• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Dukungan Sosial dengan M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hubungan antara Dukungan Sosial dengan M"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN MINAT MENJADI WARTAWAN PADA ANGGOTA LEMBAGA PERS MAHASISWA DI

PERGURUAN TINGGI SE-KOTA PADANG

Boy Hilman1, Isna Asyri Syahrina 2, Herio Rizki Dewinda3

1Fakultas Psikologi Universitas Putra Indonesia YPTK Padang 2Fakultas Psikologi Universitas Putra Indonesia YPTK Padang 3Fakultas Psikologi Universitas Putra Indonesia YPTK Padang

E-mail: boyhilman@gmail.com, isnasyeko@gmail.com,hrdewinda@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan minat menjadi wartawan pada anggota lembaga pers mahasiswa di perguruan tinggi se-kota Padang. Populasi pada penelitian ini adalah anggota lembaga pers mahasiswa yang ada di perguruan tinggi kota Padang yang berjumlah 259 orang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 155 orang. Hasil uji coba pada skala dukungan sosial koefisien validitas ditetapkan ≥ 0,30 sehingga diperoleh nilai yang berkisar antara 0,330 sampai dengan 0,701. Sedangkan hasil uji coba pada skala minat menjadi wartawan koefisien validitas ditetapkan ≥ 0,30 sehingga diperoleh nilai yang berkisar antara 0,305 sampai dengan 0,785. Nilai koefisien reliabilitas pada skala dukungan sosial diperoleh sebesar 0,912 dan nilai koefisien reliabilitas pada skala minat menjadi wartawan diperoleh sebesar 0,934. Hasil uji hipotesis menunjukkan koefisien korelasi antara variabel dukungan sosial dengan variabel minat menjadi wartawan diperoleh sebesar r= 0,318 dengan taraf signifikansi p = 0,000 artinya terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan minat menjadi wartawan. Nilai positif menunjukkan jika dukungan sosial pada anggota lembaga pers mahasiswa itu tinggi maka minat menjadi wartawan juga akan tinggi. Sumbangan efektif antara dukungan sosial dengan minat menjadi wartawan sebesar 10%.

(2)

1.

Pendahuluan

Aktivitas-aktivitas penerbitan dan beberapa forum pelatihan dan pendidikan jurnalistik di tahun 1986-1989 mulai marak diadakan oleh beberapa perguruan tinggi dalam rangka menghidupkan kembali dinamika intelektual kampus. Dari sekian forum-forum pelatihan jurnalistik mahasiswa tersebut, tersirat tentang sebuah keinginan akan sebuah wadah bagi tempat sharing (tukar-menukar pengalaman) para pegiat pers mahasiswa dalam rangka meningkatkan mutu penerbitan mahasiswa sendiri ataupun untuk menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi oleh pers mahasiswa. Maka mulai tahun 1986, forum-forum pertemuan para pegiat pers mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi mulai marak terjadi (Kusumo, 2011)[11].

(3)

Ciri kehidupan mahasiswa yang membedakan dengan warga masyarakat umumnya ialah: (1) mahasiswa adalah kelompok kaum muda, yang masih merasakan mentalitas kaum muda-dinamis, radikal, lugas; (2) mahasiswa adalah kelompok yang menjalani sistem pendidikan formal-modern yang mampu membuat mereka berpikir rasional, kritis, skeptis dan objektif; (3) mahasiswa merupakan entitas yang relatif independen, hanya berkepentingan terhadap masa depan kemanusiaan yang lebih baik, dan tak punya ketertarikan materialis, politis, ideologis; (4) mahasiswa merupakan kelompok subsistem dalam masyarakat karena itu mahasiswa senantiasa ingin berinovasi, berorientasi pada hal yang normatif, fundamental, prinsipil (Hajar, 2014)[7]. Pada umumnya mahasiswa adalah muda-mudi yang berumur dari 17 tahun sampai dengan 28 tahun. Menurut Hurlock (1978)[8] hal tersebut termasuk ke dalam masa remaja lanjut (usia 17-20/21 tahun) hingga masa dewasa awal (usia 21-40 tahun) yang mana pada masa ini minat seseorang menjadi berkembang dan tumbuh. Termasuk minatnya pada pekerjaan dimasa yang akan mendatang. Dalam hal ini minat merupakan landasan penting yang dimiliki seseorang untuk melakukan kegiatan dengan baik dan benar. Minat sangat memengaruhi kepribadian seseorang bahkan sampai memengaruhi tingkah laku seseorang, tapi dengan adanya hal ini dapat mendorong orang untuk tetap melakukan dan memperoleh sesuatu yang diinginkannya (Woro dalam Ningrum dkk, 2013)[14].

