• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Dalam Membeli Beras Organik (Studi Kasus : JaPPSA, Brastagi Supermarket dan Carrefour Plaza Medan Fair)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Dalam Membeli Beras Organik (Studi Kasus : JaPPSA, Brastagi Supermarket dan Carrefour Plaza Medan Fair)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI

DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka

Beras merupakan salah satu padian paling penting di dunia untuk konsumsi manusia. Di Negara-negara Asia yang penduduknya padat, khususnya

Bangladesh, Myanmar, kamboja, Cina, Indonesia, Korea, laos, Filipina, Sri Lanka, Thailand, dan Vietnam, beras merupakan pangan pokok. Sebanyak 75%

masukan kalori harian masyarakat di Negara-negara Asia tersebut berasal dari beras. Lebih dari 50% penduduk dunia tergantung pada beras sebagai sumber kalori utama (Haryadi, 2006).

Di Indonesia, beras merupakan komuditas strategis yang memiliki sensitivitas politik, ekonomi, dan kerawanan sosial yang tinggi. Demikian tergantungnya

penduduk Indonesia pada beras maka sedikit saja terjadi gangguan produksi beras, pasokan beras menjadi terganggu dan harga jual meningkat. Dengan demikian pemerintah berusaha untuk mencapai swasembada beras. Segala daya upaya

ditempuh agar terwujud target produksi. Intensifikasi pertanian pun efektif diterapkan. Teknologi pertanian melalui bibit unggul, pemupukan dan pemberantasan hama penyakit diadopsi. Upaya tersebut membuahkan hasil, pada

tahun 1985 Indonesia berhasil mencapai swasembada beras.

Untuk meningkatkan produksi hingga tercapai swasembada beras pada tahun

(2)

dilakukan pertanian modern dengan menggunakan pupuk kimia dan pestisida kimia. Seiring berjalannya waktu, masyarakat Indonesia sadar akan bahwa hasil

dari pertanian modern akan merusak lingkungan dan tidak baik untuk kesehatan, maka mulai diterapkan kembali pertanian organik yang ramah lingkungan dan baik untuk kesehatan konsumen, yaitu diterapkannya pertanian padi organik

(Andoko,2002).

Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan

bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan-bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak

lingkungan (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2002).

Salah satu cara untuk mendapatkan beras dengan kualitas yang baik adalah

dengan lebih mensosialisasikan usaha padi organik. Usahatani padi organik ini selain sangat baik untuk kesehatan orang yang mengkonsumsinya karena bebas dari kandungan bahan kimia yang berbahaya (Nainggolan,2001). Beras organik

merupakan beras yang berasal dari padi yang dibudidayakan secara organik atau tanpa pengaplikasian pupuk kimia dan pestisida kimia. Oleh karena tanpa bahan

kimia, beras organik tersebut pun terbebas dari residu pupuk kimia dan pestisida kimia. Beras organik sebenarnya bukan hal baru bagi manusia, termasuk di Indonesia. Sudah sejak dahulu nenek moyang kita membudidayakan padi tanpa

bahan kimia yang saat ini dikenal dengan istilah pertanian organik.

(3)

itu, rasa dari beras organik lebih empuk dan pulen. Keunggulan lainnya adalah warna dan daya simpannya lebih baik dari beras biasa. Sesudah ditanak, beras

organik akan menjadi nasi yang warnanya lebih putih dibandingkan beras biasa (Andoko, 2002).

Beras organik mengandung nutrisi dan mineral tinggi, kemudian kandungan

glukosa,karbohidrat dan proteinnya mudah terurai sehingga aman untuk dikonsumsi penderita diabetes dan baik untuk program diet. Selain itu, aroma dan

rasa beras organik juga lebih pulen & harum serta lebih tahan lama dibandingkan dengan beras non-organik. Beberapa macam jenis beras organik adalah sebagai berikut:

1. Beras Pandan Wangi 2. Beras IR-64

3. Beras Kuku Balam 4. Beras Merah 5. Beras Hitam

Walaupun harga beras organik jauh lebih mahal dibandingkan beras non-organik namun hal tersebut sebanding dengan manfaat dan kualitas yang akan diperoleh.

