• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMUDA OTONOMI DAERAH DAN MASYARAKAT EKO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMUDA OTONOMI DAERAH DAN MASYARAKAT EKO"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Judul:

TANTANGAN INDONESIA MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL GLOBAL

DAN MENGAWAL INTEGRASI NASIONAL Prosiding Seminar & Simposium Nasional Makassar, 29 September 2016

HVS: 210x297 mm Halaman 262 + 190

Katalog Dalam Terbitan (KDT) Perpustakaan Nasional RI Cetakan I, 2016

Penyunting:

Dr. Mansyur Radjab, M.Si Dr. Ramli AT, M.Si

Dr. Sakaria, M.Si

Dr. Rahmat Muhammad, M.Si Drs. Arsyad, MA

Editor:

Musrayani Usman, S.Sos, M.Si Muh. Taufiq Arif, S.Sos

Desain Sampul dan Foto : Mtrif Penerbit:

Departemen Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin

Alamat Penerbit:

Departemen Sosiologi FISIP UNHAS

Kampus Univ. Hasanuddin Tamalanrea, Km. 10, Makassar Tlp. +62411- 585024

(4)
(5)

iii

Prosiding : Seminar dan Simposium Nasional | UNHAS | ISI | APSSI

PENGANTAR PENERBIT

(6)

iv Prosiding : Seminar dan Simposium Nasional | UNHAS | ISI | APSSI

SAMBUTAN KETUA IKATAN SOSIOLOGI INDONESIA

REKTOR UNIVERSITAS HASANUDDIN

(7)

v

Prosiding : Seminar dan Simposium Nasional | UNHAS | ISI | APSSI

SAMBUTAN KETUA ASOSIASI PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

(APPSI)

(8)

vi Prosiding : Seminar dan Simposium Nasional | UNHAS | ISI | APSSI

DAFTAR ISI

PENGANTAR PENERBIT ... iii SAMBUTAN KETUA IKATAN SOSIOLOGI INDONESIA REKTOR

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Prof. Dwia Ariestina Pulubuhu, MA... iv SAMBUTAN KETUA ASOSIASI PROGRAM STUDI SOSIOLOGI (APPSI)

Dr. Nadjib Azca ... v DAFTAR ISI ... vi BAGIAN I

Memetakan tantangan strategis Indonesia dalam perubahan ekonomi politik dan arus global

Masyarakat Adat Versus Korporasi (Dinamika Konflik Sosial

Rencana Pembangunan Pabrik Semen di Kabupaten Pati Jawa Tengah, Periode 2013-2016)

Oleh: Dr. Suharko & Miersa Aqni Kurnia Universitas Gadjah Mada ... 1 Dinamika Budaya Lokal dalam Era Globalisasi; Kajian Budaya

Sasi Tanaman Pala di Maluku

(9)

Prosiding : Seminar dan Simposium Nasional | UNHAS | ISI | APSSI

220

PEMUDA, OTONOMI DAERAH DAN MASYARAKAT

EKONOMI ASEAN

Harifuddin Halim

[1]

; Rasyidah Zainuddin

[2]

; H. Dahlan Hasan

[3]

;

Haslinda B. Anriani

[4]

; Rosmawati

[5]

[1,2]

FISIP Universitas Negeri Makassar;

[3,4,5]

FISIP Universitas Tadulako

Palu

Pendahuluan

Globalisasi sebagai sebuah realitas sosial merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Konsekuensi yang ditimbulkannya dapat dilihat secara positif dan negatif. Secara positif, salah adalah terjadinya pertukaran informasi dan kebudayaan antar negara dan secara negatif adalah terkikisnya nilai dan budaya asli masyarakat Indonesia.

Secara regional, kerjasama negara-negara Asean dalam bidang ekonomi sebagai wujud globalisasi-glokalisasi berpotensi menimbulkan berbagai dampak positif dan negatif. Dalam konteks tersebut, salah satu entitas sosial yang memiliki peran sentral sebagai ‘filter’ terhadap dampak ‘negatif’ adalah peran para pemuda dan mahasiswa.

