• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Peran Intelektual Capital dalam Peningkatan Kinerja Perbankan Syariah di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of Peran Intelektual Capital dalam Peningkatan Kinerja Perbankan Syariah di Indonesia"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015 98 Pendahuluan*

Modal Intelektual (intellectual capital) merupakan sesuatu yang stra-tegis dalam perusahaan dikarenakan beberapa alasan, pertama pada tataran makro, fenomena pergeseran tipe ma-syarakat dari mama-syarakat industrialis

* Purnama Putra lahir di Sukoharjo, 5

Oktober 1981. Memperoleh gelar sarjana Akuntansi di Universitas Ter-buka., Magister pada bidang Ekonomi Ke-uangan Syariah Universitas Indonesia. Saat ini menjadi pengajar tetap di Program Studi Perbankan Syariah FAI UNISMA Bekasi. Selain itu, ia sedang menempuh pendidikan Doktoral Ekonomi Islam di Universitas Airlangga Surabaya.

dan jasa ke masyarakat pengetahuan1.

Dalam masyarakat pengetahuan (knowledge society), tindakan berin-vestasi dimaksudkan untuk memba-ngun basis-basis intelektual yang merupakan penggerak perubahan yang cepat dalam masyarakat.

Kedua, pada tataran mikro, agak-nya sangat sulit untuk tidak meng-kaitkan atau menyertakan perkem-bangan pengetahuan dalam konteks persaingan dan pencarian keunggulan kompetitif perusahaan. Wacana

1 Drucker, Peter F. Manajemen di Tengah

Perubahan Besar. Jakarta: Elex Media Komputindo, 1997. Dan Drucker,P.F The Essential Druker. New York: Harper Collins, 2001.

Peran Intelektual Capital dalam Peningkatan Kinerja

Perbankan Syariah di Indonesia

Purnama Putra*

Abstract: In the end of 2008, Bank Indonesia reported that Islamic Banking has grown as much as

40 % over Conventional Bank which has only 14 %. Islamic Banking has to solve the problems to maintain the stability of the growth so as it can achieve the market share target as much as 5 % per year. The problems faced are human resource, technology,and networking which are all sharia based. This research attemps to discribe the growth of human resources that is considered as undefined added value which is Intellectual capital (Mouritsen,2001) and optimalized it. It is caused by the huge gap between market value and book value disclosured by Enterprises. This problem is caused by the failure of the Enterprises in reporting their hidden value in the annual report (Brennan, 2001).Based on the library research that has been done, it is inferred that there are three categories of Intellectual Capital that have to be known by the Islamic Banking Stakeholder. The categories are human capital, relational capital and structural capital. Optimalizing Intellectual capital by developing Islamic human resources who have four competencies. The Competencies are Main competency, Behaviour Competency, Funtional competency and managerial competency.

(2)

99 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015 kompetisi dan keunggulan bersaing

mengalami pergeseran yang sangat signifikan dalam perkembangan kaji-an strategi bisnis dkaji-an pembkaji-angunkaji-an ekonomi. Awalnya dikenal teori keunggulan absolut dan keunggulan komparatif dalam konteks perda-gangan antar wilayah atau negara. Kemudian muncul teori keunggulan bersaing (competitive advantage) yang dikembangkan oleh Michael Porter di era 1980an, tetapi teori ini-pun tidak mampu menjelaskan secara komprehensif fenomena keuanggulan sebuah organisasi atau negara dari lainnya. Terakhir muncul aliran baru dalam menganalisis keunggulan bersaing dengan sebuah pendekatan yang dikenal dengan pendekatan berbasis sumber daya (resource-based view of the firm / RBV) dan akhirnya pendekatan ini dianggap paling rele-van dalam konteks perekonomian yang bercirikan keunggulan penge-tahuan (knowledge economy) atau perekonomian berbasis aset tidak berwujud (intangible assets)2.

