Laporan Praktikum Hari/Tanggal: Kamis 9 Oktober 2014 Sanitasi dan Higieni PJ Dosen : CC Nurwitri, STP DAA
Asisten : Novini Nur Adhifa, Amd
SANITASI RUANG DAN UDARA
Kelompok 7/AP2Imma Nuriana J3E113014 Giyanti Wahyu Nuraulia J3E113052 Romarta Pardede J3E413130
SUPERVISOR JAMINAN MUTU PANGAN
PROGRAM DIPLOMA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sanitasi merupakan peranan penting dalam industri pangan karena tindakan ini ditetapkan untuk mencegah terjadinya perpindahan penyakit pada makanan. Dengan menerapkan sanitasi yang tepat dan baik,maka keamanan dari pangan yang diproduksi akan dijamin aman untuk dikonsumsi. Kata hygiene menurut lukman (2008) berarti kondisi atau tindakan untuk meningkatkan kesehatan atau ilmu yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan.
Udara merupakan salah satu sumber kontaminasi dalam pengolahan pangan. Tingkat pencemaran udara tidak mengandung mikroflora secara alami,tetapi kontaminasi dari lingkungan dari sekitarnya mengakibatkan udara mengandung berbagai mikroorganisme. Mikroorganisme yang terdapat di udara biasanya melekat pada bahan padat. menurut irrianto (2002) jumlah mikroorganisme yang mencemari udara juga ditentukan oleh sumber pencemaran didalam lingkungan.
Ruangan merupakan salah satu sumber kontaminasi dalam pengolahan pangan. Jika didalam suatu ruangan banyak terdapat debu dan air,mikroba yang ditemukan didalmnya juga bermacam-macam,misalnya mikroba tanah dari tanah dan debu,mikroba air dari semprotan air,mikroba dari makanan fermentasi (spora tempe,oncom,dan sebagainya),mikroba dari tempat dan sebagainya.
1.2 Tujuan
BAB II
METODOLOGI
2.1 Bahan dan alat
2.1.1 Bahan 1. NA 2. APDA 3. Rodac 2.1.2 Alat
1. Cawan petri 2. Pisau 3. Bunsen 4.Ose 5. Pinset
2.2 Prosedur kerja
2.2.1 Sanitasi udara
NA (Duplo)
APDA (Duplo) Cawan terbuka
Tempatkan di meja/lantai (t = 10’)
Cawan ditutup Ukur diameter cawan 3x
Inkubasi t = 300C,2 hari
2.2.2 Sanitasi Ruang
Media tempelkan t = 10’
iris tipis
Pindahkan Cawan ditutup Ukur diameter 3x
Inkubasi
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Hasil Pengamatan Uji Sanitasi Udara
Kelompok Lokasi ∑mikroba
Pintu 3 (Lantai) TBUD 18 TBUD 8,4 x 103
Hasil Pengamatan Uji Sanitasi Ruang
Kelompok
(2spread menyebar) 2,85 -
-4 TBUD
(koloni menyebar)
TBUD
(koloni menyebar) 2,8 -
faktor-faktor dalam lingkungan, maka dalam prakteknya implikasi sanitasi meluas hingga kesehatan semua organisme hidup. Sanitasi didefinisikan sebagai pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dalam rantai perpindahan penyakit tersebut.
Potensi mikroba untuk merusak pangan dan menimbulkan penyakit pada manusia, organisme lain dan tanaman, berarti bahwa mikrobiologi harus memegang peranan yang sangat pentinng dalam ilmu sanitasi. Oleh karena itu orang yang berkepntinngan dalam sanitasi industri pangan perlu memiliki pengertian dasar tentang mikroorganisme dalam lingkungan tertentu seperti udara, ruangan, dan pekerjaan itu sendiri.
Udara di dalam suatu ruangan dapat merupakan sumber kontaminasi udara. Udara tidak mengandung mikroflora secara alami, akan tetapi kontaminasi dari lingkungan sekitar mengakibatkan udara mengandung berbagai mikroorganisme, misalnya debu, air, proses aerasi, dari penderita yang mengalami infeksi saluran pencernaan dan dari ruangan yang digunakan untuk fermentasi. Mikroorganisme yang terdapat dalam udara biasanya melekat pada bahan padat, misalnya debu atau terdapat dalam droplet air (Volk dan Whleer, 1984). Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan akan tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Misalnya bakteri thermogenesis menimbulkan panas di dalam media tempat ia tumbuh. Bakteri dapat pula mengubah pH dari media tempat ia hidup, perubahan ini disebut perubahan secara kimia
(Lay, 1992).