Djaali (2015)[6] menyatakan minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan sesuatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Menurut Crow dan Crow (dalam Khairani, 2013)[9]minat dapat menunjukkan kemampuan untuk memberi stimuli, mendorong kita untuk memperhatikan seseorang, barang atau kegiatan, atau sesuatu yang dapat memberi pengaruh terhadap pengalaman yang telah distimuli oleh kegiatan itu sendiri. Dengan kata lain, minat dapat menjadi sebab suatu kegiatan dan hasil dari turut sertanya dalam kegiatan itu. Minat merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan seseorang baik dalam hal studi pekerjaan maupun aktivitas yang lain (Rokhimah, 2015)[17]. Banyak ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai minat yang berbeda-beda, namun pada dasarnya semua itu merupakan pendapat yang saling melengkapi satu sama lain. Minat menurut Djamairah (dalam Nurrohmatulloh, 2016)[15] yaitu merupakan kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang, dengan kata lain minat berkaitan dengan rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh dan pada dasarnya merupakan penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri.

Menurut Alma (dalam Yonaevy, 2015)[24] salah satu faktor pendukung timbulnya minat adalah Sosiologikal yaitu menyangkut masalah hubungan dengan keluarga dan hubungan sosial lainya. Alma (dalam Yonaevy, 2015)[24] menyatakan masalah hubungan keluarga ini dapat dilihat dari orang tua, pekerjaan, dan status sosial. Selaras dengan apa yang disampaikan Siegel (dalam Meilianawati, 2015) yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi minat seseorang adalah dukungan sosial dan yang lainnya adalah jenis kelamin, waktu luang, usia, tingkat pendidikan dan tingkat status sosial ekonomi.

Rook (dalam Kumalasari & Ahyani, 2012)[10] mengatakan bahwa dukungan sosial merupakan salah satu fungsi dari ikatan sosial, dan ikatan-ikatan sosial tersebut menggambarkan tingkat kualitas umum dari hubungan interpersonal. Ikatan dan persahabatan dengan orang lain dianggap sebagai aspek yang memberikan kepuasan secara emosional dalam kehidupan individu. Saat seseorang didukung oleh lingkungan maka segalanya akan terasa lebih mudah. Dukungan sosial menunjukkan pada hubungan interpersonal yang melindungi individu terhadap konsekuensi negatif dari stres. Dukungan sosial yang diterima dapat membuat individu merasa tenang, diperhatikan, dicintai, timbul rasa percaya diri dan kompeten.

(4)

menimbulkan pengaruh positif yang dapat mengurangi gangguan psikologis. Selain itu dukungan sosial dapat dijadikan pelindung untuk melawan perubahan peristiwa kehidupan yang berpotensi penuh dengan stres, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis karena adanya perhatian dan pengertian akan menimbulkan perasaan memiliki, meningkatkan harga diri dan kejelasan identitas diri serta memiliki perasaan positif mengenai diri sendiri. Sependapat dengan Effendi dan Tjahjono, Sarafino (dalam Meilianawati, 2015)[13] menyatakan dukungan sosial adalah derajat dukungan yang diberikan kepada individu khususnya sewaktu dibutuhkan oleh orang-orang yang memiliki hubungan emosional yang dekat dengan orang tersebut, dukungan sosial dapat merujuk pada kenyamanan, kepedulian, harga diri atau segala bentuk bantuan yang diterima individu dari orang lain atau kelompok.

Berdasarkan wawancara dan observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 8 Desember 2016 kepada beberapa anggota lembaga pers mahasiswa di kota Padang, peneliti mendapatkan data berupa keinginan anggota lembaga pers mahasiswa untuk menjadi wartawan tidak sepenuhnya mendapat dukungan oleh orang tuanya dengan alasan merasa keberatan dengan ketertarikan anaknya dalam dunia jurnalistik tersebut yang tidak sesuai dengan jurusan pendidikan formal yang di tempuh saat ini. Subjek juga pernah diiming-imingikan gaji yang kecil jika menjadi wartawan, hal ini membuat dirinya meragukan ketertarikannya untuk menjadi wartawan. Dalam melakukan aktivitasnya subjek juga pernah diremehkan oleh teman-temannya, terutama saat mengikuti aktivitas jurnalistik (meliput kegiatan untuk dijadikan karya tulis berita) dengan alasan hal tersebut hanya membuang-buang waktu dan masih banyak hal berguna yang harus dilakukan. Subjek juga menyebutkan bahwasanya saat ini pandangan masyarakat tentang media/pers (wartawan) kurang baik dengan kata lain media/pers saat ini memiliki citra yang kurang baik dalam opini publik. Dalam kehidupan di kampus subjek juga beranggapan mengenai mahasiswa saat ini masih kurang tertarik pada produk jurnalistik pers mahasiswa, hal tersebut kadang membuat subjek enggan dan malas melakukan kegiatan jurnalistik karena kurang baiknya apresiasi yang subjek terima. Subjek juga menyampaikan tentang minimnya diskusi yang dilakukan antar sesama lembaga pers mahasiswa, sehingga ada di antara anggota yang merasa kurang berkembang dan bertambah wawasannya mengenai jurnalistik. Peneliti juga melihat tidak kondusifnya beberapa sekretariat lembaga pers mahasiswa dalam melakukan aktivitasnya termasuk dalam membuat berita dikarenakan alat-alat yang digunakan anggota lembaga pers mahasiswa masih tergolong minim dalam melakukan kegiatannya, bahkan ada yang belum memiliki alat-alat pendukung utama seperti kamera dan komputer untuk melakukan aktivitas jurnalistik. Selain itu lembaga pers mahasiswa sampai saat ini belum mendapatkan legitimasi dalam hukum yang membuat pers mahasiswa tidak memiliki ruang gerak yang menjamin segala aktivitasnya.

