• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motivasi 2.1.1 Pengertian Motivasi - Hubungan Motivasi dan Kepuasan Kerja Dengan Produktivitas Karyawan Hotel Danau Toba Internasional Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motivasi 2.1.1 Pengertian Motivasi - Hubungan Motivasi dan Kepuasan Kerja Dengan Produktivitas Karyawan Hotel Danau Toba Internasional Medan"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Motivasi

2.1.1 Pengertian Motivasi

Motivasi (motivation) berasal dari kata motif (motive) yang berarti dorongan, sebab atau

alasan seseorang melakukan sesuatu. Pada dasarnya perusahaan bukan saja mengharapkan

pegawai yang “mampu, cakap dan terampil”, tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat dan

berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang optimal.

Seorang manajer akan lebih mudah memotivasi bawahannya dengan mengetahui apa

yang menjadi alasan karyawan mau bekerja dan kepuasan-kepuasan apa yang dinikmatinya.

Tingkah laku seseorang dipengaruhi oleh keinginan, kebutuhan, tujuan dan kepuasannya.

Berbicara mengenai motivasi berarti membicarakan kebutuhan manusia. Motivasi dan

kebutuhan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pentingnya motivasi

adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia, supaya mau

bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal. Motivasi semakin penting karena manajer

membagikan pekerjaan pada bawahannya untuk dikerjakan dengan baik dan terintegrasi kepada

tujuan yang diinginkan.

Ada beberapa defenisi tentang motivasi yang dikemukakan oleh beberapa para ahli.

Sjafri dan Aida (2007: 113) menyatakan bahwa motivasi merupakan dorongan yang membuat

karyawan melakukan sesuatu dengan cara dan untuk mencapai tujuan tertentu. Tidak ada

keberhasilan mengerjakan sesuatu, seperti mengelola karyawan, tanpa adanya motivasi baik dari

manajer. Manajer membutuhkan ketrampilan untuk memahami dan menciptakan kondisi dimana

(2)

adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka

mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai

kepuasan.

Menurut Siagian (2005: 143) motivasi adalah suatu keberhasilan, dalam mengarahkan

pegawai dan organisasi agar mau bekerja secara berhasil, sehingga keinginan para pegawai dan

tujuan organisasi sekaligus akan sekaligus tercapai. Sedangkan menurut Herzberg dalam Siagian

(2005: 290) motivasi adalah hal-hal pendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik dan ekstrinsik.

Motivasi intrinsik adalah hal-hal pendorong berprestasi yang bersumber dari dalam diri

seseorang. Motivasi ekstrinsik berarti bersumber dari luar diri seseorang dalam kehidupan

karyawan tersebut.

2.1.2 Teori-teori Motivasi

Motivasi dapat dikatakan sebagai hal yang sulit, sebab untuk mengamati dan mengukur

motivasi setiap karyawan belum ada kriterianya, karena motivasi setiap karyawan berbeda satu

sama lain. Menurut Ishak dan Hendrik (2003:222-230) teori-teori motivasi dikelompokkan atas:

1. Teori kebutuhan dari Maslow

Teori maslow ini sering disebut dengan model hirarki kebutuhan. Karena menyangkut

kebutuhan manusia, maka teori ini digunakan untuk menunjukkan kebutuhan seseorang yang

harus di penuhi agar dia termotivasi untuk bekerja.

Menurut A.H Maslow pada umumnya ada lima hirarki kebutuhan manusia, yaitu:

a. Kebutuhan fisiologik (fisik). Kebutuhan inilah yang merupakan kebutuhan utama yang wajib

(3)

b. Kebutuhan keamanan / perlindungan. Tiap individu mendapatkan keamanan bagi dirinya

termasuk keluarganya.

c. Kebutuhan akan kebersamaan ( kebutuhan sosial). Tiap manusia senantiasa merasa perlu

pergaulan dengan sesama manusia lain. Selama hidup manusia di dunia ini tak mungkin lepas

dari bantuan pihak lain.

d. Kebutuhan kehormatan dan penghargaan (kebutuhan harga diri). Sejelek-jelek kelakuan

manusia, tetap mendambakan penghormatan dan penghargaan.

e. Kebutuhan aktualisasi diri. Yakni senantiasa percaya kepada diri sendiri.

2. Teori Fedrick Hezberg

Kebutuhan disebut dengan istilah Two-Factor View. Kepuasan orang terbagi menjadi dua,

yaitu puas dan tidak puas. Teori Two-Factor tersebut, yaitu :

a. Motivator

Disini ada kepuasan kerja atau perasaan positif.

b. Hygiene

Disini ada perasaan negatif atau ketidak puasan kerja.