Berkaitan dengan dampak negatif MEA, maka peran pemuda dan mahasiswa bukanlah mengantisipasinya melainkan harus memperkuat nilai budaya pada level akar rumput atau masyarakat di pedesaan. Dalam konteks tersebut, peran pemuda dan mahasiswa secara regional terkait erat dengan eksistensi otonomi daerah.

Meski era otonomi daerah dimulai dengan gairah baru dan harapan bahwa negeri ini akan mewujudkan pemerataan pembangunan pada ke-33 provinsi yang ada di Indonesia, tetapi secara sosial kondisi tersebut melahirkan penguasa baru dan tirani baru, tata hukum dan birokrasi baru, korupsi baru, dan konflik pusat-daerah. Pada saat yang sama munculnya MEA dapat menjadi ‘pemicu’ bagi daerah untuk melakukan eksploitasi sumberdaya lokal. Dengan demikian, menjadi sebuah konsekuensi logis, bahwa peran pemuda dan mahasiswa perlu menemukan pola baru dalam mengisi dinamika otonomi daerah di Indonesia.

(10)

221

Prosiding : Seminar dan Simposium Nasional | UNHAS | ISI | APSSI

masyarakat melalui kapitalisasi sumber daya untuk didistribusikan secara adil untuk pembangunan. Untuk menjaga tujuan tersebut, pemuda dan mahasiwa diposisikan sebagai oposisi konstruktif bagi pemerintah lokal yaitu kelompok oposisi nonstruktural/ekstraparlementer yang aktif menyuarakan kritik dan masukan kepada pemerintah, namun di sisi lain kelompok ini juga bergerak dalam mendorong pembangunan melalui berbagai gerakan horizontal yang dilakukan.

Dari semangat inilah, menurut Achmad (2011) pemuda dan mahasiswa akan bergerak bukan untuk menjatuhkan atau menggulingkan pemerintahan yang ada –saja-, melainkan juga untuk berpartisipasi dalam pembangunan daerah itu sendiri. Peran pemuda dan mahasiswa dalam otonomi daerah dan MEA ibarat dua mata pedang, di satu sisi pemuda dan mahasiswa bisa menjadi kelompok oposisi yang kerap memberikan hujan kritik, di sisi lain mereka dapat berperan sebagai mitra pemerintah maupun swasta untuk membangun masyarakat.

Substansi Pemuda dan Mahasiswa

Beberapa pengertian yang dikemukakan tentang mahasiswa antara lain: “setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran-pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia antara 18-30 tahun’ (Sarwono dalam Utama 2010).

“Pelajar di perguruan tinggi yang dapat menjadi mahasiswa adalah seseorang yang memiliki ijazah sekolah menengah atas dan peraturannya diatur dengan peraturan menteri’ (UU No. 21 Tahun 1961).

Menurut Lembaga Pengembangan Informasi dan Sarana Pendidikan (LPISP) (2007, dalam Listianti, 2010), umumnya batas usia minimal mahasiswa adalah 18 tahun bila pendidikan sebelumnya, yaitu Sekolah Menengah Atas diselesaikan secara normal. Batas usia maksimal mahasiswa tidak dapat ditentukan karena yang disebut mahasiswa juga mencakup peserta program pendidikan D3, S2, S3, serta Ekstensi.

(11)

Prosiding : Seminar dan Simposium Nasional | UNHAS | ISI | APSSI

222

kondisi ekonomi indonesia semakin terpuruk, oleh karena itu peran pemuda sangatlah penting dalam upaya penyelamatan ekonomi yang terjadi saat ini.

Pemuda dan mahasiswa merupakan sebuah miniatur masyarakat intelektual yang memiliki corak keberagaman pemikiran, gagasan dan ide-ide yang penuh dengan kreatifitas. Dengan sifat keintelektual dan idealismenya mahasiswa lahir dan tumbuh menjadi model yang memiliki paradigma ilmiah dalam memandang persoalan kebangsaan dan kemasyarakatan. Kalangan mahasiswa mampu membaca, mengkaji, dan berdiskusi secara logis, dan kritis, serta mampu membedah persoalan dari berbagai aspek dan sudut pandang ilmu dan pemikiran. Ciri dan gaya mahasiswa terletak pada ide atau gagasan yang luhur dalam menawarkan solusi atas persoalan-persoalan yang ada.

