• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pelatihan dan Pengalaman Kerja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh Pelatihan dan Pengalaman Kerja"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1

1

ISSN : 1693-4768

Jurnal Media Ekonomi

Volume 20, Nomor 1, April 2015

Tim Redaksi :

Pembina/Penanggung Jawab Drs. H. Sardiyo, MM

Ketua

Dra. Hj. Jumroh, M. Pd

Penyunting

Prof. Dr. Faizal Badarudin Daud, MP Ngatijo, S. Pd, MM

Supriyanto, SP, SE, M. Si Ronal Aprianto, SE, M. Si Herman Paleni, SE, M. Si

Penerbit

STIE Musi Rawas Lubuklinggau

Alamat Redaksi

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Musi Rawas Lubuklinggau Jl. Yos Sudarso Kel. Lubuk Kupang, Kec. Lubuklinggau Selatan I. Kota

Lubuklinggau Sumatera Selatan

Jurnal Media Ekonomi merupakan sarana komunikasi ilmiah,

Terbit 3 (kali) sekali setahun (April, Agustus, Desember)

(2)

1

2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas izin dan karunia-Nya, Jurnal

Media Ekonomi yang merupakan Media Komunikasi Ilmiah STIE Mura Lubuklinggau

Volume 20 Nomor 1, April 2015 dapat diterbitkan. Terbitan jurnal ini dapat dilaksanakan

sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Jurnal ini berisi hasil-hasil penelitian yang

diharapkan dapat menjadi media informasi dalam penyebaran Ilmu Pengetahuan khususnya

terkait dengan bidang ekonomi sehingga dapat dimanfaatkan oleh pihak pihak

berkepentingan.

Penyusunan Jurnal Media Ekonomi ini dilaksanakan melalui beberapa proses yang

tersistematis sehingga dibutuhkan dukungan beberapa pihak untuk menjalankan dan

mempertahankan kelangsunganya di masa yang akan datang. Pada kesempatan ini, Redaksi

mengharapkan partisipasi para Dosen dan Tenaga Peneliti Akademis, Swasta, dan

Pemerintah untuk mengirimkan naskah tulisan hasil penelitiannya pada Jurnal Media

Ekonomi.

Atas keberhasilan diterbitkan jurnal Media Ekonomi ini, Tim Redaksi mengucapkan

terima kasih pada semua pihak yang mendukung.

Lubuklinggau, April 2015

(3)

1

3

JURNAL MEDIA EKONOMI

Volume 20, Nomor 1, April 2015

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

ANALISIS PENERAPAN BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT BANTU PERENCANAAN LABA PADA PD CV. MAWAR LUBUK LINGGAU

Dewi Anggraini & Indah Permata ... 1 -18

ANALISIS BIAYA PRODUKSI TERHADAP LABA

PADA USAHA KERUPUK IKAN ASIN KOTA LUBUK LINGGAU

Eri Trihayati & Novi Yanti ... 19 - 39

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR DAN LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI YANG MEMPENGARUHI TINGKAT

KRIMINALITAS DI KOTA LUBUK LINGGAU

Wawan Fransisco ... 40 - 50

PENGARUH PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH PADA PT. BANK BCA LUBUK LINGGAU

Astuti Karya Dewi & Anggia Virgi Gebby Aviona ... 51 - 67

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS ASET TETAP DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA PERUSAHAAN PD. DIADI PUTRA GAS KABUPATEN MUSI RAWAS

Aning Kesuma Putri & Sakinah Aprilianti... 68 - 77

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DALAM MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PADA PT. PLN (PERSERO) WILAYAH TEBING TINGGI

Yuli Nurhayati & Devi ... 78 - 93

PENGARUH PELATIHAN DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PROFESIONALISME PEGAWAI

PADA KANTOR LAPAS NARKOTIKA KELAS IIA KOTA LUBUK LINGGAU

(4)

1

4

PENGARUH PELATIHAN DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PROFESIONALISME PEGAWAI PADA KANTOR LAPAS

NARKOTIKA KELAS IIA LUBUKLINGGAU

Ronal Aprianto, SE, M. Si

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Musi Rawas

ABSTRAK

Penelitian ini mengkaji Pengaruh Pelatihan Dan Pengalaman Kerja Terhadap Profesionalisme Pegawai Pada Kantor Lapas Narkotika Kelas IIA Lubuklinggau. Metode penelitian ini menggunakan metode angket, yaitu angket pelatihan, angket pengalaman kerja dan angket profesionalisme pegawai dengan menggunakan SPSS 20.

