• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Simulator Kamera DSLR terhadap Efektivitas Pembelajaran Mata Pelajaran Komposisi Foto Digital: Studi Kasus SMKN 1 Pringapus T1 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Simulator Kamera DSLR terhadap Efektivitas Pembelajaran Mata Pelajaran Komposisi Foto Digital: Studi Kasus SMKN 1 Pringapus T1 Full text"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Simulator Kamera

DSLR Terhadap Efektivitas Pembelajaran

Mata Pelajaran Komposisi Foto Digital

(Studi Kasus SMKN 1 Pringapus)

ARTIKEL ILMIAH

Diajukan kepada

Fakultas Teknologi Informasi

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer

Oleh:

YOGA PRADANA SEPTRI ANANDA

NIM: 702012082

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

1. Pendahuluan

Sekolah menengah kejuruan (SMK) lebih membutuhkan peralatan-peralatan penunjang dalam kegiatan belajar mengajar. Banyak ditemukan suatu masalah yang hampir dialami semua mata pelajaran pada jurusan multimedia yaitu peralatan yang harganya cukup mahal. Hal tersebut membuat peralatan yang dimiliki oleh sekolahan cukup terbatas dan kadang tidak mencukupi untuk kegiatan belajar mengajar.

Pengamatan dan wawancara kepada beberapa murid di SMK N 1 Pringapus didapatkannya informasi bahwa alat praktikum mata pelajaran komposisi foto digital yang berjumlah hanya 1 kamera DSLR. Dengan jumlah peserta didik rata-rata perkelas adalah 35 siswa maka dalam penggunaan kamera untuk praktik akan terjadi suatu kendala dalam penggunaan waktu. Peserta didik harus berebutan dan hanya asal jepret tidak memperhatikan setingan kamera. Bahkan ada sebagian siswa yang tidak melakukan praktikum karena waktu yang telah habis. Tentu saja hal itu menyebabkan pembelajaran yang kurang efektif.

Keefektifan kegiatan belajar mengajar sendiri dikatakan efektif apabila mencakup tiga hal yaitu ketercapaian ketuntasan belajar, tetercapaian keefektifan aktivitas siswa (yaitu pencapaian waktu ideal yang digunakan siswa untuk melakukan setiap kegiatan yang termuat dalam rencana pembelajaran), ketercapaian efektivitas kemampuan guru mengelola pembelajaran, dan respon siswa terhadap pembelajaran yang positif [1].

Penelitian ini akan memanfaatkan media pembelajaran berupa simulator kamera DSLR. Dengan menggunakan simulator ini diperkirakan akan membantu pengajar dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Jumlah simulator ini akan lebih memadai dibandingkan dengan kamera DSLR dikarenakan simulator kamera ini akan dipasang pada seluruh komputer di laboratorium. Sehingga memungkinkan setiap peserta didik dapat mengoperasikan simulator tersebut secara individu.

Tujuan penelitian ini adalah untu mengetahui efektivitas kegiatan belajar mengajar. Apakah dengan menggunakan media pembelajaran simulator kamera DSLR kegiatan belajar mengajar lebih efektif. Ataukah sebaliknya kegiatan belajar mengajar menggunakan simulator kamera DSLR tidak lebih efektik dibandingkan dengan kegiatan belajar mengajar yang menggunakan satu buah kamera DSLR.

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “ Bagaimanakah pengaruh

(7)

2. Tinjauan Pustaka

Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ignatius agung pranata penelitian tersebut menunjukkan simulasi kamera DSLR dapat memudahkan dan membantu pengguna dalam mempelajari ilmu fotografi [2]. Penelitian lain yang dilakukan oleh Muhamad rizki adi wijayanto menunjukkan keterampilan fotografi kamera DSLR pada mata pelajaran komposisi foto digital dapat ditingkatkan dengan penerapan metode pembelajaran drill dan pendekatan scientific. Kelemahan dari penelitian ini yaitu sulitnya dalam mengkontrol kelas yang berjumlah 29 siswa karena keterbatasan jumlah kamera dan permasalahan terhadap waktu pembelajaran yang kurang [3]. Ferry fatchurrozi menunjukkan bahwa dengan memanfaatkan media simulator kamera dapat berpengaruh pada hasil belajar siswa [4]. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu, penelitian ini akan meneliti tentang efektifitas kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan media pembelajaran simulator kamera DSLR. Aplikasi yang akan digunakan sebagai media pembelajaran adalah camerasim, camerasim memiliki fitur yang lebih lengkap dari aplikasi yang digunakan oleh peneliti sebelumnya.

