• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TANGGUNG JAWAB DAN KEMAMPUAN INTERPERSONAL TERHADAP RASA PERCAYA DIRI SISWA KELAS V SD SEGUGUS II KECAMATAN PENGASIH, KABUPATEN KULON PROGO, D. I. YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH TANGGUNG JAWAB DAN KEMAMPUAN INTERPERSONAL TERHADAP RASA PERCAYA DIRI SISWA KELAS V SD SEGUGUS II KECAMATAN PENGASIH, KABUPATEN KULON PROGO, D. I. YOGYAKARTA."

Copied!
214
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TANGGUNG JAWAB DAN KEMAMPUAN INTERPERSONAL TERHADAP RASA PERCAYA DIRI

SISWA KELAS V SD SEGUGUS II KECAMATAN PENGASIH, KABUPATEN KULON PROGO,

D. I. YOGYAKARTA

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untukMemenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh: Istu Kurniasmi NIM 13108241118

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

PENGARUH TANGGUNG JAWAB DAN KEMAMPUAN INTERPERSONAL TERHADAP RASA PERCAYA DIRI

SISWA KELAS V SD SEGUGUS II KECAMATAN PENGASIH, KABUPATEN KULON PROGO,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tanggung jawab terhadap rasa percaya diri siswa; pengaruh kemampuan interpersonal terhadap rasa percaya diri siswa; dan pengaruh tanggung jawab dan kemampuan interpersonal terhadap rasa percaya diri siswa. Rasa percaya diri merupakan suatu keyakinan bahwa seseorang mempunyai kemampuan untuk melakukan sesuatu dalam rangka mencapai tujuan tertentu dalam hidup. Rasa percaya diri menjadi modal utama siswa sekolah dasar untuk mengoptimalkan potensinya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kantitatif dengan metode ex-post

facto. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD se-Gugus II

Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo yang berjumlah 183 siswa dan diambil sampel sebanyak 126 siswa yang ditentukan dengan rumus Slovin.

Pengambilan sampel menggunakan proportional sample. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data tanggung jawab, kemampuan interpersonal, dan rasa percaya diri siswa yaitu skala psikologi yang berjumlah 132 item. Instrumen ini diujicobakan pada 30 siswa. Uji validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan teknik expert judgement, sedangkan untuk mengetahui daya beda item menggunakan korelasi product moment Pearson.

Reabilitas instrumen diketahui dengan Alpha Cronbach. Uji prasyarat analisis yang dilakukan adalah uji normalitas, uji linearitas, dan uji multikolinearitas. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji korelasi parsial, uji korelasi ganda, dan analisis regresi ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: tanggung jawab berpengaruh signifikan terhadap rasa percaya diri siswa dengan sumbangan sebesar 32,73%; kemampuan interpersonal berpengaruh signifikan terhadap rasa percaya diri siswa dengan sumbangan sebesar 12,08%; tanggung jawab dan kemampuan interpersonal secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap rasa percaya diri siswa dengan sumbangan sebesar 44,80%.

(3)

THE INFLUENCE OF RESPONSIBILITY AND INTERPERSONAL SKILLS TO THE SELF-CONFIDENCE OF THE 5TH GRADE

STUDENTS OF PRIMARY SCHOOL IN CLUSTER II PENGASIH, KULON PROGO REGENCY,

This research aims to determine the influence of responsibility to students’ self-confidence; the influence of interpersonal skills to students’ self-confidence; and the influence of responsibility and interpersonal skills to students’ self-confidence. Self-confidence is a belief that a person has ability to do something in order to achieve a certain goal. Self-confidence becomes the main provision of the primary students to develop their abilities.

This research used a quantitative approach with ex-post facto method. The population was the 5th graders of primary school in Cluster II Pengasih District, Kulon Progo, Special Region of Yogyakarta which amounted to 183 students and taken a sample of 126 students determined by the Slovin formula. Sampling tachnique used proportional sample. The research instrument used to collect data of responsibility, interpersonal skill, and students’ self-confidence was psychology scale with 132 items. The instrument tested on 30 students. The validity test of the instrument used expert judgment techniques, while to determine the strength of items used product moment Pearson correlation. Instrument reliability was known by Alpha Cronbach. The prerequisite analysis tests were normality test, linearity test, and multicolinearity test. Data analysis techniques used partial correlation test, multiple correlation test, and multiple regression analysis.

The results shown that: responsibility has a significant effect on students’ self-confidence with contribution 32.73%; interpersonal skills have a significant effect on student self-confidence with contribution 12.08%; responsibility and interpersonal skills together have a significant effect on students’ self confidence with contribution 44.80%.

(4)
(5)
(6)
(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada: 1. Kedua orang tua tercinta.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “Pengaruh Tanggung Jawab dan Kemampuan Interpersonal terhadap Rasa Percaya Diri Siswa Kelas V SD

se-Gugus II Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, D. I. Yogyakarta” dapat

disusun sesuai dengan harapan. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerja sama dengan pihak lain. berkenaan dengan hal tersebut, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dosen Pembimbing Tugas Akhir Skripsi yang telah memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

2. Penguji Utama dan Sekretaris Penguji yang telah berkenan untuk menguji Tugas Akhir Skripsi.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar FIP UNY yang telah memberikan persetujuan penyusunan proposal Tugas Akhir Skripsi.

4. Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Pendidikan UNY yang telah memberikan persetujuan penelitian Tugas Akhir Skripsi.

5. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNY yang telah memberikan persetujuan pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi.

6. Keluarga Besar Sekolah Dasar se-Gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo yang telah memberikan izin, dukungan, bantuan, dan kemudahan dalam pelaksanaan penelitian Tugas Akhir Skripsi.

7. Kedua orang tua yang telah memberikan dorongan dan lantunan doa.

8. Segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian Tugas Akhir Skripsi ini.

(9)
(10)

DAFTAR ISI

A.Kajian tentang Rasa Percaya Diri ... 1. Pengertian Rasa Percaya Diri ... 2. Aspek-aspek Rasa Percaya Diri ... 3. Ciri-ciri Rasa Percaya Diri ... 4. Membangun Rasa Percaya Diri ... B.Kajian tentang Tanggung Jawab ... 1. Pengertian Tanggung Jawab ... 2. Macam-macam Tanggung Jawab ... 3. Ciri-ciri Bertanggung Jawab ... 4. Cara Mengajarkan Tanggung Jawab ... C.Kajian tentang Kemampuan Interpersonal ... 1. Pengertian Kemampuan Interpersonal ... 2. Macam Kemampuan Interpersonal ... 3. Karakteristik Kemampuan Interpersonal ... 4. Cara Mengembangkan Kemampuan Interpersonal ... D.Pengaruh Tanggung Jawab terhadap Rasa Percaya Diri ... E. Pengaruh Kemampuan Interpersonal terhadap Rasa Percaya Diri .... F. Pengaruh Tanggung Jawab dan Kemampuan Interpersonal terhadap Rasa Percaya Diri ... G.Kajian Penelitian yang Relevan ...

(11)

I. Hipotesis Penelitian ... 60

BAB III METODE PENELITIAN

A.Pendekatan Penelitian ... B.Variabel Penelitian ... 1. Variabel Bebas atau Independen ... 2. Variabel Terikat atau Dependen ... C.Populasi dan Sampel ... 1. Populasi ... 2. Sampel ... D.Tempat dan Waktu Penelitian ... 1. Tempat ...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(12)

2. Pembahasan Hipotesis Kedua ... 3. Pembahasan Hipotesis Ketiga ...

116 118

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan ... B.Implikasi ... C.Saran ... 1. Kepada Guru ... 2. Kepada Orang Tua ...

DAFTAR PUSTAKA ...

121 122 122 123 123 124

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Daftar Siswa Kelas V SD se-Gugus II Kecamatan

Pengasih Tahun Akademik 2016/2017 ... 64

Tabel 2. Daftar Jumlah Siswa Kelas V SD se-Gugus II Kecamatan Pengasih yang Dijadikan Sampel ... 66

Tabel 3. Kisi-kisi Skala Rasa Percaya Diri ... 75

Tabel 4. Kisi-kisi Skala Tanggung Jawab ... 76

Tabel 5. Kisi-kisi Skala Kemampuan Interpersonal ... 77

Tabel 6. Format Penskoran Pernyataan Positif ... 78

Tabel 7. Format Penskoran Pernyataan Negatif ... 78

Tabel 8. Distribusi Item Layak dan Gugur Skala Rasa Percaya Diri ... 82

Tabel 9. Distribusi Butir Layak dan Item Skala Tanggung Jawab 83 Tabel 10. Distribusi Butir Layak dan Item Skala Kemampuan Interpersonal ... 84

Tabel 11. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 85

Tabel 12. Deskripsi Data Ukuran Kecenderungan Pemusatan serta Ukuran Keragaman/Variabilitas Rasa Percaya Diri ... 94