Nilai kostanta yang sebesar Y= 10,737 +0,490 X1 +2,475 X2.

Konstanta sebesar 10,737 menjelaskan jika variabel pelatihan dan pengalaman kerja tidak mengalami perubahan atau nilainya nol, maka nilai dari variabel profesionalisme pegawai akan mengalami penurunan

sebesar 10,737. Koefisien X1 sebesar 0,490 menunjukkan bahwa apabila

variabel pelatihan meningkat sebesar satu satuan, maka nilai variabel profesionalisme pegawai akan mengalami perubahan secara positif

sebesar 0,490. Kemudian nilai koefisien X2 sebesar 2,475 menunjukkan

bahwa apabila variabel pengalaman kerja meningkat sebesar satu satuan, maka nilai variabel profesionalisme pegawai akan mengalami perubahan secara positif sebesar 2,475 hal ini menunjukkan dengan meningkatkan pengalaman kerja dapat meningkatkan meningkatkan profesionalisme pegawai pada Kantor Lapas Narkotika Kelas 2A Lubuklinggau.

Besarnya nilai koefisien determinasi ( R2) yang diperoleh dari hasil

pengelolahan dengan program SPSS.20 adalah sebesar 0,610 menunjukkan pengaruh yang sangat kuat, atau dapat dikatakan pelatihan dan pengalaman kerja memberikan kontribusi sebesar 0,610 dengan demikian menujukan bahwa sebesar 61,0% variabel profesionalisme pegawai dipengaruhi dan dapat dijelaskan oleh variabel pelatihan dan pengalaman kerja, sedangkan sisanya sebesar 39,0% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti.

Berdasarkan analisis dari uji F pengujian dengan SPSS 20 yang

dilakukan diperoleh df = n-2-1 = 66-2-1= 63, sehinga nilai Ftabel adalah

3,14 sedangkan nilai Fhitung sebesar 49,274 dengan sig 0,000 Fhitung≥ Ftabel

maka Ho ditolak dan Ha diterima., kemudian dapat disimpulkan bahwa

pelatihan dan pengalaman kerja berpengaruh signifikan terhadap profesionalisme pegawai pada Kantor Lapas Narkotika Kelas 2A Lubuklinggau dapat teruji secara statistik.

(5)

1

5

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Saat ini dalam dunia kerja

tidak hanya pegawai yang

berkualitas namun bisa juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya dengan mengadakan pelatihan, penggunaan sarana

dan prasarana, penempatan

secara teori maupun praktek. Selain itu pengalaman kerja juga

bisa menmpengaruhi karena

dengan adanya pengalaman

maka mengajarkan seorang

pegawai untuk bekerja lebih baik dan benar sesuai dengan apa yang diharapkan.

Dalam hal ini perlu

dilakukan evaluasi untuk

mendapatkan sumber daya

manusia yang lebih baik. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melakukan pelatihan terhadap para pegawai, pelatihan sendiri merupakan proses pendidikan

jangka pendek yang

menggunakan prosedur

sistematis dan terorganisir,

sehingga tenaga nonmanajerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis untuk tujuan tertentu.

Pelatihan dapat juga diartikan

sebagai pembelajaran yang

merupakan dasar dari perilaku manusia, belajar adalah suatu perubahan yang relatif permanen yang dihasilkan melalui latihan dan pengalaman, sebagai hasil dari merespon stimulus.

Kegiatan pelatihan sangat

penting karena bermanfaat guna

menambah pengetahuan atau

ketrampilan terutama bagi yang

mempersiapkan diri memasuki

lapangan pekerjaan. Sedangkan

bagi yang sudah bekerja akan

berfungsi sebagai “charger” agar kemampuan serta kapabilitas kita

selalu terjaga guna mengamankan

existensi atau peningkatan karir.

Salah satu fungsi

manajemen surmber daya

manusia adalah trainingand

development artinya bahwa untuk

mendapatkan tenaga kerja

pendidikan yang bersumber daya manusia yang baik dan tepat

sangat perlu pelatihan dan

pengembangan. Hal ini sebagai

upaya untuk mempersiapkan

para tenaga kerja pendidikan

untuk menghadapi tugas

(6)

1

6

menguasainya. Management thought yang dikemukakan

Taylor, bahwa tenaga kerja

membutuhkan latihan kerja yang tepat. Teori ini sangat tepat untuk

rnenghindari kemungkinan

terburuk dalam kemampuan dan

tanggung jawab bekerja,

sehingga dalam menyelesaikan tugas jabatan lebih efektif dan efisien sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.

