KAJIAN PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT
PURA RAHARJA SURABAYA
CRISTOFORUS CANDRA BIMA PANGESTU
PROGRAM STUDI S-1 ILMU DAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA
i
KAJIAN PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT
PURA RAHARJA SURABAYA
CRISTOFORUS CANDRA BIMA PANGESTU
PROGRAM STUDI S-1 ILMU DAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA
ii
Judul : Kajian Proses Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit Ibu Dan Anak Pura Raharja Surabaya
Penyusun : Cristoforus Candra Bima Pangestu Nomor Induk : 081411131014
Program Studi : Ilmu dan Teknologi Lingkungan Pembimbing I : Prof. Dr. Ir. Agoes Soegianto, DEA
Pembimbing II: Lintang Andari Amd.KL.
Disetujui oleh,
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof. Dr. Ir. Agoes Soegianto, DEA Lintang Andari Amd.KL NIP.19620803 198710 1 001 NIK.199412201603002
Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 ITL Koordinator Departemen Biologi Praktik Kerja Lapangan Fakultas Sains dan Teknologi,
iii
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktek kerja lapangan (PKL) yang berjudul “Kajian Proses Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit Pura Raharja Surabaya”.
Laporan praktek kerja lapangan ini terdiri dari beberapa bab di antaranya, yaitu bab pendahuluan, tinjauan pustaka, metode praktek kerja lapangan, hasil dan pembahasan, kesimpulan dan saran, dan daftar pustaka. Setiap isi dari bab tersebut terangkai secara komperhensif untuk membahas mengenai proses pengolahan air limbah Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Pura Raharja Surabaya.
Laporan praktek kerja lapangan ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan praktek kerja lapangan di bidang Ilmu dan Teknologi Lingkungan. Lapaoran praktek kerja lapangan ini disusun sesuai dengan ketentuan teknis penyusunan yang ada di Program Studi S-1 Ilmu dan Teknologi Lingkungan, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga. Semoga laporan praktek kerja lapangan ini bermanfaat sesuai dengan tujuan dan manfaatnya.
Surabaya, 10 Oktober 2017 Penyusun,
iv
Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dengan judul“Kajian Proses Pengolahan Air Limbah Rumah Sakiit Ibu Dan Anak Pura Raharja Surabaya”. Naskah laporan praktek kerja lapangan ini tidak akan selesai tanpa bimbingan, bantuan, dan doa dari berbagai pihak.
Laporan praktek kerja lapangan ini ditulis sebagai hasil kerja praktek yang penulis laksanakan pada tanggal 17 Juli – 5 Agustus 2017 dan untuk melengkapi Mata Kuliah Praktek Keja Lapangan yang menjadi salah satu syarat kelulusan mahasiswa/I di Program Studi Ilmu dan Teknologi Lingkungan, Fakultas Sains dan Teknologi Lingkungan, Universitas Airlangga.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang memberikan dukungan, bimbingan, dan kesempatan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan kerja praktek lapangan ini kepada:
1. Kedua orangtua Bapak Yohanes Dedeo Utopo dan Ibu Kristiana Maria Wiwin Marsanti dan saudara beserta seluruh keluarga besar yang telah memberikan doa dan motivasi kepada penulis.
2. Dr. Sucipto Hariyanto, DEA., sebagai Ketua Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga.
3. Dr. Eko Prasetyo Kuncoro S.T., DEA., selaku Koordinator Program Studi S-1 Ilmu dan Teknologi Lingkungan.
4. Ibu Nur Indradewi Oktavitri, S.T., M.T., selaku Koordinator Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan.
5. Prof. Dr. Ir. Agoes Soegianto, DEA., selaku dosen pembimbing I praktek kerja lapangan yang telah membimbing dengan sabar dan bersedia meluangkan waktunya untuk mengarahkan, serta memberi motivasi dalam pengerjaan laporan praktek kerja lapangan ini.
6. Mbak Lintang Andari Amd.KL., selaku pembimbing lapangan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja Surabaya yang telah bersedia memberikan banyak ilmu yang berharga dan membantu dalam proses pengumpulan data, bimbingan lapangan, dan diskusi.
7. Ibu drg.Hetty Pratiwi, MPH selaku Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja Surabaya yang sudah mendukung penulis untuk praktek kerja lapangan.
v
13.Bernadeta Sekar Putri Larasati yang telah memberikan semangat dari persiapan praktek kerja lapangan sampai menyusun laporan ini.
14.Teman-teman Podomampir yang sudah bersedia menemani menyelesaikan laporan ini.
15.Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Akhir kata semoga laporan Praktek Kerja Lapangan ini dapat bermanfaat bagi para pembaa yang berkaitan dengan keilmuan maupun dapat menjadi studi literatur bagi pekerjaan atau kegiatan yang berhubungan
vi
2.1 Profil Rumah Sakit Pura Raharja. ... 6
2.1.1 Visi Rumah Sakit Pura Raharja. ... 7
2.1.2 Misi Rumah Sakit Pura Raharja. ... 7
2.1.3 Falsafah Rumah Sakit Pura Raharja. ... 7
2.1.4 Nilai-Nilai Rumah Sakit Pura Raharja. ... 8
2.1.5 Tujuan Rumah Sakit Pura Raharja. ... 8
2.1.6 Motto Rumah Sakit Pura Raharja ... 8
2.1.7 Logo Rumah Sakit Pura Raharja ... 8
2.1.8 Struktur Organisasi Rumah Sakit Pura Raharja ... 9
2.2 Air Limbah ... 10
2.2.1 Sumber dan Macam Air Limbah ... 10
2.2.2 Karakteristik Air Limbah ... 11
2.3 Pengolahan Air Limbah ... 13
2.4 Limbah Cair Rumah Sakit ... 16
2.4.1 Sumber Limbah Cair Rumah Sakit ... 16
2.4.2 Parameter Kualitas Air Limbah Rumah Sakit ... 17
2.4.3 Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit... 21
2.5 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah Sakit ... 23
2.5.1 Sumur Pengumpul (Pit) ... 23
2.5.2 Bak Ekualisasi ... 23
2.5.3 Clarifer (Bak Sedimentasi) ... 24
2.5.4 Fixed Bed Cascade Bioreactor ... 25
2.5.5 Holding Tank (Bak Klorinasi) ... 26
2.5.6 Mixed Media Filter (MMF) ... 26
2.5.7 Unit Pengolahan Lumpur ... 28
BAB III: METODE PRAKTEK KERJA LAPANGAN ... 31
3.1 Tempat dan Waktu Praktek Kerja lapangan ... 31
3.1.1 Tempat Praktek Kerja Lapangan ... 31
3.1.2 Waktu Praktek Kerja Lapangan ... 32
vii
3.2.4 Pengolahan Data ... 34
3.2.5 Analisis dan Pembahasan ... 34
3.2.6 Kesimpulan dan Saran ... 35
3.3 Cara Analisis Data... 35
3.4 Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ... 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37
4.1 Proses Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja 38 4.1.1 Sumber Air Limbah ... 38
4.1.2 Sistem Penyaluran Air Limbah ... 40
4.1.3 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) ... 42
4.1.4 Unit Pengolahan Air Limbah ... 45
4.2 Kualitas dan Kuantitas Air Limbah Pada Outlet IPAL Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja... 54
4.2.1 Perbandingan Antara Kualitas Air Limbah Tiap Parameter pada Outlet IPAL dengan Baku Mutu ... 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 69
5.1 Kesimpulan ... 69
5.2 Saran ... 69
viii
ix
Gambar 2.1 Logo Rumah Saki Pura Raharja. ... 9
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Rumah Sakit Pura Raharja ... 9
Gambar 2.3 Skema Pengelompokkan Bahan Limbah Cair ... 12
Gambar 2.4 Proses Kerja Fixed Bed Cascade Bioreactor ... 25
Gambar 3.1 Lokasi Praktek Kerja Lapangan RSIA Pura Raharja ... 31
Gambar 3.2 Diagram Alur Metode Praktek Kerja Lapangan ... 32
Gambar 4.1 Skema Mass Balance ... 42
Gambar 4.2 Sumur Pengumpul (Pit) ... 46
Gambar 4.3 Bak Ekualisasi Anaerob ... 47
Gambar 4.4 Media Plastik Piramid ... 49
Gambar 4.5 Reaktor Biofilter ... 50
Gambar 4.6 Potongan A-A Fixed Bed Cascade Bioreactor ... 51
Gambar 4.7 Fixed Bed Cascade Bioreactor ... 52
Gambar 4.8 Kolam Indikator ... 53
Gambar 4.9 Bak Klorinasi ... 54
Gambar 4.10 Grafik Kadar Parameter pH... 57
Gambar 4.11 Grafik Kadar Parameter Suhu ... 58
Gambar 4.12 Grafik Kadar Parameter BOD5 ... 59
Gambar 4.13 Grafik Kadar Parameter COD ... 60
Gambar 4.14 Grafik Kadar Parameter TSS... 62
Gambar 4.15 Grafik Kadar Parameter NH3 Bebas ... 64
x
Lampiran 1. Flowsheet Proses IPAL Sistem Biofilter. ... 74
Lampiran 2. Data Kualitas Outlet IPAL Bulan Januari 2017 ... 75
Lampiran 3. Data Kualitas Outlet IPAL Bulan Februari 2017 ... 76
Lampiran 4. Data Kualitas Outlet IPAL Bulan Maret 2017 ... 77
Lampiran 5. Data Kualitas Outlet IPAL Bulan April 2017 ... 78
Lampiran 6. Data Kualitas Outlet IPAL Bulan Juni 2017 ... 79
Lampiran 7. Data Kuantitas Debit Outlet IPAL... 80
1 1.1 Latar Belakang
Rumah sakit adalah salah satu lembaga atau instansi yang bertugas untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi masarakat luas. Dampak positif dengan adanya rumah sakit adalah sebagai tempat pelaanan kesehatan masyarakat untuk sembuh dari penyakit yang di derita. Kriteria utama dari pembangunan salah satunya tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakatnya. Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas sosial yang keberadaannya sangat diperlukan oleh masyarakat agar kesehatan masyarakat dapat tetap terjaga. Rumah sakit mempunyai kaitan erat dengan kumpulan manusia baik itu orang sakit (pasien), tenaga kesehatan, karyawan maupun pengunjung, sehingga kegiatan rumah sakit menghasilkan berbagai macam limbah (Djaja dan Maniksulistya, 2006).
Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Pura Raharja adalah salah satu rumah sakit yang menghasilkan limbah, baik limbah cair, dan limbah padat dalam setiap kegiatan operasionalnya. Limpah padat rumah sakit dapat berasal dari bekas jarum suntik, sarung tangan (latex), dan obat-obatan. Sedangkan limbah cair berasal dari aktivitas karyawan dan pasien dalam rutinintas setiap hari, sisa-sisa cairan infus, obat-obatan cair, dan hasil dari kegiatan laboratorium.
pelatihan (Djaja dan Maniksulistya, 2006). Banyaknya kegiatan operasional yang terjadi dapat memengaruhi kualitas dan kuantitas air limbah yang dihasilkan sehingga memperbesar potensi pencemaran lingkungan di sekitar rumah sakit.
Limbah cair yang berasal dari rumah sakit berpotensi sebagai sumber pencemaran air. Hal ini disebabkan karena limbah cair rumah sakit mengandung senyawa organik yang tinggi, senyawa kimia, serta mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan penyakit terhadap masyarakat sekitar. Apabila limbah tersebut tidak ditangani dengan baik, maka dapat merugikan pelaksanaan kegiatan industri tersebut dan lingkungan sekitar. Potensi dampak limbah cair rumah sakit terhadap kesehatan masyarakat sangat besar, maka setiap rumah sakit diharuskan untuk mengolah air limbah sampai standar yang diizinkan yang mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah, serta mengacu pada SK Gubernur Jawa Timur No. 72 Tahun 2013 tentang Baku Mutu Air Limbah Rumah Sakit untuk Tingkat Provinsi Jawa Timur (Anonim, 2014).
Potensi pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan rumah sakit, maka diadakan pengolahan air limbah. Implementasi dan penerapan proses pengolahan limbah cair di Rumah Sakit Pura Raharja cukup menarik untuk dikaji. Oleh Karena itu, dengan dipilihnya Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja (RSIA) sebagai tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL), diharapkan dapat menjadi tempat pengaplikasian ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan ke dalam dunia kerja dan memperoleh pengalaman, serta pengetahuan baru terutama dalam bidang pengolahan airlimbah.
1.2 Rumusan Masalah
Praktek kerja lapangan ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana sistem pengolahan limbah cair Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura
Raharja Surabaya?
2. Berapakah rata-rata kualitas dan kuantitas air limbah pada outlet Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja Surabaya?
3. Bagaimana kualitas air limbah pada outlet IPAL Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja Surabaya jika dibandingkan dengan baku mutu KEP-58/MENLH/12/1995 dan SK Gubernur Jawa Timur No. 72 Tahun 2013 tentang Baku Mutu Air Limbah Rumah Sakit?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui sistem pengolahan limbah cair Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja Surabaya.
2. Mengetahui rata-rata kualitas dan kuantitas air limbah pada outlet Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja Surabaya.
3. Mmebandingkan kualitas air limbah pada outlet IPAL Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja Surabaya dengan baku mutu KEP-58/MENLH/12/1995 dan SK Gubernur Jawa Timur No. 72 Tahun 2013 tentang Baku Mutu Air Limbah Rumah Sakit.
1.4 Manfaat
Praktek kerja lapangan ini memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Mahasiswa
a. Menerapkan ilmu secara aplikatif melalui praktek kerja lapangan sehingga dapat memperluas dan merealisasikan ilmu yang telah diperoleh.
b. Memberikan gambaran kepada mahasiswa tentang kondisi nyata dunia kerja.
c. Melatih mahasiswa untuk menganalisis dan memecahkan suatu masalah yang berhubungan dengan pengolahan air limbah.
2. Bagi Perguruan Tinggi (dalam hal ini adalah Universitas Airlangga)
Dapat memberikan tambahan informasi mengenai perkembangan dari pengolahan limbah cair dalam Rumah Sakit Pura Raharja Surabaya sehingga dari informasi tersebut diharapkan dapat memberikan tambahan referensi dalam kegiatan pembelajaran di lingkungan kampus dan Menjalin hubungan kerjasama antara pihak Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja dengan pihak Universitas Airlangga.
3. Bagi Perusahaan (dalam hal ini adalah Rumah Sakit Pura Raharja)
6 2.1. Profil Rumah Sakit Pura Raharja
Sejalan dengan kemajuan jaman dan teknologi, kesadaran masyarakat akan arti pentingnya kesehatan juga meningkat. Pelayanan Kesehatan yang dimaksud adalah pencegahan, perawatan dan pengobatan serta pencegahan, sehingga dalam era ini, keinginan masyarakat dalam kesehatan tidak hanya meliputi pengobatan, tetapi juga pencegahan. Pelayanan rawat jalan, rawat inap, dan bedah termasuk
medical check-up saat ini sudah cukup memasyarakat dan sudah biasa dilakukan secara rutin. Manfaatnya selain sebagai usaha preventif bagi individu untuk pemeliharaan kesehatan juga mempengaruhi kenyamanan dan kesehatan kerja. Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, maka RS Pura Raharja penawaran kerjasama pelayanan kesehatan berupa Perlindungan Rawat Jalan Kesehatan (Anonim, 2017).
Nama : RSIA PURA RAHARJA Berdiri : Tahun 1974
Alamat : Jl. Pucang Adi 12 – 14 Surabaya Kepemilikan : KORPRI PROVINSI JAWA TIMUR
menjadi RSIA sejak tanggal 3 Februari 2012. RSIA Pura Raharja adalah rumah sakit yang hadir untuk melayani masyarakat dan memberikan solusi pelayanan kesehatan yang menyeluruh, efektif dan effisien serta manusiawi (Anonim, 2017). 2.1.1 Visi Rumah Sakit Pura Raharja
Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja memiliki visi:
“Menjadi pusat Kesehatan Ibu dan Anak yang dikelola secara professional dengan sentuhan kemanusiaan” (Anonim, 2017).
2.1.2 Misi Rumah Sakit Pura Raharja
Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja memiliki visi: (Anonim, 2017): a. Ikut membantu program pemerintah dalam menurunkan angka kematian ibu
saat melahirkan dan bayi saat dilahirkan.
b. Memberikan pelayanan kesehatan yang prima kepada ibu dan anak sesuai dengan standart profesi melalui dukungan sumber daya manusia yang professional di bidangnya.
c. Mengutamakan kepentingan untuk pelayanan kesehatan pasien. d. Senantiasa berusaha untuk mewujudkan kepuasan pasien. 2.1.3 Falsafah Rumah Sakit Pura Raharja
Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja memliki falsafah, sebagai berikut:
1. Menjadikan Rumah Sakit Pura Rahrja pilihan utama masyarakat Surabaya. 2. Hak pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu.
4. Secara berkesinambungan meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dalam berkarya.
5. Bekerja secara tim berdasarkan kebersamaan dan saling menghargai antar prosfesi.
6. Memiliki komitmen untuk mencapai tujuan rumah sakit. 7. Keselarasan dalam melakukan tugas.
2.1.4 Nilai-Nilai Rumah Sakit Pura Raharja
Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja memiliki nilai-nilai, sebagai berikut:
a. Melayani dengan sepenuh hati
b. Bekerja dengan jujur dan dapat dipercaya
c. Team work merupakan kekuatan utama untuk menjadi lebih baik d. Berani berubah demi kemajuan
2.1.5 Tujuan Rumah Sakit Pura Raharja
Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja memiliki tujuan, sebagai berikut: Berpartisipasi dalam pembangunan kesehatan masyarakat demi peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia secara rohani dam jasmani.
