AUDIT KLINIS DI
RUMAH SAKIT
IMO 725
Manajemen Unit Kerja 5
2 SKS
GOOD CLINICAL
GOVERNANCE
Corporate governance
•
Tata kelola perusahaan
• Berdasarkan surat edaran Meneg PM & P BUMN no.S.106/ M.PMP BUMN/2000 tanggal 17 April 2000 tentqng
kebijakan penerapan Corporate governance menyatakan bahwa :
• Good corporate governance adalah suatu hal berkaian dengan pengambilan keputusan yang efektif yang
bersumber dari budaya perusahaan , etika , nilai , sistim , proses bisnis , kebijakan dan struktur organisasi
perusahaan yang bertujuan untuk mendorong dan
mendukung pengembangan perusahaan , pengelolaan sumber daya dan resiko secara lebih efsien , efektif dan pertanggungjawaban perusahaan kepada pemegang
Tujuan yang ingin dicapai dari
pelaksanaan Good Corporate
governance adalah :
•
Tercapainya sasaran yang telah
ditetapkan
•
Aktiva perusahaan dijaga dengan
baik
•
Perusahaan menjalankan
praktek-praktek yang sehat
•
Kegiatan – kegiatan dilaksanakan
Good corporate governance
•
Merupakan suatu prinsip dasar pengelolaan
perusahaan secara transparan , akuntabel dan adil
sesuai dengan aturan dan etika yang berlaku
umum
•
Adalah upaya mengarahkan dan mengendalikan
perusahaan agar menjadi keseimbangan kekuatan
kewenangan diantara pengelola perusahaan ( Sir
Adrian Cdbury 1992)
•
Suatu proses dan struktur yang digunakan untuk
mengarahkan dan mengelola kegiatan guna
meningkatkan kemajuan dan akuntabilitas
perusahaan sehingga pada jangka panjang
Prinsip – prinsip Corporate
governance
•
Dalam praktek pelaksanaan good
corporate governance dikenal 4 prinsip
utama yaitu :
1.Pertanggung jawaban = RESPONSIBILITY
2.Akuntabilitas : ACCOUNTABILITY
3.Keadilan : FAIRNESS
Pertanggung jawaban :
Responsibility
•
Konsep triple bottom line :
–
Mengejar laba/ keuntungan
–
Memenuhi tanggung jawab sosial
–
Menjaga pertumbuhan yang
Akuntabilitas :
Accountability
•
Dalam hal ini corporate governance
membuat suatu sistim yang
menjamin agar manajemen tetap
menjaga akuntabilitas kepada
Keadilan : fairness
•
Prinsip keadilan : menuntut adanya
perlakuan yang sama (equal) antara
semua pihak namun pada pelaksanaannya
prinsip ini sering dilanggar
•
Dalam corporate governance yang baik
disyaratkan berprinsip agar komisaris atau
direksi bekerja secara independen dan
profesional dan pihak manajemen sedapat
mungkin menghindari situasi yang
Transparansi : transparency
•
Berarti tidak ada yang disembunyikan
•
Hal ini dapat dimulai dengan
menyajikan laporan keuangan yang
akurat dan tepat waktu , sistim
UNSUR UNSUR DALAM CORPORATE
GOVERNANCE
1. Share holders
2. Board of commissioners
3. Board of Managing Directors
4. Audit system
5. Corporate secretary
6. Stake holders
PEMILIK
•
Share holders : pemegang saham
•
Mempunyai hak :
–
Menghadiri dan ikut berperan dalam
memberikan suara pada rapat umum
pemegang saham
–
Memperoleh informasi yang relevan
secara berkala dan teratur
KOMISARIS
•
Bertanggung jawab dan mempunyai wewenang
untuk melakukan supervisi atas semua
kebijakan dan tindakan yang dilakukan oleh
direksi
•
Serta memberikan pertimbangan ( advise s)
jika dibutuhkan
•
Komisaris sebaiknya tidak ada hubungannya
dengan direksi dan tidak berada dibawah
kendali pemilik saham
DIREKTUR
•
Direksi harus terdiri atas orang – orang
yang berkarakter baik dan memiliki
pengalaman mengendalikan
perusahaan / rumah sakit .
