Tesis
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Dalam Bidang Pengkajian Islam
Konsentrasi Tafsir Hadis
Oleh:
FAHIMA ABD. GANI
NIM. 99.2.00.1.05.01.0125
O l e h :
Sekolah Pascasarjana
Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah
J A K A R T A
ii
Yang bertanda tangan di bawah ini:
N a m a : Fahima Abd. Gani
N I M : 99.2.00.1.05.01.0125
Tempat/Tgl Lahir : Ternate, 24 Oktober 1964
Alamat : Jln. Pemuda, Kel. Toboleu, Ternate
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis berjudul: “KONSEP AL-SU’AL
DALAM AL-QUR’AN” adalah benar karya asli saya, kecuali kutipan-kutipan yang
disebutkan sumbernya. Apabila terdapat kesalahan dan kekeliruan di dalamnya
sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya yang dapat berakibat gelar kesarjanaan
saya dibatalkan.
Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 2 Maret 2007
iii
Tesis dengan judul: “KONSEP AL-SU’AL DALAM AL-QUR’AN”
yang ditulis oleh: Fahima Abd. Gani, Nomor Pokok: 99.2.00.1.05.01.0125
Konsentrasi Tafsir-Hadis, Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, telah diperbaiki sesuai dengan saran-saran
Tim Penguji dalam sidang ujian Tesis pada hari Jum’at, 19 Januari 2007.
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, M.A. Prof. Dr. H. Suwito, MA.
iv
Tesis dengan judul: “KONSEP AL-SU’AL DALAM AL-QUR’AN”
yang ditulis oleh: Fahima Abd. Gani, Nomor Pokok: 99.2.00.1.05.01.0125
Konsentrasi Tafsir-Hadis, Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, telah diujikan dalam sidang Munaqasyah
pada hari Jum’at, 19 Januari 2007 dan telah diperbaiki sesuai dengan saran dan
masukan Tim Penguji.
TIM PENGUJI
Pimpinan Sidang/Penguji, Pembimbing/Penguji,
Prof. Dr. H. Suwito, MA. Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, MA.
Tanggal: Tanggal:
Penguji, Penguji,
Prof. Dr. Azis Fachrurrozi, MA. Prof. Dr. Rif’at Syauqi Nawawi, MA.
v
I. KONSONAN
ﺀ
= ‘ﺽ
= DHﺏ
=
Bﻁ
=
THﺕ
=
Tﻅ
=
ZHﺙ
=
TSﻉ
=
’ﺝ
=
Jﻍ
=
GHﺡ
=
Hﻑ
=
Fﺥ
=
KHﻕ
=
Qﺩ
=
Dﻙ
=
Kﺫ
=
DZﻝ
=
Lﺭ
=
Rﻡ
=
Mﺯ
=
Zﻥ
=
Nﺱ
=
Sﻭ
=
Wﺵ
=
SYﻩ
=
Hﺹ
=
SHﻱ
=
Yﺓ
=
AH/ATII. VOKAL PENDEK III. VOKAL PANJANG
َ
= aﺍ
َ
=
â
ِ
=
iﻱ
ِ
=
îُ
= uﻭ
= ûIV. DIFTONG V. PEMBAURAN
__
ﻭ
= auﻝﺍ
=
al_
ﻯ
=
aiﺶﻟﺍ
=
al-Syvi
ed. : Edisi
HR : Hadits Riwayat
h : halaman
Q.S. : al-Qur’ân Surat
ra. : Radhiya Allah ’anhu
saw. : Shalla Allah ‘alaihi wa Sallam
SWT. : Subhanahu wa Ta’âla
Tp. : Tanpa Penerbit
vii
ﺣﺮﱠﻟﺍ
ﹺﻦﻤﺣﺮﱠﻟﺍ
ﻪﻠﹼﻟﺍ
ﹺﻢــﺴﹺﺑ
ﹺﻢﻴــ
Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa dipanjatkan ke hadirat
Allah SWT. yang telah menurunkan al-Qur’ân sebagai pedoman dan pelajaran
kepada manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia. Shalawat serta salam
semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad saw. yang telah berhasil
mengimplementasikan seruan-seruan Ilahiyah ke dalam kehidupan realitas
sehari-hari baik yang bersifat legislasi hukum maupun tatanan sosial,
norma-norma kehidupan yang bersifat individu, kemasyarakatan dan bahkan negara.
Selanjutnya, dalam penyelesaian tesis yang berjudul “Konsep al-Su’al
dalam Al-Qur’an” tentunya tidak terlepas dari dukungan dan bantuan moril
maupun materiil dari berbagai pihak baik secara perorangan maupun lembaga,
langsung atau tidak, mulai dari perencanaan, penelitian, penyusunan sampai
pada tahap perampungan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan penghargaan
dan terima kasih setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya tesis ini, khususnya kepada:
1. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan
Direktur Program Pascasarjana yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis dalam melanjutkan pendidikan jenjang strata dua, program magister
pada lembaga yang Bapak pimpin.