(5)

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Minat Menjadi Wartawan pada Anggota Lembaga Pers Mahasiswa di Perguruan Tinggi se-kota Padang”.

2.

Tinjauan Literatur

2.1 Minat

Khairani (2013)[9] menyimpulkan bahwasannya minat adalah gejala psikologis yang menunjukkan bahwa minat adanya pengertian subyek terhadap obyek yang menjadi sasaran karena obyek tersebut menarik perhatian dan menimbulkan perasaan senang sehingga cenderung kepada obyek tersebut. Minat mengandung unsur-unsur sebagai berikut: (1) minat adalah suatu gejala psikologis, (2) adanya pemusatan perhatian, perasaan dan pikiran dari subyek karena tertarik. (3) adanya perasaan senang terhadap obyek yang menjadi sasaran, (4) adanya kemauan atau kecenderungan pada diri subyek untuk melakukan kegiatan guna mencapai tujuan.

Menurut Silvia (2006)[19] minat adalah keingintahuan dan ketertarikan terhadap pengalaman-pengalaman baru dan lebih luas. Minat mendorong individu untuk melakukan eksplorasi dan belajar dalam pengalaman yang baru tersebut serta menyebabkan individu untuk terlibat dalam lingkungan yang menimbulkan rasa tertariknya.

Pintrich dan Schunk (dalam Silitonga dan Sitompul, 2015)[20] mendefinisikan minat menjadi tiga yaitu: minat pribadi, minat yang berasal dari pribadi atau karakteristik individu yang relatif stabil. Biasanya minat pribadi diasumsikan langsung ke beberapa aktivitas atau topik. Minat situasi, minat yang berhubungan dengan kondisi lingkungannya seperti ruangan kelas, komputer dan buku teks yang dapat membangkitkan minat. Minat dalam rumusan psikologi, yaitu perpaduan antara minat pribadi dengan minat situasi.

Hurlock (1978)

[8]

mengatakan minat merupakan sumber motivasi yang mendorong

orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila

mereka melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, mereka merasa berminat.

Menurut Crow dan Crow (dalam Khairani, 2013)[9] minat dapat menunjukkan kemampuan untuk memberi stimuli yang mendorong kita untuk memperhatikan seseorang, sesuatu barang atau kegiatan, atau sesuatu yang dapat memberi pengaruh terhadap pengalaman yang telah distimuli oleh kegiatan itu sendiri. Dengan kata lain, minat dapat menjadi sebab suatu kegiatan dan hasil dari turut sertanya dalam kegiatan itu.

Berdasarkan Uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa minat adalah kegairahan, kecenderungan, keinginan, ketertarikan, perasaan suka dan senang serta perhatian lebih dan khusus terhadap suatu objek atau bidang tertentu yang dianggap penting. Minat merupakan penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri sehingga semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.

Aspek-aspek Minat

Silvia (2006) [19] mengungkapkan bahwa aspek minat diantaranya adalah sebagai berikut: a. Keingintahuan (curiosity)

Keingintahuan adalah keinginan untuk lebih mengenal suatu dengan mencari informasi dari objek minat yang belum pernah diketahui sebelumnya. Seseorang akan memberikan reaksi positif yang baru, kuat dan tidak biasa dalam lingkungannya terhadap objek minat, serta cenderung untuk bertindak dalam reaksi positif dalam memperoleh informasi tersebut.

b. Keterbukaan terhadap pengalaman (openness to experience)

(6)

c. Dorongan mencari sensasi (sensation seeking)

Dorongan mencari sensasi yaitu adalah adanya sebuah dorongan untuk mendapatkan sesuatu hal yang baru, kompleks dan adanya sensasi kuat terhadap beberapa pengalaman dan adanya kesediaan untuk mengambil resiko secara fisik dan sosial untuk pengalaman yang bervariasi.