•
Direksi bekerja sesuai dengan visi dan
misi
•
Melaksanakan tugas manajemen
Audit system
•
Dibentuk komite audit dengan
anggota sekurang – kurangnya 3
orang
•
Diangkat dan diberhentikan serta
Stake holders
•
Adalah
–
masyarakat lingkungan dimana rumah sakit
beroperasi
–
SDM : Pegawai
–
Pelanggan : pasien dan keluarga
–
Pemasok : distributor , dll
–
Kreditur : rekanan asuransi , perusahaan dsb
Disclosure
•
Mempunyai inisiatif untuk
mengungkapkan hal-hal penting
berkaitan dengan pembuatan
keputusan dan penyelesaian
permasalahan yang berkaitan
MANFAAT CORPORATE
GOVERNANCE
• Meminimalkan agency cost
– Dengan penyusunan struktur dan pembagian fungsi yang baik dan efektif sehingga pengeluaran biaya dapat ditekan seminimal mungkin
• Meminimalkan cost of capital
– Dengan pengelolaan yang baik dan sehat akan menciptakan referensi positif bagi pihak kreditor
• Meningkatkan nilai saham perusahaan
– Pengelolaan kegiatan yang baik sehingga menarik investor untuk menanamkan modalnya
• Mengangkat citra perusahaan
Untuk membangun Good corporate
governance diperlukan sistim
manajemen sebagai berikut :
• Manajemen resiko :
– Untuk memastikan bahwa semua kegiatan telah sesuai dengan strategi dan kebijakan yang berlaku • Manajemen performa
– Pokok – pokok pikiran harus diintegrasikan kedalam cara menentukan target dan cara menilai kinerja sesuai dengan target yang ditentukan .
– Kinerja diukur dan diatura secara seimbang dan bermakna
• Sistim internal control
Posisi komite Audit didalam struktur
organisasi
Dewan
Komisaris
Komite
Audit
Direksi
Tanggung jawab dewan
komisaris
•
Dewan komisaris harus memonitor
efektiftas praktek tata kelola perusahaan
yang baik ( good corporate governance)
yang diterapkan perusahaan dan
bilamana perlu dilakukan penyesuaian
•
Dewan komisaris bertanggung jawab dan
CEO
•
Tugas CEO adalah menyelesaikan
Nov 19, 2018 SAMSI J: KLH AUDIT KLINIS (IEU) 23
GOOD
CLINICAL GOVERNANCE
=
KM (+ Dirmed) mengarahkan dan mengendalikan para klinisi yg kompeten melakukanPROSES-2 klinis dgn standar asuhan yang tinggi,
Proses-2 klinis:
ditunjang oleh:
1. Sarana, alat,
material, sistem2,
yg memadai/layak
2. Program-2 khusus, a.l.:
QA, EBP, Risk Mngmnt, CPD,
CLINICAL AUDIT, dll.
Dng TUJUAN:
OUTCOME
KLINIS
GOOD
CLINICAL GOVERNANCE
•
Komite Medik (+ bersama dengan Direktur
medik )
mengarahkan dan mengendalikan para
klinisi yang kompeten untuk melakukan PROSES-2
klinis dengan standar asuhan yang tinggi,
•
Proses-2 klinis yang dilakukan antara lain :
–
Asesmen,
–
Diagnosis,,
–
Pengobatan,,
–
Tindkan invasif,,
TUJUAN PENYELENGGARAAN
GOOD CLINICAL GOVERNANCE
•
mendapatkan :
OUTCOME
KLINIS yang AMAN,
INTISARI HAKEKAT DAN
TUJUAN CLINICAL
GOVERNANCE
1.