Efektivitas pembelajaran berarti tingkat keberhasilan guru dalam mengajar kelompok siswa tertentu dengan menggunakan metode tertentu untuk mencapai tujuan instruksional tertentu [5]. Efektivitas pembelajaran memiliki dua

karakteristik. Karakteristik pertama ialah “memudahkan murid belajar” sesuatu

yang bermanfaat, seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep atau sesuatu hasil belajar yang diinginkan. Kedua, bahwa keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai, seperti guru, pengawas, tutor atau murid sendiri [6].

Pembelajaran dikatakan efektif apabila mencapai sasaran yang diinginkan, baik dari segi tujuan pembelajaran maupun prestasi siswa yang maksimal. Berikut ini merupakan tiga indikator keefektifan pembelajaran yaitu ketercapaian ketuntasan belajar, ketercapaian keefektifan aktivitas siswa (yaitu pencapaian waktu ideal yang digunakan siswa untuk melakukan setiap kegiatan yang termuat dalam rencana pembelajaran), ketercapaian efektivitas kemampuan guru mengelola pembelajaran, dan respon siswa terhadap pembelajaran yang positif. Indikator lain yang dapat digunakan untuk menentukan efektivitas dalam proses pembelajaran ada tujuh yaitu pengorganisasian materi yang baik, komunikasi yang efektif, penguasaan dan antusiasme terhadap materi pelajaran, sikap positif terhadap siswa, pemberian nilai yang adil, keluwesan dalam pendekatan pembelajaran, dan hasil belajar siswa yang baik[7].

(8)

siswa, keluwesan dalam pendekatan pembelajaran, tercapainya waktu yang ideal, dan tetercapaian ketuntasan belajar.

Media Pembelajaran sering diartikan sebagai alat-alat, grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual/verbal. Media juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan peserta didik, sehingga dapat terdorong untuk terlibat dalam proses pembelajaran [8]. Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan dapat digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran [9]. Media adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pembelajar untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap [10].

Simulator/Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya pura-pura atau berbuat seolah-olah. Kata simulation artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura [11]. Simulasi merupakan suatu model pengambilan keputusan dengan mencontoh atau mempergunakan gambaran sebenarnya. Gambaran tersebut diambil dari suatu sistem kehidupan dunia nyata tanpa harus mengalaminya pada keadaan yang sebenarnya [12].

Kamera DSLR atau Digital Single Lens Reflex adalah kamera digital dengan format yang mengadopsi kamera SLR film yaitu memiliki lensa yang bisa dilepas, memiliki cermin mekanik dan penta prisma untuk mengarahkan sinar yang melewati lensa menuju ke jendela bidik. Saat tombol shuter ditekan, cermin akan terangkat dan shutter terbuka sehingga menyebabkan sinar yang memasuki lensa akan diteruskan mengenai sensor. Proses exposure diakhiri dengan menutupnya shutter dan cermin kembali diturunkan. Total waktu yang diperlukan dari shutter membuka hingga menutup lagi dinamakan shutter speed dan bisa

diatur secara manual atau otomatis” [13]. Selain itu DSLR memiliki kemampuan lepas tukar lensa, mirip kamera analog SLR. Kualitas gambarpun prima. Hal ini disebabkan karena kamera DSLR menggunakan lensa kamera yang baik, dan dari waktu kewaktu terus mengalami perbaikan.fitur-fiturnya dibuat persis dengan kamera analog SLR, seperti manual fotografi, bracketing, bidik kontinyu, multi eksposur, hingga kompensasi pencahayaan. Kemampuan menyimpan file gambar kamera ini dengan format digital seperti Jpeg,Tiff, Raw,dll [14].

Camerasim adalah sebuah aplikasi yang akan dipakai sebagai media pembelajaran simulator kamera DSLR. Berikut ini kalimat yang penulis kutip tentang camerasim yang ditulis oleh Jon Arnold pendiri dari aplikasi Camerasim

(9)

shake’ blur, tripod stabilization, subject motion blur, over- & under-exposure, dan exposure priority modes [15].

3. Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan menggunakan media pembelajaran simulator kamera DSLR dapat mempengaruhi keefektifan pembelajaran. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada populasi atau sampel tertentu, data bersifat kuantitatif / statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Data yang sudah didapatkan kemudian dideskripsikan agar mudah dalam memahaminya [17].

Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu Nonequivalent control group design penelitian model ini dapat digambarkan seperti berikut [17].

Tabel 1 Desain penelitian

O1 X O2

O3 O4

O1 : Pretest kelas eksperimen

X : Perlakuan (eksperimen)

O2 : Posttest kelas eksperimen

O3 : pretest kelas kontrol

O4 : Posttest kelas kontrol

Penelitian ini akan menggunakan 2 kelas. Satu kelas sebagai kelas eksperimen yang akan deberikan perlakuan penerapan media simulator kamera DSLR dan satu kelas yang lain sebagai kelas kontrol, kelas yang berjalan seperti biasanya.

Pertanyaan pada penelitian ini dapat dituliskan “Bagaimana keefektifan

kegiatan belajar mengajar menggunaan media pembelajaran simulator kamera

(10)

Gambar 1 Variabel Penelitian

X1 : KBM menggunaan simulator kamera DSLR Y1 : Efektivitas kegiatan belajar mengajar

Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah siswa kelas XII multimedia SMK N 1 Pringapus. Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan adalah non probability sampling dengan jenis sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel [17].

Pada masing-masing kelas yaitu kontrol dan ekperimen akan dilakukan selama dua kali pertemuan. setiap pertemuannya materi yang disampaikan berbeda. Pada pertemuan pertama materi yang akan disampaikan yaitu pengertian fotografi dan dasar-dasar eksposure, sedangkan pada pertemuan kedua materi yang akan diberikan adalah ukuran shoot, angle shoot, dan komposisi foto. Berikut ini adalah desain pembelajaran yang akan digunakan pada penelitian ini.

Tabel 2 Desain pembelajaran pertemuan 1

Kontrol Eksperimen

Mata pelajaran Komposisi foto digital Komposisi foto digital

(11)

Media 1 buah kamera DSLR Simulator kamera DSLR

Tabel 3 Desain pembelajaran pertemuan 2

Kontrol Eksperimen

Mata pelajaran Komposisi foto digital Komposisi foto digital

Materi Ukuran shoot, angle shoot, dan komposisi foto

(12)

Tabel 4 Data yang Dibutuhkan

Data yang Dibutuhkan

Eksperimen Kontrol

Pretest Pretest

Postest Postest

Kuis Pertemuan 1 Kuis Pertemuan 1 Kuis Pertemuan 2 Kuis Pertemuan 2 Kuesioner Pertemuan 1 Kuesioner Pertemuan 1 Kuesioner Pertemuan 2 Kuesioner Pertemuan 2

Penelitian ini dilakukan selama dua kali pertemuan pada masing-masing kelas kontrol maupun eksperimen. Pada penelitian ini yang diukur adalah efektivitas kegiatan belajar mengajar. Indikator efektivitas yang digunakan dapat dilihat pada tabel 6 dibawah ini.

Tabel 5 Indikator Efektivittas Kegiatan Belajar Mengajar [7]

NO Indikator Efektivitas KBM

1 Pengorganisasian materi yang baik

2 Komunikasi yang efektif

3 Penguasaan dan antusiasme terhadap materi pelajaran

4 Respon positif oleh siswa

5 Keluwesan dalam pendekatan pembelajaran

6 Tercapainya waktu yang ideal

7 Ketercapaian ketuntasan belajar (KKM 76)

Tabel 5 tersebut terdapat 7 indikator, indikator nomor 1-6 didapatkan dari kuesioner dan indikator nomor 7 didapatkan dari soal kuis.

Dari tujuh indikator yang digunakan hasilnya akan dirata-rata dan dicocokkan pada kategori keefektivitasan. Untuk menentukan kategori efektivitas kegiatan belajar mengajar akan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

Presentase tertinggi : 100% Presentase terendah : 0%

Rentang presentase : 100-0 = 100 Kelas interval : 6

(13)

Berdasarkan hitungan tersebut maka dihasilkan kategori seperti tabel 6 dibawah ini.