d. Kecenderungan bosan (boredom of propeness)

Kecendurungan bosan adalah sebuah keadaan yang relatif rendah yang terstimulasi oleh situasi yang tidak adekuat. Kebosanan ini dianggap memiliki aspek positif yaitu sebagai kesempatan untuk merefleksikan dan merencanakan sesuatu. Akan tetapi kebanyakan orang menganggap bahwa kebosanan sebagai hal yang tidak menyenangkan dan tidak memotivasi untuk melakukan sesuatu ketika tidak mampu mengontrol rasa bosan.

e. Keluasan minat (breadth of interest)

Keluasan minat adalah sesuatu yang menunjukkan banyak atau kurangnya pengetahuan dasar yang dimiliki seseorang terhadap objek minat. Seseorang yang memiliki pengetahuan yang luas terhadap objek minat diharapkan dapat menunjukkan keingintahuan yang bervariasi. Sementara seseorang yang memiliki pengetahuan yang sedikit tentang objek minat diharapkan untuk lebih bisa fokus mendalami objek minat. Menurut Hurlock (1978) aspek minat diantaranya terbagi menjadi dua yaitu sebagai berikut:

a. Aspek kognitif

Aspek ini didasari dari konsep yang dikembangkan seseorang mengenai suatu bidang yang berkaitan dengan minat. Misalnya aspek kognitif dari minat anak terhadap sekolah sebagai tempat mereka dapat belajar tentang hal-hal yang telah menimbulkan rasa ingin tahu mereka dan tempat mereka akan mendapat kesempatan untuk bergaul dengan teman sebaya yang tidak dapat pada masa prasekolah. Minat mereka terhadap sekolah akan sangat berbeda dibandingkan bila minat itu didasarkan atas konsep sekolah yang menekankan frustasi dan pengekangan oleh peraturan sekolah dan kerja keras untuk menghafal pelajaran.

b. Aspek afektif

Aspek afektif atau bobot emosional adalah sebuah konsep yang membangun aspek kognitif minat yang dalam penerapannya lebih ke sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan oleh sebuah minat. Seperti aspek kognitif, aspek afektif berkembang dari pengalaman pribadi, dari sikap orang-orang penting yaitu orang tua, guru, dan teman sebaya terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut. Sebagai contoh, anak yang mempunyai hubungan yang menyenangkan dengan para guru, biasanya mengembangkan sikap yang positif terhadap sekolah karena pengalaman sekolahnya menyenangkan, minat mereka pada sekolah diperkuat begitupun sebaliknya.

Pintrich dan Schunk (dalam Silitonga dan Sitompul, 2015) menyebutkan

aspek-aspek minat adalah sebagai berikut:

a. Sikap umum terhadap aktivitas (general attitud toward the activity) sikap umum disini maksudnya adalah sikap yang dimiliki oleh individu, yaitu perasaan suka atau tidak suka terhadap aktivitas.

b. Pilihan spesifik untuk menyukai aktivitas (spesific preference for or liking the activity). Individu akan memutuskan pilihannya untuk menyukai aktivitas tersebut. c. Merasa senang dengan aktivitas (enjoyment of the activity), yaitu perasaan senang

individu terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitasnya.

d. Aktivitas tersebut mempunyai arti atau penting bagi individu (personel importance or significance of the activity to the individual) individu merasa bahwa aktivitas yang dilakukannya sangat berarti.

(7)

f.

Berpartisipasi dalam aktivitas (reported choise of or participation in the activity). Individu akan berpartisipasi dalam aktivitas itu karena menyukainya.

2.2 Wartawan

Dewan Pers (2013)[5] mengemukakan bahwa wartawan adalah orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik berupa mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik, maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran lainnya.

2.3 Minat Menjadi Wartawan

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa minat menjadi wartawan adalah kegairahan, kecenderungan, keinginan, ketertarikan, perasaan suka dan senang serta perhatian lebih dan khusus terhadap tujuan untuk menjadi wartawan. Dimana minat menjadi wartawan ini merupakan penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri sehingga semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat untuk menjadi wartawan.

2.4 Dukungan Sosial

Sarafino dan Smith (2011)[18] mendefenisikan dukungan sosial sebagai perasaan kenyamanan, perhatian, penghargaan atau bantuan yang diperoleh oleh orang banyak atau kelompok lain. Mereka menambahkan bahwa orang-orang yang menerima dukungan sosial memiliki keyakinan bahwa mereka dicintai, bernilai dan merupakan bagian dari kelompok yang dapat menolong mereka disaat membutuhkan bantuan. Sarason dan Sarason (dalam Marni dan Yuniati, 2015)[12] mengungkapkan dukungan sosial adalah dukungan yang didapat dari keakraban sosial (teman, keluarga, anak ataupun orang lain) berupa pemberian informasi, nasehat verbal atau non verbal, bantuan nyala atau tidak nyala, tindakan yang bermanfaat sosial dan efek perilaku bagi penerima yang akan melindungi diri dari perilaku yang negatif.