2.1.6 Motto Rumah Sakit Pura Raharja.
Motto dari RS Pura Raharja adalah Kami Melayani Lebih Baik dan Lebih Baik Lagi (Anonim, 2017).
2.1.7 Logo Rumah Sakit Pura Raharja
Gambar 2.1 Logo Rumah Sakit Pura Raharja (Sumber: Anonim, 2017)
2.1.8 Struktur Organisasi Rumah Sakit Pura Raharja
Struktur organisasi tetlah ditetapkan oleh Pemilik Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja berdasarkan Surat Keputusan Ketua Dewan Pengurus
KORPRI Provinsi Jawa Timur Nomor : Kep.23/DPKP/JT-I/2011 tanggal 11 April 2011. Bagan struktur organisasi Rumah Sakit Pura Rahrja dapat dilihat pada Gambar 2.2
2.2 Air Limbah
Menurut Harahap (2005), air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan biasanya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan hidup. Sedangkan berdasarkan keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri yang dimaksud dengan air limbah adalah sisa dari suatu hasil usaha dan/atau kegiatan yang berwujud cair (Anonim, 2010).
2.2.1 Sumber dan Macam Air Limbah
Sumber dan macam air limbah dipengaruhi oleh tingkat kehidupan masyarakat atau dengan kata lain, semakin tinggi tingkat kehidupa masyarakat maka semakin beragam pula sumber dam macam limbah yang dihasilkannya. Air limbah yang umum dikenal dalam kehidupan sehari hari adalah (Sugiharto, 2008): a. Air limbah rumah tangga (domestic sewage) misalnya air dari buangan kamar
mandi dan dapur.
b. Air limbah industri (industrial waste) misalnya air buangan dari pabrik farmasi, pabrik kelapa sawit, pabrik tahu, dan lain-lain.
Air limbah industri umumnya terjadi sebagai akibat adanya pemakaian air dalam proses produksi. Menurut Ricki (2005) di industri fungsi dari air antara lain:
a. Sebagai air pendingin yang berfungsi untuk memindahkan panas yang terjadi dari proses.
b. Untuk mentransportasikan produk atau bahan baku.
c. Sebagai air proses, misalnya sebagai umpan boiler pada pabrik minuman. d. Untuk mencuci atau membilas produk atau gedung serta instalasi.
2.2.2 Karakteristik Air Limbah
Menurut Permana (2005), kandungan limbah cair rumah sakit mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan limbah domestik karena sebagian berasal dari buangan tubuh manusia dan berbagai unit kegiatan lain, seperti dapur, dan
laundry. Karakteristik air limbah sebagian besar terdiri dari air (99%) dan sisanya terdiri dari partikel-partikel padat terlarut (Dissolved solids) dan tidak terlarut (Suspended solids) sebesar 0,1%. Partikel-partikel padat terdiri dari zat organik (±70%) dan zat anorganik (±30%). Zat-zat organik dari protein (±65%), karbohidrat (±25%), dan lemak (±10%). Zat-zat organik tersebut sebagian besar sudah terurai (degradable) yang merupakan sumber makanan dan media bakteri mikroorganisme. Sedangkan zat-zat anorganik terdiri dari grit, salts, dan metals
Gambar 2.3 Skema Pengelompokkan Bahan Limbah Cair (Sumber: Sugiarto, 2008)
Karakteristik limbah cair dapat diketahui menurut karakteristik kimia, fisika, dan biologis. Studi karakteristik limbah perlu dilakukan untuk mengetahui konsentrasi dan sejauh mana tingkat pencemaran yang dapat ditimbulkan limbah terhadap lingkungan. Air limbah mempunyai sifat yang dapat dibedakan menjadi tiga bagian besar, yaitu (Sugiharto, 2008):
1. Karakteristik Fisika
2. Karakteristik Kimiawi
Kandungan bahan kimia yang ada dalam air limbah dapat merugikan lingkungan, melalui berbagai cara. Bahan organik terlarut dapat menghabiskan oksigen dalam limbah serta menimbulkan rasa dan bau yang tidak sedap pada penyediaan air bersih. Selain itu, lebih berbahaya apabila bahan tersebut merupakan bahan beracun. Karakteristik kimia meliputi: bahan oraganik, protein, karbohidrat, lemak, minyak, deterjen atau surfaktan, fenol, bahan anorganik, pH, klorida, kebasaan, sulfur, logam berat, metan, nitrogen, dan fosfor.
3. Karakteristik Biologis
Pemeriksaan biologis di dalam air dan air limbah untuk memisahkan apakah ada bakteri-bakteri patogen berada di dalam air limbah. Keterangan biologis ini diperlukan untuk mengukur kualitas air terutama bagi air yang dipergunakan sebagai air minum serta untuk keperluan kolam renang. Mikroorganisme yang penting dalam air limbah dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu (Risdianto, 2007):
a. Protista, meliputi jamur, bakteri, dan algae. b. Binatang dan tanaman.
2.3 Pengolahan Air Limbah
1. Pengolahan Pendahuluan (pretreatment)
Dalam pengolahan pendahuluan ini bertujuan untuk membersihkan benda-benda terapung dan pengambilan benda-benda yang mengendap seperti pasir, serta untuk mensortir kerikil, lumpur, menghilangkan zat padat, dan memisahkan lemak. Pada umumnya pengambilan benda-benda terapung dengan jalan melewatkan air limbah melalui para-para atau saringan kasar untuk menghilangkan benda yang besar.
2. Pengolahan Pertama (primary treatment)
Dalam pengolahan pertama ini bertujuan untuk menghilangkan zat padat tercampur melalui pengendapan atau pengapungan. Pengendapan adalah kegiatan utama pada tahap ini dan pengendapan yang dihasilkan terjadi karena adanya kondisi yang sangat tenang. Bahan kimia dapat juga ditambahkan untuk menetralkan keadaan atau meningkatkan pengurangan dari partikel kecil yang tercampur. Dengan adanya pengendapan ini, maka akan mengurangi kebutuhan oksigen pada pengolahan biolgis berikutnya dan pengendapan yang terjadi adalah pengendapan secara gravitasi.
3. Pengolahan Kedua (secondary treatment)
a. Proses penambahan oksigen b. Proses pertumbuhan bakteri
4. Pengolahan Ketiga (tertiary treatment)
Pengolahan ketiga ini dilakukan apabila pada pengolahan pertama dan kedua masih banyak terdapat zat tertentu yang masih berbahaya. Pengolahan ketiga ini merupakan pengolahan khusus sesuai dengan kandungan zat yang terbanyak dalam air limbah, biasanya dilaksanakan pada pabrik yang mengahasilkan air limbah khusus pula. Beberapa alternatif pengolahan yang biasa dipakai pada tahap ini diantaranya penyaringan dan osmosis, penyerapan karbon, pertukaran ion, saringan pasir, denitrifikasi, dan stripping NH3.
5. Pembunuhan Bakteri (disinfection)
Pembunuhan bakteri bertujuan untuk mengurangi atau membunuh mikroorganisme patogen yang ada di dalam air limbah. Mekanisme pembunuhan sangat dipengaruhi oleh kondisi dari zat pembunuhnya dan mikrorganisme itu sendiri. Jenis pengolahan yang biasa dilakukan yaitu klorinasi dan ozonisasi. 6. Pengolahan Lanjutan (ultimate disposal)
2.4 Limbah Cair Rumah Sakit
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor KEP-58/MENLH/12/1995, limbah cair rumah sakit adalah semua bahan buangan yang berbentuk cair yang berasal dari aktivitas rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme patogen, bahan kimia beracun, dan radioaktivitas. Sumber air limbah rumah sakit bervariasi sesuai dengan jenis dan kelas rumah sakitnya (Anonim, 1995).
Limbah cair rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil proses seluruh kegiatan rumah sakit yang meliputi limbah cair non medis (limbah cair domestik), misalnya buangan kamar mandi, dapur, dan air bekas pencucian pakaian; limbah cair medis (limbah cair klinis) yakni air limbah yang berasal dari kegiatan klinis rumah sakit, misalnya air bekas cucian luka, cucian darah, air limbah laboratorium, dan lainnya (Said dan Ineza, 2002). 2.4.1 Sumber Limbah Cair Rumah Sakit
Limbah cair yang dihasilkan oleh suatu rumah sakit merupakan salah satu bentuk dari limbah klinis rumah sakit. Limbah cair tersebut memiliki sumber yang beragam dengan komposisi utama berupa buangan cair pasien. Menurut Permana (2005), jenis limbah cair dalam suatu rumah sakit, serta asal limbah adalah sebagai berikut:
1. Limbah infeksius
Selain sumber tersebut, instalasi seperti kamar jenazah juga menghasilkan limbah jenis infeksius.
