• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU KELAS VII SMP NEGERI 2 GORONTALO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU KELAS VII SMP NEGERI 2 GORONTALO"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU KELAS VII SMP

NEGERI 2 GORONTALO Huzaima, Irina Popoi*, Radia Hafid**

Jurusan Pend. Ekonomi, Program Studi Pend. Ekonomi FEB Universitas Negeri Gorontalo

Email:angguhuzaima@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan rumusan masalah: “Apakah terdapat pengaruh Keterampilan Dasar Mengajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII SMP Negeri 2 Gorontalo?” Metode Penelitian yang digunakan adalah Kuantitatif, sampel penelitian berjumlah 55 orang siswa dikelas pada mata pelajaran ekonomi di kelas VII SMP Negeri 2 Gorontalo. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa Dari hasil perhitungan statistik, koefisien determinasi = 20,53%. Hal ini menunjukkan bahwa Prestasi Belajar Siswa sebesar 20,53% di tentukan oleh Keterampilan dasar Mengajar sedangkan sisanya 79,47% dipengaruhi oleh variabel lain. Selanjutnya untuk daftar distribusi t pada taraf nyata 5% (α = 0,05) di peroleh harga telah berada di luar penerimaan ,

sehingga korelasi di atas benar-benar signifikan. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa “Terdapat Pengaruh Keterampilan Dasar Mengajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII SMP Negeri 2 Gorontalo”, diterima.

Kata kunci : Keterampilan Dasar Mengajar, Prestasi Belajar Siswa

PENDAHULUAN

Dalam dunia pendidikan prestasi belajar merupakan hal yang sangat penting dan menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan pembelajaran. Prestasi belajar pada hakekatnya merupakan cermin dari usaha belajar. Semakin baik usaha belajar semakin baik pula prestasi yang dicapai. Dengan kata lain, prestasi siswa merupakan cerminan kemampuan siswa dalam mempelajari suatu mata pelajaran.

Prestasi belajar merupakan tolak ukur yang utama untuk mengetahui keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang prestasinya tinggi dapat dikatakan bahwa ia telah berhasil dalam belajar. Seperti yang dikemukakan oleh Djamarah (2008:21) “Prestasi belajar adalah penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari di sekolah yang menyangkut pengetahuan atau kecakapan/keterampilan yang dinyatakan sesudah hasil penilaian”.

Peningkatan prestasi belajar sisiwa akan dipengaruhi oleh kualitas proses belajar mengajar di kelas. Hal ini berarti tercapai tidaknya tujuan pendidikan salah satunya akan tergantung pada proses belajar mengajar yang berlangsung dengan baik. Proses belajar mengajar akan berlangsung baik apabila guru mampu menguasai dan mengimplementasi keterampilan dasar menajar dalam proses belajar mengajar dikelas. Hal ini sesuai dengan

(2)

2

pendapat Peter dan Sudjana (2009:22) yang menyatakan bahwa “Proses dalam hasil belajar siswa tergantung kepada penguasaan mata pelajaran guru dan keterampilan dasar mengajarnya”.

Melalui penguasaan dan pengimplementasian ketermpilan dasar mengajar yang baik, seorang guru akan mampu menciptakan situasi, kondisi dan lingkungan belajar yang akan mendukung proses belajar yang kondusif. Situasi belajar yang kondusif dapat menumbuhkan dann mendorong siswa untuk melakukan proses belajar secara optimal yang tentunya akan memberikan pengaruh positif terhadap pencapaian prestasi belajar.

Banyak tujuan pembelajaran telah dirumuskan oleh para ahli, semuanya menuju idealisme pembelajaran. Guru yang profesional harus mampu mewujudkan atau paling tidak mendekati praktik pembelajaran yang ideal. Sehingga dengan demikian guru dituntut untuk selalu menambah kualitas ilmunya, selain itu juga seorang guru harus dapat melakukan variasi dalam melakukan kegiatan belajar agar dapat menarik perhatian siswa sehingga siswa mau belajar. Guru harus dapat menciptakan suasana belajar yang sangat menyenangkan agar siswa tidak merasa jenuh dalam belajar.