Gottlieb (dalam Aziz dan Fatma, 2013)[1] menyatakan dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal maupun non verbal, bantuan nyata atau tindakan yang didapatkan karena kehadiran orang lain dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima.

Rook (dalam Kumalasari dan Ahyani, 2012)[10] mengatakan bahwa dukungan sosial merupakan salah satu fungsi dari ikatan sosial, dan ikatan-ikatan sosial tersebut menggambarkan tingkat kualitas umum dari hubungan interpersonal.

Berdasarkan pada beberapa teori yang mengemukakan tentang dukungan sosial di atas, dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial berupa dukungan pada seseorang yang berbentuk seperti nasehat, umpan balik, kasih sayang, perhatian, petunjuk, perasaan dihargai dan dapat juga berupa barang atau jasa yang diberikan oleh keluarga, teman maupun orang yang ada di lingkungan sosialnya.

Aspek-aspek Dukungan Sosial

Ada empat aspek dari dukungan sosial yang dapat diberikan dan diterima oleh individu (Sarafino dan Smith, 2011)[18]:

a. Emotional support

Dinyatakan dalam bantuk penyampaian empati, kepedulian, perhatian, penghargaan yang positif, dan keyakinan terhadap seseorang. Hal ini memberikan kenyamanan dan ketentraman hati dengan rasa memiliki dan disintai pada saat merasakan stress. Ini dapat diterima dari keluarga atupun kerabat dekat.

b. Tangible or instrumental support

(8)

c. Informational support

Memberikan informasi, nasehat, sugesti ataupun umpan balik mengenai apa yang sebaiknya dilakukan orang lain yang membutuhkan

d. Companionship support

Dukungan diberikan dalam bentuk kebersamaan sehingga individu merasa sebagian dari kelompok.

House (dalam Smet, 1994)[21] mendefinisikan dukungan sosial sebagai transaksi interpersonal yang melibatkan satu atau lebih aspek-aspek beikut ini diantaranya adalah:

a. Dukungan emosional, yaitu mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan (misalnya: umpan balik, penegasan). b. Dukungan penghargaan, terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan) positif bagi orang itu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu dan perbandingan positif orang itu dengan orang lain. Seperti misalnya orang-orang yang kurang mampu atau lebih buruk keadaannya (menambah penghargaan diri).

c. Dukungan instrumental, yaitu mencakup bantuan langsung untuk mempermudah perilaku yang secara langsung menolong individu. Misalnya bantuan benda, uang, pekerjaan dan waktu.

d. Dukungan informatif, yaitu mencakup pemberian nasehat, petunjuk-petunjuk, saran-saran atau umpan balik.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis atau dimensi dukungan sosial dapat berupa dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan informatif, dan companionmship support.

3.

Metode Penelitian

Metode pada penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. VariabelDependent : Minat Menjadi Wartawan 2. Variabel Independent : Dukungan Sosial

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014)[22]. Penelitian ini dilakukan di lembaga pers mahasiswa yang ada di perguruan tinggi se-kota Padang, dengan populasi yang berjumlah 259 orang dan sebagai sampel berjumlah 155 orang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling, dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2014)[22].

Validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas isi dan validitas kontruksi teoritis untuk mengetahui valid atau tidaknya suatu alat ukur. Pengukuran validitas konstruksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik korelasi product moment dengan bantuan program IBM SPSS 21.0. Peneliti menentukan aitem valid atau tidaknya alat ukur menggunakan kriteria rxy ≥ 0,3. Data skala dikatakan valid jika koefisien korelasi lebih besar atau sama dengan 0,3 (rxy ≥ 0,3) dan sebaliknya aitem skala dikatakan gugur jika koefisien korelasi lebih kecil dari 0,3 (rxy < 0,3).

(9)

dari 0,60 (Nugroho dalam Olmi, 2016)[16]. Penghitungan reliabilitas dengan menggunakan bantuan program IBM SPSS 21.0.

Skala dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment Pearsons dengan bantuan program IBM SPSS versi 21.0, yang merupakan salah satu teknik untuk mencari derajat keeratan atau keterkaitan hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas (Azwar, 2014)[4].

Pada penelitian ini sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji asumsi dengan menggunakan uji normalitas dan uji linearitas. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dalam penelitian ini sudah terdistribusi sesuai dengan prinsip-prinsip distribusi normal agar dapat digeneralisasikan terhadap populasi.

