• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VII SEKTOR LUAR NEGERI DAN NERACA PEMBAYARAN - BAB VII-international trade

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB VII SEKTOR LUAR NEGERI DAN NERACA PEMBAYARAN - BAB VII-international trade"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VII

SEKTOR LUAR NEGERI DAN NERACA PEMBAYARAN

Satuan Acara Perkuliahan 7

Sub Pokok Bahasan:

 Perdagangan Internasional

 Teori Perdagangan Internasional

 Neraca Pembayaran

Deskripsi Singkat:

Bab 7 menjelaskan tentang definisi perdagangan internasional dan beberapa faktor yang menjadi pendorong negara melakukan perdagangan luar negeri, teori perdagangan internasional yaitu merkatilisme, keunggulan absolut dan keunggulan komparatif. Dengan adanya perdagangan internasional maka diperlukan adanya neraca perdagangan untuk mencatat tentang transaksi internasional. Selain itu, dijelaskan juga bagaimana neraca pembayaran di Indonesia.

Dengan membaca bab ini, pembaca diharapkan mampu:

 Menjelaskan bagaimana terjadinya perdagangan dengan negara lain

 Menjelaskan teori perdagangan

(2)

7.1. Perdagangan Internasional

Perdagangan luar negeri akan memberikan sumbangan yang positif kepada kegiatan ekonomi negara telah lama diyakini di kalangan ahli-ahli ekonomi. Mazhab Merkantilis, yaitu ahli-ahli ekonomi yang hidup di sekitar abad ke-16 dan ke-17 berpendapat bahwa perdagangan luar negeri merupakan sumber kekayaan kepada sesuatu negara. Menurut mereka kemakmuran yang lebih tinggi akan dicapai apabila sesuatu negara melakukan perdagangan luar negeri.

Terdapat beberapa faktor yang menjadi pendorong negara melakukan perdagangan luar negeri, yaitu:

1. Memperoleh barang yang tidak dapat dihasilkan di dalam negeri. 2. Mengimpor teknologi yang lebih modern dari negara lain. 3. Memperluas pasar produk-produk dalam negeri.

4. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi.

7.2. Teori Perdagangan Internasional

Teori-teori perdagangan internasional adalah teori-teori yang mencoba memahami mengapa sebuah negara (perekonomian) mau melakukan kerja sama perdagangan dengan negara-negara lain. Hubungan internasional bukanlah sesuatu yang baru, namun sebuah paparan teoretis yang sistematis baru dikembangkan sekitar abad ke-17. Di samping itu, teori perdagangan internasional juga dapat menunjukkan adanya keuntungan yang timbul dari adanya perdagangan internasional (gains from trade). Beberapa teori yang menerangkan tentang timbulnya perdagangan internasional adalah sebagai berikut:

7.2.1. Merkantilisme

Merkantilisme (Merchantilism) adalah ajaran atau paradigms yang berkeyakinan bahwa perekonomian suatu negara makin makmur bila mampu memaksimalkan surplus perdagangan. Konsekuensinya adalah memaksimalkan ekspor sekaligus meminimumkan impor. Dengan demikian surplus perdagangan akan maksimal.

Dilihat sepintas, ide dasar Merkantilisme sangat menarik, sebab berdasarkan pen-jelasan dalam Bab XI tentang model keseimbangan Keynesian, surplus perdagangan mempunyai efek multiplier yang akan meningkatkan output keseimbangan. Peningkatan output keseimbangan akan meningkatkan konsumsi dan kesempatan kerja.

(3)

1. Pandangan bahwa kemakmuran suatu negara diukur dari banyaknya uang (logam mulia) yang dapat dikumpulkan. Makin banyak logam mulia yang dapat dimiliki berarti makin baik. Konsekuensi pemikiran ini adalah surplus perdagangan harus disimpan dalam bentuk cadangan logam mulia, terutama emas. Pandangan ini menyebabkan surplus perdagangan yang dihasilkan tidak menciptakan efek multiplikasi, seperti yang diharapkan dalam teori modern, sebab meningkatnya stok logam mulia bermakna meningkatnya aset yang menganggur.