Tabel 6 Kategori Efektivitas KBM [18]

No Interval Kategori

1 87.5% - 100% Sangat efektif

2 70% - 86.5% Efektif

3 52.5% - 69% Hampir efektif

4 35% - 51.5% Hampir tidak efektif

5 17.5% - 34% Tidak efektif

6 0% - 16.5% Sangat tidak efektif

4. Hasil dan Pembahasan

Sebelum penelitian dimulai pada masing-masing kelas diadakan pretest yang keduanya memiliki soal yang sama. Pretest ini digunakan untuk pembanding antara kelas kontrol dan eksperimen, apakah memiliki rata-rata yang hampir sama. Berikut ini adalah hasil pretest dari kedua kelas tersebut :

Tabel 7 hasil pretest kedua kelas

PRETEST

Kontrol Eksperimen

5.62 5.59

Dari hasil pretest terlihat nilai dari kedua kelas yang hampir sama. Nilai yang didapat oleh kelas kontrol malah lebih tinggi dari kelas eksperimen. Kedua kelas hanya memiliki selisih nilai 0.03 jadi bisa dikatakan kedua kelas memiliki kesamaan dalam pemahaman awal.

Pertemuan 1 Kelas kontrol

(14)

Kelas eksperimen

Proses pembelajaran untuk kelas eksperimen akan menggunakan media pembelajaran simulator kamera DSLR. Kegiatan belajar mengajar diawali dari teori kemudian praktik. Dengan pembagian waktu teori 50% dan praktik 50%. Pengajar akan memberikan materi tentang pengertian fotografi dan dasar-dasar exposure. Setelah teori diberikan selanjutnya adalah melakukan praktik tentang exposure dengan menggunakan simulator kamera DSLR.

Gambar 2 Tampilan Simulator Kamera DSLR

Exposure sendiri terdiri dari tiga aturan yaitu ISO, Aperture, dan Shutter. Dari ketiga aturan tersebut peserta didik disuruh mengatur pada simulator kamera DSLR seperti yang ditunjukkan gambar 2 diatas. Dari ketiga aturan tersebut peserta didik ditugaskan untuk membuat foto yang memiliki exposure yang pas tidak terlalu gelap ataupun terang. Foto dengan ruang tajam yang lebar, ruang tajam sempit (bokeh), dan foto yang membeku. Setelah KBM selesai maka peserta didik akan diberikan soal kuis dan kuesioner. Dari data yang telah terkumpul maka akan diolah dan hasilnya ada pada tabel 8.

Tabel 8 dibawah ini berisi hasil data yang telah didapatkan pada pertemuan 1 kelas kontrol dan eksperimen. Data tersebut didapatkan dari kuis dan kuesioner.

Tabel 8 Efektivitas kegiatan belajar mengajar pertemuan 1

NO INDIKATOR PERSETUJUAN

Kontrol Eksperimen

1 Pengorganisasian materi yang baik 82% 88%

2 Komunikasi yang efektif 84% 89%

3 Penguasaan dan antusiasme terhadap materi

pelajaran 75% 84%

(15)

5 Keluwesan dalam pendekatan pembelajaran 64% 82%

6 Tercapainya waktu yang ideal 52% 73%

7 Ketercapaian ketuntasan belajar (KKM 76) 27% 68%

RATA-RATA 66% 82%

Untuk mengetahui kategori keefektifan KBM dari presentase tabel diatas maka dapat dicocokkan dengan tabel 6 kategori efektivitas KBM. Dari tabel 8 tersebut dapat dilihat kelas kontrol dan eksperimen memiliki presentase tertinggi pada indikator nomor 2 masing-masing kelas memiliki presentase 84%(efektif) dan 89%(sangat efektif). Sedangkan presentase terendah kelas kontrol dan eksperimen terdapat pada indikator nomer 7 dengan presentase 27%(tidak efektif) dan 68%(hampir efektif).

Pertemuan 2

Pada Pertemuan kedua masing-masing kelas mempelajari materi yang sama. Materi yang dipelajari pada pertemuan kedua yaitu ukuran shoot, angle shoot, dan komposisi foto. Data penelitian diambil setelah kegiatan belajar mengajar selesai yaitu dengan cara seperti pertemuan 1 yaitu pengisian kuis dan kuesioner. Isi kuesioner pada pertemuan 1 dan pertemuan 2 sama tetapi untuk soal kuis akan berbeda, menyesuaikan dengan materi pelajaran yang diberikan.

Kelas kontrol

Pada pertemuan kedua kelas kontrol akan melakukan kegiatan belajar mengajar seperti biasa yang dilakukan. Materi pelajaran yang akan dibawakan adalah ukuran shoot, angle shoot, dan komposisi foto. Pembagian waktu teori dan praktik adalah 50%-50%. Kuesioner dan kuis diambil setelah kegiatan KBM selesai.