2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya MA. selaku pembimbing I dan Bapak
Prof. Dr. Suwito MA. selaku pembimbing II yang telah banyak
memberikan kesempatan dan peluang waktu dalam memberikan
viii
penuh baik moril maupun materiil, serta nasihat-nasihatnya yang tak
terhingga dan tanpa pamrih sedikitpun sehingga penulisan tesis ini dapat
diselesaikan.
4. Untuk Ayah dan Ibu tercinta yang telah mengarahkan dan memberikan
wejangan-wejangan serta dukungan penuh yang dapat memberikan
dorongan kuat kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini.
5. Untuk putra-putraku tercinta, Muhammad Fadli, Faris, Zulkarnain,
Muhammad Shabri, dan Ahmad Khaidar yang telah banyak memberikan
inspirasi dan dorongan kuat sehingga memberikan motivasi kepada penulis
dalam penyusunan tesis ini menjadi kenyataan.
6. Kepada rekan-rekan yang telah banyak membantu terselesaikannya tesis
ini, penulis menyampaikan banyak terima kasih atas segala kontribusi dan
bantuannya.
Akhirnya, penulis mengharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan bagi umat Islam dalam menambah wawasan ilmu pengetahuan.
Demikian,
Wabillah al-Taufiq wa al-Hidâyah, wa al-Salâmu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Maret 2007
ix
B. Identifikasi Penggunaan Makna Sa’ala (Bertanya) serta Perubahan Tashrifnya dalam al-Qur’ân ………
C. Penanya dalam al-Qur’ân ………..
D. Term-term yang Identik dengan Pengertian bertanya …….
E. Perbedaan Antara Bertanya dengan Meminta Fatwa …….
JENIS-JENIS PERTANYAAN (AL-SU’AL) DALAM
AL-QUR’ÂN ………
A. Pertanyaan Tentang Hukum ………
1.Legislasi Infak dan penerimanya ………
2.Legislasi Perang di Bulan Haram ………..
3.Hukum Minuman Beralkohol, Khamar dan Judi ……..
4.Hukum Pengelolaan Harta anak-anak Yatim ………….
x
BAB IV
BAB V
7.Hukum Pembagian Harta Rampasan Perang ………….
B. Pertanyaan Berkenaan dengan Dekatnya Allah …………
C. Pertanyaan Tentang Hari Kiamat ………..
D. Pertanyaan Tentang Tokoh ……….
E. Bentuk Pertanyaan yang Dibenarkan dalam al-Qur’ân ….
ANALISIS TENTANG AL-SU’AL DALAM AL-QUR’ÂN.
A. Motivasi dan Tujuan Bertanya ………
1.Bertanya Karena tidak Tahu ………..
2.Bertanya Karena Ingkar ……….
3.Bertanya Karena Menguji Ilmu Pengetahuan Nabi ……
B. Metode Bertanya Dalam Al-Qur’an ………
1.Bertanya Pada Ahlinya ………..
2.Tidak Berlenihan Dalam Bertanya ………..
C. Etika Menjawab ………..
1.Mengarahkan Penanya Pada Hal yang Berfaedah …….
xi
Makna Penggunaan Sa’ala dalam al-Qur’ân ditinjau dari aspek
pendidikan merupakan salah satu tema yang menarik yang belum mendapatkan perhatian serius di kalangan para pakar pendidikan dalam melakukan penelitian dan kajian konsep metode pendidikan dalam al-Qur’ân. Ia terkait dengan kegiatan aktifitas pendidikan baik secara individual maupun berkelompok yang tercermin dalam kegiatan tanya jawab antar ummat Islam
atau non-muslim dengan nabi Muhammad saw.
Sebagai konsep metode pendidikan, al-Qur’ân telah meletakkan dasar-dasar tatanan bertanya dan menjawab terhadap materi yang ditanyakan serta aturan main etika bertanya dan menjawab sebagaimana dicontohkan nabi Muhammad saw. Saat memberikan jawaban-jawaban yang diperlukan.
Penulis melakukan penelitian dan kajian terhadap ayat-ayat al-Qur’ân yang memiliki kaitan erat dengan metode pendidikan melalui berbagai bahan pustaka dan karya ilmiah yang membahas tentang ayat-ayat tersebut. Sebelum melakukan analisa terhadap konsep metode pendidikan yang tersirat dalam ayat-ayat al-Qur’ân yang memiliki relevansi dengan tesis, penulis lebih dulu memaparkan latar belakang turunnya ayat-ayat tersebut dan menggali kandungan arti yang terdapat di dalam ayat-ayat itu.
Menarik bagi penulis bahwa al-Qur’ân mempunyai konsep metode pendidikan dalam banyak ayat al-Qur’ân yang secara redaksional mengguanakan kata al-Suâl. Al-Qur’ân bahkan menempatkan nilai-nilai moral dan etika dalam melontarkan sebuah pertanyaan dan dalam memberikan jawaban, bahkan al-Qur’ân memandang perlu memberikan suatu jawaban dengan cara menggunakan dalil perbuatan bukan ucapan yang diberikan. Aspek-aspek pendidikan dalam al-Qur’ân dapat penulis kemukakan seperti ditemukannya bentuk-bentuk pertanyaan yang diajukan kepada Rasul dan sekaligus jawaban-jawabannya yang terkait dengan pokok permasalahannya, walaupun pertanyaan dan bentuk jawaban masih bersifat global akan tetapi arahan tersebut amat berharga kehidupan ummat Islam dalam bidang pendidikan.