2. Merkantilisme menganjurkan kebijakan perdagangan yang kontroversial, yaitu pro-teksi yang ketat dan pemberian hak monopoli kepada produsen domestik. Propro-teksi yang ketat bertujuan membatasi bahkan menyetop aliran impor barang dan jasa. Dengan demikian pasar untuk produk-produk domestik terjamin. Pemberian hak monopoli kepada produsen domestik akan meningkatkan kemampuan bersaing dan kepastian pasar, sehingga kegiatan produksi terns berlangsung. Kelemahan kebijakan ini adalah rakyat terpaksa membeli produk-produk domestik yang harganya lebih mahal daripada produk negara lain, sementara kualitasnya tidak sebaik produk negara lain. Pemberian hak monopoli pada akhirnya memanjakan produsen domestik, yang menyebabkan mereka tidak termotivasi untuk meningkatkan efisiensi dan atau inovasi.

Dewasa ini, ide Merkantilisme diadaptasi kembali oleh negara-negara kapitalis, yang dikenal sebagai Merkantilisme Baru (Neo-Merchantilism). Ciri utama Merkantilisme Baru adalah pemeliharaan surplus perdagangan, bila perlu dengan melakukan proteksi. Hanya raja proteksi yang dilakukan lebih sopan dan melalui kebijakan-kebijakan yang bersifat nonekonomi. Misalnya, tuntutan negara-negara barat agar eksportir yang diprioritaskan adalah mereka yang memperhatikan kelestarian alam (setiap produk harus memiliki green label atau label hijau) dan hak asasi manusia (memberi upah dan jam kerja yang layak), oleh banyak NSB dicurigai sebagai cara baru untuk menghambat ekspor NSB ke negara-negara kapitalis. Sebab dewasa ini banyak sekali produk kebutuhan pokok NSB, terutama produk pertanian, tekstil dan elektronik sederhana, yang memasuki pasar negara-negara kapitalis. Hal ini dimungkinkan karena harga jualnya jauh lebih murah daripada produk serupa yang dihasilkan negara-negara kapitalis.

7.2.2. Keunggulan Absolut (Absolute Advantages)

(4)

produktivitas. Sebab lewat perlindungan dan hak monopoli, pengusaha tidak terdorong untuk melakukan efisiensi dan inovasi. Akibatnya, produksi yang dihasilkan bukan saja jumlahnya menjadi lebih sedikit, tetapi juga harga jualnya makin mahal, kualitasnya pun belum tentu balk. Dengan kata lain, harga yang hares dibayar dari kebijakan perlindungan seperti yang diusulkan Merkantilisme adalah kesejahteraan (kemakmuran) rakyat.

Sebaliknya, Smith amat yakin bahwa perdagangan akan meningkatkan kemakmuran bila dilaksanakan melalui mekanisme perdagangan bebas. Melalui mekanisme perdagangan bebas, para pelaku ekonomi diarahkan untuk melakukan spesialisasi dalam upaya peningkatan efisiensi. Menurut Smith, sebaiknya spesialisasi dilakukan berdasarkan pertimbangan keunggulan absolut, yaitu keunggulan yang dilihat dari kemampuan produksi dengan biaya lebih rendah. Sebab bila biaya produksinya lebih rendah, dengan input yang sama dapat dihasilkan output yang lebih banyak. Untuk lebih memperjelas, kita ikuti contoh kasus di bawah ini.

Kasus 7.1

Untuk memahami konsep Smith, kita membangun dunia khayal yang terdiri atas dua negara, yaitu Indonesia dan Jepang. Komoditas yang diproduksi juga hanya dua yaitu sepeda motor (motor) dan beras. Biaya produksi semata-mata adalah biaya tenaga kerja, dimana jumlah dan kualitas serta upah tenaga kerja di kedua negara tersebut adalah sama. Tidak ada biaya transaksi dan biaya transportasi. Data-data hipotesis tentang tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memproduksi setiap unit komoditas di masing-masing negara tertera dalam Tabel 7.1 di bawah ini.

