• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGUATAN POSITIF TERHADAP PERCAYA DIRI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI SE-KECAMATAN SANDEN TAHUN PELAJARAN 2016/2017.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGUATAN POSITIF TERHADAP PERCAYA DIRI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI SE-KECAMATAN SANDEN TAHUN PELAJARAN 2016/2017."

Copied!
209
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH PENGUATAN POSITIF TERHADAP PERCAYA DIRI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI SE-KECAMATAN SANDEN

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh : Realita Mahanani NIM 13108241178

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

ii

PENGARUH PENGUATAN POSITIF TERHADAP PERCAYA DIRI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI SE-KECAMATAN SANDEN

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Oleh: Realita Mahanani NIM 13108241178

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) tingkat penguatan positif pada siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Sanden tahun pelajaran 2016/2017, 2) tingkat percaya diri pada siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Sanden tahun pelajaran 2016/2017, dan 3) pengaruh penguatan positif terhadap percaya diri pada siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Sanden tahun pelajaran 2016/2017.

Penelitian ini merupakan penelitian ex-post facto. Populasi penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Sanden sejumlah 350 siswa dengan sampel sebanyak 187 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan

proportional random sampling. Variabel dalam penelitian ini adalah penguatan positif dan percaya diri. Teknik pengumpulan data menggunakan metode skala bertingkat. Uji validitas yang digunakan adalah uji validitas konstruk. Uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha. Uji persyaratan analisis data menggunakan uji normalitas dan uji linieritas. Pengujian hipotesis menggunakan uji regresi linier sederhana.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) tingkat penguatan positif pada siswa kelas V SD Negeri se – Kecamatan Sanden berada pada kategori sedang dengan persentase sebesar 66,8% ; (2) tingkat percaya diri pada siswa kelas V SD Negeri se – Kecamatan Sanden berada pada kategori sedang dengan persentase sebesar 65,2% ; dan (3) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara penguatan positif dan terhadap percaya diri pada siswa kelas V SD Negeri se – Kecamatan Sanden tahun pelajaran 2016/2017, terbukti dari persamaan regresi Y = 47,127 + 0,54X dengan nilai korelasi sebesar 0,523 dan nilai �ℎ� �� = ,33 . Penguatan positif dapat memprediksi sebesar 27,3% terhadap percaya diri, sedangkan 72,7% dipengaruhi oleh faktor lain, terbukti dari nilai R square sebesar 0,273.

(3)

iii

THE EFFECTS OF POSITIVE REINFORCEMENT ON SELF-CONFIDENCE IN GRADE V STUDENT OF ELEMENTARY SCHOOL OF SANDEN DISTRICT

OF SCHOOL YEAR 2016/2017

By:

Realita Mahanani NIM 13108241178

ABSTRACT

The aims of this research were to investigate about: 1) the level of positive reinforcement in grade v student of elementary school of Sanden District of school year 2016/2017, 2) the level of self-confidence in grade v student of elementary school of Sanden District of school year 2016/2017, and 3) the effects of positive reinforcement on self-confidence in grade v student of elementary school of Sanden District of school year 2016/2017.

The kind of this research was ex-post facto. Population of this research was grade v students of elementary schools in the Sanden District with a total of 350 students and the sample with a total of 187 students, was selected by proportional random sampling technique. Variables of this research are positive reinforcement and self-confidence, The data was collected through rating scale method. The validity used validity construct. The reliability was assessed by the alpha formula. Data analysis assumption test used normality test and linearity test. The testing of hypothesis used simple linear regression.

The result of this research show 1) the level of positive reinforcement in grade v student of elementary school of Sanden District is on medium category with a percentage of 66,8%, 2) the level of self-confidence in grade v student of elementary school of Sanden District is on medium category with a percentage of 65,2%, and 3) there are positive and significant effects between positive reinforcement on self-confidence in grade v students of elementary school in the Sanden District of school year 2016/2017, is indicated by the results of simple linear regression Y = 47,127 + 0,54X with the correlation value of 0,523 and t observed = 8,339. Positive reinforcement can predict 27,3% on self-confidence, while 72,7% influenced by other factors, as evidenced from the R Square value of 0,273.

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

HALAMAN MOTTO

The worst enemy to creativity is self-doubt

“Musuh terburuk untuk kreativitas adalah ketidakpercayaan diri”

(Sylvia Path)

Properly used, positive reinforcement is extremely powerful

“Sering digunakan, penguatan positif mempunyai kekuatan”

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Seiring rasa syukur kepada Allah SWT, skripsi ini saya persembahkan untuk : 1. Bapak, ibu, adik, segenap keluarga, dan teman-teman yang selalu mendoakan

dan mendukungku.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “Pengaruh Penguatan Positif terhadap Percaya Diri pada Siswa Kelas V SD Negeri Se-Kecamatan Sanden Tahun Pelajaran 2016/2017” dapat disusun sesuai dengan harapan. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerja sama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Haryani, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing TAS yang telah banyak memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

2. Haryani, M.Pd. selaku Ketua Penguji, Agung Hastomo, S.Pd., M.Pd. selaku Sekretaris, dan Dr. Budi Astuti, M.Si. selaku Penguji Utama yang sudah memberikan koreksi perbaikan secara komprehensif terhadap TAS ini.

3. Drs. Suparlan, M.Pd. I. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar dan Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar beserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan pra proposal sampai dengan selesainya TAS ini.

(10)

x

5. Kepala Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Sanden yang telah memberi izin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.

6. Para guru dan staf Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Sanden yang telah memberi bantuan memperlancar pengambilan data selama proses penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.

7. Keluarga dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dan doa selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

8. Semua pihak, secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan di sini atas bantuan dan perhatiannya selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah diberikan semua pihak di atas menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT dan Tugas Akhir Skripsi ini menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca atau pihak lain yang membutuhkannya.

Yogyakarta, 13 Juni 2017 Penulis,

(11)

xi

LEMBAR PERSETUJUAN... v

LEMBAR PENGESAHAN ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

B. Kajian tentang Penguatan Positif ... 20

1. Pengertian Penguatan Positif ... 20

2. Tujuan Pemberian Penguatan Positif ... 22

3. Prinsip – prinsip Pemberian Penguatan Positif ... 23

4. Komponen Keterampilan Memberikan Penguatan Positif .... 26

C. Kajian tentang Karakteristik Siswa Kelas Tinggi ... 30

D. Penelitian yang Relevan ... 33

E. Kerangka Berpikir ... 34

F. Hipotesis Penelitian ... 36

BAB III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 37

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

(12)

xii

2. Waktu Penelitian ... 38

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 38

1. Populasi Penelitian ... 38

2. Sampel Penelitian ... 39

D. Variabel Penelitian ... 42

E. Definisi Operasional Variabel ... 42

F. Paradigma Penelitian ... 43

G. Metode Pengumpulan Data ... 44

H. Instrumen Penelitian... 44

I. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 47

1. Uji Validitas Instrumen ... 48

2. Uji Reliabilitas Instrumen ... 51

J. Teknik Analisis Data ... 52

1. Analisis Statistik Deskriptif ... 53

2. Analisis Statistik Inferensial ... 53

a. Uji Prasyarat Analisis ... 54

b. Uji Hipotesis ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 58

1. Deskripsi Data Penelitian ... 58

2. Uji Prasyarat Analisis ... 70

3. Uji Hipotesis ... 72

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 76

C. Keterbatasan Penelitian ... 83

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 86

B. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 89

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Data Jumlah Siswa Kelas V SD Negeri se-Kecamatan Sanden... 39

Tabel 2. Jumlah Sampel Setiap Sekolah ... 42

Tabel 3. Alternatif Jawaban Instrumen Penguatan Positif ... 45

Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Penguatan Positif Sebelum Uji Coba ... 45

Tabel 5. Alternatif Jawaban Instrumen Percaya Diri ... 47

Tabel 6. Kisi-kisi Instrumen Percaya Diri Sebelum Uji Coba ... 47

Tabel 7. Hasil Uji Validitas Penguatan Positif... 50

Tabel 8. Hasil Uji Validitas ... 50

Tabel 9. Tabel Kategori Data Skor ... 53

Tabel 10. Data Deskriptif Penguatan Positif ... 58

Tabel 11. Rumusan Kategori Penguatan Positif ... 59

Tabel 12. Distribusi Frekuensi Kategori Penguatan Positif ... 59

Tabel 13. Nilai Rata-rata Butir Pernyataan Variabel Penguatan Positif ... 61

Tabel 14. Nilai Rata-rata Penguatan Positif Siswa Kelas V SD Negeri se- Kecamatan Sanden ... 63

