Pembahasan Persyaratan Teknis Kabin
Masinis dari Aspek Ergonomi
Pendahuluan
• Dasar kajian ergonomi diperoleh dari hasil survei, wawancara serta mengambil beberapa referensi yang berkaitan dengan Human
Factor, Lokomotif dan Safety antara lain:
– Peraturan Menteri Perhubungan KM 40 tahun 2010
– Hu a Fa tors Guideli e for Lo o otive Ca s oleh U.S. Department of Transportation , 1998
– Federal Railroad Administration – Locomotive Safety Standard – RTBU (Rail, Tram and Bus – NSW Branch)
– US Military Standard MIL-STD-1472D Human Engineering Design Criteria for Military System
– ANSI/HFS-100
– Kepmenakertrans No.233/Men/2003 tentang TENTANG JENIS DAN SIFAT PEKERJAAN YANG DIJALANKAN SECARA TERUS MENERUS – KEPMENKES RI. No. 1405/MENKES/SK/XI/02 tentang PERSYARATAN
Lingkup Bahasan
1. Pandangan (Visibility) masinis 2. Ukuran Tubuh (Antropometri) 3. Sarana Duduk
4. Tempat Kerja (Workstation)
5. Primary Controls and Displays (Alat kendali dan layar pemantau utama)
6. Secondary Controls and Displays (Alat kendali dan layar pemantau pendukung)
7. Lingkungan Kerja
1. Pandangan (visibility)
• Pandangan masinis atau visibility akan mencakup pandangan ke arah luar, ke arah panel display,
alat kendali, pandangan lateral serta tengokan ke belakang jika diperlukan saat langsir. Pandangan ke depan arah luar tidak boleh terhalang oleh peralatan di dalam kabin.
Persyaratan Visibility:
• Persyaratan jangkauan pandang atau visibility harus ditetapkan dari apa yang
harus bisa terlihat oleh masinis saat pengoperasian lokomotif dan hal-hal apa yang dapat menghalangi pandangan sehingga dapat menjadi masalah.
• Jendela kabin masinis harus mampu menyediakan area pandang yang jelas bagi masinis dalam melihat obyek rendah di jalur kereta dari jarak 15 m, dan obyek tinggi (overhead) dari jarak 17 m.
• Area pandang lateral harus bisa mencakup paling tidak 8 ˚ dan sebaiknya mampu menyediakan area hingga 220˚
• Jumlah jendela harus disesuaikan dengan point di atas, namun terlalu banyak jendela akan berdampak pada radiasi panas yang bisa meningkat, glare(silau), refleksi, dan rentan terhadap lemparan batu bahkan tembakan senjata api.
2. Ukuran Tubuh (antropometri)
• Aspek antropometri berkaitan dengan dimensi fisik tubuh sesuai populasi dari pengguna. Saat ini belum ada data antropometri masinis Indonesia, dari hasil wawancara didapatkan informasi tinggi minimum masinis di Indonesia adalah 165cm.
• Aspek ini akan berkaitan pada penentuan geometri
kabin masinis, daya pandang dan daya jangkau masinis.