(4)

Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Putri (2002) menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi

keputusan konsumen untuk mengkonsumsi beras organik adalah harga beras organik, harga beras lain, tingkat pendidikan, besarnya pendapatan keluarga serta ukuran keluarga. Dengan menggunakan model regresi linier berganda, dijelaskan

bahwa harga beras organik memilik hubungan yang negatif terhadap permintaan beras organik. Sedangkan harga beras lain, tingkat pendapatan keluarga, tingkat

pendidikan dan ukuran keluarga memiliki hubungan yang positif terhadap permintaan beras organik. Analisis penilaian konsumen beras organik menggunakan Model FishBein untuk mengetahui sikap konsumen terhadap suatu

atribut produk tertentu berdasarkan pada perangkat kepercayaan dan diberi bobot oleh evaluasi terhadap atribut tersebut. Menurut penilaian konsumen, konsumen

sangat mementingan atribut kualitas, rasa, kehigienisan, harga, dan kemudahan diperoleh dalam mengkonsumsi beras organik. Sedangkan atribut kemasan dan prestise tidak terlalu menjadi perhatian konsumen.

Dalam penelitian Januar (2006) variabel-variabel yang diduga berpengaruh nyata terhadap permintaan beras organik adalah pendapatan, usia, jumlah anggota

keluarga, pendidikan, frekuensi konsumsi, dummy harga, dummy jenis kelamin, dan dummy sumber informasi. Model yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan beras organik adalah regresi linier

(5)

Pada penelitian Arnas (2009) yang berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan rumah tangga terhadap sayuran organik di Bogor, diketahui bahwa

variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap permintaan bayam organik adalah pendapatan, usia , harga bayam organik, dan dummy gaya hidup. Variabel-variabel bebas tersebut berpengaruh nyata terhadap permintaan bayam organik,.

Sedangkan jumlah anggota keluarga, lama pendidikan formal, dummy jenis kelamin, dan dummy sumber informasi tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap permintaan bayam organik. Sedangkan variabel yang berpengaruh nyata terhadap permintaan wortel organik adalah pendapatan, usia, lama pendidikan formal, dan dummy gaya hidup . Variabel-variabel bebas tersebut berpengaruh

nyata terhadap permintaan wortel organik. Sedangkan variabel jumlah anggota keluarga, harga wortel organik, dummy jenis kelamin, dan dummy sumber

informasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan wortel organik. Model terpilih yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan bayam dan wortel organik adalah model regresi linier

berganda.

Dalam penelitian Hartari (2005) mengenai Atribut Produk dan Karakteristik Konsumen Beras Organik terhadap Sikap Konsumen Beras Organik menjelaskan bahwa sikap konsumen beras organik diketahui dengan menngunakan metode

multiatribut fishbein. Atribut produk yang mempengaruhi sikap konsumen adalah kepulenan, rasa, harga, aroma dan kesesuaian dengan selera anggota keluarga.

(6)

2.2. Landasan Teori

a. Teori Permintaan

Dari segi ilmu ekonomi pengertian permintaan sedikit berbeda dengan pengertian

yang digunakan sehari-hari. Menurut pengertian sehari-hari, permintaan diartikan secara absolut yaitu menunjukkan jumlah barang yang dibutuhkan, sedangkan dari sudut ilmu ekonomi permintaan mempunyai arti apabila didukung daya beli

konsumen yang disebut dengan permintaan efektif. Jika permintaan hanya didasarkan atas kebutuhan saja dikatakan sebagai permintaan absolut

(Nicholson,1995).

Kemampuan membeli seseorang tergantung atas dua unsur pokok yaitu, pendapatan yang dibelanjakan dan harga barang yang dikehendaki. Apabila

jumlah pendapatan yang dibelanjakan oleh seseorang berubah, maka jumlah barang yang diminta juga berubah. Demikian juga halnya apabila harga barang

yang dikehendaki berubah maka jumlah barang yang dibeli juga akan berubah (Sudarsono, 1990).

Teori permintaan diturunkan dari prilaku konsumen dalam mencapai kepuasan

maksimum dengan memaksimumkan kegunaan yang dibatasi oleh anggaran yang dimiliki. Hal ini tentu dapat dijelaskan dengan kurva permintaan, yaitu kurva yang

menunjukkan hubungan antara jumlah maksimum dari barang yang dibeli oleh konsumen dengan harga alternatif pada waktu tertentu (ceteris paribus), dan pada harga tertentu orang selalu membeli jumlah yang lebih kecil bila mana hanya

(7)

b. Teori Perilaku Konsumen

Konsumen dapat dibedakan atas konsumen individu dan konsumen organisasi.