Tabel 15. Data Deskriptif Percaya Diri ... 65

Tabel 16. Rumusan Kategori Percaya Diri ... 65

Tabel 17. Distribusi Frekuensi Kategori Percaya Diri ... 65

Tabel 18. Nilai Rata-rata Butir Pernyataan Variabel Percaya Diri ... 67

Tabel 19. Nilai Rata-rata Percaya Diri Siswa Kelas V SD Negeri se-Kecamatan Sanden ... 69

Tabel 20. Hasil Uji Normalitas ... 71

Tabel 21. Hasil Uji Linieritas ... 71

Tabel 22. Hasil Perhitungan Nilai R dan R Square Variabel Penguatan Positif terhadap Variabel Percaya Diri ... 72

Tabel 23. Hasil Perhitungan Angka Probabilitas atau Signifikansi ... 73

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir ... 35 Gambar 2. Paradigma Penelitian ... 44 Gambar 3. Diagram Sebaran Data Kategori Penguatan Positif ... 60 Gambar 4. Diagram Batang Mean Butir Pernyataan Skala Penguatan

Positif ... 62 Gambar 5. Grafik Nilai Rata-rata Penguatan Positif Siswa Kelas V SD

Negeri se-Kecamatan Sanden ... 64 Gambar 6. Diagram Sebaran Data Kategori Percaya Diri ... 66 Gambar 7. Diagram Batang Mean Butir Pernyataan Skala Percaya Diri ... 68 Gambar 8. Grafik Nilai Rata-rata Percaya Diri Siswa Kelas V SD Negeri

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Skala Penguatan Positif untuk Uji Coba... 91

Lampiran 2. Data Hasil Uji Coba Skala Penguatan Positif ... 95

Lampiran 3. Hasil Perhitungan Uji Validitas Skala Penguatan Positif ... 96

Lampiran 4. Rekapitulasi Validitas Skala Penguatan Positif ... 102

Lampiran 5. Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Skala Penguatan Positif ... 104

Lampiran 6. Skala Percaya Diri untuk Uji Coba... 105

Lampiran 7. Data Hasil Uji Coba Skala Percaya Diri ... 108

Lampiran 8. Hasil Perhitungan Uji Validitas Skala Percaya Diri ... 109

Lampiran 9. Rekapitulasi Validitas Skala Percaya Diri ... 114

Lampiran 10. Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Skala Percaya Diri ... 115

Lampiran 11. Skala Penguatan Positif untuk Penelitian ... 116

Lampiran 12. Skala Percaya Diri untuk Penelitian ... 119

Lampiran 13. Data Penelitian tentang Skala Penguatan Positif ... 121

Lampiran 14. Data Penelitian tentang Skala Percaya Diri ... 129

Lampiran 15. Analisis Statistik Deskriptif ... 137

Lampiran 16. Perhitungan Penentuan Kategori Hasil Penelitian Variabel Penguatan Positif dan Percaya Diri ... 138

Lampiran 17. Distribusi Frekuensi Kategori Data Penelitian Variabel Penguatan Positif dan Percaya Diri ... 139

Lampiran 18. Data Kategori Penelitian Variabel Penguatan Positif dan Percaya Diri ... 140

Lampiran 19. Perhitungan Mean Butir Pernyataan Skala Penguatan Positif dan Percaya Diri ... 145

Lampiran 20. Nilai Mean Variabel Penguatan Positif dan Percaya Diri Siswa Kelas V SD Negeri se-Kecamatan Sanden ... 148

Lampiran 21. Hasil Uji Normalitas ... 150

Lampiran 22. Hasil Uji Linieritas ... 151

Lampiran 23. Hasil Uji Hipotesis ... 152

(16)

xvi

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas tidak dapat dilepaskan dengan proses belajar yang dialami oleh peserta didik. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan seharusnya, pendidik, dalam hal ini guru, perlu memahami faktor apa saja yang dapat mempengaruhi atau menentukan ketercapaian tujuan pembelajaran tersebut.

Salah satu faktor yang perlu dipahami oleh guru adalah prinsip – prinsip belajar. Prinsip belajar menunjuk kepada hal – hal penting yang harus dilakukan guru agar terjadi proses belajar siswa sehingga proses pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai hasil yang diharapkan. Pemahaman dan keterampilan dalam menerapkan prinsip – prinsip belajar akan membantu guru dalam proses pembelajaran secara tepat sesuai dengan karakteristik siswa dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Prinsip belajar afektif menjadi salah satu prinsip belajar yang perlu diperhatikan pendidik dalam proses pembelajaran. Prinsip belajar afektif meliputi sikap dan nilai – nilai yang terbentuk melalui proses belajar. Sikap menjadi salah satu aspek penting dalam proses pembelajaran yang perlu dikembangkan pada setiap diri siswa. Salah satu sikap yang perlu dikembangkan adalah percaya diri.

(18)

2

siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Contoh perilaku yang menunjukkan percaya diri adalah berani mengungkapkan pendapat atau gagasan, berani menjawab pertanyaan, berani bertanya, maupun mengerjakan suatu pekerjaan atau tugas dengan kemampuannya sendiri.

Percaya diri pada siswa dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah penguatan. Menurut Anitah, dkk. (2014: 7.25), dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, salah satu tujuan memberi penguatan yaitu menumbuhkan rasa percaya diri pada diri siswa. Melalui pemberian penguatan, siswa dalam kegiatan proses belajar merasa diperhatikan dan dihargai. Perhatian dan penghargaan dalam proses belajar mengajar memberi dampak positif kepada siswa berupa rasa percaya diri.

Pemberian penguatan merupakan salah satu keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai oleh guru. Menurut Mahmud (1990: 124-125), penguatan dibedakan menjadi penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif terjadi apabila suatu stimulus tertentu (biasanya menyenangkan) ditunjukkan atau diberikan sesudah suatu perbuatan dilakukan. Sedangkan penguatan negatif terjadi apabila suatu stimulus tertentu (yang tidak menyenangkan) ditolak atau dihindari. Pemberian penguatan positif dapat berupa pemberian pujian, pemberian hadiah, dan memberikan acungan jempol saat siswa dapat melakukan pekerjaan dengan baik ataupun saat siswa berani menyampaikan pendapatnya.

(19)

3

penguatan positif kepada siswanya. Penguatan dapat dilakukan dengan melakukan pemberian hadiah bagi siswa yang berani menjawab pertanyaan maupun yang dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Selain itu juga dapat melalui kata – kata positif dan secara gestural dengan mengacungkan jempol.

Untuk memperoleh data awal terkait percaya diri siswa, peneliti melakukan observasi di SD Negeri Bonggalan dan SD Negeri Wuluhadeg. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti di kelas V SD Negeri Bonggalan terkait aspek percaya diri siswa, terlihat bahwa selama proses pembelajaran berlangsung, hanya ada 3 siswa dari 23 siswa saja yang berani menjawab pertanyaan dari guru dan menyampaikan pendapatnya. Setelah salah satu siswa menyampaikan pendapatnya, siswa lain tidak ada yang menanggapi jawaban atau pendapat dari siswa tersebut. Saat mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, ada 12 siswa menanyakan jawaban soal dari yang diberikan guru kepada teman sampingnya.

(20)

4

memilih diam saat guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan hasil pekerjaan di papan tulis.

Selain observasi terhadap aspek percaya diri siswa, observasi juga dilakukan peneliti untuk mengetahui bagaimana pemberian penguatan positif oleh guru pada siswa kelas V SD Negeri Bonggalan dan SD Negeri Wuluhadeg. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di SD Negeri Bonggalan, menunjukkan bahwa guru jarang menerapkan penguatan positif dalam proses pembelajaran. Selama proses pembelajaran, tercatat hanya tiga kali memberikan penguatan positif berupa acungan jempol saat siswa menjawab soal dengan benar, memberikan penguatan secara verbal berupa kata “betul, tepat sekali”, dan menepuk pundak

siswa saat dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Penguatan positif hanya diberikan kepada beberapa siswa tertentu dan ketika siswa dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Ketika siswa tidak menjawab pertanyaan dengan benar, guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki jawaban, akan tetapi melempar pertanyaan kepada siswa lain. Posisi guru dalam mengajar juga terfokus di barisan depan saja sehingga guru tidak mengetahui siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal. Hal ini menunjukkan bahwa penguatan positif belum diterapkan secara optimal.

