• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

9

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Komunikasi dan komunikasi massa 2.1.1 Pengertian Komunikasi

Pengertian komunikasi secara umum dapat dilihat dari dilihat dua segi, yaitu : 1. Pengertian Komunikasi Secara Etimologis

Secara etimologis (asal katanya), komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu communication, bersumber dari kata communis yang berarti sama, dalam hal ini berarti membuat kebersamaan makna dalam suatu hal antara dua orang atau lebih. Jadi komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat dalam proses komunikasi itu terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan.

2. Pengertian Komunikasi Secara Terminologis

Secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan seseuatu kepada orang lain.

Banyak sekali definisi komunikasi yang berbeda-beda yang disampaikan oleh para ahli komunikasi. Menurut Anderson (1959) komunikasi adalah suatu proses di mana kita bisa memahami dan dipahami oleh orang lain. Sementara Berelson dan Steiner (1964) mendefinisikan komunikasi sebagai penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain melalui penggunaan

(2)

simbol-simbol, seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka, dan lain-lain. Miller (1996) mengatakan bahwa komunikasi pada dasarnya adalah penyampaian yang disengaja dari sumber terhadap penerima dengan tujuan mempengaruhi tingkah laku pihak penerima (Purba dkk, 2006 : 32-33).

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif dapat dijelaskan dengan menjawab pertanyaan dari paradigma yang di kemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communiation in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?

Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan,yaitu :

1. Who (Siapa) : Komunikator, komunikator merupakan orang yang menyampaikan pesan.

2. Says What (Mengatakan Apa) : Pesan, pernyataan yang diukung oleh lambang, dapat berupa ide atau gagasan.

3. In Which Channel (Saluran) : Media, sarana atau saluran yang mendukung pesan, Jika komunikan berada di lokasi yang jauh dari komunikator atau banyak jumlahnya.

4. To Whom (Kepada Siapa) : Komunikan, orang yang menerima pesan. 5. With What Effect (Dampak ) : Efek, dampak sebagai pengaruh dari

(3)

Berdasarkan paradigma Lasswell tersebut secara sederhana proses komunikasi adalah proses penyampaian pesan yang dilakukan oleh komunikator melalui suatu saluran tertentu kepada pihak penerima yang menimbulkan efek tertentu. Hal tersebut dapat di lihat dalam kajian model komunikasi dibawah ini :

Gambar 2.1 Model komunikasi

Sender : Komunikator (pengirim informasi) yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang.

Message : Pesan yang merupakan seperangkat lambang yang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.

Media : Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada Komunikan.

Receiver : Komunikan (orang) yang menerima pesan dari komunikator.

Effect : Perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh komunikan sebelum dan sesudah menerima pesan.

Feedback : Umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.

SENDER  MESSAGE  MEDIA  RECEIVER  EFFECT 

(4)

2.1.2 Komunikasi Massa

2.1.2.1 Pengertian Komunikasi Massa

Komunikasi Massa menurut pendapat tan dan wright merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu , sedangkan Komunikasi Massa menurut John R. Bittner (1996) Adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.

Dari definisi Yang telah dipaparkan diatas,jelaslah bahwa media massa penting artinya dalam komunikasi massa. komunikasi massa harus menggunakan media massa, sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukanlah komunikasi massa (Ardianto, 2004 : 3).

2.1.2.2 Ciri-Ciri Komunikasi Massa

Berdasarkan definisi komunikasi massa diatas, dapat disimpulkan beberapa Karakteristik dari Komunikasi Massa, yaitu :

1. Komunikator dalam komunikasi massa melembaga

Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang, tetapi kumpulan orang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsure dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. Lebaga yang di maksud di sini menyerupai sebuah

(5)

system. Di dalam sebuah system tersebut terdapat interdependensi, artinya komponen-komponen tersebut saling berkaitan,berinteraksi secara keseluruhan. Jadi, jika satu unsure tidak bekerja dengan baik maka akan mempengaruhi kinerja unsur-unsur yang lain.

Di dalam komunikasi massa, komunikator merupakan lembaga media massa itu sendiri. Menurut Alexis. S Tan (1981) komunikator dalam komunikasi massa adalah organisasi social yang mampu memproduksi pesan dan mengirimkannya secara serempak ke sejumlah khalayak yang banyak dan terpisah. Komunikator dalam komunikasi massa biasanya adalah media massa ( surat kabar, jaringan televisi, statiun radio,majalah ).

2. Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen.

Komunikan dalam komunikasi masa bersifat heterogen. Artinya, penonton televisi, pembaca surat kabar dan pendengar radio terdiri dari beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status social ekonomi.

Herbert Blumer pernah memberikan cirri tentang karateristin audience/ komunikan. Yaitu :

a. Audience dalam komunikasi massa sangatlah heterogen. Ia memliki heterogenitas komposisi atau susunan. Jika ditinjau dari asalnya,mereka berasal dari berbagai kelompok dalam masyarakat.

b. Komunikan berisi individu-individu yang tidak tahu atau mengenal satu sama lain

(6)

c. Komunikan tidak mempunyai kepemimpinan atau organisasi formal. 3. Pesannya bersifat umum

Pesan dalam komunikasi massa tidak ditunjukan kepada satu orang atau sekelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesan yang ditunjukan pada khalayak plural. Oleh karena itu, pesan yang akan dikemukakan tidak boleh bersifat khusus. Khusus di sini, artinya pesan memang tidak di sengaja untuk golongan tertentu. Contoh pesan bersifat umum dapat dilihat pada televisi.