Secara faktual, saat ini komunitas bisnis seluruh dunia sepakat bahwa knowledge asset menjadi sangat pen-ting dalam pengkreasian nilai per-usahaan daripada faktor produksi fisik. Perkembangan ekonomi dunia ditunjukkan dengan cara kerja

2 Rupidara, Neil. Modal Intelektual dan

Strategi Pengembangan Organisasi dan Sumber Daya Manusia. Makalah Diskusi Pusat Studi Kawasan Timur Indonesia, Universitas Kristen Satya Wacana, 2008

usahaan di dunia yang diiringi dengan peningkatan penggunaan teknologi. Peningkatan kualitas teknologi yang digunakan oleh perusahaan meng-indikasikan adanya value added bagi perusahaan tersebut3. Beberapa hasil

penelitian telah menemukan adanya gap yang besar antara nilai pasar dan nilai buku yang diungkapkan oleh perusahaan yang disebabkan karena perusahaan-perusahaan gagal mela-porkan “hidden value’ dalam laporan tahunannya4 (Brennan dan Cornell,

2000, dan Mouritsen et.al, 2004). Hidden value tersebut diterjemahkan sebagai intellectual capital (IC)5.

Purnomosidhi (2006) mengung-kapkan bahwa intelellectual capital dipandang penting karena saat ini masih dianggap sebagai unaccounted capital, padahal intellectual capital merupakan modal yang penting bagi perusahaan yang harus diketahui oleh stakeholder-nya. Anggapan intellec-tual capital sebagai unccounted capital didasarkan pada kriteria

3 Saleh, Norman Mohd, Rahman, Mara

Ridhuan Abdul, dan Hasan. Mohamat Sabri. Ownership Structure and Intellectual Capital Performance in Malaysian Companies Listed in MESDAQ, 2008. www.ssrn.com

4 Brennan, N. dan Connel, B. Intellectual

Capital: Current Issue and Policy Implications. Journal of Intellectual Capital, 2000,1 (3), 206-240

5 Mouritsen, J., Larsen, H. T., dan Bukh, P.

(3)

Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015 100 tansi dalam hal pengakuan dan

penilaian aktiva, seperti disebutkan dalam PSAK (2007) Nomor 19 poin 19.5 bahwa accounted capital memi-liki kriteria keteridentifikasian, ada-nya pengendalian sumber daya, dan manfaat ekonomis di masa depan6.

Salah satu industri yang banyak menggunakan knowledge di dalam upayanya mendapatkan pendapatan usahanya adalah bank. Bank merupa-kan lembaga yang berperan di dalam menjalankan fungsi intermediasi atas arus dana dalam suatu perekonomian. Permasalahan yang muncul pada suatu bank dapat menimbulkan masa-lah kepada nasabah, investor, ataupun pihak-pihak lainnya untuk melakukan kegiatan bisnis dengan menggunakan jasa bank. Tujuan utama bank adalah mempertahankan kepercayaan nasa-bah kepada industri perbankan. Tuju-an tersebut merupakTuju-an suatu alasTuju-an pentingnya pemberian informasi me-ngenai kejadian-kejadian di dalam bank baik kejadian ekonomis maupun kejadian non-ekonomis kepada stake-holder-nya. Di dalam hal ini, nasabah merupakan stakeholder yang memiliki power paling tinggi karena opera-sional bank berasal dari dana nasabah atau sering disebut Dana Pihak Ketiga (DPK).

Selanjutnya perbankan syariah merupakan sektor yang tumbuh paling

6 Purnomosidhi, B. Praktik pengungkapan

modal intelektual pada perusahaan public di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 2006, Vol. 9 No. 1: 1-20.

cepat dalam global financial service market dengan global asset sebesar $500 milyar dan pertumbuhan yang mencapai 15% per tahun. Sesuai dengan data yang ada, perbankan syariah di Indonesia pertumbuhannya mencapai 40% pada tahun 2008, sedangkan rata-rata pertumbuhan bank konvensional hanya 14% (Berbagi Cahaya, Metro TV).

(4)

101 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015 1. Bagaimana kinerja perbankan

syariah di Indonesia saat ini? 2. Hal-hal apa saja yang termasuk

dalam modal intelektual ( intellect-tual capital) perbankan syariah? 3. Bagaimana mengoptimalkan

mo-dal intelektual (intellectual capi-tal) dalam peningkatan kinerja perbankan syariah di Indonesia?