Clinical governance bertujuan
meningkatkan mutu pelayanan klinis ,
dengan menjaga dan menerapkan
standar pelayanan yang tinggi dan
berkelanjutan
3. Clinical governance adalah kerangka kerja /
wahana (means) / sistem / kegiatan / cara
untuk meningkatkan mutu pelayanan klinis
4. Untuk menjalankan Clinical governance
dan akuntabilitas terhadapnya
ditetapkan( setting) , dipertahankan
( maintaining) dan dipantau ( monitoring)
secara konsisten dan bertanggung jawab
atas pelaksanaan program – program
Good clinical governance di rumah
sakit
•
Adalah praktek layanan dan asuhan klinis
kepada pasien dengan landasan :
–
Penerapan etika profesi dan etika institusi
–
Duty of care oleh manajemen dan klinisi
terhadap pasien
–
Profesionalisme klinisi dan manajemen
–
Akuntabilitas bersama klinisi dan
manajemen
FALSAFAH DAN TUJUAN
•
Protecting the patient and guiding
the profesionals
•
Sesuai dengan UU No.29/2004
PEDOMAN MENJAGA GOOD CLINICAL
GOVERNANCE DI RUMAH SAKIT OLEH
STAF MEDIK
•
Staf medik terpilih
•
Secara berlanjut dijaga dan dibina etika,
kompetensi dan kinerjanya
•
Dalam memberikan pelayanan asuhan
klinis yang profesional , efsien , aman
dan memuaskan pasien
CLINICAL
GOVERNANCE
•
TUJUAN
– Mewujudkan asuhan klinis dengan mutu dan standar
tertinggi
•
AKUNTABILITAS
– Akuntabilitas individu ( klinisi + manajer ) dan institusi
•
BUILDING BLOCKS
– Program – program pengembangan staf dan organisasi – QA, Clinical risk management , Evident based practice ,
Clinical efektiveness, Clinical audit, belajar dari pengalaman
Nov 19, 2018 SAMSI J: AUDIT MEDIS/KLINIS 32
1. DIMENSI-DIMENSI MUTU MENURUT WHO, 1983
MUTU
Efisiensi dlm pemanfaatan ko atau penya-kit terkait dgn asuhan klinis.
Patient Satisfaction
Profesiona-lisme
pembe-ri asuhan
Biaya
Nov 19, 2018 SAMSI J: AUDIT MEDIS/KLINIS 33
ASUHAN KLINIS TIDAK BERMUTU:
Asuhan:
• Tidak profesional
• Tidak efisien
• Tidak aman (Patient Safety)
• Tidak memuaskan
• Moral hazards
• Tdk etis / tidak legal
• Kelalaian, Penelantaran (negligence)
• Kesalahan medis (Medical errors)
• Tidak evidence-based
• Tidak kompeten • Tidak efektif
• Overuse: Pemakaian daya berlebihan
• Underuse
• Misuse
• Critical incidents
• Near miss (nyaris musibah)
• Adverse events (musibah klinis)
• Cidera (harms)
• Keluhan (Complaints)
• Tuntutan (Claims)
BEBERAPA CONTOH ASUHAN TIDAK BERMUTU
1. TERKAIT DGN TINDAKAN TIDAK PROFESIONAL.
–
Tidak ada ‘informed consent’ yg sesuai prosedur.
–
Diagnosis yang kemudian ternyata salah.
–
Diagnosis terlambat.
–
Hasil lab / EKG / X-ray dll salah atau tidak diperhatikan..
–
Tindakan salah (medical error).
–
Tindakan terlambat.
–
Kelalaian dalam tindakan atau pengawasan.
REKAM MEDIK DAN KESEHATAN
SEBUAH RUMAH SAKIT
• Rekam medik RS merupakan komponen penting dalam pelaksanaan kegiatan manajemen di RS .
• rekam medik harus mampu menyajikan informasi
lengkap tentang proses pelayanan medis dan kesehatan di rs baik dimasa lalu , masa kini maupun perkiraan
dimasa mendatang apa yang akan terjadi .
