1
1
ISSN : 1693-4768
Jurnal Media Ekonomi
Volume 20, Nomor 1, April 2015
Tim Redaksi :
Pembina/Penanggung Jawab Drs. H. Sardiyo, MM
Ketua
Dra. Hj. Jumroh, M. Pd
Penyunting
Prof. Dr. Faizal Badarudin Daud, MP Ngatijo, S. Pd, MM
Supriyanto, SP, SE, M. Si Ronal Aprianto, SE, M. Si Herman Paleni, SE, M. Si
Penerbit
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
Alamat Redaksi
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Musi Rawas Lubuklinggau Jl. Yos Sudarso Kel. Lubuk Kupang, Kec. Lubuklinggau Selatan I. Kota
Lubuklinggau Sumatera Selatan
Jurnal Media Ekonomi merupakan sarana komunikasi ilmiah,
Terbit 3 (kali) sekali setahun (April, Agustus, Desember)
1
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas izin dan karunia-Nya, Jurnal
Media Ekonomi yang merupakan Media Komunikasi Ilmiah STIE Mura Lubuklinggau
Volume 20 Nomor 1, April 2015 dapat diterbitkan. Terbitan jurnal ini dapat dilaksanakan
sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Jurnal ini berisi hasil-hasil penelitian yang
diharapkan dapat menjadi media informasi dalam penyebaran Ilmu Pengetahuan khususnya
terkait dengan bidang ekonomi sehingga dapat dimanfaatkan oleh pihak pihak
berkepentingan.
Penyusunan Jurnal Media Ekonomi ini dilaksanakan melalui beberapa proses yang
tersistematis sehingga dibutuhkan dukungan beberapa pihak untuk menjalankan dan
mempertahankan kelangsunganya di masa yang akan datang. Pada kesempatan ini, Redaksi
mengharapkan partisipasi para Dosen dan Tenaga Peneliti Akademis, Swasta, dan
Pemerintah untuk mengirimkan naskah tulisan hasil penelitiannya pada Jurnal Media
Ekonomi.
Atas keberhasilan diterbitkan jurnal Media Ekonomi ini, Tim Redaksi mengucapkan
terima kasih pada semua pihak yang mendukung.
Lubuklinggau, April 2015
1
3
JURNAL MEDIA EKONOMI
Volume 20, Nomor 1, April 2015
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
ANALISIS PENERAPAN BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT BANTU PERENCANAAN LABA PADA PD CV. MAWAR LUBUK LINGGAU
Dewi Anggraini & Indah Permata ... 1 -18
ANALISIS BIAYA PRODUKSI TERHADAP LABA
PADA USAHA KERUPUK IKAN ASIN KOTA LUBUK LINGGAU
Eri Trihayati & Novi Yanti ... 19 - 39
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR DAN LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI YANG MEMPENGARUHI TINGKAT
KRIMINALITAS DI KOTA LUBUK LINGGAU
Wawan Fransisco ... 40 - 50
PENGARUH PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH PADA PT. BANK BCA LUBUK LINGGAU
Astuti Karya Dewi & Anggia Virgi Gebby Aviona ... 51 - 67
ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS ASET TETAP DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA PERUSAHAAN PD. DIADI PUTRA GAS KABUPATEN MUSI RAWAS
Aning Kesuma Putri & Sakinah Aprilianti... 68 - 77
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DALAM MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PADA PT. PLN (PERSERO) WILAYAH TEBING TINGGI
Yuli Nurhayati & Devi ... 78 - 93
PENGARUH PELATIHAN DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PROFESIONALISME PEGAWAI
PADA KANTOR LAPAS NARKOTIKA KELAS IIA KOTA LUBUK LINGGAU
1
4
PENGARUH PELATIHAN DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PROFESIONALISME PEGAWAI PADA KANTOR LAPAS
NARKOTIKA KELAS IIA LUBUKLINGGAU
Ronal Aprianto, SE, M. Si
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Musi Rawas
ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji Pengaruh Pelatihan Dan Pengalaman Kerja Terhadap Profesionalisme Pegawai Pada Kantor Lapas Narkotika Kelas IIA Lubuklinggau. Metode penelitian ini menggunakan metode angket, yaitu angket pelatihan, angket pengalaman kerja dan angket profesionalisme pegawai dengan menggunakan SPSS 20.