Pembahasan

1. Kinerja Perbankan Syariah di Indonesia saat ini.

Awal kelahiran perbankan syariah di mulai dengan munculnya dua gerakan renaissance Islam modern: neorevilalis dan modernis. Tujuannya adalah untuk mewujudkan lembaga keuangan yang berlandaskan etika dan upaya muslimin untuk mendasari segenap aspek ekonominya yang berlandaskan Al Quran dan Sunnah. Rintisan tersebut tercatat dimulai di Pakistan dan Malaysia sekitar tahun 1940an, melalui pengelolaan haji se-cara non konvensional. Rintisan insti-tusional yang lain adalah berdirinya Islamic Rural Bank (Lembaga Keuangan Unit Desa) di desa Mit Ghamr pada tahun 1963 di Kairo, Mesir (Ariff, 1988). Perkembangan perbankan syariah skala besar pertama kali dimulai dengan berdirinya Faisal Islamic Bank di Mesir pada Maret 1978. Pendirian bank ini kemudian menjadi wacana di kalangan anggota Organisasi Konferesi Islam (OKI) yang kemudian mendirikan Islamic Development Bank pada tahun 1975,

kemudian diikuti oleh negara-negara anggota OKI 7 (Karim, 2007).

Di Indonesia, bank umum pertama yang menggunakan sistem syariah di Indonesia yaitu PT Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang mulai beropera-si pada 1992. Perkembangan bisnis bank syariah berlangsung lambat, sampai dengan lima tahun kedepan belum ada pertambahan bank baru. BMI masih menjadi satu-satunya bank syariah.

Baru pada 1998 pasar bank syariah mulai diramaikan dengan hadirnya PT. Bank Syariah Mandiri (BSM) anak perusahaan Bank Mandiri, bank BUMN terbesar di Indonesia. Selan-jutnya menyusul kemunculan PT. Bank Mega Syariah pada tahun 2001. Memasuki tahun 2009 ini ada dua bank baru memasuki pasar per-bankan syariah yaitu PT. Bank Buko-pin Syariah dan PT. BRI Syariah. Walaupun perkembangan-nya agak terlambat bila dibandingkan dengan negara-negara muslim lainnya, kinerja perbankan syariah di Indonesia terus bertumbuh. Pertumbuhan aset perban-kan syariah mampu mencatatperban-kan per-tumbuhan yang cukup tinggi yaitu 35,6% dari 2007 yang sebesar Rp 36,5 triliun. Namun dengan total aset Rp 49,5 triliun pada 2008, pangsa pasar bank syariah baru mencapai 2,08% dari total asset perbankan konven-sional. Pencapaian ini masih jauh dari

7Karim, Adiwarwan A. Bank Islam:

(5)

Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015 102 target yang ditetapkan Bank

Indo-nesia (BI) sebesar 5% dari bank konvensional. Dengan demikian per-kembangan kinerja bank syariah nasional hingga kini belum optimal, mengingat pangsa pasarnya masih relatif kecil.

Sementara itu, pertumbuhan pem-biayaan syariah 2008 agak melambat dibanding pertumbuhan tahun sebe-lumnya. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada 2007 yaitu sebesar 37,0% atau mencapai Rp 28,0 triliun dan tahun berikutnya naik menjadi Rp 38,2 triliun yang berarti terjadi pening-katan 36,4%.

Untuk meningkatkan kinerja, se-jumlah bank akan melakukan spin off unit usahanya. Jumlah kantor bank syariah saat ini tercatat sebanyak 908 kantor ditambah office channeling sebanyak 1.452 kantor. Besarnya kebutuhan layanan syariah di daerah, mendorong sejumlah bank daerah membuka Unit Usaha Syariah (UUS). Saat ini terdapat 16 BPD su-dah membuka cabang syariah, yaitu Bank NTB, Bank Sumut, Bank Aceh, Bank Sumsel dan lain-lain Sebelum-nya sudah ada unit syariah BPD DKI Jakarta, BPD Jabar, BPD Riau, BPD Kalbar, BPD Kalsel dan BPD Sulsel. Menurut data BI, hingga Maret 2008, jumlah bank yang memiliki UUS terdapat 28 bank, bertambah dua bank dibandingkan posisi akhir Desember yaitu UUS Bank Pembangunan Dae-rah Jawa Tengah dan Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN).