(12)

223

Prosiding : Seminar dan Simposium Nasional | UNHAS | ISI | APSSI

Pemuda dan mahasiswa merupakan agent of change, dimana mereka merupakan agen perubahan di dalam suatu Negara. Mereka diharapkan dapat menjadi generasi pembangun bangsa baik dalam segi teknologi, ekonomi, politik dan lain-lain. Mereka diharapkan mampu membawa perubahan-perubahan yang positif. Dimana saat kondisi bangsa ini sekarang tidaklah ideal, banyak sekali permasalahan bangsa yang ada, mulai dari korupsi, penggusuran, ketidakadilan, dan lain sebagainya. Mereka yang mempunyai idealisme sudah seharusnya berpikir dan bertindak bagaimana mengembalikan kondisi negara menjadi ideal dan stabil kembali. Sejarah telah membuktikan, bahwa perubahan besar terjadi di tangan generasi muda.

Kemudian peranan sebagai iron stock, yaitu dengan ketangguhan idealismenya akan menjadi pengganti generasi-generasi sebelumnya. Dapat dikatakan, bahwa pemuda dan mahasiswa adalah aset, cadangan, dan harapan bangsa masa depan.

Peran sebagai social control terjadi ketika ada yang tidak beres atau ganjil dalam masyarakat dan pemerintah. Mereka dengan gagasan dan ilmu yang dimilikinya memiliki peranan menjaga dan memperbaiki nilai dan norma sosial dalam masyarakat. Mereka harus menjadi social control karena mereka lahir dari rahim rakyat, dan sudah seyogyanya mereka memiliki peran sosial, peran yang menjaga dan memperbaiki apa yang salah dalam masyarakat.

Kapasitas & Kapabilitas Yang Harus Dimiliki

Berbicara tentang kapasitas dan kapabilitas yang perlu dimiliki pemuda dan mahasiswa dalam membangun gerakan mahasiswa di daerah, maka hal ini bukan menjadi sebuah syarat awal untuk menjalankan gerakan mahasiswa di tingkat daerah, akan tetapi akan menjadi penunjang dan penguat gerakan bila mereka memilikinya. Kapasitas dan kapabilitas tersebut (Anonim, 2011) adalah;

1. Pemahaman Kondisi Daerah

(13)

Prosiding : Seminar dan Simposium Nasional | UNHAS | ISI | APSSI

224

kondisi daerah akan menjadi bekal yang penting agar mahasiswa memiliki konten, data dan fakta saat berdiskusi dengan pihak-pihak tertentu.

2. Jaringan Pemerintah Daerah

Di era keterbukaan dan demokrasi ini sudah sewajarnya gerakan pemuda dan mahasiswa memiliki akses dan membangun komunikasi dengan Gubernur/ Bupati/ Walikota serta Kepala Dinas Organisasi Perangkat Daerah, dan Kepolisian/ Militer setempat. Jaringan ini menjadi sebuah kebutuhan tersendiri bagi gerakan mahasiswa, karena bagaimana mungkin gerakan mahasiswa bisa menjustifikasi secara bijak atau bermitra dengan profesional bila tidak mengenal siapa dan apa yang dikerjakan oleh pemerintah. Jaringan akan pemerintah daerah dapat menunjang gerakan mereka dengan data yang lebih terkini serta kesempatan kerjasama untuk program tertentu.

3. Komunikasi Tokoh dan Simpul Daerah

Tokoh dan simpul daerah hingga kini masih sangat krusial pengaruhnya. Setiap calon kepala daerah yang akan mencalonkan diri tentu akan menemui tokoh daerah dan meminta “restu” dari mereka. Karena tokoh dan simpul daerah ini merepresentasikan masyarakat berikut dengan aspirasi dan gagasan yang mereka miliki. Tokoh atau simpul daerah dapat merupakan seorang tokoh atau simpul adat, agama, kelompok masyarakat lokal, ormas, partai politik, gerakan ekstra-kampus, LSM, dan pengusaha. Membangun komunikasi dengan tokoh dan simpul daerah akan memberikan kesempatan bagi gerakan pemuda dan mahasiswa untuk dapat memiliki “sahabat seperjuangan” dengan visi yang sama, lebih mengenal peta relasi politik dan sosial di tingkat daerah, dan membangun sebuah aliansi dalam mengusung gerakan atau isu tertentu.