Pada dasarnya

pengalaman kerja merupakan

salah satu pendorong

profesionalisme seorang

pegawai, adanya perbedaan

dalam pelatihan yang

berpengaruh terhadap

profesionalsme pegawai dan

ketidaksesuaian pelatihan dan profesi yang dikerjakan, karena dengan adanya pelatihan dan pengalaman kerja maka dapat mendorong kegairahan kerja dan dapat membentuk hasil kerja seorang pegawai, oleh karena itu hubungan antara pelatihan dan pengalaman kerja sangatlah kuat

pengaruhnya terhadap tugas

yang diselesaikan, yang

kemudian dapat memberikan

penilaian keprofesinalisme pada pegawainya.

Bagi seorang pegawai

pengalaman kerja sangat

penting, karena dengan adanya pengalaman kerja maka pegawai akan mengerti apa yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan organisasi dengan apa

yang harus dia kerjakan.

Pimpinan hanya memberikan

tugas apa yang mesti dilakukan dan pegawaipun akan mengerti apa yang harus dia kerjakan,

semua itu karna adanya

pengalaman dari seorang

pegawai tersebut.

Pengalaman kerja bisa diterapkan dalam suatu instansi ataupun organisasi jika apa yang ingin diterapkan sesuai dengan

apa yang ada, akan

mempermudah terselesainya

suatu tujuan dengan adanya pengalaman kerja tersebut. Jika pegawai mampu menerapkan pengalaman kerja yang telah

diperoleh maka akan

mempermudah pekerjaan

(7)

1

7

beban. Kantor Lapas Narkotika

Kelas IIA Lubuklinggau

merupakan salah satu kantor

yang memberikan pelayanan

kepada para napi yang ada

didalamnya, tidak hanya itu

kantor tersebut juga memberikan

pelatihan kepada para

pegawainya supaya mereka

dapat memberlakukan para napi sesuai dengan perlakuan yang baik dan memberikannya contoh untuk berlaku lebih baik lagi supaya apa yang menjadi tujuan baik dapat pula tercapai dengan baik tentunya dengan adanya pelatihan dan pengalaman kerja.

Profesionalisme

mempunyai makna mutu,

kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau yang profesional. Profesionalisme merupakan sikap dari seorang profesional. Artinya sebuah term yang menjelaskan bahwa setiap pekerjaan hendaklah dikerjakan oleh seseorang yang mempunyai keahlian dalam bidangnya atau

profesinya. Selain itui

penggunaan istilah

profesionalisme menunjuk pada derajat penampilan seseorang

sebagai profesional atau

penampilan suatu pekerjaan

sebagai suatu profesi, ada yang

profesionalismenya tinggi,

sedang dan rendah.

Profesionalisme juga mengacu kepada sikap dan komitmen anggota profesi untuk bekerja berdasarkan standar yang tinggi dan kode etik profesinya.Untuk mencapai sukses dalam bekerja,

seseorang harus mampu

bersikap profesional. Profesional tidak hanya berarti ahli saja. Namun selain memiliki keahlian juga harus bekerja pada bidang yang sesuai dengan keahlian

yang dimilikinya tersebut.

Seorang profesional tidak akan pernah berhenti menekuni bidang keahlian yang dimiliki.

Selain itu, seorang

profesional juga harus selalu

melakukan inovasi serta

mengembangkan kemampuan

yang dimiliki supaya mampu bersaing untuk tetap menjadi yang terbaik di bidangnya hal

tersebut dapat dilihat dari

pengalaman kerja maupun

melakukan pelatihan-pelatihan

(8)

1

8

diharapkan dapat tercapai

dengan baik.Setiap organisasi manapun sangat mengharapkan pegawai yang menjunjung tinggi

profesionalisme kerja yang

diberikan, oleh karena itu platihan dan pengalaman kerja sangat

erat hubungannya. Dengan

adanya hubungan antara

pelatihan dan pengalaman kerja

terhadap profesionalisme

pegawai pada Kantor Lapas Narkotika tersebut.