2. Limbah sitotoksik
Limbah sitotoksik merupakan jenis limbah yang mengandung atau terkontaminasi oleh zat sitotoksik, limbah ini dihasilkan dari berbagai tempat di rumah sakit, karena selama proses peracikan, pengangkutan sampai pada terapi ke pasien melibatkan banyak pihak.
3. Limbah farmasi
Limbah farmasi merupakan limbah yang berasal dari berbagai jenis sisa obat-obatan yang digunakan selama perawatan.
4. Limbah kimia
Limbah kimia merupakan jenis limbah yang dihasilkan dari penggunaan berbagai bahan kimia, seperti bahan kimia untuk tindakan medis, bahan kimia laboratorium, proses sterilisasi (pencucian linen oleh laundry).
5. Limbah radioaktif
Limbah radioaktif merupakan limbah yang terkontaminasi oleh radio isotop yang diperoleh dari penggunaan untuk terapi radiasi, unit radiologi serta laboratorium riset di rumah sakit. Limbah jenis ini sangat fleksibel sehingga terdapat dalam berbagai bentuk tergantung kepada zat yang dikontaminasi. 2.4.2 Parameter Kualitas Air Limbah Rumah Sakit
Parameter yang dianalisis pada air limbah rumah sakit adalah pH, suhu,
1. Derajat Keasaman (pH)
Pengukuran pH dalam air limbah berfungsi sebagai pengendali beberapa proses pengolahan (Reynolds and Richards, 1996). Konsentrasi pH yang baik adalah kadar yang masih memungkinkan kehidupan biologis di dalam air berjalan dengan baik. Air limbah dengan konsentrasi air limbah yang tidak netral akan menyulitkan proses biologis sehingga mengganggu proses penjernihannya (Sugiharto, 2008). Umumnya pH optimum untuk pertumbuhan bakteri berkisar 6,5-7,5 (Reynolds and Richards, 1996).
2. Suhu
Suhu adalah temperatur air limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan suhu merupakan parameter yang penting. Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi, dan volatilisasi, selain itu juga menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air, missal O2, CO2, N2, CH4, dan sebagainya (Effendi, 2003). Peningkatan suhu disertai dengan penurunan kadar oksigen terlarut sehingga keberadaan oksigen sering kali tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen bagi organisme akuatik untuk melakukan proses metabolism dan respirasi (Effendi, 2003).
3. Biological Oxygen Demand (BOD)
organik, dalam hal ini bahan organik yang dapat diuraikan dengan mikroorganisme alami (Alaerts and Santika, 1987).
4. Chemical Oxygen Demand (COD)
Chemical Oxygen Demand (COD) adalah jumlah oksigen (MgO2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air, dimana pengoksidasi K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent) (Alaerts dan Santika, 1987). Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air. COD merupakan parameter utama dalam menentukan tingkat pencemaran perairan selain BOD.
5. Total Suspended Solid (TSS)
Total Suspended Solid (TSS) adalah bahan-bahan tersuspensi dengan diameter > 1 μm yang tertahan pada saringan Millipore dengan diameter pori 0,45 μm (Effendi, 2003). TSS adalah parameter yang digunakan untuk
mengukur tingkat kandungan zat padat yang dapat mengendap (settleable solid). Zat-zat padat yang berada dalam suspensi dibedakan menurut ukurannya sebagai partikel tersuspensi koloid dan partikel tersuspensi biasa. Jenis partikel koloid adalah penyebab kekeruhan dalam air (efek Tyndall) yang disebabkan oleh penyimpangan sinar nyata yang menembus suspensi tersebut (Alaerts dan Santika, 1987).
6. NH3 bebas
dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat di dalam tanah dan air, yang berasal dari dekomposisi bahan organik (tumbuhan dan biota akuatik yang telah mati) oleh mikroba dan jamur (Effendi, 2003). Ammonia bebas dan klorin bebas akan saling bereaksi dan membentuk hubungan yang antagonis (Warren, 1971 dalam Alamsyah, 2007).
7. Detergen
Deterjen adalah golongan dari molekul organik yang dipergunakan sebagai pengganti sabun untuk pembersih supaya mendapatkan hasil yang lebih baik. Di dalam air, zat ini menimbulkan buih dan selama proses aerasi buih tersebut berada di atas permukaan gelembung udara dan biasanya relatif tetap (Sugiharto, 2008).
8. Phenol
Phenol merupakan limbah cair yang biasanya berasal dari industri tekstil, perekat, obat dan sebagainya Phenol dikenal juga sebagai monohidroksibenzena, merupakan kristal putih yang larut dalam air pada temperatur kamar. Phenol merupakan senyawa organik (C6H5OH) yang berbau khas dan bersifat racun, serta korosif terhadap kulit (menimbulkan iritasi) sehingga perlu adanya penanganan limbah phenol agar kadar phenol tidak melebihi ambang batas yang ditentukan pemerintah, sebab kadar phenol dalam air sangat berpengaruh besar dalam penentuan kualitas air (Pambayun, dkk., 2013).
9. Sisa Klor (CL2)
10.Fosfat (PO4)
Di perairan, unsur fosfat tidak ditemukan dalam bentuk bebas sebagai elemen, melainkan dalam bentuk senyawa anorganik yang terlarut (ortofosfat dan polifosfat) dan senyawa organik yang berupa partikulat (Effendi, 2003). Fosfat tidak bersifat toksik bagi manusia, hewan, dan ikan. Secara alami fosfat juga diproduksi dan dikeluarkan oleh manusia atau binatang dalam bentuk air seni dan tinja sehingga fosfat juga akan terdeteksi pada air limbah yang dikeluarkan rumah sakit (Suriawiria, 2003 dalam Alamsyah, 2007).
11.Mikrobiologi
Komposisi spesies dan keanekaragaman penting sebagai petunjuk adanya pengaruh zat pencemar. Keadaan biologis air diperiksa dengan parameter jumlah bakteri E. coli atau Coliform. Parameter ini dipilih oleh karena diantara organisme yang telah dipelajari, E.coli hampir memenuhi semua persyaratan sebagai organisme indikator yang ideal mengenai polusi air. Bakteri Coliform bersifat pathogen dan menunjukkan adanya kontaminasi zat pencemar dan menyebabkan organisme terkena penyakit.
2.4.3 Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit
1. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 986/Menkes/Pe/XI/1992 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
2. Kep. MENKES RI No. 228/MENKES/SK/III/2002 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang Wajib Dilaksanakan Daerah.
3. KepMenLH No. Kep-58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit di Indonesia.
4. Kep. Gubernur Jawa Timur No. 72 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit di Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur.
Baku mutu limbah cair kegiatan rumah sakit yang diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 58/MENLH/12/1995 dan Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2003 dapat dilihat pada Tabel 2.1
2.5 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah Sakit 2.5.1 Sumur Pengumpul (Pit)
Penggunaaan sumur pengumpul pada pre-treatment berfungsi untuk: 1. Menampung air limbah dari saluran pembawa atau sewer yang
kedalamannya di bawah permukaan instalasi pengolahan sebelum air dipompa ke atas.
2. Menstabilkan variasi debit dan konsentrasi air limbah yang akan masuk ke bangunan pengolahan air limbah (unit instalasi induk air limbah) sehingga tidak terjadi shock loading saat pengolahan. Dengan demikian kinerja instalasi dapat mencapai nilai optimum.
3. Meningkatkan kinerja saat keadaan down stream (aliran air limbah kecil). Air limbah yang dikumpulkan dalam sumur pengumpul dipompa menuju bangunan pengolah air limbah selanjutnya. Waktu tinggal air limbah di dalam sumur pengumpul tidak boleh terlalu lama (10 menit) sehingga air tidak menjadi septik yang dapat mengakibatkan bau yang tidak sedap karena terjadi proses anaerobik (Metcalf and Eddy, 2003).
2.5.2 Bak Ekualisasi
membuat air limbah dapat tercampur dengan sempurna. Untuk mempercepat proses pengadukan dipergunakan agitator mekanis dengan alat pengaduk berupa impeller (Siregar, 2005).