4. Akses ke Media Daerah dan Lokal

(14)

225

Prosiding : Seminar dan Simposium Nasional | UNHAS | ISI | APSSI

Menurut Achmad dalam tulisannya tentang “Gerakan Mahasiswa dan Globalisasi (2011) bahwa landasan gerakan pemuda dan mahasiswa di daerah perlu berbasis local knowledge dan local content yang kokoh. Isu-isu daerah perlu dipahami secara seksama meski hingar bingar isu nasional tampak lebih “menarik” ketimbang isu daerah. Pasca kebijakan otonomi daerah, pemerintah pusat hanya berwenang untuk mengatur bidang politik luar negeri; pertahanan; keamanan; yustisi; moneter dan fiskal nasional; dan agama. Sedangkan pemerintah daerah memiliki wewenang pada isu-isu yang terkait dengan: (1) melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional, serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; (2) meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat; (3) mengembangkan kehidupan demokrasi; (4) mewujudkan keadilan dan pemerataan; (5) meningkatkan pelayanan dasar pendidikan; (6) menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan; (7) menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak; (8) mengembangkan sistem jaminan sosial; (9) menyusun perencanaan dan tata ruang daerah; (10) mengembangkan sumber daya produktif di daerah; (11) melestarikan lingkungan hidup; (12) mengelola administrasi kependudukan; (13) melestarikan nilai sosial budaya; (14) membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan kewenangannya.

Dengan keberadaan bidang-bidang yang dikelola oleh pemerintah daerah, gerakan pemuda dan mahasiswa dituntut untuk selalu dapat mengikuti perkembangan isu daerah. Tantangan terbesar dari mengikuti atau mengangkat isu daerah adalah kurangnya perhatian media terhadap isu daerah, terutama media nasional. Sehingga ada kecenderungan gerakan di daerah tampak “tidak terlihat”. Padahal dengan berkembangan otonomi daerah, potensi korupsi, dan bentuk penyimpangan birokrasi lainnya sangat mungkin terjadi di daerah.

Pemuda & Mahasiswa: Strategi dan Peran di Era MEA

(15)

Prosiding : Seminar dan Simposium Nasional | UNHAS | ISI | APSSI

226

Bagi Achmad dalam uraiannya tentang “Mahasiswa dan Kebijakan Otonomi Daerah” (2011), setidaknya ada tiga pola yang bisa dikembangkan oleh gerakan pemuda dan mahasiswa untuk mengawal pemerintahan dan pembangunan daerah, yakni gerakan yang bersifat advokasi kebijakan publik dan penyimpangan birokrasi, gerakan sosial kemasyarakatan, dan gerakan advokasi aspirasi masyarakat.

1. Gerakan Advokasi Kebijakan Publik dan Penyimpangan Birokrasi Advokasi kebijakan dan anggaran di tingkat daerah akan berbeda pola dengan gerakan yang bersifat nasional. Pola yang dibangun untuk gerakan tingkat daerah tidak perlu selalu dengan aksi masa di jalan. Gerakan pemuda dan mahasiswa dapat menguji kemampuan dialektika dan kedalaman kajiannya dengan melakukan audiensi langsung dengan pihak yang bersangkutan.

Sebagai contoh, isu korupsi anggaran pendidikan di sebuah provinsi. Pemuda dan mahasiswa bisa memulai gerakannya dari kajian dan diskusi dengan data yang di dapatkan dari internet, media massa, kelompok oposisi pemerintah, LSM, atau pejabat dari dinas pendidikan. Dari data yang ada ini pemuda dan mahasiswa dapat mengeluarkan kesimpulan dan sikap awal terkait isu pendidikan. Dari kesimpulan dan sikap awal ini, mereka bisa melakukan audiensi atau debat terbuka dengan kepala dinas pendidikan terkait dan mengundang media massa untuk meliput diskusi tersebut. Dari proses dialog ini, gerakan pemuda dan mahasiswa dapat menekan atau mendorong pemerintah untuk merevisi kebijakan atau mengeluarkan komitmen untuk melakukan reformasi institusi terkait isu korupsi tersebut. Gerakan advokasi dapat berlanjut dengan penulisan opini di media massa lokal dan nasional serta di iringi dengan aksi massa untuk membangun public awareness terkait isu tersebut.

