• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYULUHAN PENGGUNAAN ORALIT UNTUK MENANGGULANGI DIARE DI MASYARAKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENYULUHAN PENGGUNAAN ORALIT UNTUK MENANGGULANGI DIARE DI MASYARAKAT"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PEN YULUHAN PEN GGUN AAN ORALIT

UN TUK M EN AN GGULAN GI DIARE

DI M ASYARAKAT

Har iant o

Depar temen Far masi, FMIPA Univer sitas Indonesia

PEN D A HULUA N

Diare ad alah suatu p eny akit yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali sehari disertai adanya peru-bahan bentuk dan konsistensi tinja p end erita (Sutanto 1984; W inard i 1981).

Dikenal diare akut yang timbul d engan tiba-tiba d an berlangsung beberapa hari dan diare kronis yang berlangsung lebih dari tiga minggu bervariasi dari hari ke hari yang di-sebabkan o leh makanan tercemar atau penyebab lainnya (Anonim 1985; Winardi 1981).

Diare merupakan salah satu ma-salah kesehatan d i Ind o nesia d an menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga 1986 ternyata diare termasuk dalam 8 penyakit utama di Indone-sia (Budiarso 1986).

Angka kesakitan diare mencapai 200 sampai 400 kejadian tiap 1000 pen-duduk setiap tahun. Sebagian besar (70%-80%) pend erita ad alah anak balita dan 1%-2% dari penderita akan jatuh ke dalam dehidrasi dan bila tidak ditolong akan meninggal. Ter-catat 300.000-500.000 anak balita yang meninggal akibat diare (Gertruida et al, 1990; Winardi, 1981).

Sebenarnya cara yang efektif untuk mengatasi diare adalah dengan menggunakan Oralit. Untuk lebih meningkatkan penggunaan Oralit perlu dilakukan penyuluhan kepada masyarakat.

FA KTOR PENYEBA B DIA RE

Diare dapat disebabkan oleh in-feksi bakteri, virus atau parasit. Diare dapat juga disebabkan oleh

malab-ABSTRACT

Diarrhea is one of the common deseases and a attack any level of ages. Diarrhea can be tuated effectively by using oralit to replace the lost of body water. To increase the use of oralit against diarrhea, this trestment should be socialized to public with undergo a general lecture to enhanced the public knowledges cncerning diarrhea and causing factors, to make a group discussion of senior citizen and public figures to build positive attitude in using oralit, and to demonstrate the processing of oralit/LGG and how to use it to people.

(2)

sorpsi makanan, keracunan makanan, alerg i ataup un karena d efisiensi (Winardi, 1981).

Bahaya utama diare adalah ke-matian yang disebabkan karena tu-buh banyak kehilangan air dan garam yang terlarut yang disebut dehidrasi. Kematian lebih mudah terjadi pada anak yang bergizi buruk, karena gizi yang buruk menyebabkan penderita tidak merasa lapar dan orang tuanya tid ak seg era m em beri m akanan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang (Anonim, 1985).

Keadaan gizi yang buruk akan mempengaruhi lamanya diare dan komplikasinya. Anak dengan status kurang kalori protein akan menga-lami gangguan keseimbangan elek-trolit dan diare mempercepat proses ini. Pemberian air susu ibu terbukti meningkatkan daya tahan terhadap diare (Anonim, 1985; Artini, 1987).

Higiene dan sanitasi yang buruk mempermudah penularan diare baik melalui makanan, air minum yang tercemar kuman penyebab diare mau-pun air sungai.

Fakto r so sial budaya yang be-rupa pendidikan, pekerjaan dan ke-percayaan masyarakat membentuk perilaku positif maupun negatif ter-hadap berkembangnya diare. Peri-laku masyarakat yang negatif misal-nya membuang tinja di kebun, sawah atau sungai, minum air yang tidak dimasak dan melakukan pengobatan sendiri dengan cara yang tidak tepat (Artini , 1987).

Kepadatan penduduk dan sosial eko no mi yang rend ah serta

ling-kungan yang kurang mend ukung sering menimbulkan wabah diare.

D ehid rasi y ang terjad i p ad a penderita diare karena usus bekerja tidak sempurna sehingga sebagian besar air dan zat-zat yang terlarut didalamnya dibuang bersama tinja sampai akhirnya tubuh kekurangan cairan. Dehidrasi lebih mudah terjadi pada bayi dan balita serta pada pen-d erita pen-d emam. Derajat pen-d ehipen-d rasi diukur menurut persentase terjadi-nya penurunan berat badan selama diare. Bila berat badan turun kurang dari 5% termasuk dehidrasi ringan, berat badan turun 5%-10% termasuk d ehid rasi sed ang d an bila berat badan turun lebih dari 10% termasuk dehidrasi berat (Anonim 1985; 1990).

