• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN TEORI BEHAVIORISTIK DALAM MEM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENDEKATAN TEORI BEHAVIORISTIK DALAM MEM"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENDEKATAN TEORI BEHAVIORISTIK DALAM MEMAHAMI PERILAKU DAN PRESEPSI PESERTA DIDIK SEBAGAI HUBUNGAN STIMULUS DAN RESPONSE TERHADAP PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN PESETA

DIDIK MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah psikologi pendidikan Guru Pengampu : Dra. Aas Saomah M.Si

Oleh : Siti Nurmilah

1406929

PROGRAM PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Belajar dan Pembelajaran menduduki peran yang sangat penting baik dalam konteks kehidupan umat manusia maupun dalam konteks kehidupan semua mahuk hidup lainnya di bumi ini, agar kehidupan mereka dapat terus berlangsung. Binatang yang secara alami dibekali insting untuk mempertahankan hidupnya, tenyata hewan juga tidak lepas dan keharusan belajar. Sebagaimana disimpulkan oleh Hergenhahn dan Olson (1993), kemampuan one-trial learning (belajar coba satu kali) pada binatang merupakan pelengkap dari instingnya agar mereka dapat mempertahankan kehidupan dirinya. Demikian juga halnya dengan manusia, agar mereka bisa terus mempertahankan hidupnya mereka dituntut untuk terus belajar dan belajar.

(3)

dipersyaratkan sebagai pemicu (stimulus) terhadap perkembangan peserta didik dalam pembelajaran. Contoh permasalahannya misalnya, seorang peserta didik seringkali mengalami masalah dalam hal manajemen waktu untuk menyelesaikan tugas, akibatnya mahapeserta didik ini tidak dapat menyelesaikan tugas sesuai dateline yang diberikan guru untuk mengumpulkan tugas, namun guru tidak mau tahu dan malah memberikan tugas pengganti. Hal ini berakibat buruk terhadap sisi psikologis peserta didik tersebut, peserta didik tersebut semakin tertekan dengan tugas yang diberikan dan pada titik kejenuhan peserta didik tidak mau mengerjakan tugas dan malah memutuskan untuk berhenti kuliah. Disini mulai terlihat bagaimana hubungan antara stimulus yang diberikan dengan response peserta didik sebagai reaksi hasil dari aksi yang dilakukan guru. Seharusnya guru dapat memahami dan mengahayati para peseta didik yang dibinanya, karena wujud peseta didik pada setiap saat tidak akan sama, ini disebabkan oleh. Sistem Pendidikan Nasional , menegaskan tentang pentingnya eksistensi guru. Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Menurut undang – undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini di jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Pasal 1 ayat 1). Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (Pasal 1 ayat 2).

Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakakan bahwa guru profesional pada intinya adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan. Oleh karena itu jika membicarakan aspek kemampuan profesional guru berarti mengkaji kompetensi yang harus dimiliki seorang guru agar dapat memunculkan response peserta didik sesuai dengan yang diharapkan dengan cara menganalisis perspektif peserta didik terhadap stimulus yang diberikan seorang guru.

(4)

pembelajaran. Sebagai mana dijelaskan bahwa “Proses konseling akan berjalan efektif jika konselor memahami dan menguasai pendekatan teoritik dalam konseling”. (Sigit, 2012), sama halnya dengan proses pembelajaran, proses belajar akan berjalan efektif jika guru memahami dan menguasai pendekatan teoritik dalam pembelajaran. Oleh karena itu teori pembelajaran behaviorisme menjadi penting untuk dibahas untuk memahami tingkah laku peserta didik yang merupakan reaksi-reaksi terhadap aksi-aksi dari lingkungan sekitar peserta didik. Seorang guru harus mampu menganalisis kejadian dan tingkah laku peserta didik dengan mempelajari latar belakang penguatan (reinforcement) terhadap tingkah laku tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang disampaikan sebelumnya, maka dapat dijabarkan beberapa permasalahan-permasalahan yang muncul diantaranya adalah:

1) Masih ditemui di berbagai sekolah/lembaga pendidikan guru yang belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya.