2.5.3 Clarifier (Bak Sedimentasi)
Sedimentasi adalah pemisahan partikel dari air dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Proses ini terutama bertujuan untuk memperoleh air buangan yang jernih dan mempermudah proses penanganan lumpur. Proses ini mengurangi beban air limbah sebesar 50%-70% SS dan 30%-40% BOD5. Sedimentasi dapat dilakukan dengan ataupun tanpa menggunakan bahan kimia. Sedimentasi tanpa bahan kimia (alami), bila partikel-partikel padat tersuspensi mengendap karena gaya beratnya. Sedangkan, sedimentasi dengan bahan kimia, yaitu sedimentasi yang dilakukan setelah penambahan bahan kimia untuk mengendapkan partikel-partikel yang telah menggumpal menjadi lebih besar, lebih berat, dan lebih stabil karena penambahan bahan kimia tersebut (Siregar, 2005). Proses penggumpalan partikel ini disebut dengan istilah koagulasi dan flokulasi.
umum digunakan adalah koagulan yang berupa garam logam, seperti alumunium sulfat, ferri klorida, dan ferri sulfat (Lee, dkk., 2008). Fungsi dari koagulan, yaitu membantu proses penggumpalan dan memisahkan zat padat penyebab kekeruhan (Ningsih, 2011).
2.5.4 Fixed Bed Cascade Bioreactor
Fixed Bed Cascade Bioreactor menggunakan metode proses pengolahanbiologis. Proses Fixed Bed Cascade Bioreactor ialah melalui media yang berkelok-kelok yang berfungsi sebagai tempat pertumbuhan bakteri aerob yang tumbuh melekat pada media dan membentuk lapisan biofilm. Kemudian, udara dimasukkan ke dalam bioreaktor melalui aerasi sehingga menimbulkan gelembung-gelembung udara yang dihasilkan dari mesin kompressor. Aerator dan bentuk media yang akan mengatur aliran air limbah yang masuk ke dalam
Fixed Bed Cascade Bioreactor sehingga kontak antara air limbah dengan lapisan biofilm terjadi berulang-ulang. Selama kontak, air limbah akan mengalami degradasi zat organik (Reinhardt and Gordon, 1995). Proses kerja dalam Fixed Bed CascadeBioreactor dapat dilihat pada Gambar 2.4.
2.5.5 Holding Tank (Bak Klorinasi)
Klorinasi merupakan metode yang banyak digunakan karena klor efektif sebagai desinfektan dan harganya terjangkau. Klorinasi bertujuan untuk mengurangi dan membunuh mikroorganisme patogen yang ada di dalam air limbah. Sumber klor yang biasa digunakan adalah klorin atau kaporit [Ca(OCl)2]. Klorin atau kaporit merupakan salah satu desinfektan kimia yang umum digunakan dalam pengolahan air bersih maupun air limbah. Klorin atau kaporit dapat membunuh mikroorganisme patogen, seperti Escherichia coli, Legionella,
Pneumophilia, Streptococcus, Facalis, Bacillus, Clostridium, Amoeba, Giardia,
Cryptosporidium, dan Pseudomonas (Rosyidi, 2010). 2.5.6 Mixed Media Filter (MMF)
Pada Mixed Media Filter (MMF) terjadi proses filtrasi. Filtrasi adalaah suatu proses pemisahan zat padat dari fluida (cair maupun gas) yang membawanya menggunakan suatu medium berpori atau bahan berpori lain untuk menghilangkan sebanyak mungkin zat padat halus yang tersuspensi dan koloid. Pada proses pengolahan air minum maupun air limbah, filtrasi digunakan untuk menyaring hasil dari proses koagulasi, flokulasi, sedimentasi sehingga dihasilkan air dengan kualitas baik. Di samping mereduksi kandungan zat padat, filtrasi dapat pula mereduksi kandungan bakteri, menghilangkan warna, rasa, bau, Fe (besi), dan Mg (mangan) (Reynolds and Richards, 1996).
1. Single media
Satu jenis media, seperti pasir silika atau dolomit saja. Filter single
media, yaitu filter cepat tradisional biasanya menggunakan pasir kuarsa (silika). Pada sistem ini penyaringan suspended solid (SS) terjadi pada lapisan paling atas sehingga dianggap kurang efektif karena harus sering dilakukan pencucian. 2. Dual media
Media yang digunakan, misalnya pasir silika dan anthrasit. Filter dual
media sering digunakan filter dengan media pasir kuarsa (silika) di lapisan bawah dan anthrasit pada lapisan atas. Keuntungan dual media, yaitu kecepatan filtrasi lebih tinggi (10-15 m/jam), periode pencucian lebih lama, dan murah. 3. Multi media
Media yang digunakan, misalnya pasir silika, anthrasit, dan garnet atau dolomit. Fungsi multi media adalah untuk memfungsikan seluruh lapisan filter agar berperan sebagai penyaring.
dapat dipergunakan secara granula yang berdiameter 0,1 mm atau dapat dipergunakan sebagai bubuk yang berukuran 200 mesh, Sedangkan, pasir silika dan kerikil merupakan media filtrasi dengan cara penyaringan (Sugiharto, 2008).
Filter setelah digunakan dalam kurun waktu tertentu akan mengalami penyumbatan akibat tertahannya partikel halus dan koloid oleh media filter. Tersumbatnya media filter ditandai oleh penurunan kapasitas produksi, peningkatan kehilangan energi (headloss) yang diikuti oleh kenaikan mukai air di atas media filter, dan penurunan kualitas air terproduksi. Jika keadaan ini telah tercapai, maka filter harus dicuci. Teknik pencucian filter cepat dapat dilakukan dengan menggunakan aliran balik (backwashing) dengan kecepatan tertentu agar media filter terfluidisasi dan terjadi tumbukan antar media. Tumbukan antar media menyebabkan lepasnya kotoran yang menempel pada media, selanjutnya kotoran yang telah lepas akan terbawa bersama dengan aliran air (Reynolds and Richards, 1996).
2.5.7 Unit Pengolahan Lumpur
Dari setiap tahap pengolahan air limbah, maka hasilnya adalah berupa lumpur. Jumlah dan sifat lumpur air limbah sangat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu jenis air limbah itu sendiri, tipe atau jenis pengolahan air limbah yang diterapkan, dan metode pelaksanaan. Hasil pengolahan air limbah berupa lumpur perlu diadakan pengolahan secara khusus agar lumpur tersebut dapat dimanfaatkan kembali untuk keperluan kehidupan (Sugiharto, 2008).
1. Sludge Collector
Lumpur yang dihasilkan dari setiap bangunan pengolahan air limbah pada tahap awalnya harus melalui proses pemekatan, supaya kadar air di dalam lumpur sedikit mengalami pengurangan. Dengan demikian akan memperkecil jumlah yang akan ditangani. Proses pemekatan dapat berupa pengentalan dengan gaya berat atau pengapungan dengan udara (Sugiharto, 2008).
2. Sludge Drying Bed (SDB)
Sludge Drying Bed (SDB) adalah metode yang paling tua untu sludge dewatering. Sampai saat ini, sludge drying bed masih digunakan dalam IPAL skala kecil hingga sedang (Siregar, 2005). Sludge drying bed merupakan suatu bak untuk mengeringkan lumpur hasil pengolahan sebelumnya. Sludge drying bed berguna untuk meremoval kadar air yang terkandung dalam lumpur sehingga terbentuk sludge cake yang dapat diangkat dengan mudah, dikomposkan, ditimbun dengan sistem landfill, ataupun dibakar di insinerator (Metcalf and Eddy, 2003).
31
3.1 Tempat dan Waktu Praktek Kerja Lapangan
Praktek Kerja Lapangan ini merupakan kegiatan studi lapangan bidang lingkungan yang mencakup kajian pengolahan limbah cair di lingkungan kerja Rumah Sakit Pura Raharja Kota Surabaya Jawa Timur. Praktek kerja lapangan dilaksanakan pada:
3.1.1 Tempat Praktek Kerja Lapangan
Praktek kerja lapangan ini dilaksanakan Tempat pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan di lingkungan kerja Rumah Sakit Pura Raharja Jalan Pucang Adi No. 12-14 Kertajaya, Gubeng, Kota Surabaya Jawa Timur. Secara khusus, praktek kerja lapangan ini dilakukan di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah Sakit Pura Raharja Surabaya.
3.1.2. Waktu Praktek Kerja Lapangan
Pelaksanaan praktek kerja lapangan dimulai dari pengenalan lingkungan rumah sakit, pengumpulan data dan pelaporan hasil Praktek Kerja Lapangan. Praktek kerja lapangan ini dilaksanakan pada:
Tanggal : 17 Juli – 4 Agustus 2017 Hari Kerja : Senin – Minggu
Waktu Kerja : 09.00 – 14.00 WIB.
3.2 Cara Kerja
Cara kerja dari Praktek Kerja Lapangan disajikan dalam bentuk bagan pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2 Diagram Alur Metode Praktek Kerja Lapangan Sumber: Data Pribadi (2017).