Nilai kostanta yang sebesar Y= 10,737 +0,490 X1 +2,475 X2.
Konstanta sebesar 10,737 menjelaskan jika variabel pelatihan dan pengalaman kerja tidak mengalami perubahan atau nilainya nol, maka nilai dari variabel profesionalisme pegawai akan mengalami penurunan
sebesar 10,737. Koefisien X1 sebesar 0,490 menunjukkan bahwa apabila
variabel pelatihan meningkat sebesar satu satuan, maka nilai variabel profesionalisme pegawai akan mengalami perubahan secara positif
sebesar 0,490. Kemudian nilai koefisien X2 sebesar 2,475 menunjukkan
bahwa apabila variabel pengalaman kerja meningkat sebesar satu satuan, maka nilai variabel profesionalisme pegawai akan mengalami perubahan secara positif sebesar 2,475 hal ini menunjukkan dengan meningkatkan pengalaman kerja dapat meningkatkan meningkatkan profesionalisme pegawai pada Kantor Lapas Narkotika Kelas 2A Lubuklinggau.
Besarnya nilai koefisien determinasi ( R2) yang diperoleh dari hasil
pengelolahan dengan program SPSS.20 adalah sebesar 0,610 menunjukkan pengaruh yang sangat kuat, atau dapat dikatakan pelatihan dan pengalaman kerja memberikan kontribusi sebesar 0,610 dengan demikian menujukan bahwa sebesar 61,0% variabel profesionalisme pegawai dipengaruhi dan dapat dijelaskan oleh variabel pelatihan dan pengalaman kerja, sedangkan sisanya sebesar 39,0% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti.
Berdasarkan analisis dari uji F pengujian dengan SPSS 20 yang
dilakukan diperoleh df = n-2-1 = 66-2-1= 63, sehinga nilai Ftabel adalah
3,14 sedangkan nilai Fhitung sebesar 49,274 dengan sig 0,000 Fhitung≥ Ftabel
maka Ho ditolak dan Ha diterima., kemudian dapat disimpulkan bahwa
pelatihan dan pengalaman kerja berpengaruh signifikan terhadap profesionalisme pegawai pada Kantor Lapas Narkotika Kelas 2A Lubuklinggau dapat teruji secara statistik.
1
5
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Saat ini dalam dunia kerja
tidak hanya pegawai yang
berkualitas namun bisa juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya dengan mengadakan pelatihan, penggunaan sarana
dan prasarana, penempatan
secara teori maupun praktek. Selain itu pengalaman kerja juga
bisa menmpengaruhi karena
dengan adanya pengalaman
maka mengajarkan seorang
pegawai untuk bekerja lebih baik dan benar sesuai dengan apa yang diharapkan.
Dalam hal ini perlu
dilakukan evaluasi untuk
mendapatkan sumber daya
manusia yang lebih baik. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melakukan pelatihan terhadap para pegawai, pelatihan sendiri merupakan proses pendidikan
jangka pendek yang
menggunakan prosedur
sistematis dan terorganisir,
sehingga tenaga nonmanajerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis untuk tujuan tertentu.
Pelatihan dapat juga diartikan
sebagai pembelajaran yang
merupakan dasar dari perilaku manusia, belajar adalah suatu perubahan yang relatif permanen yang dihasilkan melalui latihan dan pengalaman, sebagai hasil dari merespon stimulus.
Kegiatan pelatihan sangat
penting karena bermanfaat guna
menambah pengetahuan atau
ketrampilan terutama bagi yang
mempersiapkan diri memasuki
lapangan pekerjaan. Sedangkan
bagi yang sudah bekerja akan
berfungsi sebagai “charger” agar kemampuan serta kapabilitas kita
selalu terjaga guna mengamankan
existensi atau peningkatan karir.