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’ân adalah kitab yang diturunkan oleh Allah SWT. kepada Nabi
Muhammad saw., melalui perantaraan Malaikat Jibril, yang oleh ummat Islam
dijadikannya sebagai kitab suci, yang berfungsi sebagai pedoman hidup, baik
mengenai aqidah, syari‘at, muamalat maupun berkaitan dengan
persoalan-persoalan kehidupan lainnya. Ia menghimpun semua aturan yang termuat
dalam kitab-kitab sebelumnya, serta menambah dan menyempurnakan
aturan-aturannya.
Di antara tujuan utama diturunkannya al-Qur’ân adalah untuk menjadi
pedoman manusia dalam mengatur hidup dan kehidupan mereka agar
memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.1 Allah SWT. menyebutkan
fungsi al-Qur’an itu dalam berbagai ayat, diantaranya: al-kitâb (
ﺏﺎﺘﻜﻟﺍ
) yangberarti “kitab2, buku” hudan (
ﻯﺪﻫ
) yang berarti “petunjuk”3 , al-furqân41
Al-Zarqani menyebutkan tiga maksud utama diturunkan Al-Qur’ân yaitu petunjuk bagi manusia dan jin, pendukung kebenaran Nabi Muhammad saw., dan agar makhluk beribadah kepada Allah dengan membacanya. Muhammad Abd. al-‘Azim al-Zarqaniy, Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum al-Qur’ân, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1988), Juz II, h.124
2
QS. al-Baqarah [2]: 2
ﲔﻘﺘﻤﹾﻠﻟﻯﺪﻫﻪﻴﻓﺐﻳﺭﺎﹶﻟﺏﺎﺘﻜﹾﻟﺍﻚﻟﹶﺫ
Artinya: Kitab (al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.
3
QS. Al-Naml [27]: 2
ﲔﹺﻨﻣﺆﻤﹾﻠﻟﻯﺮﺸﺑﻭﻯﺪﻫ
Artinya: Untuk menjadi petunjuk dan berita gembira untuk orang-orang yang beriman. 4
QS. al-Furqan [25]: 1
ﻥﺎﻗﺮﻔﻟ
(
ﺍ
) yang berarti “pembeda” antara yang hak dan yang batil dan antarayang baik dan yang buruk, rahmat (
ﺔﲪﺭ
) yang berarti “rahmah”5, dzikir (ﺮﻛﺫ
)yang berarti “peringatan”6, syifâ’ (
ﺀﺎﻔﺷ
) yang berarti “penawar hati”7,maw’izhah (
ﺔﻈﻋﻮﻣ
) yang berarti “pelajaran”8 dan tibyân (ﺎﻧﺎﻴﺒﺗ
) yang berarti“penjelasan” bagi segala sesuatu9.
Artinya: Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.
5
QS. al-A’raf [7]: 52
ﻜﹺﺑﻢﻫﺎﻨﹾﺌﹺﺟﺪﹶﻘﹶﻟﻭ ﹶﻥﻮﻨﻣﺆﻳﹴﻡﻮﹶﻘﻟﹰﺔﻤﺣﺭﻭﻯﺪﻫﹴﻢﹾﻠﻋﻰﹶﻠﻋﻩﺎﻨﹾﻠﺼﹶﻓﹴﺏﺎﺘ
Artinya: Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al Qur'an) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami; menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman).
6
QS. al-Anbiya’ [21]: 50
ﹶﻥﻭﺮﻜﻨﻣﻪﹶﻟﻢﺘﻧﹶﺄﹶﻓﹶﺃﻩﺎﻨﹾﻟﺰﻧﹶﺃﻙﺭﺎﺒﻣﺮﹾﻛﺫﺍﹶﺬﻫﻭ
Artinya: Dan Al Qur'an ini adalah suatu kitab (peringatan) yang mempunyai berkah
yang telah Kami turunkan. Maka mengapakah kamu mengingkarinya?).
7
QS. al-Isra’ [17]: 82
ﺍﺭﺎﺴﺧﺎﱠﻟﹺﺇﲔﻤﻟﺎﱠﻈﻟﺍﺪﻳﹺﺰﻳﺎﹶﻟﻭﲔﹺﻨﻣﺆﻤﹾﻠﻟﺔﻤﺣﺭﻭﹲ ٌﺀﺎﹶﻔﺷﻮﻫﺎﻣﻥﺍَﺀﺮﹸﻘﹾﻟﺍﻦﻣﹸﻝﺰﻨﻧﻭ
Artinya: (Dan Kami turunkan dari Al Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian).