Tabel 7.1

Biaya Produksi per Unit Sepeda Motor dan Beras Diukur Dengan Jumlah Tenaga Kerja yang Digunakan untuk Memproduksi

1 Unit Output di Indonesia dan Jepang

Negara Motor (M) Beras (B) Rasio Tukar Domestik

Indonesia 60 15 1 M : 4 B

Jepang 12 24 1 M : 1/2 B

(5)

Motor (unit)

Motor (unit)

Beras (unit)

Beras (unit)

(a) Indonesia (b) Jepang

20

80 50

100

dikorbankan untuk memproduksi 1 unit motor) adalah 1 : 4. Artinya, setiap unit motor nilainya sama dengan 4 unit beras. Bagi Jepang, biaya produksi per unit motor hanya separo biaya produksi per unit beras. Sebab biaya produksi per unit beras adalah 24, sedangkan per unit motor hanya 12. Dengan demikian rasio tukar domestik adalah 1 : 1 /2; Setiap unit motor setara dengan setengah unit beras.

Data-data di atas menunjukkan bahwa secara absolut Jepang lebih efisien dalam memproduksi motor, sedangkan Indonesia lebih efisien dalam memproduksi beras. Hal ini lebih jelas bila kits melihat kurva kemungkinan produksi (production possibilities curve, disingkat PPC) kedua negara tersebut. Bila jumlah tenaga kerja di masing-masing negara adalah 1000 orang, maka kombinasi output yang dihasilkan dan PPC adalah sebagai berikut.

Tabel 7.2

Potensi Produksi Motor dan Beras di Indonesia Dan Jepang tanpa Spesialisasi (unit)

Negara

Motor

(M) Beras (B) Rasio Tukar Domestik Indonesia (1000) 20 x 50 80 x 12,5 1 M : 4 B Jepang (1000) 100 x 10 50 x 20 1 M : 1/2 B

Diagram 7.1

Kurva Kemungkinan Produksi Indonesia dan Jepang

(6)

memproduksi motor, Jepang mampu memproduksi motor lebih banyak daripada Indonesia. Sebaliknya, Indonesia mampu memproduksi lebih banyak beras. Karena itu sebaiknya Jepang menspesialisasikan diri pada produksi motor, sedangkan Indonesia pada beras.

1) ManfaatSpesialisasi

Yang dimaksud dengan manfaat perdagangan internasional adalah meningkatnya kemampuan potensial konsumsi domestik akibat perdagangan dengan negara lain. Untuk membuktikannya, mari kita perhatikan lanjutan Kasus 7.1 di bawah ini.

Seandainya pada awalnya baik Indonesia maupun Jepang mengalokasikan masing-masing separo tenaga kerjanya untuk memproduksi motor dan beras, maka hasilnya adalah:

Tabel 7.3

Potensi Produksi Motor dan Beras di Indonesia dan Jepang dengan Spesialisasi (unit)

Negara Sebelum Spesialisasi Setelah Spesialisasi Motor Beras Motor Beras

Indonesia 500 10 40 0 80

Jepang 500 50 25 100 0

Total Dunia 60 65 100 80

a. Kombinasi konsumsi domestik Indonesia adalah 10 unit motor dan 40 unit beras. b. Kombinasi konsumsi domestik Jepang adalah 50 unit motor dan 25 unit beras. c. Total konsumsi dunia adalah 60 unit motor dan 65 unit beras.

Bila masing-masing negara melakukan spesialisasi, dimana Indonesia hanya memproduksi beras, sedangkan Jepang hanya memproduksi motor, maka kemungkinan konsumsi rakyat di kedua negara akan makin besar. Sebab dengan spesialisasi, produksi motor menjadi 100 unit atau meningkat sebesar 40 unit, sementara produksi beras menjadi 80 unit atau meningkat 15 unit.

2) Manfaat Perdagangan Luar Negeri

(7)

Bagi Indonesia yang komoditas unggulannya adalah beras, bila harga jual motor Jepang lebih sedikit daripada empat unit beras (<4), Indonesia akan mengimpor motor dari Jepang, sebab harga motor Jepang lebih murah dari harga motor domestik, atau harga jual beras di pasar internasional lebih mahal daripada harga pasar domestik. Dilihat dari sisi Jepang, jika harga beras Indonesia < 2 unit motor, atau harga motor Jepang > 1/2 unit beras, maka Jepang akan mengimpor beras dari Indonesia (atau mengekspor motornya ke Indonesia). Transaksi perdagangan Indonesia-Jepang akan terjadi bila nilai tukar motor berkisar antara > 1/2 sampai < 4 unit beras.