2. Gerakan Pengembangan Masyarakat

(16)

227

Prosiding : Seminar dan Simposium Nasional | UNHAS | ISI | APSSI

permasalahan masyarakat. Di sinilah pemuda dan mahasiswa bisa membangun sebuah pola gerakan lain, yakni Gerakan Keprofesian.

Tantangan lain dari gerakan pemuda dan mahasiswa khususnya para aktivis pemuda dan mahasiswa adalah menjadi dan merasakan apa yang masyarakat rasakan. Hal ini bisa dibangun bila mereka mau dan mampu untuk berdialog dan terjun langsung ke masyarakat. Pemuda dan mahasiswa sebagai agen perubahan jangan sampai berkecimpung di kalangan elit penguasa saja, tetapi juga dekat dengan alit. Kesolidan antara elit pemuda, dan mahasiswa dapat menjadi kekuatan penekan yang efektif untuk pemerintah. Pemuda dan mahasiswa bisa membuka komunikasi dengan basis masyarakat yang berkelompok seperti serikat pekerja, organisasi masyarakat atau lembaga swadaya masyarakat.

Pada dasarnya pemerintah daerah juga memiliki keterbatasan untuk melaksanakan pembangunan pada skala komunitas khususnya di daerah terpencil. Pemuda dan mahasiswa dapat berperan sangat strategis untuk mempertemukan kebuntuan pembangunan ini dengan menjadi agen pengembangan masyarakat. Ide dan gagasan pengembangan masyarakat serta idealisme untuk mau dan mampu bersentuhan langsung ke masyarakat adalah modal besar yang dimiliki oleh pemuda dan mahasiswa.

Pola yang dikembangkan sebagai berikut, pemuda dan mahasiswa membawa ide pengembangan masyarakat ke pemerintah. Lalu pemerintah dapat mengarahkan ide mereka tersebut ke lokasi tertentu yang mereka nilai tepat beserta dukungan pendanaan agar kegiatan tersebut dapat berlangsung sesuai dengan arahan rencana pembangunan daerah yang ada. Dengan pola ini akan terbentuk sebuah kolaborasi antara pemerintah dengan pemuda dan mahasiswa dalam usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

3. Gerakan Advokasi Aspirasi Rakyat

(17)

Prosiding : Seminar dan Simposium Nasional | UNHAS | ISI | APSSI

228

Di sinilah tanggung jawab pemuda dan mahasiswa diuji, mampukah mereka benar-benar bergerak bersama rakyat ataukah akan terbenam dalam kenyamanan bersama para birokrat dan pengusaha. Sejatinya, menjadi bagian dan merasakan penderitaan rakyat adalah sebuah keniscayaan yang melekat pada gerakan mereka. Dari kedekatan dengan rakyat, pemuda dan mahasiswa akan bergerak dengan sebuah idealisme untuk berjuang demi kebaikan, atau seringkali di analogikan, gerakan mereka ditunggangi oleh kepentingan rakyat.

4. Gerakan Mahasiswa dengan Masyarakat Sipil dan Media

Membangun komunikasi rutin yang harmonis adalah kunci dari relasi yang perlu dibangun antara gerakan pemuda dan mahasiswa dan media. Media sebagai pilar ke-empat dari demokrasi kini menjadi ikon baru baru di Indonesia pasca-reformasi. Media telah hadir sebagai pilar yang sangat penting dalam menyampaikan data dan fakta mengenai isu tertentu, menginvestigasi sebuah kasus secara mendalam, bahkan mengeluarkan propaganda sebuah opini dengan tujuan tertentu. Media telah berdiri tegak sebagai pemain penting dalam demokrasi.