Selanjutnya tingkat pertumbuhan Dana pihak Ketiga (DPK) tercatat rata-rata 32,8% per tahun dalam periode 2004 - 2008, yaitu melonjak menjadi Rp 36,8 triliun pada 2008 dari Rp 11,8 triliun pada 2003. DPK selama 2008 yang mencapai Rp 36,8 triliun merupakan kontribusi terbesar dari deposito mudharabah yaitu Rp 20,1 triliun atau sekitar 54,6%, ta-bungan mudharabah Rp 12,5 triliun (33,8%) dan giro wadiah Rp 4,2 triliun (11,6%). Peningkatan DPK terutama didukung oleh bertambah-nya unit-unit usaha syariah (UUS) milik bank konvensional melalui strategi `office chanelling`, dari sebe-lumnya rata-rata 59,6% dalam tiga tahun ini terakhir ini menjadi 84,0%. 2. Hal-hal yang termasuk dalam

modal intelektual (intellectual Capital) perbankan syariah. Intellectual Capital

Intellectual capital terbagi dalam tiga kategori, yaitu: human capital8, relational capital, dan structural capital (Bontis et al., 2000; Mouritsen dan Larsen, 2001; dan Li et al., 2008) merupakan sebuah konsesus umum dalam kemanfaatannya9 (Cuganesan et al., 2007) yang saling terintegrasi. Ketiga elemen tersebut meliputi:

8 Bontis, N. Assesing Knowlegde Assets: A

Review of the Models used to Measures and Models. Management Decision, 2000, 36 (2): 63 – 76

9 Cuganesan, S.,N. Finch., dan T. Carlin.

(6)

103 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015 a. Human Intellectual Capital

Human capital (employee compe-tences) terkait dengan keahlian, pelatihan dan pendidikan, serta pe-ngalaman dan karakteristik nilai dari kekuatan SDI dalam organisasi (Bontis, 2000; Cuganesan et al., 2007). Human capital adalah keber-adaan individual knowledge dalam sebuah organisasi yang diwakili oleh SDI yang ada dalam perusahaan10.

Dalam menciptakan nilai intellect-tual capital, human capital meme-gang peranan sentral. Pengukuran serta pelaporan human capital dapat memberikan arti penting dalam mem-berikan keyakinan kepada stakehol-der, sehingga mereka diberikan infor-masi secara menyeluruh me-ngenai potensi nilai dari bisnis perusahaan11. Keahlian dan kemampuan SDI diper-lukan dalam mendorong inovasi, men-ciptakan dan mewujudkan hubungan yang bermanfaat dengan pelanggan dan pemasok. Bontis (1999) dalam Bontis et al. (2000) berpendapat bah-wa human capital penting karena inovasi dan pembaharuan strategi yang dilakukan. Esensi dari human

10 Bontis, N. Assesing Knowlegde Assets:

A Review of the Models used to Measures and Models. Management Decision, 2000, 36 (2): 63 – 76

11 Cuganesan, S.,N. Finch., dan T. Carlin.

Intellectual capital reporting: A Human capital focus. Academy of Accounting and Financial Studies 2007, Vol. 12 No. 1

capital adalah pada kecerdasan yang dimiliki oleh karyawan12.

b. Relational Intellectual Capital. Relational capital terkait dengan hubungan eksternal dengan pelang-gan, pemasok, mitra, jarinpelang-gan, dan regulator13. Relational capital

meru-pakan hubungan yang harmonis yang dimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya 14serta mewakili intangible

asset di luar organisasi yang dapat meningkatkan kompetensi perusahaan secara luas (Bontis, 2000). Elemen ini merupakan komponen modal inte-lektual yang memberikan nilai secara nyata. Beberapa komponen dari relational capital dapat dimiliki, te-tapi sifatnya adalah temporal (Wong dan Gardner, 2004). Hal tersebut dikarenakan reputasi serta hubungan yang terjalin dengan pihak eksternal dapat berubah setiap waktu dan perusahaan tidak dapat mengen-dalikan perilaku dari pelanggan atau pemasok jika keinginan mereka tidak dipenuhi. Relational capital

12 Bontis, N. Assesing Knowlegde Assets:

A Review of the Models used to Measures and Models. Management Decision, 2000, 36 (2): 63 – 76

13 Pike, S., A. Rylander., dan G. Roos.

Intellectual capital management and disclosure. The Strategic Management of Intellectual Capital and Organizational Knowledge: A Selection of Readings, Oxford University Press, 2001.