Pemilihan Topik Praktek Kerja Lapangan
Studi Literatur :
1. Gambaran Umum Rumah Sakit Pura Raharja Surabaya 2. Karakteristik limbah cair
3. Konsep pengolahan limbah cair
Pengumpulan Data: 1.. Urutan proses pengolahan limbah cair
2. Kualitas dan kuantitas efluen-influen dari instalasi pengolahan limbah cair
Pengolahan Data
Analisis dan Pembahasan
3.2.1 Topik Praktek Kerja Lapangan
Topik dari Praktek Kerja Lapangan memiliki kajian yang mencakup sistem pengolahan air limbah Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Pura Raharja. Topik ini dipilih berdasarkan penerapan pengolahan limbah cair secara nyata pada rumah sakit dalam meminimalkan potensi pencemaran terhadap lingkungan.
3.2.2 Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan informasi yang mendukung dari Praktek Kerja Lapangan ini. Literatur juga berfungsi untuk memperluas dan membatasi bidang yang akan dikaji. Literatur yang dipelajari meliputi buku, jurnal ilmiah, dan laporan penelitian yang dianggap relevan. Literatur yang digunakan pada kajian sistem pengolahan limbah cair Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Pura Raharja adalah literatur mengenai konsep pengolahan limbah cair dengan baku mutu KEP-58/MENLH/12/1995, SK Gubernur Jawa Timur No. 72 Tahun 2003 dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah (Anonim, 2014).
3.2.3 Pengumpulan Data
1. Studi Literatur
Studi lapangan dilakukan dengan pengamatan lapangan yang dilakukan terhadap keseluruhan unit Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Pura Raharja dengan data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder
2. Studi Referensi
Pengambilan dasar penyusunan laporan dan pengumpulan data yang digunakan dengan cara mempelajari dan membandingkan beberapa literatur atau mencari pembahasan tertulis dalam bentuk catatan ataupun arsip yang ada kaitannya dengan kegiatan kerja.
3. Wawancara
Pengambilan data dengan cara tanya jawab, berdiskusi, serta bimbingan praktek dengan pembimbing lapangan.
3.2.4 Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan mengenai data primer berupa proses dan unit pengolahan, serta data sekunder berupa kualitas dan kuantitas air limbah outlet diolah menjadi laporan praktek kerja lapangan. Pengolahan data dilakukan dengan bimbingan dan pantauan dari pembimbing lapangan maupun dosen pembimbing 3.2.5 Analisis dan Pembahasan
3.2.6Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan berisi hasil analisis dari keseluruhan kerja praktek yang telah dilakukan. Saran berupa masukan untuk Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja.
3.3 Cara Analisis Data
Data primer dan sekunder yang telah dikumpulkan dianalisis secara deskriptif sesuai dengan rumusan masalah pada laporan. Cara analisis data pada laporan praktek kerja lapangan ini adalah:
4.
1. Analisis proses pengolahan air limbah yang diterapkan instansi dijabarkan pada pembahasan laporan berdasarkan studi lapangan yang disesuaikan dengan studi literatur.
2. Rata-rata kualitas dan kuantitas air limbah pada outlet IPAL Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Pura Raharja adalah rata-rata hasil perhitungan data dengan jangka waktu pengambilan data selama 5 (lima) bulan, yaitu pada bulan Januari 2017 Februari 2017, April 2017, dan Juni 2017 yang diujikan di Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKL-PP), dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Surabaya. Hasil disajikan dalam bentuk grafik pada pembahasan.
3.4 Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapangan
Jadwal kegiatan yang akan dilakukan selama Praktek Kerja Lapangan dilangsungkan pada bulan 17 Juli – 4 Agustus 2017 dengan jadwal meliputi studi literatur, observasi awal kegiatan, pengumpulan data, pengumpulan laporan. Jadwal rencana Praktek Kerja Lapangan dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapangan
No. Jadwal Kegiatan Minggu ke-
I II III IV
37
Kajian proses pengolahan air limbah Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja (RSIA Pura Raharja) Surabaya membahas tentang proses pengolahan air limbah, kualitas dan kuantitas air limbah pada outlet Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) berdasarkan parameter yang sudah ditentukan, perbandingan antara kualitas air limbah pada outlet IPAL dengan baku mutu SK Gubernur Jawa Timur No. 72 Tahun 2013, dan efisiensi kinerja IPAL dalam meremoval kadar parameter.
Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja adalah rumah sakit koperasi Jawa Timur. Rumah sakit yang berdiri sejak tahun 1974 ini terletak di Jalan Pucang adi 12 - 14 Surabaya. Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja memiliki kapasitas rumah sakit dengan jumlah tempat tidur sebanyak 60 bed (Anonim, 2017a). Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja memiliki Instalasai Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk mengolah air limbah yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan rumah sakit. Daerah layanan IPAL Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja mencakup seluruh area rumah sakit.
Data yang digunakan dalam analisis adalah data sekunder, yaitu data Bed Occupation Rate (BOR), jumlah tempat tidur (bed) total, debit rata-rata outlet
Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKL-PP), Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Surabaya Provinsi Jawa Timur dengan jangka waktu pengambilan data satu bulan sekali.
4.1 Proses Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja
Proses pengolahan air limbah yang diterapkan di IPAL Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja adalah proses pengolahan dengan sistem Biofilter (Green Leaf). Sebelum air limbah diolah di IPAL, perlu diketahui sumber air limbah berasal dari mana saja dan sistem penyaluran air limbah dari sumber menuju IPAL. Selama air mengalir dari sumber menuju IPAL, air limbah sudah diolah secara fisik, yaitu dengan cara pengendapan. Proses pengendapan terjadi karena air limbah akan ditampung terlebih dahulu di dalam sumur pengumpul (pit). Air limbah yang tertampung dalam sumur pengumpul (pit) akan mengalir menuju IPAL untuk diolah secara lengkap, yaitu secara fisik, kimia dan biologi.
4.1.1 Sumber Air Limbah
Sumber-sumber yang menghasilkan air limbah di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja, antara lain:
1. Unit Pelayanan Medis a. Rawat inap
d. Kamar Operasi dan kamar bersalin 2. Unit penunjang pelayanan medis
a. Laboratorium
3. Unit penunjang pelayanan non medis
a. Laundry
b. Dapur gizi
c. Fasilitas umum (toilet, masjid, dan kantin) d. Kesekretarian atau administrasi
4.1.2 Sistem Penyaluran Air Limbah
Proses pengolahan air limbah yang diterapkan di IPAL Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Pura Raharja adalah proses pengolahan secara fisik, dan biologi. Sebelum air limbah diolah di IPAL, perlu diketahui sumber air limbah berasal dari mana saja dan sistem penyaluran air limbah dari sumber menuju IPAL. Selama air mengalir dari sumber menuju IPAL, air limbah sudah diolah secara fisik, yaitu dengan cara pengendapan. Proses pengendapan terjadi karena air limbah akan ditampung terlebih dahulu di dalam Bak atau sumur
Debit rata-rata air limbah yang dihasilkan = (70% - 80%) x Jumlah kebutuhan air bersih per hari Kebutuhan air bersih rumah sakit = 500 liter/bed/hari (Anonim, 2004)
Debit rata-rata outlet = 4,56 m3/hari
Perhitungan:
(1) Menghitung jumlah pemakaian bed rata-rata bulan Juni 2017 Jumlah bed rata-rata = BOR x jumlah bed total
=53,3 % x 25 bed
=13,325 bed = 13 bed
(2) Menghitung kebutuhan air bersih bulan Juni 2013
Jumlah kebutuhan air bersih = 13 bed x 500 liter/bed/hari =6500 liter/hari =6,5 m3/hari
(3) Menghitung debit rata-rata (Qave) air limbah yang dihasilkan bulan Juni 2017 Qave = 70 % x jumlah kebutuhan air bersih
=70 % x 6,5 m3/hari =4,55 m3/hari
(4)Menghitung debit rata-rata (Qave) inlet IPAL bulan Juni 2017 Qave inlet = Qave outlet
=4,55 m3/hari
(5)Menghitung debit kebocoran pipa air limbah
=4,56 m3/hari – 4,55 m3/hari =0,01 m3/hari
=10 liter/hari
imbah sebesar 10 liter/hari. Untuk lebih jelasnya, Gambar 4.1 merupakan skema massbalance air yang ada di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja.
Kebocoran pipa yang terjadi tidak cukup di setiap harinya. Untuk menjaga agar terjadinya kebocoran pipa air limbah tidak terlalu banyak, maka perlu adanya pemeriksaan rutin pada sistem penyaluran air limbah agar tidak terjadi kebocoran pipa selama menuju ke sumur pengumpul (pit) maupun menuju ke IPAL.