Dengan potensi menggiring opini masyarakat yang dimiliki oleh media, sudah sewajarnya gerakan pemuda dan mahasiswa dekat dengan media. Hubungan komunikasi rutin yang harmonis ini dapat dibangun dengan korespondensi rutin dengan wartawan, kunjungan ke media, atau berkontribusi tulisan kepada media. Pemuda dan mahasiswa dapat pula membangun hubungan timbal balik berupa berbagi data dengan media. Media bisa jadi punya akses yang membuat mereka mendapatkan data terkini, akan tetapi mereka juga dapat memiliki keunggulan data bila mampu membangun jaringan ke berbagai pihak.

5. Gerakan Mahasiswa dengan Pemerintah

(18)

229

Prosiding : Seminar dan Simposium Nasional | UNHAS | ISI | APSSI

ke bawah atau ekonomi lemah yang memiliki sedikit akses untuk menyuarakan aspirasinya.

Pemerintah bisa saja berdalih bahwa kebijakan yang dikeluarkan untuk menyelamatkan rakyat, akan tetapi pemuda dan mahasiswa harus cukup jeli untuk memahami konteks rakyat yang digunakan oleh pemerintah. Atau dalam kondisi lain, dimana pemerintah telah mengeluarkan analisis dan teori yang mendukung untuk dikeluarkannya kebijakan yang tidak pro-rakyat. Pemuda dan mahasiswa harus dapat memutar otaknya, dan mencari referensi dari pakar lainnya untuk mengeluarkan anti-tesis yang kuat untuk menekan pemerintah dengan alternatif kebijakan lain. Sehingga logika yang digunakan oleh pemuda dan mahasiswa adalah logika rakyat, pemuda dan mahasiswa memutar pikirannya untuk mencari jalan dari apa yang diharapkan oleh rakyat.

Gerakan Politik Nilai memang kerap dekat dengan isu penunggangan oleh kelompok tertentu. Terkadang pemerintah juga menuduh sebuah gerakan yang dibangun oleh pemuda dan mahasiswa telah dikoptasi oleh kepentingan politik praktis. Pemuda dan mahasiswa harus dapat membuktikan kebersihan idealisme mereka dalam bergerak, mereka harus menunjukkan bahwa hanya satu kelompok yang bisa dan boleh menunganggi mereka, yaitu KEPENTINGAN RAKYAT.

6. Gerakan kewirausahaan pemuda dan mahasiswa

Gerakan Entrepreneurship pemuda dan mahasiswa telah menjadi sebuah trend baru dalam gerakan pemuda dan kemahasiswaan. Berawal dari kebutuhan akan kemandirian finansial dari organisasi pemuda dan mahasiswa, gerakan kewirausahaan ini telah berkembang menjadi sebuah pola baru untuk mencetak calon-calon pengusaha muda yang berjiwa aktivis. Kelebihan dari pengusaha yang lahir dari kalakangan aktivis gerakan adalah nilai kerakyatan yang tetap terasa dalam membangun kerajaan bisnisnya. Relasi antara pemuda dan mahasiswa dengan kalangan pengusaha menjadi sebuah kunci atas gerakan ini.

(19)

Prosiding : Seminar dan Simposium Nasional | UNHAS | ISI | APSSI

230

bahwa gerakan kewirausahaan pemuda dan mahasiswa ini dapat membuka paradigma mahasiswa setelah lulus, dimana biasanya “saya kerja dimana” menjadi “berapa banyak lapangan kerja yang bisa saya buka?”.

Selain dengan kalangan pengusaha, gerakan pemuda dan mahasiswa dapat juga membangun komunikasi dan kerjasama ke kalangan industri. Jejaring ini dapat dimanfaatkan oleh GERAKAN KEPROFESIAN pemuda dan mahasiswa untuk mengembangkan inovasi yang telah mereka buat dalam bentuk prototipe menjadi sebuah produk yang dapat diproduksi secara massal dan berguna untuk masyarakat. Hubungan kerjasama ini dapat mendorong pengusaha muda berbasis teknologi atau kerap dikenal dengantechnopreneur.

