambungan

Dimensi kesinambungan layanan kesehatan

artinya pasien harus dapat dilayani sesuai

dengan kebutuhannya, termasuk rujukan jika

diperlukan tanpa mengulangi prosedur diagnosis

dan terapi yang tidak perlu.

Pasien harus selalu mempunyai akses ke layanan

kesehatan yang dibutuhkannya. Karena riwayat

penyakit pasien terdokumentasi dengan lengkap,

akurat dan terkini,

layanan kesehatan rujukan yang diperlukan

(39)

6. Dimensi Keamanan

Dimensi keamanan maksudnya layanan kesehatan harus aman, baik bagi pasien, pemberi layanan maupun

masyarakat sekitarnya.

Layanan kesehatan yang bermutu harus aman dari risiko cidera, infeksi, efek samping, aatau bahaya lain.

Oleh karena itu harus disusun suatu prosedur yang akan menjamin keamanan kedua belah pihak.

7. Dimensi Kenyamanan

Dimensi kenyamanan tidak berpengaruh langsung dengan efektivitas layanan kesehatan, tetapi mempengaruhi

kepuasan pasien/konsumen sehingga mendorong pasien untuk datang berobat kembali ke tempat tersebut.

(40)

8. Dimensi Informasi

Layanan kesehatan yang bermutu harus mampu

memberikan informasi yang jelas tentang apa.

Siapa, kapan, dimana dan bagaimana layanan

kesehatan itu akan atau telah dilaksanakan.

Dimensi informasi ini sangat penting pada tingkat

puskesmas dan rumah sakit.

9. Dimensi Ketepatan Waktu

Agar berhasil, layanan kesehatan harus dilakukan

(41)

10.Dimensi Hubungan Antarmanusia

Hubungan antarmanusia adalah hubungan

antara pemberi layanan kesehatan (provider)

dengan pasien atau masyarakat (konsumen),

antar sesama pemberi layanan kesehatan, antar

atasan-bawahan, dinas kesehatan, rumah sakit,

puskesmas, pemerintah daerah, LSM,

masyarakat dan lain-lain.

Hubungan antarmanusia yang baik akan

menimbulkan kepercayaan dan kredibilitas

dengan cara saling menghargai, menjaga

(42)

DEMENSI KEPUASAN PASIEN

1. Mengacu pada penerapan standar dan kode etik profesi

Hubungan dokter-pasien

Kenyamanan Pelayanan

Kebebasan melakukan pilihan

Pengetahuan dan kompetensi teknis

Efektiftas pelayanan

Keamanan tindakan

2. Mengacu pd penerapan semua persyaratan pelayanan

kesehatan

Ketersediaan pelayanan kesehatan

Kewajaran

Kesinambungan Pelayanan kesehatan

Penerimaan pelayanan kesehatan

Ketercapaian pelayanan kesehatan

Keterjangkauan

Efsiensi

(43)

KESIMPULAN

Mutu pelayanan kesehatan adalah penampilan yang pantas

atau sesuai (yang berhubungan dengan standar-standar) dan suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat

memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan

dan yang telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan

kekurangan gizi (Djoko Wijono, 2000 : 35).

Setiap mereka yang terlibat dalam layanan kesehatan seperti

pasien, masyarakat dan organisasi masyarakat, profesi layanan kesehatan, dinas kesehatan, dan pemerintah

daerah, pasti mempunyai persepsi yang berbeda tentang unsur penting dalam menentukan mutu layanan kesehatan. Perbedaan ini antara lain disebabkan oleh terdapatnya

(44)

Mutu layanan kesehatan bersifat

multidimensi, antara lain:

1. Dimensi Kompetensi Teknis

2. Dimensi Keterjangkauan atau Akses

3. Dimensi Efektivitas

4. Dimensi Efsiensi

5. Dimensi Kesinambungan

6. Dimensi Keamanan

7. Dimensi Kenyamanan

8. Dimensi Informasi

9. Dimensi Ketepatan Waktu

(45)

Beberapa dimensi atau atribut yang harus

diperhatikan dalam perbaikan kualitas

pelayanan adalah

:

1. Ketepatan waktu pelayanan,

berkaitan dengan waktu tunggu dan waktu proses.

2. Akurasi pelayanan,

berkaitan dengan reliabilitas pelayanan dan bebas kesalahan.

3. Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan,

– terutama SDM yang berinteraksi langsung dengan pasien seperti petugas loket, perawat, apoteker dan lain-lain.

4. Tanggung jawab,

– berkaitan dengan penerimaan pesan & penanganan keluhan pasien. 5. Kelengkapan,

1. menyangkut lingkup pelayanan dan ketersediaan sarana pendukung. 6. Kemudahan mendapatkan layanan,

berkaitan dengan banyaknya petugas yang melayani, banyaknya

fasilitas pendukung.

7. Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan,

(46)

Beberapa atribut atau faktor yang

digunakan dalam mengevaluasi Pelayanan

yang bersifat intangible

(tak teraba)

menurut Tjiptono (1997, 26) yaitu :

1. Keandalan (reliability) yaitu kemampuan untuk

memberikan pelayanan yang dijanjikan

dengan

segera, akurat dan memuaskan.

2. Ketanggapan (responsiveness), yaitu keinginan/

kepedulian para staf dan karyawan untuk

membantu para pasien dan memberikan pelayanan

dengan tanggap.

3. Jaminan (assurance), mencakup pengetahuan,

(47)

Referensi

Dokumen terkait

Penurunan Kadar Total Suspended Solid (TSS) Limbah Cair Industri Pencucian Kendaraan Bermotor Dengan Menggunakan Pelepah Pisang; Kurnia Ardiansyah Akbar;

(1) (1)  Tolosa-  Tolosa- Hunt Syndrome (THS) adalah gangguan yang jarang ditemui, ditandai Hunt Syndrome (THS) adalah gangguan yang jarang ditemui, ditandai

Penggunaan strategi kerja sama kawasan yang digunakan Cina dalam menangani aksi separatis di Xinjiang sejalan dengan prinsip “dunia harmonis” pada masa pemerintahan Hu

Untuk semua pihak yang telah membantu penulis baik dari segi moril maupun materil dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih, mohon maaf jika saya

Mata kuliah ini merupakan mata kuliah keahlian sebagai bagian dari kajian ekonomi Islam mengkaji prinsip-prinsip manajemen dalam al-Qur’an dan hadits, etika bisnis Islam, sejarah

Pembangunan Perkebunan kelapa sawit mempunyai dampak ganda terhadap ekonomi wilayah, terutama sekali dalam menciptakan kesempatan dan peluang kerja. Pembangunan perkebunan

Dalam Al Qur'an, Allah memberi tahu kita bahwa dalam Allah memberi tahu kita bahwa dalam surga, manusia akan mendapatkan lebih d surga, manusia akan mendapatkan lebih dari yang