Pada dasarnya, al-Qur’ân merupakan buku petunjuk dan keagamaan,
namun pembicaraan dan kandungan isinya tidak terbatas pada bidang
keagamaan saja, tetapi meliputi berbagai macam persoalan.10
Kompleksitas pembicaraan dan kandungan isi al-Qur’ân dapat dijadikan
bukti bahwa al-Qur’ân adalah kitab keagamaan yang berdimensi banyak dan
berwawasan luas.11 Meskipun demikian, al-Qur’ân sangat jarang menyajikan
sesuatu masalah secara terinci dan detail. Pembicaraan al-Qur’ân pada
umumnya bersifat global, parsial dan seringkali menampilkan suatu masalah
dalam prinsip-prinsip pokok saja. Al-Qur’ân dalam membicarakan suatu
masalah tidak tersusun secara sistematis, seperti yang dikenal dalam
buku-buku ilmu pengetahuan yang dikarang oleh manusia.
Walaupun al-Qur’ân tampil tidak memenuhi nilai sistematika ilmiah
jika dibandingkan dengan kitab, atau buku-buku karangan manusia, namun
al-Qur’ân memiliki nilai keunggulan yang tidak dimiliki oleh kitab-kitab atau
buku-buku karangan manusia. Mulai dari redaksi sampai makna yang
dikandungnya tidak berubah sedikit pun, dan tidak ada antitesis baru yang
semisal dengan al-Qur’ân. Al-Qur’ân tetap utuh baik redaksional maupun
makna atau arti yang sesungguhnya. Hal sesuai dengan jaminan Allah yang
terdapat dalam firmannya:
10
Harifuddin Cawidu, Konsep Kufr dalam Al-Qur’ân: Suatu Kajian Teologis dengan Pendekatan Tafsir Tematik, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), h. 4.
11
ﹶﻥﻮﹸﻈﻓﺎ
ﺤ
ﹶﻟ
ﻪﹶﻟ
ﺎﻧﹺ
ﺇ
ﻭ
ﺮﹾﻛ
ﱢ
ﺬﻟﺍ
ﺎﻨﹾﻟﺰﻧ
ﻦ
ﺤ
ﻧ
ﺎﻧﹺ
ﺇ
Artinya: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.12 (QS. Al-Hijr
[15]: 9)
Demikianlah Allah menjamin keotntikan al-Qur’an, jaminan yang
diberikan atas dasar kemahakuasaan dan kemahatahuan-Nya, serta berkat
upaya-upaya yang dilakukan oleh makhluk-makhluknya, terutama oleh
manusia. Dengan jaminan ayat di atas setiap muslim percaya bahwa apa
yang dibaca, dan didengarnya sebagai al-Qur’an tidak berbeda sedikitpun
dengan apa yang pernah dibaca oleh Rasulullah Saw. dan didenganr serta
dibaca oleh sahabat nabi Saw.13 Hal ini menunjukkan bahwa al-Qur’ân
memiliki kandungan makna atau rahasia yang cakupannya sangat luas, dan
untuk memahami dengan baik dan jelas memerlukan kajian yang
komprehensif berdasarkan kaidah-kaidah serta metodologi yang kuat.
Kecenderungan setiap orang untuk mempelajari al-Qur’ân
menggambarkan bahwa al-Qur’ân senantiasa aktual untuk dipedomani.
Al-Qur’ân teruji keabsahannya sejak empat belas abad yang silam sampai
dengan saat ini.
Rasyid Ridha menyatakan bahwa sekiranya al-Qur’ân disusun
menurut bab dan pasal secara sistimatis seperti yang terdapat dalam
buku-buku ilmu pengetahuan, maka al-Qur’ân sudah lama menjadi usang dan
12
Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian al-Qur’an selama-lamanya.
13
ketinggalan zaman, justru dalam sistematika yang unik itulah yang
menyalahi sistematika ilmu pengetahuan, terletak keistimewaan dan
kekuatan al-Qur’ân.14
Sebagaimana diketahui bahwa al-Qur’ân membahas berbagai
cakupan persoalan, al-Qur’ân tidak terfokus pada satu persoalan saja, tetapi
meliputi berbagai dimensi kehidupan manusia. Mulai dari persoalan
‘aqîdah, syarî’ah, mu’âmalah sampai pada dunia pengetahuan secara
umum, yang kesemuanya dijelaskan secara global sehingga membutuhkan
kajian-kajian intensif dan terkonsentrasi pada bidangnya masing-masing.
Al-Qur’ân sesugguhnya menjadi landasan dan petunjuk terutama bagi
ummat Islam, dalam rangka mencari atau mendudukkan sebuah
permalasahan karena ia adalah sumber kebenaran dari sebuah pengetahuan.
Ia menjadi petunjuk baik dalam konteks ummat manusia pada umumnya
ataupun petunjuk khususnya bagi ummat Islam. Sebagaimana ditemukan di
dalam al-Qur’ân itu sendiri dengan kata-kata “hudan li al-Nâs15 dan hudan
li al-Muttaqîn”, 16 tentunya disinilah menggambarkan atau mencerminkan
bahwa al-Qur’ân tidak saja berbicara masalah-masalah yang berkaitan
dengan aqidah dan syari’ah saja, akan tetapi al-Qur’ân juga menjelaskan
berbagai macam cakupan permasalahannya. Baik kandungan yang
14
Rasyid Rida, Al-Wahy Al-Muhammadiy, (Tt, Al-Maktab Al-Islâmiy, Tth), h. 142-143 15
QS. Al-Baqarah: 185 16
terungkap dalam bentuk global (garis besar saja) ataupun penjelasan yang
bersifat jelas bahkan didapati pula penjelasan yang bersifat teknis.