Kondisi yang berbeda ditunjukkan saat peneliti melakukan observasi di SD Negeri Wuluhadeg. Selama proses pembelajaran, guru mengucapkan “jawabannya

benar, hebat” sambil mengacungkan jempol kepada setiap siswa ketika menjawab

(21)

5

diperbaiki”. Ketika ada siswa yang kesulitan mengerjakan soal, guru mendekati

meja siswa dan menanyakan bagian mana yang mengalami kesulitan. Penguatan positif berupa kata – kata positif juga diberikan kepada siswa yang berani mengungkapkan pendapatnya dan berani menjawab pertanyaan dengan tepat maupun kurang tepat. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru sering memberikan penguatan positif kepada setiap siswa. Di akhir pelajaran, guru mengajak siswa untuk menyanyikan lagu “Cinta Matematika” sebagai

penghargaan karena siswa telah mengikuti pelajaran dengan baik.

Dari beberapa kondisi yang telah diuraikan di atas, diperkirakan terdapat keterkaitan antara penguatan positif dengan percaya diri siswa. Pemberian penguatan positif dari guru kepada siswa berupa pemberian kata – kata pujian, pemberian penghargaan atau benda, penguatan dengan senyuman dan acungan jempol atas hasil pekerjaan siswa, penguatan dengan cara mendekati, dan lain sebagainya, dapat menumbuhkan rasa percaya diri siswa selama proses pembelajaran. Penguatan positif membuat siswa berani mengungkapkan pendapat atau gagasan, berani bertanya apabila ada materi atau soal yang belum dipahami, dan siswa yakin atas kemampuan diri sendiri.

Hal tersebut membuat peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana pengaruh antara penguatan positif terhadap percaya diri siswa pada siswa kelas V SD Negeri se – Kecamatan Sanden. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penguatan Positif terhadap Percaya Diri pada Siswa

(22)

6

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasi permasalahan yang ada pada siswa kelas V SD Negeri se – Kecamatan Sanden Tahun Pelajaran 2016/2017 sebagai berikut.

1. Beberapa siswa tidak berani menyampaikan pendapat masing - masing saat guru memberikan pertanyaan – pertanyaan.

2. Beberapa siswa tidak berani maju di depan kelas untuk menunjukkan hasil pekerjaan.

3. Beberapa siswa menanyakan jawaban kepada teman saat mengerjakan tugas individu dari guru.

4. Penguatan positif jarang diberikan kepada siswa dan belum konsisten diterapkan selama proses pembelajaran berlangsung.

5. Penguatan positif diberikan kepada siswa – siswa tertentu.

6. Belum diketahui pengaruh penguatan positif terhadap percaya diri siswa pada siswa kelas V SD Negeri se – Kecamatan Sanden Tahun Pelajaran 2016/2017.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang diuraikan di atas, maka peneliti membatasi permasalahan yang akan diteliti pada “Pengaruh Penguatan Positif

(23)

7

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat penguatan positif pada siswa kelas V SD Negeri se – Kecamatan Sanden tahun pelajaran 2016/2017?

2. Bagaimana tingkat percaya diri pada siswa kelas V SD Negeri se – Kecamatan Sanden tahun pelajaran 2016/2017?

3. Bagaimana pengaruh penguatan positif terhadap percaya diri pada siswa kelas V SD Negeri se – Kecamatan Sanden tahun pelajaran 2016/2017?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui:

1. Tingkat penguatan positif pada siswa kelas V SD Negeri se – Kecamatan Sanden tahun pelajaran 2016/2017.

2. Tingkat percaya diri pada siswa kelas V SD Negeri se – Kecamatan Sanden tahun pelajaran 2016/2017.

3. Pengaruh penguatan positif terhadap percaya diri pada siswa kelas V SD Negeri se – Kecamatan Sanden tahun pelajaran 2016/2017.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

(24)

8

– Kecamatan Sanden tahun pelajaran 2016/2017. Selain ini, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan yang mendukung untuk penelitian sejenis selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada guru untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran terutama pada aspek percaya diri melalui pemberian penguatan positif siswa.

b. Bagi Peneliti

(25)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian tentang Percaya Diri

1. Definisi Percaya Diri

Menurut Mustari (2014: 51), “Percaya diri adalah sikap yakin akan

kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.” Mustari menambahkan bahwa:

Percaya diri disebut – sebut sebagai konsep yang berevolusi dalam literatur dan masyarakat: sebagai rasa percaya bahwa tindakan – tindakan seseorang mempunyai pengaruh pada lingkungan; sebagai keputusan orang atas kemampuannya berdasarkan kriteria penguasaan; rasa mampu seseorang di dalam kerangka khusus, memfokuskan kemampuan diri untuk melakukan tugas – tugas khusus dalam hubungannya dengan tujuan dan standar.

Dari pendapat tersebut, percaya diri mengandung arti sikap yakin atas kemampuan dirinya dalam melaksanakan suatu tugas – tugas tertentu dalam mencapai keinginan dan harapannya.

Sejalan dengan pendapat di atas, Lauster (Ghufron & Risnawita, 2014: 34) mendefinisikan kepercayaan diri sebagai salah satu aspek kepribadian berupa keyakinan akan kemampuan diri seseorang sehingga tidak terpengaruh oleh orang lain dan dapat bertindak sesuai kehendak, gembira, optimis, cukup toleran, dan bertanggung jawab. Lauster menambahkan bahwa kepercayaan diri yang ada dalam diri seseorang diperoleh dari pengalaman hidup.

(26)

10

dalamnya terdapat keyakinan akan kemampuan diri, optimis, objektif, bertanggung jawab, rasional, dan realistis.

Kumara (Ghufron dan Risnawita, 2014: 34) juga berpendapat bahwa kepercayaan diri merupakan ciri kepribadian yang mengandung arti keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri. Hal ini senada dengan pendapat Afiatin dan Andayani (Ghufron dan Risnawita, 2014: 34) yang menyatakan bahwa kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian yang berisi keyakinan tentang kekuatan, kemampuan, dan keterampilan yang dimilikinya.

Menurut Hakim (2005: 6), rasa percaya diri secara sederhana bisa dikatakan sebagai suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya.

Menurut Sarastika (2014: 42), rasa percaya diri merupakan suatu sikap atau perasaan yakin atas kemampuan sendiri. Rasa percaya diri merupakan sikap mental individu dalam menilai diri maupun objek sekitar, sehingga individu tersebut memiliki keyakinan akan kemampuan diri dalam melakukan sesuatu sesuai kemampuan. Kepercayaan diri adalah kepercayaan terhadap kemampuan, kapasitas, serta pengambilan keputusan yang terdapat dalam diri sendiri.

(27)

11 2. Aspek – aspek Percaya Diri

Menurut Lauster (Ghufron dan Risnawita, 2014: 36), orang yang memiliki kepercayaan diri yang positif adalah yang sebagai berikut.

a. Keyakinan kemampuan diri

Keyakinan kemampuan diri adalah sikap positif seseorang tentang dirinya. Ia mampu secara sungguh – sungguh akan apa yang dilakukannya.

b. Optimis

Optimis adalah sikap positif yang dimiliki seseorang yang selalu berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri dan kemampuannnya.

c. Objektif

Orang yang memandang permasalahan atau sesuatu sesuai dengan kebenaran yang semestinya, bukan menurut kebenaran pibadi atau menurut dirinya sendiri. d. Bertanggung jawab

Bertanggung jawab adalah kesediaan orang untuk menanggung segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya.

e. Rasional dan realistis

Rasional dan realistis adalah analisis terhadap suatu masalah, sesuatu hal, dan suatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang dapat diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan.

Sejalan dengan pendapat di atas, Sarastika (2014: 51-52) mengemukakan aspek – aspek percaya diri yang meliputi sebagai berikut:

(28)

12 b) optimis,

c) obyektif,

d) bertanggung jawab, dan e) rasional.