Penggunaan barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen individu dapat diperuntukkan bagi dirinya sendiri, keluarga, saudara, teman, atau orang lain. Konsumen organisasi membeli barang dan jasa untuk menjalankan seluruh

kegiatan organisasinya. Konsumen individu dan organisasi memiliki arti dan nilai yang penting bagi perusahaan penghasil barang dan jasa, namun konsumen

individulah yang memberikan pengaruh secara langsung bagi kemajuan dan kemunduran perusahaan. Produk sebaik apapun tidak akan berarti bagi perusahaan, jika tidak digunakan oleh konsumen individu sebagai konsumen

akhir. Konsumen individu sebagai konsumen akhir memiliki keragaman karakteristik seperti usia, latar belakang budaya, pendidikan keadaan ekonomi,

dan lain-lain (Sumawarman, 2004).

Teori konsumen merupakan teori yang mencakup perilaku konsumen dalam membelanjakan pendapatannya untuk memperoleh alat-alat pemuas kebutuhan,

berupa barang ataupun jasa-jasa konsumsi. Reksoprayitno (2000), menyampaikan bahwa teori konsumen menjelaskan bagaimana reaksi konsumen dalam

kesediaannya membeli suatu barang akan berubah jika jumlah pendapatan konsumen dan harga barang yang bersangkutan berubah. Fungsi utama barang dan jasa konsumsi adalah untuk memenuhi kebutuhan langsung pemakainya, dengan

terpenuhinya kebutuhan konsumen tersebut akan menimbulkan kepuasan

(8)

Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses kepuasan

yang mendahului dan menyusuli tindakan ini. Jadi dapat dikatakan prilaku konsumen merupakan studi tentang bagaimana pembuat keputusan (decisions unit), baik individu, kelompok, ataupun organisasi, membuat keputusan-keputusan

beli atau melakukan transaksi pembelian suatu produk dan mengkonsumsinya (Setiadi, 2005).

Seperti yang dinyatakan oleh Boyd, dkk (2000) bahwa pengambilan keputusan konsumen pada dasarnya merupakan proses pemecahan masalah. Kebanyakan konsumen, baik konsumen individu maupun pembeli organisasi melalui proses

mental yang hampir sama dalam memutuskan produk dan merek apa yang akan dibeli. Walaupun nyata sekali bahwa berbagai konsumen akhirnya memilih untuk

membeli barang-barang yang berbeda disebabkan oleh perbedaan karakteristik pribadi (kebutuhan, manfaat yang dicari, sikap, nilai, pengalaman masa lalu, dan gaya hidup) dan pengaruh sosial (perbedaan kelas sosial, kelompok rujukan, atau

kondisi keluarga).

Untuk mengetahui perilaku konsumen terhadap beras organik, maka karakteristik

individu merupakan salah satu faktor yang penting. Karakteristik ini dapat dibangun berdasarkan unsur-unsur demografis, perilaku, psikografis dan geografis. Faktor lainnya yang juga penting dalam karakteristik individu berupa

(9)

tidak memiliki tiga karakteristik, yaitu status sosial, kepribadian dan kemampuan berkomunikasi (Hartari, 2005).

Sikap Konsumen

Sikap konsumen adalah faktor paling penting yang akan mempengaruhi keputusan

konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan konsep kepercayaan dan perilaku. Pembentukan sikap konsumen seringkali menggambarkan hubungan antara

kepercayaan, sikap, dan perilaku. Kepercayaan, sikap, dan perilaku juga terkait dengan konsep atribut produk. Atribut produk adalah karakteristik dari suatu produk. Konsumen biasanya memiliki kepercayaan terhadap atribut suatu produk.

Kepercayaan konsumen adalah pengetahuan konsumen mengenai suatu objek, atributnya dan manfaatnya (Sumarwan, 2004).

Menurut Engel, et al. (1995), sikap adalah suatu evaluasi menyeluruh yang memungkinkan seseorang memberikan respon dengan cara menguntungkan atau tidak menguntungkan terhadap suatu obyek atau alternatif yang diberikan. Lebih

jauh, sikap dikonseptualisasikan sebagai perasaan positif atau negatif terhadap merek dan dipandang sebagai hasil dari penilaian merek dan atribut evaluatif yang

penting. Sikap relevan terhadap prilaku pembelan ditampilkan oleh sikap yang terbentuk sebagai hasil dari pengalaman langsung individu dengan produk, berdasarkan informasi yang diberikan oleh pihak ataupun pengetahuan yang

diperoleh dari media massa.