PENGOBA TA N DIA RE

Karena bahaya d iare terletak pada dehidrasi maka penanggulang-annya dengan cara mencegah timbul-nya dehidrasi dan rehidrasi intensif bila telah terjadi dehidrasi.

Rehidrasi adalah upaya meng-gantikan cairan tubuh yang keluar bersama tinja d engan cairan yang memadai melalui oral atau parenteral (Anonim, 1985; Rubin, 1985).

(3)

sebaik-nya diberi minuman Oralit. Oralit yang menurut W HO memp unyai komposisi campuran Natrium Klo-rida, Kalium KloKlo-rida, Glukosa dan Natrium Bikarbo nat atau Natrium Sitrat sekarang dijual dengan ber-bagai merek dagang seperti Cyma-trolit, Eltolit, Ottolyte, Kritallyte dan A qualite mengand ung ko mp o sisi yang sama (Bro milo w 1993; Patra 1992).

Tatalaksana p end erita d iare yang tepat dan efektif merupakan bagian penting dalam pemberantasan penyakit d iare khsususnya d alam upaya menurunkan angka kematian diare dan mengurangi ko mplikasi akibat d iare. Selain d arip ad a itu tatalaksana penderita yang berhasil akan p ula m enjad i p intu m asuk promosi kesehatan lain dan kegiatan kesehatan lingkungan lain d alam rangka menurunkan angka kesakitan diare.

M enurut Kep utusan Seminar Nasional Pemberantasan Diare prin-sip tata laksana diare adalah sebagai berikut :

1. Rencana Terapi A (Terapi diare tanpa dehidrasi di rumah) : Dalam tatalaksana diare di rumah: Jika anak tidak diberi A SI maka susu formula tetap diberikan. Jika berumur kurang dari 6 bulan dan belum mendapat makanan padat berikan susu formula selang-seling dengan Oralit/ cairan rumah tang-ga.

2. Rencana Terapi B (Terapi diare de-ngan dehidrasi ride-ngan/ sedang) :

a. Dalam pemberian cairan Oralit pada 4 jam pertama : untuk anak di bawah usia 6 bulan yang tidak diberi A SI, berikan 100-200 ml susu selang-seling dengan Ora-lit/ cairan rumah tangga. b. Dalam mengobservasi anak dan

m em bantu ibu m em berikan cairan Oralit, bila mata sembab pemberian Oralit dihentikan.

3. Rencana Terap i C (untuk d iare dengan dehidrasi berat) :

Terapi intravena Ringer Laktat bila diperlukan pada bayi setelah 1 jam pertama, diberikan 30 mg/ kg dan dapat dilanjutkan untuk 5 jam beri-kutnya 70 mg/ kg berat badan. Untuk anak-anak dan dewasa di-berikan Ringer Laktat secara intra-v ena d eng an d o sis 100 mg / kg berat badan (Greene 1980). Obat-obat lain yang sering dikom-binasikan dengan Oralit pada diare akut ad alah Tetrasiklin, Trime-to p rim , M etro nid az o l (Rubin 1985).

PA N D A N G A N M A SYA RA K A T

TERHA DA P ORA LIT

Sebelum melakukan penyuluhan penggunaan Oralit kepada masya-rakat perlu dilakukan analisis situasi perilaku masyarakat terhadap Oralit. Sebagai perbandingan dapat diambil hasil penelitian di Bali dan Bangla-desh.

(4)

Bali menunjukkan bahw a 82% pen-duduk desa Tuban dan 92% pendu-duk desa A biansemal tahu Oralit, dengan sumber informasi berasal dari tenaga kesehatan. 42% pend ud uk Tuban dan 48% penduduk A bian-semal dapat membuat Oralit/ LGG send iri, namun 49% pend ud uk d i Tuban dan 60% penduduk di Abian-semal tidak yakin akan khasiatnya (Artini 1987).

Hasil penelitian perilaku pendu-duk terhadap Oralit/ cairan rehidrasi oral di 5 kecamatan di Bangladesh menunjukkan bahw a penggunaan Oralit 86% untuk pengobatan diare, 16% untuk rehidrasi, 4% untuk meng-hilangkan sakit perut, 2% untuk men-cegah d iare d an 2% untuk meng-hilangkan haus penderita diare.

D ari p eng alam an m em akai Oralit, 58% pernah memakainya (92% untuk diare, 4% untuk mengganti ke-kurangan cairan tubuh dan 2% tidak menjaw ab).