Jika nilai tukar internasional motor:beras adalah 1 : 1, artinya setiap unit motor nilainya sama dengan 1 unit beras, maka transaksi perdagangan akan terjadi, sebab rasio 1 : 1 berada dalam interval > 1/2 sampai < 4. Tabel di bawah ini menunjukkan jika Indonesia ingin tetap mempertahankan konsumsi awalnya, yaitu 40 unit beras, maka Indonesia dapat mengekspor 40 unit beras ke Jepang. Dengan rasio tukar 1 : 1, Indonesia akan memperoleh 40 unit motor Jepang. Karena Jepang memproduksi motor, maka konsumsi motor dalam negeri menjadi 60 unit (100 unit produksi - 40 unit ekspor).

Perhatikan kombinasi konsumsi masing-masing negara karena adanya perdagangan. Indonesia : 40 unit beras dan 40 unit motor, yang berarti konsumsi motor meningkat sebanyak 30 unit (40-10), sedangkan Jepang 60 unit motor dan 40 unit beras. Artinya konsumsi motor di Jepang meningkat 10 unit (60-50), sedangkan konsumsi beras meningkat 15 unit (40-25).

Tabel 7.4

Manfaat Perdagangan Internasional (unit)

Negara

Sebelum

Spesialisasi Setelah Spesialisasi Motor Beras Motor Beras

Indonesia 500 10 40 (1) 40 40

Jepang 500 50 25 60 40

Total Dunia 60 65 100 80

Diagram 7.2

(8)

Motor

(unit) Motor(unit)

Beras (unit)

Beras (unit)

(a) Indonesia (b) Jepang

20

80 50

100

PPC setelah perdagangan internasional

Konsumsi setelah perdagangan internasional (40 beras, 40 motor)

Konsumsi sebelum perdagangan internasional (40 beras, 10 motor)

Konsumsi setelah perdagangan internasional (40 beras, 60 motor)

Konsumsi sebelum perdagangan internasional (25 beras, 50 motor)

PPC setelah perdagangan internasional

60 40

40 40

7.2.3. Keunggulan Komparatif (Comparative Advantages)

Yang menjadi pertanyaan, apakah yang harus dilakukan bila sebuah negara tnemiliki keunggulan absolut atas semua komoditas yang diperdagangkan. pertanyaan ini sangat relevan dengan dunia nyata. Misalnya, secara teknis Amerika Serikat (USA) memiliki keunggulan absolut dalam memproduksi mobil dan tekstil dibanding Indonesia. Tetapi mengapa USA mengimpor tekstil dari Indonesia. Bukankah lebih balk bila USA mengekspor mobil dan tekstil ke Indonesia?

Kasus 7.2 di bawah ini adalah contoh kuantitatif dari kasus di atas. Tabel 7.5 menunjukkan bahwa USA memiliki keunggulan absolut dalam produksi mobil maupun tekstil. Untuk memproduksi satu unit mobil, USA hanya membutuhkan 25 tenaga kerja, sedangkan Indonesia 100 tenaga kerja. Untuk memproduksi satu unit tekstil, USA hanya membutuhkan 10 tenaga kerja, Indonesia 20 tenaga kerja.

Tabel 7.5

Biaya Produksi per unit Mobil dan Tekstil, Diukur Dengan Jumlah Tenaga Kerja yang Digunakan untuk Memproduksi 1 unit Output di Indonesia dan USA

(9)

Indonesia 100 20 1 M : 5 T

USA 25 10 1 M : 2,5 T

Bila baik Indonesia maupun USA masing-masing memiliki 1.200 tenaga kerja, maka kombinasi output yang dihasilkan masing-masing negara adalah sebagai berikut:

Tabel 7.6

Potensi Produksi Mobil dan Tekstil di Indonesia Dan USA Tanpa Spesialisasi (unit)

Negara Mobil (M) Textil (T) Rasio Tukar Domestik Indonesia (1200) 12 (100) 60 (20) 1 M : 5 T

USA (1200) 48 (25) 120 (10) 1 M : 2,5 T

Teori keunggulan absolut tidak dapat menjawab apakah sebaiknya USA dan Indo-nesia melakukan perdagangan. Tetapi menurut David Ricardo, IndoIndo-nesia dan USA dapat melakukan perdagangan bila masing-masing negara memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage).