Menurut teori ini kita harus menciptakan dan meningkatkan faktor Motivator dan

mengurangi faktor Hygiene. Dalam teori ini terdapat beberapa faktor yang menimbulkan ketidak

puasan di kalangan karyawan yaitu:

1. Kebijakan dan administrasi perusahaan

2. Pengawasan

3. Hubungan dengan pengawas

(4)

6. Hubungan dengan rekan kerja

7. Kehidupan pribadi

8. Hubungan dengan bawahan

9. Status, dan

10.Keamanan

Sedangkan beberapa faktor yang sering memberikan kepuasan kepada pegawai, yaitu :

1. Tercapainya tujuan

2. Pengakuan

3. Pekerjaan itu sendiri

4. Pertanggungjawaban

5. Peningkatan

6. Pengembangan

Oleh karena itu untuk meningkatkan motivasi, maka manajer harus :

a. Menghilangkan ketidak puasan

b. Memberikan peluang untuk pencapaian prestasi, peningkatan dan tanggung jawab.

3. Teori Mc Cleland

Teori Mc Cleland sangat menekankan perhatian terhadap prestasi (Achievement). Ada

tiga kebutuhan yang penting yaitu :

a. Achievement

Artinya adalah adanya keinginan untuk mencapai tujuan lebih baik dari sebelumnya

(pencapaian prestasi). Orang yang dalam hatinya ada perasaan menggebu-gebu untuk meraih

(5)

tugasnya. Sebaliknya, orang yang tidak ada niat yang kuat untuk meraih prestasi, akan

ketinggalan jauh dibandingkan orang yang termotivasi.

Hal ini dapat dicapai dengan cara :

1. Merumuskan Tujuan

2. Mendapatkan umpan balik

3. Memberikan tanggung jawab pribadi

4. Bekerja keras

b. Affiliation

Artinya adalah kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain. Hal ini dapat dicapai

dengan cara :

1. Bekerjasama dengan orang lain

2. Membuat kawan di tempat kerja

3. Sosialisasi

c. Power

Artinya ada kebutuhan kekuasaaan, yang mendorong seseorang bekerja sehingga

termotivasi dalam pekerjaannya. Cara orang bertindak dengan kekuasaan sangat tergantung pada

:

1. Pengalaman masa kanak-kanak

2. Kepribadian

3. Pengalaman kerja

4. Tipe organisasi

(6)

Kebutuhan merupakan generalisasi yang kenyataannya kebutuhan orang tidak sama,

maka dikenal the Expectancy Model yang menyatakan : motivasi adalah fungsi dari berapa

banyak yang diinginkan dan berapa besar kemungkinan pencapaiannya. Dari teori ini dapat

ditarik kesimpulan bahwa untuk meningkatkan motivasi, maka seorang manajer harus :

a. Mengakui bahwa setiap karyawan memiliki kebutuhan yang berbeda dan prefensi yang

berbeda pula.

b. Mencoba memahami kebutuhan utama seorang pegawai.

c. Membantu seorang pegawai menentukan upaya mencapai kebutuhannya melalui prestasi.

5. Teori Keadilan ( Equity Theory)

Menurut teori ini seseorang akan termotivasi bekerja jika ia menikmati rasa keadilan.

Prestasi yang akan dipersembahkan tergantung pada persepsinya kepada apa yang diberikan dan

diterima orang lain. Keadilan dianggap sebagai faktor dominan dalam menghasilkan motivasi.

Jika seseorang tidak diperlakukan secara adil, maka ia akan :

a. Minta dibayar lebih tingggi

b. Mengurangi upaya / prestasi

c. Minta rekan lain dikurangi penerimaannya

d. Minta rekan lain agar kerja lebih keras lagi

e. Berhenti / mundur

f. Pasrah dan merasionalisasi masalah.

Untuk itu, seorang manajer dalam hal ini harus :

1. Menghargai seseorang sesuai pengorbananya

(7)

3. Menyadari bahwa perasaan yang tidak diperlakukan adil bisa muncul sewaktu-waktu

4. Melakukan tindakan koreksi jika ada perlakuan yang tidak adil.

6. Teori Penguatan (Reinforcement Theory)

Penguatan adalah segala sesuatu yang digunakan seorang manajer untuk meningkatkan

atau mempertahankan tanggapan khusus individu. Jadi menurut teori ini, motivasi seseorang

bekerja tergantung pada penghargaan yang diterimanya dan akibat dari yang akan dialaminya

nanti. Teori ini menyebutkan bahwa perilaku seseorang di masa mendatang dibentuk oleh akibat

dari perilakunya yang sekarang.