Kelas eksperimen

Pada pertemuan kedua ada sedikit perbedaan pada kelas eksperimen, pada pertemuan kedua ini pengajar akan menitik beratkan pada teori. Pengajar menyusun materi yang lebih ringkas, jelas, dan memperbanyak contoh-contoh foto. Maka akan merubah pembagian waktu menjadi teori 60% praktik 40%, dan menambah 5 komputer yang dijadikan sebagai media pembelajaran sehingga penggunaan waktu ketika praktikum lebih efisien.

(16)

Gambar 3 Letak tombol distance dan focal length

Setelah kegiatan belajar selesai maka dilakukan pengambilan data dengan pemberian soal kuis dan lembar kuesioner. Data yang sudah terkumpul kemudian diolah dan didapatkan hasil seperti pada tabel 9.

Data yang telah diperoleh pada pertemuan kedua baik kelas kontrol maupun eksperimen, selanjutnya akan diolah secara statistik. Data yang sudah diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel. Berikut ini adalah tabel data yang diperoleh pada pertemuan kedua.

Tabel 9 Efektivitas kegiatan belajar mengajar pertemuan 2

NO INDIKATOR PERSETUJUAN

Kontrol Eksperimen

1 Pengorganisasian materi yang baik 78% 91%

2 Komunikasi yang efektif 83% 86%

3 Penguasaan dan antusiasme terhadap materi

pelajaran 77% 82%

4 Respon positif oleh siswa 77% 85%

5 Keluwesan dalam pendekatan pembelajaran 69% 82%

6 Tercapainya waktu yang ideal 61% 78%

7 Ketercapaian ketuntasan belajar (KKM 76) 25% 81%

RATA-RATA 67% 83%

(17)

Setelah pertemuan kedua selesai masing-masing kelas diadakan sebuah postest yang memiliki soal sama persis seperti soal pretest. Postest ini akan digunakan untuk melihat perbandingan nilai awal penelitian dengan nilai akhir setelah penelitian selesai. Berikut ini adalah tabel 10 yang berisi nilai pretest dan postest dari kedua kelas.

Tabel 10 Perbandingan Pretest dan Postest

Kelas Pretest Postest

Kontrol 5.62 6.12

Eksperimen 5.59 9.0

Diagram dibawah ini merupakan perbandingan efektivitas kegiatan belajar mengajar antara kelas kontrol dan kelas eksperimen secara keseluruhan yang di ambil dari rata-rata tabel nomor 8, dan tabel nomor 9.

(18)

kelas kontrol dan memiliki hasil postest lebih tinggi 2.88 dibandingkan kelas kontrol. jika rata-rata tersebut dicocokkan dengan tabel 6 Maka kelas kontrol berada pada kategori hampir efektif dan kelas eksperimen berada pada kategori efektif.

5. Simpulan

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kelas eksperimen dalam kegiatan belajar mengajar memiliki rata-rata efektivitas 82.5% yang berarti efektif dibandingkan dengan kelas kontrol yang memiliki efektivitas 66.5% yang berarti hampir efektif. Sehingga kegiatan belajar mengajar menggunakan media pembelajaran simulator kamera DSLR dikatakan lebih efektif dibandingkan dengan KBM dengan media pembelajaran kamera DSLR yang terbatas. Indikator keefektifan belajar mengajar yang digunakan ada 7 yaitu pengorganisasian materi, keefektifan komunikasi, penguasaan dan antusiasme siswa terhadap materi, respon positif siswa, keluwesan guru dalam pendekatan pembelajaran, keefektifan waktu yang digunakan, dan hasil belajar dari siswa. Bagi sekolah yang memiliki kamera DSLR terbatas disarankan untuk menggunakan simulator kamera DSLR dikarenakan dalam penggunaannya untuk KBM lebih efektif.

6. Daftar pustaka

[1] Mawar, R. (2012). Efektivitas Penggunaan Media Pembelajaran E-Learning Berbasis Web Pada Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Kalasan (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Yogyakarta).

[2] Pranata, Ignatius Agung, 2013, Rancang Bangun Simulator Kamera DSLR Canon EOS 50D Berbasis Web Untuk Pembelajaran Fotografi Dasar, U niver sita s Kr isten Sa tya Wa ca na institutiona l Repositor y, http://repository.uksw.edu/handle/123456789/6369 . Diakses tanggal 22 Maret 2016.