Gambar 4.1 Skema Mass Balance
4.1.3 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Instalasai Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang ada di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja dibangun sejak tahun 2005 dan direnovasi pada tahun 2015. Renovasi yang dilakukan pada tahun 2005 berupa penambahan unit-unit biofilter pada IPAL. Luas lahan Instalasai Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang ada di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja sebesar 18,55 m2 dengan dimensi panjang sebesar 6,65 m, lebar sebesar 2,79 m, dan tinggi sebesar 1,85
m. Kapasitas maksimum pengolahan air limbah per harinya kurang lebih sebesar 500 m3/hari. IPAL Rumah Sakit Pura Raharja beroperasi selama 24 jam penuh. Dalam operasionalnya, IPAL menggunakan bantuan pompa sebanyak 2 unit dengan kerja pompa yang digunakan secara bergantian selama 6 jam. Adapun alat-alat penunjang proses treatment IPAL system biofilter (green leaf), antara lain:
1. Alat IPAL
a. Unit biofilter
Fungsi : Proses aerob/reduksi zat organic air limbah dan BOD, COD, ammonia, phosphate suspended solid (SS), dan polutan lain yang ada dalam air limbah.
b. System drain
Fungsi : Untuk mengurangi air/sludge sisa treatment di unit biofilter c. Anti overflow
Fungsi : Untuk mencegah terjadinya air meluber lewat manhole d. Anti flowback
Fungsi : Untuk mncegah terjadinya hambatan aliran air limbah dalam biofilter.
e. Air supplier
f. Klorination
Fungsi : Untuk menetralisasi bakteri yang terikut sebelum dibuang ke got/sungai/badan air.
g. Stop kran air supplay
Fungsi : Untuk mengatur suplay oksigen dalam biofilter. h. Stop kran air sirkulation
Fungsi : Untuk mengatur debit output IPAL.
i. Transfer pump
Fungsi : Untuk memompa air limbah dari equalisasi ke biofilter j. Panel control
Fungsi : Untuk mengontrol pengoperasian peralatan IPAL (auto & manual)
k. Pond pump
Fungsi : Untuk sirkulasi air di dalam kolam. 2. Alat penunjang IPAL
a. Pompa input Biofilter : Untuk memompa air limbah dari equalisasi
. ke biofilter
b. Blower (air supplier) : Untuk mensuplay oksigen ke Biofilter
f. Pompa saluran : Untuk mengalirkan air limbah dari sumpit ke equalisasi.
g. Water level control : Untuk sistem automatis pompa
h. Sistem timer : Untuk seeting operasional air supplay dan penampung awal limbah (proses anaerob, homogenisasi & pretreatment). Saluran limbah yag digunakan adalah sistem gravitasi dan system pompa. Untuk system gravitasi menggunakan pipa PVC tipe AW, dengan ukuran 2”- 4”, dan unutk sistem pompa menggunakan pipa PVC tipe AW, dengan ukuran
1,5” - 2” dan pompa submersible dengan sistem operasional otomatis. Untuk mengontrol kebuntuan saluran menggunakan control point, yang dipasang di titik rawan buntu, dengan cara membuka tutup control point. Saluran limbah di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja dari semua sumber langsung masuk ke Sumur Pengumpul tau pit.
menampung semua air limbah yang berasal dari bak penampung atau bak pengumpul pada Gambar 4.2
Gambar 4.2 Sumur Pengumpul (Pit) (Dokumntasi Pribadi, 2017). 2. Bak Ekualisasi (Anaerobic Equalization)
Bak ekualisasi merupakan bak penampung air limbah yang dipompa oleh
pit. Unit ini berfungsi untuk menghomogenkan air limbah yang berasal dari berbagaisumber di rumah sakit agar tidak terjadi peningkatan beban air limbah secara mendadak (shock loading) dan fluktuasi debit (over flow) air limbah pada proses unit selanjutnya. Bak ekualisasi akan menstabilkan kandungan air limbah yang masuk dan dalam bak ekualisasi terjadi prosespengendapan awal (Djaja dan Maniksulistya, 2006).
Bak ekualisasi di Rumah Sakit Pura Raharja memiliki satu pompa
karakteristik berbagai jenis sumber air limbah cair infeksius dan non infeksius. Fungsi lain bak ekulaisasi anaerobik, yaitu proses penguraian polutan air limbah oleh bakteri anaerob, yaitu bakteri yang tidak memerlukan tambahan suplay oksigen, dengan adanya proses anaerob di bak ekualisasi efisiensi proses di biofilter sehingga proses aerob lebih stabil. Bak ekualisasi anaerobik terdiri dari beberapa stage/skat/ruang, yang berfungsi sedimentasi, untuk menghandel kotoran padat (pasir, lumpur tanah) dan kotoran melayang (plastic, kain, kayu) yang tidak bisa terurai oleh bakteri anaerob maupun aerob. Dalam bak ekualisasi anaerob terdapt ruang/stage tempat pompa submersible atau pompa celup yang berfungsi untuk memompa air limbah ke unit biofilter, pompa beroperasional otomatis, yaitu dengan system level indikator/ketinggian air dengan indikator pelampung. Bak ekualisasi ditunjukkan pada Gambar 4.3
Gambar 4.3 Bak Ekualisasi Anaerob (Dokumentasi Pribadi, 2017) 3. Reaktor Biofilter
supplay oksigen dan media sebagai sarana pertumbuhan bakteri pengurai (reduksi BOD, COD, ammonia, phosphate suspended solid (SS), detergent dan polutan lain yang ada dalam air limbah). Biofilter terdiri dari dua unit, yang terdiri dari empat stage/kompertamen untuk menyempurnakan proses dan untuk menambah efisiensi tahapan proses penguraian polutan dalam air limbah. Dalam biofilter, air limbah mengalir dari bawah ke atas melalui sistem pemipaan distributor yang terletak di dasar reaktor biofilter, system pemipaan distributor di desain khusus, sesuai dengan kondisi dan karakterstik air limbah dan kapasitas air limbah.
Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak kontaktor anaerob dengan arah aliran dari atas ke dan bawah ke atas. Di dalam bak kontaktor anaerob tersebut diisi dengan media dari bahan plastik atau kerikil/batu split. Jumlah bak kontaktor anaerob ini bisa dibuat lebih dari satu sesuai dengan kualitas dan jumlah air baku yang akan diolah. Penguraian zat-zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau fakultatif aerobik Setelah beberapa hari operasi, pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikro-organisme. Mikroorganisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum sempat terurai pada bak pengendap.
system) yang di desain sesuai dengan kondisi karakteristik air limbah dan kapasitas air limbah, untuk mendistribusikan aliran air supplay/oksigen agar kontak oksigen. Air dan bakteri yang melekat di media dan bakteri yang membentuk flok diantara media sampai merata. Polutan air limbah diuraikan oleh bakteri yang melekat pada media dan bakteri yang membentuk flok diantara media dan rongga pada media. Media yang digunakan untuk mengembangkan bakteri aerob di Rumah Sakit Pura Raharja, yaitu plastik berbentuk pyramid yang ditunjukkan pada Gambar 4.4
apabila jumlahnya sudah terlalu banyak (kurantg lebih 10 – 15 tahun). Dalam biofilter terdapat satu unit pompa. satu pompa merupakan pompa blower
dengan daya 5 HP (Horse Power) yang digunakan untuk mensuplai oksigen dalam bak Pasir atau lumpur tanah biasanya berasal dari alas kaki sandal, sepatu pegawai ataupun pengunjung ketika ke kamar mandi /wc. Dalam biofilter terjadi proses reduksi BOD, COD, ammonia, fosfat dan polutan lain yang ada dalam air limbah, sehingga hasil olahan memenuhi syarat buang sesuai peraturan baku mutu yang dipersyaratkan oleh pemerintah. Tiap biofilter sistem pipa defomaing untuk mereduksi bau dan busa yang timbul pada saat awal pengoperasian mesin IPAL. Reaktor Biofilter ditunjukkan pada Gambar 4.5
Gambar 4.5 Reaktor Biofilter (Dokumentasi Pribadi, 2017).
4. Fix Bed Cascade Bioreactor
yang tumbuh melekat pada media dan membentuk lapisan biofilm. Kemudian, udara dimasukkan ke dalam bioreaktor melalui aerasi sehingga menimbulkan gelembung-gelembung udara yang dihasilkan dari mesin kompressor. Aerator dan bentuk media yang akan mengatur aliran air limbah yang masuk ke dalam
Fixed Bed Cascade Bioreactor sehingga kontak antara air limbah dengan lapisan biofilm terjadi berulang-ulang. Selama kontak, air limbah akan mengalami degradasi zat organik (Reinhardt and Gordon, 1995). Gambar 4.6 merupakan gambar potongan A-A Fixed Bed CascadeBioreactor.
Gambar 4.6 Potongan A-A Fixed Bed Cascade Bioreactor
setelah beberapa hari kemudian timbul bau tidak sedap. Fixed Bed Cascade Bioreactor mempunyai dua bak.