4.

Hasil dan Diskusi

Berdasarkan uji validitas dan reliabilitas pada penelitian ini menggunakan teknik product moment dan alpha cronbach. Variabel dukungan sosial koefisien validitas ditetapkan ≥ 0,30 sehingga diperoleh hasil dari jumlah item awal 40 pernyataan, gugur 16 item sehingga jumlah item yang valid dan reliabel adalah 24 pernyataan, dengan nilai corrected item-total correlation berkisar antara 0,330 sampai dengan 0,701, dan variabel minat menjadi wartawan dengan koefisien validitas ditetapkan ≥ 0,30 sehingga diperoleh hasil dari jumlah item awal 40 pernyataan, gugur 6 item sehingga jumlah item yang valid dan reliabel adalah 34 pernyataan, dengan nilai corrected item-total correlation berkisar antara 0,305 sampai dengan 0,785. Reliabilitas skala dukungan sosial dan skala minat menjadi wartawan pada penelitian ini menggunakan teknik analisis alpha cronbach. Setelah melalui proses penghitungan hasil try out, maka pada skala dukungan sosial diperoleh nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,912 dan skala minat menjadi wartawan diperoleh nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,934.

4.1. Uji Normalitas

Tabel 1: Uji Normalitas Skala Dukungan Sosial dan Skala Minat Menjadi Wartawan

Variabel N KSZ P Sebaran

Dukungan

Sosiaul 155 0,705 0,704 Normal Minat Menjadi

Wartawan 155 0, 581 0,888 Normal

Berdasarkan di atas, maka diperoleh nilai signifikansi pada skala dukungan sosial sebesar p = 0,704 dengan KSZ = 0,705 hasil tersebut menunjukan bahwa nilai p > 0,05 yang artinya sebaran skala dukungan sosial terdistribusi secara normal, sedangkan untuk skala minat menjadi wartawan diperoleh nilai signifikansi sebesar p = 0,888 dengan KSZ = 0,581, hasil tersebut menunjukan bahwa nilai p > 0,05 yang artinya sebaran terdistribusi secara normal.

4.2 Uji Linieritas

Tabel 2: Uji Linieritas Skala Dukungan Sosial dan Skala Minat Menjadi Wartawan

N Df Mean Square F Sig

155 1 2004.175 17.220 0,000

(10)

4.3 Uji Korelasi

Tabel 3: Hasil Uji Korelasi Antara Skala Dukungan Sosial dan Skala Minat Menjadi Wartawan

P (α) Nilai Korelasi ( r ) R square Kesimpulan

0,000 0.01 0,318 0,101 sig (2-tailed) 0,000 < 0,01 level of significant (α), berarti hipotesis diterima.

Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh koefisien korelasi antara variabel dukungan sosial dan minat menjadi wartawanyaitu sebesar r = 0,767 dengan taraf signifikansi p = 0,000. Hal ini menunjukkan adanya korelasi yang berarah positif, yang artinya, jika dukungan sosial anggota lembaga pers mahasiswa di perguruan tinggi se-kota Padang itu tinggi, maka minat menjadi wartawannya juga akan tinggi, begitu juga sebaliknya jika dukungan sosial anggota lembaga pers mahasiswa di perguruan tinggi se-kota Padang itu rendah, maka prilaku minat menjadi wartawannya juga akan rendah. Berarti minat menjadi wartawan pada anggota lembaga pers mahasiswa berkaitan dengan dukungan sosial, artinya untuk meningkatkan minat menjadi wartawan maka harus meningkatkan dukungan sosial yang mengandung empat aspek yaitu dukungan emotional,tangible atau intrumental, informasional, dan companionship.

Hal ini diperkuat dengan hasil uji signifikansi dengan bantuan IBM SPSS 21.0, menurut Nugroho (dalam Olmi, 2016)[16] jika p = 0,000 < 0,01 level of significant (α) hipotesis diterima, yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan minat menjadi wartawan pada anggota lembaga pers mahasiswa di perguruan tinggi se-kota Padang.

Berikut tabel deskriptif statisitik dari variabel dukungan sosial dan minat menjadi wartawan berdasarkan mean empirik.

Tabel 4: Descriptive Statistic SkalaDukungan Sosial dan Skala Minat Menjadi Wartawan

Variabel N Mean Std.Deviation Minimum Maximum Dukungan

Sosial

155 80.61 6.206 61 95

Minat Menjadi Wartawan

155 103.68 11.342 73 136

Berdasarkan nilai mean empirik pada tabel 4, maka dapat dilakukan pengelompokkan yang mengacu pada kriteria pengkategorisasian dengan tujuan menempatkan individu kedalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2016)[3].