Untuk meningkatkan

profesionalisme pegawai Kantor

Lapas Narkotika Kelas IIA

Lubuklinggau perlu mengadakan

evaluasi terhadap pegawai,

kurangnya pelatihan kerja

misalnya mengadakan

pertemuan atau meeting dengan para pegawai atau pimpinan dengan cara memberikan materi

melalui metode-metode kerja

baru supaya mendapatkan cara-cara baru dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tujuan. Selain itu pengalaman kerja pegawai juga perlu ditingkatkan demi tercapainya kinerja pegawai

yang diinginkan, karena

kurangnya tingkat pengetahuan

dan penguasaan terhadap suatu pekerjaan.

Kriteria pegawai pada

Kantor Lapas Narkotika Kelas IIA Lubuklinggau dapat terlihat dari sifat, perilaku dari para pegawai yang mencerminkan hasil kerja

yang telah dilakukan dalam

menjalankan aktivitas yang

berpengaruh terhadap hasil kerja. Semua itu dapat membentuk profesionalisme seorang pagawai dalam suatu organisasi dan dalam menjalankan tugas sesuai

dengan yang diharapkan.

Perlunya meningkatkan

profesionalisme pegawai yang ada di Kantor Lapas Narkotika Kelas IIA Lubuklinggau dalam

melaksanakan tugas dan

kewajiban sebagaimana

mestinya, banyak hal yang mesti diperhatikan dan dipahami dari para napi itu sendiri. Tidak hanya

itu pegawai juga perlu

memberikan ajaran yang baik dan bermanfaat bagi mereka, oleh karena itu prelunya seorang

pegawai mengikuti pelatihan

untuk memahami pembelajaran

terbaru dan memahami

(9)

1

9

menerapkan lebih baik lagi

supaya bisa bekerja secara

profesional.

Pentingnya mengadakan

observasi supaya mengetahui

penyebab timbulnya suatu

kendala misalnya, adanya

perbedaan tingkat pendidikan

yang berpengaruh terhadap hasil

kerja pegawai dan ketidak

sesuaian pelatihan dan profesi yang dikerjakan. Kemudian dari segi pengalaman kerja terdapat kurangnya pengetahuan yang dimiliki sehingga berpengaruh

terhadap hasil kerja serta

kurangnya rasa ingin tahu

tentang pengetahuan yang

berpengaruh terhadap

penyelesaian suatu pekerjaan. Selasin itu untuk meningktakan

profesionalisme terfdapat

bebrapa hal yeng

mempengaruhinya misalnya,

Belum tepatnya pelatihan dan pengalaman kerja para pegawai

yang berpengaruh terhadap

pencapaian kerja dan Kurangnya kemauan untuk melaksanakan

pekerjaan yang bepengaruh

terhadap tujuan yang telah

ditetapkan.

Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi

dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Pengaruh Antara Pelatihan Dan

Pengalaman Kerja Terhadap

Profesionalisme Pegawai Pada Kantor Lapas Narkotika Kelas IIA Lubuklinggau ?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui

Pengaruh Antara Pelatihan Dan

Pengalaman Kerja Terhadap

Profesionalisme Pegawai Pada Kantor Lapas Narkotika Kelas IIA Lubuklinggau.

TINJAUAN PUSTAKA

Indikator - indikator Pelatihan

Indikator - indikator pelatihan menurut Anwar Prabu Mangku

Negara (2006, h. 46),

diantaranya. 1. Instruktur

Mengingat pelatih umumnya

berorientasi pada

(10)

1

10

kualifikasi yang memadai

sesuai bidangnya, personal

dan kompeten,selain itu

pendidikan intruktur pun

harus benar-benar baik untuk melakukan pelatihan.

2. Peserta

Peserta pelatihan tentunya harus diseleksi berdasarkan

persyaratan tertentu dan

kualifikasi yang sesuai,selain itu peserta pelatihan juga

harus memiliki semangat

yang tinggi untuk mengikuti pelatihan.

3. Materi

Pelatihan sumber daya

manusia merupakan materi atau kurikulum yang sesuai

dengan tujuan pelatihan

sumber daya manusia yang

hendak dicapai oleh

perusahaan dan materi

pelatihan pun harus update agar si peserta dapat dapat memahami masalah yang terjadi pada kondisi yang sekarang.