2) Masih kurangnya interaksi yang terjadi antara guru dan siswa dalam proses belajar

3) Persepsi peserta didik yang kurang baik terhadap guru mengakibatkan kurangnya antusias peserta didik dalam mengikuti pelajaran.

1.3 Tujuan

1) Dapat memahami pengertian profesionalisme seorang guru 2) Dapat memahami fokus permasalahan dalam pembelajaran. 3) Dapat memahami presepsi peserta didik

(5)

Pembahasan 2.1. Konsep

2.2. Daftar Rujukan BAB III

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep

Pembelajaran biasanya didefinisikan sebagai perubahan perilaku diri seorang yang disebabkan oleh pengalaman (Driscoll,200; Hill,2002; Schunk,2004). Pembelajaran dapat terjadi melalui banyak cara, terkadang pembelajaran bersifat intensional (bertujuan) , artinya pengalaman, praktik atau latihan itu dengan sengaja dan disadari dilakukannya dan bukan sekedar kebetulan. Pembelajaran bersifat positif artinya sesuai dengan yang diharapakan (normatif) atau kriteria keberhasilan (criteria of success). Pembelajaran bersifat efektif, artinya dapat membawa pengaruh dan makna tertentu bagi pelajar. Semua jenis pembelajaran terjadi sepanjang masa. Persoalan yang dihadapi seorang pendidik adalah bukan bagaimana mengupayakan peserta didik belajar, karena peserta didik sudah masuk kedalam proses pembelajaran setiap kali terbangun. Persoalannya adalah bagaimana membantu peserta didik mempelajari informasi,kemampuan, dan konsep tertentu yang akan bermanfaat dalam kehidupan dewasa. Bagaimana kita menyajikan rangsangan yang benar dan memahami presepsi peserta didik, yang menjadi fokus bagi pemusatan perhatian dan upaya mental mereka sehingga mereka sehingga mereka akan memperoleh kemampuan yang penting.

(7)

Pavlov

Ivan pavlov melakukan eksperiman terhadap anjing. Teori pembelajaran menurut pavlov intinya adalah mengenai pengkondisian klasik yaitu proses yang secara berulang-ulang menghubungkan rangsangan netral (stimulus yang tidak menghasilkan respon) sebelumnya. dengan rangsangan tanpa pengkondisian (unconditioning stimulus) guna membangkitkan tanggapan pengkondisian atau stimulus yang terkondisikan (conditioning stimulus).Pavlov menemukan hukum pengkondisian, yaitu pemerolehan (acquasition) merupakan latihan untuk memperoleh sesuatu, pemadaman (extinction) yaitu beberapa responsebersyarat hilang secara perlahan-lahan atau sama sekali untuk selamanya, generalisasi (generalization) yaitu penyamarataan, diskriminasi (discrimination) yaitu pembedaan dan kondisioning tandingan (Davidoff. 1981).

Throndike

Throndike adalah psikolog Amerika yang pertama mengadakan eksperimen hubungan stimulus-responsedengan hewan kucing melalui prosedur dan aparatus yang sistematis. Throndike mengembangkan hukum law effect yaitu jika tindakan diikuti oleh perubahan yang memuaskan dalam lingkingan.maka kemungkinan tindakan iti akan diulang kembali akan semakin meningkat.

Skinner

Skinner menggunakan tikus dalam eksperimennya. Teori pembelajaran menurut Skinner terpusat pada hubungan antara perilaku dan konsekuensinya. Penggunaan konsekuensi yang menyenangkan yang disebut penguatan (reinforcer) dan tidak menyenangkan disebut penghukuman (punishment) untuk mengendalikan perilaku sering disebut pengkondisian operant (operant conditionig). Dalam teori Skinner juga sikenal istilah shaping dan extinction. Shaping yaitu pengajaran keterampilan atau perilaku-perilaku baru dengan memberikan penguatan kepada peserta didik agar dapat menguasainya dengan baik. Extinction yaitu mengurangi tingkah laku dengan menarik reinforcement yang menyebabkan perillaku tersebut terjadi.