[3] Wijayanto, Muhamad Rizki Adi, 2015, Peningkatan Keterampilan Fotografi Kamera Dslr Dengan Metode Drill Dan Pendekatan Scientific Pada Mata Pelajaran Komposisi Foto Digital Siswa Kelas Xi Multimedia, Skripsi. Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

[4] Fatchurrozi, Ferry, 2015, Pemanfaatan Media Simulator Kamera Materi Pokok Pengoperasiankamera Mata Pelajaran Fotografi Siswa Kelas Xi Multimedia di SMK N 2 Magetan, Jurnal Mahasiswa Teknologi Pendidikan, 1(2),

http://ejournal.unesa.ac.id/jurnal/jmtp/artikel/13075/pemanfaatan-media- simulator-kamera-materi-pokok-pengoperasian-kamera-mata-pelajaran-fotografi-siswa-kelas-xi-multimedia-di-smkn-2-magetan#. Diakses tanggal 24 Maret 2016. [5] Popham, W. James. 2003. Teknik Mengajar Secara Sistematis (Terjemahan).

Jakarta: Rineka cipta.

[6] Dunne, Richard. 1996. Pembelajaran Efektif (Terjemahan). Jakarta: Grasindo. [7] Mawar, R. (2012). Efektivitas Penggunaan Media Pembelajaran E-Learning

(19)

Hasil Belajar Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Kalasan (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Yogyakarta).

[8] Kokasih, Andreas. 2013. Optimalisasi Belajar dan Pembelajaran. Salatiga: Widya Sari Press Salatiga.

[9] Musfiqon, (2012). Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka.

[10] Anitah, sri.2012. Media Pembelajaran. Surakarta: Yuma pustaka.

[11] Sudjana, nana. 1988. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

[12] Pranata, Ignatius Agung, 2013, Rancang Bangun Simulator Kamera DSLR Canon EOS 50D Berbasis Web Untuk Pembelajaran Fotografi Dasar, U niver sita s Kr isten Sa tya Wa ca na institutiona l Repositor y, http://repository.uksw.edu/handle/123456789/6369 . Diakses tanggal 22 Maret 2016.

[13] Mulyanta, Edi S. 2006. Teknik Modern Fotografi Digital. Yogyakarta: PT.Penerbit Andi.

[14] Darmawan, ferry. 2009. Dunia Dalam Bingkai Dari Fotografi Film Hingga Fotografi Digital. Yogyakarta:Graha Ilmu.

[15] Arnold, jon. “Camerasim”. 20 Juni 2016. http://camerasim.com/

[16] Taniredja, tukiran. Pujiati, irma. Dan Nyata. 2010. Penelitian tindakan Kelas. Bandung: Alfabeta.

[17] Sugiyono, (2015). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Gambar

Tabel 1 Desain penelitian
Tabel 2 Desain pembelajaran pertemuan 1
Tabel 3 Desain pembelajaran pertemuan 2
Tabel 5 tersebut terdapat 7 indikator, indikator nomor 1-6 didapatkan dari kuesioner dan indikator nomor 7 didapatkan dari soal kuis
+5

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi dengan judul “Penggunaan Metode Permainan Kuis untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Matematika Materi Pokok Bangun Datar dan Bangun Ruang

Zakat adalah ibadah Maliyah yang mempunyai dimensi dan fungsi social ekonomi atau pemerataan karunia Allah SWT dan juga merupakan perwujudan solidaritas

Scheinders (dalam Desmita, 2011) juga menyebut penyesuaian diri (adjusment) pada prinsipnya adalah suatu proses yang mencakup respons mental dan tingkah laku, dengan mana

Bank sentral adalah lembaga keuangan negara yang mempunyai wewenang untuk mengeluarkan alat pembayaran yang sah dari suatu negara, merumuskan dan melaksanakan.. kebijakan

Seperti penelitian yang dilakukan Sartika & Iman (2012) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tipe kepribadian

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan optimalisasi query data pada aplikasi Penerimaan Mahasiswa Baru Online STMIK AKBA, sehingga proses pencarian dan menampilkan

D-sorbose is known as reactive reducing sugar to react with amino acids to.. generate

Pada tanggal 10 Februari 1948 dilaksankan sebuah konferensi di Cisayong yang menghasilkan keputusan membentuk Majelis Islam dan mengangkat Kartosoewirdjo sebagai pemimpin