4. Metode

Metode pelatihan akan lebih

menjamin berlangsungnya

kegiatan pelatihan sumber

daya manusia yang efektif apabila sesuai dengan jenis

materi dan komponen

peserta pelatihan. 5. Tujuan

Pelatihan merupakan tujuan yang ditentukan, khususnya terkait dengan penyusunan rencana aksi (action play)

dan penetapan sasaran,

serta hasil yang diharapkan dari pelatihan yang akan

diselenggarakan,selain itu

tujuan pelatihan pula harus

disosialisasikan seblumnya

pada para peserta agar

peserta dapat memahami

pelatihan tersebut. 6. Sasaran

Sasaran pelatihan harus

ditentukan dengan kriteria yang terinci dan terukur (measurable).

Indikator Pengalaman Kerja

Ada beberapa hal juga

untuk menentukan

berpengalaman tidaknya seorang pegawai yang sekaligus sebagai indikator pengalaman kerja yaitu Foster( 2001 ,h, 43):

(11)

1

11

Ukuran tentang lama

waktu atau masa kerja yang

telah ditempuh seseorang

dapat memahami tugas-tugas suatu pekerjaan dan telah melaksanakan dengan baik.

2. Tingkat pengetahuan dan

keterampilan yang dimiliki. Pengetahuan merujuk

pada konsep,

prinsip,prosedur, kebijakan

atau informasi lain yang

dibutuhkan oleh karyawan. Pengetahuan juga mencakup kemampuan untuk memahami dan menerapkan informasi

pada tanggung jawab

pekerjaan. Sedangkan

keterampilan merujuk pada

kemampuan fisik yang

dibutuhkan untuk mencapai atau menjalankan suatu tugas atau pekerjaan.

3. Penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan.

Tingkat penguasaan

seseorang dalam

pelaksanaan aspek – aspek

tehnik peralatan dan tehnik pekerjaan.

Indikator Profesionalisme

Jenis-jenis kriteria

profesionalisme yang

dikemukakan oleh Schuler dan Jackson (2006, h. 11-12) terdiri dari tiga jenis yaitu :

1. Kriteria berdasarkan sifat

Memusatkan diri pada

karakteristik pribadi seorang

karyawan. Loyalitas,

keandalan, kemampuan

berkomunikasi, dan

keterampilan memimpin

merupakan sifat-sifat yang sering dinilai selama proses penilaian. Jenis kriteria ini

memusatkan diri pada

bagaimana seseorang, bukan apa yang dicapai atau tidak

dicapai seseorang dalam

pekerjaannya.

2. Kriteria berdasarkan perilaku Terfokus pada bagaimana

pekerjaan dilaksanakan.

Kriteria seperti ini penting sekali bagi pekerjaan yang

membutuhkan hubungan

antar personal.

3. Kriteria berdasarkan hasil Terfokus pada apa yang telah dicapai atau dihasilkan

(12)

1

12

sesuatu dicapai atau

dihasilkan. Krietria ini

semakin populer dengan

semakin ditekankannya

produktivitas dan daya saing.

METODOLOGI PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Populasi adalah

keseluruhan subjek dari peneliti. Dalam hal ini pengertian sampel yaitu Suatu bagian dari populasi yang diharapkan akan mampu

mencerminkan keadaan dari

populasi, sifat-sifat dan tingkah lakunya ( Arikunto, 2010. h. 102 ). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai yang ada di Kantor Lapas Narkotika Kelas IIA Lubuklinggau yang berjumlah 66 orang pegawai, maka sampel yang digunakan adalah sampel jenuh.

Regresi Linier Berganda

Analisis untuk mengetahui pengaruh antara pelatihan dan

pengalaman kerja terhadap

profesionalisme pegawai, dimana pelatihan dan pengalaman kerja merupakan variabel bebas (

independen ), sedangkan

profesionalisme pegawai sebagai variabel terikat ( dependen ).

Persamaan umum regresi linier sederhana

Y = a+b1X1+b2X2

( Sugiyono, 2012. h. 261 ) Keterangan :

Y = Profesionalisme Pegawai

b1 = Koefesien Korelasi

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Pengujian Linearitas

Pengujian Uji linearitas

bertujuan untuk mengetahui

apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya

digunakan sebagai prasyarat

dalam analisis korelasi atau

regresi linear.Pengujian pada

SPSS dengan menggunakan

Test for Linearity dengan pada

taraf signifikansi 0,05. Dua

(13)

1

13

hubungan yang linear bila

signifikansi (Linearity) kurang dari 0,05, hasil pengujian lineritas dua

variable bebas terhadap variable terikatnya adalahsebagai berikut :

Tabel 1

Analisis Regresi Linier

Berganda

Dari tabel tersebut,

menunjukkan bahwa semua

variabel yang ada dalam

differensiasi pelatihan dan

pengalaman kerja bisa

dimasukkan kedalam pengujian regresi berganda, dan tidak ada variabel yang dikeluarkan.