Sedangkan jenis penguatan ada 4, yaitu :

a. Penguatan positif, yaitu penguatan yang dilakukan kearah kinerja yang positif

b. Penguatan negatif, yaitu penguatan yang dilakukan karena mengurangi atau menghentikan

keadaan yang tidak disukai. Misalnya berupaya cepat-cepat menyelesaikan pekerjaan karena

tidak tahan mendengar atasan mengomel terus-menerus.

c. Peredaan, yaitu tidak mengukuhkan suatu perilaku, sehingga perilaku tersebut mereda atau

punah sama sekali. Hal ini dilakukan untuk mengurangi perilaku yang tidak diharapkan.

d. Hukuman, yaitu konsekuensi yang tidak menyenangkan dari tanggapan perilaku tertentu.

Agar penguatan ini efektif, maka jadwal pemberian penguatan perlu disesuaikan dengan

situasi dan kondisi yang terjadi diorganisasi. Pada dasarnya ada 5 jenis jadwal pemberian

penguatan, yaitu sebagai berikut :

1. Terus-menerus

2. Interval yang tetap

(8)

4. Rasio tetap

5. Rasio berubah-ubah

Reward adalah pertukaran (penghargaan) yang diberikan perusahaan atau jasa yang

diberikan penghargaan yang secara garis besar terbagi pada 2 kategori yaitu:

Kategori 1:

a. Gaji

b. Keuntungan

c. Liburan

Kategori 2:

a. Kenaikan pangkat dan jabatan

b. Insentif

c. Bonus

d. Promosi

e. Symbol (bintang), dan

f. Penguasaan yang menarik.

2.1.3 Alat-alat dan Jenis-Jenis Motivasi

Menurut Hasibuan 2001 : 99 alat-alat dan jenis motivasi, yaitu:

1. Alat-alat Motivasi

a. Materiil Insentif: Alat motivasi yang diberikan itu berupa uang dan atau barang yang

mempunyai nilai pasar; jadi memberikan kebutuhan ekonomis. Misalnya: kendaraan, rumah

(9)

b. Nonmaterial Insentif: Alat motivasi yang diberikan itu berupa barang/benda yang tidak

ternilai; jadi hanya memberikan kepuasan/kebanggaan rohani saja. Misalnya: medali.

Piagam, bintang jasa dan lain-lainnya.

c. Kombinasi materiil dan nonmaterial Insentif: Alat motivasi yang diberikan itu berupa

materiil (uang dan barang) dan nonmaterial (medali dan piagam); jadi memenuhi kebutuhan

ekonomis dan kepuasan/kebanggaan rohani.

2. Jenis-jenis Motivasi

a. Motivasi Positif (insentif positive), manajer memotivasi bawahannya dengan memberikan

hadiah kepada mereka yang berprestasi baik. Dengan motivasi positif ini semangat kerja

bawahan akan meningkat, karena manusia pada umumnya senang menerima yang baik-baik

saja.

b. Motivasi Negatif (intensif negative), menajer memotivasi bawahannya dengan memberikan

hukuman kepada mereka yang pekerjaannya kurang baik (prestasi rendah).

2.2. Kepuasan Kerja

2.2.1 Pengertian Kepuasan Kerja

Malthis dan Jackson (2001: 98), menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah keadaan

emosi yang positif dari mengevaluasi pengalaman kerja seseorang. Kepuasan kerja pada

dasarnya merupakan hal yang bersifat individual. Setiap individu akan memiliki tingkat

kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai-nilai yang berlaku pada dirinya.

Kepuasan kerja bersifat individual disebabkan karena adanya perbedaan pada masing-masing

(10)

Locke dalam Luthans (2006 : 234) memberikan defenisi comprehensive dari kepuasan

kerja yang meliputi reaksi atau sikap kognitif, afektif, dan evaluative dan menyatakan bahwa

kepuasan kerja adalah keadaan emosi yang senang atau emosi positif yang berasal dari penilaian

pekerjaan atau pengalaman kerja seseorang. Kepuasan kerja adalah hasil dari persepsi karyawan

mengenai seberapa baik pekerjaan mereka memberikan hal yang dinilai penting.