Dari tabel di atas kita tahu bahwa dilihat dari rasio tukar domestiknya, harga mobil di USA diukur dengan unit tekstil adalah dua kali lebih murah daripada harga mobil di Indonesia. Karena itu biaya ekonomi memproduksi tekstil di USA lebih mahal dibanding di Indonesia. USA memiliki keunggulan komparatif dalam memproduksi mobil, karenanya sebaiknya USA menspesialisasikan diri dalam memproduksi mobil. Sedangkan Indonesia memproduksi tekstil.

Keunggulan komparatif USA dalam memproduksi mobil dapat juga dilihat dari tingkat efisiensi relatifnya. Karena untuk memproduksi 1 unit mobil USA hanya membutuhkan 25 tenaga kerja, sementara Indonesia membutuhkan 100 tenaga kerja, maka USA memiliki efisiensi 4 kali lipat dalam produksi mobil. Sedangkan dalam produksi tekstil, USA memiliki efisiensi hanya dua kali lipat. Karena itu sebaiknya USA menspesialisasikan diri dalam produksi mobil, sedangkan Indonesia memproduksi tekstil.

1. Manfaat Spesialisasi

Jika baik Indonesia maupun USA pada awalnya mengalokasikan masing-masing separo

angkatan kerjanya untuk memproduksi mobil dan tekstil, maka kombinasi konsumsi masing-masing negara adalah seperti tertera dalam Tabel 7.7. Indonesia 6 unit mobil dan 30 unit tekstil, sementara USA 24 unit mobil dan 60 unit tekstil, dengan potensi konsumi dua negara adalah 48 unit mobil dan 60 unit tekstil.

(10)

Potensi Produksi Mobil dan Tekstil di Indonesia dan USA Dengan Spesialisasi (unit)

Negara Sebelum Spesialisasi Setelah Spesialisasi Mobil Textil Mobil Textil

Indonesia (600) 6 30 0 60

USA (600) 24 60 48 0

Total Dunia 30 90 48 60

Start and over

2. Manfaat Perdagangan Internasional

Sama halnya dengan kasus keunggulan absolut, maka dalam kasus keunggulan komparatif, perdagangan baru terjadi bila rasio tukar internasional lebih menguntungkan dibanding rasio tukar domestik. Bagi Indonesia, perdagangan baru dilaksanakan bila harga per unit mobil di pasar internasional < 5 unit tekstil. Sebaliknya, USA baru mau menjual mobilnya bila harga per unit mobil > 2,5 unit tekstil. (1;1) (1:3)

Misalkan harga mobil di pasar internasional adalah 3 unit tekstil, maka baik USA maupun Indonesia akan melakukan perdagangan. Seandainya Indonesia ingin mempertahankan konsumsi tekstil dalam negerinya, sebesar 30 unit, maka karena melakukan spesialisasi di tekstil Indonesia dapat mengeksspor 30 unit tekstil ke USA. 10: 30

Dengan harga yang berlaku, Indonesia memperoleh 10 unit mobil. Dengan perdagangan internasional, ternyata konsumsi rakyat Indonesia makin baik dengan bertambahnya konsumsi mobil sebanyak 4 unit (10 unit - 6 unit).

Tabel 7.8

Manfaat Perdagangan Internasional antara Indonesia dan USA (unit)

Negara Sebelum Spesialisasi Setelah Spesialisasi Mobil Beras Mobil Beras

Indonesia 6 30 0 60

Jepang 24 60 48 0

Total Dunia 30 90 48 60

Sebaliknya USA, konsumsi mobilnya meningkat dari 24 unit menjadi 38 unit, sementara konsumsi tekstilnya berkurang dari 60 unit menjadi 30 unit. Tentu timbul pertanyaan apakah dengan perdagangan internasional USA dirugikan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita melihat perubahan PPC sebelum dan sesudah perdagangan. Ternyata baik USA maupun Indonesia lama-lama bergerak di PPC yang lebih baik daripada PPC sebelum perdagangan. Karena itu, baik Indonesia maupun USA sama-sama menikmati manfaat perdagangan.