TBUD dan pada media APDA mendapatkan mikroba sebanyak 6,2 x 102 mikroba/jam/m2. Pada media NA kelompok 5 mendapatkan jumlah mikroba sebanyak 1,9 x 103 mikroba/jam/m2 dan pada media APDA mendapatkan mikroba sebanyak 4,7 x 102 mikroba/jam/m2. Pada media NA kelompok 6 mendapatkan jumlah mikroba sebanyak 1,0 x 106 mikroba/jam/m2 dan pada media APDA mendapatkan mikroba sebanyak 1,5 x 105 mikroba/jam/m2. Pada media NA kelompok 7 mendapatkan jumlah mikroba sebanyak 1,10 x 105 mikroba/jam/m2 dan pada media APDA mendapatkan mikroba sebanyak 8,9 x 103 mikroba/jam/m2. Pada media NA kelompok 8 mendapatkan jumlah mikroba TBUDdan pada media APDA mendapatkan mikroba sebanyak 8,4 x 103 mikroba/jam/m2.
Jumlah mikroba yang terdapat di udara tergantung pada aktivitas lingkungan misalnya udara di atas padang pasir atau gunung kering, dimana aktivitas kehidupan relatif sedikit maka jumlah mikroba juga sedikit. Contohlain udara di sekitar rumah, pemotongan hewan, kandang hewan ternak, tempat pembuangan sampah maka jumlah mikroba relatif banyak (Pelczar, 1988). Banyak penyakit yang disebabkan oleh bakteri pathogen yang ditularkan melalui udara, misalnya bakteri penyebab tubercolosis (TBC) dan virus flu yang dapat ditularkan melalui udara pernapasan. Udara tidak mempunyai flora alami, karena organisme tidak dapat hidup dan tumbuh terapung begitu saja di udara. Flora mikroorganisme udara terdiri atas organisme yang terdapat sementara mengapung di udara atau terbawa serta pada partikel debu. Setiap kegiatan manusia agaknya akan menimbulkan bakteri di udara. Jadi, walaupun udara tidak mendukung kehidupan mikroorganisme, kehadirannya hampir selalu dapat ditunjukkan dalam cuplikan udara (Volk dan Wheeler, 1984).
lantai atau permukaan benda lain. Debu dari permukaan ini sebentar-sebentar akan berada dalam udara selama berlangsungnya kegiatan dalam ruangan tersebut.
Flora mikroba di lingkungan mana saja pada umumnya terdapat dalam populasi campuran. Boleh dikatakan amat jarang mikroba dijumpai sebagai satu spesies tunggal di alam. Untuk mencirikan dan mengidentifikasi suatu spesies mikroorganisme tertentu, pertama-tama spesies tersebut harus dapat dipisahkan dari organisme lain yang umum dijumpai dalam habitatnya, lalu ditumbuhkan dalam biakan murni (Bonang, 1982). Flora mikroba yang terdapat di lingkungan alamiah merupakan penyebab banyak sekali proses biokimia, yang pada akhirnya memungkinkan kesinambungan kehidupan. Setiap spesies mikroorganisme akan tumbuh dengan baik dalam lingkungannya hanya selama kondisinya menguntungkan bagi pertumbuhannya dan mempertahankan dirinya. Begitu terjadi perubahan fisik atau kimia, seperti misalnya habisnya nutrien atau terjdi perubahan radikal dalam hal suhu atau pH yang membuat kondisi bagi pertumbuhan spesies lain lebih menguntungkan, maka organisme yang telah beradaptasi dengan baik di dalam keadaan lingkungan terdahulu terpaksa menyerahkan tempatnya kepada organisme yang dapat beradaptasi dengan baik di dalam kondisi yang baru.
Metode hitung cawan di dasarkan pada anggapan bahwa setiap sel yang dapat hidup akan berkembang menjadi satu koloni. Jadi jumlah koloni yang muncul pada cawan merupakan suatu indeks bagi jumlah organisme yang dapat hidup yang terkandung dalam sampel (Hadioetomo, 1990). Metode yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah mikroba dalam bahan pangan terdiri dari metode hitung cawan (Most probable Number) dan metode hitungan mikroskopik langsung. Dari metode-metode tersebut metode hitungan cawan paling banyak digunakan. Metode lainnya yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam suatu larutan adalah metode turbidimetri. Tetapi metode ini sukar diterapkan pada bahan pangan, misalnya sari buah, biasanya mengandung komponen-komponen yang menyebabkan kekeruhan sehingga kekeruhan larutan tidak sebanding dengan jumlah mikroba yang terdapat di dalamnya
(Dwijoseputro, 1987).
