• Tidak ada hasil yang ditemukan

314582000 5 Laporan Studi Kelayakan Peningkatan Pelayanan Sarana Dan Prasarana Kesehatan Rumahsakit Kota Pekalongan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "314582000 5 Laporan Studi Kelayakan Peningkatan Pelayanan Sarana Dan Prasarana Kesehatan Rumahsakit Kota Pekalongan"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Perubahan yang cukup signifikan telah terjadi di berbagai sektor kehidupan

masyarakat Indonesia pada dekade ini. Sistem pemerintahan misalnya, telah

bergeser dari sentralistik menjadi desentralisasi dan otonomi daerah yang terletak

di kabupaten/kota. Pada sektor perdagangan, batas antar negara semakin tidak

nampak dengan adanya teknologi e-commerce. Dengan dimulainya perdagangan

bebas tingkat Asia, dari sisi regulasi hampir tidak ada lagi perbedaan antara

organisasi domestik dengan organisasi asing dalam menjalankan usahanya di

berbagai bidang dan daerah di Indonesia.

Kondisi ekonomi memaksa setiap organisasi lokal untuk meningkatkan kualitas

produk dan efisiensinya sehingga dapat meningkatkan daya saing agar dapat

mengimbangi banyaknya organisasi bisnis asing yang masuk ke Indonesia.

Berbagai usaha juga telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan peran

serta masyarakat dalam upaya bangkit dari keterpurukan akibat krisis multi

dimensi yang melanda sejak tahun 1997. Segala upaya pemerintah tersebut

bertujuan untuk mendorong percepatan pembangunan terutama di sektor

perekonomian melalui berbagai investasi, dari yang berskala kecil dengan nilai

puluhan jutaan hingga yang bernilai milyaran rupiah. Berbagai aktivitas

perekonomian tersebut secara bertahap akan menyebabkan terjadinya

(2)

pengusaha maupun pekerja. Melalui aktivitas tersebut diharapkan akan muncul

pemukiman-pemukiman baru dan kluster-kluster masyarakat berbasis pekerjaan.

Konsekuensi lebih jauh dari hal tersebut adalah meningkatnya kebutuhan akan

fasilitas penunjang, misalnya pendidikan dan kesehatan.

Berbagai fasilitas kesehatan seperti Rumahsakit yang bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan yang ada kini telah banyak tersedia. Disamping milik pemerintah kini

telah banyak pula fasilitas pelayanan kesehatan yang didirikan oleh pihak swasta,

mulai dari balai pengobatan hingga rumah sakit berskala internasional. Jumlah

kunjungan pasien ke berbagai fasilitas tersebut juga menunjukkan kecenderungan

yang positif. Ini mengindikasikan bahwa kesadaran masyarakat terhadap

kesehatan dan pelayanan medis makin meningkat. Kesehatan menjadi suatu hal

yang penting untuk diperhatikan, karena merupakan modal dasar bagi suatu

bangsa untuk maju dan berkembang. Hal ini sudah menjadi perhatian pemerintah

Indonesia, yang tercermin dalam visi Indonesia Sehat 2010. Untuk mendukung

visi tersebut, tiap propinsi dan Kabupaten/kota mengembangkan strateginya

masing-masing dengan target-target tertentu yang diharapkan dapat menjadi titik

awal tercapainya visi tersebut.

Meskipun demikian, perlu disadari bahwa ada keterbatasan sumber daya yang

dimiliki dalam berbagai upaya pengembangan tersebut., antara lain :

Fasilitas infrastruktur baik pembangunan jalan maupun sarana

komunikasi dan telekomunikasi ;

(3)

Kemudahan perijinan lokasi ;

Masalah sumber daya manusia ;

Masalah dana.

Pengembangan pelayanan kesehatan sangat terkait dan dipengaruhi oleh

berbagai aspek baik demografi, pertumbuhan ekonomi, tingkat pendidikan, serta

perkembangan lingkungan fisik dan biologi khususnya epidemiologi penyakit. Dari

sisi demografi, saat ini kecenderungan yang tampak adalah bergesernya piramida

penduduk dari muda ke dewasa dan tua. Ini menunjukkan bahwa angka kelahiran

semakin menurun dan angka harapan hidup yang semakin meningkat. Sementara

itu, gaya hidup masyarakat cenderung makin konsumtif. Meskipun krisis multi

dimensi menyebabkan keterpurukan ekonomi masyarakat, disisi lain cukup

banyak kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi dan dapat meneruskan pola

hidup konsumtif.

Dengan gaya hidup tidak seimbang, akibatnya, dari segi epidemiologi juga telah

terjadi pergeseran pola penyakit. Meskipun angka kejadian infektus sebagai tipikal

penyakit di negara tropis masih tinggi, namun kini sudah banyak masyarakat yang

menderita penyakit-penyakit tipikal negara industri-industri dan maju. Pergeseran

ini tentunya akan sangat berpengaruh pada penyediaan fasilitas pelayanan

kesehatan, teknologi kedokteran yang harus dikuasai/disediakan dan kecukupan

tenaga kesehatan terlatih. Pada aspek lain, untuk faktor mutu dan manajemen

pelayanan kesehatan khususnya Rumahsakit turut memegang peran penting

(4)

sangat dipengaruhi oleh jumlah dan jenis tenaga kesehatan, anggaran dana, obat,

dan sistem pelayanan kesehatan secara makro. Salah satu fasilitas pelayanan

kesehatan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat adalah rumah sakit. Ini

terlihat dari makin meningkatnya utilitasi fasilitas di Rumahsakit dari tahun ke

tahun.

Dengan berbagai perubahan kondisi demografis, pola penyakit dan

perkembangan teknologi, diperlukan suatu perencanaan rumah sakit yang

benar-benar berbasis pada kondisi lingkungan yang dihadapi. Hal ini penting untuk

menghindari suatu investasi yang sia-sia karena berbeda dengan keinginan dan

kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini perlu dilakukan suatu studi khusus untuk

meneliti perubahan lingkungan tersebut, dalam rangka mengantisipasi berbagai

kemungkinan yang akan terjadi.

2. Maksud dan Tujuan

Pemerintah Kota Pekalongan bermaksud untuk mendirikan fasilitas pelayanan

kesehatan yaitu Rumahsakit untuk mendukung misi pemerintah setempat dalam

bidang kesehatan dan pendidikan. Secara umum, rencanan pendirian Rumahsakit

ini akan membantu pemerintah kota Pekalongan dalam mewujudkan derajat

kesehatan yang tinggi bagi masyarakatnya, dengan menyediakan fasilitas

pelayanan yang memadai, membentuk intregrasi dalam bidang kesehatan dari

berbagai disiplin ilmu, disamping juga memenuhi aspek ekonomis sebagaimana

layaknya bidang usaha yang lain. Apalagi selama ini pemerintah kota Pekalongan

(5)

Pendirian Rumahsakit ini diharapkan sebagai salah satu upaya mempersiapkan

diri terhadap perubahan lingkungan akibat globalisasi. Untuk itu, pihak pemerintah

kota pekalongan khususnya Dinas Kesehatan Kota Pekalongan bermaksud

melakukan studi kelayakan terhadap rencana pendirian Rumahsakit baru yang

ditinjau terutama dari kebutuhan masyarakat. Mengacu pada berbagai hal tersebut

di atas maka pihak Dinas Kesehatan Kota Pekalongan telah menunjuk konsultan

untuk melakukan kajian terhadap berbagai aspek tersebut.

Hasil Studi Kelayakan ini akan dijadikan bahan pertimbangan bagi pemerintah

kota Pekalongan dalam pengambilan keputusan khususnya dalam perencanaan

tipe dan berbagai fasilitas yang disediakan di Rumahsakit nantinya. Disamping itu

dokumen ini juga dapat dimanfaatkan oleh pihak lain dalam pengambilan

keputusan investasi.

Selain mempunyai motivasi sosial dan keuntungan, sebagaimana layaknya bentuk

usaha lain, rencana pendirian Rumahsakit ini juga diharapkan dapat :

Membuka lapangan kerja baru serta meningkatkan pendapatan

masyarakat pada umumnya dan calon tenaga kerja di Rumahsakit pada

khususnya,

Meningkatkan pendapatan pemerintah daerah.

Meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Meningkatkan peluang terjadinya aliansi strategis antar-berbagai lembaga

(6)

3. Ruang Lingkup Studi Kelayakan

Studi kelayakan ini pada dasarnya merupakan suatu penelitian yang akan

berusaha untuk mengkaji kebutuhan dan harapan masyarakat akan adanya

fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumahsakit. Kajian ini diharapkan dapat

mengungkap berbagai pelayanan yang potensial untuk dikembangkan dalam

konteks pendirian Rumahsakit kota Pekalongan. Karena itu untuk dapat

mengungkap lebih mendalam maka dalam penelitian ini dilakukan survey

langsung kepada masyarakat.

Pada dasarnya pelaksanaan studi ini dapat dikelompokkan menjadi 3 tahapan

yang juga tercermin dalam 3 jenis pelaporan yaitu ;

1. Laporan fakta dan analisa, laporan ini berisi berbagai kajian mengenai fakta

dilapangan melalui hasil survey langsung dan berbagai data statistik yang ada.

Fakta yang ada selanjutnya akan dilakukan analisa awal untuk memberikan

kajian-kajian mendalam yang berhubungan dengan rencana pendirian

Rumahsakit baru di Kota Pekalongan.