Menurut tricomponent attitude model, sikap terdiri atas tiga komponen, yaitu

(10)

konsumen, yang diperoleh melalui pengalaman dengan suatu objek-sikap dan informasi dari berbagai sumber. Pengetahuan dan persepsi ini biasanya dalam

bentuk kepercayaan, yaitu konsumen mempercayai bahwa produk memiliki sejumlah atribut. Afektif menggambarkan emosi dan perasaan konsumen, yaitu menunjukkan penilaian langsung dan umum terhadap suatu produk, apakah

produk itu disukai atau tidak; atau apakah produk itu baik atau buruk. Konatif menunjukkan tindakan seseorang atau kecendrungan perilaku terhadap suatu

objek, konatif berkaitan dengan tindakan atau perilaku yang akan dilakukan oleh seorang konsumen dan sering juga disebut sebagai intention (Sumarwan, 2004).

Karakteristik yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Menurut Kotler dan Armstrong (2008), pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh karakteristik budaya, sosial, pribadi, dan psikologis. Biasanya pemasar tidak

dapat mengendalikan faktor-faktor semacam itu, tetapi harus memperhitungkannya. Berikut adalah pengaruh dari keempat faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen:

a. Faktor Budaya

Faktor budaya mempunyai pengaruh yang luas dan mendalam dalam perilaku

konsumen. Faktor budaya dibagi atas:

1. Budaya, adalah penyebab keinginan dan perilaku seseorang yang paling dasar. Perilaku manusia dipelajari secara luas. Tumbuh di dalam suatu masyarakat,

(11)

mempunyai budaya, dan pengaruh budaya pada perilaku pembelian bisa sangat bervariasi dari yang Negara yang satu dengan Negara yang lain.

2. Subbudaya, merupakan bagian budaya yang lebih kecil atau kelompok orang yang berbagi system nilai berdasarkan pengalaman hidup dan situasi umum. Subbudaya meliputi kebangsaan, agama, kelompok ras, dan daerah geografis.

3. Kelas Sosial, adalah pembagian masyarakat yang relative permanen dan berjenjang dimana anggotanya berbagi nilai, minat, dan perilaku yang sama.

Kelas sosial tidak hanya ditentukan oleh satu faktor, seperti pendapatan, tetapi diukur sebagai kombinasi dari pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kekayaan dan variable lain.

b. Faktor Sosial

Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, antara lain:

1. Kelompok

Perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak kelompok (group) kecil. Kelompok yang mempunyai pengaruh langsung dan tempat dimana seseorang

menjadi anggotanya disebut keanggotaan. Sebaliknya, kelompok referensi bertindak sebagai titik pebandingan atau titik referensi langsung atau tidak

langsung dalam membentuk sikap atau perilaku seseorang. Kelomok referensi memperkenalkan perilaku dan gaya hidup baru kepada seseorang, mempengaruhi sikap dan konsep dir seseorang, dan menciptakan tekanan

untuk menegaskan apa yang mungkin mempengaruhi pilihan produk dan merek seseorang. Arti penting kelompok mempengaruhi berbagai produk dan merek. Pengaruh ini berdampak paling kuat ketika produk itu dapat dilihat

(12)

2. Keluarga

Anggota keluarga bisa sangat mempengaruhi perilaku pembeli. Keluarga

adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat, dan telah diteliti secara ekstensif. Pemasar tertarik pada peran suami, istri, serta anak-anak dalam pembelian barang dan jasa yang berbeda.

Keterlibatan suami-istri dalam kategori produk dan tahap proses pembelian sangat beragam. Peran pembelian berubah sesuai dengan gaya hidup

konsumen yang berubah. Anak-anak juga mempunyai pengaruh kuat dalam keputusan pembelian keluarga.