Salah satu dari sekian permasalahan yang ditemukan dalam al-Qur’ân
adalah konsep-konsep bertanya yang mengandung aspek pendidikan,
al-Qur’ân dalam menyampaikan materi pendidikan, menawarkan berbagai
pendekatan dan metode. Salah satu di antaranya yaitu metode bertanya,
yakni di dalam al-Qur’an terdapat bentuk-bentuk pertanyaan yang ditujukan
kepada Rasul dan sekaligus jawaban-jawabannya yang berkaitan dengan
pokok permasalahan tersebut, walaupun pertanyaan dan bentuk jawaban itu
masih bersifat global, dengan maksud mengarahkan perhatian manusia
kepadanya dan kepada uslub al-Qur’ân, disamping menunjukkan
kandungannya berupa hukum, hikmah dan makna yang memberikan
pengaruh baik, dan arahan berharga terhadap kehidupan orang mukmin,
baik yang bersifat khusus maupun umum.
Manusia memiliki naluri ingin tahu. Akan tetapi dia juga memiliki
keterbatasan. Akalnya tidak mampu mengetahui segala sesuatu. Agama
sama sekali tidak melarang seseorang untuk bertanya. Banyak pertanyaan
para sahabat Nabi saw. yang dijawab oleh al-Qur’ân, demikian juga oleh
Nabi Muhammad saw. bahkan al-Qur’ân memerintahkan agar bertanya
kepada yang mengetahui.17
17
Perintah bertanya dengan menggunakan kata Kata “is-alû”
(
ﺍﻮﻟﺎ
ﺳ
ﺍ
)
yang artinya tanyakanlah bisa diartikan dengan:18
1. Bertanya biasa seperti bertanya yang kita kenal sehari-hari.
2. Bertanya jawab/dialog atau tukar pikiran dan mengadakan diskusi
dengan orang-orang yang sudah ahli.
3. Belajar kepada orang yang sudah ahli.
4. Meneliti dan mempelajari pikiran-pikiran para ahli ilmu yang tidak
mungkin bisa bertemu secara langsung karena sudah meninggal, jauh
tempatnya, atau karena sebab-sebab lainnya.
Akan tetapi al-Qur’ân juga melarang bentuk pertanyaan, yang jika
dijawab akan menyusahkan dan berdampak negatif bila didengar seperti
terdapat dalam Q.S. al-Mâ´idah [5]: 101
Ada juga pertanyaan yang tidak mampu dicerna jawabannya oleh
penanya. Dalam hal semacam ini pertanyaan itu sebaiknya tidak dijawab
atau bahkan tidak perlu ditanyakan. Seperti antara lain terdapat pada Q.S.
al-Isrâ’ [17] : 85
Materi pertanyaan di dalam al-Qur’ân yang diajukan kepada
Rasulullah saw. jika ditinjau dari pembatasan yang ditanyakan atau arah
pertanyaan itu bermacam-macam. Di antara pertanyaan itu ada yang terbatas
dan jelas, seperti pertanyaan tentang bulan haram dan ada pula pertanyaan
18
yang tersembunyi dan baru diketahui dari jawabannya. Seperti pertanyaan
tentang khamar, anak-anak yatim dan haid.
Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti
ayat-ayat al-Qur’ân yang mengungkapkan tentang pertanyaan. Dengan
kajian dan penelitian itu, akan ditemukan bagaimana sesungguhnya makna
al-Su’al dalam al-Qur’ân dan metode bertanya menurut al-Qur’an.
B. Rumusan dan Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas dan
sesuai dengan judul penelitian ini, yakni Konsep al-Su’al dalam al-Qur’ân,
(kajian tematik tentang metode bertanya menurut al-Qur’an) maka kajian di
dalamnya akan dikonsentrasikan pada pembahasan metode tanya-jawab
yang diungkapkan dalam al-Qur’ân. Adapun permasalahan pokok yang
akan diangkat ialah bagaimana metode bertanya menurut al-Qur’ân? Agar
pembahasan dapat terarah, permasalahan pokok ini dijabarkan kepada
beberapa sub masalah sebagai berikut:
1. Apakah hakekat al-Su’al menurut al-Qur’ân.?
2. Bagaimanakah bentuk-bentuk Pertanyaan dalam al-Qur’an
3. Bagaimana Metode bertanya dan menjawab menurut al-Qur’ân.?
Pembahasan terhadap permasalahan yang dikemukakan di atas
dibatasi pada tinjauan secara cermat terhadap konsepsi Tanya-jawab dalam
berbicara sendiri tentang bertanya Kajian ini akan dirinci kepada apa,
bagaimana dan untuk apa pertanyaan itu menurut al-Qur’ân. Dengan
demikian pembahasan tesis ini berpijak pada pemikiran filosofis yang
meliputi ontologi, epistemologi, dan aksiologi, pertanyaan serta posisinya
sebagai metode bertanya menurut al-Qur’ân. Dengan batasan seperti ini,
pembahasan yang dilakukan berusaha merumuskan konsep bertanya yang
dapat dipahami dari ungkapan al-Qur’ân.