Prestasi belajar yang rendah merupakan suatu hal yang tidak bisa dibiarkan begitu saja. Rendahnya prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu masih rendahnya keterampilan guru dalam memberikan penjelasan kepada siswa mengenai materi pelajaran, kegiatan pembelajaran terkesan membosankan karena Guru belum mampu memanfaatkan model mengajar dengan bantuan alat peraga dan pada gilirannya siswa hanya dapat membayangkan dan berimajinasi, belum efektifnya kemampuan guru untuk mengembangkan suasana pembelajaran agar lebih efektif dan menyenangkan karena kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru, model pembelajaran yang masih monoton, dan belum efektifnya peran guru sebagai motivator.

Pada hakekatnya, prestasi belajar adalah hasil belajar siswa yang dapat diketahui dari perubahan tingkah laku, pengetahuan serta dapat dilihat dari hasil belajar itu sendiri. Seperti yang dikemukakan Hendrawati (dalam Sutikno, 2004:32) bahwa pengertian prestasi belajar dan karakteristik prestasi belajar adalah sebagai berikut: 1) Prestasi belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku yang measurable (dapat diukur). Untuk mengukur perubahan perilaku tersebut dilakukan tes prestasi belajar (achievement). 2) Prestasi belajar menunjukkan kepada individu sebagai sebab artinya individu sebagai pelaku. 3) prestasi belajar dapat di evaluasi tinggi rendahnya berdasarkan kriteria yang ditetapkan menurut standar maupun yang ditetapkan kelompok. 4) Prestasi belajar menunjukkan kepada hasil dari kegiatan yang dilakukan secara sengaja dan disadari.

(3)

3

Adapun pengertian prestasi belajar yang diungkapkan Syah (2010:141) adalah “Hasil interaksi dari sebagian faktor yang mempengaruhi proses belajar secara keseluruhan”. Pendapat tersebut didukung oleh Usman dan Lilis (1993:10) bahwa “Prestasi belajar siswa yang dicapai siswa pada hakikatnya merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yaitu faktor yang berasal dari dirinya (faktor internal) dan faktor diluar dirinya (faktor eksternal)

Selain itu, Winkel (dalam Riduwan, 2010:2) mengatakan bahwa “Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya”.

Menurut Syah (2010:148) “Pengungkapan hasil belajar melalui ranah psikologis yang merubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar mengajar mengajar siswa”. Namun demikian pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah, khususnya afektif sangat sulit.

Pengetahuan dan pemahaman yang mendalam mengenai indikator-indikator prestasi belajar sangat diperlukan ketika seseorang akan menggunakan dan kiat evaluasi. Seperti yang dikemukakan oleh Syah (2010:148) “bahwa urgensi pengetahuan dan pemahaman yang mendalam mengenai penggunaan alat evaluasi akan menjadi lebih tepat, reliabel dan valid”. Selanjutnya Syah (2010:148) menyimpulkan bahwa “Indikator prestasi belajar sebagai suatu hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari hasil aktivitas belajar dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Prestasi merupakan hasil akhir dari suatu proses pembelajaran secara keseluruhan maka untuk mengetahui prestasi belajar siswa, kita dapat menukurnya melalui evaluasi belajar yang dapat berupa tes sumatif maupun ujian nasional.

Lebih lanjut Syah (2010:129) mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar dan prestasi belajar, diantaranya sebagai berikut:

1. Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani. 2. Faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. 3. Faktor Pendekatan Belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang

meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.

