• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Komitmen terhadap Kinerja Petugas Sistem Manajemen Kesehatan Lingkungan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Komitmen terhadap Kinerja Petugas Sistem Manajemen Kesehatan Lingkungan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rumah sakit pada dasarnya merupakan organisasi layanan (Service Organization) bidang kesehatan, yang memerlukan manajemen untuk keberlangsungan rumah sakit. Penerapan manajemen rumah sakit diperlukan sebagai

upaya untuk memanfaatkan dan mengatur Sumber Daya Manusia (SDM) yang

dimiliki dalam rangka pencapaian tujuan organisasi secara efektif, efisien dan

rasional (Safrudin, 2009).

Fungsi rumah sakit sebagai industri jasa layanan, dalam memberikan

pelayanan tentu sangat berhubungan erat dengan tuntutan untuk tetap memperhatikan

mutu pelayanannya. Peningkatan mutu pelayanan yang berkesinambungan di suatu

rumah sakit sangat ditentukan oleh usaha bersama yang dilakukan oleh komponen

yang terlibat dalam penyelenggara rumah sakit layaknya organisasi. Baik jajaran

direksi sebagai pihak manajerial maupun pegawai yang menjalankan tugasnya dengan

penuh tanggung jawab (Muninjaya, 2004).

Selama ini, salah satu cara rumah sakit di Indonesia melakukan peningkatan

mutu adalah dengan memenuhi standar pelayanan yang telah ditetapkan oleh

pemerintah, yaitu melalui akreditasi rumah sakit. Akreditasi merupakan ketentuan

yang diwajibkan bagi rumah sakit untuk memenuhi standar-standar pelayanan di

(2)

ketentuan yang mengharuskan rumah sakit memenuhi pedoman pengelolaan

lingkungan.

Pengelolaan lingkungan dengan unsur manajemen di dalamnya disebut

sebagai Sistem Manajemen Lingkungan. Konsep ini lahir atas dasar meningkatnya

tuntutan masyarakat akan kesadaran lingkungan global. Sistem Manajemen

Lingkungan diadopsi oleh oleh International Organization for Standardization (ISO) sebagai salah satu sertifikasi internasional di bidang pengelolaan lingkungan

(Adisasmito, 2008).

Pengelolaan lingkungan di rumah sakit dikenal dengan Manajemen Kesehatan

Lingkungan Rumah Sakit, yang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan

manajemen lingkungan di rumah sakit. Konsep ini telah dikenal sejak lama sebagai

bagian dari rutinitas internal kegiatan rumah sakit. Konsep tersebut pada banyak

rumah sakit dilaksanakan melalui praktek-praktek sanitasi lingkungan yang berada

dalam jajaran Instalasi Sanitasi Rumah Sakit. Instalasi Sanitasi rumah sakit

mempunyai tugas, pokok dan fungsi sebagai penyelenggara dan pengelolaan

lingkungan rumah sakit. Upaya tersebut untuk menciptakan kesehatan lingkungan

yang baik di rumah sakit melalui pelaksanaan program-program yang berkaitan

dengan semua aktivitas yang ada di rumah sakit.

Upaya kesehatan lingkungan rumah sakit merupakan usaha bersama yang

memerlukan manajemen. Manajemen kesehatan lingkungan merupakan manajemen

yang dinamis, sehingga sangat diperlukan penyesuaian apabila terjadi perubahan di

(3)

sakit dan peraturan perundang-undangan yang disebabkan oleh teknologi. Dengan

demikian sistem manajemen lingkungan rumah sakit merupakan sistem manajemen

praktis yang didesain untuk meminimalkan dampak lingkungan dengan cara yang

efektif (Adisasmito, 2008).

Manfaat pengelolaan kesehatan lingkungan di rumah sakit adalah,

perlindungan terhadap lingkungan, manajemen lingkungan rumah sakit yang lebih

baik, pengembangan sumber daya manusia, kontinuitas peningkatan performa

lingkungan rumah sakit, kepatuhan terhadap perundang-undangan, bagian dari

manajemen mutu terpadu, pengurangan/penghematan biaya dan dapat meningkatkan

citra rumah sakit (Adisasmito, 2007).