14 Sawarjuwono, T., dan A.P. Kadir.

(7)

Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015 104 kan pilar pendukung eksistensi suatu

organisasi. Keberadaannya perlu un-tuk diungkapkan unun-tuk memberikan keyakinan kepada para pemegang saham dan calon investor.

c. Structural Intellectual Capital Structural capital merupakan kemam-puan organisasi atau perusahaan da-lam memenuhi proses rutinitas per-usahaan dan mendukung usaha SDI untuk menghasilkan kinerja intelek-tual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan (Sawarjuwono dan Kadir, 2003). Structural capital meli-puti seluruh sumber daya non-human dalam organisasi yang meliputi database, struktur organisasi, proses manual, strategi, kegiatan rutin, serta nilai-nilai lain dari organisasi yang lebih tinggi dari nilai material (Bontis, 2000; Pike et al., 2001; Wong dan Gardner, 2004). Structural capi-tal dalam perusahaan dapat diciptakan oleh seluruh SDI perbankan syariah, dan nilainya sangat penting untuk tetap ada sampai hari kerja berakhir (Wong dan Gardner, 2004). Menurut Bontis (1999) dalam Bontis (2000), ketika sebuah organisasi memiliki sis-tem dan prosedur yang lemah, maka seluruh intellectual capital di dalamnya tidak akan mencapai poten-si makpoten-simal. Adapun menurut Sawar-juwono dan Kadir (2003), seorang individu dapat memiliki tingkat intelektual yang tinggi, tetapi jika organisasi tidak memiliki sistem dan prosedur yang baik maka intellectual capital tidak dapat mencapai kinerja optimal dan potensi yang ada tidak

dapat dimanfaatkan secara maksimal. Struktur Organisasi yang kuat akan menyebabkan kondisi kultural yang kondusif bagi individu, sehingga mereka selalu mencoba sesuatu yang baru (Bontis, 2000).

3. Optimalisasi modal intelektual (intellectual capital) dalam peningkatan kinerja perbankan syariah di Indonesia.

Bank Indonesia menargetkan aset Rp 97 trilyun untuk perbankan syariah pada tahun 2010. Sampai dengan akhir Nopember 2009 tercatat Rp 63,4 trilyun telah dibukukan oleh perbankan syariah. Dengan jumlah aset saat ini, perbankan syariah mam-pu menyerap sekitar 15 ribu SDI, sehingga, untuk mencapai target Rp 97 trilyun masih dibutuhkan sekitar 7000 SDI. Untuk mencari kandidat SDI yang memenuhi kualitas modal intelektual intelektual (intellectual capital) yang optimal dalam pening-katan kinerja perbankan syariah di Indonesia bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu dibutuhkan Sumber Daya Insani (SDI) yang setidaknya memiliki empat (4) kompetensi, yaitu:

a. Kompetensi Inti.

(8)

105 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015 syariah, implementasi misi dan

visinya harus berorientasi pada kegiatan yang menghasilkan mashla-hah, yaitu segala bentuk keadaan, baik material maupun nonmaterial, yang mampu meningkatkan keduduk-an mkeduduk-anusia sebagai mahluk ykeduduk-ang paling mulia 15(P3EI, 2008:5)

Dengan merujuk pada misi dan visi tersebut di atas, maka SDI perbankan syariah harus mampu mengidentifikasi transaksi-transaksi yang terlarang menurut syariah Islam. Menurut Karim (2007), penyebab transaksi terlarang ada beberapa faktor, yaitu: (a) Haram Zatnya (Haram li-dzatihi), (b) haram selain zatnya (haram li ghairihi), dan (c) tidak sah (lengkap) akadnya16.

Haram zatnya artinya transaksi yang dilarang karena obyek ((barang dan atau jasa) yang ditransaksikan, misalnya minuman keras, bangkai, daging babi, dan lain-lain, sehingga bagi nasabah yang mengajukan tran-saksi untuk pembiayaan obyek yang haram, menjadi haram transaksinya.

Haram selain zatnya meliputi beberapa transaksi yang mela-nggar prinsip “an taradin minkum” dan melanggar prinsip “la tadzlimuna wala tudzlamun”. Prinsip pertama

15 Pusat Pengkajian dan Pengembangan

Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam Indonesia Yogyakarta bekerja sama dengan Bank Indonesia. Ekonomi Islam. Penerbit PT Raja Grafindo Persada, 2008

16 Karim, Adiwarwan A. Bank Islam:

Analisis Fiqih dan Keuangan. Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007

adalah tadlis (penipuan) yang dilakuka di antara salah satu syarat sahnya transaksi yaitu kuantitas, kualitas, harga, dan waktu penye-rahan. Adapun prinsip yang kedua yaitu praktik-praktik transaksi yang berkaitan dengan taghrir (gharar), rekayasa pasar, riba, maysir, dan rishwah.