Tabel 13. Distribusi Frekuensi Rasa Percaya Diri Siswa ... 94

Tabel 14. Penggolongan Skala menurut Djemari Mardapi ... 95

Tabel 15 Distribusi Data Rasa Percaya Diri Siswa ... 96

Tabel 16. Deskripsi Data Ukuran Kecenderungan Pemusatan serta Ukuran Keragaman/Variabilitas Tanggung Jawab ... 99

Tabel 17. Distribusi Frekuensi Tanggung Jawab Siswa ... 99

Tabel 18. Penggolongan Skala menurut Djemari Mardapi ... 100

Tabel 19. Distribusi Data Tanggung Jawab Siswa ... 101

Tabel 20. Deskripsi Data Ukuran Kecenderungan Pemusatan serta Ukuran Keragaman/Variabilitas Kemampuan Interpersonal ... 104

Tabel 21. Distribusi Frekuensi Kemampuan Interpersonal Siswa 104 Tabel 22. Penggolongan Skala menurut Djemari Mardapi ... 105

Tabel 23. Distribusi Data Tanggung Jawab Siswa ... 106

Tabel 24. Ringkasan Perbandingan Normalitas ... 109

Tabel 25. Ringkasan Hasil Uji Linearitas ... 110

Tabel 26. Rangkuman Hasil Uji Multikolinearitas ... 111

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian ... 58

Gambar 2. Histogram Rasa Percaya Diri ... 95

Gambar 3. Diagram Distribusi Data Rasa Percaya Diri Siswa ... 96

Gambar 4. Histogram Penguasaan Aspek Rasa Percaya Diri ... 97

Gambar 5. Diagram Persentase Perolehan Aspek Rasa Percaya Diri 98 Gambar 6. Histogram Tanggung Jawab ... 100

Gambar 7. Diagram Distribusi Data Tanggung Jawab Siswa ... 101

Gambar 8. Histogram Penguasaan Aspek Tanggung Jawab ... 102

Gambar 9. Diagram Persentase Perolehan Aspek Tanggung Jawab 103 Gambar 10. Histogram Kemampuan Interpersonal ... 105

Gambar 11. Diagram Distribusi Data Kemampuan Interpersonal Siswa ... 106

Gambar 12. Histogram Penguasaan Aspek Kemampuan Interpersonal ... 107

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Skala Uji Coba ... 128

Lampiran 2. Data Hasil Uji Coba ... 136

Lampiran 3. Hasil Uji Validitas ... 142

Lampiran 4. Hasil Uji Reliabilitas ... 145

Lampiran 5. Surat Keterangan Uji Validitas ... 147

Lampiran 6. Instrumen Penelitian ... 148

Lampiran 7. Contoh Hasil Isian Instrumen ... 154

Lampiran 8. Data Hasil Penelitian ... 160

Lampiran 9. Teknik Analisis Data ... 175

Lampiran 10. Surat Izin Penelitian ... 188

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Rasa percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang penting dalam kehidupan manusia. Rasa percaya diri merupakan suatu keyakinan bahwa seseorang mempunyai kemampuan untuk melakukan sesuatu dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Setelah mempertimbangkan berbagai pilihan, seseorang yang memiliki rasa percaya diri akan mampu membuat keputusan sendiri dalam kehidupannya. Orang yang memiliki rasa percaya diri mempunyai keyakinan dan kemampuan untuk mengatasi masalah yang sedang maupun akan dihadapi setelah membuat keputusan tersebut. Keberhasilannya dalam menyelesaikan masalah akan memberikan rasa puas bagi dirinya. Melalui keberhasilan tersebut, orang dapat melakukan pembuktian terhadap dirinya sendiri bahwa dirinya berharga dan mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupannya. Keyakinan akan kemampuannya untuk melakukan sesuatu bukan merupakan hal yang bisa diajarkan, melainkan harus ditanamkan sejak kanak-kanak.

(17)

serta gagasan. Selanjutnya melalui berbagai respon siswa tersebut, pada akhirnya dapat membantu perkembangan prestasi belajar siswa. Siswa yang memiliki rasa percaya diri yang rendah akan merasa takut atau ragu untuk melangkah dan bertindak, berpendapat maupun berinteraksi dengan baik dalam kehidupan sekolahnya.

Keyakinan siswa bahwa dirinya mempunyai kemampuan untuk mencapai tujuan belajar, didukung dan dipengaruhi oleh sikap tanggung jawab yang ada pada diri siswa. Rasa percaya diri siswa sekolah dasar dapat dibangun dengan menumbuhkan sikap bertanggung jawab pada siswa. Pemberian tanggung jawab yang dilatihkan akan membawa dampak positif terhadap rasa percaya diri siswa. Sebagai contoh, ketika siswa diberi tugas atau pekerjaan rumah dari guru kemudian siswa memenuhi tanggung jawabnya dengan mengerjakan tugas tersebut, maka ketika guru memeriksa pekerjaan rumah tersebut siswa akan merasa percaya diri. Rasa percaya diri pada diri siswa menjadikan siswa siap menerima tantangan dalam arti mau mencoba walaupun dirinya menyadari bahwa kemungkinan salah pasti ada. Tanggung jawab turut mengambil peran ketika siswa ingin mengaktualisasikan potensi yang ada dalam dirinya. Adanya sikap bertanggung jawab akan membantu meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam mengambil atau menentukan suatu keputusan.

(18)

Rohayati (2011), kepercayaan diri berkembang melalui interaksi individu dengan lingkungannya. Keterampilan bersosialisasi yang kurang baik dapat menimbulkan penolakan dan kritikan yang dapat merusak rasa percaya diri. Pada saat proses pembelajaran, siswa berhubungan dengan orang lain yang ada di kelas. Siswa yang berhasil menjaga hubungan baik dengan orang lain tidak akan terbebani dengan masalah interaksi, sehingga melalui hubungan siswa yang harmonis tersebut dapat menambah rasa percaya diri siswa.

Setelah dilakukan observasi awal di SD yang berada di gugus II Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo telah didapatkan data-data sebagai berikut. Melalui pengamatan di kelas pada saat pembelajaran, terdapat beberapa siswa yang ketika diminta untuk mengerjakan soal di depan kelas terlihat gugup, cemas dan takut bahkan ada juga siswa yang tidak mau maju ke depan kelas. Setelah mengerjakan, siswa ragu-ragu dengan jawabannya. Siswa lain yang menunggu gilirannya untuk maju sudah mulai gelisah, konsentrasi menjadi berubah karena ketegangan yang dirasakan siswa. Selain itu, siswa juga menunjukkan sikap mudah menyerah ketika belajar. Siswa mengeluh tidak mempunyai kemampuan untuk mengerjakan.

(19)

Siswa kurang memiliki pemikiran yang positif untuk hasil yang baik dan cenderung pasrah atau pesimis. Selain itu, kurangnya perhatian siswa kepada guru pada saat menjelaskan materi pelajaran.

Dalam proses pembelajaran, siswa membutuhkan kemampuan interpersonal untuk dapat menjalin relasi sosial dengan guru dan teman yang ada di kelas. Berdasarkan observasi, teramati gejala kemampuan interpersonal siswa secara keseluruhan. Gejala yang teramati adalah siswa tidak mampu bekerja sama dalam kelompoknya masing-masing. Pada saat pembentukan kelompok, awalnya siswa ingin menentukan sendiri angota kelompoknya. Anggota kelompok yang diinginkan adalah teman bermainnya. Siswa tidak mau jika dipisahkan dengan kelompok bermainnya tersebut. Keadaan tersebut menyebabkan munculnya siswa yang mendominasi dan siswa yang tersisihkan dalam suatu kelompok. Selain itu, siswa dalam mendengarkan atau memahami instruksi dari guru kurang baik sehingga pembelajaran di kelas berjalan kurang efektif.

(20)

Temuan selanjutnya yaitu mengenai kemampuan akademik, terdapat siswa yang kemampuan akademiknya terbatas. Dalam kelompok belajar, siswa yang memiliki kemampuan akademik yang rendah cenderung melimpahkan beban menjawab soal yang diberikan oleh guru kepada teman lain yang dianggap lebih mampu. Hal tersebut menyebabkan siswa menjadi apatis di kelas. Siswa yang memiliki kemampuan akademik rendah terlihat kurang aktif dalam menjawab sehingga guru harus menunjuk atau memanggil nama siswa terlebih dahulu.

Penelitian ini dilakukan di SD segugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo dan dikhususkan di kelas V (lima). Alasan dipilihnya SD di gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo adalah lokasi SD yang bervariasi. Beberapa SD di gugus II berdekatan dengan pusat kegiatan kecamatan yaitu dekat dengan kantor camat Pengasih. Sedangkan beberapa lokasi SD di gugus II letaknya lebih jauh dengan akses jalan yang kurang baik. Perbedaan tersebut diasumsikan memiliki variasi tingkat percaya diri siswa sehingga diharapkan dapat mendukung data penelitian.

(21)

rasa percaya diri siswa kelas V SD se-Gugus II Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan di sekolah dasar yang peneliti kunjungi sebagai berikut.

1. Rasa percaya diri siswa dalam kegiatan belajar di kelas masih rendah yang ditunjukkan dengan sikap cemas, gugup, dan gelisah pada diri siswa ketika harus tampil di depan kelas.