Melayu (2005: 202), menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah sikap emosional yang

menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Kepuasan kerja dinikmati dalam pekerjaan, dan

kombinasi dalam dan luar pekerja. Kepuasan dalam pekerjaan adalah kepuasan yang dinikmati

dalam pekerjaan dengan memperoleh pujian hasil kerja, penempatan, perlakuan, peralatan dan

suasana lingkungan kerja yang baik.

Kepuasan di luar pekerjaan adalah kepuasan kerja karyawan yang dinikmati di luar

pekerjaan dengan besarnya balas jasa yang akan di terima dari hasil kerjanya, agar dia dapat

membeli kebutuhan-kebutuhannya. Kepuasan kerja kombinasi dalam dan luar pekerjaan adalah

kepuasan kerja yang dicerminkan oleh sikap emosional yang seimbang antara balas jasa dengan

pelaksanaan pekerjaannya.

Handoko ( 2001: 193 ) menyatakan kepuasan kerja ( job sastification ) adalah keadaan

emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para karyawan

memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap

pekerjaannya. Ini nampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu

yang dihadapi di lingkungan kerjanya.

Kepuasan kerja adalah tingkat perasaan seseorang akan kesukaan dan ketidak sukaannya

(11)

pekerjaannya dapat terlihat dari sikapnya terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di

lingkungan kerjanya.

2.2.2. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

Smith, Kendall dan Hulin dalam Munandar (2004: 74), menyatakan ada lima dimensi dari

kepuasan kerja yaitu:

a. Kepuasan terhadap pekerjaan itu sendiri, dimana hal itu terjadi bila pekerjaan tersebut

memberikan kesempatan individu untuk belajar sesuai dengan minat serta kesempatan untuk

bertanggung jawab.

b. Kepuasan terhadap imbalan, dimana sejumlah uang gaji yang diterima sesuai dengan beban

kerjanya dan seimbang dengan karyawan lain pada organisasi tersebut.

c. Kesempatan promosi yaitu kesempatan untuk meningkatkan posisi pada struktur organisasi.

d. Kepuasan terhadap supervisi, bergantung pada kemampuan atasannya untuk memberikan

bantuan teknis dalam memotivasi.

e. Kepuasan terhadap rekan kerja yaitu seberapa besar rekan kerja memberikan bantuan teknis

dan dorongan sosial.

Luthans ( 2006: 243 ) menyatakan bahwa terdapat tiga dimensi yang diterima secara

umum dalam kepuasan kerja yaitu:

a. Kepuasan kerja merupakan respon emosional terhadap situasi kerja.

b. Kepuasan kerja sering ditentukan menurut seberapa baik hasil yang dicapai memenuhi atau

melampau harapan.

(12)

Robbins ( 2001: 149 ), menyatakan bahwa faktor-faktor yang lebih penting yang

mendorong kepuasan kerja adalah :

a. Kerja yang secara mental menantang

Karyawan cenderung lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan yang member mereka kesempatan

untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka da menawarkan beragam tugas,

kebebasan dan umpan balik mengenai betapa baik mereka bekerja.

Karakteristik ini membuat pekerja secara mental menantang. Pekerjaan yang kurang

menantang menciptakan kebosanan, tetapi yang terlalu banyak menantang menciptakan

frustasi dan perasaan gagal. Pada kondisi tantangan yang sedang, kebanyakan karyawan akan

mengalami kesenangan dan kepuasn.

b. Ganjaran yang pantas

Para karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang mereka persepsikan

sebagai adil, tidak meragukan, dan segaris dengan pengharapan mereka.

c. Kondisi kerja yang mendukung

Karyawan peduli akan lingkungan kerja baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk

memudahankan mengerjakan tugas yang baik. Studi-studi memperagakan bahwa karyawan

lebih menyukai keadaan fisik sekitar yang tidak berbahaya dan merepotkan.

d. Rekan sekerja yang mendukung

Orang-orang mendapatkan lebih daripada sekedar uang atau prestasi yang berwujud dari

pekerjaan mereka. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akan interaksi

sosial. Oleh karena itu, tidaklah mengejutkan bila mempunyai rekan kerja yang ramah.

(13)

Kecocokan yang tinggi antara kepribadian seorang karyawan dan pekerjaan akan

menghasilkan individu yang lebih terpuaskan. Pada hakikatnya logika adalah: orang-orang

yang tipe kepribadiannya kongruen (sama dan sebangun) dengan pekerjaan yang mereka

pilih seharusnya mendapatkan bahwa mereka mempunyai bakat dan kemampuan yang tepat

untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaan mereka; dengan demikian lebih besar kemungkinan

untuk berhasil pada pekerjaan tersebut; dan karena sukses ini, mempunyai probabilitas yang

lebih besar untuk mencapai kepuasan yang tinggi dari pekerjaan mereka.