Tabel 3

(14)

1

14

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

B Std. Error Beta

a. Dependent Variable: TOTALLY

Dari tabel diatas dapat diketahui hasil pengujian regresi berganda diperoleh persamaan sebagai berikut:

Y=10,737 +0,490 X1 +2,475 X2

Dari persamaan regresi

diatas, dapat diterangkan sebagai berikut:

a. Nilai kostanta yang sebesar 10,737 hal ini menujukan bahwa jika variabel pelatihan dan pengalaman kerja tidak mengalami perubahan atau nilai nol, maka nilai dari

variabel profesionalisme

pegawai akan mengalami penurunan sebesar 10,737.

b. Nilai koefisien regresi

variabel pelatihan sebesar

0,490 hal ini menujukan bahwa apabila nilai variabel pelatihan meningkat sebesar

satu–satuan, maka nilai

variabel profesionalisme

pegawai akan mengalami perubahaan secara positif sebesar 0,490.

c. Nilai koefisien regresi

variabel pengalaman kerja adalah sebesar 2,475 hal ini menujukan bahwa apabila nilai variabel pengalaman kerja meningkat sebesar satu - satuan, maka nilai variabel

profesionalisme pegawai

akan mengalami perubahan secara positif sebesar 2,475

Koefisien Determinasi

Tabel 4

(15)

1

a. Predictors: (Constant), TOTALX2, TOTALX1

Berdasarkan tabel 4.40 dilihat

nilai Determinasi ( R2) yang

diperoleh dari hasil pengelolahan

dengan program SPSS.20.0

adalah sebesar 0,610

menunjukkan pengaruh yang

sangat kuat, atau dapat dikatakan pelatihan dan pengalaman kerja memberikan kontribusi sebesar

0,610 dengan demikian

menujukan bahwa sebesar

61,0% variabel profesinalisme pegawai dipengaruhi dan dapat dijelaskan oleh variabel pelatihan

dan pengalaman kerja,

sedangkan sisanya sebesar

39,0% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti misalnya motivasi, kemampuan kerja dan lingkungan kerja.

Uji F

Hipotesi Penelitian :

Ho : = 0, Menunjukkan

pelatihan dan pengalaman kerja

tidak berpengaruh signifikan

terhadap profesionalisme

pegawai pada Kantor Lapas Narkotika Kelas 2A Lubuklinggau.

HA :  0, Menunjukkan

pelatihan dan pengalaman kerja berpengaruh signifikan terhadap profesionalisme pegawai pada Kantor Lapas Narkotika Kelas 2A Lubuklinggau.

Ho diterima, jika Fhitung ≤ Ftabel, atau sing. > α

Ha diterima, jika Fhitung ≥

Ftabel,atau sing.< α.

Tabel 5

(16)

1

a. Dependent Variable: TOTALLY

b. Predictors: (Constant), TOTALX2, TOTALX1

Berdasarkan tabel diatas,

pengujian dengan SPSS 20 yang dilakukan diperoleh df = n-2-1=

66-2-1= 63, sehinga nilai Ftabel

adalah 3,15 sedangkan nilai Fhitung sebesar 49,274 dengan sig

0,000 Fhitung ≥ Ftabel maka Ho

ditolak dan Ha diterima. karena

Fhitung ≤ Ftabel maka Ha diterima

dan Ho ditolak, kemudian dapat

disimpulkan bahwa pelatihan dan pengalaman kerja berpengaruh

signifikan Terhadap

Profesionalisme Kerja Pegawai pada Kantor Lapas Narkotika Kelas 2A Lubuklinggau

Pembahasan

Berdasarkan hasil

perhitungan regresi, maka dapat diperoleh nilai Y= 10,737 +0,490

X1 +2,475 X2. Konstanta sebesar

10,737 menjelaskan jika variabel pelatihan dan pengalaman kerja tidak mengalami perubahan atau nilainya nol, maka nilai dari variabel profesionalisme pegawai

akan mengalami penurunan

sebesar 10,737.