Hasil pemakaian Oralit menyata-kan bahw a 84% berhasil, 6% tidak berhasil, 5% biasa saja dan 4% men-jaw ab hany a sebag ai p eng hilang haus.

Efek samping Oralit menurut respo nd en ad alah 80% tid ak ad a, 14% tidak tahu dan 6% mungkin ada. Sumber Oralit yang didapat ma-sy arakat ad alah 31% d ari d o kter setempat, 26% dari pasar, 25% dari to ko o bat/ ap o tik d an 18% d ari rumah sakit dan puskesmas.

A lasan responden tidak mema-kai Oralit pada w aktu diare adalah 83% tidak punya, 13% tidak tahu, 2%

anaknya menolak larutan Oralit, 2% karena harus ada resep dokter, 2% memakai Oralit jika diperlukan dan 2% tidak suka Oralit karena ada obat lain d i rum ah sakit/ p uskesm as (Green, 1986).

Penyuluhan kesehatan merupa-kan bagian yang tidak terpisahmerupa-kan dari pendidikan kesehatan yang pada garis besarnya ada 2 jenis yaitu : - Metoda didaktik, contohnya adalah

ceramah.

- Metoda sokratik, contohnya adalah diskusi kelompok dan demonstrasi (Notoatmodjo, 1986).

Perubahan perilaku masyarakat agar selalu hidup sesuai dengan nor-ma-norma kesehatan dapat dilakukan melalui strategi p emberian info r-masi/ ceramah d an d iskusi serta partisipasi (Notoatmodjo, 1993).

Untuk mew ujud kan p erilaku hidup sehat (healthy life style) harus tersedia faktor yang memungkinkan perilaku tersebut terwujud (enabling factors), misalnya tersedianya obat-obatan (Greene, 1980).

Kesemua hal diatas merupakan dasar dari konsep penyuluhan peng-gunaan Oralit untuk menanggulangi diare di masyarakat yang akan dike-mukakan.

KO N SEP PEN YULUHA N PEN G

-GUNA A N ORA LIT

1. Diagnosa edukatif :

(5)

penyebaran kuman diare, misalnya buang air besar di kebun, sawah, dan sungai serta meminum air yang tidak d im asak; tang g ap an m asy arakat bahw a d iare hanya gejala masuk angin atau pertumbuhan anak nor-m al d an nor-m asy arakat lebih suka membawa penderita diare langsung ke tem p at p elay anan kesehatan karena tidak tahu Oralit atau cairan rehidrasi oral lainnya.

2. Sasaran penyuluhan :

Tingkat kesehatan keluarga sa-ngat dipengaruhi oleh faktor tingkat pengetahuan dan sikap ibu terhadap kesehatan serta fakto r lingkungan fisik d an so sial bud ay a keluarg a tersebut.

Diare sebagian besar menyerang anak balita, maka prio ritas utama penyuluhan adalah ibu anak balita, disamping itu juga o rang tertentu yang berpengaruh terhadap orang tua balita, misalnya pemuka masya-rakat dan kader desa.

3. Tujuan penyuluhan :

- Menghilangkan perilaku ma-sy arakat y ang neg atif y ang tanp a d isad ari m em bantu penyebaran kuman diare, an-juran buang air besar di jam-ban, memasak air yang dimi-num, melind ung i makanan minuman dari lalat, debu dan kotoran lain, menjaga keber-sihan kuku, mencuci tangan sebelum makan, p emberian A SI sampai anak mencapai 2 tahun.

- Menimbulkan perilaku masya-rakat yang mendukung peng-g unaan O ralit atau cairan rehid rasi o ral lainnya untuk mencegah dehidrasi dan me-nanggulangi dehidrasi.

4. M etoda penyuluhan :

- Ceramah umum untuk mening-katkan pengetahuan masya-rakat terhad ap fakto r-fakto r y ang m em p eng aruhi d an m eny ebabkan d iare serta penggunaan Oralit.

- Diskusi kelo mp o k terutama terhadap ibu anak balita dan p em uka m asy arakat untuk menumbuhkan sikap po sitif terhadap penggunaan Oralit. - Demo nstrasi p embuatan

la-rutan Oralit atau cairan rehi-drasi oral lainnya dan penggu-naannya d i had apan masya-rakat.

5. Evaluasi :

Yang akan dievaluasi meliputi hal-hal sebagai berikut :

- Persentasi ibu anak balita dan kelompok masyarakat lainnya y ang m eng had iri ceram ah, diskusi dan demonstrasi. - Jumlah Oralit yang dibagikan

gratis kepada masyarakat dan persediaannya di puskesmas/ pustu/ posyandu.