Salah satu fungsi
manajemen surmber daya
manusia adalah trainingand
development artinya bahwa untuk
mendapatkan tenaga kerja
pendidikan yang bersumber daya manusia yang baik dan tepat
sangat perlu pelatihan dan
pengembangan. Hal ini sebagai
upaya untuk mempersiapkan
para tenaga kerja pendidikan
untuk menghadapi tugas
1
6
menguasainya. Management thought yang dikemukakan
Taylor, bahwa tenaga kerja
membutuhkan latihan kerja yang tepat. Teori ini sangat tepat untuk
rnenghindari kemungkinan
terburuk dalam kemampuan dan
tanggung jawab bekerja,
sehingga dalam menyelesaikan tugas jabatan lebih efektif dan efisien sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
Pada dasarnya
pengalaman kerja merupakan
salah satu pendorong
profesionalisme seorang
pegawai, adanya perbedaan
dalam pelatihan yang
berpengaruh terhadap
profesionalsme pegawai dan
ketidaksesuaian pelatihan dan profesi yang dikerjakan, karena dengan adanya pelatihan dan pengalaman kerja maka dapat mendorong kegairahan kerja dan dapat membentuk hasil kerja seorang pegawai, oleh karena itu hubungan antara pelatihan dan pengalaman kerja sangatlah kuat
pengaruhnya terhadap tugas
yang diselesaikan, yang
kemudian dapat memberikan
penilaian keprofesinalisme pada pegawainya.
Bagi seorang pegawai
pengalaman kerja sangat
penting, karena dengan adanya pengalaman kerja maka pegawai akan mengerti apa yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan organisasi dengan apa
yang harus dia kerjakan.
Pimpinan hanya memberikan
tugas apa yang mesti dilakukan dan pegawaipun akan mengerti apa yang harus dia kerjakan,
semua itu karna adanya
pengalaman dari seorang
pegawai tersebut.
Pengalaman kerja bisa diterapkan dalam suatu instansi ataupun organisasi jika apa yang ingin diterapkan sesuai dengan
apa yang ada, akan
mempermudah terselesainya
suatu tujuan dengan adanya pengalaman kerja tersebut. Jika pegawai mampu menerapkan pengalaman kerja yang telah
diperoleh maka akan
mempermudah pekerjaan
1
7
beban. Kantor Lapas Narkotika
Kelas IIA Lubuklinggau
merupakan salah satu kantor
yang memberikan pelayanan
kepada para napi yang ada
didalamnya, tidak hanya itu
kantor tersebut juga memberikan
pelatihan kepada para
pegawainya supaya mereka
dapat memberlakukan para napi sesuai dengan perlakuan yang baik dan memberikannya contoh untuk berlaku lebih baik lagi supaya apa yang menjadi tujuan baik dapat pula tercapai dengan baik tentunya dengan adanya pelatihan dan pengalaman kerja.
Profesionalisme
mempunyai makna mutu,
kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau yang profesional. Profesionalisme merupakan sikap dari seorang profesional. Artinya sebuah term yang menjelaskan bahwa setiap pekerjaan hendaklah dikerjakan oleh seseorang yang mempunyai keahlian dalam bidangnya atau
profesinya. Selain itui
penggunaan istilah
profesionalisme menunjuk pada derajat penampilan seseorang
sebagai profesional atau
penampilan suatu pekerjaan
sebagai suatu profesi, ada yang
profesionalismenya tinggi,
sedang dan rendah.
Profesionalisme juga mengacu kepada sikap dan komitmen anggota profesi untuk bekerja berdasarkan standar yang tinggi dan kode etik profesinya.Untuk mencapai sukses dalam bekerja,
seseorang harus mampu
bersikap profesional. Profesional tidak hanya berarti ahli saja. Namun selain memiliki keahlian juga harus bekerja pada bidang yang sesuai dengan keahlian
yang dimilikinya tersebut.
Seorang profesional tidak akan pernah berhenti menekuni bidang keahlian yang dimiliki.