Keterampilan adalah kemampuan atau kompetensi yang dimiliki seseorang. Secara sederhana keterampilan dasar dapat dikatakan sebagai suatu kemampuan dasar untuk mengubah sesuatu yang ada menjadi apa yang dikehendaki sesuai dengna rencana. Seperti yang dikatakan oleh Sardiman (2008:47) “Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha

(4)

4

untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar”.

Usman (2008:6) mengatakan bahwa “Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorgansasi lingkungan dalam hubungannya dengan akan didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar”.

Menurut Glicman (dalam Sukirman, 2011:3) bahwa “Keterampilan dasar mengajar

(Teaching Skills) adalah kemampuan atau keterampilan yang bersifat khusus (most specific intructional behaviors) yang harus dimiliki oleh guru, dosen, instruktur, widyaiswara agar

dapat melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien dan professional”.

Komponen-komponen keterampilan dasar mengajar guru merupakan kemampuan yang dimiliki seorang guru dalam menciptakan kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien. Ada sembilan keterampilan dasar yang mutlak harus dimiliki seorang guru untuk menjadi tenaga pendidik yang baik, seperti menurut Suryono dan Hariyanto (2011:213-235):

1. Bertanya, Mengajukan Pertanyaan

Guru bertanya dan menanyakan sesuatu kepada siswa bukanlah tanpa tujuan. Umumnya tujuan pertanyaan guru terhadap siswa terkait dengan hal-hal sebagai berikut:

a. Mengetahui tingkat kemampuan siswa

b. Meningkatkan minat belajar siswa dengan memunculkan rasa ingin tahu (kuiositas) siswa

c. Mengembangkan pembelajaran aktif d. Mendiagnosis kesulitan belajar siswa 2. Menjelaskan, Menerangkan

Menjelaskan, menerangkan atau memberikan informasi sama dengan memberi kuliah, memberi ceramah dengan menyampaikan wacana tentang subjek khusus yang terbuka bagi umum, biasanya di dalam suatu kelas. Dalam penyampaiannya kegiatan menjelaskan, menerangkan ini sering menggunakan metode ceramah atau metode lain yang erat dengan kegiatan menjelaskan yaitu metode tanya jawab dan metode diskusi. 3. Modeling

Dalam metode modelng guru mengajar dengan bantuan model-model. Model-model dapat merupakan alat peraga dua dimensi seperti gambar, foto, grafik, peta, denah, skema, coretan peta pikiran dan sebagainya. Atau merupakan alat peraga tiga

(5)

5

dimensi sperti globe (bola dunia), boneka, model geometri dalam pembelajaran matematika, prototipe, dan lain sebagainya.

4. Demonstrasi

Demonstrasi artinya guru menunjukkan perilku dan sifat-sifat sesuatu, mencoba sesuatu di hadapan siswa tanpa ada keharusan bagi siswa untuk mencobanya sendiri. Demonstrasi dapat dilakukan guru di dalam kelas, di dalam laboratorium, atau bahkan di luar kelas, di bawah udara terbuka, di taman, kebun dan lain sebagainya.

5. Membangun kolaborasi (Collaborating)

Diskusi dalam kelompok kecil terbukti sebagai cara pembelajaran yang paling efektif. Kolaborasi akan efektif jika ruang kelas di tata sedemikian rupa sehingga tidak menggambarkan situasi klasikal, tetapi dapat berbentuk setengah lingkaran,, huruf U, kelompok tatap muka empat-empat, dobel stengah lingkaran dan lan sebagainya.

6. Memberikan Penguatan

Guru harus mampu mendorong dan memotivasi siswa untuk dapat belajar dengan baik. Hal ini misalnya dapat dilakukan guru pada awal pembelajaran terkait dengan apersepsi, atau pada saat menjelang akhir pelajaran terkait dengan refleksi.

7. Memberikan Variasi

Menggunakan variasi diartikan sebagai aktivitas guru dalam konteks proses pembelajaran yang bertujuan mengatasi kebosanan siswa, sehingga dalam proses belajar siswa selalu menunjukkan ketekunan, perhatian, keantusiasan, motivasi yang tinggi dan kesediaan berperan serta secara aktif.