Dalam Fixed Bed Cascade Bioreactor terdapat satu unit pompa. Satu pompa merupakan pompa blower dengan daya 2 HP (Horse Power) yang digunakan untuk mensuplai oksigen dalam bak. Setelah air limbah melewati unit ini, air limbah yang dihasilkan menjadi lebih jernih. Selanjutnya, air limbah secara gravitasi akan mengalir menuju ke bak indikator dan holding tank (bak klorinasi). Fixed Bed Cascade Bioreactor ditunjukkan pada Gambar 4.7
Gambar 4.7 Fixed Bed Cascade Bioreactor (Dokumentasi Pribadi, 2017). 5. Kolam Indikator
diolah layak buang. Kolam indikator digunakan sebagai bak kontrol untuk pengamatan hasil pengolahan air limbah.
Dalam kolam indikator ini terdapat ikan mas atau ikan komet sebagai bioindikator untuk mengetahui apakah hasil olahan air limbah berkualitas baik atau buruk. Kolam indikator ditunjukkan pada Gambar 4.8
Gambar 4.8 Kolam Indikator (Dokumentasi Pribadi, 2017). 6. Bak Klorinasi
Bak klorinasi adalah bak pengolahan yang terakhir sebelum melalui outlet. Pada bangunan klorinasi dilakukan penambahan kaporit yang berfungsi untuk proses desinfeksi. Bak klorinasi memiliki fungsi, yaitu untuk menetralisir bakteri/kuman, pada pipa effluent diinjeksikan kaporit cair. Berikut ini, operasional bak klorinasi di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja.
1. Dosis kaporit diatur dengan dosing pump, dengan perbandingan 100 gram kaporit berbanding 150 ltr air bersih
2. Kaporit yang dipakai berbentuk powder
4. Cara pelarutan kaporit : masukan kaporit powder kedalam ember kemudian tambah air bersih, diamkan beberapa lama, agar kaporit powder larut dengan air, masukan air kaporit hasil pelarutan ke feeder/tempat kaporit dan buang sisa ampas atau endapan kaporit.
Air dari bak indikator atau kolam ikan, setelah di klorinasi air hasil treatment
IPAL sudah layak buang, sesuai peraturan pemerintah yang berlaku. Kolam klorinasi ditunjukkan pada Gambar 4.9
Gambar 4.9 Bak Klorinasi (Dokumentasi Pribadi, 2017).
4.2 Kualitas dan Kuantitas Air Limbah Pada Outlet IPAL Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja
Pengolahan air limbah yang tepat adalah pengoalahan yang mampu meremoval bahan pencemar sehingga menghasilkan kualitas dan kuantitas
pada tiap bulan diujikan di Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKL-PP), dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Provinsi Jawa Timur.
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 05 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit, dan Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur No. 72 Tahun 2013 tentang Baku Mutu Air Limbah Rumah Sakit untuk Tingkat Provinsi Jawa Timur, parameter yang diujikan meliputi pH, suhu, Biological Oxygen Demand (BOD5), Chemical
Oxygen demand (COD), Total Suspended Solid (TSS), NH3 bebas, phosphate
(ortho), dan total koliform. Hasil pengujian kualitas dan kuantitas air limbah pada outlet Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja dapat dilihat pada lampiran.
4.2.1 Perbandingan Antara Kualitas Air Limbah Tiap Parameter pada Outlet IPAL dengan Baku Mutu
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 05 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit, dan SK Gubernur Jawa Timur No. 72 Tahun 2013 tentang Baku Mutu Air Limbah Rumah Sakit untuk Tingkat Provinsi Jawa Timur, parameter pada limbah cair yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit adalah pH, suhu, BOD5, COD, TSS,
Untuk mengendalikan kandungan yang ada pada air limbah, maka perlu adanya pengujian yang berfungsi untuk mengetahui apakah air limbah tersebut sesuai dengan baku mutu atau tidak. Titik sampling pengujian air
Pengukuran pH dalam air limbah berfungsi sebagai pengendali beberapa proses pengolahan. Air limbah dengan konsentrasi air limbah yang tidak netral akan menyulitkan proses biologis sehingga mengganggu proses penjernihannya. Hasil pengujian parameter pH outlet pada bulan Januari, Februari, Maret, April, dan Juni 2017 ditunjukkan pada Gambar 4.10. Baku mutu untuk parameter pH di kegiatan Rumah Sakit menurut SK Gubernur Jawa Timur No. 72 Tahun 2013, memiliki rentang 6 – 9. Pengukuran pH harus dilakukan ditempat pengambilan sample secara langsung, karena parameter pH memiliki kecenderungan mudah berubah kuantitasnya dalam lingkungan yang berbeda.
Gambar 4.10 Grafik Kadar Parameter pH (Data Pribadi, 2017)
Berdasarkan Gambar 4.10 Nilai minimum pH ada pada bulan Juni 2017 dengan nilai pH sebesar 7,1, sedangkan nilai maksimum pH ada pada bulan Maret 2017 dengan nilai pH sebesar 7,72. Rata-rata nilai pH dalam lima bulan terakhir, yaitu 7,46. Jika hasil tersebut dibandingkan dengan baku mutu SK Gubernur Jawa Timur No. 72 Tahun 2013, maka dapat disimpulkan bahwa kadar parameter BOD5 pada outlet IPAL Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Pura Raharja sesuai dan memenuhi baku mutu air limbah rumah sakit dengan standar baku mutu 6 - 9.
4.2.1.2Suhu
Suhu adalah temperatur air limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan suhu merupakan parameter yang penting. Peningkatan suhu disertai dengan penurunan kadar oksigen terlarut sehingga keberadaan oksigen sering
kali tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen bagi organisme akuatik untuk melakukan proses metabolisme dan respirasi (Effendi, 2003).
Gambar 4.11 Grafik Kadar Parameter Suhu (Data Pribadi, 2017)
Berdasarkan Gambar 4.11, maka dapat diketahui bahwa nilai suhu konstan selama enam bulan terakhir. Jika hasil tersebut dibandingkan dengan baku mutu SK Gubernur Jawa Timur No.72 Tahun 2013, maka dapat disimpulkan bahwa kadar parameter Suhu di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Pura Raharja sesuai dan memenuhi baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit dengan standar baku mutu sebesar ≤ 30ºC.
4.2.1.3Biological Oxygen Demand (BOD5)
Biological Oxygen Demand (BOD) dinyatakan sebagai jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan hampir semua zat organik terlarut dan zat organik yang tersuspensi dalam air (Alaerts and Santika, 1987). Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat
24
26
28
30
32
Januari Februari
Maret
April
Juni
Parameter Suhu
limbah cair, bahan organik, dan untuk mendesain sistem pengolahan limbah cair secara biologis. Hasil pengujian parameter BOD5 outlet pada bulan Januari, Februari, Maret, April, dan Juni 2017.
Berdasarkan Gambar 4.12, maka dapat diketahui bahwa kadar BOD5 pada bulan Januari adalah 25,3 mg/l, tetapi pada bulan Februari memiliki hasil 22,7 mg/l dan bulan Maret memiliki kadar 5,47 mg/l. Kinerja IPAL di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Pura Raharja sudah bekerja dengan baik dalam mengolah limbah Rumah Sakit Pura Raharja. Bulan April terjadi kenaikan kualitas BOD5 menjadi 13,1 mg/l sedangkan bulan Juni kadar cenderung turun pada titik 11,5 mg/l. Nilai minimum BOD5 ada pada bulan Maret 2017 dengan kadar sebesar 5,47 mg/l, sedangkan nilai maksimum BOD5 ada pada bulan Januari 2017 dengan kadar sebesar 25,3 mg/l
Gambar 4.12 Grafik Kadar Parameter BOD5 (Data Pribadi, 2017)
0
10
20
30
40
Januari Februari
Maret
April
Juni
Parameter BOD
5
Rata-rata kadar parameter BOD5 dalam lima bulan adalah 15,614 mg/l. Jika hasil tersebut dibandingkan dengan baku mutu SK Gubernur Jawa Timur No. 72 Tahun 2013, maka dapat disimpulkan bahwa kadar parameter BOD5 pada outlet IPAL Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Pura Raharja sesuai dan memenuhi baku mutu air limbah rumah sakit dengan standar baku mutu sebesar 30 mg/l.
4.2.1.4Chemical Oxygen Demand (COD)
Chemical Oxygen Demand (COD) adalah jumlah oksigen (MgO2) yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air, dimana pengoksidasi K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent) (Alaerts dan Santika, 1987). Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air. Hasil pengujian parameter COD outlet pada bulan Januari, Februari, Maret, April dan Juni 2017 ditunjukkan pada Gambar 4.13
Gambar 4.13 Grafik Kadar Parameter COD (Data Pribadi, 2017).