(8)

(schedule of reinforcement), ketahanan (maintenance), dan peran anteseden (role of antendecedent).

Prinsip-prinsip tersebut akan dapat diterapkan dengan baik apabila guru memahami tingkat profesionalismenya. Tingkat profesionalisme seorang guru dapat diketahui dengan beberapa cara diantaranya dengan melakukan penelitian presepsi peserta didik terhadap kemampuan seorang guru dalam melaksanakan tugasnya. Menurut Kamus Lengkap Psikologi, Persepsi adalah: (1) Proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera, (2) Kesadaran dari proses-proses organis, (3) (Titchener) satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti-arti yang berasal dari pengalaman di masa lalu, (4) variabel yang menghalangi atau ikut campur tangan, berasal dari kemampuan organisasi untuk melakukan pembedaan diantara perangsang-perangsang, (5) kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang serta merta mengenai sesuatu (Chaplin, 2008: 358).Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses yang menggabungkan dan mengorganisir data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri (Shaleh, 2009:110). Persepsi dalam pengertian psikologi menurut Sarwono (2009:94) adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan (penglihatan, pendengaran, peraba dan sebagainya). Sebaliknya, alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi. Setelah guru mengetahui kelemahan dari kemampuan mengajarnya maka guru dapat menemukan cara untuk memunculkan stimulus yang tepat agar dapat merangsang perkembangan peserta didiknya. Berikut ini adalah beberapa contoh penerapan teori behavioristik di kelas.

 Memberikan suasana yang menyenangkan ketika memberikan tugas-tugas belajar.

 Membantu peserta didik mengatasi secara bebas dan situasi-situasi yang mencemaskan atau menakan.

(9)

1.2 Daftar Rujukan

Triyanto, Agus 2011. Teori-teori belajar (ppt)

Atkinson, Rita L., dkk. 1999. Pengantar Psikologi Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Wati, Widya 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran (doc)

Baharudin & Esa, 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Penerbit AR-RUZZ MEDIA

Syamsuddin, Abin 2007.Psikologi Kependidikan. Bandung: Penerbit PT REMAJA POSDAKARYA

(10)

BAB III

KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan

Referensi

Dokumen terkait

dari nomor 3 sampai nomor 6.KEGUNAAN-Melihat permukaan gigi yang tidak dapat dilihat langsung mata-Membantu memperluas daerah pekerjaan yaitu dengan menahan pipi, lidah

The material of this text is suitable with students level because the writer of the textbook choose the name, culture action, cultural perspective and individual learners

Gedung P : Bangunan berlantai dua ini dengan luas 544m 2 digunakan sebagai gereja pada masa kolonial Belanda dan sekarang difungsikan sebagai aula pada bagian atas dan

DAMPAK TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) PASIR SEMBUNG TERHADAP KUALITAS AIR TANAH DI DESA SIRNAGALIH KECAMATAN CILAKU KABUPATEN CIANJUR.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Biopestisida juga relatif mudah dibuat oleh mitra kerja pada saat pelatihan produksi (Tabel 5) dan saat peninjauan keberlanjutan kegiatan. Saat membuat biopestisida

Pada Tahun 2010 pemerintah juga menyalurkan beasiswa yang berasal dari dana APBN dengan beasiswa yang sama yaitu beasiswa BKM (bantuan khusus murid) yang

Data yang diambil meliputi data keanekaragaman tumbuhan obat komposisi ramuan, data jenis ramuan tradisional, dan data tingkat pengetahuan masyarakat Keraton

Penetapan susut pengeringan pada ekstrak merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi dalam standardisasi tumbuhan yang berkhasiat obat dengan tujuan dapat