Penutup

Pada akhirnya gerakan pemuda dan mahasiswa akan mampu berbicara di hampir seluruh bidang pembangunan sebuah bangsa. Itulah keunggulan gerakan pemuda dan mahasiswa yang telah banyak berbicara sepanjang sejarah peradaban. Pemuda dan mahasiswa tidak bisa pula terlalu narsistik-intelektualis dalam membangun gerakan, tetapi perlu adanya keterlibatan masyarakat di dalamnya. Karena, hanya masyarakat yang mengetahui apa yang mereka butuhkan. Bila pemuda dan mahasiswa tetap ingin suaranya terkait usulan pembangunan tetap pro-rakyat, maka tidak ada pilihan lain selain menjadi bagian dari rakyat itu sendiri.

Sekali lagi pemuda dan mahasiswa diharapkan dapat terjun ke arena politik dalam rangka berpartisipasi dalam pengawasan, formulasi, serta implementasi kebijakan pemerintah. Demi terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera, makmur dan berkeadilan secara demokratis. Di sini pemuda dan mahasiswa secara individual maupun kelompok, harus berani unjuk gigi dalam mengajukan gagasan, pikiran, solusi atau interpretasi mengenai apa yang menjadi kehendak dari mayoritas rakyat demi kepentingan masyarakat dan bangsa. Masih banyak tugas-tugas yang harus kita selesaikan sebagai pemuda dan mahasiswa untuk memperbaiki bangsa ini. Maka sebagi generasi muda harus bisa membuat bangsa ini menjadi lebih baik daripada sekarang.

Daftar Pustaka

(20)

231

Prosiding : Seminar dan Simposium Nasional | UNHAS | ISI | APSSI

http://ridwansyahyusufachmad.com/2011/04/02/diunduh: Kamis, 15 September 2016.

____________________________. Gerakan Mahasiswa dan Globalisasi. http://ridwansyahyusufachmad.com/2011/04/02/diunduh: Kamis, 15 September 2016.

Anonim. 2011. Aktualisasi Nilai Kader Mengawal Kebijakan Publik. “www.dpr.go.id/parlementaria/magazine/m-89-2011.pdf., diunduh: Jumat, 16 September 2016”.

Atep. 2012. Mission HMI. http://jamansubang.blogspot.com/2012/12/diunduh: Jumat, 16 September 2016.

Listianti, Ika Nurfitriani. 2010. Trait Kepribadian dan Psychological Distress pada Mahasiswa UI Berdasarkan Rumpun Ilmu. Skripsi. Depok. Sarjana Fakultas Psikologi UI.

Naafs, Suzanne & Ben White. 2012. Generasi Antara: Refleksi Studi Tentang Pemuda Indonesia. Diterbitkan dalam Jurnal STUDI PEMUDA • VOL. I NO. 2 SEPTEMBER 2012, Hal: 89 -106

Sari, Azriana. 2012. Peran Mahasiswa Dalam Memonitor Isu-Isu. http://azrianasari867.blogspot.com/2012/10/diunduh: Jumat, 16 September 2016.

(21)

263

Referensi

Dokumen terkait

Ada banyak jenis media sosial yang sekarang banyak digunakan salah satu nya adalah facebook, sebuah studi oleh TNS (Taylor Nelson Sofres) untuk facebook kepada 1000 orang

Profitabilitas merupakan salah satu alat analisis keuangan bank yang mengukur kesuksesan manajemen dalam menghasilkan laba atau keuntunganC. dari operasi

Untuk variabel tindakan diperoleh nilai sebesar 5,975 dengan p = 0,000 artinya responden dengan tindakan tidak baik kemungkinan memiliki Kontainer Plastik Makanan Dan

(2011) Studi Tentang Media Pembelajaran Yang Digunakan Pada Mata Pelajaran Seni Budaya Bidang Seni Rupa Di SMP Negeri 1 Probolinggo Jurnal Universitas Negeri

Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja ( purposive sampling ), dengan pertimbangan bahwa wilayah tersebut merupakan areal di sekitar konsesi PT Musi Hutan

FtsK translocation towards the dif sites is oriented by chromosome polarization (represented by the arrowheads). This process is coupled with removal of the catenation links

pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara.. belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan

[r]