Pada ruangan, hal yang penting untuk diperhatikan adalah lantai, dinding, dan langit-langit. Lantai yang licin dan dikonstruksi dengan tepat, mudah dibersihkan. Sedangkan lantai yang kasar dan dapat menyerap, sulit untuk dibersihkan. Lantai yang terkena limbah cairan misalnya dari alat pemasakan dan tidak ditiriskan dengan baik dapat menjadi tempat penyediaan makanan bagi bakteri dan serangga. Dinding dan langit-lngit yang kasar dapat membawa bakteri seperti Staphylococcus aureus. Lantai, dinding, dan langit-langit yang konsturksinya buruk, jauh lebih sulit untik dijaga sanitasinya. Akan tetapi, struktur yang licin pun dapat menjadi sumber kontaminan yang tidak diinginkan bila tidak dibersihkan dan dipelihara secara teratur dan efektif.
mikroba tetap TBUD, sebelum dibersihkan desinfektan kelompok 4 mendapatkan mikroba TBUDdan setelah pemberian desinfektan mikroba tetap TBUD, sebelum dibersihkan desinfektan kelompok 5 mendapatkan 3,8 x 103 mikroba/m2 dan setelah pemberian desinfektan mikroba menjadi 1,8 x 103, sebelum dibersihkan desinfektan kelompok 6 mendapatkan mikroba TBUD dan setelah pemberian desinfektan mikroba tetap TBUD, sebelum dibersihkan desinfektan kelompok 7 mendapatkan 1,09 x 105 mikroba/m2 dan setelah pemberian desinfektan mikroba menjadi 1,94 x 104, sebelum dibersihkan desinfektan kelompok 8 mendapatkan mikroba TBUD dan setelah pemberian desinfektan mikroba tetap TBUD.
Tingginya jumlah mikroba pada lantai sebelum pemberian desinfektan disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Srikandi Fardiaz (1992, h.78) faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jasad renik adalah nutrient, air, suhu, pH, oksigen, adanya zat penghambat misalnya desinfektan dan adanya jasad renik lain. Adanya perbedaaan jumlah mikroba sebelum dan sesudah pemberian desinfektan dari faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jasad renik karena adanya zat penghambat, karena apabila pengaruh pencahayaan, suhu,kelembaban, pada saat praktikum baik sebelum dan sesudah pemberian desinfektan adalah relatif sama. Faktor utama yang menetukan bagaimana desinfektan bekerja adalah kadar desinfektan, waktu yang diberikan kepada desinfektan untuk bekerja, suhu desinfektan, jumlah dan tipe mikroorganisme yang ada dan keadaan bahan yang didesinfeksi.
Namun beberapa kelompokmendapatkan hasil yang tidak sesuai, seharusnya jumlah mikroba yang didapkan setelah pemberian desinfektan dapat berkurang dari jumlah mikroba yang didapatkan sebelum didesinfektan. Hal ini mungkin terjadi karena kontaminasi dari tissu yang digunakan untuk mengelap lantai atau meja tersebut, atau kesalahan praktikan dalam melakukan praktikumnya, atau mungkin kesalahan praktikan dalam menghitung mikroba yang tumbuh pada cawan.
. Apabila proses desinfeksi ditujukan pada patogen tertentu, agen yang dipilih sebagai desinfektan harus dikenal sebagai bakterisidaefektif terhadap organisme tersebut. Cara kerjadesinfektan dalam mematikan mikroorganisme yaitu:
b. Perubahan metabolisme sel, adanya kerusakan pada membran sitoplasma yang akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau matinya sel. c. Perubahan molekul protein dan Asam Nukleat, apabila terjadi perubahan
molekul protein dan asam nukleat dimanahidupnya suatu sel bergabung pada terpeliharanya molekul ini, makadapat merusak sel tanpa diperbaharui kembali.
d. Penghambatan kerja enzim penghambatan kerja enzim dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme atau matinya sel.