Hadits-hadits yang membicarakan tentang al-su’al terutama yang
membahas tentang asbab al nuzul dari al-su tidak diabaikan, karena hadis
pada dasarnya tidak bisa dipisahkan dengan al-Qur’ân. Paling tidak
hadis-hadis itu akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan ataupun pelengkap
pembahasan untuk memperoleh kajian yang lebih utuh dan konperhensip.
C. Tujuan Penelitian
Terkait dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini dilakukan
dengan tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui dengan jelas hakekat al-Su’al dalam al-Qur’ân.
2. Mengetahui beberapa bentuk pertanyaan dan tujuan bertanya dalam
al-Qur’an
3. Mengetahui Metode dan etika bertanya serta menjawab menurut
D. Kajian Kepustakaan
Dalam tulisan ini, yang menjadi inti pembahasan adalah kajian tentang
al-Su’al dalam al-Qur’an yang yang dibatasi pada hakekat pertanyaan,
bentuk pertanyaan serta metode bertanya dan ertika yanya jawab. Kajian ini
diangkat setelah menelusuri tulisan-tulisan sebelumnya dansetelah diteliti,
belum ada penelitian ilmiah yang secara khusus mengkaji masalah
pertanyaan dalam al-Quran dengan kajian yang menyeluruh, terutama
posisinya sebagai metode bertanya dalam al-Qur’ân, dengan menggunakan
metode tafsir maudhu’i. Kajian dan penelitian yang satu-satunya pernah
diangkat oleh Muhammad Syahnan adalah Istifham dalam al-Qur’an yang
mengkaji dari segi ilmu ma’ani bukan dari segi konsep bertanya dan
metode. Dengan demikian penelitian ini bukanlah pengulangan dari kajian
peneliti lain. Penelitian ini diharapkan menghasilkan pemikiran baru
tentang al-sual menurut al-Qur’ân dan kaitannya dengan metode bertanya
menurut al-Qur’ân yang belum diungkapkan oleh penulis-penulis lain.
E. Metode Penelitian.
Penelitian ini bersifat kepustakaan yakni semua bahan informasi yang
dibutuhkan bersumber dari bahan pustaka. Karena obyek penelitian ini
berupa ayat-ayat al-Quran yang terhimpun dalam beberapa surat dan
ilmu tafsir dengan metode “maudu’i” (pendekatan tematik), yaitu suatu
metode tafsir yang berusaha mencari ayat-ayat al-Qur’ân tentang suatu
masalah tertentu dengan jalan menghimpun seluruh ayat dimaksud, lalu
menganalisisnya lewat ilmu-ilmu bantu yang relevan dengan masalah yang
dibahas, untuk kemudian melahirkan konsep yang utuh dari al-Qur’ân
tentang masalah tersebut.19 Yang secara operasionalnya meliputi
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menetapkan Al-Su’al sebagai tema.
2. Menghimpun ayat-ayat al-Quran yang relevan dengan pertanyaan.
3. Memberikan uraian dan penjelasan dengan mengemukakan pendapat
para mufassir. Serta menggunakan lmu bantu yang relevan dengan
masalah yang dibahas, dengan memahami sebab turunnya dan munasabat
ayat.
Untuk kesempurnaan informasi digunakan rujukan utama dari
berbagai kitab tafsir antara lain: Tafsir Al-Quran Al-Azhim.20 Karya Ismail
bin Anwar bin Katsir, Tasir Al-Maraghi, karya Ahmad Mustafa
al-Maraghi, Tafsir al-Qur’ân al-Karim al-Syahir bi al-Tafsir al-Manar, karya
Syeikh Muhammad Rasyid Rida, Shafwat at-Tafsir karya Muhammad Ali
19
Abd. al-Hay al-Farmawiy, Al-Bidayat fi Tafsir al-Mauduiy, (Mesir: Maktabah al-Jumhuriyah, 1977), h. 52
20
Tafsir ini merupakan salah satu kitab tafsir yang terkenal dan termasuk tafsir bi al-ma’tsur, yaitu tafsir yang merujuk pada penafsiran al-Quran dengan ayat Al-Quran atau penafsiran al-Quran dengan al-Hadits melalui penuturan para sahabat.Lihat M. Qurash Shihab,
Metode Penyusunan Tafsir yang Berorientasi pada Sastra dan Kemasyarakatan, (Ujung Pandang:
al-Sabuni, , al-Tafsir al-Munir fi al-Aqidah wa al-Syariah wa al-Manhaj,
karya Wahbah al-Zuhaeli, Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian
al-Qur’ân karya M. Quraish Shihab, serta kitab tafsir lainnya akan dijadikan
acuan dalam penelitian ini, dan untuk memudahkan pelacakan ayat-ayat
al-Quran dipergunakan al-Mu’jam al Mufahras li Al-fadz al-Quran al-Karim
karya Muhammad Fuad Abdul al-Baqi. Al-Zarkasyi, Burhan fi Ulum
Al-Qur’ân,
Untuk mengetahui maksud kata-kata dan istilah tertentu dari
ayat-ayat al-Quran, digunakan kitab Mu’jam al-Mufradat li al-fadz al-Quran,
karya al-Raghib Al-Asfahani dan Mu’jam Muqayis al-Lughah, karya Abi
Al-Husain Ahmad Ibnu Faris Ibn Zakariya, serta kamus bahasa arab seperti:
Lisan al-Arab Susunan Ibnu Manshur al-Anshari. Demikian pula
karya-karya Tafsir seperti “Mukhtasar Tafsir Ibn Katsir” karya al-Imam al-Jalil
al-Hafid Imaduddin Ismail Bin Katsir, dan “Tafsir Al-Qur’ân Hakim
al-Syahir Bitafsir al-Manar” karya Syeikh Abdul Rasid Rida, serta “At-Tafsir
al-Munir Fi al-Aqidah wa al-Syariah wa al-Manhaj” karya Prof. Dr.