Diagram 7.3

(11)

60

40

20

120

60

40

20

Konsumsi setelah perdagangan internasional (10 mobil, 30 tekstil)

PPC setelah

perdagangan internasional

Konsumsi sebelum perdagangan internasional (6 mobil, 30 tekstil)

PPC setelah

perdagangan internasional

Konsumsi sebelum perdagangan internasional (24 mobil, 60 tekstil)

Konsumsi setelah perdagangan internasional (38 mobil, 30 tekstil)

(a) Indonesia (b) Jepang

12 20 20 40 48

Perdagangan Internasional

Tex tex

Mobil mobil

7.3. Neraca Pembayaran

Neraca Pembayaran (Balance of Payment, disingkat BOP) adalah catatan statistik (ringkas) tentang transaksi ekonomi internasional yang dilakukan oleh penduduk suatu negara (perekonomian) dengan penduduk negara (perekonomian) lainnya. Neraca Pembayaran (BOP) adalah laporan rugi laba (income statement) yang merupakan ringkasan arus keluar-masuk barang, jasa dan aset-aset dalam suatu perekonomian selama kurun waktu (periode) tertentu. Umumnya periode laporan BOP adalah satu tahun, walaupun laporan-laporan statistik ekonomi dewasa ini umumnya memberikan data BOP periode triwulanan.

7.3.1. Struktur Dasar Neraca Pembayaran

Bagian paling penting dari neraca pembayaran (BOP) adalah neraca lancar (current account) dan neraca modal (capital account). Bagian lainnya yang memberikan tambahan penjelasan tentang dinamika neraca lancar dan neraca modal adalah neraca penyeimbang (settlement account) dan selisih perhitungan (statistical discrepancy)

(12)

 Neraca lancar (current account) adalah bagian BOP yang memberi gambaran ringkas tentang transaksi barang dan jasa yang diproduksi selama periode setahun atau kurang. Dapat juga dikatakan neraca lancar adalah bagian dari BOP yang memberi gambaran ringkas tentang pembayaran-pembayaran jangka pendek.

 Neraca lancar dapat dibedakan menjadi tiga bagian pokok, yaitu neraca perdagangan (balance of trade) serta neraca jasa (services) dan neraca nonbalas jasa (transfer payment).

 Dalam neraca perdagangan dicatat transaksi ekspor dan impor barang-barang selama satu periode. Suatu negara dikatakan mengalami defisit perdagangan bila nilai ekspor barang lebih kecil daripada nilai impor barang. Sebaliknya negara tersebut dikatakan mengalami surplus perdagangan bila nilai ekspor barang lebih besar daripada nilai impor.

 Neraca jasa mencatat ekspor dan impor jasa selama suatu periode tertentu. Impor jasa yang dilakukan misalnya penggunaan jasa transportasi negara lain untuk mengirim barang atau kegiatan lain. Misalnya, ketika akan mengekspor minyak mentah dalam skala besar, Indonesia mungkin menggunakan jasa transportasi perusahaan asing. Atau jika Indonesia menyewa armada penerbangan asing untuk memperlancar transportasi naik haji, maka Indonesia melakukan impor jasa.

 Ekspor jasa terjadi bila ada pembelian jasa-jasa dalam negeri oleh pihak asing. Misalnya turis Belanda yang berlibur ke Indonesia menik-mati jasa hotel, restoran dan jasa-jasa lainnya merupakan ekspor bagi Indonesia, sekaligus impor jasa bagi Belanda.

(13)

 Suatu negara mengalami defisit neraca jasa bila impor jasa lebih besar daripada ekspornya. Sebaliknya bila ekspor lebih besar daripada impor jasa dikatakan mengalami surplus neraca jasa.

 Neraca nonbalas jasa (transfer payment) mencatat transaksi-transaksi yang bukan sebagai akibat balas jasa. Misalnya bila pemerintah USA memberikan hibah kepada pemerintah negara lain, hal tersebut akan dicatat dalam neraca nonbalas jasa. Contoh lain adalah bila prang tua di Indonesia mengirim uang saku untuk anaknya yang kuliah di USA.