Berdasarkan uraian pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa percaya diri memiliki aspek – aspek keyakinan akan kemampuan diri, optimis, obyektif, bertanggung jawab, memiliki pemikiran rasional dan realistis.

3. Ciri – ciri Orang yang Percaya Diri

Menurut Hakim (2005: 5 – 6), ciri – ciri orang yang memiliki percaya diri antara lain:

a) bersikap tenang di dalam mengerjakan segala sesuatu, b) mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai,

c) mampu menetralisasi ketegangan yang muncul di dalam berbagai situasi, d) mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi,

e) memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang penampilannya, f) memiliki kecerdasan yang cukup,

g) memiliki tingkat pendidikan formal yang cukup,

h) memiliki keahlian atau keterampilan lain yang menunjang kehidupannya, misalnya keterampilan berbahasa asing,

i) memiliki kemampuan bersosialisasi,

j) memiliki latar belakang pendidikan keluarga yang baik,

(29)

13

l) selalu bereaksi positif di dalam menghadapi berbagai masalah, misalnya dengan tetap tegar, sabar, dan tabah dalam menghadapi persoalan hidup. Dengan sikap ini, adanya masalah hidup yang berat justru semakin memperkuat rasa percaya diri seseorang.

Sementara itu, menurut Sarastika (2014: 43-45), adapun ciri – ciri individu yang memiliki rasa percaya diri adalah sebagai berikut.

a. Percaya pada kemampuan sendiri, yaitu suatu keyakinan atas diri sendiri terhadap segala fenomena yang terjadi yang berhubungan dengan kemampuan individu untuk mengevaluasi serta mengatasi fenomena yang terjadi tersebut. b. Bertindak mandiri dalam mengambil keputusan, yaitu dapat bertindak dalam

mengambil keputusan terhadap diri yang dilakukan secara mandiri atau tanpa adanya keterlibatan orang lain dan mampu untuk meyakini tindakan yang diambil

c. Memiliki rasa positif terhadap diri sendiri, yaitu adanya penilaian yang baik dari dalam diri sendiri, baik dari pandangan maupun tindakan yang dilakukan yang menimbulkan rasa positif terhadap diri dan masa depannya

d. Berani mengungkapkan pendapat. Adanya suatu sikap untuk mampu mengutarakan sesuatu dalam diri yang ingin diungkapkan kepada orang lain tanpa adanya paksaan atau rasa yang dapat menghambat pengungkapan tersebut.

e. Bersikap tenang dalam mengerjakan sesuatu

f. Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai

(30)

14

h. Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi

i. Melihat kondisi mental dan fisik yang menunjang penampilan j. Memiliki kecerdasan yang cukup

k. Memiliki tingkat pendidikan formal yang cukup

l. Memiliki keahlian dan keterampilan lain yang menunjang kehidupan m. Memiliki kemampuan bersosialisasi

n. Memiliki latar belakang pendidikan keluarga yang baik

o. Memiliki pengalaman hidup yang menempa mental dan ketahanan di berbagai situasi

p. Bersikap positif dalam menghadapi masalah q. Yakin pada diri sendiri

r. Tidak bergantung pada orang lain s. Merasa dirinya berharga

t. Tidak menyombongkan diri

u. Memiliki keberanian untuk bertindak

Sarastika (2014: 47-49) menambahkan ciri – ciri orang yang percaya diri berdasarkan jenis percaya dirinya, yaitu percaya diri lahir dan percaya diri batin. Adapun ciri – ciri masing kategori adalah sebagai berikut.

a. Percaya Diri Lahir

(31)

15

1) Komunikasi

Orang yang percaya diri memiliki kemampuan komunikasi yang memadai, seperti menghargai pembicaraan orang lain, berani berbicara di depan umum, tahu kapan harus berganti topik pembicaraan, dan mahir berdiskusi.

2) Ketegasan

Orang yang percaya diri perlu memiliki sikap tegas dalam melakukan suatu tindakan agar terbiasa untuk menyampaikan aspirasi dan keinginan serta membela hak kita, dan menghindari terbentuknya perilaku agresif dan pasif dalam diri.

3) Penampilan diri

Orang yang percaya diri selalu memperhatikan penampilan dirinya, baik dari gaya pakaian maupun gaya hidup yang selalu ingin menyenangkan orang lain.

4) Pengendalian perasaan

Orang yang percaya diri dapat mengendalikan dan mengelola perasaannya dengan baik sehingga akan membentuk suatu kekuatan besar yang menguntungkan individu tersebut.

b. Percaya Diri Batin 1) Cinta diri

Orang yang percaya diri mencintai dan menghargai diri sendiri maupun orang lain. Mereka akan berusaha memenuhi kebutuhan secara wajar.

2) Pemahaman diri

Orang yang percaya diri selalu introspeksi diri agar setiap tindakan yang dilakukan tidak merugikan orang lain.

(32)

16

Orang yang percaya diri selalu tahu tujuan hidupnya. Oleh karena itu, mereka mempunyai alasan dan pemikiran yang jelas dari tindakan yang mereka lakukan serta hasil apa yang mereka dapatkan.

4) Pemikiran yang positif

Orang yang percaya diri terbiasa melihat kehidupan dari sisi yang positif dan mereka mengharap serta mencari pengalaman dan hasil yang bagus.

Berdasarkan uraian pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki rasa percaya tinggi biasanya ditandai dengan ciri ciri antara lain adanya perilaku yang menunjukkan rasa yakin akan kemampuan diri yang meliputi kemampuan menyelesaikan tugas dengan kemampuan sendiri dan kemampuan menyelesaikan pekerjaan dengan optimal, memiliki rasa positif terhadap diri sendiri yang meliputi adanya harapan yang tinggi dan bersikap tenang, memiliki rasa keberanian dan kemampuan berkomunikasi yang baik yang meliputi keberanian mengungkapkan pendapat, gagasan, maupun pertanyaan.

Percaya diri yang tinggi pada individu dapat membantu individu tersebut dalam memecahkan segala permasalahan yang dihadapi. Hal ini dikarenakan individu yang mempunyai percaya diri tinggi cenderung menunjukkan perilaku – perilaku positif.

4. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Percaya Diri

Menurut Ghufron dan Risnawita (2014: 37-38), ada beberapa faktor yang mempengaruhi percaya diri yang dimiliki seseorang, yaitu adalah sebagai berikut: a) konsep diri,

(33)

17 c) pengalaman, dan

d) pendidikan

Senada dengan pendapat di atas, Sarastika (2014), membagi faktor – faktor yang mempengaruhi percaya diri menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Adapun penjabarannya adalah sebagai berikut.

a. Faktor Internal

1) Konsep Diri

Terbentuknya percaya diri pada seseorang diawali dengan perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam pergaulan. Konsep diri merupakan gagasan tentang dirinya sendiri. Individu yang mempunyai rasa rendah diri biasanya mempunyai konsep diri yang negatif, sebaliknya individu yang mempunyai rasa percaya diri akan memiliki konsep diri yang positif.

2) Harga Diri

(34)

18

3) Kondisi Fisik

Perubahan kondisi fisik juga berpengaruh pada rasa percaya diri. Ketidakmampuan fisik dapat menyebabkan rasa rendah diri semakin kuat. Sebaliknya kemampuan fisik dapat menyebabkan rasa percaya diri pada seseorang.

4) Pengalaman Hidup

Pengalaman hidup berpengaruh pada rasa percaya diri yang dimiliki seseorang. Individu yang memiliki masa lalu yang buruk, memiliki rasa tidak aman, kurang kasih sayang, dan kurang perhatian, biasanya memiliki rasa percaya diri yang rendah.

b. Faktor eksternal 1) Pendidikan

Pendidikan mempengaruhi percaya diri seseorang. Tingkat pendidikan yang rendah cenderung membuat individu merasa di bawah kekuasaan yang lebih tinggi. Sebaliknya, individu yang pendidikannya lebih tinggi cenderung akan menjadi mandiri dan tidak perlu bergantung pada individu lain. Individu tersebut akan mampu memenuhi keperluan hidup dengan rasa percaya diri dan kekuatannya dengan memperhatikan situasi dari sudut kenyataan.

