• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF HUKUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF HUKUM"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF HUKUM

Oleh:

Dani Bagus Aris Tyawan

Danibagus14@students.unnes.ac.id

DATA BUKU

Judul buku : Hukum Hak Asasi Manusia

Penulis/Pengarang : Prof. Dr. Rahayu, SH., M.Hum Penerbit : Badan Penerbit Universitas Diponegoro Tahun Terbit : 2015

Kota Terbit : Semarang Bahasa Buku : Indonesia Jumlah Halaman : 402

ISBN Buku : 978-979-70490-6-5

PEMBAHASAN

Buku yang akan saya

review ini memiliki judul “Hukum Hak Asasi Manusia”, merupakan karya dari Prof. Dr. Rahayu, S.H., M.Hum. Buku ini adalah buku edisi revisi yang diterbitkan oleh Badan Penerbit Universitas Diponegoro pada tahun 2015. Ketebalan buku yang sedang atau normal ini memiliki jumlah halaman sebanyak 402, seperti buku-buku referensi biasanya. Dengan sampul berwarna oren gradasi hitam disertai

gambar orang

berdemonstrasi atau berorasi dibagian depannya, buku ini cukup terlihat menarik untuk dibaca.

Sudah sejak lama persoalan negara hukum dan hak asasi manusia, selalu diperbincangkan oleh

(2)

hak asasi tersebut sering tidak dilaksanakan secara tepat seperti apa yang dicita-citakan oleh negara hukum.

Dengan diterbitkannya buku ini patut disambut dengan gembira. Karena buku ini adalah salah satu buku yang membicarakan hak asasi manusia dengan menyajikan informasi yang menyeluruh mengenai hak asasi manusia, baik itu mengenai pengertian dan juga sejarahnya, maupun mengenai rumusan dan penetapannya, mengenai kedudukan dalam hukum dan bagaimana dapat dijamin, baik secara spesifik di Indonesia maupun dalam skala dunia.

Revisi buku ini diselesaikan untuk disesuaikan dengan perkembangan terkini terkait dengan isu-isu hak asasi manusia. Buku ini juga cukup mudah dipahami karena memang buku ini di susun untuk memenuhi kebutuhan akan bacaan tentang hak asasi manusia.

Pada saat ini sebenarnya cukup banyak buku yang membahas tentang hak asasi manusia namun informasi dari buku-buku tersebut lebih banyak disajikan dengan materi yang cukup menyulitkan untuk dipahami. Sedangkan buku ini sendiri disajikan dengan cukup sederhana bagi para pembacanya, namun tetap memberikan pemahaman dasar terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan konsep HAM secara komprehensif, baik nasional maupun internasional.

Buku ini disusun dalam lima bab, secara garis besar isi dari buku ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Bab I berisi tentang beberapa pengertian dan konsep dasar untuk memahami HAM, yang meliputi istilah dan pengertian, basis teori HAM, prinsip-prinsip dasar HAM, perkembangan pemikiran HAM, pengertian pelanggaran HAM, serta mengenai kewajiban negara.

2. Bab II berisi tentang sejarah perkembangan pemenuhan HAM, baik sejarah perkembangan HAM dalam Hukum Internasional maupun sejarah perkembangan HAM di Indonesia.

3. Bab III secara khusus membahas tentang berbagai instrumen hukum HAM internasional dan mekanisme pemantauannya.

4. Bab IV membahas tentang instrumen hukum nasional hak asasi manusia di Indonesia, baik dalam UUD NRI 1945 maupun dalam peraturan perundang-undangan lainnya.

5. Bab V menjelaskan tentang mekanisme perlindungan dan penegakan HAM di Indonesia.

Pada Bab I sendiri dapat dibagi lagi menjadi lima bagian utama sebagai pembahasannya, Yang pertama membahas mengenai istilah dan pengertian HAM, lalu teori HAM, prinsip dasar HAM, perkembangan pemikiran HAM, pelanggaran HAM, serta kewajiban negara.