Selanjutnya transaksi yang tidak sah atau tidak lengkap akadnya yaitu transaksi yang bila terjadi salah satu (atau lebih) hal-hal berikut, yaitu rukun dan syarat tidak terpenuhi, terjadi ta’alluq, dan terjadi “two in one”.

b. Kompetensi Perilaku Yang diutamakan dari kompe-tensi ini ialah kemampuan SDI untuk bertindak efektif, memiliki semangat Islami, fleksibel dan memiliki jiwa ingin tahu yang tinggi. Menurut Syarif (2005), kompetensi SDI ter-sebut dapat tercapai jika masing-masing personal dalam perbankan syariah tersebut memiliki CARE (Commitment, Achievement, Respon-sibility, dan Enthuisiastic). Ciri SDI yang punya komitmen (Commitment) adalah principal centered atau ber-pusat pada prinsip nilai-nilai universal dan nilai-nilai ketuhanan yang ada dalam Al Qur’an dan Hadits. Salah satu prinsip yang terkait dengan komitmen terdapat dalam surat

Yaasiin ayat 83:” Sesungguhnya

(9)

Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015 106 komitmen adalah keyakinan yang

tinggi kepada kekuasaan Allah SWT. Selanjutnya Achievement, yaitu berorientasi pada tugas (task orien-ted). SDI yang mempunyai task oriented tidak pernah mempersoalkan kepada atau dengan siapa dia bekerja, tetapi dia lebih berorienstasi kepada tugas apa yang harus dikerjakan. Jadi apakah tugas nanti mencapai target atau tidak, bukan persoalan because success is not destination but it is a journey. Dengan demikian, SDI yang memiliki achievemant adalah orang-orang yang process oriented, seperti yang difirmankan oleh Allah “ Ber-buatlah kalian, yang menilai nanti adalah Allah dan Rasul-Nya”.

Responsibility, yaitu kemampuan untuk merespon yang positif atau yang biasa disebut dengan “proaktif”. Sikap proaktif diimplementasikan dengan lebih banyak mendengar sebe-lum mengambil keputusan. Artinya ketika mendapat klaim dari nasabah, maka harus dihadapi dengan banyak mendengarkan keluhan dari nasabah, sebelum akhirnya mengambil tindak-an terbaik sesuai dengtindak-an nilai-nilai kebenaran.

Terakhir adalah Enthusiastic, yaitu memiliki satu energi, dinamis, dan aktif dengan membangun inner power (kekuatan dari dalam diri yang kemudian terpancar pada aura yang positif), dalam berinteraksi dengan nasabah.

c. Kompetensi Fungsional Kompetensi ini berbicara tentang background dan keahlian. SDI yang

dibutuhkan ialah SDI yang memiliki dasar ekonomi syariah, operasi perbankan, administrasi keuangan, dan analisis keuangan. SDI ini dapat dihasilkan dari berbagai lembaga pen-didikan yang mengembangkan kuriku-lum ekonomi syariah yang sistematis, terstruktur, dan berkelanjutan. Ada-nya kemudahan dari pemerintah untuk membuka program studi ekonomi syariah (ekonomi Islam) juga akan mempercepat dihasilkannya SDI yang kompeten di bidang pengelolaan perbankan syariah.

(10)

107 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015 mencoba daya kreatifitas di bidang

pekerjaannya.17

Kesimpulan

Hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:

1.

Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasar-kan prinsip bagi hasil memberiberdasar-kan alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi ma-syarakat dan bank, serta menon-jolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang ber-etika, mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan menghin-dari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi keuangan. Kinerja perbankan syariah di Indonesia sepanjang tahun 2008, memperli-hatkan total aset tumbuh dari Rp 36,5 triliun pada 2007 menjadi Rp 49,5 triliun. Sementara itu dana pihak ketiga meningkat menjadi Rp 36,8 triliun dari sebelumnya Rp 28,0 triliun. Demikian pula dengan pembiayaan pada 2008 mencapai Rp 38,2 triliun. Diban-dingkan tahun sebelumnya hanya sebesar Rp 27,9 triliun.

2.

Intellectual capital merupakan modal yang penting bagi perusa-haan yang harus diketahui oleh stakeholder-nya. Intellectual capi-tal terbagi dalam tiga kategori,

17 Tasmara, Toto. Etos Kerja Pribadi

Muslim. PT Dana Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta, 1995

yaitu: human capital, relational capital, dan structural capital me-rupakan sebuah konsesus umum dalam kemanfaatannya yang sa-ling terintegrasi.