2. Laporan Draft Studi Kelayakan ; Laporan ini lebih lengkap karena terdiri dari

kajian pasar, keuangan dan block plan. Namun masih perlu dibahas dan

disempurnakan, terutama masukan dari pemilik dalam hal ini pemerintah kota

Pekalongan,

3. Laporan Final Studi Kelayakan.

(7)

4. Metode Penyusunan Studi Kelayakan

4.1. Pengumpulan dan Analisis data

a. Data Sekunder

Data ini diperoleh dari berbagai instansi terkait di kota Pekalongan dan

sekitarnya. Data-data ini dapat berupa data statistik maupun data non statistik.

Yang selanjutnya akan diolah dengan cara pengkajian dan tabulasi secara

sistematis hingga menghasilkan informasi yang relevan dengan tujuan Studi

Kelayakan ini.

b. Studi Kepustakaan

Sebagai bahan pembanding studi ini, berbagai referensi pustaka yang

mendukung akan digunakan dalam koridor studi kelayakan ini.

c. Survei

Survei ini bertujuan untuk meyakinkan keinginan dan harapan masyarakat

terhadap kemungkinan adanya pelayanan kesehatan baru seperti Rumahsakit.

d. Pengamatan lingkungan

Untuk lebih meyakinkan berbagai informasi yang diperoleh, selanjutnya

diadakan peninjauan langsung ke lokasi dan sekitarnya dengan tujuan :

Untuk lebih mengetahui kesesuaian dan kelayakan lokasi serta

faktor-faktor yang mendukung pendirian Rumahsakit baru di kota Pekalongan,

Untuk mengetahui daya dukung sarana dan prasarana dalam

pemberian pelayanan berkaitan dengan pendirian Rumahsakit baru,

Untuk mengetahui hal-hal lain yang perlu dalam mendukung pendirian

(8)

4.2. Sistematika Pembahasan Studi

Secara umum, laporan (buku) ini merupakan tahap akhir dari proses studi

kelayakan, dengan sistematika pembahasannya sebagai berikut :

a. Pendahuluan

Dalam bagian ini akan dijelaskan mengenai latar belakang proyek, tujuan studi

kelayakan, metode yang digunakan, dan sistematika penyusunan.

b. Profil Kota Pekalongan

Dalam bagian ini dititikberatkan pada kondisi kota Pekalongan secara umum.

Analisis akan ditinjau dari kondisi demografi, kesehatan, ekonomi, maupun

sosial budaya. Analisis terhadap berbagai kondisi tersebut masih dalam koridor

studi kelayakan.

c. Kinerja beberapa Rumahsakit di kota Pekalongan dan sekitarnya

Bagian ini akan memaparkan berbagai jenis pelayanan Rumahsakit yang saat

ini tersedia di kota Pekalongan dan sekitarnya. Selanjutnya juga akan dianalisis

mengenai kinerja setiap Rumahsakit tersebut, yang meliputi; rawat inap, rawat

jalan, dll.

d. Kajian Aspek Pasar dan Pemasaran

Dalam aspek ini pada awalnya akan dititikberatkan pada analisa mengenai

pasar yang berlaku dan kecenderungannya secara umum. Selanjutnya akan

dikaji mengenai tingkat persaingan organisasi pelayanan kesehatan di kota

Pekalongan dan sekitarnya melalui analisis terhadap berbagai jenis pelayanan

Rumahsakit yang saat ini tersedia saat ini. Selanjutnya juga akan dilakukan

proyeksi pangsa pasar terhadap rencana pengembangan atau pendirian

(9)

dianalisis mengenai pilihan tempat Rumahsakit dari aspek keterjangkauan

pasien dan calon pasien.

e. Kajian AspekTeknis & Tekhnologi serta kebutuhan peralatan

Tahap awal dari bagian ini adalah menentukan jenis pelayanan yang akan

diberikan. Berdasarkan hal tersebut selanjutnya akan dilakukan kajian fisik

berupa pembuatan block plan serta kajian kebutuhan peralatan.

f. Kajian Aspek Sumberdaya manusia dan aspek lainnya

Dalam aspek ini dilakukan kajian secara umum mengenai kebutuhan

sumberdaya manusia (SDM) di Rumahsakit baik tenaga medis maupun non

medis.

g. Kajian Keuangan studi kelayakan

Dalam aspek ini hasil analisis sebelumnya akan dikaitkan dengan indikator

kelayakan standar yaitu Net Present Value dan Payback Period untuk

mengetahui kelayakan investasi yang telah ditentukan sebelumnya.

(10)

BAB II

PROFIL KOTA PEKALONGAN

1. Kondisi Geografis dan Demografis Kota Pekalongan

Kota Pekalongan adalah daerah yang terletak di pesisir pantai utara pulau Jawa

yang lebih dikenal dengan kawasan Pantura, tepatnya ada posisi geografis

60°50’42” sampai dengan 60°55’44” Lintang Selatan dan 109°37’55” sampai

dengan 109°42’19” Bujur Timur, dan data curah hujan yang ada di kota

Pekalongan selama tahun 2002 sebanyak 2.514 mm.

Kota Pekalongan dibatasi oleh Laut Jawa di bagian Utara, Kabupaten Batang di

sebelah Timur, Kabupaten Pekalongan di sebelah Barat dan Kabupaten

Pekalongan dan Kabupaten Batang di sisi Selatan Kota Pekalongan. Jarak

terdekat dengan ibu kota propinsi adalah kota Semarang sejauh 101 km dan

terjauh adalah Kota Surabaya yaitu 488 km, sedangkan dengan Ibukota negara

sejauh 384 km.

Hingga tahun 2002 berdasarkan data dari Kantor Pemberdayaan Masyarakat

Kota Pekalongan, memiliki jumlah penduduk sebanyak 263.540 jiwa dengan

60.325 KK yang terbagi di beberapa wilayah yaitu di Pekalongan Barat sebanyak

83.516 jiwa yang berada di 13 Kelurahan, Pekalongan Timur 61.341 jiwa ada

pada 13 Kelurahan, Pekalongan Selatan 49.378 jiwa ada di 11 Kelurahan dan di

(11)

Jika luas daerah Kota Pekalongan sebesar 45,25 km²,dengan jarak terjauh dari

Utara ke Selatan ± 9 km dan dari Barat ke Timur sepanjang ± 7 km maka

diperkirakan kepadatan penduduk mencapai sekitar 5.824/ km², sedangkan jumlah

rata-rata anggota rumah tangga adalah 4,2. Sedangkan kepadatan penduduk

terbesar ada di Pekalongan Barat dengan luas daerah sebesar 10,05 km² dan

jumlah penduduk 83.516 jiwa diperkirakan kepadatan penduduknya sekitar

8.310/km², dan angka rasio ketergantungan penduduk ternyata masih cukup kecil

mengingat jumlah penduduk usia (15 – 64) tahun sebanyak 167.526 jiwa jauh

lebih besar dibandingkan penduduk usia (0 – 14) tahun dan usia diatas 65 tahun

yang berjumlah sebanyak 96.031 jiwa atau rasio ketergantungan rata rata

penduduknya sebesar 57,32 (Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan 2002).

Mayoritas penduduk Kota Pekalongan menganut agama Islam sebanyak 247.017

jiwa dengan 84 buah masjid, 584 Mushola/Surau dan masyarakat lainnya

menganut agama Kristen Protestan, Katholik Hindu, dan Budha. Sejak tahun 1998

setiap tahun hingga tahun 2001 telah terjadi peningkatan angka penduduk Kota

Pekalongan yang menunaikan ibadah haji pada tahun 1998 sebanyak 426, 1999 -

94, 2000 - 474, dan 2001 sebanyak 860 orang dan terakhir tahun 2002 ada 531

(12)

2. Lingkungan Kesehatan Kota Pekalongan

Status Kesehatan penduduk dapat dilihat dari indikator-indikator utama yaitu

angka kematian bayi dan angka kematian ibu. Tabel-tabel berikut ini menunjukkan

indikator kesehatan di kota Pekalongan.

Tabel. 1. Angka Kematian Bayi

Jumlah Bayi

Melihat angka kematian bayi di tabel di atas tampak bahwa perbandingan jumlah

kelahiran dan kematian sebesar 2,19% dari kelahiran hidup atau 21,9 per 1000

kelahiran hidup. Angka ini relatif cukup rendah mengingat angka nasional sebesar

48 per 1000 kelahiran hidup. Ini menunjukkan bahwa program kesehatan yang

berkaitan dengan kesehatan anak cukup berhasil. Kondisi ini juga menunjukkan

(13)

Tabel 2. Jumlah kematian ibu

orang per 5.211 kelahiran hidup ini berarti angka kematian ibu di Kota Pekalongan

sebesar 192 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini juga relatif rendah

dibandingkan dengan angka nasional yang sebesar 373/100.000 kelahiran hidup.

Sekali lagi ini menunjukkan bahwa kondisi kesehatan dan kesejahteraan

masyarakat relatif baik. Hal ini juga menunjukkan bahwa kebutuhan kesehatan

masyarakat telah bergeser dari kebutuhan mendasar ke kebutuhan yang lebih

tinggi.