Berdasarkan tabel di atas dapat digambarkan bahwa 26 orang (17%) anggota lembaga pers mahasiswa memiliki dukungan sosial yang rendah, 103 orang (66%) anggota lembaga pers mahasiswa memiliki dukungan sosial sedang dan 26 orang (17%) anggota lembaga pers mahasiswa memiliki dukungan sosial rendah. Sementara itu 26 orang (17%) anggota lembaga pers mahasiswa yang memiliki minat menjadi wartawan yang rendah, 109 orang (68%) anggota lembaga pers mahasiswa yang memiliki minat menjadi wartawan sedang dan 20 orang (16%) anggota lembaga pers mahasiswa yang memiliki minat menjadi wartawan tinggi.

(11)

5.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengumpulan data dan analisis data yang dilakukan peneliti, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif antara dukungan sosial dengan minat menjadi wartawan.

Adapun sumbangan efektif dari variabel dukungan sosial terhadap minat menjadi wartawan adalah sebesar 10% dan sisanya 90% dipengaruhi faktor lain.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti memberikan beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan diantaranya:

1. Bagi Subjek Penelitian

Bagi pihak anggota lembaga pers mahasiswa sebagai subjek penelitian untuk terus bersemangat dalam menjalankan aktivitas yang berkaitan dengan minatnya dan berusaha untuk tetap konsisten dengan keinginannya serta dapat mempertimbangkan segala hal yang baik maupun buruk untuk pribadinya sendiri dikemudian hari.

2. Bagi Lembaga Pers Mahasiswa

Bagi pihak lembaga disarankan untuk dapat lebih menyalurkan dan mendorong anggotanya untuk dapat bereksplorasi terhadap minatnya dengan mewadahi anggotanya untuk mengikuti pelatihan-pelatihan. Lembaga juga harus menjaga keutuhan anggotanya agar terciptanya integrasi yang baik dan suasana di dalam lembaga itu sendiri yang membuat anggotanya merasa memiliki dan ikut merawat tujuan dari lembaga itu sendiri dengan memberikan bentuk dukungan-dukungan atau penghargaan-penghargaan kepada anggota.

3. Bagi Perguruan Tinggi

Bagi pihak perguruan tinggi atau kampus disarankan untuk dapat lebih memperhatikan dan memberikan dukungan maupun fasilitas yang memadai agar dapat mendorong anggota pers mahasiswa untuk melaksanakan kegiatan jurnalistik dengan sebaik-baiknya sekaligus menghasilkan karya-karya yang luar biasa dan dapat mengharumkan nama kampus melalui prestasi-prestasi.

4. Bagi Orang Tua

Bagi pihak orang tua disarankan untuk dapat mendukung dan mengapresiasi keinginan anaknya serta kegiatan yang dipilih dan dilakukan anaknya yaitu sebagai anggota lembaga pers mahasiswa yang berkaitan dengan jurnalistik maupun dalam kegiatan tulis menulis lainnya.

5. Bagi Mahasiswa Umum

Bagi pihak mahasiswa disarankan untuk menyadari betapa pentingnya pengalaman-pengalaman seperti kegiatan-kegiatan organisasi termasuk salah satunya lembaga pers mahasiswa yang berfungsi sebagai tempat mencerdaskan pikiran dan pemberian informasi mengenai hal-hal yang ada di sekitar lingkungan terutama kampus sehingga perlu adanya dukungan dan apresiasi untuk orang-orang yang memiliki aktivitas yang berkaitan dengan jurnalistik dalam hal ini yaitu pers mahasiswa.

6. Bagi Masyarakat Umum

(12)

7. Bagi Peneliti Lainnya

Bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk mengangkat tema yang sama, diharapkan dapat mempertimbangkan variabel-variabel lain yang lebih mempengaruhi dan berkaitan dengan faktor minat seperti motif sosial, jenis kelamin, status sosial ekonomi dan lainnya. Peneliti selanjutnya juga diharapkan dapat melakukan penelitian lebih mendalam yang berkaitan dengandukungan sosial dan minat menjadi wartawan, serta dapat memperluas dan mengembangkan ruang lingkup serta pembahasannya.

Referensi

[1] Aziz, A & Fatma, A. 2013. “Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis”. Jurnal Talenta Psikologi Vol. 2, No. 2, Agustus 2013.

[2] Angriawan, Shoqib. 2012. “Orientasi Dan Strategi Komunikasi Lembaga Pers

Mahasiswa Pabelan Dalam Menyuarakan Pergerakan Mahasiswa (Studi Fenomenologi Pada Lembaga Pers Mahasiswa Pabelan Periode Kepengurusan 2012)”. Artikel Ilmiah: Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta.