Selain itu, seorang
profesional juga harus selalu
melakukan inovasi serta
mengembangkan kemampuan
yang dimiliki supaya mampu bersaing untuk tetap menjadi yang terbaik di bidangnya hal
tersebut dapat dilihat dari
pengalaman kerja maupun
melakukan pelatihan-pelatihan
1
8
diharapkan dapat tercapai
dengan baik.Setiap organisasi manapun sangat mengharapkan pegawai yang menjunjung tinggi
profesionalisme kerja yang
diberikan, oleh karena itu platihan dan pengalaman kerja sangat
erat hubungannya. Dengan
adanya hubungan antara
pelatihan dan pengalaman kerja
terhadap profesionalisme
pegawai pada Kantor Lapas Narkotika tersebut.
Untuk meningkatkan
profesionalisme pegawai Kantor
Lapas Narkotika Kelas IIA
Lubuklinggau perlu mengadakan
evaluasi terhadap pegawai,
kurangnya pelatihan kerja
misalnya mengadakan
pertemuan atau meeting dengan para pegawai atau pimpinan dengan cara memberikan materi
melalui metode-metode kerja
baru supaya mendapatkan cara-cara baru dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tujuan. Selain itu pengalaman kerja pegawai juga perlu ditingkatkan demi tercapainya kinerja pegawai
yang diinginkan, karena
kurangnya tingkat pengetahuan
dan penguasaan terhadap suatu pekerjaan.
Kriteria pegawai pada
Kantor Lapas Narkotika Kelas IIA Lubuklinggau dapat terlihat dari sifat, perilaku dari para pegawai yang mencerminkan hasil kerja
yang telah dilakukan dalam
menjalankan aktivitas yang
berpengaruh terhadap hasil kerja. Semua itu dapat membentuk profesionalisme seorang pagawai dalam suatu organisasi dan dalam menjalankan tugas sesuai
dengan yang diharapkan.
Perlunya meningkatkan
profesionalisme pegawai yang ada di Kantor Lapas Narkotika Kelas IIA Lubuklinggau dalam
melaksanakan tugas dan
kewajiban sebagaimana
mestinya, banyak hal yang mesti diperhatikan dan dipahami dari para napi itu sendiri. Tidak hanya
itu pegawai juga perlu
memberikan ajaran yang baik dan bermanfaat bagi mereka, oleh karena itu prelunya seorang
pegawai mengikuti pelatihan
untuk memahami pembelajaran
terbaru dan memahami
1
9
menerapkan lebih baik lagi
supaya bisa bekerja secara
profesional.
Pentingnya mengadakan
observasi supaya mengetahui
penyebab timbulnya suatu
kendala misalnya, adanya
perbedaan tingkat pendidikan
yang berpengaruh terhadap hasil
kerja pegawai dan ketidak
sesuaian pelatihan dan profesi yang dikerjakan. Kemudian dari segi pengalaman kerja terdapat kurangnya pengetahuan yang dimiliki sehingga berpengaruh
terhadap hasil kerja serta
kurangnya rasa ingin tahu
tentang pengetahuan yang
berpengaruh terhadap
penyelesaian suatu pekerjaan. Selasin itu untuk meningktakan
profesionalisme terfdapat
bebrapa hal yeng
mempengaruhinya misalnya,
Belum tepatnya pelatihan dan pengalaman kerja para pegawai
yang berpengaruh terhadap
pencapaian kerja dan Kurangnya kemauan untuk melaksanakan
pekerjaan yang bepengaruh
terhadap tujuan yang telah
ditetapkan.
Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi
dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Pengaruh Antara Pelatihan Dan
Pengalaman Kerja Terhadap
Profesionalisme Pegawai Pada Kantor Lapas Narkotika Kelas IIA Lubuklinggau ?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui
Pengaruh Antara Pelatihan Dan
Pengalaman Kerja Terhadap
Profesionalisme Pegawai Pada Kantor Lapas Narkotika Kelas IIA Lubuklinggau.
TINJAUAN PUSTAKA
Indikator - indikator Pelatihan
Indikator - indikator pelatihan menurut Anwar Prabu Mangku
Negara (2006, h. 46),
diantaranya. 1. Instruktur
Mengingat pelatih umumnya
berorientasi pada
1
10
kualifikasi yang memadai
sesuai bidangnya, personal
dan kompeten,selain itu
pendidikan intruktur pun
harus benar-benar baik untuk melakukan pelatihan.