• Aspek hukum PERATURAN MENTERI KESEHATAN
( Permenkes) tentang pengisian RM dapat memberikan sanksi hukum bagi RS atau petugas kesehaan yang
melalaikan dan berbuat khilaf dalam pengisian lembar RM
• Data rekam medis di sebuah rumah sakit dibagi menjadi 2 kelompok yaitu :
1. DATA MEDIK
•
Data medik dihasilkan sebagai kewajiban pihak
pelaksana pelayanan medis , paramedis, dan
ahli kesehatan lain .
•
Mereka mendokumentasikann semua hasil
pemeriksaan dan pengobatan pasien dengan
menggunakan alat perekam tertentu baik secara
manual maupun dengan komputer.
•
Jenis rekamannya disebut rekam medik dan
kesehatan (Buku pedoman catatan medik seri-7)
•
Ada 2 jenis isian rekam medik rumah sakit
yaitu :
–
RM untuk pasien rawat jalan termasuk pasien
gawat darurat
•
RM RJ & GD berisi :
–
Identitas pasien
–
Hasil anmnesis ( keluhan utama, riwayat
sekarang, riwayat penyakit yang pernah diderita,
riwayat keluarga tentang penyakit yang mungkin
diturunkan atau dapat ditularkan antar keluarga)
–
Hasil pemeriksaan fsik
–
Hasil pemeriksaan penunjang (laboratorium,
radiologi, Pemeriksaan lainnya)
–
Diagnosa kerja
–
Pengobatan
–
Tindakan
•
Isi RM untuk pasien Rawat Inap adalah
:
–
Isi hampir sama dengan RJ dengan tambahan :
–
Persetujuan pengobatan
–
Persetujuan tindakan
–
Catatan konsultasi
–
Catatan perawatan oleh perawa dan tenaga
kesehatan lainnya
–
Catatan observasi klinik
–
Hasil pengobatan
–
Resume akhir
2. DATA UMUM
•
Data umum dihasilkan oleh kelompok kegiatan non
medik yang mendukung kegiatan kelompok data medik
dipoliklinik
•
Contoh kegiatan poliklinik adalah : Kegiatan persalinan,
Kegiatan radiologi, Kegiatan perawatan, Kegiatan
pembedahan, Kegiatan laboratorium dsb
•
Data umum pendukung didapatkan dari kegiatan :
pemakaian ambulan, kegiatan pemesanan makanan ,
kegiatan kepegawaian , kegiatan keuangan , dsb .
•
Daa umum juga berguna untuk berbagai pihak diluar RS
seperti penegak hukum , instansi pemerintah,
pendidikan, asuransi dsb
•
Dan sangat berguna untuk RS yang bersangkutan dalam
TANGGUNG JAWAB RM RS
•
Yang bertanggung jawab atas pemilikan dan
pemanfaat an rekam medis adalah direkur RS
•
Pihak direktur bertanggung jawab atas hilang ,
rusak atau pemalsuannya termasuk
penggunaaannya oleh badan / orang yang tidak
berhak .
•
Isi rekam medis dimiliki oleh pasien yang wajib
dijaga kerahasiaannya terutama oleh petugas
kesehatan yang bertugas diruangan selAma
pasien dirawat.
•
Tidak seorangpun diperbolehkan mengutip
sebahagian atau seluruh isi rekam medis sebuah
RS untuk kepenting an pihak-pihak lain atau
perorangan , kecuali yang ditentukan oleh
KEGUNAAN RM
•
Ada 7 kegunaan rekam medis di RS
yaitu aspek :
1. administrasi
2. Medis
3. Hukum
4. Keuangan
5. Penelitian
6. Pendidikan
• Aspek administrasi
– rekam medis penting ditinjau dari nilai administrasinya karena isinya menyangkut kewenangan dan tanggung jawab tenaga medis dan paramedis untu mencapai tujuan perawatan pasien .
– Dalam hal ini RM merupakan sumber informasi dari pasien yang berobat atau dirawat dirumah sakit
• Aspek medis
– RM merupakan dasar untuk merencanakan pengobatan atau perawatan pasien
– Termasuk untuk alat komunikasi antar dokter dan antara dokter dengan petugas kesehatan lainnya
– Dan untuk evaluasi kualitas pelayanan RS
• Aspek hukum
• Aspek keuangan
– RM penting artinya untuk menetapkan besarnya biaya yang harus dibayarkan oleh pasien / pihak-pihak yang menanggungnya.