Televisi ditunjukan untuk dinikmati oleh banyak khalayak, maka pesan yang akan disampaikan pada khalayak tersebut haruslah bersifat umum. Dalam pemilihan kata-kata sebisa mungkin memakai kata-kata populer bukan kata-kata ilmiah. Sebab kata ilmiah merupakan monopoli kelompok tertentu.

4. Komunikasi massa bersifat satu arah

Komunikasi massa bersifat satu arah, artinya pesan yang yang disampaikan oleh komunikator belum tentu diterima dan dimengerti dengan baik oleh komunikan. Dalam komunikasi massa, komunikator tidak tahu apakah pesan yang disampaikan berhasil atau tidak. Feedback terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator tidak bisa secara langsung diterima. Butuh waktu untuk komunikan memberikan respons kepada komunikator ( media massa yang bersangkutan ).

(7)

5. Komunikasi massa menimbulkan keserempakan

Komunikasi massa memiliki keserempakan dalam proses penyebaran pesan- pesannya. Serempak berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan. Selain itu, komunikasi massa memiliki kelebihan dibanding dengan komunikasi lainnya yaitu pada jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Effendy mengartikan keserempakan media massa itu ialah keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah.

6. Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknis

Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayak sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis yang dimaksud misalnya pemancar untuk media elektronik ( mekanik atau elektronik ).

7. Komunikasi Massa dikontrol oleh Gatekeeper

Gatekeeper atau yang sering disebut penapis informasi/palang pintu/penjaga gawang, adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa. Gatekeeper berfungsi sebagai orang yang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami. Gatekeeper juga berfungsi untuk menginterpretasikan pesan, menganalisis, menambah data, dan mengurangi pesan-pesannya. Intinya, gatekeeper merupakan pihak yang ikut menentukan pengemasan sebuah pesan dari media. Gatekeeper juga sangat menentukan

(8)

berkualitas tidaknya informasi pesan yang akan di sebarkan. ( Nurudin,2007 : 19-32 )

2.1.2.3 Fungsi Komunikasi Massa

Fungsi komunikasi massa adalah sebagai berikut: 1. Fungsi Pengawasan

Media massa merupakan sebuah medium di mana dapat digunakan untuk pengawasan terhadap aktivitas masyarakat pada umumnya. Fungsi pengawasan ini berupa peringatan dan kontrol sosial maupun kegiatan persuasif.

Pengawasan dan kontrol sosial dapat dilakukan untuk aktivitas preventif untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

2. Fungsi Social Learning

Fungsi utama dari komunikasi massa melalui media massa adalah melakukan guiding dan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat. Media massa bertugas untuk memberikan pencerahan-pencerahan kepada masyarakat dimana komunikasi massa itu berlangsung. Komunikasi massa dimaksudkan agar proses pencerahan itu berlangsung efektif dan efisien dan menyebar secara bersamaan di masyarakat secara luas.

3. Fungsi Penyampaian Informasi

Komunikasi massa yang mengandalkan media massa, memiliki fungsi utama, yaitu menjadi proses penyampaian informasi kepada masyarakat luas. Komunikasi massa memungkinkan informasi dari institusi publik

(9)

tersampaikan kepada masyarakat secara luas dalam waktu cepat sehingga fungsi informatif tercapai dalam waktu cepat dan singkat.

4. Fungsi Transformasi Budaya

Komunikasi massa sebagaimana sifat-sifat budaya massa, maka yang terpenting adalah komunikasi massa menjadi proses transformasi budaya yang dilakukan bersama-sama oleh semua komponen komunikasi massa, terutama yang didukung oleh media massa. Fungsi ini lebih kepada tugasnya yang besar sebagai bagian dari budaya global.

5. Fungsi Hiburan

Fungsi lain dari komunikasi massa adalah hiburan. Komunikasi massa juga digunakan sebagai medium hiburan, terutama karena komunikasi massa menggunakan media massa, jadi fungsi-fungsi hiburan yanga ada pada media massa juga merupakan bagian dari fungsi komunikasi massa. (Bungin, 2008:79-81)

2.1.2.4 Komunikator

Dalam komunikasi peranan komunikator sangat penting. Komunikasi haruslah luwes sehingga komunikator sebagai pelaksana dapat segera mengadakan perubahan apabila ada suatu faktor yang mempengaruhi. Suatu pengaruh yang menghambat komunikasi bisa datang sewaktu-waktu, lebih-lebih jika komunikasi dilangsungkan melalui media massa. Faktor-faktor yang berpengaruh bisa terdapat pada komponen media atau komponen komunikan sehingga efek yang diharapkan tak kunjung tercapai. Para ahli komunikasi

(10)

berpendapat bahwa dalam melancarkan komunikasi lebih baik mempergunakan pendekatan yang disebut AA Procedure atau from attention to action procedure. AA Procedure ini sebenarnya penyederhanaan dari suatu proses yang disingkat .

AIDDA (Khasali, 1995:178). Lengkapnya adalah sebagai berikut:

A = Attention (Perhatian)

I = Interest (Minat)

D = Desire (Hasrat)

D = Decision (Keputusan)

A = Action (Tindakan)

Proses pentahapan komunikasi mengandung maksud bahwa komunikasi hendaknya dimulai dengan membangkitkan perhatian. Dalam hubungan ini komunikator harus menimbulkan daya tarik. Pada dirinya harus terdapat faktor daya tarik komunikator (source attractiveness). Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku komunikasi melalui mekanisme daya tarik jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya, dengan kata lain pihak komunikan merasa adanya kesamaan antara komunikator dengannya, sehingga dengan demikian komunikan bersedia untuk taat pada pesan yang dikomunikasikan oleh komunikator. Sikap komunikator yang berusaha menyamakan diri dengan komunikan ini akan menimbulkan simpati komunikan pada komunikator (Effendy, 2007:34).