2. Peserta
Peserta pelatihan tentunya harus diseleksi berdasarkan
persyaratan tertentu dan
kualifikasi yang sesuai,selain itu peserta pelatihan juga
harus memiliki semangat
yang tinggi untuk mengikuti pelatihan.
3. Materi
Pelatihan sumber daya
manusia merupakan materi atau kurikulum yang sesuai
dengan tujuan pelatihan
sumber daya manusia yang
hendak dicapai oleh
perusahaan dan materi
pelatihan pun harus update agar si peserta dapat dapat memahami masalah yang terjadi pada kondisi yang sekarang.
4. Metode
Metode pelatihan akan lebih
menjamin berlangsungnya
kegiatan pelatihan sumber
daya manusia yang efektif apabila sesuai dengan jenis
materi dan komponen
peserta pelatihan. 5. Tujuan
Pelatihan merupakan tujuan yang ditentukan, khususnya terkait dengan penyusunan rencana aksi (action play)
dan penetapan sasaran,
serta hasil yang diharapkan dari pelatihan yang akan
diselenggarakan,selain itu
tujuan pelatihan pula harus
disosialisasikan seblumnya
pada para peserta agar
peserta dapat memahami
pelatihan tersebut. 6. Sasaran
Sasaran pelatihan harus
ditentukan dengan kriteria yang terinci dan terukur (measurable).
Indikator Pengalaman Kerja
Ada beberapa hal juga
untuk menentukan
berpengalaman tidaknya seorang pegawai yang sekaligus sebagai indikator pengalaman kerja yaitu Foster( 2001 ,h, 43):
1
11
Ukuran tentang lama
waktu atau masa kerja yang
telah ditempuh seseorang
dapat memahami tugas-tugas suatu pekerjaan dan telah melaksanakan dengan baik.
2. Tingkat pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki. Pengetahuan merujuk
pada konsep,
prinsip,prosedur, kebijakan
atau informasi lain yang
dibutuhkan oleh karyawan. Pengetahuan juga mencakup kemampuan untuk memahami dan menerapkan informasi
pada tanggung jawab
pekerjaan. Sedangkan
keterampilan merujuk pada
kemampuan fisik yang
dibutuhkan untuk mencapai atau menjalankan suatu tugas atau pekerjaan.
3. Penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan.
Tingkat penguasaan
seseorang dalam
pelaksanaan aspek – aspek
tehnik peralatan dan tehnik pekerjaan.
Indikator Profesionalisme
Jenis-jenis kriteria
profesionalisme yang
dikemukakan oleh Schuler dan Jackson (2006, h. 11-12) terdiri dari tiga jenis yaitu :
1. Kriteria berdasarkan sifat
Memusatkan diri pada
karakteristik pribadi seorang
karyawan. Loyalitas,
keandalan, kemampuan
berkomunikasi, dan
keterampilan memimpin
merupakan sifat-sifat yang sering dinilai selama proses penilaian. Jenis kriteria ini
memusatkan diri pada
bagaimana seseorang, bukan apa yang dicapai atau tidak
dicapai seseorang dalam
pekerjaannya.
2. Kriteria berdasarkan perilaku Terfokus pada bagaimana
pekerjaan dilaksanakan.
Kriteria seperti ini penting sekali bagi pekerjaan yang
membutuhkan hubungan
antar personal.
3. Kriteria berdasarkan hasil Terfokus pada apa yang telah dicapai atau dihasilkan
1
12
sesuatu dicapai atau
dihasilkan. Krietria ini
semakin populer dengan
semakin ditekankannya
produktivitas dan daya saing.
METODOLOGI PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi adalah
keseluruhan subjek dari peneliti. Dalam hal ini pengertian sampel yaitu Suatu bagian dari populasi yang diharapkan akan mampu
mencerminkan keadaan dari
populasi, sifat-sifat dan tingkah lakunya ( Arikunto, 2010. h. 102 ). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai yang ada di Kantor Lapas Narkotika Kelas IIA Lubuklinggau yang berjumlah 66 orang pegawai, maka sampel yang digunakan adalah sampel jenuh.
