• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerusakan Jaringan Histopatologi Akibat kerusakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kerusakan Jaringan Histopatologi Akibat kerusakan "

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas Mata Kuliah KWID Filsafat Ilmu

KERUSAKAN JARINGAN HISTOPATOLOGI

AKIBAT FIKSASI FORMALIN 10%

Oleh: dr. Indah Yunalda

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS

PATOLOGI ANATOMI PENDIDIKAN KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA/ RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN

(2)

KERUSAKAN JARINGAN HISTOPATOLOGI

AKIBAT FIKSASI FORMALIN 10%

I. Pendahuluan

Histoteknik adalah metode atau cara/proses untuk mengolah jaringan dari spesimen tertentu melalui suatu rangkaian proses hingga menjadi sajian yang siap untuk diamati atau dianalisis. Setelah jaringan atau organ tubuh dari penderita diangkat, jaringan tersebut akan diolah hingga nantinya dapat diperiksa dibawah mikroskop dan ditentukan diagnosisnya. Adapun rangkaian daripada pembuatan sajian histologi yaitu: fiksasi (fixation), dehidrasi (dehydration), kliring (clearing), impregnasi, penanaman di dalam blok (embedding), pewarnaan (staining), perekatan (mounting), dan pelabelan (labelling). Semua proses diatas hendaknya dilakukan sebaik mungkin karena tiap proses akan menentukan baik buruknya spesimen yang akan kita buat.

Dari berbagai tahap pengolahan jaringan, fiksasi merupakan tindakan pertama dan sangat menentukan keberhasilan tahap selanjutnya dari pemrosesan jaringan. Tindakan ini bersifat irreversibel, artinya jika kesalahan terjadi pada proses ini maka tidak dapat diperbaiki dan akhirnya akan menghasilkan sediaan yang buruk. Selain harus dilakukan dengan cara yang benar, dalam proses fiksasi juga harus memperhatikan jenis cairan fiksasi yang akan digunakan.

Di sentra-sentra kesehatan selama bertahun-tahun, cairan formalin 10% merupakan pilihan utama dalam fiksasi jaringan. Namun ternyata penggunanaanya memberikan dampak yang negatif bagi sel-sel yang diawetkan sehingga cukup sulit untuk menentukan diagnosis yang tepat karena tidak menunjukkan gambaran yang sebenarnya. Untuk mengatasi hal ini maka diperlukan cairan fiksasi yang tidak bersifat toksik bagi sel sehingga nantinya diagnosis pun dapat ditegakkan secara akurat. Saat ini cairan formalin buffer 10% merupakan cairan yang dipilih untuk menggantikan formalin 10%. Penggunaan cairan ini dipilih karena selain murah, mudah didapat, dan memberikan hasil fiksasi yang cukup baik.

(3)

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui kenapa formalin 10% dapat merusak jaringan histopatologi yang difiksasi dengan cairan ini. Serta memilih cairan fiksasi yang tepat agar diperoleh hasil fiksasi yang baik sehingga dapat diperoleh diagnosis yang tepat.

III. Pembahasan

Fiksasi adalah proses pengawetan jaringan biologis dan mencegah proses autolisis atau proses pembusukan di dalam sel. Tujuan dari proses ini adalah mengawetkan jaringan sehingga jaringan secara permanen mirip sedekat mungkin dengan keadaan saat hidup, mempertahankan struktur sel atau jaringan, serta memadatkan atau mengeraskan jaringan sehingga mudah dipotong.

Fiksasi merupakan langkah awal sekaligus penentu keberhasilan untuk tahap selanjutnya dalam proses pengolahan jaringan. Adapun cara fiksasi yang benar diantaranya adalah sesegera mungkin memasukkan jaringan yang telah diangkat dari tubuh untuk dimasukkan ke dalam cairan fiksasi. Volume dari cairan fiksasi sebaiknya 15 sampai 20 kali volume jaringan. Untuk jaringan yang kecil dapat langsung dimasukkan ke dalam pot yang telah berisi cairan fiksasi kemudian ditutup rapat, sedangkan untuk jaringan yang besar dibuat potongan sejajar terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam wadah yang telah berisi cairan fiksasi. Hal ini dimaksudkan agar cairan fiksasi dapat memfiksasi jaringan secara merata sehingga proses autolisis dan pembusukan jaringan dapat dihindari.

Di dalam proses fiksasi ini, banyak sekali cairan yang dapat digunakan untuk mengawetkan jaringan, baik itu yang terdiri dari satu macam cairan kimia ataupun campuran dari beberapa macam bahan kimia. Adapun contoh cairan fiksasi yang terdiri atas satu macam bahan kimia yaitu formaldehid, etil alkohol, asam asetat, asam kromat, asam pikrat, potassium dikromat, ossium tetraklorida, acetone, dan merkuri klorida. Sedangkan cairan fiksasi yang terdiri dari campuran dari beberapa macam bahan kimia adalah larutan zenker, larutan bouin, dan larutan karnoy.