3. Peran dan Status

Posisi seseorang dalam masing-masing kelompok dapat didefenisikan dalam peran dan status. Peran terdiri dari kegiatan yang diharapkan dilakukan

seseorang sesuai dengan orang-orang yang disekitarnya. Masing-masing peran membawa status yang mencerminkan nilai umum yang diberikan kepadanya oleh masyarakat. Orang biasanya memilih produk sesuai dengan peran dan

status mereka.

c. Faktor Pribadi

Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, antara lain: 1. Usia

Memahami usia konsumen adalah penting, karena konsumen yang berbeda

usia akan mengkonsumsi produk dan jasa yang berbeda. Perbedaan usia juga akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap merek. Dari sisi

(13)

segmentasi pasar produknya. Para pemasar juga harus memahami apa kebutuhan dari konsumen dari berbagai usia tersebut, kemudian membuat

berbagai beragam produk yang bisa memenuhi kebutuhan tersebut (Sumawarman, 2004).

2. Pekerjaan

Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang mereka beli. Pemasar berusaha mengidentifikasikan kelompok pekerjaan yang mempunyai

minat diatas rata-rata pada produk dan jasa mereka. Perusahaan bahkan dapat mengkhususkan diri membuat produk yang diperlukan oleh kelompok pekerjaan tertentu.

3. Situasi Ekonomi

Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk. Pemasar

barang-barang yang sensitif terhadap pendapatan mengamati gejala pendapatan pribadi, tabungan dan suku bunga. Jika indicator ekonomi menunjukkan resesi, pemasar dapat mengambil langkah-langkah untuk

merancang ulang, mereposisi, dan menetapkan harga kembali untuk produk mereka secara seksama. Beberapa pemasar menargetkan konsumen yang

mempunyai banyak uang dan sumber daya, menetapkan harga yang sesuai. 4. Gaya Hidup

Gaya hidup (lifestyle) adalah pola hidup seseorang yang diekspresikan dalam

keadaan psikografisnya. Gaya hidup menangkap sesuatu yang lebih dari sekedar kelas sosial atau kepribadian seseorang. Gaya hidup menampilkan

(14)

nilai konsumen yang berubah dan bagaimana gaya hidup mempengaruhi perilaku pembelian.

Dua orang dengan usia, pendapatan, pendidikan bahkan pekerjaan yang sama tidak perlu menjalani kehidupan dengan cara yang sama. Mereka bisa memiliki opini, minat, dan kegiatan yang berbeda. Termasuk membeli produk

dan merek yang berbeda. Pola kegiatan. Minat, dan opini yang luas ini dan perilaku yang muncul disebut gaya hidup (lifestyle). Untuk memeperoleh data

gaya hidup, konsumen ditanya untuk menindikasi apakah merekah setuju/tidak setuju dengan serangkaian pernyataan yang berkaitan dengan kepedulian harga, kegiatan keluarga, olahraga yang disukai, nilai-nilai tradisional,

kesukaan berpetualang dan pakaian(Boyd, dkk, 2000).

5. Kepribadian dan Konsep Diri

Kepribadian setiap orang berbeda-beda dalam mempengaruhi perilaku pembeliannya. Kepribadian mengacu kepada karakteristik psikologi unik yang menyebabkan respon relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan

orang itu sendiri, kepribadian biasanya digambarkan dalam karakteristik perilaku seperti kepercayaan diri, domonasi, kemampuan bersosialisasi,

otonomi, cara mempertahankan diri, kemampuan beradaptasi, dan sifat-sifat agrsif. Kepribadian dapat digunakan untuk menganalisis perilaku konsumen untuk produk atau pilihan merek tertentu.

d. Faktor Psikologis

(15)

1. Motivasi

Keutuhan menjadi motif ketika kebutuhan itu mencapa tingkat intensitas yang

kuat. Motif atau dorongan adalah kebutuhan dengan tekanan kuat yang mengarahkan seseorang mencari kepuasan.

2. Persepsi

Persepsi adalah proses dimana orang memilih, mengatur, dan meninterpretasikan informasi untuk membentuk gambaran dunia berarti.

Orang yang termotivasi pasti siap beraksi. Cara orang tersebut bertindak dipengaruhi oleh persepsi dirinya tentang situasi, kita semua mempelajari aliran informasi melalui lima indera kita: penglihatan, pendengaran,

penciuman, peraba dan perasa. Meskipun demikian, masing-masing diri kita menerima, mengatur dan menginterpretasikan informasi sensorik dalam

caranya sendiri. Orang juga dapat membentuk persepsi yang berbeda dari rangsangan yang sama karena tiga proses persepsual (berhubungan dengan rangsangan sensorik): atensi selektif, distorsi selektif, dan retensi selektif

(Kotler, 2008).