Koefisien X1 sebesar 0,490

menunjukkan bahwa apabila

variabel pelatihan meningkat

sebesar satu satuan, maka nilai variabel profesionalisme pegawai

akan mengalami perubahan

secara positif sebesar 0,490, nilai positif ini menunjukkan dengan

semakin positifnya variable

pelatihan maka hal ini dapat

meningkatkan profesionalisme

pegawai pada Kantor Lapas Narkotika Kelas 2A Lubuklinggau.

Kemudian nilai koefisien X2

(17)

1

17

bahwa apabila variabel

pengalaman kerja meningkat

sebesar satu satuan, maka nilai variabel profesionalisme pegawai

akan mengalami perubahan

secara positif sebesar 2,475 hal

ini menunjukkan dengan

meningkatkan pengalaman kerja

dapat meningkatkan

meningkatkan profesionalisme

pegawai pada Kantor Lapas Narkotika Kelas 2A Lubuklinggau.

Besarnya nilai koefisien

Determinasi ( R2) yang diperoleh

dari hasil pengelolahan dengan

program SPSS.20 adalah

sebesar 0,610 menunjukkan

pengaruh yang sangat kuat, atau dapat dikatakan pelatihan dan pengalaman kerja memberikan kontribusi sebesar 0,610 dengan

demikian menujukan bahwa

sebesar 61,0% variabel

profesionalisme pegawai

dipengaruhi dan dapat dijelaskan

oleh variabel pelatihan dan

pengalaman kerja, sedangkan

sisanya sebesar 39,0%

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti.

Berdasarkan analisis dari uji F pengujian dengan SPSS 20

yang dilakukan diperoleh df = n-2-1 = 66-n-2-1= 63, sehinga nilai Ftabel adalah 3,15 sedangkan nilai Fhitung sebesar 49,274 dengan sig

0,000 Fhitung ≥ Ftabel maka Ho

ditolak dan Ha diterima. karena

Fhitung ≤ Ftabel maka Ha diterima

dan Ho ditolak, kemudian dapat

disimpulkan bahwa pelatihan dan pengalaman kerja berpengaruh

signifikan terhadap

profesionalisme pegawai pada Kantor Lapas Narkotika Kelas 2A Lubuklinggau dapat teruji secara statistik.

Dalam hal ini Pelatihan

(training) merupakan proses

pembelajaran yang melibatkan

perolehan keahlian, konsep,

peraturan, atau sikap untuk

meningkatkan kinerja tenaga

kerja, Pengalaman kerja adalah

proses pembentukan

pengetahuan atau keterampilan tentang metode suatu pekerjaan

karena keterlibatan karyawan

tersebut dalam pelaksanaan

tugas pekerjaan, kemudian

Profesionalisme merupakan

komitmen para anggota suatu

(18)

1

18

kemampuannya secara terus

menerus.

Sesuai dengan hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa pelatihann dan pengalaman kerja

berpengaruh secara parsial

maupun secara simultan

terhadap profesionalisme

pegawai. Dengan pemahaman

apabila pelatihan dan

pengalaman kerja dilakukan

secara bersama – sama dengan

maksimal, maka akan

memberikan kontribusi yang baik dan berdampak positif serta signifikan dalam meningkatkan profesionalisme pegawai pada Kantor Lapas Narkotika Kelas 2A Lubuklinggau.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil perhitungan regresi, maka dapat diperoleh

nilai Y= 10,737 +0,490 X1

+2,475 X2. Konstanta sebesar

10,737 menjelaskan jika

variabel pelatihan dan

pengalaman kerja tidak

mengalami perubahan atau nilainya nol, maka nilai dari

variabel profesionalisme

pegawai akan mengalami

penurunan sebesar 10,737

2. Besarnya nilai koefisien

Determinasi ( R2) yang

diperoleh dari hasil

pengelolahan dengan program

SPSS.20 adalah sebesar

0,610 menunjukkan pengaruh yang sangat kuat, atau dapat

dikatakan pelatihan dan

pengalaman kerja

memberikan kontribusi

sebesar 0,610 dengan

demikian menujukan bahwa

sebesar 61,0% variabel

profesionalisme pegawai

dipengaruhi dan dapat

dijelaskan oleh variabel

pelatihan dan pengalaman

kerja, sedangkan sisanya

sebesar 39,0% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti

3. Berdasarkan hasil analisis

yang telah dilakukan maka

diperoleh simpulan bahwa

(19)

1

19

maka Ho ditolak dan Ha

diterima. karena Fhitung ≤ Ftabel

maka Ha diterima dan Ho

ditolak, kemudian dapat

disimpulkan bahwa pelatihan

dan pengalaman kerja

berpengaruh signifikan

terhadap profesionalisme

pegawai pada Kantor Lapas

Narkotika Kelas 2A

Lubuklinggau.