(6)

p elay anan kesehatan d an menggunakan Oralit pada saat anaknya diare.

Hasil evaluasi ini merupakan umpan balik bagi pelaksana penyu-luh penggunaan Oralit.

KESIM PULA N

Penyuluhan penggunaan Oralit untuk menanggulangi diare masih diperlukan mengingat belum seluruh m asy arakat m eng etahui d eng an benar faedah Oralit untuk mengatasi dehidrasi.

Metoda penyuluhan yang digu-nakan meliputi ceramah umum ke-pada masyarakat, diskusi kelompok kaum ibu dan pemuka masyarakat serta demonstrasi pembuatan larutan Oralit berikut penggunaannya.

SA RA N

Penyuluhan penggunaan Oralit untuk mengatasi d iare sebaiknya dilakukan bersamaan dengan penyu-luhan imunisasi, kesehatan ibu dan anak, gizi dan keluarga berencana.

Penyuluhan tersebut sebaiknya diprioritaskan kepada ibu anak balita yang berpendidikan sosial dan eko-nomi rendah di daerah endemis dan w abah.

PEN UTUP

Sebagian besar penyakit diare pada dasarnya timbul karena kurang

diperhatikannya faktor kebersihan, oleh karena itu perhatian terhadap faktor kebersihan harus lebih diuta-makan dan hal ini merupakan tin-dakan preventif yang lebih baik jika d iband ing kan d eng an tind akan kuratif.

DA FTA R PUSTA KA

A no nim, Dit. Jen. P2M d an PLP,

Keputusan Seminar N asional Pemberantasan D iare, Dep.Kes. RI, Jogyakarta (1990).

Anonim, World Health Organization,

The M anagement of Diarrhoea and Used of Oral Rehidration Therapy, Geneva (1985).

Anonim, World Health Organization,

Treatment and Prevention of A cute Diarrhoea, Geneva (1985). Bambang Winardi, Diare dan Upaya

Pemberantasannya, Dit. Jen. P3M, Dep.Kes. RI, Jakarta (1981). Bromilow David, Indonesian Index of

M edical Specialities. Vol. 22, No. 2, Mediprom, Singapure (1993). Budiarso R., dkk, Survey Kesehatan Rumah Tangga, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta (1986).

Gertruid a, T. Surahni, N inik S, Sukowidodo, Laporan Pelaksana-an Komunikasi Program P2 Diare di Indonesia, Pusat Penyuluhan Kesehatan M asy arakat, Dep . Kes. RI, Jakarta (1990).

(7)

Rehi-dration Salt in Bangladesh, Soc. Sci. M ed. Vol. 23 (4), (1986). Greene Laurence, Health Education

Planning, The Jo hns Ho p kins University, Mayfiled Publishing Company (1980).

Ida Ayu Artini, Pemasyarakatan Ora-lit/Larutan Gula Garam D alam Upaya Penanggulangan D iare di D ua D esa di Kabupaten Badung Propinsi Bali. FKM-UI, Jakarta (1987).

Ketut Patra, ISO Indonesia, Ed isi Farmakoterapi. Ikatan Sarjana Farm asi Ind o nesia, V o .20. (1992).

Notoatmodjo S., Komponen Pendidikan Pada Penyuluhan Kesehatan M

a-syarakat, Badan Penerbit Kese-hatan M asy arakat, FKM -UI, Jakarta (1986).

Notoatmodjo S., Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan, Edisi I, Andy Offset, Jogyakarta (1993).

Rubin B, Management of Acute Di-arrhoea. Indian Council of M edi-cal Research, National Institute of Cho lera and Enteric Disease (1985).

Referensi

Dokumen terkait

Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi tinja yang lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya, berlangsung kurang dari 2

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali per hari dan disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan

Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak

Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan higiene ibu dan anak (Cuci Tangan Pakai Sabun dan Perilaku Buang Air Besar) serta sanitasi dasar dengan kejadian diare

Diare adalah frekuensi buang air besar yang bertambah dari biasanya (tiga kali atau lebih), ditandai dengan perubahan ben- tuk dan konsistensi tinja yang lembek sam-

Hal ini membuktikan bahwa keadaan air yang bersih dapat mengurangi resiko terjadinya diare, karena diare dapat timbul karena bakteri bawaan oleh lalat ke makanan yang

Seseorang yang dikatakan mengalami diare apabila feses yang dikeluarkan lebih banyak berair dari biasanya, atau jika buang air besar dalam sehari bisa tiga kali atau

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara kejadian diare dengan sanitasi total yang meliputi perilaku BAB (Buang Air Besar), perilaku CTPS (Cuci