• Aspek pendidikan
– Data RM juga dapat dimanfaatkan untuk tujuan pendidikan , penelitian dan sebagai dasar untuk menyususn laporan rutin RS
• Aspek administrasi
– Berkas RM sebuah RS tidak boleh dikirimkan ketempat perawatan lain jika pasien dirujuk untuk perawatan
lanjut di institusi / RS lain.
– Yang dikirimkan cukup resume medis saja ( kesimpulan)
INDIKATOR PENILAIAN MUTU
ASUHAN KESEHATAN
•
Mutu asuhan kesehatan sebuah RS
akan selalu terkait dengan struktur ,
proses dan outcome sistim pelayanan
RS tersebut.
•
Mutu asuhan pelayanan RS juga dapat
dikaji dari tingkat pemanfaatan sarana
pelayanan oleh masyarakat, mutu
STRUKTUR
•
Struktur adalah semua masukan ( in put)
untuk sistem pelayanan sebuah RS yang
melipui tenaga, peralatan, dana dsb
•
Ada asumsi yang mengatakan bahwa jika
struktur sistem RS tertata dengan baik
akan lebih menjamin mutu asuhannya
•
Baik tidaknya struktur RS diukur dari
PROSES
•
Proses adalah semua kegiatan dokter dan tenaga
profesi lainnya yang mengadakan interaksi secara
profesional dengan pasiennya
•
Interaksi ini diukur antara lain dalam bentuk
penilaian tentang penyakit pasien, penegakan
diagnosa, rencana tindakan pengobatan, indikasi
tindakan, penanganan penyakit dan prosedur
pengobatan.
•
Baik tidaknya pelaksanaan proses pelayanan di RS
dapat diukur dari 2 aspek yaitu :
–
Releva tidaknya proses itu bagi pasien
–
Efektiftas prosesnya , dan
OUTCOME
•
Outcome adalah hasil akhir kegiatan
dokter dan tenaga profesi lainnya
terhadap pasien .
•
Merupakan petunjuk untuk mengukur
Indikator-indikator mutu yang
mengacu pada aspek pelayanan
medis yaitu :
•
Angka infeksi nosokomial
:1-2 %
•
Angka kematian kasar (gross death rate)
: 3-4%
•
Kematian paska bedah : 1-2 %
•
Kematian ibu melahirkan (MDR) : 1-2 %
•
Kematian bayi baru lahir (IDR)
: 20 / 1000
•
NDR ( Net death rate diatas 48 jam)
: 2,5 %
•
ADR ( Anasthesia death rate)
: max 1/5000
•
PODR ( Post operation deah rate )
: 1 %
Indikator mutu pelayanan untuk
mengukur tingkat efsiensi RS
•
Unit cost untuk rawat jalan
•
Jumlah penderita yang mengalami decubitus
•
Jumlah penderita yang jatuh dari tempat tidur
•
BOR : 70-80 %
•
BTO ( Bed Turn Over ) : 5 – 45 hari atau 40-50 x/
1 TT / Tahun
•
TOI ( Turn Over Interval ) : 1 – 3 hari TT yang
kosong
Indikator mutu yang
berkaitan dengan tingkat
kepuasan pasien
•
Dapat diukur dengan :
–
Jumlah keluhan dari pasien /
keluarganya
–
Surat pembaca dikoran
–
Surat kaleng
Indikator cakupan pelayanan
sebuah RS
terdiri dari :
•
Jumlah dan prosentase kunjungan rawat jalan /
inap menurut jarak RS dengan asal pasien .