2.2.3 Konsekuensi Kepuasan Kerja

Menurut Robbins (2001: 151) konsekuensi dari kepuasan kerja ada tiga yaitu:

a. Kepuasan dan produktivitas

Seorang pekerja yang bahagia adalah seorang pekerja yang produktif. Jika karyawan

melakukan suatu pekerjaan yang baik, secara intrinsik karyawan merasa senang dengan hal

itu. Lagi pula, dengan mengandaikan bahwa organisasi memberikan ganjaran untuk

berproduktivitas, produktivitas yang lebih tinggi seharusnya meningkatkan pengakuan

verbal, tingkat gaji, dan probabilitas untuk dipromosikan. Ganjaran-ganjaran ini, selanjutnya

menaikkan kepuasan karyawan pada pekerjaan.

b. Kepuasan dan kemangkiran

Seorang kayawan yang puas dengan pekerjaannya akan memiliki tingkat absensi yang

rendah, namun tidak menutupi kemungkinan bahwa karyawan yang memiliki kepuasan

dalam bekerja juga dapat memiliki absensi yang tinggi. Supaya tidak terjadi hal demikian,

sebaiknya perusahaan memberikan kompensasi yang menarik seperti pemberian cuti masa

kerja diluar hari besar/ hari libur nasional.

(14)

Salah satu cara yang digunakan perusahaan untuk mempertahankan karyawan yang handal

yaitu dengan memberikan kepuasan dalam bekerja kepada karyawan tersebut. Dengan

demikian, karyawan yang mempunyai kepuasan kerja tinggi tidak akan keluar/ meninggalkan

perusahaan itu.

2.3 Produktivitas

2.3.1 Pengertian Produktivitas

Produktivitas muncul pertama kali pada tahun 1966 yang disusun oleh Sarjana Ekonomi

Perancis yang bernama “Quesnay”. Tetapi menurut Walter Aigner dalam karyanya “Motivation

and Awareness”, filosofi dan spirit tentang produktivitas, sudah ada sejak mulai peradaban

manusia karena makna produktivitas adalah keinginan (the will) serta upaya (effort) manusia

untuk selalu meningkatkan kualitas kehidupan di segala bidang (Sumarsono, 2003:40).

Menurut Ervianto (2005: 215), produktivitas didefinisikan sebagai rasio antara output

dengan input, atau rasio antara hasil produksi dengan total sumber daya yang digunakan. Dalam

proyek konstruksi, rasio produktivitas adalah nilai yang diukur selama proses konstruksi, dapat

dipisahkan menjadi biaya tenaga kerja, material, uang, metoda dan alat. Sumber daya yang

digunakan selama proses konstruksi adalah material, machines, men, method, money. Sedangkan

menurut Sulistiyani (2009:247), produktivitas kerja karyawan menyangkut masalah akhir, yakni

seberapa besar hasil akhir yang diperoleh didalam proses produksi. Produktivitas tidak terlepas

dari efisiensi dan efektivitas dimana efisiensi diukur dengan rasio output dan input. Dengan kata

lain, pengukuran efisiensi memerlukan identifikasi dari hasil kinerja.

2.3.2 Faktor- faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja

Menurut Sirait, Justine T (2006:249-252) faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

(15)

a. Pendidikan dan Latihan

Pendidikan membentuk dan menambah pengetahuan seseorang untuk mengerjakan sesuatu

dengan lebih cepat dan tepat, sedangkan latihan membentuk dan meningkatkan ketrampilan

kerja. Semakin tinggi tingkat pendidikan dan latihan seseorang, semakin tinggi pula tingkat

produktivitasnya.

b. Gizi dan Kesehatan

Makanan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi dalam rangka kelangsungan

hidup. Untuk menjaga kesehatan, diperlukan makanan yang mengandung gizi yang cukup.

Seseorang yang dalam keadaan sehat atau kuat jasmani/ badan dan rohani/ jiwa akan dapat

berkonsentrasi dengan baik dalam pekerjaannya. Denngan makanan yang mengandung gizi

cukup akan membuat seseorang tidak cepat lelah dalam bekerja. Sebaliknya jika makanan

yang dimakan oleh seorang pekerja kurang memenuhi persyaratan gizi, akan menyebabkan

pekerja cepat lelah, sehingga produktivitas menjadi munurun atau rendah.

c. Motivasi/ kemauan

Motivasi merupakan proses untuk mempengaruhi seseorang agar mau melakukan sesuatu.