(4)

Dan cairan fiksasi yang dipilih untuk pemeriksaan histopatologi yang umumnya dipakai adalah formalin buffer 10%.

Formalin adalah larutan pekat formaldehid yang dipasarkan dan mengandung formaldehid 40%. Formaldehid yang memiliki struktur senyawa CH2O merupakan gas yang

mudah larut di dalam air sampai konsentrasi 40%. Larutan ini memiliki sifat tidak berwarna, jernih, bau menusuk dan korosif, uap merangsang selaput lendir hidung dan tenggorokan dan jika disimpan di tempat yang dingin dapat menjadi keruh. Disimpan dalam wadah tertutup, terlindung dari cahaya dengan suhu penyimpanan di atas 200c.

Walaupun banyak orang menyamakan antara formalin 10% dengan formalin buffer 10%, namun keduanya adalah larutan yang berbeda. Formalin 10% sendiri merupakan campuran dari formaldehid 40% dan aquadest dengan perbandingan 1: 9. Sedangkan pada formalin buffer 10% yang memiliki pH 7, tersusun atas formaldehid 40% (100cc), aquadest (900cc), sodium dihidrogen fosfat monohidrat (4 gram), dan disodium hidrogen fosfat anhidrat (6.5 gram).

Formalin 10% terutama terdapat dalam bentuk polimer dari formaldehid. Bentuk ini tidak dapat digunakan untuk fiksasi, yang dapat digunakan adalah bentuk monomernya. Untuk menghasilkan formalin dalam bentuk monomer diperlukan waktu, keculai bila pH larutan dibuat netral atau sedikit alkalis, karena kecepatan depolarisasi tergantung pada pH. Jadi jangan pernah menggunakan formalin 10% yang baru dibuat karena jaringan akan membusuk sebelum terfiksasi dengan baik. Selain itu formalin bersifat asam karena mengandung asam formiat akibat oksidasi formaldehid. Oleh sebab itu larutan formalin 10% harus dibuat netral atau sedikit alkalis dengan menambahkan larutan dapar fosfat dengan pH 7.2 sebagai pelarut, atau dengan menambahkan kalsium asetat. Selain itu penggunaan formalin 10% dapat menyebabkan terbentuknya pigmen formalin (acid formaldehyde haematin), yaitu akibat interaksi antara larutan formalin ber-pH asam dengan hemoglobin atau produknya. Pigmen formalin sering dijumpai pada organ-organ yang mengandung banyak darah seperti hati, limpa, dan sumsum tulang.

(5)

IV. Kesimpulan

Dalam proses pengolahan jaringan histopatologi, fiksasi merupakan langkah awal dan penentu keberhasilan dari proses pengolahan jaringan selanjutnya. Jika dalam tahap ini terjadi kesalahan, maka tidak akan dapat diperbaiki lagi (irreversible) dan akan memberikan hasil pemeriksaan atau sediaan yang tidak baik. Walaupun banyak sekali cairan yang dapat digunakan sebagai cairan fiksasi, namun golongan formaldehid lah yang seringkali digunakan dalam proses ini. Dan yang menjadi gold standart atau cairan fiksasi pilihan adalah cairan formalin buffer 10%.

V. Daftar Pustaka

Dr.Zulham, M.Biomed.Penuntun Pratikum Histoteknik Biomedik.Departeman Histoteknik FKUSU

Referensi

Dokumen terkait

Valbury Asia Securities or their respective employees and agents makes any representation or warranty or accepts any responsibility or liability as to, or in relation to, the

Jumlah lulusan hingga akhir tahun 2015 terlihat masih lebih sedikit dibandingkan dengan semester yang sama di tahun akademik 2014/2015 dikarenakan masih ada beberapa

Dari hasil pengujian dan analisis yang telah dilakukan pada aplikasi Visualisasi 3D Interaktif Masjid Agung Jawa Tengah dapat diberikan beberapa saran

David Nobel, telah melakukan riset mengenai efek dari musik terhadap tubuh manusia dimana mereka menyimpulkan bahwa : Apabila jenis musik yang kita dengar sesuai dan dapat

Adanya produk yang dijual secara obral dapat menguntungkan kedua belah pihak, (pihak pelaku usaha dan pihak konsumen). Akan tetapi, adanya syarat tersembunyi dalam

Abnormal return terjadi dengan reaksi cepat dan tidak berkepanjangan maka Bursa Efek Indonesia dinyatakan efisien bentuk setengah kuat secara informasi

Upaya untuk mewujudkan sosok manusia seperti yang tertuang dalam definisi dan tujuan pendidikan diatas tidaklah terwujud secara tiba-tiba. Upaya itu harus melalui

Penelitian mengenai penggunaan kombinasi level tepung kanji dan sagu pada bakso dari daging kelinci masih jarang diteliti sehingga penelitian ini dimaksudkan untuk