Buku ini menjelaskan bahwa ada istilah lain yang dapat digunakan untuk menggantikan istilah Hak Asasi Manusia, yaitu Human Rights, fundamental rights, ataupun basic rights. Secara etimologi, istilah Hak Asasi Manusia terbentuk dari tiga kata, yaitu hak, asasi, dan juga manusia. Dua kata pertama, yaitu hak dan asasi berasal dari bahasa Arab, sedangkan manusia berasal dari bahasa Indonesia.

(3)

dilihat dari banyak pengertian dan definisi yang diberikan untuk mengartikan HAM.

Buku ini memaparkan bagaimana para ahli hukum, yaitu Soetandyo Wignjosoebroto dan Muladi merumuskan pengertian hak asasi manusia. Berbagai pengertian HAM tersebut secara langsung maupun tidak langsung mewarnai perumusan HAM dalam UU Nomor : 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM).

Meskipun berbagai pengertian tentang HAM tersebut berbeda satu sama lain, namun secara umum semua definisi tersebut merujuk pada hak-hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng. Sebagai konsekuensinya, hak-hak itu harus dilindungi, dihormati, dipertahankan dan tidak boleh diabaikan, dikurangi atau dirampas oleh siapapun.

Pembahasan kedua pada bab I mengenai Teori Hak Asasi Manusia. Buku ini menjelaskan bahwa secara garis besar terdapat empat kelompok teori besar yang biasa digunakan sebagai dasar pemahaman HAM, yaitu:

1. Teori Hukum Alam / Teori Hukum Kodrat (Natural Rights Theory)

Teori hukum alam ini dikembangkan oleh para pemikir Abad Pencerahan di Eropa, seperti Thomas Aquinas, John Locke, Thomas Paine, dan Jean Jacques Rousseau; dan masih terus berkembang hingga saat ini oleh tokoh-tokoh hukum alam yang kontemporer seperti: Francois Geny, Johanes Messner, Luijpen hingga John Finnis. Sehingga buku ini mencoba menjelaskan bagaimana perkembangan teori hukum alam ini menurut para ahli dari masa ke masa.

2. Teori Hukum Positif

Teori positivisme menolak secara tegas pandangan teori hak kodrati. Keberatan utama teori ini adalah karena dianggap bahwa teori hak kodrati ini sumbernya tidak jelas. Keunggulan teori ini dibanding dengan teori lain adalah bahwa individu dapat membela dan memperjuangkan hak-haknya dengan menunjuk pada aturan-aturan yang berlaku.

3. Teori Universal (Universal Theory)

Secara teoritis, teori universalisme ini melahirkan dua pandangan yang berbeda, yaitu: teori universal absolut dan teori universal relatif.

4. Teori Relativisme Budaya (Cultural Relativist Theory)

Pada prinsipnya teori relativisme budaya berpandangan bahwa HAM harus diletakkan dalam konteks budaya tertentu dan menolak pandangan adanya hak yang bersifat universal.

Pembahasan yang ketiga mengenai Prinsip Dasar Hak Asasi Manusia. Didalam buku ini dibahas beberapa prinsip dasar yang menjiwai hak-hak asasi manusia internasional dapat ditemukan di hampir semua perjanjian internasional tentang HAM, yaitu:

1. Universal dan tidak dapat dicabut (universality and inalienability)

2. Tidak bisa dibagi (indivisibility)

3. Saling bergantung dan berkaitan (interdependence and interrelation)

4. Kesetaraan dan diskriminasi (equality and non-discrimination)

(4)

6. Tanggung jawab negara dan penegakan hukum (state responsibility and rule of law)

Pembahasan yang keempat mengenai Perkembangan Pemikiran HAM. Dijelaskan bahwa Karel Vasak menggunakan istilah generasi untuk menunjuk pada substansi dan ruang lingkup hak yang diproritaskan pada kurun waktu tertentu. Secara garis besar Vasak membagi perkembangan substansi HAM dalam tiga generasi.

Pembahasan yang kelima berbicara mengenai Pelanggaran Hak Asasi Manusia. Di dalam buku ini dijelaskan bahwa dalam konteks HAM yang konvensional, pelanggaran HAM terutama dilihat sebagai tanggung jawab negara di dalam konteks kewajibannya terhadap warga negaranya.