Wahbah al-Zuhaeli, dan “Ahkam Al-Qur’ân” karya Abu Bakar Muhammad
Bin Abdullah Ibn Al-Arabi. Jalaluddin As-Suyuti As Syafi’I, Al-Itqan fi
Ulum Al-Qur’ân,
Untuk kesempurnaan informasi, meskipun yang menjadi dasar
menggunakan buku-buku penunjang sebagai pelengkap berkenaan dengan
pembahasan sepanjang pendekatan itu relevan dengan masalah yang
dibahas.
F. Sitematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan secara keseluruhan, tesis ini dibagi ke
dalam lima bab sebagai berikut ;
BAB I : Pendahuluan yang meliputi, latar belakang masalah, rumusan
dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, dan
metodologi penelitian serta sistematika penelitian.
BAB II : Pengungkapan al-su’al dalam al-Qur’ân terdiri dari; pengertian
al-su’al, identifikasi penggunaan makna
ﻝﺄ
ﺳ
(bertanya) dansegala perubahan tashrifnya dalam Qur’an, Penanya dalam
al-Qur’ân, term-term yang identik dengan makna al-su’al, serta
peebedaan antara bertanya dan meminta fatwa.
BAB III: Jenis-jenis pertanyaan dalam al-Qur’ân yang meliputi pertanyaan
tentang hukum yang terdiri dari legislasi infak dan penerimanya,
legislasi perang di bulan haram, hukum minuman beralkohol,
khamar dan judi, hukum pengelolaan harta anak-anak yatim hukum
wanita yang sedang haidh hukum penentuan makanan yang halal,
dan hukum Pembagian harta rampasan perang. Demikian juga
kiamat, serta pertanyaan tentang tokoh sejarah dan bentuk
bertanya yang dibenarkan dalam al-Qur’ân.
BAB IV: Analisis tentang al-su’al dalam al-Qur’ân yang meliputi motivasi
dan tujuan bertanya, yang terdiri dari bertanya karena tidak tahu,
bertanya karena ingkar dan bertanya karena menguji pengetahuan
Nabi. Metode bertanya yang terdiri dari bertanya kepada ahlinya,
dan tidak berlebihan dalam bertanya. Etika menjawab terdiri dari
menjawab dengan ilmu pengetahuan, mengarahkan penanya pada
hal yang berfaedah, dan menjawab dengan dalil perbuatan.
15
PENGUNGKAPAN AL-SU’AL DALAM AL-QUR’ÂN
A. Pengertian al-Su’al
Secara etimologi, kata su’al berasal dari kata dasar sa’ala yas-alu
su-alan mas’alatan
ﺔﻟﺎﺴﻣﻭ
ﻻ
ﺍﺆ
ﺳ
-
ﻝﺎﺴﻳ
-
ﻝﺎ
ﺳ
(bentuk fi’il madhi mujarrad atauverbal lampau simpel aktif) yang ikut wazan fa’ala, yang berakar dari tiga
huruf yaitu s-a-l, yakni kata kerja tiga huruf ( Fi’il tzulatzi ) Ibn al-Mandhur,
dalam kitabnya Lisan al-Arab menyatan bahwa kata sa’ala ini dapat memiliki
beberapa pengertian yaitu : (a) “meminta” seperti
ﻻ
ﺎﻣ
ﻪﺘ
ﻟﺄ
ﺳ
yang berarti sayameminta harta kepadanya1. (b) memohon” seprti pada ayat
ﻊ
ﻗﺍﻭ
ﺏﺍﺬﻌﺑ
ﻞﺋ
ﺎ
ﺳ
ﻝﺄ
ﺳ
yakni “Seorang peminta telah memohon kedatangan azab yang bakal
terjadi“ (Q.S. al-Ma’arij : 1 ). (c) bertanya atau “menanyakan sesuatu”, Yakni
jika kata tersebut disertai dengan bentuk preposisi “an” yang berkedudukan
sebagai huruf Jar seperti pada ayat
ﻲ
ﻨﻋ
ﻱﺩﺎﺒﻋ
ﻚﹶﻟﹶﺄ
ﺳ
ﺍﹶﺫﹺ
ﺇ
ﻭ
“dan apabilahambaku bertanya tentang aku …” (QS. Al-Baqarah [2]: 186).2
Dari akar kata tersebut lahirlah banyak arti jika mengalami perubahan
tashrif yang berbeda-beda, seperti kata
ﻞﺋ
ﺎﺴﻟﺍ
yang berarti yang bertanya,pengemis, dan peminta-minta seperti disebut dalam Qur’an surat
al-Dhuha ayat 10
ﺮ
ﻬ
ﻨﺗ
ﻼ
ﻓ
ﻞﺋ
ﺎﺴﻟﺍ
ﺎﻣﺍﻭ
(dan terhadap orang yang meminta-mintamaka janganlah kamu menghardiknya) Dan surat al-Dzariyat ayat 19
ﰱ
ﻡﻭﺮ
ﶈ
ﺍﻭ
ﻞﺋ
ﺎﺴﻠﻟ
ﻖ
ﺣ
ﻢ
ﳍ
ﺍﻮﻣﺍ
(Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk1
Ibn al-Manzhur, Lisan al-Arab, Jild 4, (Kairo: Dar al-Qahirah, 2003), h. 544. 2
orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian).