Produktivitas/ prestasi seseorang tergantung pada motivasi orang tersebut terhadap pekerjaan

yang dilakukan. Semakin tinggi motivasi seseorang untuk melakukan pekerjaan, semakin

tingggi pula tingkat produktivitasnya.

d. Kesempatan Kerja

Kesempatan kerja dapat dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Dalam mikro, kesempatan

kerja berarti :

(16)

b. Pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan dan keterampilan pekerjaan ( on right man

on the right place)

c. Adanya kesempatan untuk mengembangkan diri, yang akan dapat menjadikan pekerja

menjadi lebih kreatif. Ketrampilan dan produktivitas seseorang berkembang melalui

dan di dalam pekerjaan. Ketrampilan tertentu yang tidak dikembangkan dalam jangka

waktu cukup lama dapat menurun atau menghilang sama sekali. Sebaliknya

ketrampilan yang diterapkan secara terus menerus dapat berkembang.

e. Kemampuan Manajerial Pemimpin

Prinsip manajemen adalah peningkatan efisiensi. Sumber-sumber digunakan secara

maksimal, termasuk tenaga kerja sendiri. Penggunaan sumber-sumber dikendalikan secara

efisien dan efektif.

f. Kebijakan pemerintah

Usaha peningkatan produktivitas sangat sensitif terhadap kebijaksanaan pemerintah di bidang

produksi, investasi, perizinan usaha, teknologi, moneter, fiskal, distribusi, dan lain-lain.

Menurut Sondang P. Siagian (2002: 28), produktivitas dapat mencapai hasil yang

maksimal apabila ketiga faktornya dapat terpenuhi dan dilaksanakan.

Adapun ketiga faktor tersebut adalah:

a. Produktivitas dikaitkan dengan waktu

Dalam hal ini berhubungan dengan penetapan jadwal pekerjaan menurut presente waktu

yang digunakan, misalnya kapan seseorang harus memulai dan berhenti bekerja. Kapan harus

memulai kembali dan kapan pula akan berahir dan sebagainya. Dengan adanya penjadwalan

waktu yang baik SDM maupun SDA dapat dihindari.

(17)

Untuk melihat keterkaitan produktivitas dengan sumber daya insani, manajer/ pimpinan

perusahaan tersebut bisa malihat dan segi teknis semata. Dengan kata lain meningkatkan

produktivitas kerja juga menyangkut kondisi, iklim, dan suasana kerja.

c. Produktivitas dikaitkan dengan sarana dan prasarana kerja

Untuk dapat tercpainya produktivitas kerja tidak terlepas dari faktor sarana serta prasarana

yang ada dalam perusahaan tersebut. Untuk dapat dimanfaatkan serta optimal sehingga tidak

terjadi pemborosan dalam bentuk apapun. Selain itu dimungkinkan bahwa sarana dan

prasarana yang tersedia mempunyai nila dan masa pakai yang setinggi mungkin.

Menurut Sjafri dan Aida (2007: 102), faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

pada tingkat makro adalah :

a. Kondisi perekonomian: tingkat pajak yang rendah, tabungan dan investasi yang meningkat,

regulasi yang berlebihan, tingkat inflasi tinggi, fluktuasi ekonomi, harga energi tinggi,

keterbatasan bahan baku, perlindungan berlebihan dan keterbatasan kuota, serta subsidi

berlebihan yang menimbulkan inefisiensi.

b. Kondisi industri: kurangnya riset dan pengembangan serta regulasi antimonopoli berlebihan.

c. Regulasi pemerintah: birokrasi panjang, produktivitas pemerintah rendah, pemborosan

pemerintah, dan tingkat korupsi tinggi.

d. Karakteristik angkatan kerja: standar pendidikan rendah, etos kerja rendah, pergeseran ke

sektor jasa, tingkat kriminal tingggi.

T. Hani Handoko (2003: 193) mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi

produktivitas kerja karyawan yaitu:

a. Motivasi

(18)

c. Tingkat stres

d. Kondisi fisik karyawan

e. Sistem kompensasi

f. Desain pekerjaan

g. Aspek-aspek ekonomis, teknis serta perilaku lainnya.