2) Pekerjaan

(35)

19 3) Lingkungan

Lingkungan di sini merupakan lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Lingkungan keluarga yang baik, seperti anggota keluarga yang saling berinteraksi dengan baik akan memberi rasa nyaman dan percaya diri yang tinggi. Begitu juga dengan lingkungan masyarakat semakin bisa memenuhi norma dan diterima oleh masyarakat, maka harga diri juga akan berkembang lebih baik.

Dalam lingkungan sekolah, ada banyak komponen yang dapat mempengaruhi percaya diri siswa. Guru menjadi salah satu komponen penting di lingkungan sekolah. Keterampilan mengajar yang dimiliki guru dapat menentukan percaya diri siswa. Salah satunya adalah keterampilan memberi penguatan, khususnya penguatan positif.

Hal ini sesuai dengan pendapat Sumantri dan Permana (2001: 238) yang menyatakan bahwa dengan penguatan, pertanyaan , jawaban, dan sikap – sikap peserta didik dalam kegiatan proses belajar diperhatikan dan dihargai. Perhatian dan penghargaan dalam proses belajar mengajar memberi dampak positif kepada peserta didik berupa rasa percaya diri. Oleh karena itu, penguatan positif yang diberikan oleh guru turut serta mempengaruhi pembentukan percaya diri pada siswa.

Sejalan dengan pendapat di atas, Anitah, dkk. (2014: 7.25), yang menyatakan bahwa dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, tujuan memberi penguatan antara lain:

1) meningkatkan perhatian siswa,

(36)

20

4) mengontrol dan memodifikasi tingkah laku siswa serta mendorong munculnya perilaku yang positif,

5) menumbuhkan rasa percaya diri pada diri siswa, dan 6) memelihara iklim kelas yang kondusif.

Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi percaya diri pada seseorang dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi konsep diri, harga diri, kondisi fisik, dan pengalaman hidup. Sedangkan faktor eksternal meliputi pendidikan, pekerjaan, dan lingkungan.

B. Kajian tentang Penguatan Positif

1. Pengertian Penguatan Positif

Menurut Marno dan Idris (2010: 132), “Penguatan adalah respons positif yang

dilakukan guru atas perilaku positif yang dicapai anak dalam proses belajarnya, dengan tujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan perilaku tersebut.”

Melalui respon positif yang diberikan, akan memotivasi anak untuk mempertahankan prestasinya dan bahkan meningkatkannya.

Sejalan dengan pendapat di atas, Sumantri dan Permana (2011: 238) berpendapat bahwa “Memberi penguatan atau reinforcement merupakan tindakan atau respon terhadap suatu bentuk perilaku yang dapat mendorong munculnya peningkatan kualitas tingkah laku tersebut di saat yang lain.”

Kemudian Mahmud (1990: 124) juga berpendapat bahwa penguatan atau

(37)

21

71), reinforcement didefinisikan sebagai sebuah konsekuen yang menguatkan tingkah laku (atau frekuensi tingkah laku).

Dari berbagai uraian pendapat di atas, menunjukkan bahwa penguatan merupakan suatu respon yang diberikan sehingga dapat memperkuat tingkah laku seseorang. Bentuk penguatan tingkah laku ditandai dengan sikap mempertahankan bahkan meningkatkan tingkah laku di saat yang lain. Penguatan memiliki berbagai jenis, salah satunya adalah penguatan positif. Santrock (2010: 273) mengemukakan bahwa dalam penguatan positif, frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding), seperti dalam contoh dimana komentar positif guru dapat meningkatkan perilaku menulis siswa. Dalam penguatan positif, ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh.

Menurut Dalyono (2009: 33), penguatan positif merupakan penyajian stimulus yang meningkatkan probabilitas suatu respon. Definisi penguatan positif menurut Aunurrahman (2010: 41) yaitu setiap stimulus yang keberadaannya dapat memantapkan respon yang diberikan. Sementara itu, Baharuddin dan Wahyuni (2010: 72) juga menjelaskan penguatan positif sebagai konsekuen yang diberikan untuk menguatkan atau meningkatkan perilaku. Misalnya saja melalui pemberian hadiah, pujian, kelulusan, dan lain sebagainya.

(38)

22

pujian kepada siswa yang mendapatkan nilai yang baik pada mata pelajaran tertentu.

Hal yang sama disampaikan oleh Skinner (Sugihartono, dkk., 2013: 98) yang berpendapat bahwa penguatan positif sebagai stimulus dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku. Bentuk – bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dan lain – lain), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol, dan lain – lain), atau penghargaan.

Berdasarkan uraian pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penguatan positif merupakan stimulus – stimulus positif yang diberikan untuk menguatkan atau meningkatkan tingkah laku di kemudian hari.

2. Tujuan Pemberian Penguatan Positif

Penguatan diberikan untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang secara umum dapat memperkuat tingkah laku seseorang. Menurut Marno dan Idris (2010: 133), tujuan penggunaan penguatan adalah sebagai berikut.

a. Meningkatkan perhatian siswa dalam proses belajar

b. Membangkitkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi belajar siswa c. Mengarahkan pengembangan berpikir siswa ke arah berpikir divergen. d. Mengatur dan mengembangkan diri anak sendiri dalam proses belajar e. Mengendalikan serta memodifikasi tingkah laku siswa yang kurang positif

serta mendorong munculnya tingkah laku yang produktif.

Sedangkan Sumantri dan Permana (2011: 239) berpendapat bahwa penggunaan keterampilan memberi penguatan dalam pengajaran memiliki tujuan sebagai berikut.

(39)

23

d. Menumbuhkan kemampuan berinisiatif secara pribadi.

e. Mengendalikan dan mengubah sikap negatif peserta didik dalam belajar ke arah perilaku yang mendukung belajar

Sementara itu, Anitah, dkk (2014: 7.25) juga menyatakan bahwa dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, tujuan memberi penguatan antara lain:

1) meningkatkan perhatian siswa,

2) membangkitkan dan memelihara motivasi siswa, 3) memudahkan siswa belajar,

4) mengontrol dan memodifikasi tingkah laku siswa serta mendorong munculnya perilaku yang positif,

5) menumbuhkan rasa percaya diri pada diri siswa, dan 6) memelihara iklim kelas yang kondusif.

Berdasarkan uraian pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pemberian dan penggunaan penguatan oleh guru di dalam proses pembelajaran mempunyai tujuan – tujuan tertentu antara lain untuk membangkitkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa, meningkatkan perhatian siswa dalam belajar, menumbuhkan rasa percaya diri siswa, merangsang siswa untuk berpikir baik, dan mendorong siswa untuk bertingkah laku positif.

3. Prinsip – prinsip Pemberian Penguatan Positif

Dalam pemberian penguatan, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai dengan baik. Prinsip – prinsip pemberian penguatan menurut Marno dan Idris (2010: 133) adalah sebagai berikut.

a. Kehangatan

(40)

24

berjalan lebih efektif karena siswa merasa bahwa guru melakukannya dengan rasa tulus.

b. Antusiasme

Sikap antusias perlu ditunjukkan oleh guru saat memberikan penguatan. Antusiasme dapat merangsang dan mendorong siswa untuk meningkatkan motivasi belajarnya. Antusiasme guru dalam memberikan penguatan juga dapat membawa kesan pada siswa akan kesungguhan dan ketulusan guru. Selain itu, sikap antusias guru dalam memberikan penguatan akan mendorong munculnya kebanggaan dan percaya diri pada siswa.

c. Bermakna

Inti dari prinsip kebermaknaan adalah siswa mengerti dan yakin bahwa dirinya memang layak diberikan penguatan, karena hal itu memang sesuai dengan tingkah laku dan keterampilannya. Prinsip kebermaknaan dalam pemberian penguatan ini hanya mungkin apabila diberikan dalam konteks yang relevan. Dengan kata lain, pemberian penguatan disesuaikan dengan tingkah laku yang dilakukan siswa.