Pembahasan terakhir dalam bab I buku ini mengenai Kewajiban Negara. Sangat jelas diterangkan dalam hukum nasional, Pasal 28 I ayat (4) UUD 1945 menyatakan bahwa perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan HAM adalah tanggungjawab negara, terutama Pemerintah. Namun dalam buku ini menerangkan bahwa dalam kaitannya dengan kewajiban negara terhadap HAM, sesungguhnya HAM itu tidak bersifat mutlak untuk selalu dipenuhi oleh pemerintah terhadap warga negaranya. Karena memang ada beberapa alasan yang mendasarinya.

Pokok bahasan selanjutnya pada buku ini adalah Sejarah Perkembangan Pemenuhan Hak Asasi Manusia, yang termuat dalam bab II buku ini. Dalam bab II ini dijelaskan dengan cukup rinci bagaimana sejarah pemenuhan hak asasi manusia. Bahkan lebih diperinci lagi di dalam sub bab perkembangan HAM dalam hukum internasional.

Dalam buku ini dijelaskan bahwa perhatian Hukum Internasional terhadap persoalan HAM, sebenarnya baru muncul pada abad ke-19. Pada awal pertumbuhannya, hukum internasional hanya merupakan hukum yang mewadahi pengaturan tentang hubungan antara negara-negara belaka. Subyeknya pun sangat eksklusif, hanya negara. Perkembangan HAM internasional sepanjang abad 19 itu terus berlanjut pada abad ke-20.

Sedangkan untuk Perkembangan HAM di Indonesia, menurut buku ini disebutkan bahwa sejarah pemikiran dan perkembangan HAM di Indonesia dapat dirunut seiring perjalanan sejarah pembentukan bangsa ini. Bahkan dalam bab ini penjelasannya disertai dengan tabel Muatan Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi RIS 1949, untuk dapat melihat bahwa Konstitusi RIS 1949 mengatur dengan detail HAM sekaligus kewajiban negara dalam menjamin penegakannya. Dan juga masih ada beberapa tabel lain yang dapat membantu kita untuk mendapatkan informasi mengenai perkembangan HAM di Indonesia.

Pada bab III buku ini menjelaskan mengenai Instrumen Hukum Internasional Hak Asasi Manusia. Dalam bab ini dijelaskan bahwa ada beberapa instrumen HAM yang meerupakan titik awal untuk memulai pembahasan tentang instrumen hukum HAM, karena instrumen-instrumen tersebut secara signifikan sangat mempengaruhi beberapa instrumen hukum HAM modern di tingkat internasional.

Dijelaskan bahwa ada 9 Instrumen Internasional Hak Asasi Manusia, yaitu:

1. Universal Declaration of Human Rights atau Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia

(5)

3. International Convenant on Economic and Social Rights (ICESCR) atau Konvenan Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya tahun 1966

4. Convention on the Rights of Child atau Konvensi Hak Anak

5. Convention Against Torture and Other Cruel, Inbuman or Degrading Treatment or Punishment (CAT) atau Konvensi Menentang Penyiksaan 6. Convention on the Elimination of Racial Discrimination (CERD) atau

Konvensi tentang Penghapusan Diskriminasi Rasial tahun 1965

7. Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women (CEDAW) atau Konvensi tenga Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan tahun 1979

8. Convention on the Rights of Person with Dissabilities atau Konvensi Hak-Hak Orang Penyandang Disabilitas

9. Convention on the Protection of the Rights of All Migrants Workers and Their Families (ICRMW) atau Konvensi Perlindungan Pekerja Migran tahun 1990.

Selanjutnya dalam buku ini menjelaskan mengenai Mekanisme Internasional Pemantauan HAM. Secara garis besar, terdapat tiga mekanisme pemantauan internasional untuk HAM, yaitu:

1. Mekanisme berdasarkan Piagam (Charter based mechanism), yaitu mekanisme melalui organ-organ yang berada di bawah sistem PBB, seperti Majelis Umum, Dewan Keamanan, ECOSOC, Dewan HAM PBB, dsb.