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1204/MENKES/SK/X/2004

merupakan pedoman dalam implementasi sanitasi rumah sakit, yang berisikan tentang

pengelolaan dan penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit atau dikenal

dengan inspeksi sanitasi rumah sakit sesuai dengan persyaratan kesehatan lingkungan

rumah sakit. Secara fisik yaitu, penyehatan terhadap lingkungan rumah sakit,

penyehatan terhadap ruangan internal di rumah sakit, penyehatan makanan,

penyehatan air, pengelolaan limbah, pengelolaan tempat pencucian linen (laundry), pengendalian serangga/tikus dan binatang pengganggu lainnya. Sedangkan secara

nonfisik adalah upaya yang dilakukan secara langsung ataupun tidak oleh petugas

sanitasi rumah sakit dalam rangka memberikan penyuluhan kesehatan lingkungan

(4)

Manajemen kesehatan lingkungan di rumah sakit menurut penelitian yang

dilakukan oleh Azhar (2010), bahwa komitmen petugas sangat menentukan

keberhasilan manajemen kesehatan lingkungan di suatu rumah sakit. Dimana upaya

kesehatan lingkungan rumah sakit hanya lima kriteria yang memenuhi persyaratan

menurut kepmenkes 1204 tahun 2004 dari delapan kriteria yang diobservasi. Menurut

penelitian yang dilakukan oleh Fathia, (2008) bahwa komitmen yang berpengaruh

secara dominan adalah komitmen normatif. Bahkan menurut penelitian Hapsari

(2010) di sebuah Rumah Sakit Surakarta, bahwa akibat aktivitas rumah sakit semakin

meningkatkan jumlah timbulan limbah mencapai 240,6443 kg/hari, dan yang

tertangani hanya 219,5014 kg/hari (91,214 %). Hal ini terjadi akibat manajemen

kesehatan lingkungan di rumah sakit tersebut masih sangat lemah.

Penelitian yang dilakukan oleh Djaja (2006), bahwa sebanyak 648 rumah sakit

di Indonesia dari 1.476 rumah sakit yang ada, yang memiliki insinerator baru 49%.

Masalah ini tentu menjadi sumber pencemaran dan berkemungkinan menjadi

penyebab gangguan kesehatan masyarakat di sekitar rumah sakit.

Kajian Depkes RI dan WHO, pada tahun 2009 di enam rumah sakit di Kota

Medan, Bandung dan Makasar, menunjukkan bahwa 65% rumah sakit telah

melakukan pemilahan antara limbah medis dan limbah domestik (kantong plastik

kuning dan hitam), tetapi masih sering terjadi salah tempat dan sebesar 65% rumah

sakit memiliki insinerator dengan suhu pembakaran antara 530 – 800 ºC, akan tetapi

(5)

belum ada informasi akurat penimbulan limbah medis karena 98% rumah sakit belum

melakukan pencatatan.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Heru (2008), bahwa 1), angka kuman

di rumah sakit pemerintah jauh lebih tinggi dibanding rumah sakit swasta, 2), fakta

memperlihatkan bahwa rumah sakit yang ada D.I.Yogya yang diteliti sebanyak 11 RS

tidak memenuhi syarat (TMS) bila dilihat dari angka kumannya, 3), tindakan sanitasi

mampu menurunkan angka kuman dalam jumlah yang besar sekali (70 % - 100 %).

Keberhasilan program sanitasi rumah sakit sangat ditentukan oleh peranan

petugas kesehatan lingkungan untuk menciptakan keberhasilan sistem manajemen

kesehatan lingkungan yang ada di rumah sakit. Dasar semua tindakan yang dilakukan

petugas kesehatan lingkungan adalah komitmen organisasi terhadap kepedulian

lingkungan, sehingga komitmen merupakan faktor utama dalam mempengaruhi

kinerja petugas terhadap upaya pengelolaan lingkungan rumah sakit. Sebagaimana

penelitian yang dilakukan oleh Azhar, (2010) bahwa komitmen berpengaruh terhadap

implementasi upaya kesehatan lingkungan rumah sakit. Ditambahkan oleh Utami,

(2011) bahwa komitmen mempengaruhi prestasi kerja pegawai.

Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuliddin Away, adalah rumah sakit umum

pemerintah daerah kabupaten Aceh Selatan. Pada tanggal 20 Mei 1997 berdasarkan

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 470/MENKES/SK/V/1997

rumah sakit tersebut ditingkatkan kelasnya menjadi kelas/tipe C.

Berdasarkan survei pendahuluan, Rumah Sakit Umum Daerah dr. H.