[3] Azwar, Saifuddin. 2016. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. [4] Azwar, Saifuddin. 2014. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. [5] Dewan Pers. 2013. Standar Kompetensi Wartawan. Jakarta: Dewan Pers. [6] Djaali. 2015. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

[7] Hajar, Ibno. 2014. “Perlindungan Hukum Terhadap Lembaga Pers Mahasiswa (LPM)

Dalam Proses Peliputan Berita Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers”. Skripsi: Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

[8] Hurlock, B, Elizabeth. 1978. Perkembangan Anak. Jakarta Erlangga.

[9] Khairani, Makmun. 2013. Psikologi Belajar. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

[10] Kumalasari, F. & Ahyani L. N. 2012. “Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penyesuaian Diri Remaja Di Panti Asuhan”. Jurnal Psikologi Pitutur Vol. 1, No. 2, Juni 2012.

[11] Kusumo, W. F. Suryo. 2011. “Lembaga Pers Mahasiswa Kentingan Universitas Sebelas Maret Surakarta 1993-2006”. Skripsi: Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

[12] Marni, A., Yuniawati R. 2015. “Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penerimaan Diri Pada Lansia Di Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta”. Jurnal Fakultas Psikologi Vol. 3, No. 1 Juli 2015.

[13] Meilinawati. 2015. “Hubungan Dukungan Sosial Orang Tua Dengan Minat Melanjutkan Pendidikan Perguruan Tinggi Pada Remaja Di Kecamatan Keluang Musi Banyuasin”. Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang.

[14] Ningrum, P. K., Susilaningsih, Sumaryati, S. 2013. “Hubungan Antara Minat Menjadi Guru Dan Lingkungan Keluarga Dengan Prestasi Belajar”. Jurnal Jupe UNS Vol. 2, No. 1, Hal. 59-70. Oktober 2013.

[15] Nurrohmatulloh, M. Asep. 2016. “Hubungan Orientasi Masa Depan dan Dukungan Orang Tua Dengan Minat Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi (Siswa-Siswi SMK Negeri 1 Samarinda Kelas XII)”. Jurnal eJournal Psikologi Vol. 4, No.4, Hal. 446-456. [16] Olmi, Notaya. 2016. “Hubungan Konflik Peran Ganda Dengan Disiplin Kerja Pegawai

Wanita Kantor BKPM (Tingkat I) Sumatera Barat”. Skripsi: Fakultas Psikologi Universitas Putra Indonesia YPTK Padang.

[17] Rokhimah, Siti. 2015. “Pengaruh Dukungan Sosial dan Efikasi Diri Terhadap Minat Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi Pada Siswa SMA Negeri 1 Tenggarong Seberang”. Jurnal eJournal Psikologi Vol. 3, No.1, Hal. 382-394.

(13)

[19] Silvia, P. J. 2006. Exploring the Psychology of Interest. New York: Oxford University Press.

[20] Sitompul & Silitonga. 2015.“Hubungan Minat Memilih Kompetensi Keahlian Terhadap Hasil Belajar Menggambar Dengan Autocad Pada Siswa Kelas XI Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Lubuk Pakam”. Jurnal Education Buuilding Vol. 1, No.2, Hal. 133-142.

[21] Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Grasindo.

[22] Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. [23] Triyono, Agus. 2015. “Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Kebermaknaan Hidup Pada Guru SLB. Naskah Publikasi: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Gambar

Tabel 3: Hasil Uji Korelasi Antara Skala Dukungan Sosial dan Skala Minat Menjadi Wartawan

Referensi

Dokumen terkait

Pemerintah Daerah Kabupaten Minahasa Utara sebagai Kabupaten harus dalam upayakan meningkatkan struktur perekonomian Produk Domestik Regional bruto (PDRB) atas

Perlakuan kolkisin juga mempengaruhi fenotip tanaman cabe keriting yang dilihat dari karakter morfologi, seperti tinggi tanaman, diameter batang, ukuran daun dan

menggunakan model konvensional penulis menggunakan pembelajaran biasa saat ini ternyata hasilnya kurang memuaskan, karena kekeliruan dalam memandang proses

Sejalan dengan hal tersebut, uji-t menunjukkan hasil uji beda sebesar 14,20 lebih besar dari ttabel 2,092, sehingga dapat disimpulkan penerapan media video berpengaruh

0,05 yang berarti

Dengan demikian, serbuk ZrB2 memenuhi syarat sebagai bahan pelapis penyerap dapat bakar dari bahan bakar nuklir untuk reaktor daya tipe PWR.. Hal ini berarti

Meskipun memiliki perbedaan, kelima penelitian yang relevan yang telah dipaparkan diatas menjadi bahan pertimbangan yang bermanfaat bagi penulisan penelitian

Jadi metode dakwah merupakan sebuah jalan atau cara yang digunakan atau dilakukan dalam melaksanakan aktifitas mengajak manusia kepada jalan yang lurus, yang mana