3.

Optimalisasi modal intelektual (intellectual capital) dalam pe-ningkatan kinerja perbankan syariah di Indonesia dapat dilaku-kan dengan mengembangdilaku-kan SDI yang mempunyai empat (4) kompetensi, yaitu kompetensi inti, kompetensi perilaku, kompetensi fungsional, dan kompetensi mana-jerial.

Daftar Pustaka

Bontis, N. Assesing Knowlegde Assets: A Review of the Models used to Measures and Models. Management Deci-sion, 2000, 36 (2): 63 – 76. Bontis, N. Intellectual Capital

Disclosure in Canadian Corpo-rations. Journal of Human Resource Costing and Accoun-ting, 2002, 7 (1/2): 9-20. Brennan, N. dan Connel, B.

Intellectual Capital: Current Issue and Policy Implications. Journal of Intellectual Capital, 2000,1 (3), 206-240.

(11)

Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015 108 Drucker, Peter F. Manajemen di

Tengah Perubahan Besar. Jakarta: Elex Media Kompu-tindo, 1997.

---. The Essential Druker. New York: Harper Collins, 2001.

Karim, Adiwarwan A. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007.

Li. Jing, Richard Pike dan Roszaini Haniffa. Intellectual Capital Disclosure and Corpo-rate Governance Structure in UK Firms. Accounting and Business Research, 2008, 38 (2): 137-159.

Luis, Suwardi. Vission, Mission & Value Statement. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Januari, 2009.

Mouritsen, J., Larsen, H. T., dan Bukh, P. N. D. Intellectual Capital and the 'Capable Firm': Narrating, Visualising and Numbering for Managing for Managing Knowledge. Acco-unting, Organisation and Society, 2001, Vol. 26. Pike, S., A. Rylander., dan G.

Roos. Intellectual capital management and disclosure. The Strategic Management of Intellectual Capital and Orga-nizational Knowledge: A Selection of Readings, Oxford University Press, 2001. Purnomosidhi, B. Praktik

Peng-ungkapan Modal Intelektual

pada perusahaan public di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 2006, Vol. 9 No. 1: 1-20. Pusat Pengkajian dan

Pengem-bangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam Indonesia Yogyakarta bekerja sama de-ngan Bank Indonesia. Ekonomi Islam. Penerbit PT Raja Grafindo Persada, 2008. Rupidara, Neil. Modal Intelektual

dan Strategi Pengembangan Organisasi dan Sumber Daya Manusia. Makalah Diskusi Pusat Studi Kawasan Timur Indonesia, Universitas Kristen Satya Wacana, 2008.

Saleh, Norman Mohd, Rahman, Mara Ridhuan Abdul, dan

Hasan. Mohamat Sabri.

Ownership Structure and Intel-lectual Capital Performance in Malaysian Companies Listed in MESDAQ, 2008. www. ssrn.com

Sawarjuwono, T., dan A.P. Kadir. Intellectual capital: Perlakuan, peng-ukuran dan pelaporan (sebuah library research). Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 2003, Vol.5, No. 1: 35-57.

Syarif, Reza M. Life Exellent, Menuju Hidup Hidup Lebih Baik. Penerbit PRESTASI, Jakarta, 2005.

Referensi

Dokumen terkait

Pengamatan kelompok perlakuan, di Kab Karangasem, ditemukan adanya perbedaan yang signifikan variabel kecerdasan emosi, pada kelompok yang mendapat perlakuan,

[r]

Hal ini lebih penting bahwa kegiatan tadisi sedekah Lemang Petikan pada saat tahun baru islam maupun adat yang lain akan menjadi momentum untuk mempersatukan masyarakat dimana

Upacara Agnihoma adalah upacara persembahan yang ditujukan kepada Deva Agni (sebagai manifestasi Tuhan) dipandang memiliki kekuasaan yang amat menentukan, dan Deva Agni dalam

Upacara-upacara keagamaan yang di dalamnya terjalin jaringan hubungan berbagai pihak (interaksi sosial) menjadi bahagian dari hidup masyarakat. Upacara yang masih di- lestarikan

[r]

Sebagian besar peternak di Indonesia adalah anggota koperasi susu yang mendapat fasilitas pinjaman sarana produksi ternak sapi perah dan pakan konsentrat agar

• raise awareness on climate change • provide humanitarian assistance.. • improve capacity