3. Lingkungan Ekonomi

Ekonomi kota Pekalongan seperti kebanyakan daerah di Indonesia sempat

terganggu sewaktu terjadi krisis ekonomi. Lapangan kerja juga sempat

mengalami penurunan. Namun, kondisi ini saat ini semakin membaik. Dari jumlah

(14)

perempuan telah bekerja diberbagai sektor lapangan kerja seperti pertanian,

pertambangan, industri, listrik, bangunan, perdagangan, keuangan dan lain

sebagainya, namun sektor lapangan kerja di industri, khususnya industri batik,

telah menyerap tenaga yang terbesar yaitu 10.472 laki-laki dan 6.598 perempuan,

sehingga kota ini juga dijuluki sebagai kota Batik sedangkan 5.328 orang bekerja

sebagai pegawai negeri yang tercatat sebagi anggota KORPRI, karena data dari

Kantor Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekalongan menunjukkan bahwa

ada 3 perusahaan yang tergolong besar dimana perusahaan itu memiliki nilai

investasi minimal 5 milyar rupiah telah menyerap tenaga sebanyak 1.234 orang,

industri menengah dengan investasi antara 200 juta rupiah hingga 5 milyar rupiah

menyerap tenaga sebesar 4.414 orang dan industri kecil yang memiliki investasi

kurang dari 200 juta rupiah menyerap tenaga sebanyak 9.952 orang. Selain itu

ada sekitar 153 orang yang menjadi tenaga kerja ke luar negeri, data statistik

terbesar menunjukkan 92 orang telah bekerja di Malaysia menjadi operator dan

PRT (Pembantu Rumah Tangga) serta 58 orang ke Saudi Arabia juga sebagai

PRT (Pembantu Rumah Tangga), namun Desember 2002 tercatat ada tenaga

kerja yang masih belum tertampung di lapangan kerja dimana angka terbesar

adalah pencari kerja lulusan SMTA 1.305, dan lulusan Sarjana sebanyak 451

orang.

Kondisi masyarakat kota Pekalongan yang berada dalam kategori atau kelompok

KS.III dan KS.III Plus ada sekitar 31,37 % masih jauh dibawah masyarakat yang

(15)

dan sisanya ada sekitar18,25% masuk dalam kategori KS.II. Pendapatan per

kapita penduduk kota Pekalongan tampak pada tabel-tabel berikut ini:

Tabel 3. PENDAPATAN PERKAPITA PENDUDUK PEKALONGAN TH.2002

(Berdasarkan Data Produk Domestik Regional Bruto Kota Pekalongan dan Angka-angka perkapita tahun 1998 – 2001 atas dasar Harga Berlaku)

No Tahun Pendapatan perkapita (Rp)

1. 1998 2.818.889

2. 1999 3.284.122

3. 2000 3.596.670

4. 2001 4.977.837

Sumber: data sekunder

Tabel 4. PENDAPATAN PERKAPITA PENDUDUK PEKALONGAN TH.2002

(Berdasarkan Data Produk Domestik Regional Bruto Kota Pekalongan dan Angka-angka perkapita tahun 1998 – 2001 atas dasar Harga Konstan)

No Tahun Pendapatan perkapita (Rp)

1. 1998 1.212.349

Pekalongan atas dasar harga konstan menunjukkan bahwa pendapatan perkapita

penduduk senilai Rp.1.468.836,- menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi kota

Pekalongan tahun 2001 yang ditunjukkan oleh Pertumbuhan Domestik Regional

Bruto atas dasar harga konnstan tahun 1993 menunjukkan lebih tinggi dari tahun

sebelumya sebesar 4,30% walaupun perjalanan perekonomian selama tahun

2001 dipengaruhi oleh beberapa faktor yang secara langsung telah merugikan,

seperti adanya kegagalan panen , dampak krisis ekonomi dan moneter serta

(16)

konstruksi dan industri, karena pelaku bisnis baik konsumen ataupun produsen

takut atas resiko yang tidak menentu, karena itu situasi yang kondusif khususnya

yang berkaitan dengan isu politik dan keamanan harus betul-betul dapat dijamin

oleh pemerintah, sehingga pelaku bisnis akan merasa nyaman dan aman dalam

berdagang.

Selain situasi yang kondusif, perputaran roda perekonomian juga didukung oleh

kondisi fasilitas infra struktur berupa jalan raya yang tersedia. Hal ini karena para

pelaku bisnis baik produsen maupun konsumen tidak dapat melakukan transaksi

bisnis bila prasarana jalan dalam kondisi yang tidak memadai, yang pada akhirnya

hanya akan menambah cost production menjadi lebih besar lagi. Kota Pekalongan

hingga kini memiliki tiga macam tipe jalan yaitu jalan negara, jalan propinsi dan

jalan kota yang setiap tahun sejak tahun 2001 telah menunjukkan pertambahan

panjang jalan yang dikerjakan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Pekalongan

dimana jalan propinsi sepanjang 7,610 km dalam kondisi baik hingga sedang

jalan propinsi sepanjang 7,203 km dalam kondisi dalam kondisi baik hingga

sedang, telah mempermudah akses antara produsen dan konsumen dalam

bertransaksi, hal ini dibuktikan dengan angka besar nilai ekspor yang hingga

tahun 2002 masih di dominasi oleh sektor tekstil khususnya produk batik, dan

peringkat kedua di duduki sektor ikan apalagi didukung oleh adanya TPI

(17)

Hingga Desember 2002 telah tercatat realisasi ekspor ke manca negara senilai $

4.361.782,9, yang mana sebanyak $ 1.763.989,32 datang dari ekspor garment, $

1.356.464,07 dari batik printing dan sarung batik, serta $ 1.136.982,90 didapat

dari sektor ikan yang terdiri dari ikan kakap merah, ikan tuna steak dan ikan ikan

lainnya.

Fasilitas sarana dan prasarana telekomunikasi sejak tahun 1998 hingga tahun

2002 terus mengalami kenaikan jumlah konsumen karena data yang ada di

PT.Telkom Pekalongan ada 17.850 pelanggan sehingga juga telah mempengaruhi

secara langsung jumlah pemakaian pulsa telepon dan terakhir jumlah pemakaian

ada sekitar 104.270.2744 pulsa, ini juga didukung dengan pertumbuhan TUT

(Teleon Umum Tunggu) dan Wartel (Warung Telekomunikasi) yang hingga tahun

2002 ada 257 TUT dan 35 Wartel.

4. Lingkungan Sosial Budaya

Kota Pekalongan merupakan kota pesisir yang seperti kebanyakan kota pesisir

lainnya merupakan kota dagang. Sistem sosial budaya masyarakat di Pekalongan,

tidak seperti kota-kota pedalaman Jawa, lebih terbuka. Masyarakat Pekalongan

lebih leluasa mengungkapkan perasaan dan pendapatnya, tanpa merasa perlu

terlalu “ewuh pakewuh” seperti kebanyakan masyarakat Jawa pedalaman. Apalagi

jarak Pekalongan dengan kota-kota besar seperti Semarang dan Jakarta relatif

dekat sehingga banyak kaum migran yang telah terpapar kehidupan kota besar

dan membawa budaya tersebut ke kota asalnya, Pekalongan. Selain terbuka dan

(18)

tampak pada jumlah jemaah haji yang terus meningkat jumlahnya. Sejak tahun

1998 setiap tahun hingga tahun 2001 telah terjadi peningkatan angka yang

penduduk Kota Pekalongan yang menunaikan ibadah haji pada tahun 1998

sebanyak 426, 1999 - 94, 2000 - 474, dan 2001 sebanyak 860 orang dan terakhir

tahun 2002 ada 531 orang jemaah haji.

5. Analisis Data Sosial, Budaya dan Ekonomi

Berdasarkan data-data sosial ekonomi tersebut di atas maka dapat dikatakan

bahwa kondisi sosial ekonomi kota Pekalongan cukup mendukung adanya

investasi baru di segala bidang. Apalagi tampak bahwa kondisi infrastruktur yang

tersedia cukup memadai seperti sarana jalan yang cukup baik, sarana listrik dan

telpon yang tersebar luas. Dipandang dari sudut pandang investasi di bidang

kesehatan, hal ini amat mendukung karena akses terhadap pelayanan kesehatan

menjadi semakin baik. Apabila ada masyarakat yang menderita sakit, maka

infrastruktur yang memadai akan mempermudah perjalanannya ke Rumahsakit,

atau menghubungi Rumahsakit terdekat lewat telepon. Adanya investasi baru,

terutama dalam bidang kesehatan juga akan membantu menyerap tenaga kerja

yang saat ini baru kurang lebih 19% dari penduduk, sehingga pada gilirannya

akan lebih meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Namun demikian, terdapat pula

kemungkinan hambatan yang muncul karena masih cukup banyaknya masyarakat

miskin yang ada di kota Pekalongan ini (lebih dari 50%). Cukup banyaknya

masyarakat yang miskin menunjukkan bahwa sektor pelayanan kesehatan harus

(19)

BAB III

KINERJA BEBERAPA RUMAHSAKIT DI KOTA

PEKALONGAN & SEKITARNYA

Kinerja Rumahsakit dalam tulisan ini adalah kinerja Rumahsakit yang ada di kota

Pekalongan dan sekitarnya baik milik pemerintah maupun milik swasta. Seperti

diketahui bahwa di kota Pekalongan terdapat 5 Rumahsakit umum yang terdiri dari

1 Rumahsakit umum milik kabupaten Pekalongan dan 4 Rumahsakit umum milik

swasta.

1. Sumber Daya Kesehatan Kota Pekalongan

Rasio tenaga medis tahun 2002 per 100.000 penduduk di kota Pekalongan

sebesar 36,81 tenaga medis keperawatan (perawat dan bidan) dan 38,32 tenaga.