2. Tanggung jawab yang dimiliki siswa masih rendah karena siswa menunjukkan ketidaksiapan dalam hal pengumpulan tugas dan kurangnya perhatian siswa terhadap penjelasan materi dari guru kelas.

3. Kemampuan interpersonal siswa di kelas masih rendah karena terdapat gejala hubungan kemampuan interpersonal yang kurang baik yaitu siswa tidak mampu bekerja dalam kelompok serta memunculkan predikat siswa yang mendominasi dan siswa yang tersisih di kelas.

4. Siswa yang memiliki kondisi fisik yang perbedaannya sangat terlihat jika dibanding dengan siswa lain kurang memiliki keberanian untuk menyampaikan jawabannya dan tidak mau jika diminta tampil di depan kelas.

(22)

C.Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian membatasi pada masalah yang berkaitan dengan pengaruh sikap tanggung jawab dan kemampuan interpersonal siswa terhadap rasa percaya diri siswa kelas V SD se-Gugus II Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo. Jadi, masalah dalam penelitian ini hanya terbatas pada rasa percaya diri siswa yang dilihat dari faktor yang diduga mempengaruhi rasa percaya diri yaitu tanggung jawab dan kemampuan interpersonal yang dimiliki siswa.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka masalah-masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh signifikan antara tanggung jawab terhadap rasa percaya diri siswa kelas V SD se-Gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo?

2. Apakah ada pengaruh signifikan antara kemampuan interpersonal terhadap rasa percaya diri siswa kelas V SD se-Gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo?

(23)

E.Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh signifikan antara tanggung jawab terhadap rasa percaya diri siswa kelas V SD se-Gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo.

2. Pengaruh signifikan antara kemampuan interpersonal terhadap rasa percaya diri siswa kelas V SD se-Gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo. 3. Pengaruh signifikan secara bersama-sama antara tanggung jawab dan

kemampuan interpersonal terhadap rasa percaya diri siswa kelas V SD se-Gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Guru

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh tanggung jawab dan kemampuan interpersonal terhadap rasa percaya diri siswa.

(24)

2. Bagi Orang Tua

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh tanggung jawab dan kemampuan interpersonal terhadap rasa percaya diri anak.

(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Kajian tentang Rasa Percaya Diri

1. Pengertian Rasa Percaya Diri

Mustari (2014: 51) mendefinisikan rasa percaya diri sebagai keyakinan bahwa seseorang mempunyai kemampuan untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Mengacu pada pendapat tersebut, dapat dikemukakan bahwa rasa percaya diri merupakan modal dasar bagi seseorang dalam memenuhi berbagai tujuan hidupnya. Berbagai tujuan dalam hidup seseorang dapat dicapai dengan cara meyakini segenap potensi yang dimiliki. Melalui keyakinan yang kuat bahwa dirinya mampu melakukan sesuatu, seseorang menjadi tergerak untuk terus melakukan aktivitas-aktivitas yang mengarah pada keberhasilan tujuan dalam hidupnya.

(26)

seseorang tidak akan mampu menyelesaikan tugas tersebut dalam perjalanan kehidupannya. Demikian pula dalam hal mempertimbangkan pilihan, mempertimbangkan pilihan merupakan rangkaian dari diambilnya sebuah keputusan. Pada saat mempertimbangkan pilihan seseorang mempergunakan keyakinannya untuk menimbang antara berbagai pilihan. Dari hasil menimbang yang dilakukan dengan penuh keyakinan, akan melahirkan suatu keputusan yang ia yakini merupakan keputusan terbaik yang mampu ia jalankan dengan baik pula.

Angelis (2005: 57) lebih lanjut mengungkapkan bahwa kepercayaan diri adalah sesuatu yang harus mampu menyalurkan segala yang kita ketahui dan segala yang kita kerjakan. Dari pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa percaya diri memegang peranan penting untuk dapat mengomunikasikan pengetahuan seseorang tentang suatu hal. Gagasan pengetahuan yang seseorang miliki tidak akan terlihat tanpa adanya suatu action. Rasa percaya diri dibutuhkan untuk menjembatani antara gagasan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang

dan action atau tindakan yang akan dilakukan. Dalam hal ini, rasa percaya diri

bertugas untuk menumbuhkan adanya motivasi diri yang ada pada diri seseorang untuk berhasil.

(27)

Hal ini bukan berarti kemudian seseorang mampu melakukan segala hal seorang diri, melainkan seseorang tersebut mempunyai potensi, keyakinan, kemampuan, dan bahkan pengalaman untuk melakukan suatu hal baik secara individu maupun kerja dalam kelompok. Keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas yang dihadapi akan memberikan rasa puas bagi dirinya sendiri.

2. Aspek-aspek Rasa Percaya Diri

Kepercayaan diri diperoleh dari hasil belajar melalui interaksi dengan lingkungan. Seseorang dengan kepercayaan diri yang baik akan dapat mengoptimalkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya. Seseorang akan mampu mengomunikasikan gagasan yang ia miliki. Menurut Angelis (2005: 58) dalam mengembangkan rasa percaya diri terdapat tiga aspek yang dapat diuraikan. Ketiga aspek tersebut adalah sebagai berikut.

a. Tingkah laku, memiliki tiga indikator yaitu melakukan sesuatu secara maksimal, mendapat bantuan dari orang lain, dan mampu menghadapi segala kendala.

b. Emosi, terdiri dari empat indikator, yaitu memahami perasaan sendiri, mengungkapkan perasaan sendiri, memperoleh kasih sayang dan perhatian pada saat mengalami kesulitan, dan memahami manfaat apa yang dapat disumbangkan kepada orang lain.

c. Spiritual, terdiri dari tiga indikator, yaitu memahami bahwa alam semesta adalah sebuah misteri, meyakini takdir Tuhan, dan mengagungkan Tuhan.

(28)

Selanjutnya aspek kepercayaan diri menurut Kumara (Yulianto & Nashori, 2006: 58) adalah “kemampuan menghadapi masalah, bertanggung jawab terhadap keputusan dan tindakannya, kemampuan dalam bergaul dan kemampuan menerima kritik”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa rasa percaya diri yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh kemampuan mengelola masalah. Seseorang yang mampu menghadapi masalahnya dan berhasil menyelesaikannya dinilai mempunyai rasa percaya diri yang baik. Seseorang yang percaya diri juga memiliki sikap bertanggung jawab terhadap keputusan dan tindakan yang ia lakukan sehingga mampu membuatnya menjalankan kehidupan dengan yakin. Selain itu, ia memiliki kemampuan dalam bergaul yang dapat diwujudkan melalui terjalinnya hubungan dengan orang lain. Dalam berhubungan dengan orang lain ia mampu menerima kritik atas dirinya yang ia gunakan untuk mengembangkan diri agar menjadi lebih baik.

Sementara itu, menurut Lauster (Kushartanti, 2009: 41), menguraikan rasa percaya diri menjadi lima aspek sebagai berikut.

a. Keyakinan akan kemampuan diri, yaitu sikap positif seseorang tentang dirinya bahwa dia mengerti sungguh-sungguh akan apa yang dilakukannya.

b. Optimis, yaitu sikap positif seseorang yang selalu berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri, harapan, dan kemampuan. c. Obyektif, yaitu orang yang percaya diri memandang permasalahan atau

segala sesuatu sesuai dengan kebenaran semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau menurut dirinya sendiri.

d. Bertanggung jawab, yaitu kesediaan seseorang untuk menanggung segala sesuatu yang telah terjadi dan konsekuensinya.

(29)

Pendapat pertama membagi aspek percaya diri berdasarkan wilayah tingkah laku, emosi, dan spiritual. Berbeda dengan pendapat pertama, pendapat kedua menggolongkan rasa percaya diri menjadi lima aspek. Kelima aspek tersebut adalah keyakinan akan kemampuan, optimis, obyektif, bertanggung jawab, serta rasional atau realistis. Kelima aspek yang diungkapkan merupakan jabaran dari sikap-sikap yang mempengaruhi rasa percaya diri seseorang.

Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan, aspek rasa percaya diri yang lebih ditekankan yaitu pada pembagian aspek percaya diri berdasarkan wilayah tingkah laku, emosi, dan spiritual. Seseorang dapat mengembangkan rasa percaya diri dengan cara mengolah ketiga aspek tersebut sebagai sasaran. Beberapa kemampuan yang dimiliki oleh orang yang memiliki rasa percaya diri adalah kemampuan menghadapi masalah, bertanggung jawab terhadap keputusan dan tindakannya, kemampuan dalam bergaul dan kemampuan menerima kritik. Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa aspek rasa percaya diri dibagi menjadi lima yaitu keyakinan akan kemampuan, optimis, obyektif, bertanggung jawab, serta rasional atau realistis. Kelima aspek tersebut merupakan unsur-unsur yang ada dalam diri seseorang yang memiliki rasa percaya diri.

3. Ciri-ciri Rasa Percaya Diri

(30)

yang mencerminkan sikap percaya diri adalah “yakin pada diri sendiri, tidak bergantung pada orang lain, tidak ragu-ragu, merasa dirinya berharga, tidak menyombongkan diri, dan memiliki keberanian untuk bertindak”.