Regresi Linier Berganda
Analisis untuk mengetahui pengaruh antara pelatihan dan
pengalaman kerja terhadap
profesionalisme pegawai, dimana pelatihan dan pengalaman kerja merupakan variabel bebas (
independen ), sedangkan
profesionalisme pegawai sebagai variabel terikat ( dependen ).
Persamaan umum regresi linier sederhana
Y = a+b1X1+b2X2
( Sugiyono, 2012. h. 261 ) Keterangan :
Y = Profesionalisme Pegawai
b1 = Koefesien Korelasi
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Pengujian Linearitas
Pengujian Uji linearitas
bertujuan untuk mengetahui
apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya
digunakan sebagai prasyarat
dalam analisis korelasi atau
regresi linear.Pengujian pada
SPSS dengan menggunakan
Test for Linearity dengan pada
taraf signifikansi 0,05. Dua
1
13
hubungan yang linear bila
signifikansi (Linearity) kurang dari 0,05, hasil pengujian lineritas dua
variable bebas terhadap variable terikatnya adalahsebagai berikut :
Tabel 1
Analisis Regresi Linier
Berganda
Dari tabel tersebut,
menunjukkan bahwa semua
variabel yang ada dalam
differensiasi pelatihan dan
pengalaman kerja bisa
dimasukkan kedalam pengujian regresi berganda, dan tidak ada variabel yang dikeluarkan.
Tabel 3
1
14
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
B Std. Error Beta
a. Dependent Variable: TOTALLY
Dari tabel diatas dapat diketahui hasil pengujian regresi berganda diperoleh persamaan sebagai berikut:
Y=10,737 +0,490 X1 +2,475 X2
Dari persamaan regresi
diatas, dapat diterangkan sebagai berikut:
a. Nilai kostanta yang sebesar 10,737 hal ini menujukan bahwa jika variabel pelatihan dan pengalaman kerja tidak mengalami perubahan atau nilai nol, maka nilai dari
variabel profesionalisme
pegawai akan mengalami penurunan sebesar 10,737.
b. Nilai koefisien regresi
variabel pelatihan sebesar
0,490 hal ini menujukan bahwa apabila nilai variabel pelatihan meningkat sebesar
satu–satuan, maka nilai
variabel profesionalisme
pegawai akan mengalami perubahaan secara positif sebesar 0,490.
c. Nilai koefisien regresi
variabel pengalaman kerja adalah sebesar 2,475 hal ini menujukan bahwa apabila nilai variabel pengalaman kerja meningkat sebesar satu - satuan, maka nilai variabel
profesionalisme pegawai
akan mengalami perubahan secara positif sebesar 2,475
Koefisien Determinasi
Tabel 4
1
a. Predictors: (Constant), TOTALX2, TOTALX1
Berdasarkan tabel 4.40 dilihat
nilai Determinasi ( R2) yang
diperoleh dari hasil pengelolahan
dengan program SPSS.20.0
adalah sebesar 0,610
menunjukkan pengaruh yang
sangat kuat, atau dapat dikatakan pelatihan dan pengalaman kerja memberikan kontribusi sebesar
0,610 dengan demikian
menujukan bahwa sebesar
61,0% variabel profesinalisme pegawai dipengaruhi dan dapat dijelaskan oleh variabel pelatihan
dan pengalaman kerja,
sedangkan sisanya sebesar
39,0% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti misalnya motivasi, kemampuan kerja dan lingkungan kerja.
Uji F
Hipotesi Penelitian :
Ho : = 0, Menunjukkan
pelatihan dan pengalaman kerja
tidak berpengaruh signifikan
terhadap profesionalisme
pegawai pada Kantor Lapas Narkotika Kelas 2A Lubuklinggau.
HA : 0, Menunjukkan
pelatihan dan pengalaman kerja berpengaruh signifikan terhadap profesionalisme pegawai pada Kantor Lapas Narkotika Kelas 2A Lubuklinggau.
Ho diterima, jika Fhitung ≤ Ftabel, atau sing. > α
Ha diterima, jika Fhitung ≥
Ftabel,atau sing.< α.