Dengan jumlah tenaga seperti disebutkan, saat ini sarana kesehatan yang ada di

kota Pekalongan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. Jumlah Sarana Kesehatan di Kota Pekalongan tahun 2002

No Sarana kesehatan Jumlah

1. Rumahsakit pemerintah 1 buah (milik kabupaten Pekalongan)

2. Rumahsakit Swasta 4 buah

3. UPTK BP Paru 1 buah

4. Puskesmas Perawatan 1 buah

(20)

Dari tabel diatas terlihat bahwa satu-satunya Rumahsakit pemerintah di kota

Pekalongan adalah Rumahsakit daerah miliknya kabupaten Pekalongan. Dengan

sarana kesehatan yang ada, menurut data tahun 2002 tenaga kesehatan yang

bekerja di lingkungan institusi kesehatan kota Pekalongan dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 6. Kategori Tenaga Kesehatan Kota Pekalongan Berdasarkan Institusi Kesehatan

(21)

Tabel diatas menggambarkan data tenaga kesehatan yang telah bekerja di

institusi kesehatan. Ini artinya, apabila rencana pendirian Rumahsakit ini

direalisasikan maka pemerintah kota Pekalongan harus mempersiapkan/merekrut

tenaga kesehatan baru khususnya dokter umum, spesialis, perawat, dan tenaga

lainnya.

2. Kinerja Pelayanan Rumahsakit di Kota Pekalongan &

Sekitarnya

Kinerja pelayanan Rumahsakit di kota Pekalongan saat ini tercermin dalam jumlah

kunjungan pasien (rawat jalan), jumlah hari perawatan dan BOR (rawat inap), dan

jumlah pemeriksaan/tindakan untuk penunjang medis. Hal ini selanjutnya dapat

dilihat pada penjelasan berikut.

2.1. Instalasi Rawat Jalan

Gambar 1. Jumlah kunjungan pasien Rawat jalan Tahun 1996 - 2001

(22)

Gambar di atas, menunjukkan bahwa jumlah kunjungan rawat jalan di

Rumahsakit, secara umum menunjukkan trend meningkat. Walaupun pada tahun

3 (1998) mengalami penurunan namun kemudian meningkat. Hal ini kemungkinan

besar karena adanya pengaruh krisis moneter tahun 1998. Dari total jumlah

16 Bronkhitis, emfiserna dan penyakit paru obstruktif kronik

(23)

Walaupun secara keseluruhan terjadi penurunan jumlah kasus, namun pada

beberapa kasus terjadi peningkatan seperti gastritis dan duodentis, bronkitis, dan

asma. Ada 3 kasus yang tidak ada di tahun sebelumnya yaitu hipertensi, nyeri

perut dan panggul, dan bronkitis akut.

2.2. Instalasi Rawat Inap

Pada tabel diatas terlihat bahwa Persaingan pelayanan kesehatan khususnya

Rumahsakit di Kota Pekalongan cukup tinggi. Dengan 475 tempat tidur untuk

263.540 penduduk, berarti tiap 1 TT tersedia untuk 555 penduduk. Padahal

standar WHO menyebutkan bahwa 1 TT tersedia untuk 1000 penduduk. Hal ini

berarti bahwa apabila pendirian Rumahsakit hanya mengandalkan kota penduduk

(24)

Kinerja BOR dari tahun ke tahun dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2. BOR tahun 1 (1996) – tahun 5 (2001)

39,72

33,86

39,75

47,81 50,02

0 10 20 30 40 50 60

BOR (%)

1 2 3 4 5

Tahun

(25)

BAB IV

ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

Aspek pasar merupakan salah satu aspek utama dalam suatu studi kelayakan

pendirian Rumahsakit harus dikaji secara bersamaan dengan berbagai aspek

lainnya secara lebih tajam. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa tidak

mungkin suatu produk atau pelayanan dapat dikembangkan jika tidak ada pangsa

pasar yang akan menyerapnya. Hasil kajian terhadap aspek pasar ini akan

membantu pengambil kebijakan untuk menentukan segmen mana yang akan

dijadikan sebagai sasaran pengembangan produk atau layanan.

1. Kondisi Persaingan Pasar Rumahsakit di Kota

Pekalongan

Persaingan pelayanan kesehatan khususnya Rumahsakit di Kota Pekalongan

cukup tinggi. Berdasarkan observasi yang dilakukan di lapangan tampak bahwa

RS yang telah ada di Kota Pekalongan mempunyai beberapa

kelemahan-kelemahan yang dapat dijadikan titik tolak untuk menjadikan RS baru ini lebih

unggul. Gambar-gambar berikut ini menggambarkan beberapa kelemahan

(26)

Gambar 3. Lahan Parkir Rumahsakit

Gambar di atas menunjukkan bahwa RS tersebut mempunyai lahan parkir yang

terbatas dan akses ke jalan besar juga terbatas. Hal ini dapat menjadi kelemahan

karena akses adalah unsur utama yang harus dimiliki sebuah RS. Kamar-kamar di

RS tersebut juga menunjukkan bahwa masih terdapat peluang untuk

mengembangkan yang lebih baik.

(27)

Gambar di atas menunjukkan sebuah kamar VIP yang selama ini menjadi andalan

dari RS tersebut dan menurut wawancara yang dilakukan seringkali penuh.

Apabila terdapat kamar dengan desain yang lebih baik dari kamar di atas,

tentunya akan lebih diminati oleh kalangan menengah ke atas.

Gambar di bawah ini menunjukkan kondisi RS yang cukup laris di Kota

Pekalongan.

Gambar 5. Tampilan Depan Rumahsakit Pekalongan

Dari penampilan luar yang cukup megah, RS ini dapat menjadi pesaing yang

cukup berat bagi RS yang akan didirikan. Apalagi, akses jalan masuknya cukup

baik. Demikian juga dengan kondisi kamarnya seperti tampak pada gambar di

(28)

Gambar 6. Ruangan Kamar Rumahsakit

Seperti juga di banyak RS lain, BOR kamar VIP lebih sering penuh dan bahkan

terkadang harus menunggu. Namun demikian, kelemahan dari RS ini adalah

akses UGD yang sempit dan kurang mendukung apabila terdapat pasien gawat

darurat. Hal ini tampak pada gambar di bawah ini :

(29)

Dengan akses UGD seperti tampak pada gambar di atas, maka akan sulit apabila

terdapat 2 kecelakaan sekaligus. Jalan menuju ruangan UGD yang sempit dan

terlalu menanjak juga kurang aman bagi pasien kecelakaan atau kasus gawat

darurat yang lain.

Rumahsakit lain di Kota Pekalongan ini, yang terbesar, juga mempunyai

kelemahan dalam akses UGD nya seperti tampak pada gambar di bawah ini :

Gambar 8. Para Penjenguk Korban Kecelakaan

Gambar di atas diambil ketika terjadi kecelakaan. Tampak pada gambar di atas

bahwa kerumunan orang yang melihat korban kecelakaan menutupi akses ke

pintu yang sudah sempit. Rumahsakit di atas juga terletak agak jauh ke dalam

kota sehingga kurang mendukung kemudahan akses pelayanan gawat darurat.

Kasus kecelakaan di Kota Pekalongan yang berada di jalur pantai utara yang

(30)

Tabel 9. BANYAKNYA ANGKA KECELAKAAN

(Berdasarkan data Banyaknya korban,Pembayaran klaim, dan Pendapatan dirinci menurut UU.No.33 da UU.No34 Tahun1964 Pada PT.Jasa Raharja (PERSERO) Pekalongan Tahun 2002

UU.No.33/1964 UU.No.34/1964

Bulan

Jml.Korban Jml.Klaim Jml.Korban Jml.Klaim

Januari 119 252.471.550 171 1.105.820.900

Februari 23 78.738.100 120 626.546.650

Maret 30 110.827.950 113 627.332.000

April 47 154.369.600 151 901.594.700

Mei 25 30.481.350 140 907.523.400

Juni 23 78.272.600 131 646.939.750

Juli 19 68.442.800 137 843.330.450

Agustus 33 129.381.100 164 883.295.000

September 61 77.891.850 121 651.339.300

Oktober 60 106.657.800 159 771.219.400

November 9 33.338..950 137 805.715.350

Desember 15 72.743.750 134 712.052.050

Jumlah 464 1.193.667.400 1.678 9.482.708.950

Dari gambaran yang telah disebutkan di atas tampak bahwa pelayanan yang

masih dapat dikembangkan dan masih merupakan kelemahan di RS lain adalah

trauma centre dan pelayanan ruang VIP untuk kelas menengah ke atas.

Pilihan pendirian Rumahsakit dapat berupa Rumahsakit umum atau Rumahsakit

khusus. Untuk kota Pekalongan, peluang untuk mendirikan Rumahsakit umum

masih terbuka karena ratio jumlah tempat tidur dibandingkan dengan jumlah

penduduk daerah cakupan masih lebih rendah daripada standar (analisis lebih

lanjut dapat dilihat di bahasan tentang proyeksi kebutuhan tempat tidur untuk

rawat inap). Selain itu, Rumahsakit umum lebih prospektif secara finansial karena

(31)

Sebagai Rumahsakit umum, nantinya juga dapat menjadi Rumahsakit rujukan

karena selama ini rujukan puskesmas di kota Pekalongan masih ke Rumahsakit

Kabupaten yang letaknya di Kota Pekalongan. Standar pelayanan minimal sebuah

daerah otonom adalah tersedianya pelayanan kesehatan rujukan. Seperti telah

dikemukakan di atas, Kota Pekalongan sudah membutuhkan pelayanan

kesehatan yang sifatnya pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, bukan lagi

pelayanan dasar karena indikator kesehatan menunjukkan bahwa masalah

pelayanan dasar sudah diatasi oleh Puskesmas yang ada. Dengan adanya

sebuah Rumahsakit umum, maka Kota Pekalongan akan dapat meningkatkan

derajat kualitas pelayanan kesehatan yang lebih baik. Seperti diketahui kelompok

masyarakat menengah ke atas, selama ini memanfaatkan pelayanan Rumahsakit

di kota besar seperti Semarang. Apabila Kota Pekalongan dapat menyediakan

pelayanan kesehatan yang memadai, mereka tidak perlu jauh-jauh berobat dan

pada akhirnya aliran dana masyarakat tidak akan keluar dari Kota Pekalongan.