Sebagai contoh adalah ketika guru memuji siswa dengan mengatakan “jawabanmu bagus sekali”, padahal jawaban siswa tersebut salah, maka

pernyataan guru tersebut dianggap sebagai penghinaan. Seharusnya, pernyataan yang tepat adalah “kali ini jawabanmu belum tepat, saya percaya dengan belajar

(41)

25

Contoh yang lain, jika anak menjawab pertanyaan dengan benar, kita dapat mengatakan, “Tepat sekali jawabanmu”. Penguatan tersebut relevan dengan

konteks, yakni sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kesesuaian antara pernyataan dengan keadaan yang diberi penguatan membuat penguatan menjadi bermakna.

d. Menghindari respon negatif

Respon negatif seperti ejekan, komentar yang menghina, maupun perilaku negatif lainnya perlu dihindari oleh guru saat memberikan penguatan. Hal ini dikarenakan dapat mematikan motivasi siswa. Oleh karena itu, jika jawaban anak salah, guru tidak boleh merespon negatif dengan mengatakan “jawabanmu salah”. Sebaiknya guru memberikan pertanyaan tuntunan (prompting question), atau pindah gilir dengan mengatakan “barangkali ada yang dapat membantu?”. Dengan

cara ini, anak tidak merasa tersinggung.

Sementara ini, menurut Sumantri dan Permana (2011: 241), ada beberapa hal yang penting dijadikan pedoman guru dalam memberikan suatu penguatan pada para peserta didik, yaitu:

1) dilakukan dengan hangat dan semangat,

2) memberikan kesan positif kepada peserta didik, 3) berdampak terhadap perilaku positif,

4) dapat bersifat pribadi atau kelompok, dan 5) hindari penggunaan respons negatif.

(42)

26

diperhatikan oleh guru. Hal ini agar tujuan yang diharapkan melalui pemberian penguatan dapat tercapai dengan baik. Adapun prinsip – prinsip penguatan meliputi dilakukan dengan kehangatan dan sikap antusias, menghindari respon negatif kepada siswa, memiliki kebermaknaan, mengarah pada mendorong terjadinya perilaku positif, dan dapat bersifat pribadi ataupun kelompok.

4. Komponen Keterampilan Memberikan Penguatan Positif

Menurut Marno dan Idris (2010: 135), ada beberapa komponen yang perlu dipahami dan dikuasai oleh guru sehingga dapat memberikan penguatan secara bijaksana dan sistematis, antara lain adalah sebagai berikut.

a. Penguatan verbal

Penguatan verbal meliputi komentar guru berupa kata – kata pujian, dukungan, dan pengakuan yang dapat digunakan untuk penguatan tingkah laku dan kinerja siswa. Komentar tersebut sebagai umpan balik atau balikan yang diberikan atas kinerja atau perilaku siswa. Bentuk penguatan verbal meliputi kata – kata dan kalimat. Contoh bentuk kata – kata adalah bagus, ya, tepat, betul, bagus sekali, dan lain sebagainya. Sedangkan contoh bentuk kalimat adalah pekerjaanmu bagus sekali, caramu memberi penjelasan baik sekali, dan sebagainya.

b. Penguatan berupa mimik muka dan gerakan badan (gestural)

Penguatan ini berupa gerakan badan dan mimik muka seperti senyuman, anggukan kepala, acungan ibu jari, tepuk tangan, dan sebagainya. Penggunaan penguatan ini sering kali digunakan bersamaan dengan penguatan verbal. Sebagai contoh adalah ketika guru memberi penguatan verbal, “pekerjaanmu baik sekali,”

(43)

27 c. Penguatan dengan cara mendekati anak

Penguatan ini meliputi berdiri di samping siswa, berjalan menuju siswa, duduk dekat dengan seorang siswa atau kelompok siswa, berjalan di sisi siswa, dan sebagainya. Melalui penguatan ini, siswa akan merasa diperhatikan oleh guru. Selain itu juga dapat membangun suasana hangat antara guru dan siswa, sehingga siswa tidak merasa terbebani oleh tugas. Hal ini akan berdampak pada meningkatnya motivasi siswa.

d. Penguatan dengan sentuhan

Penggunaan penguatan ini perlu mempertimbangkan latar belakang anak, umur, jenis kelamin, serta latar belakang kebudayaan setempat. Contoh penguatan ini adalah menepuk pundak atau bahu siswa, menjabat tangan siswa, mengelus rambut siswa, atau mengangkat tangan siswa yang menang dalam pertandingan. e. Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan

Penguatan ini berupa pengadaan kegiatan – kegiatan yang menyenangkan bagi siswa. Bentuk kegiatan belajar yang disenangi anak dapat mempertinggi intensitas belajarnya. Dalam pemilihan kegiatan yang menyenangkan, guru perlu menyediakan alternatif pilihan kegiatan. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan individual pada siswa. Dengan memberikan alternatif kegiatan belajar yang sesuai dengan kesukaan anak tersebut, maka hal itu bisa juga menjadi bentuk penguatan bagi anak.

f. Penguatan berupa simbol atau benda

(44)

28

benda berupa alat – alat tulis dan buku, dan dapat pula berupa komentar tertulis pada buku anak. Penggunaan penguatan ini hendaknya disesuaikan dengan tingkat dan jenjang pendidikan siswa. Selain itu, juga perlu diperhatikan dalam hal penggunaan penguatan yang berupa benda, hendaknya tujuan belajar anak tidak mengarah pada benda tersebut. Oleh karena itu, perlu dibatasi frekuensi penggunaannya.

Menurut Sumantri dan Permana (2011: 239), komponen – komponen penguatan meliputi sebagai berikut.

a. Penguatan verbal

Penguatan verbal merupakan penguatan yang diberikan guru berupa kata-kata/kalimat yang diucapkan seperti : “bagus”, “baik”, “hebat”, “mengagumkan”, “kamu cerdas”, “setuju”, “ya”. “betul”, “tepat”, dan sebagainya.

b. Penguatan gestural

Penguatan gestural merupakan penguatan berupa gerak tubuh atau mimik muka yang memberi arti/kesan baik kepada peserta didik. Penguatan gestural dapat berupa tepuk tangan, acungan jempol, anggukan, tersenyum, dan sebagainya.

c. Penguatan dengan cara mendekati

(45)

29 d. Penguatan dengan cara sambutan

Penguatan ini dilakukan guru dengan cara menyentuh peserta didik, seperti menepuk pundak peserta didik, menjabat tangan, mengusap rambut kepala, mengangkat tangan peserta didik, dan sebagainya.

e. Penguatan dengan memberikan kegiatan yang menyenangkan

Penguatan ini dilakukan dengan memberikan penghargaan kepada kemampuan peserta didik dalam suatu bidang tertentu. Sebagai contoh adalah peserta didik yang pandai bernyanyi diberikan kesempatan untuk melatih vokal pada temannya, yang pandai dapat dijadikan tutor sebaya, dan sebagainya.

f. Penguatan berupa tanda atau benda

Penguatan ini berupa pemberian simbol – simbol atau benda – benda. Penguatan ini dapat berupa komentar tertulis atas karya peserta didik, hadiah berupa buku tulis, piagam, lencana, dan sebagainya.

Senada dengan uraian pendapat para ahli di atas, Aunurrahman (2010: 129) juga menjelaskan bahwa terdapat beberapa jenis penguatan yang dapat dilakukan guru, antara lain:

1) penguatan verbal, 2) penguatan gestural,

3) penguatan dengan cara mendekati, 4) penguatan dengan cara sentuhan,

5) penguatan dengan cara memberikan kegiatan yang menyenangkan, dan 6) penguatan berupa tanda atau benda.

(46)

30

sentuhan dan sambutan, penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, dan penguatan berupa tanda atau benda. Setiap jenis penguatan digunakan sesuai dengan kebutuhan yang ada agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

C. Kajian tentang Karakteristik Siswa Kelas Tinggi

Siswa kelas V sekolah dasar termasuk dalam masa kelas tinggi sekolah dasar. Hal ini sesuai dengan pendapat Izzaty (2013: 114) yang membagi masa kanak – kanak akhir menjadi dua fase sebagai berikut.

1. Masa kelas rendah sekolah dasar yang berlangsung antara usia 6/7 tahun sampai dengan 9/10 tahun. Biasanya mereka duduk di kelas 1, 2, dan 3 sekolah dasar.

2. Masa kelas tinggi sekolah dasar yang berlangsung antara usia 9/10 tahun sampai dengan 12/13 tahun. Biasanya mereka duduk di kelas 4, 5, dan 6 sekolah dasar.

