Langkah 2 : Pengembangan profil perusahaan , yang mencerminkan kondisi internal dan kemampuan perusahaan.
Langkah 3 : Analisa lingkungan eksternal, dengan maksud untuk mengidentifikasikan cara-cara dalam mana perubahan-perubahan lingkungan ekonomi.
Kunci keberhasilan analisa lingkungan bagi perumusan strategi terletak pada kemampuan manajemen untuk mendeteksi perubahan-perubahan lingkungan eksternal beserta dampaknya. Langkah 4 : Anlisa internal perusahaan- kekuatan dan kelemahan organisasi. Analisa ini dilakukan dengan memperbandingkan profil perusahaan dan lingkungan eksternal.
Tujuan proses analisa internal adalah untuk mengidentifikasikan kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan strategik yang penting bagi perumusan strategi perusahaan secara konsepsual, tujuan ini dapat dicapai melalui identifikasi faktor-faktor internal strategik (Sebagai contoh, saluran distribusi, lokasi, teknologi, dan struktur organisasi) dan penilaian faktor-faktor tersebut.
Langkah 5 : Identifikasi kesempatan dan ancaman strategik. Identifikasi tujuan dan strategi, analisa lingkungan, serta analisa kekuatan dan kelemahan organisasi dipadukan dalam langkah ke lima : penentuan berbagai kesempatan yang tersedia bagi organisasi dan ancaman-ancaman yang harus dihadapinya. Berbagai kesempatan dan ancaman ini dapat ditimbulkan banyak faktor, antara lain : perkembangan teknologi, perubahan kondisi pasar, perubahan politik, atau perilaku konsumen / langganan.
Langkah 6 : Pembuatan keputusan strategik. Langkah selanjutnya mencakup identifikasi, penilaian dan pemilihan berbagai alternatif strategik.
Langkah 7 : Pengembangan strategi perusahaan. Tujuan dan strategi umum diterjemahkan dan diperinci menjadi berbagai strategi, kebijaksanaan dan taktik (rencana, program, anggaran) operasional pada masing-masing bidang fungsional organisasi.
Langkah 8 : Implementasi strategi, yang menyangkut kegiatan manajemen untuk mengoperasikan strategi.
Lima variabel yang biasanya merupakan faktor-faktor kritis implementasi strategi : tugas, orang, struktur, teknologi dan sistem balas jasa.
Langkah 9 : Peninjauan kembali dan evaluasi. Proses ini sering disebut “strategic Control”. Setelah strategi di implementasikan, manajer perlu senantiasa memonitor secara periodik, atau pada tahap-tahap kritis untuk menilai apakah organisasi berjalan kearah tujuan yang telah ditetapkan atau tidak. Berbagai Kebaikan dan Kelemahan Perencanaan Strategik
Proses perencanaan strategik akan bervariasi dengan organisasi dan situasi. Perbedaan-perbedaan tersebut juga membedakan berbagai kelemahan dan kebaikan perencanaan strategik yang dihadapi dan dialami bermacam-macam organisasi.
Perencanaan strategik juga meminimumkan kemungkinan kesalahan, karena tujuan atau sasaran dan strategi dirumuskan dengan sangat cermat. Hal ini akan mengurangi kesalahan atau kemungkinan tidak dapat dikerjakan, terutama dalam organisasi dimana ada periode waktu yang panjang antara suatu keputusan manajer dan hasilnya.
Kelemahan-kelemahan. Kebaikan-kebaikan diatas dapat tercapai sepenuhnya bila organisasi melakukannya melalui proses perencanaan strategik formal. Kelemahan utama perencanaan strategik formal adalah bahwa hal itu memerlukan investasi dalam waktu, uang dan orang yang cukup besar.
Kelemahan selanjutnya adalah bahwa perencanaan strategik kadang-kadang cenderung membatasi organisasi hanya terhadap pilihan yang paling rasional dan bebas resiko.
HAMBATAN-HAMBATAN PERENCANAAN EFEKTIF
Ada dua jenis hambatan pegembangan rencana-rencana efektif.
Pertama adalah penolakan internal para perencana terhadap penetapan tujuan dan pembuatan rencana untuk mencapainya. Dengan kata lain, hambatan ini bersumber pada ketidaksediaan dan ketidakmampuan individu-individu perencana untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencana. Hambatan kedua, bukan didalam tetapi diluar perencana, yaitu keengganan umum pada anggota organisasi untuk menerima perencanaan dan rencana-rencana karena perubahan-perubahan yang ditimbulkannya. Kedua jenis hambatan perencanaan efektif ini akan dibahas sebagai berikut : Hambatan pembuatan rencana efektif. Ada sejumlah alasan mengapa banyak manajer ragu-ragu atau gagal menetapkan tujuan dan membuat rencana bagi organisasi atau kelompok / satuan kerja mereka, yaitu :
1. Kurang pengetahuan tentang organsasi 2. Kurang pengetahuan tentang lingkungan
3. Ketidakmampuan melakukan peramalan secara efektif 4. Kesulitan perencanaan operasi-operasi yang tidak berulang 5. Biaya
6. Takut gagal
7. Kurang percaya diri
8. Ketidaksediaan untuk menyingkirkan tujuan-tujuan alternatif
Penolakan terhadap perubahan. Hambatan-hambatan yang telah dibahas diatas meliputi
keterbatasan-keterbatasan dalam diri para perencana. Penolakan terhadap perubahan, di lain pihak terjadi diantara anggota organisasi baik para manajer maupun karyawan operasional yang harus melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan.
Berbagai cara mengatasi hambatan-hambatan. Manajer dapat mengatasi hambatan-hambatan perencanaan melalui penciptaan sistem organisasi yang memudahkan penetapan tujuan dan