2. Faktor Pembeli

Pada masa lalu, konsumen di sektor kesehatan adalah konsumen yang pasif dan

penurut. Bagaimanapun kualitas jasa pelayanan kesehatan yang ada, ramah atau

tidak ramah, mereka tetap menerimanya karena kurangnya pengetahuan dan

tidak banyaknya pillihan. Namun kondisi saat ini telah berubah. Oleh karena

semakin banyaknya pilihan, konsumen rumah sakit saat ini adalah konsumen

yang pemilih (choosy) dan cepat berubah pendirian. Mereka semakin cenderung

menjadi konsumen yang penuh perhitungan, serta menuntut jasa pelayanan yang

(32)

Konsumen, maka konsumen mempunyai daya tawar yang lebih tinggi

dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Dokter dan RS saat ini merupakan

institusi yang rentan terhadap tuntutan hukum. Bila konsumen kurang mendapat

informasi yang memadai tentang jasa pelayanan yang ada, salah paham dan

saling tuntut dapat menjadi ancaman. Bila hal itu terjadi, maka citra RS akan

menjadi taruhannya dan pesaing yang akan mendapat keuntungan. Beberapa

Rumahsakit sudah mengantisipasi hal itu dengan produk penanganan keluhan

yang komprehensif yang terintegrasi dengan bagian pemasaran RS.

Untuk dapat mengukur keinginan dan harapan konsumen atau pembeli pelayanan

kesehatan di Kota Pekalongan, telah dilakukan survei kepada sejumlah pasien di

beberapa RS di Kota Pekalongan. Survei ini bertujuan untuk menilai kekuatan

tawar, terutama dari aspek kemauan dan kemampuan membayar, dari calon

pembeli RS yang akan dibangun.

Dari hasil survei terhadap 103 responden yang sudah mengembalikan kuesioner

tampak bahwa kemampuan membayar responden yang saat ini dirawat di

berbagai RS cukup tinggi. Hal ini tampak pada rata-rata alokasi dana yang

diperuntukkan untuk hal-hal yang sebenarnya bisa dialihkan untuk kesehatan yaitu

rokok, kesehatan itu sendiri, rekreasi dan sumbangan seperti tampak pada tabel

(33)

Tabel 10. Rata-rata Alokasi Dana

Keterangan Jumlah

Sewa rumah dan pemeliharaan rumah Rp 92.500

Makan Rp 449.216

Transportasi Rp 78.178

Rokok Rp 113.341

Kesehatan Rp 116.389

Rekreasi dan Sumbangan sosial Rp 93.226

Rekening listrik Rp 57.967

Rekening telpon Rp 129.196

Rekening air Rp 20.750

Lain-lain Rp 268.406

Dari data di atas tampak bahwa total alokasi dana untuk rokok, kesehatan,

rekreasi dan sumbangan sosial adalah sebesar Rp 322.956 per bulan. Hal ini

cukup tinggi, terutama untuk rokok, mengingat dari beberapa penelitian

sebelumnya dan angka SUSENAS, jumlah uang yang dialokasikan untuk rokok

berkisar antara Rp 40.000 sampai dengan Rp 60.000. Dari angka yang diperoleh

dari survei ini maka dapat dikatakan bahwa potensi pasar kesehatan di

Pekalongan cukup baik karena kemampuan membayarnya cukup baik. Bila

melihat kemauan membayar, maka tabel-tabel di bawah ini menunjukkan bahwa

responden mempunyai kemauan yang kurang untuk membayar pelayanan

(34)

Tabel 11. Kurangnya Kemauan Membayar Pelayanan Kesehatan Responden

Keterangan Jumlah

Setiap berobat ke dokter umum saya bersedia membayar 15.000

Setiap berobat ke dokter spesialis saya bersedia membayar 30.000

Setiap kali menebus obat di apotik saya bersedia membayar 50.000

Apabila saya dirawat inap kurang dari 3 hari tanpa operasi (kamar klas III) kurang 1 juta Apabila saya dirawat inap 3 sampai 5 hari tanpa operasi (klas III) kurang 1 juta Apabila saya dirawat inap kurang dari 3 hari dan dioperasi (kamar klas III) kurang 2 juta Apabila saya dirawat inap 3 sampai 5 hari dan dioperasi (kamar klas III) 2 juta

Apabila saya dirawat inap kurang dari 3 hari tanpa operasi (kamar VIP) kurang 2 juta Apabila saya dirawat inap 3 sampai 5 hari tanpa operasi (kamar VIP) kurang 2 juta Apabila saya dirawat inap kurang dari 3 hari dan dioperasi (VIP) kurang 3 juta Apabila saya dirawat inap 3 sampai 5 hari dan dioperasi (VIP) kurang 3 juta

Hal ini terutama tampak pada kemauan untuk membayar operasi yang jika dilihat

maka kemauan tersebut amat kurang dibandingkan biaya rata-rata sesungguhnya

bila dioperasi, apalagi di kamar VIP. Namun demikian, mengingat pelayanan

kesehatan lebih tidak sensitif terhadap harga (sensitivitas harga rendah), kemauan

yang rendah ini lebih menunjukkan bahwa segmentasi untuk Rumahsakit yang

akan dibangun sebaiknya lebih fokus. Selain itu hal ini menunjukkan bahwa

manajemen RS yang akan didirikan nantinya harus profesional sehingga dapat

meraih pasar yang cukup sulit ditembus ini.

Berdasarkan survei terhadap harapan pasien yang ada di Kota Pekalongan dan

sekitarnya tampak bahwa sebagian besar mengharapkan adanya pelayanan yang

baik serta murah. Hal ini tampak pada tabel berikut ini:

(35)

Tabel 12. Harapan Konsumen akan Pelayanan Kesehatan

Harapan utama Proporsi responden yang berpendapat

Pelayanan yang baik 42,6%

Murah 33,2%

Fasilitas lengkap 15,3%

Letaknya strategis 5,0%

Bersih 2,5%

Obat-obatan tersedia 0,5%

Ada pelayanan ASKES 0,5%

Ada tempat parkir luas 0,5% Sumber: hasil survei diolah

Data di atas menunjukkan bahwa masyarakat kota Pekalongan sudah lebih

mengedepankan mutu pelayanan daripada harga yang murah. Hal ini berarti

Rumahsakit yang akan dibangun sebaiknya lebih mengedepankan pelayanan

yang berkualitas, walaupun dari segi harga harus kompetitif.

Hasil survei di atas menunjukkan gambaran pasar yang bersifat individual.

Sebenarnya di Pekalongan juga terdapat peluang pasar yang bersifat kelompok

yaitu mereka yang biaya kesehatannya ditanggung perusahaan tempat bekerja

atau yang diasuransikan. Biasanya pasar ini menyukai tarif yang lebih pasti, tidak

berubah-ubah dan mengingat mereka merupakan pembeli besar (borongan) maka

mereka menginginkan harga khusus atau diskon. Dengan demikian Perusahaan

dapat lebih memfokuskan diri pada core bisnis, urusan kesehatan karyawan di

(36)

Pasar kelompok adalah pasar yang selama ini sering kurang diperhatikan oleh

Rumahsakit. Hal ini disebabkan karena pasar kelompok oleh sebagian

Rumahsakit dianggap “merepotkan”, bahkan sebagian pasar kelompok yang

berasal dari asuransi dianggap “merugikan”. Padahal sebenarnya “kerepotan” dan

“kerugian” tersebut dapat diminimalisir kalau pihak Rumahsakit telah menguasai

teknik penentuan tarif paket untuk pasar kelompok. Dengan demikian, RS dapat

mempunyai posisi tawar yang lebih tinggi. Bila pasar kelompok tersebut tidak

dapat memenuhi tarif yang disepakati, kontraknya tidak perlu diperpanjang lagi.

Apabila RS telah dapat menguasai teknik penentuan tarif paket ini dan pihak

perusahaan yang ingin mengontrak RS telah sepakat dan memahami tarif

tersebut, maka keuntungan dari pihak Rumahsakit akan lebih banyak daripada

melayani pasar individual karena RS telah memiliki captive market.

Mengingat kota Pekalongan dekat dengan daerah-daerah industri maka perlu

diraih peluang pasar perusahaan atau asuransi kesehatan yang menjamin

karyawan perusahaan. Rumahsakit yang akan didirikan untuk itu perlu

menetapkan tarif paket karena tarif paket lebih disukai pasar khusus ini. Sistem

pembayaran biasanya dapat dilakukan dengan cara klaim apabila ada karyawan

yang sakit. Sistem klaim dapat dilakukan secara penggantian langsung

(reimbursement), atau per hari rawat (daily charge) atau memberi RS tersebut

sejumlah anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya, misalnya per orang yang

(37)

3. Faktor Pendatang Baru

Intensitas persaingan semakin tinggi bila dalam waktu dekat akan segera

dibangun RS baru. Ini berarti akan muncul pesaing baru dan ada kemungkinan

pasar yang tadinya sudah dikuasai akan beralih ke pesaing tersebut. Bila hal itu

terjadi, maka RS yang akan didirikan di Kota Pekalongan ini mungkin perlu

membuat produk yang dapat membuat pasar tetap setia atau

produk-produk unggulan. Yang jelas, RS baru ini harus mempunyai pelayanan yang khas.