• Data antropometri diambil berdasarkan data antropometri dari Jepang dan dengan simulasi
Antropometri Jepang
Posisi berdiri/standing position P5 P50 P95
Tinggi/stature 1568 1675 1782
Lebar maks/max body breadth 319 426 533
jangkauan vertikal/vertical grip reach 1949 2056 2163
jangkauan samping/side arm reach 716 823 930
tebal badan/max body depth 96 203 310
jangkauan depan/thumb tip reach 664 771 877
tinggi mata berdiri/eye height standing 1463 1570 1677
tinggi siku/elbow height 1034 1141 1248
Antropometri Jepang
posisi duduk/ sitting posisition P5 P50 P95 popliteal height 301 408 515
buttock-popliteal length 330 437 543
buttock-knee length 469 576 683
buttock-toe-length 596 702 809
buttock-leg-length 877 984 1091
sitting height 779 886 993
elbow rest height 154 261 367
shoulder width 318 425 531
hip breadth 214 321 428
elbow to elbow breadth 261 368 475
midshoulder height sitting 485 592 699
eye height sitting 663 770 877
knee height 432 539 646
3. Sarana Duduk
• Sarana duduk tertuang dalam KM 40 pasal 15 ayat 2 sbb: Tempat duduk M/AM
sebagaimana Ayat 1a, harus ergonomis
dengan diberi sandaran, dapat diatur maju mundur, naik turun, dan berputar
• Sarana duduk berupa kursi harus disediakan bagi masinis dan asisten masinis di
Posisi duduk
• Tinggi duduk harus bisa diatur saat duduk. Jarak jangkauan pada kisaran 38cm hingga 50cm dari lantai dan harus bisa menyokong operator secara umum. Paha dalam keadaan horizontal dan betis vertical, tapak kaki
menapak lantai atau sandaran kaki (footrest). Tinggi duduk juga harus mendukung sudut
Dudukan
• Lebar dudukan berkisar antara 45cm -50cm dan harus cukup dalam sehingga lumbar dapat menyentuh
sandaran.
• Ketebalan busa dudukan 75mm
• Ujung pinggiran kursi bagian depan harus membulat dan memiliki bantalan.
• Bentuk dudukan haus menyerupai bentuk persegi.
Sandaran Punggung
• Backrest atau sandaran punggung harus bisa
menyokong lumbar (area tulang punggung bagian bawah). Memiliki lebar antara 25cm – 30cm.
Sandaran juga sedapat mungkin bisa diatur
rebahannya untuk mencapai posisi postur tubuh yang nyaman.
• Sandaran punggung harus bisa ditidurkan antara 95-115 derajat, alas duduk harus sedikit
Material kursi
• Kursi harus memiliki bantalan dari material lunak semacam busa pada dudukan dan
sandaran.
• Tingkat kekenyalan busa (density) harus
disesuaikan supaya tidak terlalu empuk dan mampu menahan tekanan duduk untuk
penggunaan operasional jangka panjang.
Sandaran Tangan
• Penggunaan sandaran tangan dianjurkan untuk menambah kenyamanan. Untuk itu
disarankan sandaran tangan dapat dilipat jika tidak digunakan, supaya tidak menghambat pergerakan operator.
Karakteristik lain
• Ruang kaki bagian bawah (foot clearance)
• Ruang lutut (thigh clearance)
• Sandaran kaki (foot rest)
• Area bebas dari dinding samping
• Tingkat vibrasi dalam kabin
• Kemudahan keluar masuk kabin
• Area bebas saat memutar tubuh
Tinggi duduk Dari paha bagian Kedalaman dudukan (seat depth) 402mm
Lebar dudukan (seat width) 450mm
Tinggi sandaran duduk (back rest height)
(*dari SRP)
Min 450mm Max 600mm
Lebar sandaran duduk (back rest width)
350mm
Tinggi sandaran tangan (dari SRP)
250mm
Panjang sandaran tangan (arm rest length)
Min 300mm
Lebar sandaran tangan (arm rest width)
50mm
Jarak sandaran tangan ke center line kursi
225mm
Radius sandaran punggung 117mm
4. Tempat Kerja (
Workstation
)
Perancangan workstation harus bertujuan untuk:
• Meningkatkan kemampuan kerja operator
• Mengatasi masalah dan keterbatasan operator/user
Persyaratan peletakkan alat kendali
– Tempatkan alat kendali gerak tepat di depan masinis dengan tuas pengereman di samping kirinya.
– kendali radio diletakkan pada sisi tangan kiri sehingga alat kendali gerak dapat dikendalikan oleh tangan
kanan saat mengoperasikan radio.
– Kendali peluit, lampu, radio dan microphone harus ditempatkan dalam area jangkauan nyaman jika memungkinkan.