8. Keterampilan Membuka dan Menutup Pembelajaran

Membuka pelajaran dapat diartikan dengan aktivitas guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan atensi siswa agar terpusat kepada apa yang akan dipelajari. Menutup pelajaran adalah aktivitas guru untuk mengakhiri kegiatan init pembelajaran. Hal ini terkait dengan pemberian gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses pembelajaran.

9. Learning by Teaching

Metode ini memang banyak di kembangkan di Jerman. Dengan pionirnya Jean Pol Martin yang mengembangkan secara sistematis dan menambahkan sejumlah latar belakang teori. Pengertian LDL (Lernen durch lehren) yang merupakan bahasa jerman dari Learning by Teacing (belajar sambil mengajar) jangan disamakan dengan

(6)

6

kegiatan siswa yang sedang melakukan presentasi atau ceramah di depan kelas sebagai bagian dari tugas pembelajaran.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Keterampilan Dasar Mengajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII SMP Negeri 2 Gorontalo.

METODE PENULISAN

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun 2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih 4 bulan dari Maret sampai bulan juni 2013. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini kuantitatif. Melalui metode ini, dapat dilihat masalah yang akan diteliti pada masing-masing variabel, baik variabel X (independent variable) maupun variabel Y (dependent variable). Dalam kaitan ini, Arikunto (2002:97), mengemukakan bahwa “variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel bebas atau

independent variabel (X), sedangkan variabel terikat disebut variabel tidak bebas, variabel

tergantung atau dependent variabel (Y)”. Untuk mendukung penelitian ini, digunakan teknik pengumpulan data yang terdiri dari observasi, angket dan dokumentasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data hasil yang diperoleh melalui penyebaran angket, dapat di ketahui bahwa Keterampilan dasar Mengajar terhadap Prestasi Belajar Siswa memiliki mengaruh yang cukup signifikan, hal ini diperoleh dari hasil jawaban dari setiap siswa sebagai sampel penelitian.

Dari hasil penyebaran angket pada responden di SMP Negeri 2 Kota Gorontalo yang berjumlah 55 orang, bahwa Pemberian skor dan penilaian data penelitian di peroleh data terbesar 70, data terkecil 51, sehingga rentang data (r) 19, Banyaknya kelas (K) 7, dan panjang kelas (P) 3 (perhitungan terlampir), sehingga distribusi frekuensi pengamatan variabel X dapat dilihat melalui grafik sebagai berikut:

(7)

7

Gambar 4.3 : Histogram Distribusi Frekuensi Pengamatan Keterampilan Dasar Mengajar

Dengan adanya grafik di atas, menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang menjawab item pertanyaan anrara 57-59 yaitu dengan frekuensi 18.

Dari hasil pengamatan data penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata ( ̅) 60,73 dan simpangan baku (S) 4,17, selanjutnya median atau nilai tengah atau perbatasan dari suatu distribusi frekuensi dengan kata lain nilai median membatasi 50% distribusi sebelah atas dan sebelah bawah dengan harga median 57,12 sedangkan untuk nilai modus 59,29.

Prestasi Belajar Siswa sebagai variabel Y mempunyai skor yang sesuai dengan data yang dikumpulkan dari hasil penyebaran angket kepada responden siswa kelas VII SMP Negeri 2 Gorontalo, menunjukkan bahwa pada pembagian skor serta penilaian data, di peroleh data terbesar 74 dan data terkecil 54, sehingga rentang datanya (r) 20, sedangkan banyaknya kelas (K) 7 dan panjang kelas (P) 3, sehingga distribusi pengamatan variabel Y

dapat dilihat melalui grafik dalam bentuk histogram sebagai berikut:

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 50,5 53,5 56,5 59,5 62,5 65,5 68,5 71,5

(8)

8

Gambar 4.4 : Histogram Distribusi Frekuensi Pengamatan Prestasi Belajar Siswa

Dengan adanya histogram di atas, banyak responden yang menyatakan bahwa Prestasi Belajar Siswa dapat dipengaruhi oleh Keterampilan dasar Mengajar yang di amati melalui histogram di atas, di mana menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang menjawab angka 72-74 yaitu dengan frekunesi 14.