Senada dengan pendapat di atas, Ahmadi dan Sholeh (2005: 38) menjelaskan bahwa masa usia sekolah dasar sering disebut sebagai masa intelektual atau keserasian sekolah. Pada masa ini, anak lebih mudah dididik daripada masa sebelum dan sesudahnya. Selanjutnya Ahmadi dan Sholeh membagi masa ini menjadi dua fase, yaitu 1) masa kelas – kelas rendah dan 2) masa kelas – kelas tinggi sekolah dasar, yaitu dari kira – kira umur 9 tahun atau 10 tahun sampai kira – kira 12 tahun atau 13 tahun.

(47)

31

1. Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari – hari 2. Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis

3. Timbul minat kepada pelajaran – pelajaran khusus

4. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah

5. Anak – anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya Sesuai dengan pendapat di atas, Ahmadi dan Sholeh (2005: 39) menjelaskan beberapa sifat khas anak – anak pada masa kelas – kelas tinggi sekolah dasar yang meliputi:

1. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari – hari yang konkret. Hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan – pekerjaan yang praktis

2. Amat realistis, ingin tahu, ingin belajar

3. Menjelang akhir masa ini, telah ada minat kepada hal – hal dan mata pelajaran khusus, yang oleh ahli – ahli yang mengikuti teori faktor, ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor – faktor.

(48)

32

5. Pada masa ini, anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat (sebaik – baiknya) mengenai prestasi sekolah.

6. Anak – anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama – sama.

Berdasarkan kedua pendapat ahli di atas, maka peneliti mengambil sampel siswa kelas V SD. Pertimbangannya adalah siswa pada masa ini mulai memiliki sikap rasa ingin tahu dan ingin belajar serta mulai timbul minat pada pelajaran – pelajaran khusus. Hal tersebut erat kaitannya dengan percaya diri siswa. Sikap rasa ingin tahu dan ingin belajar mendorong siswa untuk membangun percaya diri. Sebagai contoh adalah siswa akan berusaha bertanya kepada guru maupun teman apabila ada materi yang belum dipahami. Siswa yang percaya dirinya tinggi akan berusaha mengerjakan segala sesuatu dengan optimal dan kemampuan diri sendiri agar hasil belajarnya sesuai dengan yang diharapkan.

(49)

33

D. Penelitian yang Relevan

1. Galan Goldya (2016) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penguatan Positif terhadap Motivasi Belajar Bahasa Indonesia pada Keterampilan Menyimak Siswa Kelas V SD N Banyubening III Karangmojo Gunungkidul Tahun Ajaran 2016/20017”. Penelitian ini menggunakan pendekatan quasi eksperimen. Hasil penelitian ini menunjukan ada pengaruh penguatan positif terhadap motivasi belajar Bahasa Indonesia pada keterampilan menyimak siswa kelas V SD N Banyubening III tahun ajaran 2016/2017. Rata – rata motivasi kelas eksperimen pada pretest adalah 71,81 dan pada posttest 98,19 terdapat selisih 26,38 sehingga diperoleh gain score sebesar 0,47 dan berada pada kategori sedang, yakni lebih besar 0,3 dan kurang dari 0,7 (0,7 < 0,47 ≥ 0,3). Hasil pretes pada kelas kontrol rata – rata diperoleh adalah 76.91 dan pada postest adalah 80,52. Terdapat selisih 3,6138 sehingga diperoleh gain score sebesar 0,07 berada pada kategori rendah. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Galan Goldya adalah sama – sama melakukan penelitian tentang penguatan positif. Sedangkan perbedaannya terdapat pada variabel terikatnya.

(50)

34

sedangkan sisanya sebesar 88,7 % dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mustofa Rifki adalah sama – sama melakukan penelitian tentang percaya diri. Sedangkan perbedaannya terdapat pada variabel terikatnya.

E. Kerangka Berpikir

Percaya diri merupakan prinsip belajar ranah afektif yang perlu dikembangkan oleh siswa. Percaya diri dapat mempermudah siswa yang sedang melakukan aktivitas belajar. Percaya diri merupakan suatu sikap yakin terhadap kemampuan dirinya sendiri untuk melakukan tugas – tugas tertentu dalam pencapaian berbagai tujuan di hidupnya. Sikap yakin ini ditandai dengan keyakinan akan kemampuan diri, optimis, objektif, bertanggung jawab, rasional, dan realistis.

Percaya diri dapat dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor eksternal siswa. Faktor internal yang mempengaruhi percaya diri meliputi konsep diri, harga diri, kondisi fisik, dan pengalaman hidup. Sedangkan faktor eksternal meliputi pendidikan, pekerjaan, dan lingkungan. Pada faktor lingkungan, lingkungan dapat mencakup lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah.

(51)

35

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi pada faktor eksternal yang diduga memiliki pengaruh terhadap percaya diri siswa yaitu penguatan positif. Penguatan positif merupakan stimulus – stimulus positif yang diberikan untuk menguatkan atau meningkatkan tingkah laku di kemudian hari. Penguatan positif dapat berupa penguatan verbal, penguatan gestural, penguatan dengan cara mendekati, penguatan dengan sentuhan dan sambutan, penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, dan penguatan berupa tanda atau benda. Penguatan positif yang diberikan oleh guru ketika siswa berhasil menyelesaikan tugas dengan baik maupun ketika siswa belum optimal dalam menyelesaikan tugas, dapat menentukan percaya diri siswa.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui pengaruh penguatan positif terhadap percaya diri siswa. Berikut ini digambarkan kerangka berpikir pengaruh penguatan positif terhadap percaya diri siswa.

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir

Percaya diri siswa

Percaya diri siswa dipengaruhi faktor internal maupun faktor eksternal

Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi percaya diri adalah penguatan positif

(52)

36

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir yang telah diuraikan di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh antara penguatan positif terhadap percaya diri pada siswa kelas V SD Negeri se – Kecamatan Sanden tahun pelajaran 2016/2017.

(53)

37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kuantitatif. Menurut Creswell (Alsa, 2007: 13), penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang bekerja dengan angka, yang datanya berwujud bilangan (skor atau nilai, peringkat, atau frekuensi), yang dianalisis dengan menggunakan statistik untuk menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian yang sifatnya spesifik, dan untuk melakukan prediksi bahwa suatu variabel tertentu mempengaruhi variabel yang lain.

Menurut Sukmadinata (2005: 53), penelitian kuantitatif dibagi menjadi dua, yaitu eksperimental dan non eksperimental. Adapun penelitian yang bersifat non eksperimental meliputi penelitian deskriptif, penelitian komparatif, penelitian korelasional, penelitian survai, penelitian ekspos fakto, dan penelitian tindakan.

(54)

38

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri se – Kecamatan Sanden, Bantul, D.I. Yogyakarta. Adapun yang dimaksud SD Negeri se – Kecamatan Sanden adalah sebagai berikut: 1) SD Negeri Sorobayan, 2) SD Negeri Dayu, 3) SD Negeri Rojoniten, 4) SD Negeri 1 Sanden, 5) SD Negeri 2 Sanden, 6) SD Negeri Piring, 7) SD Negeri 1 Gadingharjo, 8) SD Negeri 2 Gadingharjo, 9) SD Negeri Wuluhadeg, 10) SD Negeri Ngentak, 11) SD Negeri Tegalsari, 12) SD Negeri Klagaran, dan 13) SD Negeri Bonggalan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April tahun 2017 sampai Mei tahun 2017.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

(55)

39

Tabel 1. Data Jumlah Siswa Kelas V SD Negeri se – Kecamatan Sanden

No. Nama SD Jumlah Siswa

(Sumber: UPT PPD Kecamatan Sanden Tahun 2017) 2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012: 62). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan proportional random sampling. Menurut Sutrisno Hadi (2004: 90), proportional random sampling merupakan pengambilan sampel dari tiap – tiap sub-populasi dengan memperhitungkan besar kecilnya sub-sub populasi menggunakan randomisasi. Dalam proportional random sampling ini, besar-kecilnya sampel mengikuti perbandingan (proporsi) besar-kecilnya sub-populasi, dan individu-individu yang ditugaskan tiap-tiap sub-populasi diambil secara random dari sub-populasi.

(56)

40 Keterangan :

n = jumlah anggota sampel

N = jumlah anggota populasi

d = tingkat presisi yang ditentukan

Dengan menggunakan rumus tersebut, maka perhitungan banyaknya sampel penelitian adalah sebagai berikut:

n N. d N

n .

n .

n

n

n dibulatkan menjadi ` Jadi, sampel penelitian ini yaitu 187 siswa.