(6)

rumah sakit masih dirasakan belum optimal. Informasi yang diperoleh menyebutkan

bahwa ada masalah dalam pelaksanaan sistem manajemen kesehatan lingkungan

rumah sakit. Kurangnya komitmen petugas kesehatan lingkungan rumah sakit dalam

melaksanakan dan meningkatkan sistem manajemen lingkungan di rumah sakit

menjadi kemungkinan penyebab kurangnya pelayanan kesehatan lingkungan yang

diberikan. Padahal petugas kesehatan sebagai penyelenggara dan pengelola kesehatan

lingkungan rumah sakit merupakan faktor dominan yang menentukan keberhasilan

manajemen kesehatan lingkungan di rumah sakit tersebut.

Indikator-indikator dalam penyehatan lingkungan di rumah sakit sebagai

kinerja petugas manajemen kesehatan lingkungan dirasa masih belum memadai,

diantaranya pembangunan ruang rawat inap baru yang dibangun, sebagai jalur keluar

masuknya pengunjung menjadi berdekatan dengan letak salah satu pengolahan

limbah (Incenerator) yang terlebih dulu telah ada. Masalah lain adalah kurang lancarnya air selokan disekitar rumah sakit, dimana dikuatirkan akan menjadi tempat

sarang nyamuk (vektor) pembawa penyakit. Pengelolaan limbah rumah sakit juga

belum dirasa optimal, hal ini dibuktikan adanya sampah yang menumpuk di salah

satu tempat tertentu. Indikator ini merupakan indikator dalam Kepmenkes 1204

Tahun 2004 sebagai indikator yang harus dibebaskan di lingkungan rumah sakit.

Permasalahan ini menurut asumsi penulis, bahwa manajemen kesehatan

lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan belum

tertata dengan baik. Selain itu, berhubungan erat dengan kurangnya pemantauan,

(7)

sehingga belum menjadi penting untuk ditingkatkan dari segi outputnya. Oleh karena

itu, penulis tertarik untuk mengetahui sejauh mana komitmen petugas kesehatan

lingkungan yang ada di rumah sakit sebagai faktor kunci dalam menentukan

keberhasilan manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit pada Rumah Sakit Umum

Daerah dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan.

1.2. Permasalahan

Apakah komitmen berpengaruh terhadap kinerja petugas sistem manajemen

kesehatan lingkungan di Rumah Sakit Umum dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dilakukan untuk menganalisis pengaruh komitmen terhadap

kinerja petugas sistem manajemen kesehatan lingkungan di Rumah Sakit Umum dr.

H. Yuliddin Away Tapaktuan.

1.4. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah adanya pengaruh komitmen terhadap kinerja

petugas sistem manajemen kesehatan lingkungan di Rumah Sakit Umum dr. H.

Yuliddin Away Tapaktuan.

1.5. Manfaat Penelitian

(8)

1. Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan, sebagai bahan masukan bagi pihak

pemerintah dalam pengambilan keputusan dalam pemberian izin operasional

rumah sakit serta sebagai bahan pertimbangan analisis kebijakan dalam hal

penilaian kualitas dan upaya pengelolaan dan pemantauan sistem manajemen

kesehatan lingkungan rumah sakit.

2. Pihak rumah sakit, agar menjadi pertimbangan dan masukan dalam menentukan

kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan manajemen kesehatan lingkungan

rumah sakit sesuai dengan persyaratan yang ada.

3. Bagi penulis, sebagai pengembangan ilmu dan bahan pembelajaran yang didapat

Referensi

Dokumen terkait

Hasil percobaan menunjukkan bahwa dengan menggunakan tanaman Canna indica L dalam sistem lahan basah buatan pengolahan air limbah pencucian rumput laut dapat penyisihan

Judul Tugas Akhir : Sistem Pemberian Pupuk Tanaman Secara Otomatis Berbasis Mikrokontroler.. Dosen Pembimbing 1 : Ir.Purnomo Edi Sasongko, MP Dosen Pembimbing 2 : Basuki Rahmat,

Karena mungkin sulit untuk membedakan tumor Bartholin dari kista Bartholin yang jinak hanya Karena mungkin sulit untuk membedakan tumor Bartholin dari kista Bartholin yang jinak

Dermal Berdasarkan data yang tersedia, kriteria klasifikasi tidak terpenuhi. Penghirupan Berdasarkan data yang tersedia, kriteria klasifikasi

Komunikasi Massa menurut pendapat tan dan wright merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal,

Konsep dasar perancangan tata ruang dalam pada bangunan Auto Mall adalah menciptakan bentuk ruang promosi yang bernuansa modern didukung aspek pencahayaan buatan yang

Efek bullwhipyang sering terjadi adalah ketika para supplier terlambat dalam melakukan pengiriman bahan baku kain sehingga proses penjahitan (proses produksi) akan