Pada pengolahan data hasil penelitian Prestasi Belajar Siswa menunjukkan nilai rata-rata 63,78 dan simpangan baku (S) 6,97 (perhitungan terlampir) selanjutnya median atau nilai tengah atau perbatasan dari suatu distribusi frekuensi dengan kata lain nilai median membatasi 50% distribusi sebelah atas dan sebelah bawah menunjukkan harga median 58,38, sedangkan modus 74,5.

Untuk kepentingan pengujian normalitas data digunakan uji chi-kuadrat ( ). Pengujian ini dilakukan terhadap skor variabel X (Keterampilan dasar Mengajar) serta skor data variabel Y (Prestasi Belajar Siswa).

Untuk kepentingan pengujian normalitas data untuk variabel X (Keterampilan dasar Mengajar) menunjukkan (0,99)(4) = 13,3 sedangkan dari daftar distribusi frekuensi harga = (10,01) (13,3). Hal ini dapat disimpulkan bahwa data hasil penelitian untuk variabel X berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Untuk kepentingan pengujian normalitas data untuk variabel Y (Prestasi Belajar Siswa) menunjukkan (0,99)(4) = 13,3 sedangkan dari daftar distribusi frekuensi harga = (13,04) ≤ (13,3). Hal ini dapat disimpulkan bahwa data hasil

penelitian untuk variabel Y berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

0 2 4 6 8 10 12 14 16 Kelas Interval65,5 68,5 71,5 62,5 59,5 56,5 53,5 74,5

(9)

9

Untuk mencari persamaan regresi digunakan persamaan ̂ sehingga dari hasil perhitungan, diperoleh persamaan regresi sebagai berikut : ̂ , hal ini berarti bahwa setiap terjadi perubahan sebesar satu unit pada variabel X (Keterampilan dasar Mengajar) maka akan diikuti oleh perubahan-perubahan rata-rata variabel Y (Prestasi Belajar Siswa) sebesar 0,76 unit.

Berdasarkan hasil penelitian Analisis Varians (ANAVA) pada Tabel sebagaimana terlampir (Lampiran 7), diperoleh = sedangkan dari daftar distribusi frekuensi diperoleh ((0,99)(16,37)) F = ( ≤ 2,20). Dengan demikian, sesuai kriteria pengujian dapat dikatakan bahwa persamaan regresi adalah linieritas dan diterima. Dalam artian bahwa Keterampilan dasar Mengajar memiliki pengaruh garis lurus dengan Prestasi Belajar Siswa.

Sedangkan untuk pengujian keberartian diperoleh = 9,56 dan nilai daftar distribusi frekuensi diperoleh harga = ≥ (1-0,05)(1,37) (9,56 ≥ 7,39). Dengan demikian, uji keberartian persamaan regresi yang telah dilakukan dapat diterima atau berarti. Hal ini menunjukkan bahwa Keterampilan dasar Mengajar memiliki pengaruh yang signifikan atau berarti terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMP Negeri 2 Gorontalo. Dimana

ternyata lebih kecil dari .

Untuk mengetahui besarnya keeratan pengaruh antara Keterampilan dasar Mengajar (X) terhadap Prestasi Belajar Siswa (Y) digunakan rumus koefisien korelasi Pearson sebagai berikut :

r = ∑ (∑ )(∑ )

√* ∑ (∑ ) +* ∑ (∑ ) +

Dari tingkat perhitungan korelasi di peroleh nilai koefisien korelasi Pearson sebesar 0,45. Ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang sedang antara Keterampilan dasar Mengajar (X) terhadap Prestasi Belajar Siswa(Y) di SMP Negeri 2 Gorontalo.