(11)

Dimulainya komunikasi dengan membangkitkan perhatian (attention) merupakan awal kesuksesan komunikasi. Apabila perhatian komunikan telah terbangkitkan, hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat (interest), yang merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian. Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat (desire) untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan komunikator. Hanya ada hasrat saja pada diri komunikan, bagi komunikator belum berarti apa-apa, sebab harus dilanjutkan dengan datangnya keputusan (decision), yakni keputusan untuk melakukan kegiatan (action) sebagaimana diharapkan komunikator.

Dalam proses komunikasi seorang komunikator akan sukses apabila ia berhasil menunjukkan source credibility, artinya menjadi sumber kepercayaan bagi komunikan. Kepercayaan komunikan kepada komunikator ditentukan oleh keahlian komunikator dalam bidang tugas pekerjaannya dan dapat tidaknya ia dipercaya. Seorang ahli hukum akan mendapat kepercayaan apabila ia berbicara mengenai masalah hukum. Demikian pula seorang dokter akan memperoleh kepercayaan kalau ia membahas masalah kesehatan. Kepercayaan kepada komunikator mencerminkan bahwa pesan yang disampaikan kepada komunikan dianggap benar dan sesuai dengan kenyataan empiris. Jadi seorang komunikator menjadi menjadi source of credibilitydisebabkan adanya ethos pada dirinya yaitu apa yang dikatakan oleh Aristoteles, dan yang hingga kini tetap dijadikan pedoman yaitu good sense, good moral character dan good will, yang oleh para cendikiawan modern diterjemahkan menjadi itikad baik (good intentions), dan dapat dipercaya (thrustworthiness) dan kecakapan atau kemampuan (competence

(12)

or expertness). Berdasarkan hal itu komunikator yang ber-ethos menunjukkan bahwa dirinya mempunyai itikad baik, dapat dipercaya dan mempunyai kecakapan dan keahlian (Effendi, 2007:306).

Komunikator berperan penting dalam proses komunikasi karena komunikatorlah yang mengelola, mengatur, dan menyusun (mengorganisasikan) pesan sehingga pesan tersebut dapat diterima oleh khalayak dan tujuan dari komunikasi dapat dicapai ditandai dengan adanya perubahan sikap khalayak. Pesan juga haruslah disusun sedemikian rupa agar memudahkan pengertian, pengingatan, dan perubahan sikap. Efek dari pengorganisasian pesan yang tersusun dan tidak tersusun ternyata berbeda. Menurut penelitian dari Beighley tahun 1952, pesan yang tersususn dengan baik lebih mudah dimengerti daripada pesan yang tidak tersusun dengan baik (Rakhmat, 2005:295). Ada enam macam retorika dalam penyusunan/ pengorganisasian pesan menurut Aristoteles, yaitu deduktif, induktif, kronologis, logis, spasial, dan topical. Urutan deduktif dimulai dengan menyatakan dulu gagasan utama, kemudian memperjelasnya dengan keterangan penunjang, penyimpulan, dan bukti. Sebaliknya dalam urutan induktif, dikemukakan perincian-perincian dan kemudian ditarik kesimpulan. Urutan kronologis, pesan disusun berdasarkan urutan waktu terjadinya peristiwa. Urutan logis, pesan disusun berdasarkan sebab akibat atau akibat sebab. Urutan spasial, pesan disusun berdasarkan tempat. Sedangkan untuk urutan topical, pesan disusun berdasarkan topik pembicaraan. Klassifikasinya, dari yang penting kepada yang kurang penting, dari yang mudah ke yang sukar, dari yang dikenal ke yang asing (Rakhmat, 2005:45). Sesudah urutan-urutan pesan diatas,

(13)

psikologi komunikasi menambahkan lagi satu urutan yang disebut urutan psikologis. Urutan ini adalah yang paling terkenal dan yang paling dahulu dikemukakan oleh Alan H. Monroe pada akhir 1930-an. Urutan ini kemudian disebut “,motivied sequence”, yang menyarankan lima langkah dalam penyusunan pesan, yaitu:

a. Attention (perhatian)

b. Need (kebutuhan)

c. Satisfaction (pemuasan)

d. Visualization (visualisasi)

e. Action (tindakan)

Bila anda ingin mempengaruhi orang lain maka rebutlah dahulu perhatiannya. Selanjutnya bangkitkan kebutuhannya dengan memberikan petunjuk bagaimana cara memuaskan kebutuhan itu. Gambarkan dalam pikirannya kerugian dan keuntungan yang akan diperolehnya bila ia menerapkan gagasan anda dan akhirnya doronglah agar ia bertindak. Setelah komunikator mengorganisasikan pesan, maka pesan tersebut harus dibuat terstruktur. Komunikator harus menentukan informasi yang harus disampaikan terlebih dahulu terhadap khalayak yang tidak sepaham dengan komunikator. Bagian mana yang didahulukan, yang penting ataukah yang kurang yang penting. Karena seorang komunikator akan sukses dalam komunikasinya, apabila ia menyesuaikan komunikasinya dengan the image dari komunikan, yaitu

(14)

memahami kepentingannya, kebutuhannya, kecakapannya, pengalamannya, kemampuan berpikirnya, kesulitannya, dan sebagainya. Singkatnya komunikator harus dapat menjaga kesemestaan alam mental yang terdapat pada komunikan,

yang oleh Prof. Hartley disebut “The Image of Other” (Effendy, 2007:44). Adapun gambar dari karakteristik komunikator adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2 Karakteristik Komunikator

Kredibilitas komunikator terdiri dari gabungan dari daya tarik (attractiveness), kesukaan (likeability), kepercayaan (trustworthiness), dan keahlian (expertise). Kredibilitas memperngaruhi penerimaan komunikan terhadap seorang komunikator dan pesan. Seorang komunikator yang kredibel dapat dipercaya (Clow & Baack, 2007:214). Dalam Penelitian ini komunikatornya adalah Tayangan Drama korea.

2.1.2.5 Umpan Balik Komunikasi Massa

Dalam proses komunikasi massa dikenal istilah feedback atau umpan balik yaitu reaksi (tanggapan) yang diberikan oleh penerima pesan atau komunikan kepada penyampai pesan atau komunikator/sumber. Selain itu,

Credibility 

Attractiveness 

Trustworthines  Expertise 

(15)

umpan balik juga dapat berupa reaksi yang timbul dari pesan kepada komunikator (Ardianto, 2004 : 45-47).

a. Internal Feedback

Internal feedback adalah umpan balik yang diterima oleh

komunikator bukan dari komunikan, akan tetapi datang dari pesan itu atau dari komunikator itu sendiri. Ketika menyampaikan pesan, komunikator menyadari telah melakukan kesalahan/kekhilafan, kemudian ia meminta maaf dan memperbaiki kesalahan tersebut.

b. Eksternal Feedback External feedback

adalah umpan balik yang diterima oleh komunikator dari komunikan.

External feedback ini sifatnya bisa langsung dan bisa juga tidak.

1. Umpan balik langsung

Umpan balik yang sifatnya langsung yaitu reaksi yang dapat segera ditangkap oleh komunikator, misalnya anggukan kepala pertanda komunikan mengerti atau setuju terhadap pesan yang diterimanya atau komunikan menggelengkan kepala yang mengandung  arti  bahwa  pesan  yang  diterimanya tidak dimengerti atau dipahami oleh komunikan. 

2. Umpan balik tertunda

Umpan balik yang sifatnya tidak langsung (delayed feedback) adalah umpan balik yang datang kepada komunikator (sumber) setelah melewati suatu rentang waktu (selang waktu), contohnya rubrik “Surat Pembaca” pada surat kabar dan sejenisnya.

(16)

c. Representative Feedback

Sesuai dengan karakteristik komunikasi massa yang komunikannya bersifat heterogen, maka tidak mudah untuk mengukur umpan balik yang dari semua komunikan. Karena itu umpan balik yang datang biasanya merupakan representative (wakil) sampel, sehingga walaupun yang ditanggapi hanya satu atau dua komunikan, namun hal tersebut sudah dianggap dapat mewakili sejumlah komunikan yang lainnya

d. Cumulative Feedback Cumulative feedback

Adalah umpan balik yang datang kepada komunikator dihimpun dahulu dan tidak segera diubah dalam pesan berikutnya, karena komunikator harus mempertimbangkannya dahulu untuk dapat membuat kebijaksanaan selanjutnya.

e. Quantitative Feedback Quantitative feedback

Adalah umpan balik yang datang pada umumnya diukur dengan jumlahnya (kuantitas).

f. Institutionalized Feedback Institutionalized Feedback

Adalah umpan balik yang terlembagakan, artinya umpan balik yang diupayakan oleh lembaga, yang dilakukan dengan cara mendatangi langsung khalayak untuk mengumpulkan pendapatnya, kemudian dianalisis oleh lembaga tersebut.

(17)

2.1.2.6 Efek Komunikasi Massa

Menurut Steven M. Chaffe (Karlinah, Dkk, 1999) efek media massa dapat dilihat dari tiga pendekatan. Pendekatan pertama adalah efek dari media massa yang berkaitan dengan pesan ataupun media itu sendiri.

a. Efek Ekonomi, yaitu adanya pertumbuhan dalam bidang ekonomi dengan hadirnya media massa. Misalnya kehadiran surat kabar sudah pasti menghidupkan pabrik penyuplai kertas, pengusaha percetakan, dan grafika serta membuka lapangan kerja.

b. Efek Sosial, yaitu berkaitan dengan perubahan struktur atau interaksi sosial masyarakat pengguan media massa. Sebagai contoh kehadiran televisi dapat meningkatkan status sosial dari pemiliknya.

c. Penjadwalan kegiatan sehari-hari, dimana dengan hadirnya media massa maka khalayak menyediakan waktu untuk menikmati media yang ingin dikonsumsinya. Misalnya untuk ibu-ibu rumah tangga menjadwalkan waktunya untuk menonton sinetron yang disenanginya.

d. Efek hilangnya perasaan tidak nyaman, dimana khalayak menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan psikologinya dengan tujuan untuk menghilangkan perasaan yang tidak nyaman. Misalnya seseorang yang sedang jatuh cinta tentu saja akan senang untuk mendengarkan lagu-lagu yang bertema cinta sedangkan orang yang terkena musibah akan lebih senang untuk mendengarkan atau menonton acara yang bersifat siraman rohani untuk lebih menguatkan diri atas musibah yang dialami.

(18)

e. Efek membutuhkan perasaan tertentu, yaitu selain perasaan tidak senang, kehadiran media juga dapat menimbulkan perasaan positif atau negatif terhadap media tertentu. Misalnya wanita remaja lebih senang membaca majalah Aneka daripada majalah Femina.

Perasaan senang atau percaya pada suatu media massa tertentu erat kaitannya dengan pengalaman individu bersama media massa tersebut.

Pendekatan kedua adalah dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak berupa perubahan sikap (kognitif), perasaan (afektif), dan perilaku (behavioral).

a. Efek Kognitif, yaitu berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti yang tadinya bingung menjadi merasa jelas.

b. Efek Afektif, yaitu berkaitan dengan perasaan. Akibat dari membaca surat kabar atau majalah, mendengarkan radio, menonton acara televisi atau film bioskop dapat menimbulkan perasaan tertentu pada khalayak.

c. Efek Konatif, yaitu bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang cenderung menjadi suatu tindakan atau kegiatan. Efek konatif tidak langsung timbul sebagai akibat terpaan media massa, melainkan didahului oleh efek kognitif dan afektif. Dengan kata lain timbulnya efek konatif setelah muncul efek kognitif dan efek afektif.

(19)

Pendekatan ketiga adalah observasi kepada khalayak (individu, kelompok, organisasi, masyarakat, atau bangsa) pengguna media yang dikenai efek komunikasi massa.

a. Audience Profile (Profil Khalayak), mencakup variabel-variabel: Jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pendapatan, kedudukan/jabatan kepemilikan media. Dari data-data tersebut dapat diketahui gambaran khalayak yang menggunakan suatu media massa tertentu.

b. Media Exposure (Terpaan Media), berusaha mencari data-data khalayak tentang penggunaan media baik jenis media, frekuensi penggunaan, durasi penggunaan (longevity). Penggunaan jenis media meliputi media audio, audiovisual, media cetak, dan sebagainya.

c. Audience Rating (Peringkat Khalayak), digunakan untuk mengetahui persepsi khalayak terhadap jenis media, jenis informasi, format acara dan komunikator yang menjadi favorit khalayak. Peringkat khalayak sangat baik dilakukan untuk mencari informasi yang paling dibutuhkan khalayak, media yang paling sering digun akan khalayak, format acara yang paling disenangi khalayak dan komunikator (broadcaster, newscaster, reporter, host, dsb) yang paling bagus dalam menyampaikan pesan-pesan.

d. Efek Media, bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kehadiran suatu media atau proses penyampaian pesan mempengaruhi khalayak dalam berpikir, bersikap, atau berperilaku. Penelitian ini juga untuk mengetahui sejauh mana perubahan sosial yang terjadi karena kehadiran media atau karena pesan dari media massa.

(20)

2.2 Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa

Televisi berasal dari dua kata yang berbeda yaitu tele (bahasa Yunani) yang berarti jauh dan visi (videre; bahasa latin) yang berarti penglihatan. Dengan demikian televisi yang dalam bahasa Inggris disebut television dapat diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh disini diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat dan dapat dilihat dari tempat lain melalui sebuah perangkat penerima/ Television Set (Wahyudi, 1992:49).

Menurut Effendy (Effendy, 2002:21) siaran televisi merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan keserempakan dan komunikannya bersifat heterogen.

Televisi merupakan salah satu sarana proses komunikasi media massa ( mass media communication ). Penyelenggaraan siaran merupakan komunikator, sedangkan khalayak merupakan komunikan. Isi pesan televisi tersaji dalam bentuk informasi audio-visual gerak dan sinkron. Sasaran khalayak bisa bersifat lokal, nasional, regional, dan international. Televisi merupakan media komunikasi massa yang sangat kuat mempengaruhi pemirsa secara psikologis ( kuswandi,1996:124).

2.2.1 Karakteristik dan Fungsi Televisi

Sebagai suatu media elektronik, televisi memiliki karakteristik sebagai berikut (Ardianto, 2004:128) :

(21)

1. Audiovisual

Televisi memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat (audiovisual). Jadi, apabila khalayak radio siaran hanya mendengar kata-kata, musik, dan efek suara, maka khalayak televisi dapat melihat gambar yang bergerak. Tetapi, tidak berarti gambar lebih penting daripada kata-kata. Keduanya harus ada kesesuaian secara harmonis. Akan terasa berbeda bila acar televisi hanya terlihat gambarnya tanpa adanya suara atau suara tanpa gambar.

2. Berpikir dalam Gambar

Ada dua tahap yang dilakukan dalam proses berpikir dalam gambar. Pertama adalah visualisasi ( visualization ), yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Tahap kedua dari proses “berpikir dalam gambar” adalah penggambaran (picturization ) yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu.

3. Pengoprasian lebih Kompleks

DIbandingkan dengan radio siaran, pengoprasian televisi siaran lebih kompleks, dan lebih melibatkan banyak orang. Peralartan yang digunakan pun lebih banyak dan untuk mengoperasikannya lebih rumit dan harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan terlatih.

Televisi mempunyai fungsi sebagai berikut (Effendy, 2007:27) : 1. Fungsi Penerangan (The Informational Function)

(22)

Ada dua faktor yang mampu menyiarkan informasi yang memusatkan. Faktor yang pertama adalah faktor immediately (langsung dan dekat) dan faktor yang kedua adalah realism (kenyataan).

2. Fungsi Pendidikan (The Educational Function)

Televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan yang sifatnya menambah pengetahuan khalayak. 3. Fungsi Hiburan (The Entertainment Function)

Televisi juga menyuguhkan acara yang bersifat hiburan kepada masyarakat.Tayangan-tayangan yang bersifat hiburan misalnya sinetron, kuis, film, komedi dan lain sebagainya.

2.2.2 Kelebihan dan Kelemahan Televisi

Menurut Khasali (1995:121) dalam menjalankan fugsinya, televisi memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan dan kelemahan televisi, yaitu:

A. Kelebihan Televisi 1. Efisiensi Biaya

Salah satu keuntungan televisi adalah kemampuannya menjangkau khalayak sasaran yang sangat luas. Jangkauan massa ini menimbulkan efisiensi biaya dalam menjangkau setiap khalayak.

2. Dampak yang Kuat

Keunggulan lainnya adalah kemampuannya menimbulkan dampak yang kuat terhadap konsumen dengan tekanan sekaligus pada

(23)

dua panca indera, yaitu penglihatan dan pendengaran. Televisi juga mampu mengkombinasikan gerakan, kecantikan, suara, warna, drama, dan humor.

3. Pengaruh yang Kuat

Televisi juga mempunyai kemampuan yang kuat untuk mempengaruhi persepsi khalayak sasaran. Kebanyakan masyarakat menghabiskan waktunya di depan televisi sebagai sumber berita, hiburan, dan sarana pendidikan.

B. Kelemahan Televisi 1. Biaya yang Besar

Kelemahan yang paling serius dalam siaran televisi ialah biaya yang besar dalam memproduksi suatu acara, walaupun untuk menjangkau khalayak yang lebih rendah.

2. Khalayak yang Tidak Selektif

Sekalipun berbagai teknis telah diperkenalkan untuk menjangkau sasaran yang lebih selektif, televisi tetap sebuah media yang tidak selektif karena segmentasinya tidak setajam surat kabar atau majalah.

3. Kesulitan Teknis

Media ini tidak luwes dalam pengaturan teknis. Acara-acara yang telah dibuat awalnya dapat berubah begitu saja, apalagi menjelang jam-jam penyiarannya.

(24)

2.2.3 Program Televisi

Program televisi adalah segala hal yang ditampilkan melalui media televisi untuk memenuhi kebutuhan audience-nya. Program atau acara yang disajikan adalah salah satu faktor untama yang membuat audience tertarik untuk menyajikan dan mengikuti siaran yang disajikan (Morissan,2005:97 ).

Program tayangan televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi, dan perasaan penonton. Jika penonton merasa terharu dengan apa yang mereka lihat dilayar televisi,hal itu bukan sesuatu yang aneh atau istimewa, sebab salah satu pengaruh psikologis dari tayangan televisi yaitu seakan-akan menghipnotis penonton, sehingga seolah-olah hanyut dalam keterlibatan pada kisah atau peristiwa yang ditayangkan televisi ( Effendi,1991:182)

2.3 Teori Uses and Effect

Pemikiran ini pertama kali dikemukakan oleh Sven Windhal (1979) ini merupakan sintesis antara pendekatan uses and gratification dan teori tradisional mengenai efek. Konsep ”use” (penggunaan) merupakan bagian yang sangat penting atau pokok pemikiran ini. Karena pengetahuan mengenai penggunaan media dan penyebabnya, akan memberikan jalan bagi pemahaman dan perkiraan tentang hasil dari suatu proses komunikasi massa (Sendjaja, 2004: 41).

Penggunaan media massa dapat memiliki banyak arti. Ini dapat berarti ”exposure” yang semata-mata menunjuk pada tindakan mempersepsi. Dalam konteks lain, pengertian tersebut dapat menjadi suatu proses yang lebih kompleks, dimana isi tertentu dikonsumsi dalam kondisi tertentu, untuk memenuhi fungsi

(25)

tertentu dan terkait harapan-harapan tertentu untuk dapat dipenuhi. Fokus dari teori ini lebih kepada pengertian yang kedua (Sendjaja, 2004: 41).

Dalam uses and gratification, penggunaan media pada dasarnya ditentukan oleh kebutuhan dasar individu. Sementara pada uses and effect, kebutuhan hanya salah satu dari faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penggunaan media. Karakteristik individu, harapan dan persepsi terhadap media, dan tingkat akses terhadap media, akan membawa individu kepada keputusan untuk menggunakan atau tidak menggunakan isi media massa (Sendjaja, 2004: 41-42).

Hubungan antara penggunaan dan hasil dari proses komunkasi massa, dengan memperhitungkan pula isi media memiliki beberapa bentuk yang berbeda, diantaranya :

1. Pada kebanyakan efek tradisional, karakterisrik isi media menentukan seberapa besar dari hasil. Penggunaan media hanya dianggap sebagai faktor perantara, dan hasil dari proses tersebut dinamakan efek.

2. Dalam berbagai proses, hasil lebih merupakan akibat dari penggunaan daripada karakteristik isi media. Penggunaan media dapat mengembalikan, mencegah, atau mengurangi aktivitas lainnya. Jika penggunaan merupakan penyebab utama dari hasil, maka ia disebut konsekuensi.

3. Ada anggapan bahwa hasil ditentukan sebagian oleh isi media (melalui perantaraan penggunanya) dan sebagian oleh penggunaan media itu sendiri. Oleh karenanya ada dua proses yang bekerja secara serempak yang bersama-sama menyebabkan terjadinya suatu hasil yang disebut ”conseffects” (gabungan antara konsekuensi dan efek).

(26)

Illustrasi mengenai hubungan-hubungan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :

(27)

Di dalam penelitian ini, peneliti hanya akan menganalisis efek yang ditimbulkan oleh karakteristik isi media. Di mana peneliti hanya akan menganalisis efek yang ditimbulkan dari tayangan drama korea yaitu berupa minat menonton pemirsa pada acara tersebut.

2.4 Drama

2.4.1 Pengertian Drama

Kata drama berasal dari bahasa Yunani Draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak. Jadi drama bisa berarti perbuatan atau tindakan.

Drama adalah kualitas komunikasi, situasi, actiom (segala yang terlihat di pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan (axcting), dan ketegangan pada para pendengar. Sedangkan, menurut Moulton Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak (life presented in action). Menurut Balthazar Vallhagen, Drama adalah kesenian melukiskan sifat dan sifat manusia dengan gerak.

2.4.2 Sejarah Drama

Kebanyakan dari kita mengira bahwa drama berasal dari Yunani Kuno. Namun demikian, sebuah buku yang berjudul A History of the theatre menunjukan pada kita bahwa pemujaan pada Dionisus, yang kelak diubah kedalam festival drama di Yunani, berasal dari Mesir Kuno. Tek Piramid yang bertanggal 4000SM. Adalah naskah Abydos Passion Play yang terkenal. Tentu

(28)

saja para pakar masih meragukan apakah teks itu drama atau bukan sebelum Gaston Maspero menunjukan bahwa dalam teks tersebut ada petunjuk action dan indikasi berbagai tokohnya.

Ada tiga macam teori yang mempersoalkan asal mula drama. Menurut Brockett, drama mungkin telah berkembang dari upacara relijius primitif yang dipentaskan untuk minta pertolonga dari Dewa. Upacara ini mengandung banyak benih drama. Para pendeta sering memerankan mahluk superaalami atau binatang; dan kadang – kadang meniru action berburu, misalnya. Kisah-kisah berkembang sekitar beberapa ritus dan tetap hidup bahkan setelah upacara itu sendiri sudah tidak diadakan lagi. Kelak mite-mite itu merupakan dasar dari banyak drama.

Teori kedua memberi kesan bahwa himne pujian dinyanyikan bersama didepan makam seorang pahlawan. Pembicara memisahkan diri dari koor dan memperagakan perbuatan-perbuatan dalam kehidupan almarhum pahlawan itu. Bagian yang diperagakan makin lama makin rumit dan koor tidak dipakai lagi. Seorang kritisi memberi kesan bahwa sementara koor makinlama makin kurang penting, muncul pembicara lain. Dialog mulai terjadi ketika ada dua pembicara diatas panggung.

Teori ketiga memberi kesan bahwa drama tumbuh dari kecintaan manusia untuk bercerita. Kisah – kisah yang diceritakan disekeliling api perkemahan menciptakan kembali kisah – kisah perburuan atau peperangan, atau perbuatan gagah seorang pahlawan yang telah gugur.

(29)

Ketiga teaori itu merupakan cikal-bakal drama. Meskipun tak seorang pun merasa pasti mana yang terbaik, harus diingat bahwa ketiganya membicarakan tentang action. Konon, action adalah intisari dari seni pertunjukan.

2.4.3 Unsur Drama

A. Unsur – unsur Drama

Unsur-unsur dalam drama meliputi : 1) Tema : gagasan/ide/dasar cerita.

2) Alur : tahapan cerita yang bersambungan. Meliputi Pemaparan, pertikaian, penggawatan, klimaks, peleraian. Dilihat dari cara menyusun : alur maju/lurus, alur mundur, alur sorot balik, alur gabungan.

3) Tokoh : Pemain/orang yang berperan dalam cerita. Tokoh dilihat dari watak : protagonis, antagonis, dan tritagonis

Tokoh dilihat dari perkembangan watak : tokoh bulat dan tokoh datar. Tokoh dilihat dari kedudukan dalam cerita : tokoh utama(sentral) dan tokoh bawahan (sampingan).

4) Latar : bagian dari cerita yang menjelaskan waktu dan tempat kejadian ketika tokoh mengalami peristiwa.

Latar terbagi dalam :

- latar sosial : latar yang berupa, waktu, suasana, masa, bahasa.

- latar fisik : latar yang berupa benda-benda di sekitar tokoh misal, rumah, ruang tamu, dapur, sawah, hutan, pakaian/ baju.

(30)

2.5 Minat

2.5.1 Pengertian Minat

Minat sebagaimana dikatakan dalam ”encyclopedia of psycology” adalah ”faktor yang ada dalam diri sesorang, yang menyebabkan ia tertarik atau menolak terhadap objek, orang dan kegiatan dalam lingkungannya”. Minat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah minat belajar bahasa dan budaya korea. Mempelajari suatu bahasa dan budaya suatu negara tidak semua orang dapat melakukannya. Dibutuhkan keinginan dan kesukaan yang timbul dari diri sendiri akan budaya dan bahasa tersebut.

Secara bahasa minat berarti “kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu.” Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat besar sekali pengaruhnya terhadap kegiatan seseorang sebab dengan minat ia akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu.

Menurut Sarwono dalam bukunya ” Psikologi sosial” menyebutkan bahwa interest atau minat dapat di artikan sebagai berikut :

1. Suatu sikap yang berlangsung terus menerus yang memberi pola pada perhatian seseorang sehingga membuat dirinya selektif terhadap objek minatnya.

2. Perasaan yang menyatakan bahwa satu aktifitas pekerjaan atau objek itu berharga atau berarti bagi individu.

3. Satu keadaan motivasi atau satu set motivasi atau satu set motivasi yang menuntut tingkah laku menuju satu arah tertentu. ( sarwono,2003 : 52)

(31)

Dari beberapa definisi yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa, minat adalah kecenderungan seseorang terhadap obyek atau sesuatu kegiatan yang digemari yang disertai dengan perasaan senang, adanya perhatian, dan keaktifan berbuat.

2.5.2 Faktor Timbulnya Minat

Berdasarkan teori ”Acceptance Rejection” yang dikemukakan fryer, bahwa keberadaan minat didasari atas orientasi suka dan tidak sukanya individu terhadap suatu objek,subjek atau aktivitas. Orientasi tersebut pada gilirannya akan mempengaruhi penerimaan individu.jika individu suka akan objek, subjek, atau aktivitas tersebut, maka individu akan menerimanya. Tetapi, jika individu tidak suka terhadap objek, subjek, atau aktivitas tersebut, maka ia akan menolaknya. Penetuan minat ini didasarkan pada reaksi individu ( menolak /menerima ). Jika ia menerima berarti ia berminat, dan jikamenolak berarti ia tidak berminat. Sama halnya dengan minat belajar bahasa dan budaya korea. Jika individu menyukai akan bahasa dan budaya korea maka ia akan mempelajarinya. Tetapi, jika ia tidak memliki kesukaan akan hal tersebut ia tidak akan mempelajarinya (Sarwono S.W, 2003: 71).

Menurut Crow and Crow ( 1982 ), faktor timbulnay minat terdiri daari tiga faktor (Sarwono S.W, 2003: 76) :

1. Faktor dorongan dari dalam, yaitu rasa ingin tahu atau dorongan untuk menghasilakn sesuatu yang baru dan berbeda. Dorongan ini dapat membuat seseorang berminat untuk mempelajari ilmu mekanik, melakukan penelitian ilmiah, atau aktivitas lain yang menantang.

(32)

2. Faktor motif sosial, yakni minat dalan upaya mengembangkan diri dari dan dalam ilmu pengetahuan, yang mungkin diilhami oleh hasrat untuk mendapatkan kemampuan dalam bekerja, atau adanya hasrat untuk memperoleh penghargaan dari keluarga atau teman.

3. Faktor emosional, yakni minta yang berkaitan dengan perasaan dan emosi. Misalnya, keberhasilan akan menimbulkan perasaan puas dan dapat meningkatkan minat, sengkan kegagalan dapat menghilangkan minat seseorang.

2.5.3 Aspek-Aspek Atau kategori Minat

Atkinson dan Hilgrad ( 1976 ) mengemukakan bahwa minat termasuk dalam taksonomi afektif ( bloom ). Taksonomi afektif Bloom ini meliputi lima kategori (Atkinson,Hilgard, Pengantar Psikologi, 2000) :

1. Penerimaan ( receiving ) yang terdiri dari sub kesadaran kemauan untuk menerima perhatian yang terpilih.

2. Menanggapi ( responding ) yang terdiri dari sub-kategori persetujuan untuk menanggapi kemauan dan kepuasaan.

3. Penilaian ( Valuing ) yang terdiri dari sub-kategori penerimaan, pemilihan dan komitmen terhadap nilai-nilai tertentu.

4. Organisasi ( Organization ) yang terdiri dari sub-kategori penggambaran dan pengorganisasian terhadap nilai.

5. Pencirian (characterization) yang terdiri dari sub-kategori pencirian dan pemasyarakatan nilai.

(33)

2.6 Kerangka Pemikiran

Fenomena yang diteliti :

Tayangan drama korea terhadap minat belajar budaya dan bahasa korea

Media dan karakteristik isi tayangan drama korea membuat khalayak

memutuskan untuk menggunakan media dan isi dari drama korea tersebut. 

Penggunaan media yang besar terhadap tayangan drama korea akan menimbulkan efek terhadap

khalayak.

Efek yang yang ditumbulkan berupa minat mempelajari budaya dan bahasa korea.

Gambar

Gambar 2.1  Model komunikasi
Gambar 2.3 Model Teori Uses and Effect

Referensi

Dokumen terkait

Matematika dan filsafat mempunyai sejarah keterikatan satu dengan yang lain sejak jaman Yunani Kuno. Matematika di samping merupakan sumber dan inspirasi bagi para filsuf,

Jadi sistem kepemimpinan PS Sistem Komputer : PS diketuai oleh seorang ketua PS; dibantu oleh seorang sekretaris PS dan staf administrasi Dalam melaksanakan

Berdasarkan hasil perhitungan koefisien determinan korelasi nilai Adjusted R Square adalah 0,856 menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi yang sudah disesuaikan adalah 0,856

Cara menilai suatu barang atau jasa yang tidak memiliki harga pasar adalah dengan menggunakan pendekatan biaya perjalanan yaitu nilai dari rekreasi alam.. Perhitungan besar nilai

Guru menarik perhatian siswa dengan mengarahkan untuk melihat gambar atau menonton video tentang mufrodat yang berkaitan dengan materi فصقملا ىف melalui link yang telah

Tabel 10 Analisis stratifikasi nilai median jumlah sel ekinosit terhadap kelompok kontrol gula darah pada kelompok pasien dengan kadar HDL-C > 35

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi debu vulkanik dengan pupuk kandang sapi pada media tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, diameter