Tabel 5
1
a. Dependent Variable: TOTALLY
b. Predictors: (Constant), TOTALX2, TOTALX1
Berdasarkan tabel diatas,
pengujian dengan SPSS 20 yang dilakukan diperoleh df = n-2-1=
66-2-1= 63, sehinga nilai Ftabel
adalah 3,15 sedangkan nilai Fhitung sebesar 49,274 dengan sig
0,000 Fhitung ≥ Ftabel maka Ho
ditolak dan Ha diterima. karena
Fhitung ≤ Ftabel maka Ha diterima
dan Ho ditolak, kemudian dapat
disimpulkan bahwa pelatihan dan pengalaman kerja berpengaruh
signifikan Terhadap
Profesionalisme Kerja Pegawai pada Kantor Lapas Narkotika Kelas 2A Lubuklinggau
Pembahasan
Berdasarkan hasil
perhitungan regresi, maka dapat diperoleh nilai Y= 10,737 +0,490
X1 +2,475 X2. Konstanta sebesar
10,737 menjelaskan jika variabel pelatihan dan pengalaman kerja tidak mengalami perubahan atau nilainya nol, maka nilai dari variabel profesionalisme pegawai
akan mengalami penurunan
sebesar 10,737.
Koefisien X1 sebesar 0,490
menunjukkan bahwa apabila
variabel pelatihan meningkat
sebesar satu satuan, maka nilai variabel profesionalisme pegawai
akan mengalami perubahan
secara positif sebesar 0,490, nilai positif ini menunjukkan dengan
semakin positifnya variable
pelatihan maka hal ini dapat
meningkatkan profesionalisme
pegawai pada Kantor Lapas Narkotika Kelas 2A Lubuklinggau.
Kemudian nilai koefisien X2
1
17
bahwa apabila variabel
pengalaman kerja meningkat
sebesar satu satuan, maka nilai variabel profesionalisme pegawai
akan mengalami perubahan
secara positif sebesar 2,475 hal
ini menunjukkan dengan
meningkatkan pengalaman kerja
dapat meningkatkan
meningkatkan profesionalisme
pegawai pada Kantor Lapas Narkotika Kelas 2A Lubuklinggau.
Besarnya nilai koefisien
Determinasi ( R2) yang diperoleh
dari hasil pengelolahan dengan
program SPSS.20 adalah
sebesar 0,610 menunjukkan
pengaruh yang sangat kuat, atau dapat dikatakan pelatihan dan pengalaman kerja memberikan kontribusi sebesar 0,610 dengan
demikian menujukan bahwa
sebesar 61,0% variabel
profesionalisme pegawai
dipengaruhi dan dapat dijelaskan
oleh variabel pelatihan dan
pengalaman kerja, sedangkan
sisanya sebesar 39,0%
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti.
Berdasarkan analisis dari uji F pengujian dengan SPSS 20
yang dilakukan diperoleh df = n-2-1 = 66-n-2-1= 63, sehinga nilai Ftabel adalah 3,15 sedangkan nilai Fhitung sebesar 49,274 dengan sig
0,000 Fhitung ≥ Ftabel maka Ho
ditolak dan Ha diterima. karena
Fhitung ≤ Ftabel maka Ha diterima
dan Ho ditolak, kemudian dapat
disimpulkan bahwa pelatihan dan pengalaman kerja berpengaruh
signifikan terhadap
profesionalisme pegawai pada Kantor Lapas Narkotika Kelas 2A Lubuklinggau dapat teruji secara statistik.
Dalam hal ini Pelatihan
(training) merupakan proses
pembelajaran yang melibatkan
perolehan keahlian, konsep,
peraturan, atau sikap untuk
meningkatkan kinerja tenaga
kerja, Pengalaman kerja adalah
proses pembentukan
pengetahuan atau keterampilan tentang metode suatu pekerjaan
karena keterlibatan karyawan
tersebut dalam pelaksanaan
tugas pekerjaan, kemudian
Profesionalisme merupakan
komitmen para anggota suatu
1
18
kemampuannya secara terus
menerus.