 Surplus atau defisit neraca lancar adalah penggabungan surplus dan atau defisit neraca perdagangan dengan neraca jasa dan nonbalas jasa. Suatu negara dikatakan mengalami surplus neraca lancar bila total ekspor barang dan jasa lebih kecil daripada impor barang dan jasa. Defisit neraca lancar menunjukkan bahwa pembayaran-pembayaran jangka pendek suatu negara lebih besar daripada penerimaan-pene-rimaannya. Begitu juga sebaliknya bila suatu negara mengalami defisit neraca lancar.

2) Neraca Modal (Capital Account)

Neraca modal adalah bagian dari BOP yang mencatat pembelian dan penjualan aset-aset finansial seperti surat-surat berharga, deposito perbankan dan juga investasi langsung. Ringkasnya, neraca modal mencatat arus masuk modal (capital inflow) dan arus keluar modal (capital outflow) selama periode tertentu. Sehingga dapat juga dikatakan bahwa neraca modal mencatat arus pembayaran dan penerimaan jangka panjang. Neraca modal dibedakan menjadi neraca modal pemerintah (official capital) yang mencatat arus keluar-masuk modal di sektor pemerintah dan neraca modal swasta (private capital) yang mencatat arus keluar-masuk modal sektor swasta (dunia usaha). Suatu negara dikatakan mengalami defisit neraca modal bila arus masuk mods lebih kecil daripada arus keluar. Begitu sebaliknya.

3) Neraca Penyeimbang (Settlement Account)

(14)

Saldo neraca pembayaran mempunyai konsekuensi terhadap nilai tukar mata uang. Jika saldo neraca pembayaran defisit, maka permintaan terhadap mata uang asing meningkat atau penawaran terhadap mata uang domestik meningkat. Hal ini dapat menyebabkan melemahnya nilai tukar mata uang domestik. Sebaliknya surplus neraca pembayaran akan memperkuat nilai tukar domestik. Jika pemerintah ingin menjaga stabilitas nilai tukar, maka saldo neraca pembayaran harus dibuat sama dengan nol.

Apa yang dilakukan pemerintah untuk membuat saldo neraca pembayaran menjadi sama dengan nol dapat dilihat dal am neraca penyeimbang (settlement account). Sehingga dapat dikatakan bahwa neraca penyeimbang adalah bagian dari BOP yang menjelaskan bagaimana surplus atau defisit BOP dibiayai. Tercakup dalam bagian ini antara lain adalah arus keluar-masuk emas, pembelian dan atau penjualan mata uang domestik serta valuta asing oleh pemerintah.

Misalnya Indonesia mengalami surplus BOP (saldo BOP > 0). Hal ini berarti per-tambahan permintaan terhadap rupiah lebih besar daripada perper-tambahan penawarannya. Bila dibiarkan, di satu sisi akan memperkuat nilai tukar rupiah, tetapi di sisi lain dapat memperlemah ekspor karena harga jual komoditas Indonesia dalam mata uang asing akan lebih mahal. Bila pemerintah ingin mempertahankan nilai tukar yang berlaku, maka salah satu yang mungkin dilakukan adalah membeli mata uang asing agar kelebihan penawaran mata uang asing ternetralisir. Dalam BOP Indonesia tindakan pemerintah menetralisir surplus atau defisit B0P terlihat dalam bagian lalu lintas moneter (monetary movement).

4) Selisih perhitungan (Statistical Discrepancy)

(15)

7.3.2. Analisis Neraca Pembayaran di Indonesia

Tabel 7.9

Neraca Pembayaran Indonesia, 1996 (dalam US$ juta)

A. NERACA LANCAR (CURRENT ACCOUNT) -8.804

A.1. Neraca Perdagangan (Balance of Trade) 5.129

-Ekspor (Exports, fob) 50.493

-impor (Imports, fob) -45.364

A.2. Neraca. Jasa, Neto (Services, Net) -13.933

B. NERACA MODAL (CAPITAL ACCOUNT) 11.492

B.1. Sektor Pemerintah, Neto (Official Capital, net) -584

-Penerimaan (Inflow) 5.631

-Penggunaan (Amortization) 6.215

B.2. Sektor Swasta Neto (Private Capital, net) 12.076

-Investasi Acing Langsung (Foreign Direct investment) 6.194

-Lain-lain (Others) 5.882

C. Neraca Lancar + Neraca Modal (Total A+B) 2.688

D. Selisih Perhitungan (Error and Omission) 1.763

E. Lalu Lintas Moneter (Monetary Movement) 4.451

Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (Bank Indonesia)

a) Neraca Lancar (Current Account)