Dari hasil di atas di peroleh nilai R-Squre 0,2053. Nilai ini berarti bahwa sebesar 20,53% variabel Keterampilan dasar Mengajar di SMP Negeri 2 Gorontalo memiliki pengaruh yang sedang dengan Prestasi Belajar Siswa yang diterapkan, sedangkan sisanya 9,475% di pengaruhi oleh variabel lain.

Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t. berdasarkan perhitungan di peroleh = 3,70 sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis terima jika ( )< < ( ) dengan α = 0,05 dk = n-2, = 2,02 dengan demikian > telah berada di luar daerah penerimaan , atau menolak dan menerima

(10)

10

sehingga dapat di simpulkan bahwa koefisien korelasinya benar-benar signifikan. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada grafik dibawah ini.

Gambar 4.5: Gambar Daerah Penerimaan Hipotesis

Dengan demikian hipotesis pada penelitian ini hasilnya menunjukkan bahwa Hipotesis yang di uji di tolak, dan sebaliknya hipotesis penelitian yang di ajukan di terima. Hal ini terlihat dari semua harga lebih besar dari baik pada taraf

signifikan (α) = 0,05. Adapun hipotesis yang di ajukan adalah Terdapat Pengaruh Keterampilan Dasar Mengajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII SMP Negeri 2 Gorontalo. Diterima.

Berdasarkan permasalahan yang telah di temukan sebelumnya, serta rumusan hipotesis yang berbunyi “Terdapat Pengaruh Keterampilan Dasar Mengajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII SMP Negeri 2 Gorontalo.” perlu di tentukan statistika uji yang di gunakan sehubungan dengan masalah yang di teliti.

Dalam penelitian ini di gunakan uji chi-kuadrat untuk uji normalitas data. Dari hasil hitung, di peroleh lebih kecil dari pada sehingga dari hasil tersebut dapat di simpulkan bahwa Keterampilan dasar Mengajar dan Prestasi Belajar Siswa benar-benar berdistribusi normal.

Dengan demikian populasi atau data kedua variabel penelitian adalah berdistribusi normal, maka uji yang di gunakan selanjutnya adalah uji regresi dan korelasi. Pengujian ini di maksudkan untuk mengukur seberapa besar pengaruh Keterampilan dasar Mengajar terhadap Prestasi Belajar Siswasehubungan dengan hipotesis masalah yang di teliti.

Dari hasil perhitungan statistik, koefisien determinasi = 20,53%. Hal ini menunjukkan bahwa Prestasi Belajar Siswa sebesar 20,53% di tentukan oleh Keterampilan dasar Mengajar sedangkan sisanya 79,47% dipengaruhi oleh variabel lain, sedangkan daftar distribusi t pada taraf nyata 5% (α = 0,05) di peroleh = 2,02, dari hasil tersebut di peroleh lebih besar dari pada (3,70≥ 2,02) atau harga telah berada di luar penerimaan , sehingga korelasi di atas benar-benar signifikan. Dengan demikian hipotesis yang

Penerimaan

-2,02 2,02

(11)

11

tersembunyi “Terdapat Pengaruh Keterampilan Dasar Mengajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII SMP Negeri 2 Gorontalo”, diterima. KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil perhitungan statistik, koefisien determinasi koefisien korelasi (r) = 0,50 dan Koefisien Determinasi = 20,53%. Hal ini menunjukkan bahwa Prestasi Belajar Siswa sebesar 20,53% di tentukan oleh Keterampilan dasar Mengajar sedangkan sisanya 79,47% di dipengaruhi oleh variabel lain, sedangkan daftar distribusi t pada taraf nyata 5% (α = 0,05) di peroleh = 2,02, dari hasil tersebut di peroleh lebih besar dari pada