Di Kota Pekalongan saat ini telah direncanakan pendirian sebuah Rumahsakit

baru yang merupakan milik seorang dokter spesialis cukup terkenal. Ancaman ini

cukup serius mengingat berdasarkan survei yang diadakan ternyata alasan utama

untuk berobat ke RS adalah karena dirujuk oleh dokter, alasan berikutnya adalah

karena pelayanan yang terkenal baik. Ini berarti bahwa faktor dokter perujuk amat

mempengaruhi sehingga bila RS Baru yang merupakan milik salah seorang dokter

tersebut nantinya berdiri maka dokter tersebut dapat dipastikan akan merujuk

pasiennya ke Rumahsakitnya sendiri.

(38)

4. Faktor Pemasok

Kekuatan posisi tawar pemasok kepada RS dapat mempengaruhi intensitas

persaingan dan mendorong perlunya inovasi dan pengembangan produk.

Pemasok di sini dapat berarti pemasok alat kesehatan atau pemasok jasa.

Pemasok obat atau alat kesehatan biasanya mempunyai daya tawar yang lebih

rendah. Namun pemasok jasa medik, terutama dokter spesialis mempunyai daya

tawar yang lebih tinggi. Sering terjadi tarif RS sangat tergantung pada dokter

spesilias tertentu yang memang merupakan pemasok pasien utama. Hal ini akan

mempengaruhi intensitas persaingan dengan RS lain yang mungkin dapat lebih

murah tarifnya. Beberapa RS mencoba melakukan inovasi dengan menciptakan

produk pelayanan yang tidak tergantung pada satu atau sekelompok spesialis

tertentu misalnya dengan pelayanan home care pasca perawatan. Dengan cara

ini, RS berharap dapat mengurangi hari rawat di RS, dan tentu saja jumlah jasa

medis yang harus diberikan kepada dokter spesialis, sehingga dapat mengurangi

biaya bagi pasien namun RS sendiri tidak kehilangan sumber pendapatan.

Hasil pengamatan di Kota Pekalongan menunjukkan bahwa faktor pemasok ini

juga dapat menjadi ancaman karena dokter spesialis Kota Pekalongan, seperti

(39)

5. Faktor Produk Substitusi

Produk substitusi pelayanan kesehatan, yang biasaya berupa pelayanan

kesehatan alternatif, juga berpengaruh terhadap perlu tidaknya sebuah RS

mengembangkan produk baru. Sebuah RS di Yogyakarta bahkan mencoba

mengakomodasi pelayanan kesehatan alternatif ini sebagai salah satu produknya.

Pelayanan kesehatan alternatif memang mempunyai pasar yang cukup luas.

Dengan mengakomodasinya dalam produk, RS tersebut berharap dapat meraih

pangsa pasar yang selama ini lebih banyak dikuasai oleh profesional non medis

seperti shinse, paranormal dan lain sebagainya. Sekaligus RS tersebut berusaha

meningkatkan posisi persaingannya karena dengan demikian konsumen yang

tertarik untuk mencoba pelayanan alternatif tersebut dapat mengenal RS secara

lebih baik dan ini dapat merupakan pasar baru yang potensial untuk pelayanan

medik konvensional.

Di Pekalongan, saat ini terdapat sebuah klinik alternatif yang secara mencolok

mengiklankan pelayanan medik di sebuah Rumah Toko (Ruko) di pinggir jalan

protokol. Memang berdasarkan pengamatan, jumlah pasien tidak terlalu banyak

dan kebanyakan merupakan mereka yang sebenarnya menderita gangguan

psikosomatis. Namun demikian, bila tidak diwaspadai, pelayanan seperti ini dapat

(40)

6. Proyeksi Pangsa Pasar Pendirian Rumahsakit kota

Pekalongan

Proyeksi terhadap pangsa pasar yang kemungkinan dicapai oleh Rumahsakit baru

nantinya di kota Pekalongan, berguna terutama untuk mengantisipasi kapasitas

dan jenis layanan yang perlu disiapkan. Berikut ini akan disajikan hasil proyeksi

kinerja (BOR, hari perawatan, dan jumlah pasien).

6.1. PROYEKSI PASIEN DI INSTALASI RAWAT INAP

Pada prinsipnya output (volume) di rawat inap dapat berupa Lenght of Stay (LOS),

jumlah pasien, dan Bed Occupancy Ratio (BOR). Proyeksi kinerja instalasi rawat

inap berbasis pada ketiga item tersebut. Proyeksi jumlah tempat Tidur(TT)

Rumahsakit yang nantinya akan didirikan, berbasis data jumlah penduduk

kabupaten Pekalongan, Kabupaten Batang, dan Kota Pekalongan. Disamping itu

data jumlah tempat tidur yang tersedia di berbagai Rumahsakit di 3 kabupaten

tersebut juga diperhitungkan. Hasil analisis kemudian diperbandingkan dengan

standar WHO.

Proses analisis kebutuhan tempat tidur adalah sebagai berikut:

Jumlah penduduk:

§ Kota Pekalongan = 263.540 jiwa,

§ Kab Batang = 665.426 jiwa ,

§ Kab Pekalongan = 807.051 jiwa,

§ Total = 1.736.017 jiwa.

(41)

Perbandingan jumlah penduduk dgn TT 1 TT = 2.012penduduk.

Standar: 500-1000 penduduk = 1TT

Berdasarkan analisis perbandingan jumlah penduduk dengan TT dan standar

WHO maka terlihat masih ada kemungkinan penambahan TT untuk pasar

kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan dan Kabupaten Batang. Kapasitas TT

yang dibutuhkan ± 100TT ditambah dengan 10TT untuk ICU/ICCU. Karena itu,

proyeksi proporsi TT untuk Rumahsakit yang akan didirikan dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 13. Proyeksi Proporsi Tempat Tidur

NO KELAS TT

1 VIP 20

2 I 30

3 II 20

4 III 30

5 ICU/ICCU 10

Sumber: data proyeksi

Berdasarkan kajian terdahulu terlihat bahwa untuk kelas atas (VIP) selalu penuh.

Sedangkan untuk kelas menengah ke bawah relatif sedang. Karena itu BOR untuk

tahun pertama diproyeksikan masing-masing; VIP 50%, kelas I 20%, kelas II 20%,

kelas III 30%, dan ICU/ICCU 30%. Peningkatan BOR diproyeksikan 20% pertahun

hingga BOR mencapai kapasitas maksimal, yaitu untuk VIP 100%, untuk kelas I

(42)

maksimal tersebut diharapkan akan ada penambahan jumlah tempat tidur.

Proyeksi BOR secara rinci selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 14. Proyeksi BOR Rawat Inap selama 10 tahun

PROYEKSI BOR

NO TAHUN

VIP KELAS I KELAS II KELAS III ICU/ICCU

1 I 50% 20% 20% 30% 30%

2 II 60% 24% 24% 36% 36%

3 III 72% 29% 29% 43% 43%

4 IV 86% 35% 35% 52% 52%

5 V 100% 41% 41% 62% 62%

6 VI 100% 50% 50% 75% 75%

7 VII 100% 60% 60% 90% 90%

8 VIII 100% 72% 72% 90% 100%

9 IX 100% 86% 86% 90% 100%

10 X 100% 86% 86% 90% 100%

Sumber: data proyeksi

LOS rata-rata untuk kelas I hingga VIP berdasarkan data kinerja Rumahsakit

disekitar kota Pekalongan sekitar 4 hari. Sedangkan rata-rata LOS pasien

ICU/ICCU sekitar 7 hari. Dengan proyeksi LOS tersebut, maka jumlah pasien

diperoleh dengan cari membagi jumlah hari dalam setahun dengan LOS yang

dikalikan dengan jumlah Tempat Tidur dan BOR. Hasil perhitungan tersebut,

(43)

Tabel 15. Proyeksi Jumlah Pasien Rawat Inap

Mengacu pada berbagai data proyeksi, selanjutnya dilakukan diproyeksi terhadap

jumlah hari perawatan (JHR). Gambar berikut adalah proyeksi JHR untuk tahun I.

Gambar 10. Proyeksi JHR tahun I

1,460

(44)

6.2. PROYEKSI PASIEN RAWAT JALAN

Proyeksi pasien rawat jalan didasarkan pada jumlah penduduk yang kemungkinan

menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan. Dengan penduduk kota Pekalongan

sebanyak 263.540 jiwa dan diasumsikan tiap orang rata-rata sakit 4 bulan sekali

akan diperoleh pasar pelayanan kesehatan di kota Pekalongan. Apabila untuk

Rumahsakit kota Pekalongan yang rencananya akan dibangun, diproyeksikan

mengambil pangsa pasar sebesar 1,5% dari pasar pelayanan kesehatan yang ada

maka proyeksi jumlah pasien rawat jalan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 16. Proyeksi Jumlah Pasien Rawat Jalan

NO TAHUN JUMLAH PASIEN

Pertahun Per hari

1 I 11.859 32

2 II 14.231 39

3 III 15.654 43

4 IV 17.220 47

5 V 18.942 52

6 VI 20.836 57

7 VII 22.919 63

8 VIII 25.211 69

9 IX 27.733 76

10 X 30.506 84

Sumber: data proyeksi

Jumlah pasien rawat jalan pada tabel diatas selanjutnya tiap tahun meningkat

20% seiring dengan perkembangan dan cakupan pelayanan yang ada.