Menurut pendapat di atas, orang yang percaya diri memiliki perilaku yakin akan kemampuan dirinya dan memiliki perasaan bahwa dia mampu berperan. Selain yakin akan kemampuannya, orang yang percaya diri juga memiliki keyakinan dan keberanian dalam bertindak. Orang yang memiliki rasa percaya diri tidak tergantung pada orang lain. Meskipun demikian, bukan berarti orang yang percaya diri memiliki sifat yang sombong. Selanjutnya, Fatimah (2010: 149-150) memberikan pendapatnya mengenai beberapa ciri atau indikator individu yang mempunyai rasa percaya diri yang proporsional. Beberapa ciri tersebut adalah sebagai berikut.

a. Percaya akan kompetensi atau kemampuan diri, hingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, maupun penghormatan dari orang lain. b. Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh

orang lain atau kelompok.

c. Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain, berani menjadi diri sendiri.

(31)

f. Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi di luar dirinya.

g. Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan itu terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi.

Pendapat yang disampaikan memiliki kemiripan dengan pendapat sebelumnya, namun ada beberapa penambahan dalam penyampaiannya. Orang yang percaya diri menunjukkan karakter asli dirinya dan tindakannya tidak dibuat-buat. Selain itu, ia berani menerima penolakan dari orang lain. Orang yang percaya diri tidak tergantung pada suasana hati atau mood. Sedangkan Hakim (2005: 5) menyebutkan ciri-ciri atau indikator seseorang yang mempunyai rasa percaya diri tinggi adalah sebagai berikut.

a. Bersikap tenang dalam mengerjakan segala sesuatu. b. Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai.

c. Mampu menetralisasi ketegangan yang muncul di dalam berbagai situasi. d. Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi.

e. Memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang penampilannya.

f. Memiliki kecerdasan yang cukup.

g. Memiliki tingkat pendidikan formal yang cukup.

h. Memiliki keahlian atau keterampilan yang menunjang kehidupannya. i. Memiliki kemampuan bersosialisasi.

j. Memiliki latar belakang pendidikan keluarga yang baik.

k. Memiliki pengalaman hidup yang menempa mentalnya menjadi kuat dan tahan di dalam menghadapi berbagai cobaan hidup.

l. Selalu bereaksi positif dalam menghadapi berbagai masalah.

(32)

berpendapat bahwa orang yang memiliki rasa percaya diri juga tidak hanya dilihat dari sifatnya saja. Rasa percaya diri dapat diketahui dari kondisi mental dan fisik, kecerdasan, pendidikan, keterampilan atau keahlian yang dimiliki, serta kemampuan dalam bersosialisasi dengan orang lain. Sebaliknya bahwa orang yang memiliki kepercayaan diri rendah menurut Hakim (2005: 8), cenderung bersikap sebagai berikut.

a. Mudah cemas dalam menghadapi persoalan dengan tingkat kesulitan tertentu.

b. Memiliki kelemahan atau kekurangan dari segi mental, fisik, soaial, atau ekonomi.

c. Sulit menetralisasi timbulnya ketegangan di dalam suatu situasi. d. Gugup dan terkadang bicara gagap.

e. Memiiki latar belakang pendidikan keluarga kurang baik. f. Memiliki perkembangan yang kurang baik sejak masa kecil.

g. Kurang memiliki kelebihan pada bidang tertentu dan tidak tahu bagaimana cara mengembangkan diri untuk memiliki kelebihan tertentu. h. Sering menyendiri dari kelompok yang dianggapnya lebih dari dirinya. i. Mudah putus asa.

j. Cenderung tergantung pada orang lain dalam mengatasi masalah. k. Pernah mengalami trauma.

l. Sering bereaksi negatif dalam menghadapi masalah.

(33)

4. Membangun Rasa Percaya Diri

Rasa percaya diri dapat dilatihkan kepada seseorang sejak ia masih pada masa kanak-kanak. Surya (2005: 71), menyumbangkan pendapatnya mengenai hal-hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan rasa percaya diri anak dengan rincian sebagai berikut.

a. Mengajarkan anak untuk berpikir positif, seperti mengucapkan hal-hal baik tentang dirinya dan menghindari mengatakan hal-hal buruk tentang dirinya. b. Mengajarkan anak untuk berpikir bahwa dirinya mampu berbuat sesuatu

seperti yang dilakukan orang lain.

c. Mengajarkan anak untuk tidak menyerah walaupun terkadang timbul perasaan tidak yakin.

d. Mengajarkan anak untuk tidak terlalu memikirkan pendapat orang lain tentang dirinya atau penampilannya.

e. Mengajarkan anak untuk bersikap ramah terhadap orang lain. f. Membuang sikap murung dan menjalani hidup dengan optimis.

(34)

rasa percaya diri pada anak, kita perlu memperhatikan pendidikan yang akan diberikan di antaranya dalam lingkungan keluarga dan di lingkungan sekolah. a. Lingkungan pendidikan keluarga

Pendidikan keluarga merupakan pendidikan yang pertama dialami seorang anak. Pendidikan keluarga juga merupakan pendidikan yang utama, pertama dan utama yang sangat menentukan. Pendidikan keluarga sangat mempengaruhi baik buruknya kepribadian seseorang. Menurut Hakim (2005: 122) ada beberapa pola pendidikan keluarga yang dapat diterapkan untuk membangun rasa percaya diri pada anak di antaranya adalah sebagai berikut.

1) Menerapkan pola pendidikan yang demokratis. Di dalam pendidikan keluarga yang demokratis, proses penanaman nilai-nilai dilakukan dengan lebih mengutamakan pemberian pengertian yang mendalam secara persuasif. Selain diberi pengertian, anak pun diberi hak untuk bertanya, mengemukakan pendapat, dan melakukan protes secara santun yang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya

2) Melatih anak untuk berani berbicara tentang banyak hal. Salah satu hal yang bisa dilakukan orang tua untuk membina rasa percaya diri anak adalah dengan melatihnya berani berbicara tentang banyak hal yang menyangkut dirinya. Dengan cara ini, anak akan terlatih untuk berani menyatakan isi hati, berani bertanya berani berdebat secara sehat, dan berani menyatakan mana yang benar dan yang salah.

(35)

tua bisa menumbuhkan sikap mandiri pada anak-anak dengan membiasakannya melakukan tugas-tugas secara mandiri.

4) Hindarkan sikap terlalu melindungi. Sikap orang tua yang terlalu melindungi akan menumbuhkan sikap ketergantungan dan rasa tidak percaya diri anak untuk bisa mengerjakan sesuatu secara mandiri. Selain itu anak akan selalu dihinggapi rasa tidak percaya diri setiap kali ia dihadapkan pada suatu masalah yang muncul.

5) Tumbuhkan sikap bertanggung jawab pada anak. Tanggung jawab merupakan suatu sikap yang memungkinkan seseorang berani melakukan sesuatu yang dinilainya baik dan berani menanggung resiko apapun yang timbul setelah ia melakukan suatu perbuatan.

6) Berikan pendidikan agama sejak dini. Jika seseorang ingin memiliki rasa percaya diri yang baik, terlebih dulu ia harus bisa memahami kelemahan dan kelebihan dirinya secara objektif. Dengan pendidikan agama anak akan bisa meyakini bahwa ia bisa mempunyai kelebihan yang bisa dikembangkan. Ia pun bisa mempunyai kelemahan yang harus diusahakan agar tidak menjadi masalah.

b. Lingkungan pendidikan sekolah

(36)

1) Memupuk keberanian untuk bertanya. Gejala yang sering terjadi saat guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya adalah mereka merasa malu, enggan, dan tidak berani bertanya. Mereka tidak menyadari bahwa perilaku tersebut sama saja dengan memumpuk tumbuhnya rasa tidak percaya diri. Oleh karena itu, orang tua dan guru perlu memberikan suatu pengertian dan keyakinan kepada siswa bahwa salah satu cara yang efektif untuk mengembangkan rasa percaya diri adalah dengan selalu mencoba memberanikan diri untuk bertanya.

2) Melatih diskusi. Dengan melatih diskusi siswa akan terbiasa untuk berpikir dan mengemukakan pendapat atau argumen yang diyakininya adalah benar dan mempertahankannya. Sehingga akan membangun rasa percaya diri dalam tempo relatif lebih cepat apabila mereka sering dilatih untuk berdiskusi.

3) Mengerjakan soal di depan kelas. Setiap kali siswa mengerjakan soal di depan kelas, mereka harus memberanikan diri untuk tampil di depan orang dalam jumlah cukup besar. Rasa percaya diri akan bisa dikembangkan dengan melibatkan diri di dalam suatu kegiatan yang bisa ditampilkan di depan banyak orang.

4) Bersaing dalam mencapai prestasi belajar. Setiap orang yang mau melibatkan dirinya di dalam suatu persaingan yang sehat dan mau memenangkan persaingan secara sehat pula, haruslah berusaha keras untuk membangkitkan keberanian, semangat juang, dan rasa percaya diri yang maksimal.