2. Mekanisme berdasarkan perjanjian (the treaty based mechanism), yaitu mekanisme yang dibentuk melalui perjanjian-perjanjian internasional tentang HAM dibawah sistem PBB.

3. Mekasisme regional yang berlaku untuk kawasan tertentu, seperti Eropa, Afrika, Kawasan Amerika, dan ASEAN.

Untuk informasi yang lebih mendalam dan detail mengenai satu persatu mekanisme tersebut juga dibahas pada halaman-halaman selanjutnya pada bab III ini.

Pada bab IV buku ini menjelaskan mengenai Instrumen Hukum Nasional Hak Asasi Manusia. Pada bab ke-IV ini dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu Hak Asasi Manusia dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, serta Hak Asasi Manusia dalam Perundanga-Undangan Lainnya.

Dijelaskan bahwa pencantuman secara normatif hak-hak asasi manusia dalam UUD NRI 1945 sebagai hasil amandemen yang ditetapkan pada 18 Agustus 2000. Dengan amandemen ini pula semakin jelas tanggung jawab negara terutama Pemerintah dalam upaya perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan HAM yang harus dilakukan sesuai dengan prinsip negara hukum yang demokratis dimana pelaksanaannya dijamin, diatur dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.

Selanjutnya diterangkan dengan lebih lanjut bahwa ada Hak Asasi Manusia dalam Perundang-undangan lainnya, yaitu:

1. UU Nomor: 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM) 2. UU Nomor: 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM

3. UU Nomor: 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (PKDRT)

4. UU Nomor: 40 tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis

(6)

6. UU Nomor: 31 tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU Nomor: 13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban

7. UU Nomor: 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU Nomor: 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Pada bab V buku ini membahas mengenai Mekanisme Perlindungan dan Penegakan HAM di Indonesia. Untuk mekanisme perlindungan hak asasi manusia nasional dijelaskan bahwa, perkembangan pengaturan HAM di dunia internasional memberikan dampak yang sangat luar biasa bagi Indonesia. Seiring dengan perkembangan tersebut, disamping melakukan proses legislasi berbagai peraturan yang berkaitan dengan HAM, Indonesia juga membangun sistem perlindungan HAM dengan membentuk berbagai lembaga yang diperlukan, seperti:

1. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)

2. Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan)

3. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) 4. Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban

Selanjutnya ada Mekanisme Penegakan Hak Asasi Manusia. Yang pertama ada Pengadilan HAM Indonesia, yaitu pengadilan khusus pelanggaran HAM berat (kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan genosida). Lalu yang kedua juga ada dijelaskan mengenai Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR).

Referensi

Dokumen terkait

masyarakat Mandar di Kecamatan Sendana Kabupaten Majene ialah diantaranya: (1) penentuan calon dilihat dari akhlaknya yang baik (agama); (2) penjajakan dengan maksud

Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan dengan segala rahmat serta karuniaNya sehingga penyusun telah dapat menyelesaikan Tugas Akhir “Pra Rencana

dimana : ITP overlay = ITP kebutuhan – ITP eksisting ao = koefisien kekuatan relatif bahan yang digunakan untuk overlay ITP kebutuhan dihitung berdasarkan perhitungan kebutuhan

Beck '!"#1( mendefinisikan *B) sebagai pendekatan konseling yang dirancang untuk menyelesaikan permasalahan konseli pada saat ini dengan cara melakukan restrukturisasi

Proses produksi adalah tahapan yang sangat penting dan menentukan produk dari mutu yang dihasilkan, untuk itu proses dalam suatu produksi harus diperhatikan dan

Dalam penerapan strategi pemasaranya guna meningkatkan laba ./ pendapatan BMT Pahlawan dan KSPPS Al-Bahjah Tulungagung tidak jauh dari unsure strategi pemasaran

Bunyi nasal velar bersuara [ŋ] pada posisi akhir kata yang memang belum dikuasai Mia muncul sebagai bunyi nasal alveolar bersuara [n] seperti pada kata [?indin]

Daya ricih pada setiap keratan rasuk ialah jumlah algebra (daya normal kepada paksi memanjang) daya-daya pugak yang bertindak di sebelah kiri dan kanan rasuk.