Selanjutnya, dalam menentukan jumlah anggota sampel tiap sub populasi menggunakan rumusan alokasi proportional dari Sugiyono (Riduwan, 2011: 66) sebagai berikut.

(57)

41 Dimana

�� = jumlah sampel menurut stratum

n = jumlah sampel seluruhnya

� = jumlah populasi menurut stratum N = jumlah populasi seluruhnya

Dengan menggunakan rumus tersebut, maka didapatkan rincian jumlah sampel setiap sekolah adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Jumlah Sampel Setiap Sekolah

No. Nama SD Jumlah Sampel Pembulatan

(58)

42

Arikunto (2006: 136-137) menjelaskan cara – cara pengambilan anggota sampel melalui random sampling setelah banyaknya sampel diketahui, yaitu antara lain dengan undian (untung – untungan), ordinal (tingkatan sama), dan menggunakan tabel bilangan random. Penelitian ini menggunakan cara undian. Cara ini menggunakan kertas – kertas kecil gulungan yang diberi nomor subjek, satu nomor untuk setiap kertas. Dengan acak dan tanpa prasangka, peneliti mengambil gulungan kertas sejumlah sampel yang telah ditentukan, sehingga nomor – nomor yang tertulis pada gulungan kertas yang terambil tersebut merupakan nomor subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012: 3). Variabel dalam penelitian ini meliputi:

1. Variabel bebas (independent variable) yaitu penguatan positif (X) 2. Variabel terikat (dependent variable) yaitu percaya diri (Y)

E. Definisi Operasional Variabel

1. Penguatan Positif

(59)

43

sentuhan dan sambutan, penguatan dengan cara memberikan kegiatan yang menyenangkan , dan penguatan dengan tanda atau benda kepada siswa atas hasil pekerjaannya.

2. Percaya Diri

Percaya diri merupakan suatu perilaku yakin terhadap kemampuan dirinya sendiri untuk melakukan tugas – tugas tertentu dalam pencapaian berbagai tujuan di hidup. Siswa yang memiliki percaya diri ditandai dengan ciri ciri antara lain adanya perilaku yang menunjukkan rasa yakin akan kemampuan diri yang meliputi kemampuan menyelesaikan tugas dengan kemampuan sendiri dan kemampuan menyelesaikan pekerjaan dengan optimal, memiliki rasa positif terhadap diri sendiri yang meliputi adanya harapan yang tinggi dan bersikap tenang, memiliki rasa keberanian dan kemampuan berkomunikasi yang baik yang meliputi keberanian mengungkapkan pendapat, gagasan, maupun pertanyaan.

F. Paradigma Penelitian

(60)

44

Gambar 2. Paradigma Penelitian Keterangan :

X : penguatan positif

� : percaya diri

: pengaruh penguatan positif terhadap percaya diri

G. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara – cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data (Arikunto, 2003: 134). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala bertingkat (rating scale) dan observasi. Skala bertingkat adalah suatu ukuran subjektif yang dibuat berskala (Suharsimi Arikunto, 2006: 151). Metode skala bertingkat digunakan untuk memperoleh data penguatan positif dan percaya diri pada siswa kelasV SD Negeri se – Kecamatan Sanden tahun pelajaran 2016/2017.

H. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah (Arikunto, 2006: 160). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala bertingkat atau rating scale. Arikunto (2006: 157) menjelaskan bahwa skala bertingkat atau rating scale merupakan suatu ukuran subjektif yang dibuat berskala. Instrumen ini dapat memberikan gambaran penampilan, terutama

(61)

45

penampilam di dalam orang menjalankan tugas, yang menunjukkan frekuensi munculnya sifat – sifat. Skala bertingkat dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data penguatan positif dan percaya diri pada siswa kelasV SD Negeri se – Kecamatan Sanden tahun pelajaran 2016/2017.

1. Instrumen Penguatan Positif

Instrumen penguatan positif yang digunakan dalam penelitian ini berupa skala bertingkat. Penetapan skor instrumen mengacu pada skala dengan menggunakan pilihan genap berupa empat alternatif jawaban (daftar cocok) yaitu sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai. Responden hanya memberikan tanda

check () pada kolom alternatif jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan dirinya. Adapun alternatif jawaban tiap butir beserta skor untuk pernyataan

favourable dan unfavourable dirincikan sebagai berikut.

Tabel 3. Alternatif Jawaban Instrumen Penguatan Positif

Alternatif Jawaban Skor Butir

Favourable Unfavourable

Sangat Sesuai 4 1

Sesuai 3 2

Tidak Sesuai 2 3

Sangat Tidak Sesuai 1 4

(62)

46

Tabel 4. Kisi – kisi Instrumen Penguatan Positif Sebelum Uji Coba Aspek yang

Diamati Indikator

Nomor Butir Banyak

Butir

2. Instrumen Percaya Diri

(63)

47

sesuai, tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai. Responden hanya memberikan tanda

check () pada kolom alternatif jawaban (daftar cocok) yang tersedia sesuai dengan keadaan dirinya. Adapun alternatif jawaban tiap butir beserta skor untuk pernyataan favourable dan unfavourable dirincikan sebagai berikut.

Tabel 5. Alternatif Jawaban Instrumen Percaya Diri

Alternatif Jawaban Skor Butir

Favourable Unfavourable

Sangat Sesuai 4 1

Sesuai 3 2

Tidak Sesuai 2 3

Sangat Tidak Sesuai 1 4

Berdasarkan definisi operasional variabel percaya diri pada halaman, maka disusun kisi – kisi instrumen percaya diri sebagai berikut.

Tabel 6. Kisi – kisi Instrumen Percaya Diri Sebelum Uji Coba Aspek yang

Diamati Indikator

Nomor Butir Banyak

Butir

I. Uji Coba Instrumen Penelitian

(64)

48

penelitian berupa skala penguatan positif dan skala percaya diri. Uji coba instrumen dilakukan sebelum instrumen digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian. Uji coba instrumen dalam penelitian ini dilakukan di luar populasi penelitian terhadap 30 siswa kelas V SD Negeri 1 Srandakan, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul. Tempat uji coba ini dipilih karena memiliki karakteristik yang hampir sama dengan populasi penelitian yang akan diteliti, mulai dari letak sekolah, kondisi sekolah, rata – rata jumlah siswa, dan keadaan siswa.

1. Uji Validitas Instrumen

Arikunto (2006: 168) menjelaskan bahwa validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat – tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Arikunto (2006: 168) menambahkan bahwa sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas konstruk. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2012: 350) yang menjelaskan bahwa instrumen nontest yang akan digunakan untuk mengukur sikap cukup memenuhi validitas konstruk.

Gambar

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
Tabel 1. Data Jumlah Siswa Kelas V SD Negeri se – Kecamatan Sanden
Tabel 2. Jumlah Sampel Setiap Sekolah
Tabel 3. Alternatif Jawaban Instrumen Penguatan Positif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Klien mengungkapkan permasalahannya mengenai sikapnya yang tidak percaya pada kemampuan diri sendiri saat menghadapi ulangan, merasa bahwa dirinya tidak akan mampu

Atas dasar inilah peneliti ingin memberikan bimbingan penerimaan diri dengan menggunakan media audio visual untuk meningkatkan rasa percaya diri kepada anak sekolah dasar

Sekolah bisa dikatakan sebagai lingkungan yang paling berperan untuk bisa mengembangkan rasa percaya diri anak setelah lingkungan keluarga. Rasa percaya diri siswa di

Orang yang memiliki harga diri tinggi akan menilai pribadi secara rasional dan benar bagi dirinya serta mudah mengadakan hubungan dengan individu lain.Orang yang

salah satu dari sifat kepribadian yang dimiliki individu. Rasa percaya diri merupakan adanya kepercayaan mengenai. kemapuan diri sehingga sanggup menghadapi tugas dan

Dengan menggunakan metode tersebut dapat disimpulkan analisis konseling individu dengan pendekatan client centered berpengaruh terhadap rasa percaya diri

Ada perbedaan karakteristik antara individu dengan harga diri tinggi dan rendah. Seseorang yang memiliki harga diri yang tinggi berbeda dengan seseorang yang

Untuk mengungkap data mengenai pengaruh layanan konseling individu terhadap percaya diri peserta didik, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan angket yang