– Peralatan pengendali harus diletakkan sehingga
…
lanjutan
– Posisikan semua peralatan kendali sehinga masinis
tidak harus menggerakkan titik referensi mata (Design Eye Position) sehingga pada saat kondisi genting
masih dalam jangkauan pandangan. (Woodson, 1992)
– Alat kendali harus diatur menurut aturan urutan sesuai dengan fungsi dan prioritasnya.
– Alat kendali harus dibuat konsisten dengan gerakan lengan normal sehingga harus dengan gerakan arah maju mundur, bukan menyamping.
Persyaratan desain dan tata letak alat pemantau elektromekanikal (electromechanical display)
– Jika instrument harus dapat dibaca secara
berututan, maka harus instrument diatur secara runut, baik horizontal (kiri ke kanan) atau vertical (atas ke bawah) tergantung dari ruang yang
tersedia.
– Huruf dan angka pada instrument harus jelas terbaca, sesuai standard Faktor Manusia yang mencakup: ukuran huruf, jarak huruf, jarak
Persyaratan desain tata letak alat pemantau digital elektronik (digital electronic display)
– Display sebaiknya diletakkan pada jarak pandang 20 inch (510mm) dari posisi mata duduk masinis dan seluruh area display dapat terlihat dalam
cakupan 30 derajat dari titik tengah display
– Display harus terhindar dari glare (silau) akibat pantulan cahaya, ataupun cahaya langsung.
5. Primary Controls and Displays (peralatan operasional dan pemantau utama)
• Alat kendali dan pemantau utama harus diletakkan pada area nyaman di hadapan operator sehingga mudah
dijangkau dan mudah terlihat.
• Yang termasuk alat kendali utama menurut KM40 tertuang dalam pasal 13 sbb:
– Pembalik arah;
– Pengatur daya;
– Pengatur pengereman;
– Deadman device terhubung langsung dengan system pengereman darurat;
– Klakson;
– Lampu utama; dan
• Alat pemantau utama yang tercantum pada KM 40 pasal 14 adalah sebagai berikut:
• Ayat (1)
• Peralatan pemantau berupa indikator atau petunjuk pengoperasian Lokomotif, diletakkan di tempat yang mudah dilihat dan dibaca.
• Ayat (2)
– Peralatan pemantau sekurang-kurangnya terdiri atas: – Rem parkir;
– Tenaga penggerak; – Kegagalan fungsi;
– Kecepatan yang dilengkapi petunjuk waktu dan perekam; – Tekanan udara pengereman;
6. Secondary Controls and Displays
(Alat
kendali dan layar pemantau pendukung)
• Alat kendali dan pemantau pendukung dapat diletakkan di luar zona nyaman namun masih mudah dijangkau dan dapat terlihat tanpa harus memindahkan posisi tubuh terlalu banyak.
• Yang dimaksud dengan alat kendali dan layar pemantu pendukung adalah peralatan operasional dan peralatan pemantau di luar
ketentuan KM40 pasal 13 ayat 2 dan 14 ayat 2, misalnya alat pengatur suhu atau kipas angin, tombol lampu baca.
• Peryaratan penempatan peralatan kendali dan pemantau
7. Lingkungan Kerja
• Ventilasi dan aliran udara
– Udara luar harus dialirkan ke dalam kabin jika tidak terdapat AC dan ketika suhu udara luar di atas 32oC. Kecepatan aliran udara pada kipas angin harus dapat disesuaikan tingkatannya dengan kecepatan
maksimum 0.5m/detik (U“ DOT Hu a Fa tors Guideline for Locomotive Cabs, 1998).
– Pertukaran udara : 0,283 m3/menit/orang dengan laju
udara ventilasi : 0,15 – 0,25 m/detik sesuai
• Temperature udara kabin:
– US Department of Transportation dalam “Hu a
Factor Guidelines for locomotive cabs mesyaratkan
peonggunaan pendingin udara untuk
mempertahankan suhu ruang kabin di bawah 30oC.