•
Jumlah pelayanan dan tindakan medik
–
Jumlah tindakan pembedahan
–
jumlah kunjungan SMF Spesialis
•
Pemanfaatan oleh masyarakat
–
Contac rate
–
Hospitalization rate
–
Out patient rate
Indikator mutu yang mengacu pada
keselamatan pasien
•
Pasien terjatuh dari tempat tidur / kamar
mandi
•
Pasien diberi obat salah
•
Tidak ada obat / alat emergensi
•
Tak ada oksigen
•
Tak ada alat penyedot lendir ( suction)
•
Tak tersedia alat pemadam kebakaran
•
Pemakaian obat
RUMUS-RUMUS UNTUK MENGHITUNG
MUTU PELAYANAN RS
1. Bed Occupancy Rate ( BOR )
Persentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu
indikator ini memberikan gambaran tentang tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur RS Rumus :
Jumlah hari perawatan RS dalam waktu tertentu x 100% Jumlah TT x Jumlah hari dalam satu satuan waktu
2. Emergency Out Rate Patient
Rumus :
3. ALOS (
Average Length of Stay
)
Rata-rata lamanya perawatan seorang pasien.
Indikator ini di samping merupakan gambaran tingkat
efsiensi manajemen sebuah RS, juga dapat dipakai untuk mengukur mutu pelayanan apabila diagnosis penyakit
tertentu dapat dijadikan tracernya (yang perlu pengamatan lebih lanjut).
Rumus :
Jumlah hari perawatan pasien keluar rumah sakit x 100% Jumlah pasien keluar rumah sakit (hidup + mati)
4. BTO (
Bed Turn Over
)
Frekuensi pemakaian tempat tidur dalam satu satuan waktu (biasanya per tahun) tempat tidur RS.
Indikator ini akan memberikan gambaran tingkat pemakaian tempat tidur RS.
Rumus :
Jumlah pasien keluar RS (hidup + mati) x 100 %
5. TOI (
Turn Over Interval
)
Rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati dari saat
ke saat sampai terisi berikutnya.
Indikator ini juga memberikan gambaran tingkat
efsiensi penggunaan tempat tidur.
Rumus :
(Jumlah TT x hari) – hari perawatan RS x 100 %
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
6. NDR (
Net Death Rate
)
•
Angka kematian di atas 48 jam setelah dirawat
untuk tiap-tiap 100 penderita keluar RS.
•
Rumus :
Jumlah pasien mati di atas 48 jam dirawat x
100%
7. GDR (Gross Death Rate)
Angka kematian umum penderita keluar RS Rumus :
Jumlah pasien mati seluruhnya dirawat x 100% Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
8. Net Death Rate Rumus :
Total kematian > 48 jam dalam periode waktu tertentu x 100%
Total pasien keluar hidup & mati dalam periode yang sama
9. Net Infection Rate
Rumus :
Total penderita infeksi yang didapat RS dalam periode tertentu x 100%
10. Anasthesia Death Rate
Rumus :
Total kematian Anasthesia dalam periode tertentu x 100%
Total pasien yang mendapat anasthesia dalam periode yang sama
11. Post Operation Death Rate
Rumus :
Total kematian dalam 10 kali operasi dalam periode waktu tertentu
x 100%
Total pasien yang dioperasi dalam periode yang sama
12. Normal Tissue Removal Rate
Rumus :
13. Maternal Death Rate
Rumus :
Jumlah pasien kebinanan yang meninggal dalam periode tertentu x 100%
Jumlah pasien kebidanan yang eluar hidup + mati
14. Foetal Death Rate
Rumus :
Jumlah kematian bayi dengan U.K.>20 minggu x
100%
Jumlah semua kelahiran dalam periode tertentu
15. Contact Rate (5 mil)
16. Hospitalization Rate
Rumus :
Total hari rawat x 100%
Jumlah populasi
17. Out Patient Rate
Rumus :
Total kunjungan (baru + lama) x
100%
Kesimpulan
• Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk,
• penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan.
• Secara umum dimensi kepuasan tersebut dapat dibedakan atas dua macam:
1. Kepuasan yang mengacu pada penerapan standar dan kode etik profesi.
– Suatu pelayanan kesehatan disebut sebagai pelayanan kesehatan yang bermutu apabila penerapan standar
dan kode etik profesi dapat memuaskan pasien.