Selanjutnya, berdasarkan kajian pola dan jenis penyakit dalam bab terdahulu,

(45)

pelayanan rawat jalan di 7 poli spesialis, 1 poli gigi dan 1 poli umum. Selain poli

umum dan poli gigi, pelayanan rawat jalan terdiri dari poli spesialis yaitu:

1. Poli penyakit dalam,

2. poli anak,

3. poli mata,

4. poli kebidanan dan kandungan,

5. poli syaraf,

6. poli bedah, dan

7. poli THT.

Dari total pasien rawat jalan pada tabel diatas, selanjutnya akan diproyeksi

kedalam setiap poli dengan asumsi sbb:

1. Jumlah pasien poli umum sebesar 25% dari total proyeksi jumlah pasien rawat

jalan,

2. Jumlah pasien poli penyakit dalam sebesar 20% dari total proyeksi jumlah

pasien rawat jalan,

3. Jumlah pasien poli bedah bedah, mata, THT dan poli Syaraf masing-masing

sebesar 5% dari total proyeksi jumlah pasien rawat jalan,

4. Jumlah pasien poli kebidanan dan kandungan sebesar 15% dari total proyeksi

jumlah pasien rawat jalan,

5. Jumlah pasien poli syaraf sebesar 10% dari total proyeksi jumlah pasien rawat

(46)

Berdasarkan dasar asumsi tersebut, kemudian dilakukan proyeksi jumlah pasien

untuk setiap poli seperti pada tabel berikut.

Tabel 17. Proyeksi Jumlah Pasien Setiap Poli di Rawat Jalan Tahun I - X

POLI

Tabel 17 diatas menunjukkan jumlah pasien dengan pelayanan periksa dokter.

Sedangkan untuk pelayanan tindakan untuk poli spesialist seperti; tindakan

sederhana, tindakan kecil, tindakan sedang, dan tindakan besar diproyeksi

masing-masing sebesar 40%, 30%, 20% dan 10% dari proyeksi jumlah pasien.

6.3. PROYEKSI JUMLAH PEMERIKSAAN RADIOLOGI

Pasien radiologi dapat berasal dari rawat jalan maupun rawat inap. Karena itu,

jumlah pasien radiologi diasumsikan berasal dari 25% pasien rawat jalan dan 50%

pasien rawat inap. Proyeksi jumlah pasien radiologi selanjutnya dapat dilihat pada

(47)

Tabel 18. Proyeksi Jumlah pasien radiologi Tahun I - X

6.4. PROYEKSI JUMLAH PASIEN KAMAR BEDAH

Proyeksi jumlah pasien kamar Bedah berbasis asumsi bahwa minimal 2 pasien

per hari. Setiap tahun meningkat 20%. Selanjutnya, proyeksi pasien bedah dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 19. Proyeksi Jumlah pasien Bedah Tahun I – X

(48)

6.5. PROYEKSI JUMLAH PEMERIKSAAN LAB

Seperti halnya pasien radiologi, pasien lab juga dapat berasal dari rawat jalan

maupun rawat inap. Karena itu, jumlah pasien lab diasumsikan berasal dari 50%

pasien rawat jalan dan 100% pasien rawat inap. Berikut adalah gambar proyeksi

jumlah pasien lab.

Gambar 11. Proyeksi Jumlah pasien lab mulai tahun I – X.

9.945

6.6. PROYEKSI JUMLAH PASIEN REHAB MEDIK

Proyeksi jumlah pasien Rehab Medik berbasis asumsi bahwa minimal 2 pasien

per hari. Setiap tahun meningkat 20%. Selanjutnya, proyeksi pasien Rehab Medik

(49)

Tabel 20. Proyeksi Jumlah pasien Bedah Tahun I – X

6.7. PROYEKSI JUMLAH PASIEN IGD

Proyeksi jumlah pasien Rehab Medik berbasis asumsi bahwa minimal 10 pasien

per hari untuk tahun I. Setiap tahun meningkat 20%. Selanjutnya, proyeksi pasien

IGD dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 21. Proyeksi Jumlah pasien IGD Tahun I – X

(50)

BAB V

KAJIAN ASPEK TEKNIS & TEKHNOLOGI SERTA

KEBUTUHAN PERALATAN

Kajian kedua aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk melihat sampai berapa

besar kebutuhan dana pendirian Rumahsakit baru tersebut. Karena itu, mengacu

pada kajian pasar dan kebutuhan pelayanan kesehatan maka direncanakan

pendirian Rumahsakit kota pekalongan mengacu pada standar Rumahsakit tipe C.

Rumahsakit tipe C adalah Rumahsakit yang menyediakan pelayanan rujukan

tingkat pertama yang dilengkapi dengan 4 spesialis besar yaitu; spesialis penyakit

dalam, bedah, Obgyn, dan spesialis anak dan 4 spesialis lain yang sifatnya “on

call”. Spesifikasi Rumahsakit yang rencananya akan didirikan adalah sebagai

berikut:

INSTALASI RAWAT INAP

Fasilitas kamar di instalasi rawat inap terdiri dari VIP (20 TT), Kelas I (30 TT),

Kelas II (20 TT), dan kelas III (30 TT), ditambah dengan 10 TT untuk

ICU/ICCU. Pada instalasi ini tentunya membutuhkan berbagai fasilitas mulai

dari kamar, hingga peralatan medis dan non medis. Rincian kebutuhan

peralatan medis dan non medis selanjutnya dapat dilihat pada lampiran.

(51)

INSTALASI RAWAT JALAN & IGD

Selain fasilitas ruang poli dan IGD, di instalasi ini juga membutuhkan investasi

alat medis dan non medis. Rincian kebutuhan peralatan medis dan non medis

selanjutnya dapat dilihat pada lampiran.

INSTALASI PENUNJANG MEDIS

Instalasi penunjang medis seperti lab, Radiologi, Rehab Medik dan lain-lain

lebih banyak membutuhkan investasi peralatan medis dan non medis dari

pada bangunan.

FASILITAS & SARANA PENDUKUNG RUMAHSAKIT

Fasilitas pendukung Rumahsakit seperti unit gizi, londry, dan unit lainnya juga

diperlukan dana untuk investasi. Tapi penekanannya lebih banyak pada

peralatan non medis dan bangunan.

LAIN-LAIN.

Yang dimaksud dengan lain-lain adalah sarana umum yang ada di

Rumahsakit, seperti masjid, wartel, dll.

Pembangunan berbagai fasilitas fisik serta kebutuhan peralatan sebaiknya

dilakukan secara bertahap sesuai kemmampuan dan melihat kondisi pasar. Dari

kelima item yang rencananya ada untuk pendirian Rumahsakit Pekalongan,

(52)

milyard enam puluh lima juta sembilan ratus ribu rupiah), yang selanjutnya dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 22. Rekapitulasi Biaya Inventarisasi Aset Rsud Pekalongan

No Kegiatan Nilai (Rp.)

1 Bangunan 22,389,960,000 2 Alat Medis dan Non Medis 12,966,730,000 3 Lain-lain 1,709,210,000

Jumlah 37,065,900,000

Penjelasan lebih rinci dapat dilihat pada lampiran I mengenai daftar inventarisasi

Aset.

1. Aspek Teknis & Teknologi

Secara umum apabila ditinjau dari berbagai aspek, ada beberapa hal yang harus

dipertimbangkan dalam memilih lokasi:

a. Mendukung produk unggulan Rumahsakit yaitu Trauma Center (IGD), dimana

letak tanah tersebut cukup strategis, berada dipinggir jalan dan mudah diakses

dari segala arah,

b. Luas tanah minimal 1 hektar,

c. Apabila lokasi yang tersedia berada di tempat yang “tidak strategis”, dalam

jangka panjang perlu disiapkan infrastruktur, misalnya; jalan menuju lokasi

(53)

Pertimbangan diatas apabila dihubungkan dengan rencana yang pernah di buat

pada tahun 2002 untuk pengembangan Puskesmas Bendan menjadi Rumahsakit,

maka hal tersebut kurang mendukung produk unggulan yang diusulkan. Secara

umum, beberapa alasan yang tidak mendukung Puskesmas Bendan menjadi

Rumahsakit adalah sbb:

a. Luas tanah hanya ± 3.500m2. Dengan tanah seluas itu, apabila dibangun

Rumahsakit maka luas bangunan menjadi sempit karena harus menyediakan

lahan parkir. Kalaupun mau dikembangkan harus memperluas lahan,

sedangkan kondisi saat ini sangat tidak mungkin karena disamping sudah

dikelilingi jalan, juga dibelakang Puskesmas tersebut ada bangunan Sekolah

Menengah.Pertama (SMP),

b. Bangunan yang ada sekarang maupun yang direncanakan lebih tepat sebagai

Puskesmas dengan rawat inap karena konsep denahnya tidak mendukung

produk unggulan yang diusulkan. Misalnya UGD terletak di belakang, tidak ada

kamar VIP, dan lahan parkir yang sempit,

c. Akses dari jalan besar kurang lancar, karena lokasi yang agak jauh dari jalan

PANTURA. Kalaupun Puskesmas Bendan akan didirikan menjadi Rumahsakit

dengan unggulan IGD(Trauma Center) dan VIP, maka pasien Gawat Darurat

akan lebih mudah aksesnya ke beberapa Rumahsakit swasta lain yang

letaknya lebih dekat dengan PANTURA,

d. Rumahsakit yang baik harus dirancang secara sistematis sejak awal dan

sebaiknya tidak tambal sulam. Oleh karena itu, seandainya lokasi Puskesmas

(54)

dahulu. Konsekuensinya, biayanya lebih mahal dan akan terjadi inefesiensi

aset PEMDA.