Sementara di dalam ISO DIS 7730 merekomendasikan suhu 72oF hingga 78oF (22oC-25.5oC) dengan tingkat
kelembaban 30% hingga 70% untuk mendapatkan tingkat kenyamanan operator.
• Persyaratan pencahayaan ruang kerja berdasarkan KEPMENKES RI. No. 1405/MENKES/SK/XI/02 untuk jenis pekerjaan rutin dan masinis dapat dikategorikan dalam pekerjaan mesin atau dengan mesin, adalah sbb:
pekerjaan Kebutuhan cahaya Contoh pekerjaan
Pekerjaan rutin 300 lux ruang kontrol, pekerjaan
mesin
• Getaran:
– Tubuh manusia mulai sensitif pada getaran
dengan frekuensi 0,4-20Hz, dan lama kelamaan dapat kehilangan kenyamanan (US DOT, Human Factors Guidelines for Locomotive Cabs, 1998).
– Persyaratan desain kabin masinis tentang vibrasi kabin yaitu bagaimana upaya meredam getaran ke tubuh masinis baik di lantai kabin maupun pada kursi masinis. Untuk itu kabin masinis harus
• Gas buang:
– Sesuai KEPMENKES RI. No. 1405/MENKES/SK/XI/02 tentang gas pencemar: Agar kandungan gas pencemar dalam udara ruang kerja industri (dalam hal ini kabin lokomotif) tidak melebihi konsentrasi maksimum perlu dilakukan tindakan tindakan sebagai berikut :
• Pada sumber dipasang hood (penangkap gas) yang dihubungkan dengan local exhauster dan dilengkapi dengan filter penangkap gas.
• Melengkapi ruang proses produksi dengan alat penangkap gas. • Dilengkapi dengan suplai udara segar.
• Kadar konsentrasi maksimum yang masih dapat diterima sbb:
Kandungan KONSENTRASI MAKSIMAL (mg/m3)
Karbon Dioksida 9000
• Toilet harus terdapat dalam lingkungan kerja sesuai KEPMENKES RI. No.
1405/MENKES/SK/XI/02.
• Jumlah toilet ditentukan dari besarnya jumlah karyawan pada sebuah lingkungan kerja.
Dalam kaitan dengan kabin masinis yang
7. Ruang Kabin dan Struktur (Cab
Envelope and Structure)
• Persyaratan desain tata letak kabin (cabin layout):
– Mengakomodasi ukuran tubuh masinis: Dimensi maksimum persentil 95 pria digunakan untuk penentuan area bebas, dan persentil 5 untuk jangkauan tangan. Populasi antroometri yang digunakan adalah
Jepang.
– Harus ada ruang yang cukup untuk masing-masing operator: 6 m2.
adalah luas minimum area lantai ruang kabin masinis.
– Tinggi langit-langit kabin paling tidak 1,9 meter dari lantai kabin masinis.
– Peralatan di kabin lokomotif tidak boleh mengganggu ruang kosong jika tidak digunakan sudut tajam harus dihilangkan.
– Desain untuk dimensi orang paling besar (persentil 95) dapat
dilakukan untuk mengakomodasi sebagian besar populasi (misal pada desain pintu)
…
lanjutan
– Jangkauan pandang yang baik harus tersedia sejalan dengan meminimalkan kemungkinan kelelahan tubuh akibat postur leher dan kepala yang tidak sesuai akibat terhalangnya
pandangan.
– Area pandangan kerja normal harus dalam cakupan kerucut 30 derajat pada cakupan garis pandang normal. Cakupan garis pandang normal (normal line of sight) adalah 10-15 derajat di bawah garis pandang horizontal (horizontal line of sight).
– Perancangan dengan menerapkan sistem pengaturan (adjustability) dapat diterapkan untuk memudahkan penyesuaian posisi (misal desain kursi)
– Display harus diterapkan di area antara sudut 5 derajat di atas dan 30 derajat di bawah garis pandang horisontal.