(37)

tertentu. Latihan kepemimpinan merupakan latihan yang sangat bermanfaat untuk bisa meningkatkan rasa percaya diri.

6) Menjadi pemimpin upacara. Siswa yang menjadi pemimpin upacara akan menghadapi siswa lain yang jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan saat ia memimpin siswa di kelasnya. Memimpin upacara merupakan suatu latihan kepemimpinan yang tantangannya jauh lebih berat. Jika siswa sudah terbiasa menjadi pemimpin upacara maka rasa percaya dirinya akan lebih pesat lagi.

Berdasarkan paparan di atas, ada dua lingkungan pendidikan yang digunakan untuk menumbuhkan rasa percaya diri anak yaitu lingkungan pendidikan keluarga dan lingkungan pendidikan sekolah. Pada lingkungan pendidikan keluarga, anak dilatih untuk berani berbicara, bersikap mandiri, dan bertanggung jawab. Orang tua memiliki peran untuk menyelenggarakan pola pendidikan yang demokratis dan memberikan pendidikan agama kepada anak sejak dini. Selain itu, orang tua orang tua sebaiknya jangan terlalu melindungi agar anak tidak menjadi sangat tergantung pada orang tua. Pada lingkungan pendidikan sekolah, anak dilatih percaya diri dengan cara memberikan kesempatan bertanya, diskusi, mengerjakan soal di depan kelas, berkompetisi secara akademik, dan memegang suatu peran seperti ketua kelas atau pemimpin upacara.

(38)

a. Memberi semangat dan dorongan bagi kemajuan anak

Pada usia ini anak mempunyai kebutuhan untuk membuktikan kemampuan dan prestasi. Anak mengharapkan orang-orang di sekitarnya menghargai dan mengakui prestasi yang ada pada dirinya.

b. Memahami beban dan kesulitan serta beri ruang untuk kegagalan

Ketika anak mengalami kegagalan jangan cemooh atau memarahinya. Hibur anak dan bimbing ia untuk meraih kesuksesan.

c. Memberi ungkapan kasih sayang secara eksplisit

Berikan kasih sayang kepada anak. Orang tua dapat mengungkapkan persaan sayangnya pada anak agar anak berjiwa besar dan merasa dihargai oleh orang tua. d. Memberi penghargaan atas usaha yang dilakukan oleh anak

Setiap anak pasti berusaha untuk berhasil melakukan suatu hal. Sebagai motivasi atas usaha yang telah dilakukan, orang tua dapat memberikan penghargaan atas jerih payah anak.

e. Memberi tangung jawab untuk melakukan sebagian kegiatan rumah

Tanggung jawab akan melatihnya memiliki kepercayaan diri yang lebih besar. Sebagai contoh anak dapat diberikan tanggung jawab membersihkan ruang belajar dan kamar tidurnya. Hal tersebut akan meningkatkan sikap percaya diri pada anak. f. Memberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat dan keinginan

(39)

g. Memfasilitasi hobi dan bakat atau kemampuan yang dimiliki anak

Hobi yang dimiliki anak sebaiknya dikembangkan. Hobi dapat menumbuhkan motivasi anak untuk dapat melakukan sesuatu dengan baik. Memfasilitasi hobi anak akan menumbuhkan kepercayaan diri yang lebih pada anak.

Pada prinsipnya, untuk melatih rasa percaya diri pendapat di atas lebih menekankan pada dukungan moral, dukungan material, serta pembiasaan kepada anak. Orang tua memberikan motivasi, semangat, perhatian, serta penghargaan atas usaha yang telah dicapai anak. Jika memungkinkan orang tua menyediakan fasilitas-fasilitas yang mendukung kegemaran atau hobi anak. Tujuannya adalah agar anak dapat berlatih mengekspresikan apa yang menjadi kemauannya. Selain itu, perlu membiasakan anak untuk bertanggung jawab dan berani menyampaikan pendapat.

(40)

B.Kajian tentang Tanggung Jawab

1. Pengertian Tanggung Jawab

Tanggung jawab menurut Indah, et al., (2003: 119) diartikan sebagai kewajiban untuk menanggung segala sesuatu atas tugas dan perbuatannya. Tanggung jawab berarti kesiapan untuk menerima konsekuensi-konsekuensi atas keputusan dan tindakan yang dipilih. Dengan kata lain tanggung jawab muncul sebagai akibat dari keputusan atau tindakan yang dilakukan seseorang. Keputusan atau tindakan yang dilakukan tersebut mempunyai dampak yang mengiringi yang sering disebut sebagai risiko. Orang yang bertanggung jawab berani menerima segala risiko yang muncul akibat pengambilan keputusan maupun tindakan yang dilakukan.

Tanggung jawab menurut Lickona dalam bukunya (2012: 73) adalah melaksanakan sebuah pekerjaan atau kewajiban dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, maupun di lingkungan tempat bekerja dengan sepenuh hati dan memberikan yang terbaik. Tanggung jawab dalam melaksanakan pekerjaan dapa dibuktikan dengan cara bekerja sepenuh hati dan memberikan yang terbaik. Kewajiban untuk bekerja merupakan konsekuensi dari keputusannya memiliki atau melakukan pekerjaan. Seseorang dapat memiliki kewajiban atas keputusan atau tindakan yang dilakukan di mana saja ia berada.

(41)

Seseorang yang memikul tanggung jawab mempunyai beban untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagaimana yang seharusnya dia lakukan. Tanggung jawab muncul berupa perwujudan kesadaran atas kewajiban seseorang untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang disebabkan oleh keputusan yang telah diambil.

Berdasarkan beberapa pengertian tanggung jawab di atas, dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab adalah sikap sadar untuk menanggung beban atau menjalankan konsekuensi yang muncul sebagai akibat dari keputusan yang telah diambil dengan bersungguh-sungguh. Oleh karena itu, kesungguhan seseorang dalam menjalankan kewajibannya dapat menentukan seberapa besar sikap tanggung jawab yang ia miliki. Kewajiban seseorang untuk menanggung segala risiko yang timbul akibat keputusannya dapat diperoleh di manapun ia berada. Hal tersebut karena seseorang dalam menjalankan kehidupannya tidak terlepas dari tuntutan untuk mengambil keputusan.

2. Macam-macam Tanggung Jawab

Menurut Mustari (2014: 24-26), tanggung jawab dikategorikan menjadi tiga macam, yaitu: tanggung jawab personal, tanggung jawab moral, dan tanggung jawab sosial.

a. Tanggung jawab personal

(42)

dirinya dan yakin bahwa kesuksesan yang dicapainya adalah hasil dari usahanya sendiri. Sedangkan kontrol eksternal yaitu keyakinan pada takdir dengan tujuan untuk memastikan kesuksesannya.

b. Tanggung jawab moral

Tanggung jawab moral biasanya merujuk pada pemikiran bahwa seseorang mempunyai kewajiban moral dalam situasi tertentu. Penjelasan lain yang dikemukakan oleh Waller (2011: 13) menyatakan bahwa keyakinan dasar dalam tanggung jawab moral bukan merupakan produk akal, tetapi emosi secara mendalam. Kewajiban bertanggung jawab seringi membawa pada apa yang disebut tanggung jawab hukum (legal responsibility). Seseorang secara hukum bertanggung jawab bagi suatu peristiwa ketika dirinya menjadi penyebab terjadinya suatu peristiwa.

c. Tanggung jawab sosial

Tanggung jawab sosial (social responsibility) adalah tanggung jawab yang ditujukan manusia terhadap masyarakat di sekelilingnya. Tanggung jawab sosial bukan hanya masalah memberi atau tidak membuat kerugian kepada masyarakat. Tetapi tanggung jawab sosial merupakan sifat-sifat yang perlu dikendalikan dalam hubungannya dengan orang lain.

(43)

karena seseorang memiliki kewajiban moral setelah menyebabkan terjadinya suatu peristiwa. Sedangkan tanggung jawab sosial adalah tanggung jawab yang diperlukan untuk mengendalikan sifat-sifat demi menjaga hubungan dengan orang di sekitarnya.