Menurut Robbins (2002: 155) ada 3 indikator penentu produktivitas karyawan yaitu:

a. Kuantitas kerja, adalah banyaknya pekerjaan yang dapat diselesaikan oleh karyawan, maka

dapat diketahui tingkat kompetensi karyawan tersebut dalam melakukan pekerjaannya.

b. Kualitas kerja, menunjukkan sejauh mana kemampuan seseorang karyawan dalam member

hasil yang optimal yang dapat diraih dari pekerjaan yang dilakukan.

c. Disiplin kerja, menunjukkan ketepatan waktu melaksanakan tugas dan tanggungjawab.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kondisi utama karyawan yang

semakin penting dan menetukan tingkat produktivitas karyawan yaitu pendidikan, motivasi,

semangat, disiplin, keterampilan, sikap dan etika kerja, gizi dan kesehatan, tingkat penghasilan,

lingkungan dan iklim kerja, teknologi, sarana produksi, manajemen, kesempatan berprestasi dan

jaminan sosial dengan harapan agar karyawan semakin gairah dan mempunyai semangat dalam

bekerja. Dan akhirnya dapat mempertinggi mutu pekerjaan, meningkatkan produksi dan

produktivitas kerja.

2.4 Penelitian Terdahulu

Sertina Elfrida Pakpahan (2012) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Motivasi

dan Pengalaman Kerja Karyawan Pada PT.Astra Internasional Tbk, Toyota Sales Operasion

(19)

dengan subjek penelitian adalah karyawan PT.Astra Internasional Tbk, Toyota Sales Operasion

Auto (2000) Cabang Medan. Skala pengukuran menggunakan skala likert. Kesimpulan dari

penelitian ini adalah variabel motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap roduktivitas

karyawan dan secara parsial diketahui bahwa yang paling dominan mempengaruhi produktivitas

karyawan pada PT.Astra Internasional Tbk, Toyota Sales Operasion Auto (2000) Cabang Medan

adalah variabel motivasi.

Diwani Enjelia G (2011) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Kepuasan Kerja

dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT. Enseval Putera Megatrading, Tbk Medan.

Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian asosiatif dengan subjek penelitian adalah

karyawan PT. Enseval Putera Megatrading Tbk, Medan. Skala pengukuran menggunakan skala

likert. Kesimpulan dari penelitian ini adalah secara simultan diketahui bahwa kepuasan kerja

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Dan secara parsial diketahui

bahwa variabel kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.

2.5 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan penjelasan secara teoritis pertautan antara variable yang

akan diteliti (Sugiono, 2008:47). Psikolog Frederick Herzberg dalam Siagian (2005:290)

memberikan kontribusi penting dalam pemahaman motivasi para karyawan. Teori yang

dikembangkan dikenal dengan “Model dua faktor” yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene

atau pemeliharaan. Menurut teori ini, yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal

pendorong berprestasi misalnya keberhasilan yang diraih (prestasi) kemampuan dalam bekerja,

pengakuan dari orang lain, sedangkan faktor Hygiene yang bersumber dari diri seseorang,

(20)

Adapun faktor yang mempengaruhinya adalah hubungan interpersonal di dalam suatu

departemen, kebijaksanaan organisasi berupa jaminan keuangan, kondisi pekerjaan dan sistem

imbalan.

Kepuasan kerja adalah tingkat perasaan seseorang akan kesukaan atau ketidaksukaannya

dalam memandang pekerjaannya dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya.

Kepuasan kerja diukur dengan menggunakan 5 (lima) alat ukur yang dikembangkan Smith,

Kendall dan Hulin (munandar, 2004: 74) yaitu: pekerjaan, imbalan, kesempatan promosi,

supervise, dan rekan kerja.

Pada umumnya perusahaan akan berusaha meningkatkan produktivitas karyawan dalam

perusahaannya. Ada banyak faktor yang dapat meningkatkan produktivitas tersebut. Diantaranya

dapat melalui kepuasan kerja dan motivasi kerja. Apabila kepuasan kerja karyawan dan motivasi

kerja buruk maka produktivitas yang dihasilkan karyawan akan menjadi buruk dan begitu juga

sebaliknya. Dari uraian teori diatas dapat dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai

berikut:

Gambar 2.1 kerangka konseptual

T. Hani Handoko (2003: 193) data diolah

1. Hubungan Kepuasan kerja dengan Produktivitas Kerja Karyawan

MOTVASI

(X1)

PRODUKTIVITAS (Y)

(21)

Kepuasan kerja dalam dalam pekerjaan adalah kepuasan kerja yang dinikmati dalam

pekerjaan dengan memperoleh tujuan hasil kerja, penempatan, perlakuan dan suasana lingkungan

kerja yang baik. Karyawan yang lebih suka menikmati kepuasan kerja dalam pekerjaan ini akan

lebih mengutamakan pekerjaannya daripada balas jasa atau pelaksanaan tugas-tugasnya.