Dari kata dasar ini lahir pula kata
ﺔﻴ
ﻟﺆﺴ
ﳌ
ﺍ
yang berarti tanggung jawab atauresponsibelitas, adapun
ﻝﻮ
ﺌﺴ
ﳌ
ﺍ
berarti yang ditanya atau dimintapertanggung jawaban.3 Seperti pada surat al-Isra ayat 36
ﺮﺼﺒﹾﻟﺍﻭ
ﻊ
ﻤﺴﻟﺍ
ﱠﻥﹺ
ﺇ
ﺴﻣ
ﻪﻨﻋ
ﹶﻥﺎﹶﻛ
ﻚﺌﹶﻟﻭﹸ
ﺃ
ﱡﻞ
ﹸﻛ
ﺩﺍﺆﹸﻔﹾﻟﺍﻭ
ﺎﹰﻟﻮﹸﺌ
(… Sesungguhnya pendengaran,penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya)
Sedang
ﺔﻠﺌﺴ
ﳌ
ﺍ
berarti problematika atau issu. Perubahan dalam kata kerja,baik menjadi bentuk kata kerja lampau, sekarang atau yang akan datang,
maupun bentuk kata kerja perintah, pengertian kata
ﻝﺎ
ﺳ
tidak merubah artisebagaimana sediakala.
Menurut Al-Asfahaniy, Kata sa’ala (
ﻝﺄ
ﺳ
) dan segala perubahantashrifnya mempunyai pengertian meminta dan bertanya . yakni meminta
ilmu pengetahuan atau apa yang membutuhkan pengetahuan, dan meminta
harta atau apa yang membutuhkan harta. Meminta pengetahuan (bertanya)
jawabannya pada lidah dan tangan sebagai wakil dengan menulis atau
memberikan isyarat, sedangkan meminta harta jawaban pada tangan dan
lidah yang mewakilinya baik dalam bentuk janji atau dengan jawaban
menolak.4
3
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progressif, 2002), Cet. ke-25, h. 600.
4
Kata sa’ala dan segala tashrifnya jika merupakan permintaan harta
maka lazimnya diungkapkan bendanya langsung atau dengan kata depan
min5 seperti di dalam firman Allah:
ﻦﻫﻮﹸﻟﹶﺄ
ﺳ
ﺎﹶﻓ
ﺎﻋﺎﺘﻣ
ﻦﻫﻮﻤﺘﹾﻟﹶﺄ
ﺳ
ﺍﹶﺫﹺ
ﺇ
ﻭ
ﻦﻣ
ﹴﺏﺎ
ﺠ
ﺣ
ِﺀﺍﺭﻭ
Artinya:“Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri-isteri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir”. (Q.S. al-Ahzab
Artinya: “Dan mintalah kepada Allah dari sebagian karunia-Nya”. (Q.S. Al-Nisâ’ [4]: 32).
Kata sa’ala dengan segala tashrifnya jika merupakan permintaan
pengetahuan (pertanyaan) maka redaksinya membutuhkan obyek yang
kedua (maf’ul ats-tsani) kadang kadang dengan menyebut bendanya dan
kadang-kadang diantarai dengan huruf jar. Seperti kata “sa’altuhu kaza”
(saya bertanya kepadanya begini ) atau sa’altuhu an kazaa (saya bertanya
kepadanya tentang ini). Wa bi kazaa. Biasanya kata depan (huruf jar) ‘an’
lebih banyak digunakan.6 Hal ini sejalan dengan kaedah kebahasaan, yaitu
kata:
(
ﻝﺎﺴﻳ
)
yas-alu disertai dengan huruf preposisi(
ﻦﻋ
)
‘an maka iaberartibertanya, seperti pertanyaan tentang ruh,7 pertanyaan tentang kisah
Dzulqarnain8, pertanyaan tentang peperangan9 dan pertanyaan tentang
5
Al-Ragib al-Ashfahaniy, