BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Pengertian laporan Keuangan
keuangan dibuat oleh manajemen sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik perusahaan.
Melalui laporan keuangan dapat dilihat kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendek, struktur permodalan, distribusi aktiva, efektifitas penggunaan aktiva dan hasil atau pendapatan yang telah dicapai serta nilai buku tiap lembar saham suatu perusahaan. Karyawan perusahaan berkepentingan dengan laporan keuangan antara lain untuk kepentingan kompensasi. Dari laporan keuangan akan terlihat kemampuan perusahaan dalam memberikan kompensasi yang lebih baik, misal dengan memberikan tunjangan hari tua, Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) agar karyawan dapat bekerja dengan optimal sehingga kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan dengan baik.
a. Neraca
Neraca adalah laporan tentang posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu seperti yang tertera dalam neraca, yaitu pada tanggal pelaporan, jadi kondisi yang dijelaskan pada neraca adalah kondisi pada tanggal tertentu. Neraca terdiri atas hak (sumber daya) perrtusahaan dan kewajiban (asal sumber daya) perusahaan. Akun – akun neraca dicatat berdasarkan akrual, artinya transaksi dicatat jika telah terjadi perpindahan hak dan kewajiban, meskipun kasnya belum diterima.
b. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan akumulasi aktivitas yang berkaitan dengan pendapataan dan biaya selama periode tertentu misalnya bulanan atau tahunan. SAK menyebutkan laba rugi memberikan gambaran kinerja operasional perusahaan yang dicatat dengan dasar akrual.
c. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas menggambarkan perputaran uang (kas dan bank) selama periode tertentu misalnya bulanan atau tahunan, meliputi arus kas dari/untuk kegiatan operasional, kas dari/untuk kegiatan investasi serta kas dari/untuk kegiatan pendanaan.
Laporan perubahan ekuitas menjelaskan perubahan modal, laba ditahan, agio/disagio. Laporan ini menggambarkan saldo dan perubahan hak si pemilik yang melekat pada perusahaan.
e. Catatan atas Laporan Keuangan
Isi catatan ini adalah penjelasan umum tentang perusahaan, kebijakan akuntansi yang dianut, dan penjelasan tiap – tiap akun neraca dan laba rugi.
2.1.2 Analisis Laporan Keuangan
Menurut Kasmir (2008:25) arti penting analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut:
1. Bagi pemilik, guna melihat perkembangan dan kemajuan perusahaan serta dividen yang diperolehnya,
2. Bagi manajemen, untuk menilai kinerjanya selama periode tertentu. 3. Bagi kreditor, untuk menilai kelayakan perusahaan dalam memperoleh
pinjaman dan kemampuan membayar pinjaman.
4. Bagi pemerintah, untuk menentukan besarnya pajak yang harus ditanggungperusahaan tersebut, dan untuk persetujuan untuk go public.
pos dalam laporan keuangan secara lebih detail. Uraian ini berguna untuk melihat hubungan yang signifikan antara satu pos dengan pos lainnya. Dari uraian itu diharapkan dapat diambil kesimpulan.
Analisis laporan keuangan juga mengurangi ketergantungan pada firasat, tebakan dan intuisis dalam pengambilan keputusan, serta mengurangi ketidakpastian analisis bisnis. Secara legkap menurut Harahap (2006:195) manfaat analisis laporan keuangan sebagai berikut:
a. Dapat memberikan dan menggali informasi yang tidak tampak secara
kasat mata (eksplisit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada
dibalik laporan keuangan (implicit).
b. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat konsisten dalam
hubungannya dengan suatu laporan keuangan maupun kaitannya
dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.
c. Mengetahui sifat-sifat hubungan akhirnya dilapangan untuk prediksi
dan peningkatan (rating).
d. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut criteria
tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.
e. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain
dengan periode sebelumnya atau dengan standart industri normal atau
f. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan, hasil usaha, struktur
keuangan.
g. Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dilakukan
perusahaan di masa yang akan datang.
h. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil
keputusan.
2.1.3 Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi kepada semua pihak yang berkepentingan dan sebagai alat pertanggungjawaban manajemen kepada pihak yang menanamkan dananya di perusahaan.
Sedangkan menurut Accounting Principle Board (APB) statement no. 4, tujuan laporan keuangan terdiri dari :
a. Tujuan khusus
Untuk menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan lainnya secara wajar sesuai dengan GAAP.
b. Tujuan umum
• Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber-sumber
ekonomi, dan kewajiban perusahaan,
• Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaaan
bersih yang berasal dari kergiatan usaha dalam mencari laba,
• Menaksir informasi keuangan yang dapat digunakan untuk
menaksir potensi perubahan dalam menghasilkan laba,
• Memberikan informasi yang diperlukan lainnya tentang perubahan
harta dan kewajiban,
• Mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan pada
pemakai laporan c. Tujuan Kualitatif
• Relevance
Memilih informasi yang benar-benar dapat membantu pemakai laporan keuangan dalam proses pengambilan keputusan,
Informasi yang dipilih untuk disajikan bukan saja yang penting, tetapi juga harus informasi dimengerti pemakai,
• Verifiability
Hasil akuntansi itu harus dapat diperiksa oleh pihak lain yang akan menghasilkan pendapat yang sama,
• Neutrality
Laporan keuangan itu netral terhadap pihak-pihak yang berkepentingan,
• Timelines
Laporan keuangan itu hanya bermanfaat untuk pengambilan keputusan apabila diserahkan pada saat yang tepat,
• Comparability
Informasi akuntansi harus dapat saling dibandingkan, artinya ada kekonsistenan dalam menjalankan prinsip akuntansi,
• Completeness
Informasi akuntansi yang dilaporkan harus mencakup semua kebutuhan yang layak dari para pemakai.
Untuk membantu pengguna dalam menganalisis laporan keuangan, tersedia beragam alat yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan yang spesifik, salah satu alat bantu yang digunakan adalah analisis rasio. Rasio memperlihatkan hubungan antara satu jumlah dengan jumlah lainnya.
Sama dengan pendapat yang dikemukakan Jumingan (2006:118) rasio dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya yang dinyatakan dalam bentuk sistematis. Perbandingan rasio ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu perbandingan internal dan perbandingan eksternal (Harahap, 2009:227).
Perbandingan internal yaitu membandingkan rasio saat ini dengan rasio masa lalu dan rasio yang akan datang dari perusahaan yang sama. Dengan membandingkan rasio dari setiap periode yang ada, maka akan terlihat kecenderungan apakah rasio tersebut bergerak meningkat atau menurun, dari analisi tersebut dapat menunjukkan kinerja dan kondisi perusahaan. Sedangkan perbandingan eksternal yaitu membandingkan rasio keuangan perusahaan dengan rasio keuangan lainnya yang sejenis atau rata-rata industri pada titik yang sama.
a. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.
b. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan.
c. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan kesulitan dalam perhitungannya.
d. Jika dua perusahaan dibandingkan, bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama, sehingga jika diperbandingkan akan menimbulkan kesalahan.
Disamping memiliki kelemahan, analisis rasio juga memiliki keunggulan , diantaranya sebagai berikut :
a. Lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.
b. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain. c. Lebih mudah membandingkan dengan perusahaan lain.
d. Pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.
e. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa akan datang.
2.1.4.1Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan
1. Rasio keuangan disusun dari data laporan keuangan dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan bias merupakan hasil manipulasi. Hal ini terkait dengan perilaku manajemen yang mungkin melakukan window dressing (suatu teknik untuk mempercantik laporan keuangan) agar laporan keuangan telihat lebih baik bagi pihak-pihak yang berkepentingan atas laporan keuangan perusahaan tersebut.
2. Rasio keuangan tidak selalu menggambarkan kondisi perusahaan yang sesungguhnya, khususnya cash inflow dan cash flow.
3. Metode analisis rasio keuangan bersifat suatu penyimpangan, yaitu setiap rasio diuji secara terpisah sehingga tidak dapat menggambarkan secara keseluruhan.
2.1.5 Kebangkrutan Perusahaan
2.1.5.1Pengertian Kebangkrutan Perusahaan
Kebangkrutan ini dapat diartikan sebagai ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannnya pada saat jatuh tempo. Kebangkrutan diartikan sebagai kegagalan yang didefenisikan dalam beberapa pengertian menurut Martin dalam Fakhrurozie (2007:15) :
1) Kegagalan ekonomi (Economy failure)
Kegagalan dalam arti ekonomi jika perusahaan kehilangan uang atau pendapatan perusahaaan tidak menutup biayanya sendiri, tingkat laba kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari pada biaya modal.
2) Kegagalan Keuangan (Financial failure)
Kegagalan keuangan diartikan sebagai insolvensi yang membedakan antara aruskas dan dasar saham.
a. Insolvensi teknis (technihcal insolvency)
kas tidak cukup untukmemenuhi pembayaran bunga pembayaran kembali pokok pada tangga tertentu.
b. Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan
Dalam pengertian ini kebangkrutan didefinisikan dalam ukuran sebagaikekayaan bersih negatif dalam neraca konvensional atau nilai sekarang dari aruskas yang diharapkan lebih kecil dari kewajiban. Likuidasi merupakan suatuproses yang berakhir pada pembubaran perusahaan sebagai suatu perusahaan. Likuidasi lebih menekankan pada aspek status yuridis perusahaan sebagai suatubadan hukum dengan segala hak-hak dan kewajiban. Likuidasi atau pembubaranperusahaan senantiasa berakibat penutupan usaha akan tetapi likuidasi tidakselalu berarti perusahaan bangkrut.
c. Indikator Terjadinya Kebangkrutan
Menurut Hanafi (2005:264) kebangkrutan yang terjadi sebenarnya dapat diprediksi dengan melihat beberapa indikator-indikator, yaitu :
1) Analisis aliran kas untuk saat ini atau masa mendatang. 2) Analisis strategi perusahaan, yaitu analisis yang
memfokuskan pada persaingan yang dihadapi oleh perusahaan.
4) Kualitas manajemen.
5) Kemampuan manajemen dalam mengendalikan biaya. Ada beberapa tanda atau indikator manajerial dan operasional yang muncul ketika perusahaan akan mengalami kebangkrutan antara lain :
a. Indikator dari lingkungan bisnis
Pertumbuhan ekonomi yang rendah menjadikan indikator yang cukup penting pada lemahnya peluang bisnis, apalagi jika disaat yang sama banyak perusahaan baru yang memasuki pasar. Besarnya perusahaan tertentu menjadi sebab mengecilnya perusahaan yang lain.
b. Indikator internal
Manajemen tidak mampu melakukan perkiraan bisnis dengan alat analisa apapun yang digunakan, sehingga manajemen kesulitan mengembangkan sikap proaktif. Lebih cenderung bersikap reaktif, dan oleh karena itu biasanya terlambat mengantisipasi perubahan.
c. Indikator kombinasi
lebih kompleks dibanding yang disebabkan oleh salah satu saja.
Selain itu jika perusahaan mengandalkan hutang di dalam melakukan aktivitas operasinya dan investasinya juga akan berada dalam keadaan kritis karena jika perusahaan tersebut mengalami penurunan hasil produksinya maka perusahaan tersebut akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan kewajibannya.
2.1.5.2Faktor-Faktor Penyebab Kebangkrutan
Kebangkrutan akan cepat tercapai pada perusahaan yang berada di negara yang sedang mengalami kesulitan ekonomi, karena kesulitan ekonomi akan memicu semakin cepatnya kebangkrutan yang mungkin tadinya sudah tidak sehat, yang kemudian semakin tidak sehat dan akhirnya bangkrut.
Perusahaan yang belum sakit pun akan mengalami kesulitan akibat adanya krisis ekonomi tersebut. Namun, proses kebangkrutan sebuah perusahaan tidak hanya disebabkan faktor ekonomi saja, tetapi bisa disebabkan faktor non ekonomi.
Secara garis besar faktor penyebab kebangkrutan sebuah perusahaan dibagi tiga yaitu :
Dalam sistem perekonomian bebas, dunia usaha terbagi menjadi dua golongan, yaitu perusahaan tradisonal dan perusahaan yang memanfaatkan teknologi. Kemampuan bersaing ini yang menjadi faktor penyebab kebangkrutan, sehingga efisiensi manajemen sangat berperan dalam menangkal terhadap persaingan ini.
2) Faktor Eksternal Perusahaan
Eksternal perusahaan selain dapat membantu kinerja perusahaan, juga dapat menjadi penyebab kehancuran perusahaan dan terkadang hal-hal ini berada di luar jangkauan manajemen. Berbagai faktor tersebut antara lain :
a. Perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh perusahaan yang mengakibatkan pelanggan lari sehingga terjadi penurunan dalam pendapatan.
b. Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi kebutuhan bahan baku yang digunakan untuk diproduksi.
c. Bencana alam dan kecelakaan yang menimpa perusahaan. d. Hubungan yang tidak harmonis dengan kreditor.
Faktor internal yang menyebabkan kebangkrutan perusahaan, yaitu :
a. Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada debitur atau pelanggan.
b. Manajemen yang tidak efisien yang akan mengakibatkan pemborosan dalam biaya, kurangnya keterampilan dan keahlian manajemen.
c. Moral Hazard oleh manajemen. Kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan bisa mengakibatkan kebangkrutan.
2.1.6 Metode Altman
Analisis model Altman telah mengalami perkembangan sebanyak tiga kali yaitu Z-Score model pertama (Z-Score), Z-Score revisi (Z’-Score), dan Z-Score modifikasi (Z’’-Score). Z-Score digunakan untuk menilai tingkat kesehatan keuangan dari sebuah perusahaan.
2.1.6.1Model Z-Score Pertama (Z-Score)
Dalam penelitian tersebut,Altman mengambil sampel yang dikelompokkan menjadi tiga, yaitu berdasarkan keadaan itu perusahaan pada tahun-tahun yang sama (Bangkrut dan tidak bangkrut), berdasarkan industrinya, dan berdasarkan ukuran perusahaan yang tercermin pada besarnya asset yang dimiliki. Sedangkan variabel yang diambil dikelompokkan ke dalam lima katagori standar yaitu profitabilitas, likuiditas, leverage, solvabilitas, dan aktivitas.
Setelah melakukan penelitian terhadap variabel dan sampel yang dipilih, Altman menghasilkan persamaan kebangkrutan yang pertama sebagai berikut :
Z = 0,012𝑿𝟏 + 0,014 𝑿𝟐 + 0,033𝑿𝟑 + 0,006𝑿𝟒 + 0,999𝑿𝟓 Sumber: wikipedia.org
Keterangan :
X1 : modal kerja / total asset X2 : laba ditahan / total asset X3 : laba usaha (EBIT) / total asset
X4 : nilai pasar ekuitas / nilai buku total hutang X5 : penjualan / total asset
Z : nilai Z-Score
maka Almant membuat suatu daerah pembatas (discriminat area) sebagai berikut :
• Z > 2,99 : kemungkinan bangkrut perusahaan kecil • Z < 1,81 : kemungkinan bangkrut perusahaan besar
• 1,81 < Z < 2,99 : kemungkinan bangkrut meragukan (grey area)
Model kebangkrutan ini hanya bisa diterapkan pada perusahaan publik berukuran besar dan bergerak dalam sektor manufaktur. 2.1.6.2Model Z-Score Revisi (Z’-Score)
Setelah menciptakan model kebangkrutan yang pertama, Altman melakukan revisi, dengan tujuan menyesuaikan model prediksi kebangkrutan tersebut jika diterapkan pada perusahaan yang tidak mempunyai nilai ekuitas, atau perusahaan non publik. Revisi yang dilakukan terhadap 𝑥4,dimana Altmanmengganti rasio nilai pasar ekuitas terhadap total asset menjadi nilai buku ekuitas terhadap total asset. Berikut adalah persamaan Altman:
Z’ = 0,717𝑿𝟏 + 0,847 𝑿𝟐 + 3,107𝑿𝟑 + 0,420𝑿𝟒 + 0,998𝑿𝟓 Sumber: wikipedia.org
Selain 𝑥4 yang mengalami perubahan, nilai koefisien pada
kebangkruta yang pertama. Tetapi daerah abu-abu menjadi lebih lebar karena batas terndahnya sekarang menjadi 1,23 yang sebelumnya 1,81.
Rasio-rasio yang digunakan pada model Z-Score ini juga berkaitan dengan likuiditas, profitabilitas dan aktivitas, dimana rasio yang digunakan :
a. Working Capital to Total Assets
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal kerja bersih dari keseluruhan total aktiva yang dimiliki. Modal kerja yang dimaksud adalah selisih antara aktiva lancer dengan hutang lancar. Modal kerja yang negatif kemingkinan besar akan menghadapi masalah dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya karena tidak tersedianya aktiva lancar yang cukup untuk menutupi kewajiban tersebut. Sebaliknya, perusahaan dengan modal kerja bersih yang bernilai positif jarang sekali menghadapi kesulitan dalam melunasi kewajibannya.
b. Retained Earning to Total Assets
keuntungan dalam periode tertentu. Retained earnings di sini adalah laba ditahan. Perbandingan retained earning terhadap total assets merupakan rasio profitabilitas yang dapat
mendeteksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, yang ditinjau dari kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba dibandingkan dengan kecepatan perputaran operating assets sebagai ukuran efisiensi usaha.
c. Earning Before Interest and Tax to Total Assets
Rasio ini merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Rasio Earning Before Interest and Tax di sini adalah operating income. Rasio ini merupakan kontributor terbesar dari model tersebut.
d. Book Value of Equity to Total Liability
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya dari nilai pasar modal sendiri.
e. Sales to Total Assets
menghasilkan penjualan. Sales yang dipakai pada perusahaan adalah revenue.
Berikut discriminant area dari metode Z’ –Scoresebagai berikut :
• Z’ > 2,90 : kemungkinan bangkrut perusahaan
kecil
• Z’ < 1,23 : kemungkinan bangkrut perusahaan
besar
• 1,23 < Z’ < 2,90 : kemungkinan bangkrut meragukan
(grey area)
2.1.6.3Model Z-Score Modifikasi (Z”-Score)
Z” = 6,56 X1 + 3,26 X2 + 6,72 X3 + 1,05 X4 Sumber: wikipedia.org
Keterangan :
X1 : modal kerja / total aset X2 : laba ditahan / total aset X3 : laba usaha (EBIT) / total aset X4 : nilai pasar ekuitas / total aset Z : nilai Z-Score
Maka discriminant area yang ditetapkan Altman, adalah sebagai berikut :
•Z’ > 2,60 : kemungkinan bangkrut perusahaan kecil
•Z’ < 1,21 : kemungkinan bangkrut perusahaan besar •1,21 < Z’ < 2,60 : kemungkinan bangkrut meragukan (grey area)
Model kebangkrutan modifikasi ini diterapkan pada perusahaan publik dan non publik, pada semua jenis ukuran perusahaan, dan untuk semua perusahaan dalam industri yang berbeda.
Z = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5 Sumber: wikipedia.org
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Di bawah ini hasil penelitian terdahulu yang menjadi panduan membuat skripsi ini. Penelitian tersebut yaitu :
Tabel 2.1
Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian
Tommy Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Analisis terhadap perusahaan farmasi dengan model Altman menunjukkan
bahwa 22,2% atau 2 perusahaan yang berpotensi kebangkrutan pada tahun
2005, 11,1% atau 1 perusahaan pada tahun 2006, 22,2% atau 2 perusahaan pada tahun 2007 dan 22,2% atau 2 perusahaan pada tahun 2008 score Altman Pada Perusahaan
tingkat signifikansi yang dimiliki masing-masing
variabel independen menunjukkan bahwa rasio
Minuman di BEI disktriminan Altman.
signifikansi masing-masing variabel independen berada di atas 5%. yang Terdaftar di Bursa Efek menunjukkan hubungan yang parsial dan simultan terhadap
kesehatan perusahaan. Dengan Metode Altman Z-Score Pada Perusahaan Kontruksi
Bangunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Hasil Penelitian :
Penilaian terhadap 6 (enam) perusahaan kontruksi bangunan dengan
menggunakan model Altman menunjukkan 16.66 % atau 1 perusahaan dikategori
bangkrut pada tahun 2007,2008 dan 2009. Sedangkan yang masuk kategori rawan bangkrut sebanyak 66.66 % atau 4 perusahaan pada tahun 2007,2008 dan 2009, serta 16.66% atau 1 perusahaan pada tahun 2007,2008 dan 2009 dikategori perusahaan tidak bangkrut.
Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian terdahulu mengenai tingkat kebangkrutan perusahaan dengan berbagai macam metode Alman Z-Score. Kerangka konseptual ini adalah adanya pengaruh positif dari rasio Net Working Capital to Total Assets(𝑋1 ), Retained Earning to Total Assets( 𝑋2), Earnings Before Interest Before Interest and Tax to Total Assets (𝑋3), rasio Book Value of Equity to Total Liability(𝑋4), dan rasio Sales to Total Assets terhadap kebangkrutan perusahaan. Maka permasalahan dalam penelitian ini dapat digambarkan dengan kerangka pemikiran sebagai berikut :
H1 H2
H3 H6
Working Capital / Total Asset
(X1)
Retained Earnings / Total Assets
(X2)
EBIT / Total Asset
(X3)
Prediksi Kebangkrutan
H4
H5
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
1) Perbandingan antara modal kerja terhadap total aktiva (X1).
Merupakan rasio yang mendeteksi likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja. Dimana modal kerja (working capital) diperoleh dari selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar. Indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah pada tingkat likuiditas perusahaan adalah indikator-indikator internal, seperti kekurangan kas, besarnya utang dagang, utilisasi modal (harta kekayaan), tingginya hutang yang tidak terkendali dan beberapa indikator lainnya (Altman, 1968).
2) Perbandingan laba ditahan terhadap total aktiva (X2). Book Value of Equity / Total
Liability
(X4)
Merupakan rasio untuk mengukur besarnya kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, ditinjau dari kemampuan perusahaan yang bersangkutan dalam memperoleh laba (Altman, 1968).
3) Perbandingan antara pendapatan sebelum dikurangi biaya bunga, pinjaman dan pajak terhadap total aktiva (X3).
Merupakan rasio yang mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah adanya masalah pada kemampuan profitabilitas perusahaan diantaranya adalah tingginya piutang dagang, tingkat penjualan yang rendah, besarnya persediaan, rendahnya perputaran piutang, kecilnya kredibilitas perusahaan, serta kesediaan member kredit pada konsumen yang tidak dapat membayar tepat pada waktunya (Altman, 1968). 4) Perbandingan antara total nilai saham terhadap nilai pembukuan total hutang atau
modal sendiri terhadap total hutang.
Merupakan rasio aktivitas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan kepada setiap utangnya melalui modal sendiri (Altman, 1968). 5) Perbandingan antara penjualan terhadap total aktiva.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah prediksi kebangkrutan perusahaan dari setiap perusahaan yang dipilih menjadi sampel. Kesehatan perusahaan merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam mengelola usahanya agar tidak terancam kebangkrutan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan perusahaan.
2.4 Hipotesis
Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu mengenai prediksi kebangkrutan dengan menggunakn Almant Z-Score, maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :
H1 : Net Working Capital to Total Assets berpengaruh positif terhadap prediksi tingkat kebangkrutan
H2 : Retained Earning to Total Assets berpengaruh positif terhadap prediksi tingkat kebangkrutan
H3 : Earning Before Interest and Tax to Total Assets berpengaruh positif terhadap prediksi tingkat kebangkrutan
H4: Book Value of Equity to Total Liability berpengaruh positif terhadap prediksi tingkat kebangkrutan
H5: Sales to Total Asset berpengaruh positif terhadap prediksi tingkat
kebangkrutan.