Menurut Sudibyo, et al., (2013: 105-109) macam atau jenis tanggung jawab dikelompokkan menjadi: tanggung jawab terhadap diri sendiri, tanggung jawab terhadap manusia atau masyarakat, tanggung jawab terhadap lingkungan, dan tanggung jawab terhadap Tuhan.

a. Tanggung jawab terhadap diri sendiri

Tanggung jawab terhadap diri sendiri menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi.

b. Tanggung jawab terhadap manusia atau masyarakat

Tanggung jawab ini menuntut adanya kesadaran manusia untuk memenuhi kewajibannya dalam hubungan hidup bermasyarakat. Selain keseimbangan antara hak dan kewajiban, juga dituntut pengorbanan dan pengabdian dalam masyarakat. c. Tanggung jawab terhadap lingkungan

Tanggung jawab ini menekankan pada kesadaran manusia untuk memenuhi kewajibannya atau pengorbanannya dalam membina dan melestarikan lingkungan hidup yang baik, teratur, dan sehat.

d. Tanggung jawab terhadap Tuhan

(44)

Tanggung jawab menurut pendapat di atas dikelompokkan menjadi empat macam yaitu tanggung jawab terhadap diri sendiri, tanggung jawab terhadap manusia, tanggung jawab terhadap lingkungan, dan tanggung jawab terhadap Tuhan. Seseorang memiliki kewajiban untuk mengembangkan kepribadian sebagai bentuk tanggung jawab kepada dirinya sendiri. Ketika seseorang berada dalam masyarakat ia berkewajiban untuk mengabdikan dirinya agar tercipta hubungan baik dengan masyarakat. Tanggung jawab seseorang kepada lingkungan yaitu dengan cara melestarikan alam agar agar lingkungan yang sehat. Terakhir yaitu tanggung jawab terhadap Tuhan, manusia dituntut untuk memenuhi kewajibannya sebagai makhluk ciptaan Tuhan.

Sedangkan macam tanggung jawab menurut Widagdho (1994: 146-149) meliputi: tanggung jawab kepada keluarga, tanggung jawab kepada masyarakat, tanggung jawab kepada bangsa/negara, dan tanggung jawab kepada Tuhan.

a. Tanggung jawab kepada keluarga

Setiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarganya. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik keluarga yang meliputi kesejahteraan, keselamatan, pendidikan, dan kehidupan.

b. Tanggung jawab kepada masyarakat

(45)

c. Tanggung jawab kepada bangsa/negara

Manusia sebagai warga negara, dalam berpikir, berbuat, bertindak, dan bertingkah laku terikat oleh norma-norma atau aturan-aturan yang dibuat oleh negara. Bila perbuatan manusia itu salah, maka ia harus bertanggung jawab kepada negara. d. Tanggung jawab kepada Tuhan

Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, manusia dapat mengembangkan diri sendiri dengan sarana-sarana yang ada pada dirinya yaitu pikiran, perasaan, seluruh anggota tubuhnya, dan alam sekitarnya. Dalam pengembangannya, manusia harus bertanggung jawab atas segala perbuatan yang salah kepada penciptanya.

Menurut pendapat di atas, tanggung jawab juga dibagi menjadi empat macam yaitu tanggung jawab terhadap keluarga, masyarakat, bangsa/negara, dan Tuhan. Terdapat dua macam tanggung jawab yang sama dengan pendapat sebelumnya yaitu tanggung jawab kepada masyarakat dan tanggung jawab kepada Tuhan. Sedangkan yang dimaksud dengan tanggung jawab kepada keluarga menurut pendapat di atas menyangkut kebaikan untuk keluarga yang diusahakan oleh masing-masing anggota keluarga. Tanggung jawab terhadap bangsa/negara diartikan sebagai perilaku mengikuti aturan yang dibuat oleh negara.

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan mengenai macam-macam tanggung jawab, secara garis besar adalah sebagai berikut.

a. Tanggung jawab terhadap diri sendiri

(46)

b. Tanggung jawab terhadap orang lain

Manusia hidup selalu membutuhkan orang lain. Oleh karena itu, manusia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya kepada orang lain. Selain itu, sebagai bagian dari masyarakat seseorang akan menerima beban tanggung jawab lain yaitu melaksanakan kewajibannya sebagai anggota masyarakat.

c. Tanggung jawab terhadap negara

Manusia sebagai warga negara mempunyai aturan atau norma yang harus dijalankan. Oleh karena itu semua tingkah laku manusia dalam kedudukannya sebagai anggota dari suatu negara akan selalu dipertanggungjawabkan kepada negara.

d. Tanggung jawab terhadap Tuhan

Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, manusia akan dimintai pertanggungjawaban oleh Tuhan Yang Maha Esa atas segala perbuatannya selama hidup sebagai pertimbangan di hari akhir.

3. Ciri-ciri Bertanggung Jawab

Menurut Clemes & Reynold (1995: 122) seorang anak dapat dikatakan bertanggung jawab apabila ia telah sesuai dengan pernyataan-pernyataan sebagai berikut.

a. Melakukan tugas secara teratur tanpa harus diingatkan setiap kali.

b. Mempunyai alasan yang dapat dijelaskannya dalam melakukan pekerjaan. c. Tidak menyalahkan orang lain.

(47)

f. Dapat mengambil keputusan yang berbeda dari orang lain dalam kelompok (teman, keluarga, dan sebagainya).

g. Mempunyai bermacam-macam tujuan atau minat yang dapat menyerap perhatiannya.

h. Menghormati dan menghargai batasan yang diberikan orang tua tanpa selalu membantah atau mendebatnya.

i. Dapat memusatkan perhatian atas tugas yang kompleks (relatif terhadap usia) selama beberapa waktu tanpa merasa frustasi berlebihan.

j. Melaksanakan apa yang dikatakan akan dilakukannya.

k. Mengakui kesalahan tanpa memberikan alasan/rasionalisasi yang berlebihan. Berdasarkan pendapat di atas, ciri-ciri orang yang bertanggung jawab yaitu mampu melakukan tugas tanpa merasa bosan. Orang yang bertanggung jawab melakukan sesuatu dengan alasan dan tujuan yang jelas. Ia mampu membuat keputusan dari berbagai pilihan tanpa tergantung pada orang lain. Mau mengakui kesalahan dan tidak menyalahkan orang lain. Selain itu, ia mempunyai tujuan dan minat yang bermacam-macam. Orang yang bertanggung jawab juga mempunyai sifat patuh pada orang tua dan konsekuen dengan perkataannya.

(48)

salah dalam mengambil suatu keputusan atau tindakan. Setelah seseorang mengambil suatu keputusan atau tindakan tersebut, ia akan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menjalankan kewajiban yang ditanggungmya.

Sedangkan Mustari (2014: 25) menyatakan bahwa tanggung jawab berarti melaksanakan tugas secara sungguh-sungguh, berani menanggung konsekuensi dari sikap, perkataan, dan tingkah lakunya. Dari hal ini timbul indikasi-indikasi yang harus terlihat dalam diri seseorang yang bertanggung jawab. Ciri-ciri tersebut di antaranya ialah:

a. Memilih jalan lurus

b. Selalu memajukan diri sendiri c. Menjaga kehormatan diri d. Selalu waspada

e. Memiliki komitmen pada tugas

f. Melakukan tugas dengan standar yang terbaik g. Mengakui semua perbuatannya

h. Menepati janji

i. Berani menanggung risiko atas tindakan dan ucapannya.

Pendapat di atas mempunyai kemiripan dengan dua pendapat sebelumnya namun ada hal lain yang ditambahkan. Menurut Mustari, orang yang bertanggung jawab cenderung memilih jalan kebenaran. Ia akan berusaha menjaga kehormatan dirinya. Hal itu ia lakukan sebagai wujud pertanggungjawaban kepada dirinya sendiri. Orang yang bertanggung jawab selalu waspada terhadap hal-hal yang dapat membuatnya salah dalam bertindak maupun mengambil keputusan.

(49)

sungguh. Selain itu, orang yang bertanggung jawab merupakan orang yang tidak mengingkari janji dan mau mengakui kesalahan yang diperbuat. Ia juga dapat mengambil keputusan dengan tidak bergantung pada orang lain. Seseorang yang bertanggung jawab memiliki tujuan-tujuan dan minat yang dapat menjadi sarana untuk memajukan dirinya.

4. Cara Mengajarkan Tanggung Jawab

Pendidikan tanggung jawab bisa dimulai sejak kanak-kanak. Mengumpulkan dan mengembangkan rasa tanggung jawab bisa melalui pembiasaan atau latihan sejak usia dini. Usia muda adalah periode dalam kehidupan seseorang di mana waktu berjalan begitu cepat dan pendek. Meskipun cepat dan pendek, usia muda merupakan masa emas manusia. Oleh karena itu, periode itu harus dimanfaatkan sepenuhnya untuk membiasakan sikap kepada anak, termasuk sikap bertanggung jawab.