Di tahun 1996 Indonesia menikmati surplus perdagangan sebesar US$ 5.129 juta. Sebab ekspor barang (US$ 50.493 juta) lebih besar daripada impor barang (US$ 45.364 juta). Namun demikian karena defisit neraca jasa yang sangat besar (US$ 13.933 juta), Indonesia mengalami defisit neraca lancar sebesar US$ 8.804 juta.

b) Neraca Modal (Capital Account)

Di tahun 1996 Indonesia menikmati surplus neraca modal sebesar US$ 11.492 juta. Penyebab surplus neraca modal adalah surplus pada aliran modal sektor swasta sebesar US$ 12.076 juta. Artinya jumlah modal swasta yang masuk (capital inflow) lebih besar daripada jumlah yang keluar (capital outflow). jika dilihat lebih lanjut jumlah modal yang masuk terutama adalah dalam bentuk investasi langsung (foreign direct investment), yaitu sebesar US$ 6.194 juta. Sedangkan modal masuk dalam bentuk lainya adalah sebesar US$ 5.882 juta.

(16)

Defisit neraca lancar sebesar US$ 8.804 juta dan surplus neraca modal sebesar US$ 11.492 juta menyebabkan surplus neraca pembayaran sebesar US$ 2.688 juta. Selain itu ada juga transaksi yang tidak tercatat sebesar US$ 1.763 juta. Transaksi ini dimasukkan ke dalam pos selisih perhitungan (error and omission atau statistical discrepancy). Transaksi yang tak tercatat ini memperbesar surplus neraca pembayaran menjadi US$ 4.451 juta.

d) Neraca Penyeimbang (Settlement Account)

Surplus BOP yang dialami Indonesia selama tahun 1996 secara teoretis akan memperkuat nilai tukar rupiah. Tetapi jika nilai tukar rupiah menguat (seperti halnya yang terjadi dengan US$ dalam kasus BOP USA), harga barang Indonesia makin mahal yang akan menurunkan ekspor. Sedangkan harga barang impor menjadi murah dan akan meningkatkan impor. Upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk menetralisir surplus BOP 1996 terlihat dalam neraca penyeimbang, yang dalam BOP Indonesia diberi nama lalu lintas moneter (monetary movement). Dari neraca tersebut terlihat yang dilakukan pemerintah Indonesia adalah membeli US$ sebesar 4.451 juta. Tindakan ini akan meningkatkan cadangan devisa sebesar US$ 4.451 juta. Dengan demikian total saldo BOP adalah sama dengan nol.

LATIHAN:

1. Jelaskan manfaat dengan adanya perdagangan dengan negara lain.

TUGAS:

Referensi

Dokumen terkait

Degradasi dengan perbedaan kecepatan pemanasan menghasilkan pergeseran suhu degradasi polimer, dimana pada kecepatan yang lebih rendah polimer mengalami degradasi

Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) Pada Batik Solo Trans (BST) Koridor Empat Di Surakarta, Skripsi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas.. Teknik,

Di dalam peraturan tersebut yang dimaksud dengan Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya

1 LISTENING (Mendengarkan) Memahami makna teks lisan berupa percakapan sehari-hari dalam berbagai konteks situasi dan berbagai jenis monolog (naratif, deskriptif, dsb) serta teks

Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan rumusan masalah: “Apakah terdapat pengaruh Keterampilan Dasar Mengajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran

masih hidup selama 830 tahun. Sepanjang hidupnya, Mahalalel menjadi bapak dari beberapa anak laki-laki * 5:3 anak laki-lakinya Dalam bahasa Ibrani sudah jelas dari kisah

Pertama-tama, penulis memanjatkan segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan hidayat yang diberikan sehingga penulis

Hal ini berarti bahwa secara internal, kondisi program sertifikasi pustakawan di Indonesia memiliki kekuatan yang lebih dominan dibanding kelemahan, atau dengan kata lain bahwa