PERSPEKTIF HUKUM DALAM HAK ASASI MANUSIA DI
INDONESIA
Rahayu kusuma Ningrum
Rahayukusuma@students.unne.ac.id
DATA BUKU :
Judul Buku : Hukum Hak Asasi Manusia Penulis : Prof.Dr.Rahayu, S.H., M.Hum Penerbit : Universitas Negeri Semarang
Tahun Terbit : 2015
Kota Penerbit : Semarang
Bahasa Buku : Indonesia
Jumlah Halaman : 402 Halaman
ISBN Buku : 978-979-70490-6-5 DISKUSI ATAU PEMBAHASAN REVIEW
bersepakatbahwa anak adalah sekelompok masyarakat yang paling rentan menjadi korban pelanggaran HAM, anak tidak dapat hidup sendiri tanpa menggantungkan diri kepada orang lain yang khususnya orangtua dan dalam hal ini negara wajib memberikan perlindungan yang cukup kepada anak agar mereka tidak menjadi korban pelanggaran HAM. Dalam hal negara akan membuat kebijakan yang berimplikasi bagi anak maka sudah seharusnya bila negara mau mendengar pendapat anak agar kebijakan tersebut dapat diterima dengan baik. Namun disisi lain negara juga berkewajiban untuk mengarahkan agar anak dapat berkembang secara baik dan wajar karena tidak semua keinginan anak tidak dapat berkembang secara baik dan wajar karena tidak semua keinginan anak dapat terpenuhi, ada batas-batas norma yang diakui masyarakat maupun norma resmi negara yang harus ditanamkan kepada anak. Selain beberapa hak normatif tersebut, konvensi ini juga membebankan kewajiban kepada negara untuk memastikan bahwa anak dapat berkembang dengan baik dan negara memberikan sarana yang menunjang kedewasaan anak. Konvensi hak-hak orang penyandang disabilitas meletakan perubahan yang signifikan terkait dengan pengertian orang dengan disaiblitas dari konsep bahwa orang dengan disabilitas adalah obyek amal, pengobatan dan perlindungan sosial menjadi pandangan bahwa mereka ada penyandang hak yang mampu memperjuangkan hak-haknya dan mampu membuat keputusan atas hidupnya berdasarkan kebebasannya sendiri sebagai anggota masyarakat aktif. Sebagai mana ditegaskan dalam pasal 1, bahwa maksud konvensi ini adalah untuk memajukan, melindungi dan menjamin pemenuhan secara menyeluruh dan seimbang semua HAM dan kebebasan fundamental semua penyandang dan disabilitas dan untuk meningkatkan penghormatan bagi martabat yang melekat pada mereka
tersebut sekaligus menetapkan mekanisme pemantauan bagi para negara pihak/ negara peserta dalam mengimplentasikan kesepakatan-kesepakatan itu.Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap perempuan atau yang biasa disebut sebagai komnas peremouan adalah sebuah institusi HAM yang dibentuk oleh negara untuk merespon isu hak-hak peremuan sebagai Ham , karena juga butuh haknya untuk mengutarakan sesuatu hal yang ingin di laksanakan dang di ungkapkan, karena pejuang perempuanlah yang dari R.A kartini yang menjadi pejuang seorang wanita untuk memenuhi hak-haknya, ecara spesifik, komnas perempuan memaknai kekerasan terhadap perempuan merupakam perwujudan adanya ketimpangan historis dalam relasi kuasa antara laki-laki dan perempuan. Berdasarkan keterkaitan antara kekerasan terhadap perempuan dengan diskriminasi berbasis gender inilah yang melandasi kerja komnas perempuan untuk menyikapi isu kekerasan terhadap perempuan secara komprehensif. hal ini berarti bahwa isu tersebut tidak ditangani scara ekslusif dan berdiri sendiri tetapi juga sebab-sebab kekerasan serta konsekuensinya. Komnas perempuan bukan merupakan lembaga yang menerima dan menangani langsung korban kekerasan sebagaimana yang biasa dilakukan oleh organisasi-organisasi pendamping korban, komnas perempuan memantau bagaimana kasus tersebut ditangani untuk memastikan lembaga penyedia layanan di pemerintah dan di masyarakat memenuhi hak-hak korban. Komnas perempuan membangun mekanisme sistem rujukan kasus dan membentuk unit rujukan untuk membantu korban yang mencari informasi secara langsung ke komnas perempuan atau dengan melalui surat . unit ini akan merujuk korban kepada lembaga penyedia layanan sesuai dengan kebutuhan korban. Yang yakni berbeda dengan Komnas HAM yang komnas perempuan tidak memiliki mandat untuk melakukan penyelidikan yang bersifat pro justicia dalam sekala yang massive dan potensi kekerasan yang serius di suatu wilayah, komnas perempuan mengembangkan perangkat pendokumentasian kasus dan membentuk mekanisme pelopor khusus yang ini merupakan seseorang yang diberi mandat untuk mengembangkan mekanisme dan program yang komprehensif untuk menggali data dan informasi serta mendokumentasikan pengalaman pengalaman perempuan sehubungan dengan adanya kekerasan dan diskriminasi.
KPAI merupakan lembaga independet yang dibentuk berdasarkan UU Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, lembaga ini
dibentuk untuk merespon berbagai laporan adanya