(50)

Sedangkan menurut Muslich (2011: 180-182) ada tujuh cara yang dapat dilakukan untuk menjadikan anak lebih bertanggung jawab, yaitu:

a. Memulai pada saat anak masih kecil

Seiring dengan bertambahnya usia anak untuk bisa memahami, berikan anak kepercayaan untuk membantu melakukan pekerjaan. Dari kalimat tersebut, dapat diartikan bahwa untuk melatihkan tangguung jawab bisa dimulai dengan sesuatu yang sederhana, misalnya membersihkan kamarnya sendiri. Setelah anak mau membantu pekerjaan, berikan penghargaan kepada anak guna meningkatkan harga dirinya.

b. Jangan menolong dengan hadiah

Jangan memberikan anak hadiah sebagai pengganti pertolongan. Hal tersebut bertujuan agar anak memiliki rasa empati dalam diri anak. Sehingga anak akan memberikan bantuan tanpa mengharap pemberian hadiah. Lain halnya dengan memberikan hadiah sebagai wujud penghargaan atas pertolongan yang bertujuan menaikkan harga diri anak.

c. Biarkan konsekuensi alamiah menyelesaikan kesalahan anak

Ketika anak membuat kesalahan biarkan anak untuk belajar menjadi bertanggung jawab terhadap perilaku dan kesalahannya. Apabila orang tua melindungi anak dari konsekuensi yang akan diperolehnya maka sama dengan menyuruh anak untuk melakukan kesalahan yang lebih besar.

d. Ketahui ketika anak berperilaku bertanggung jawab

(51)

memberikan pengakuan. Pengakuan tersebut bertujuan agar anak mau bertanggung jawab lagi.

e. Jadikan tanggung jawab sebagai sebuah nilai dalam keluarga

Menjadikan tanggung jawab sebagai nilai dalam keluarga dapat dilakukan dengan cara berdiskusi tentang tanggung jawab dengan anak, biarkan anak mengetahui sesuatu yang dianggap bernilai. Dalam hal ini, orang tua juga dituntut untuk menjadi contoh bertanggung jawab. Seorang anak akan lebih mengetahui dan memahami dari melihat daripada mendengar.

f. Berikan izin kepada anak

Orang tua dapat melatih anak untuk bertanggung jawab melalui pemberian jatah uang. Melalui pemberian jatah uang, anak akan belajar mengambil keputusan dengan uang yang dimilikinya pada saat anak masih kecil. Apabila anak membuat kesalahan, kesalahan tersebut akan menjadi pembelajaran pada saat anak nanti hidup di dalam masyarakat.

g. Berikan kepercayaan pada anak

Memberikan kepercayaan kepada anak merupakan cara yang sangat penting untuk menjadikan anak bertanggung jawab. Seorang anak tidak subyektif, tetapi mereka memandang dirinya dari lingkungan sekitar yang merespon kepadanya. Bila anak dilihat sebagai pribadi yang bertanggung jawab, dia juga akan tumbuh sesuai harapan. Bila menyuruh anak, biarkan anak memahami instruksi agar anak bisa memenuhinya.

(52)

sekedar memberikan tugas-tugas kepada anak. Menurut pendapat di atas, sikap tanggung jawab dapat dibangun dengan cara memulai mengajarkan tanggung jawab sejak anak masih kecil. Sebaiknya tidak membiasakan memberikan imbalan kepada anak. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan empati anak. Orang tua sebaiknya tidak terlalu melindungi anak, agar anak berlatih menyelesaikan masalahnya sendiri terlebih dahulu. Jika anak mampu melakukan perilaku yang menunjukkan sikap bertanggung jawab sebaiknya anak diberi penghargaan agar anak lebih termotivasi. Orang tua juga harus memberikan contoh bertanggung jawab yang baik kepada anak. Selain itu, pemberian kepercayaan kepada anak agar anak tidak merasa terkekang dan mampu mengembangkan sikap tanggung jawabnya.

(53)

C.Kajian tentang Kemampuan Interpersonal

1. Pengertian Kemampuan Interpersonal

Kecerdasan interpersonal menurut Lwin, et al., (2008: 197) adalah kemampuan untuk berhubungan dengan orang-orang di lingkungan sekitar. Kecerdasan yang dimaksud adalah kemampuan untuk memahami dan memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati, maksud, dan keinginan orang lain kemudian menanggapinya secara layak. Menurut pendapat tersebut kecerdasan interpersonal didefinisikan sebagai suatu kemampuan, oleh karena itu tidak salah apabila kecerdasan interpersonal dapat disebut juga sebagai kemampuan interpersonal. Dalam penelitian ini, peneliti lebih menekankan untuk menggunakan istilah kemampuan interpersonal. Penggunaan istilah kemampuan bertujuan agar penelitian lebih mengarah pada pengungkapan aspek-aspek kemampuan interpersonal tanpa melalui serangkaian tes yang dibakukan.

(54)

baik ingin agar orang lain yang berada di sekitarnya menjadi lebih maju atau mendapatkan manfaat melalui hubungan yang terjalin.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan interpersonal adalah kemampuan seseorang untuk dapat memahami perasaan, temperamen, suasana hati, maksud, serta keinginan orang lain. Kecerdasan interpersonal penting bagi seseorang, karena manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan bantuan orang lain. Seseorang yang memiliki kemampuan interpersonal dapat menjalin hubungan kedekatan dan memberikan pengaruh kepada orang lain sebagai relasinya.

2. Macam Kemampuan Interpersonal

Kemampuan interpersonal menurut Safaria (2005: 24-25) diklasifikasikan ke dalam tiga dimensi, yaitu:

a. Social sensitivity

Social sensitivity atau sensitivitas sosial yaitu kemampuan seseorang untuk

mampu merasakan dan mengamati reaksi-reaksi atau perubahan orang lain yang ditunjukkannya baik secara verbal maupun nonverbal.

b. Social insight

Social insightatau wawasan sosial yaitu kemampuan seseorang untuk memahami

(55)

c. Social communication

Social communication atau penguasaan keterampilan komunikasi sosial adalah

kemampuan seseorang untuk menggunakan proses komunikasi dalam menjalin dan membangun hubungan interpersonal yang sehat.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa kemampuan interpersonal memiliki tiga dimensi yaitu sensitivitas sosial, wawasan sosial, dan komunikasi sosial. Sensitivitas sosial berkaitan dengan sikap peka terhadap lingkungan sosial di sekitarnya. Jika kepekaan sosial seseorang baik maka ia akan mudah memahami dan menyadari reaksi yang ditunjukkan oleh orang lain. Wawasan sosial yaitu kemudahan seseorang untuk mencari jalan keluar suatu masalah. Melalui wawasan sosial seseorang dapat dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan sosial di sekitarnya karena ia mampu memahami keadaan dirinya maupun orang lain. Sedangkan komunikasi sosial adalah kemampuan seseorang untuk melakukan komunikasi dengan orang lain. Proses komunikasi sangat penting bagi seseorang yang menjalin dan membangun hubungan.

Sementara itu dalam bukunya, Suyono (2007: 106) mengelompokkan kemampuan interpersonal menjadi dua kelompok, yaitu:

a. Ranah kognitif

(56)

lain yang meliputi wajah, perubahan nada suara, dan gerak tubuh. Selain itu, ia juga memiliki kemampuan membaca isyarat dalam konteks realitas kehidupan. Terkait hal tersebut, ada enam kemampuan kognitif yang diterangkan oleh O`Sullivan, yaitu:

1) Kognisi unit perilaku. Kognisi unit perilaku merupakan kemampuan mengidentifikasi tingkat kemampuan mental internal individu. Kemampuan ini digunakan untuk melihat potensi yang ada pada diri sendiri.

2) Kognisi perilaku kelompok. Kognisi perilaku kelompok merupakan kemampuan dalam menjalin kebersamaan di dalam kelompok. Ditandai dengan pengolahan mental untuk bersama-sama dengan orang lain.

3) Kognisi perilaku hubungan. Kognisi perilaku hubungan merupakan kemampuan menginterpretasi arti secara penuh hubungan antara perbuatan atau perilaku satu sama lain.

4) Kognisi sistem perilaku. Kognisi sistem perilaku merupakan kemampuan menginterpretasi bagian-bagian perilaku sosial. Kemampuan ini berpengaruh bagi ketepatan seseorang dalam menyikapi, menanggapi, dan merespon dari gejala atau perilaku sosial yang terjadi.

(57)

b. Ranah perilaku

Khilstrom dan Cantor (Suyono, 2007: 110) menemukan bentuk perilaku kecerdasan sosial yang berupa kompetensi sosial, di antaranya adalah sebagai berikut.

1) Menerima orang lain. Orang yang memiliki kecerdasan sosial mampu untuk: a) menerima orang lain dengan segala kelebihan dan kekurangannya; b) memahami dan memperlakukan orang lain secara tepat; c) selalu membuka diri untuk bergaul dengan orang-orang baru; d) berusaha untuk selalu memperluas interaksi dengan orang lain; e) berusaha membuat orang lain yang bersamanya menjadi maju dan berkembang.

2) Mengakui kesalahan yang diperbuat. Orang yang mempunyai kecerdasan sosial mempunyai kearifan dan keberanian untuk menyadari dan mengakui kesalahan yang diperbuatnya. Kalau ada orang-orang yang berada di sekitarnya merasa tersinggung dan dirugikan atas perilakunya, dia akan segera minta maaf.

3) Tepat waktu dalam membuat perjanjian. Orang yang memiliki kecerdasan sosial tidak gampang terpengaruh oleh orang lain. Meski orang lain tidak tepat waktu, orang yang kecerdasan sosialnya tinggi justru memberikan teladan pada orang lain agar memiliki perilaku disiplin.

(58)

5) Berpikir, berbicara, dan bertindak secara sistemik. Orang yang kecerdasan sosialnya baik akan mengemukakan secara rasional dan runtut mengenai buah pikirannya pada orang lain dengan bahasa yang indah. Gagasan tersebut bukan sebatas pemikiran saja tetapi orang tersebut juga konsisten untuk melakukannya.