Pemahaman terhadap persepsi dan proses yang terkait sangat penting bagi

pemasar dalam upaya membentuk persepsi yang tepat. Terbentuknya persepsi yang tepat pada konsumen menyebabkan mereka mempunyai kesan dan memberikan penilaian yang tepat. Berdasar persepsi inilah konsumen tertarik

dan membeli. Dua produk yang bentuk, rasa, dan kandungannya sama dapat di persepsikan berbeda, begitu konsemen melihat mereknya berbeda.

Jika konsumen mempresepsikan bahwa produk A memiliki keunggulan yang

(16)

maka konsumen akan memilih produk A tersebut yang sebenarnya relatif mirip dengan produk lainnya. Suatu proses presepsi akan diawali oleh suatu

stimuli yang mengenai indera kita. Stimuli yang menimbulkan presepsi bisa bermacam-macam bentuknya, asal merupakan sesuatu yang langsung mengenai indera kita. Stimuli ini akan mengenai organ yang disebut sebagai

sencory receptor (organ manusia yang menerima input stimuli atau indera).

Adanya stimulus yang mengenai sencory receptor mengakibatkan individu

merespon. Respon langsung atau segera dari organ sencory receptor tersebut dinamakan sensasi. Tingkat kepekaan dalam sensasi antara individu satu dengan yang lain juga berbeda-beda (Suryani, 2008).

3. Pembelajaran

Pembelajaran menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang yang

timbul dari pengalaman. Pemebelajaran terjadi melalui interaksi dorongan, rangsangan pertanda, respons, dan penguatan.

4. Keyakinan dan Sikap

Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang tentang sesuatu. Keyakinan bisa didasarkan pada pengetahuan nyata, pendapat atau

iman yang bisa membawa muatan emosi atau tidak. Keyakinan akan menbentuk citra produk dan merek yang mempengaruhi perilaku pembelian. Sikap menggambarkan evaluasi, perasaan, dan tendensi yang relatif konsisten

(17)

Proses Pengambian Keputusan Pembelian

Menurut Kotler (2008), proses keputusan pembeli terdiri dari lima tahap, yaitu;

pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evauasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pascapembelian. Gambar berikut memperlihatkan bahwa konsumen melewati seluruh lima tahap itu untuk semua pembelian yang

dilakukannya. Tetapi dalam pembelian yang lebih rutin, konsumen sering menghilangkan atau membalik urutan beberapa tahap itu.

1. Pengenalan Kebutuhan

Proses pembelian dimulai dengan pengenalan kebutuhan, pembeli menyadari suatu masalah atau kebutuhan. Kebutuhan dapat dipicu oleh rangsangan internal,

contohnya rasa lapar dan hapus. Dan dapat juga dipicu oleh rangsangan eksternal, contohnya iklan suatu produk baru.

2. Pencarian Informasi

Konsumen yang tertarik mungkin akan mencari lebih banyak informasi atau mungkin tidak. Jika dorongan konsumen itu kuat dan produk yang memuaskan

ada di dekat konsumen itu, konsumen mungkin akan membelinya kemudian. Jika tidak, konsumen bisa menyimpan kebutuhan itu dalam ingatannya atau melakukan

pencarian informasi yang berhubungan dengan kebutuhan. 3. Evaluasi Alternatif

Evaluasi alternatif yaitu bagaimana konsumen memproses informasi untuk sampai

(18)

4. Keputusan Pembelian

Dalam tahap evaluasi, konsumen menentukan peringkat merek dan membentuk

niat pembelian. Pada umumnya, keputusan pembelian konsumen adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor bisa berada antara niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain, dan yang kedua

adalah faktor situasional yang tidak diharapkan. Konsumen mungkin membentuk niat pembelian berdasarkan faktor-faktor seperti pendapatan, harga, dan manfaat

produk yang diharapkan. 5. Perilaku Pascapembelian

Setelah membeli produk, konsumen akan merasa puas atau tidak akan terlihat

dalam perilaku pascapembelian yang harus diperhatikan oleh pemasar. Yang menentukan kepuasan atau tidak kepuasan pembeli biasanya dapat dilihat dari

hubungan antara ekspektasi konsumen dan kinerja anggapan produk. Jika produk tidak memenuhi ekspektasi, konsumen akan kecewa; jika produk memenuhi ekspektasi, konsumen akan puas; dan jika produk melebihi ekspektasi, konsumen

akan sangat puas.