Sesuai dengan hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pelatihann dan pengalaman kerja
berpengaruh secara parsial
maupun secara simultan
terhadap profesionalisme
pegawai. Dengan pemahaman
apabila pelatihan dan
pengalaman kerja dilakukan
secara bersama – sama dengan
maksimal, maka akan
memberikan kontribusi yang baik dan berdampak positif serta signifikan dalam meningkatkan profesionalisme pegawai pada Kantor Lapas Narkotika Kelas 2A Lubuklinggau.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil perhitungan regresi, maka dapat diperoleh
nilai Y= 10,737 +0,490 X1
+2,475 X2. Konstanta sebesar
10,737 menjelaskan jika
variabel pelatihan dan
pengalaman kerja tidak
mengalami perubahan atau nilainya nol, maka nilai dari
variabel profesionalisme
pegawai akan mengalami
penurunan sebesar 10,737
2. Besarnya nilai koefisien
Determinasi ( R2) yang
diperoleh dari hasil
pengelolahan dengan program
SPSS.20 adalah sebesar
0,610 menunjukkan pengaruh yang sangat kuat, atau dapat
dikatakan pelatihan dan
pengalaman kerja
memberikan kontribusi
sebesar 0,610 dengan
demikian menujukan bahwa
sebesar 61,0% variabel
profesionalisme pegawai
dipengaruhi dan dapat
dijelaskan oleh variabel
pelatihan dan pengalaman
kerja, sedangkan sisanya
sebesar 39,0% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti
3. Berdasarkan hasil analisis
yang telah dilakukan maka
diperoleh simpulan bahwa
1
19
maka Ho ditolak dan Ha
diterima. karena Fhitung ≤ Ftabel
maka Ha diterima dan Ho
ditolak, kemudian dapat
disimpulkan bahwa pelatihan
dan pengalaman kerja
berpengaruh signifikan
terhadap profesionalisme
pegawai pada Kantor Lapas
Narkotika Kelas 2A
Lubuklinggau.
Saran
Dari hasil kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Instansi hendaknya harus lebih
serius lagi mencari cara
bagaimana memberikan model
pelatihan kepada pegawai
agar dapat memberikan
profesionalisme terhadap
layanan yang diberikan.
2. Hendaknya istansi melakukan
usaha untuk meningkatkan
pengalaman kerja, sehingga gairah kerja, mental kerja, dan prestasi kerja akan mencapai hasil yang optimal, bahkan
kreatifitas pegawai dapat
berkembang.
3. Disarankan kepada peneliti
berikutnya yang tertarik
meneliti variabel lain yang turut memengaruhi profesionalisme pegawai, yakni menyangkut
pelatihan dan pengalaman
kerja.
Abul Azuadi,2013Pengaruh
Pendidikan dan
Pengalaman Kerja
Terhadap Kinerja Pegawai pada Kantor Kecamatan Muara Kelingi Kabupaten Musi Rawas
Arikunto, 2010.Prosedur
Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta
Foster ,2001.Manajemen
Kepemimpinan,Bandung:A
Manajemen Personalia
Dan Sumber Daya
Manusia, EPFE
Yogyakarta
Hasibuan , Melayu. 2010.
Manajemen Sumber Daya Manusia. jakarta: Bumi Aksara
Jackson .2006 Manajemen
1
20
Daya Manusia, EPFE Yogyakarta
Kuzmits 2002. Manajemen
Personalia Dan Sumber Daya Manusia, EPFE Yogyakarta
Keit
Devis,2000.Manajemen
Sumber Daya
Manusia,Jkarta: Rineka Cipta
Mulyono, Mauled. 2004.
Penerapan Produktivitas Dalam Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara
Mangku Negara 2006,
Manajemen Semangat Kerja, Bandung:Alfabeta
Manulang, 2000. Analisis Data
Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara
Ranupandojo. 2004 Manajemen
Semangat Kerja,
Bandung:Alfabeta
Simamora, 2006. Manajemen
Semangat Kerja,
Bandung:Alfabeta
Sugiyono, 2012. Metodo
Penelitian Kualitatif Kuantitatif. Bandung: Alfabeta
Sudarmayanti. 2009.
Tata Kerja dan Produktifitas Kerja. Bandung: Mandar Maju
Trijoko.2002. Manajemen dan