Persyaratan teknis selanjutnya dijelaskan di bawah ini.

1.1. Persyaratan Lokasi

1.1.1 Umum

Pada dasarnya lokasi ideal yang diharapkan dapat dibangun Rumah Sakit Umum

Kota Pekalongan hendaknya mengacu pada Strategi Kebijakan Pemerintah baik

dari Rencana Tata Ruang Kota Pekalongan untuk Renstra maupun Zona

Pemerintahan Wilayah Pembangunan Kota yang bisa memberikan dukungan baik

dari segi perdagangan (pemasaran), ekonomi, pendidikan, lingkungan hidup,

pariwisata, dll sehingga diupayakan bisa mendapatkan keuntungan secara

komprehensif dari segala kebijakan Pemerintah Pekalongan secara optimal.

Perlu diingat bahwa lokasi yang ada memberikan suatu kemungkinan

pengembangan di masa mendatang dari segi perkembangan lokasi proyek yang

memiliki potensi lokasi yang dapat dikembangkan di masa mendatang di mana

dapat kita ketahui dari potensi lahan disekitar lokasi yang memiliki mayoritas

masih merupakan tanah kosong disisi lokasi maupun disisi seberang jalan raya di

depan lokasi.

Disamping itu tidak kalah penting adalah adanya faktor pendukung dari

Puskesmas-Puskesmas yang telah ada sebelumnya dengan harapan dapat

mendukung Rumah Sakit Umum Kota Pekalongan yang akan berdiri seoptimal

(55)

1.1.2. Khusus

Lokasi yang disyaratkan untuk pembangunan Rumah Sakit Umum Kota

Pekalongan diharapkan memiliki luas lahan minimal 10.000 m2 / 1 Ha dengan

ukuran panjang x lebar ideal dan terletak di sepanjang jalan raya Pantura dengan

kontur tanah yang relatif rata sehingga mengakomodasi segala kepentingan

dengan harapan memberikan kenyamanan dan keamanan pasien Rumah Sakit

Umum Kota Pekalongan.

1.2. Persyaratan Pendukung Lokasi

Untuk mendukung tercapainya lokasi yang ideal perlu ada tinjauan untuk

mempertajam persyaratan lokasi

1.2.1. Faktor Primer

SDM di bidang Kesehatan

SDM yang memadai sangat dibutuhkan untuk penyelenggaraan sebuah

Rumah Sakit yang baik. Meskipun pada dasarnya Rumah Sakit Umum

merupakan usaha yang banyak memberikan pelayanan berupa produk jasa.

Namun kebutuhan dokter spesialis, tenaga medis & manajemen kesehatan

tidak bisa dianggap sepele begitu saja baik kuantitas maupun kualitas akan

sangat berpengaruh terhadap terselenggaranya sebuah Rumah Sakit Umum

Kota Pekalongan yang unggul dalam segala hal terutama pelayanan,

(56)

Sarana Transportasi

Sarana transportasi untuk akses ke arah lokasi harus memadai baik angkutan

kota, bus maupun kereta api dimana dapat dicapai dengan mudah sehingga

membantu terhadap pasien dari segala penjuru baik dari Kota Pekalongan

maupun dari luar Pekalongan seperti Batang, Pemalang, Tegal bahkan

Semarang.

Adapun untuk lokasi juga tidak kalah penting dari segi parkir sehingga tidak

menyebabkan kemacetan yang akan mengganggu kenyamanan penghuni

Rumah Sakit Umum Kota Pekalongan. Maka diperlukan sistem sirkulasi baik

dari luar ke dalam maupun sebaliknya secara efisien dan efektif.

Sarana Pendukung Lain

Beberapa sarana lain yang dibutuhkan berkaitan dengan proyek untuk

mendukung kelancaran operasional proyek baik pada saat persiapan maupun

saat proyek sudah berjalan adalah :

§ Sarana Listrik

Sarana listrik harus tersedia untuk menunjang berjalannya proyek baik dari

persiapan maupun opersionalnya bangunan ditambah dengan kapasitas

listrik dan jarak yang dekat dengan gardu induk akan sangat membantu

terselenggaranya proses pembangunan Rumah Sakit Umum Kota

Pekalongan, juga tidak lupa adanya kebutuhan darurat listrik dengan

penyediaan listrik cadangan secara prima dan bisa dipertanggungjawabkan

baik untuk bangunan itu sendiri maupun alat-alat medis perangkat

(57)

§ Sarana Air

Sarana air merupakan unsur utama dalam pelaksanaan proyek dimana

sarana air harus tersedia baik dalam kapasitas sebagai persediaan

sementara maupun setelah bangunan Rumah Sakit Umum berlangsung.

Ada beberapa sumber air yang bisa didapatkan yaitu sumur biasa dengan

buis beton , sumur bor maupun sumur dari PDAM. Ada baiknya sumber air

menggunakan ketiganya sehingga bisa dijadikan cadangan sewaktu-waktu

sumber air tersebut berkurang sehingga kelangsungan operasional Rumah

Sakit Umum bisa berlangsung tanpa mengurangi kenyamanan penghuni

RSU tersebut.(untuk efisiensi penyimpanan dibutuhkan sarana water torn

secara terpadu).

Perlu diingat bahwa jarak antara sumber air bersih dengan sanitasi

khususnya air kotor bisa diatur dengan peraturan yang berlaku sehingga

mengurangi pencemaran dari sumber air kotor yang nantinya dikaji

bersama-sama dengan pengolahan limbah dengan analisa dampak

lingkungan ( AMDAL ) secara terpadu.

§ Sarana Telekomunikasi

Guna menunjang kegiatan pelayanan Rumah Sakit Umum, telekomunikasi

juga merupakan sarana pendukung yang penting dimana dapat berfungsi

sebagai :

- Komunikasi dari dalam atau ke luar bangunan (Telkom)

- Antar ruang dalam bangunan (PABX)

- Komunikasi dari bangunan ke unit-unit mobile yang bergerak

(58)

Untuk itu daerah tersebut harus tersedia jalur telekomunikasi yang cukup

memadai baik jalur Telkom maupun jalur telpon selular ataupun satelit.

1.2.2. Faktor Sekunder

1. Strategi Kebijakan Pemerintah ( RENSTRA, RTURK )

2. Pengembangan di masa datang.

Berbagai hal di masa mendatang bisa terjadi baik hal positif maupun

negatif, namun demikian kemungkinan-kemungkinan tersebut bisa kita

prediksikan secara ilmiah dengan pertimbangan-pertimbangan yang

didasarkan pada analisa-analisa terpadu dari beberapa aspek-aspek

pendukung antara lain:

a. Potensi lahan untuk lokasi masih memungkinkan untuk dikembangkan

secara maksimal.

b. Potensi disekeliling lokasi yang memungkinkan mendukung

berkembangnya Rumah Sakit Umum ini.

c. Akses dari segala penjuru yang mudah dicapai.

d. Kontur tanah yang relatif stabil dan rata untuk menjaga kekuatan

struktur bangunan secara berkala.

3. Persyaratan teknis dan non teknis rancang bangun

a. Faktor Teknis

Salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam persyaratan teknis

adalah pelayanan, untuk itu jenis aktifitas, sirkulasi dan pengelompokan

zona kegiatan memberikan andil yang cukup besar dalam

Gambar

Tabel. 1.  Angka Kematian Bayi
Tabel 2. Jumlah kematian ibu
Tabel 4. PENDAPATAN PERKAPITA PENDUDUK PEKALONGAN TH.2002 (Berdasarkan Data Produk Domestik Regional Bruto Kota Pekalongan dan Angka-angka perkapita tahun 1998 – 2001 atas dasar Harga Konstan)
Tabel 6. Kategori Tenaga Kesehatan Kota Pekalongan Berdasarkan Institusi   Kesehatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

1! Infosys memilih membayar pemerintah sesuai ketentuan daripada memberikan suap kepada petugas pemerintah! i India% suap sangat memberikan pengaruh signifikan

Sedangkan status bekerja ibu, tingkat pengetahuan ibu dan kebutuhan yang dirasakan ibu balita dalam pelayanan di posyandu menunjukkan Ho ditolak (ρ<0,05) yang artinya bahwa

Para guru di SLTP dan SLTA perlu memahami kesehatan mental siswanya yang berada pada masa transisi, karena tidak sedikit siswanya yang mengalami kesulitan

PTK dalam penelitian ini dilakukan di SMP 166 Jakarta dengan melibatkan 36 siswa kelas VII sebagai populasi penelitian. Populasi terdiri dari 22 siswa perempuan dan 14

Pada tingkat literasi keuangan dimensi kemampuan mahasiswa jurusan sosial (ekonomi Islam) terdapat 6 mahasiswa yang termasuk dalam kategori tinggi, 41 dengan kategori

Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, Peraturan Bupati Sidoarjo Nomor 22 Tahun 2005 tentang Pusat Pelayanan Pengaduan Masyarakat (P3M) Kabupaten

kaaffah. Oleh karena itu seorang wirausaha muslim dengan tekun mempelajari perkembangan mode yang terjadi secara global, observasi ke tempat-tempat perbelanjaan

Data diatas menunjukan bahwa sayuran yang beredar di Pasar Sunter, Jakarta Utara, untuk sampel daun bayam hijau, daun bayam merah, dan batang kangkung belum