Menurut Kotler dan Keller (2009), aktivitas pemasaran muncul dalam sebuah

bentuk yang diklasifikasikan sebagai sarana bauran pemasaran dari empat jenis yang luas, yang disebut dengan empat P yaitu produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion). Pemasar membuat keputusan bauran

pemasaran untuk mempengaruhi saluran perdagangan mereka dan juga konsumen akhir mereka. Begitu mereka memahami kelompok-kelompok ini, pemasar

(19)

P melambangkan pandangan penjual terhadap perangkat pemasaran untuk mempengaruhi pembeli. Dari sudut pembeli, setiap perangkat pemasaran

dirancang untuk memberikan manfaat bagi mereka.

2.3. Kerangka Pemikiran

Kounsumen melakukan kegiatan pembelian untuk memenuhi kebutuhannya.

Setiap konsumen akan memenuhi semua yang diperlukan oleh tubuhnya sehingga tidak akan kekurangan apapun.

Konsumen yang mengkonsumsi beras organik atau non organik berhubungan dengan perilaku konsumen. Perilaku konsumen dipengaruhi oleh beberapa karakteristik konsumen. Karakteristik konsumen diantaranya adalah karakteristik

budaya, sosial, pribadi dan psikologis.

Dimana karakteristik budaya dibagi atas subbudaya dan kelas sosial. Kelas sosial

ditentukan dari tingkat pendapatan konsumen. Karakteristik sosial ditentukan oleh faktor keluarga. Karakteristik pribadi ditentukan oleh faktor tingkat pendidikan dan gaya hidup. Dan karakteristik psikologis ditentukan dari faktor tingkat

pendidikan konsumen serta persepsi konsumen akan beras organik tersebut.

Dalam proses keputusan pembelian beras organik tidak hanya dipengaruhi oleh

karakteristik dari konsumen, tetapi juga dipengaruhi oleh harga beras organik tersebut. Setelah mempertimbangkan berbagai faktor, akhirnya konsumen memutuskan untuk membeli atau tidak membeli beras organik dalam memenuhi

(20)

Secara skematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1. Skema kerangka pemikran

Keterangan :

: Adanya hubungan : Mempengaruhi

2.4. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian ini adalah :

1. Pendapatan, tingkat pendidikan, keluarga , rasio harga beras organik, persepsi, dan gaya hidup mempengaruhi konsumen dalam membeli beras

KONSUMEN

KEPUTUSAN MEMBELI Pendapatan

Tingkat pendidikan

Anggota Keluarga Orang Tua

Anggota Keluarga Balita Rasio Harga Beras

Organik

Persepsi

Gambar

Gambar 1. Skema kerangka pemikran

Referensi

Dokumen terkait

• Menyampaikan hasil belajar atau hasil temuan tentang pengertian, ketentuan dan tata cara salat Jum’at. kelas

tujuannya adalah untuk mempromosikan Material alam ke masyarakat luas serta membuat user yang mengunjungi website ini menjadi tertarik untuk bergabung menjadi member Material alam

Peran Guru PKn dalam Mewujudkan Generasi Emas lndonesia2045 yang Berkarakter dan. Beriiwa

Untuk itu dewan komisaris yang lebih sedikit jumlahnya lebih efektif dalam mengurangi tindak manipulasi laba, karena jumlah personel yang sedikit dapat menghambat

ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI SIMPAN PINJAM KOPERASI SECARA ONLINE.

”Nyt niinku suomalaisten pitää mun mielestä seuraavan niinku, mitä mä uskaltai- sin sanoo, kolmen vuoden sisällä päästä kyllä niinku ihan niinku siis maailman- luokan

(3) Observasi, meliputi : Pada penelitian siklus II, pengamatan dilakukan oleh Nini Edny, S.Th sebagai observer yang dilakukan keoada peneliti yang melaksanakan

Sedangkan persentase penurunan kadar mineral setelah direbus untuk kalium adalah 47,30%, untuk kalsium sebesar 7,52%, dan untuk natrium sebesar 58,28 %.Secara statistik uji