BAB 1V
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KesimpulanBerdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa udara dan ruangan di kantin, ATM, gedung CA K01, gedung CB K05, pos satpam, dan teras SJMP tidak terbebas dari kontaminasi mikroba. Kebersihan udara dan ruangan suatu tempat dapat dipengaruhi oleh aktivitas yang dilakukan oleh manusia itu sendiri misalnya mikroorganisme terhembuskan dalam bentuk percikan dari hidung dan mulut selama bersin, batuk dan bahkan bercakap-cakap titik-titik air terhembuskan dari saluran pernapasan. Penggunaan desinfektan belum bisa membunuh semua mikroba,namun desinfektan dapat mengurangi jumlah mikroba yang terdapat pada suatu tempat.
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Bonang, G., 1982, Mikrobiologi kedokteran. PT Gramedia, Jakarta. Dwijoseputro, 1989, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambatan, Malang.
Gobel, B. Risco, dkk., 2008. Mikrobiologi Umum Dalam Praktek. Makassar : Universitas Hasanuddin.
Hadioetomo, R, S., 1990, Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek, Gramedia. Jakarta. Lay, Bibiana, W., 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, Pt Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Pelczar, Michael W., 1994, Dasar-Dasar Mikrobiologi 1, UI Press, Jakarta. Volk, Wesley, A., Margaret F. Whleer, 1998, Mikrobiologi Dasar, Erlangga,
LAMPIRAN
Sanitasi RuangSebelum dibersihkan dengan wipol Setelah dibersihkan dengan wipol Keterangan Tempat
Kantin 4
Kantin 4 (Lantai)
ATM BNI
CA K01
Teras SJMP
Pos Satpam Pintu 3 (Meja)
Pos Satpam Pintu 3 (Lantai)
Sanitasi Udara
Tempat: Kantin 4
Media NA Media APDA
Tempat: Kantin 4 (Lantai)
Media NA Media APDA
Tempat: ATM BNI
Tempat: CA K01
Media NA Media APDA
Tempat: CB K05
Media NA Media APDA
Tempat: Teras SJMP
Media NA Media APDA
Tempat: Pos Satpam Pintu 3 (Meja)
Media NA Media APDA
Tempat: Pos Satpam Pintu 3 (Lantai)
PERHITUNGAN
Kelompok 1
NA∑mikroba/jam/m2 = 54+37 2 x
60 10 x
10000
3,14x4,5x4,5 = 4,2 x 104 cfu/jam/m2
APDA∑mikroba/jam/m2 (ulangan 1) = 3+4 2 x
APDA∑mikroba/jam/m2 (ulangan 2) = 4+6 2 x
PCA∑mikroba/m2 (ulangan 1) = 2301 x 10000
3,14x2,85x2,85 = 9,0 x 104 cfu/m2
Densitas mikroba = rata” koloni menyebar x 10.000cm²
luas(c m2)
Densitas mikroba = rata” koloni menyebar x 10.000cm²
Sanitasi Udara
Densitas mikroba= rata” koloni x 60menit 10menit x
Densitas mikroba= rata” koloni x 60menit 10menit x
Tempat = ATM BNI kampus diploma IPB Diameter Cawan = 9 cm
Diameter Agar = 2,85 cm
Sanitasi Ruang
3. APDA = (1+0)/2 x 60/10 x 10000/63,585 = 4,7 x 102 mikroba/jam/m2
4. NA = (35+7)/2 x 60/10 x 10000/63,585 = 1,9 x 103 mikroba/jam/m2
Kelompok 6:
PCA sebelum dan sesudah dibersihkan TBUD Sanitasi udara NA 131,109
APDA 1: khamir 3 kapang 9 APDA 2: khamir 7 kapang 18
= 8,9 x 103 CFU/jam/m2 Sanitasi ruang
-sebelum didesinfektan:
Densitas = 63+272x 10000
(3,14x1,4x1,4)
= 1,09 x 105 CFU/m2 -sesudah didesinfektan:
Densitas = 10+214x 10000 (3,14x1,4x1,4)
=1,94 x 104 CFU/m2
Kelompok 8:
Sanitasi Ruang: PCA1 Menyebar Tidak bisa dihitung 13+menyebar
PCA2 2 menyebar Tidak bias dihitung 9 menyebar
Sanitasi Udara:
Densitas mikroba= 12+6 2 x
60menit
10menit x
10.000cm² 3,14(4,5)² = 8,4 x 103 cfu/jam/m2
Kapang
= 7+24 x 6010menitmenit x 10.000cm² 3,14(4,5)² = 5,1 x 103 cfu/jam/m2
Khamir