Saran

Dari hasil kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Instansi hendaknya harus lebih

serius lagi mencari cara

bagaimana memberikan model

pelatihan kepada pegawai

agar dapat memberikan

profesionalisme terhadap

layanan yang diberikan.

2. Hendaknya istansi melakukan

usaha untuk meningkatkan

pengalaman kerja, sehingga gairah kerja, mental kerja, dan prestasi kerja akan mencapai hasil yang optimal, bahkan

kreatifitas pegawai dapat

berkembang.

3. Disarankan kepada peneliti

berikutnya yang tertarik

meneliti variabel lain yang turut memengaruhi profesionalisme pegawai, yakni menyangkut

pelatihan dan pengalaman

kerja.

Abul Azuadi,2013Pengaruh

Pendidikan dan

Pengalaman Kerja

Terhadap Kinerja Pegawai pada Kantor Kecamatan Muara Kelingi Kabupaten Musi Rawas

Arikunto, 2010.Prosedur

Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta

Foster ,2001.Manajemen

Kepemimpinan,Bandung:A

Manajemen Personalia

Dan Sumber Daya

Manusia, EPFE

Yogyakarta

Hasibuan , Melayu. 2010.

Manajemen Sumber Daya Manusia. jakarta: Bumi Aksara

Jackson .2006 Manajemen

(20)

1

20

Daya Manusia, EPFE Yogyakarta

Kuzmits 2002. Manajemen

Personalia Dan Sumber Daya Manusia, EPFE Yogyakarta

Keit

Devis,2000.Manajemen

Sumber Daya

Manusia,Jkarta: Rineka Cipta

Mulyono, Mauled. 2004.

Penerapan Produktivitas Dalam Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara

Mangku Negara 2006,

Manajemen Semangat Kerja, Bandung:Alfabeta

Manulang, 2000. Analisis Data

Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara

Ranupandojo. 2004 Manajemen

Semangat Kerja,

Bandung:Alfabeta

Simamora, 2006. Manajemen

Semangat Kerja,

Bandung:Alfabeta

Sugiyono, 2012. Metodo

Penelitian Kualitatif Kuantitatif. Bandung: Alfabeta

Sudarmayanti. 2009.

Tata Kerja dan Produktifitas Kerja. Bandung: Mandar Maju

Trijoko.2002. Manajemen dan

Gambar

ANOVA TableTabel 1
Tabel 4
tabel diatas,

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga peranan luas permukaan akar dan jumlah unsur hara yang tersedia dalam media perakaran akan saling mengisi yang menghasilkan pertumbuhan tinggi bibit,

Slika 10. Unos novog retka u MySQL tablicu.. td vrijednosti elemenata input elementima te dodaje gumb „Insert“ kojim se pokreće obrada i AJAX zahtjev. Nakon stvaranja

Setelah dilakukan sejumlah percobaan dengan beberapa skenario didapatkan hasil bahwa delay arah downlink lebih baik dan teratur daripada uplink dengan delay rata-rata &lt;250ms,

31 Kondisi bangunan berkarakter asli kolonial diatas sebagian besar dalam kondisi cukup baik dan Hal itu dikarenakan fungsi bangunan sebagai fasilitas publik seperti

Oleh karena itu penentuan daya adsorpsi maksimum zeolit pada proses penyerapan logam chrom (VI) dihitung dengan menggunakan persamaan adsorpsi Langmuir karena dilakukan

tentang perdebatan soal keshahihan hadits sebagai sumber hukum dalam Islam, al- Syäfi'iy nampak beıpegang pada pendapat bahwa ketentuan-ketentuan yang ada dalam hadis berada

Pada proses pengolahan air baku ini, digunakan beberapa bahan yang efektif dalam menyaring air kotor (sistem filtrasi), menurut Adywater (2015), bahan-bahan

LVRODW3.0SXQNXUDQJHIHNWLI GDODPPHOLQGXQJL ND\XFRQWRKXMLVHFDUDWRWDOGDULVHUDQJDQUD\DS WDQDK+DOLQLGDSDWGLOLKDWGL*DPEDUEDKZD VDPSDLPLQJJXNH;9,SDGDNRQVHQWUDVL SXQ MDPXU 0 DQLVRSOLDH