Kepuasan kerja akan mendorong karyawan untuk berproduktivitas yang lebih baik dan

tinggi. Produktivitas yang lebih baik akan menimbulkan imbalan ekonomi dan psikologis yang

lebih tinggi. Apabila imbalan tersebut dipandang pantas dan adil maka timbul kepuasan yang

lebih besar karena karyawan merasa bahwa mereka menerima imbalan sesuai dengan hasil kerja

mereka. Melayu (2005: 202), menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah sikap emosional yang

menyenangkan dan mencintai pekerjaannya, sedangkan Handoko ( 2001: 193 ) menyatakan

kepuasan kerja ( job sastification ) adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak

menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka.

Menurut Robbins (2001: 151) bahwa seorang pekerja yang bahagia adalah seorang

pekerja yang produktif. Karyawan yang lebih puas dengan pekerjaannya cenderung menjadi

lebih efektif daripada karyawan yang kurang puas. Karyawan yang bahagia atau puas dengan

pekerjaannya akan memiliki produktivitas yang tinggi.

2. Hubungan motivasi dengan Produktivitas Kerja Karyawan

Motivasi merupakan faktor pendorong dalam melakukan suatu aktivitas dan memiliki

hubungan yang sangat besar terhadap produktivitas karyawan. Motivasi merupakan sebuah

keahlian dalam mengarahkan karyawan pada tujuan perusahaan agar mau bekerja dan berusaha

sehingga keinginan para karyawan dan tujuan perusahaan dapat tercapai. Motivasi seseorang

melakukan suatu pekerjaan karena adanya suatu kebutuhan hidup yang harus dipenuhi.

(22)

kebutuhan nonekonomis dapat diartikan sebagai kebutuhan untuk memperoleh penghargaan dan

keinginan lebih maju. Dengan segala kebutuhan tersebut, seseorang dituntut untuk lebih giat dan

aktif dalam bekerja, untuk mencapai hal ini diperlukan adanya motivasi dalam melakukan

pekerjaan, karena dapat mendorong seseorang bekerja dan selalu berkeinginan untuk

melanjutkan usahanya. Oleh karena itu jika pegawai yang mempunyai motivasi kerja yang tinggi

biasanya mempunyai produktivitas yang tinggi pula.

Menurut Sirait, Justine T (2006:249-252) salah satu faktor yang mempengaruhi

produktivitas kerja karyawan adalah motivasi, dimana motivasi merupakan proses untuk

mempengaruhi seseorang agar mau melakukan sesuatu. Produktivitas/ prestasi seseorang

tergantung pada motivasi orang tersebut terhadap pekerjaan yang dilakukan. Semakin tinggi

motivasi seseorang untuk melakukan pekerjaan, semakin tingggi pula tingkat produktivitasnya.

2.6 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Berdasarkan

latar belakang masalah, perumusan maslah, dan kerangka koseptual yang telah di uraikan, maka

hipotesis penelitian ini adalah: “Motivasi dan Kepuasan Kerja berhubungan positif dan

Gambar

Gambar 2.1 kerangka konseptual T. Hani Handoko (2003: 193) data diolah

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan secara signifikan waktu penyelesaian pemrograman pengefrais dan bentuk kontur dalam antara

Hasil penelitian yang telah dilakukan perhitungan dengan menggunakan program SPSS diperoleh thitung> ttabel (5,396>0,677) dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 yang

Pada pengelompokan siswa menurut peringkat, peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dari

Pada Tabel 6 parameter pertumbuhan hasil sidik ragam pengaruh berbagai perlakuan dosis terhadap pertumbuhan Jati Unggul Nusantara (JUN) dapat dilihat bahwa pemberian pupuk

Ditinjau dari kesiapan pengadaannya, media dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu media jadi karena sudah merupakan komoditi perdagangan dan terdapat di pasaran luas dalam keadaan

3.Undang-Undang Nomor S Tahun 2Ot4 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia rahun 20'14 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik

Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest- postest control group design yaitu terdapat dua kelompok yang dipilih secara random

Bab ini akan membahas tentang hasil penelitian yang terdiri dari hasil analisis normalitas dan homogenitas pretest, gambaran pelaksanaan pembelajaran yaitu gambaran