(3,70 ≥ 2,02) atau harga telah berada di luar penerimaan , sehingga korelasi di atas

benar-benar signifikan. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan “Terdapat Pengaruh Keterampilan Dasar Mengajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII SMP Negeri 2 Gorontalo”, diterima.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Keterampilan Dasar Mengajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII SMP Negeri 2 Gorontalo. Adapun sampel penelitian sebanyak 55 orang siswa. Peneliti menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini menggunakan analisis regresi dan korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif variabel X (Keterampilan dasar Mengajar) Terhadap variabel Y (Prestasi Belajar Siswa) di SMP Negeri 2 Gorontalo.

Berdasarkan pada pembahasan dan simpulan yang telah dikemukakan di atas, maka sehubungan dengan penelitian ini dapatlah peneliti mengemukakan beberapa saran kepada Guru di SMP Negeri 2 Gorontalo, agar kiranya lebih memahami dan mengimplementasikan secara efisien dan efektif keterampilan dasar mengajar guru dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, hal ini telah terbukti bahwa keterampilan dasar mengajar guru akan dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa sebesar 20,53%.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi, 2007. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta

Bartos,Basir. 2009. Manajemen Kearsipan (Untuk Lembaga Negara, Swasta, dan Perguruan

Tinggi. Jakarta: Bumi Aksara.

Kuswardoyo. 2006. Sosiologi dan Antropologi Sebagai Ilmu tentang Perilaku Sosial dalam

Masyarakat. Surakarta:PT Pabelan.

Peter dan Sudjana. 2009. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

(12)

12

Riduwan. 2010. Pengantar Statistika. Bandung: Alfabeta

Sanjaya. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Persada Media Group.

Sardiman. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta: PT Raja Gafindo Persada.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabet, Bandung

... 2009. Statistika Untuk Penelitian (Cetakan ke Delapan). Bandung: Alpa Beta. Suryono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Sutikno. 2004. Menuju Pendiidkan Bermutu. Mataram: NTP Press.

Syah Muhibin. 2010. Psikologi Pendidikan dan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Usman Uzer dan Lilis Setiawati. 1993. Upaya Optimalisasi kegiatan Belajar Mengajar

(Bahan Kajian PKG, MGBS, MGMP). Bandung: Remaja Rosdakarya.

Usman Uzer. 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosda Yunus, hamzah, 2007. Dasar-Dasar Statistika. UNG, Gorontalo.

Gambar

Gambar 4.3 : Histogram Distribusi Frekuensi Pengamatan Keterampilan Dasar Mengajar
Gambar 4.4 : Histogram Distribusi Frekuensi Pengamatan Prestasi Belajar Siswa
Gambar 4.5: Gambar Daerah Penerimaan Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH TEMPERATUR PEMBAKARAN DALAM PEMBUATAN ABU DARI KULIT BUAH PISANG KEPOK (Musa paradisiaca Linn cv. ‘Saba’) SEBAGAI SUMBER ALKALI.. dibuat sebagai kelengkapan persyaratan

Penelitian ini diawali dengan pirolisis untuk diperoleh abu kulit buah pisang kepok (Musa paradisiaca Linn cv.. Kandungan kalium pada abu diekstraksi dengan

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan dalam. pengumpulan data

B Kotoran sapi tingkatkan kesejahteraan

Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Kecemasan Mengahadapi Masa Pensiun pada Pegawai Negeri Sipil.. Kecemasan Dalam Menghadapi Masa Pensiun Pada Pegawai

7) Setelah membeli produk tersebut, dapatkah Anda menceritakan bagaimana Anda. mengevaluasi keputusan yang sudah Anda

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala yaitu skala employee engagement dan skala iklim organisasi yang disusun berdasarkan aspek employee

Tujuan dari penulisan ini adalah memberikan alternatif dalam pengolahan parkir, tidak secara manual tapi terkomputerisasi dengan tujuan memudahkan user dalam melakukan tugasnya dan