6) Menunjukkan rasa ingin tahu. Orang yang memiliki kecerdasan sosial dalam dirinya ada motivasi yang tinggi untuk mendapatkan khasanah pengetahuan baru. Orang tersebut bersedia belajar pada orang-orang yang berbeda latar belakang sosial dan budayanya.

7) Tidak membuat penilaian tergesa-gesa. Bila mengevaluasi peristiwa sebagai dasar menyikapi kejadian untuk mengambil suatu tindakan, orang tersebut akan berpikir secara mendalam.

8) Membuat penilaian secara obyektif. Orang yang cerdas secara sosial menggunakan intelektualitasnya untuk menilai sesuatu yang ada di luar dirinya. Orang tersebut secara rasioanl menilai realitas apa adanya.

9) Meneliti informasi terlebih dahulu sebagai bahan pertimbangan memecahkan masalah. Orang akan mengumpulkan referensi terlebih dahulu, melakukan observasi, dan mendalami masalah sebelum memecahkan suatu masalah. Cara ini dilakukan sebagai pijakan untuk mencari akar masalah.

(59)

lain, kita dapat memberikan sesuai dengan apa yang ia inginkan dan butuhkan.

11) Menunjukkan perhatian segera terhadap lingkungan. Apabila lingkungan membutuhkan pertolongan, orang yang cerdas sosial segera memberikan bantuan sesuai dengan kemampuan yang dia miliki. Orang tersebut merasa bahagia dan puas batin bila lingkungan yang dibantunya dapat menyelesaikan masalah dengan baik.

12) Membuka diversi sosial di masyarakat. Kemampuan seseorang dalam membaca diversi sosial secara obyektif akan melahirkan pemahaman, penghormatan, dan penghargaan terhadap kelompok masyarakat yang berbeda.

13) Memahami pentingnya pembinaan diri seumur hidup. Kesadaran diri bahwa dirinya memiliki banyak kekurangan membuat seseorang mengakui kelebihan-kelebihan orang lain. Kerelaan untuk mengakui kelebihan orang lain mendorong seseorang untuk belajar dari orang lain. Sehingga pengetahuan yang didapat dari orang lain dapat digunakan sebagai acuan untuk memperbaiki diri.

14) Mengenal tuntutan sosial, aksi sosial, dan merancang reformasi sosial. Ketika menemui ketidakberesan, ketidakadilan, dan ketidakpuasan, beberapa kelompok melakukan tuntutan dengan unjuk rasa atau demonstrasi.

(60)

menolong sangat dibutuhkan. Bantuan dapat kita berikan sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Pendapat di atas mengelompokkan kecerdasan atau kemampuan interpersonal menjadi dua ranah, yaitu ranah kognitif dan ranah perilaku. Ranah kognitif berhubungan dengan penilaian seseorang terhadap orang lain dan lingkungannya dengan menggunakan proses kognisi sosial. Sedangkan ranah perilaku yaitu bentuk kecerdasan atau kemampuan sosial seseorang berupa kompetensi sosial. Kompetensi sosial yang dimaksud adalah berupa standar-standar yang seharusnya dimiliki oleh seseorang yang memiliki kecerdasan atau kemampuan interpersonal yang tinggi.

Berdasarkan dua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan interpersonal menurut dimensinya dibagi menjadi tiga yaitu sensitivitas sosial, wawasan sosial, dan komunikasi sosial. Jika ingin mengembangkan atau meningkatkan kemamuan interpersonal perlu memperhatikan ketiga dimensi yang telah disampaikan. Sementara itu, pendapat kedua mengelompokkan kemampuan interpersonal menjadi dua ranah, yaitu ranah kognitif dan ranah perilaku. Pada dasarnya penjelasan dari masing-masing ranah merupakan jabaran yang lebih rinci dari masing-masing dimensi yang disampaikan sebelumnya.

3. Karakteristik Kemampuan Interpersonal

(61)

b. Lebih suka menyendiri.

c. Menarik diri dari orang lain, misalnya pada saat pesta anak-anak. d. Merebut dan mengambil mainan dari anak-anak lain.

e. Memukul dan menendang anak-anak lain dan sering terlibat dalam perkelahian.

f. Tidak suka bergiliran.

g. Tidak suka berbagi dan sangat posesif (menonjolkan kepemilikan) akan mainannya.

h. Menjadi agresif dan berteriak-teriak ketika dia tidak mendapatkan yang dia inginkan.

Selanjutnya, beberapa indikator kecerdasan atau kemampuan interpersonal yang tinggi menurut Lwin, et al., (2008: 205) adalah sebagai berikut.

a. Berteman dan berkenalan dengan mudah. b. Suka berada di sekitar orang lain.

c. Ingin tahu mengenai orang lain dan ramah terhadap orang asing.

d. Menggunakan bersama mainannya dan berbagi makanan dengan teman-temannya.

e. Mengalah kepada anak-anak lain.

f. Mengetahui bagaimana menunggu gilirannya selama bermain.

(62)

Sementara itu, menurut Safaria (2005: 25) karakteristik anak yang memiliki kecerdasan atau kemampuan interpersonal yang tinggi ditunjukkan dengan hal-hal sebagai berikut.

a. Mampu mengembangkan dan menciptakan relasi sosial baru secara efektif.

b. Mampu berempati dengan orang lain atau memahami orang lain secara menyeluruh.

c. Mampu mempertahankan relasi sosialnya secara efektif sehingga tidak musnah dimakan waktu dan senantiasa berkembang semakin intim, mendalam, dan penuh makna.

d. Mampu menyadari komunikasi verbal maupun nonverbal yang dimunculkan orang lain.

e. Mampu memecahkan masalah yang terjadi dalam relasi sosialnya dengan pendekatan win-win solution serta mencegah masalah baru muncul dalam relasi sosialnya.

f. Memiliki keterampilan komunikasi yang mencakup keterampilan mendengarkan, berbicara, dan menulis secara efektif.

Menurut pendapat di atas, seorang anak yang memiliki kemampuan interpersonal yang tinggi adalah ia yang mampu menjalin hubungan atau relasi dengan orang lain. Selain itu, ia juga mampu memahami reaksi-reaksi yang dimunculkan orang lain sebagai bentuk komunikasi. Masalah yang dihadapinya ia selesaikan melalui pendekatan win-win solution, tidak semata-mata menguntungkan dirinya sendiri.

(63)

bentuk komunikasi. Jika ia menghadapi masalah akan diselesaikan secara adil, tidak semata-mata menguntungkan dirinya sendiri.

4. Cara Mengembangkan Kemampuan Interpersonal

Kemampuan interpersonal memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi dan memahami orang lain. Kemampuan interpersonal yang dikembangkan dengan baik akan sangat menentukan keberhasilan seseorang dalam hidupnya setelah menyelesaikan pendidikan formal. Kemampuan interpersonal sangat berperan dalam membentuk dan mempertahankan suatu hubungan yang dijalani seseorang dalam hidupnya. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengembangkan kemampuan interpersonal yang dimiliki seseorang. Menurut Gunawan (2005: 119-120) cara mengembangkan kemampuan interpersonal adalah sebagai berikut. a. Melatih kemampuan berkomunikasi efektif secara verbal dan nonverbal.

b. Mempelajari dan mengerti serta peka terhadap mood, motivasi, dan perasaan orang lain.

c. Membiasakan bekerja sama dalam suatu kelompok.

d. Belajar dalam suatu kelompok atau belajar dengan cara berkolaborasi. e. Menjadi mediator dalam penyelesaian suatu konflik.

f. Mengamati dan mengerti maksud tersembunyi dari suatu sikap, perilaku, dan cara pandang seseorang.

g. Belajar melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain. h. Menciptakan dan mempertahankan kerja sama.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Tabel 1. Daftar Siswa Kelas V SD se-Gugus II
Tabel 2. Daftar Jumlah Sampel Siswa
Tabel 3. Kisi-kisi Skala Rasa Percaya Diri
+7

Referensi

Dokumen terkait

Methanol-Water Membrane Reactor for Hydrogen Production, Proceedings of the 18th Symposium of Malaysian Chemical Engineers, 13 – 14 December 2004, Universiti Teknologi

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen sumber daya manusia merupakan cabang dari manajemen yang mengatur manusia sebagai tenaga kerja dengan segala

Pengukuran waktu pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menentukan lamanya waktu kerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesifik yang dibutuhkan oleh

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia, kemudahan dan kelancaran bagi

Akhirnya, di akhir tulisan ini saya ingin menyampaikan pergulatan ideologi yang juga menjadi sandungan bagi terbentuknya ikatan alumni ini, saya akan merasakan kesedihan yang

Abstrak: waktu berjalan linear pada aksi yang kita lakukan, tetapi setelah aksi tersebut dilakukan, akan menjadi masa lalu yang tersusun menjadi alur waktu yang telah kita lakukan

Makanan salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas, karena bila jumlah makanan dan porsi makanan lebih banyak, maka tubuh akan merasa mudah lelah, dan tidak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya pendapatan yang diperoleh usaha peternakan ayam broiler, mengetahui pengaruh faktor skala usaha, harga jual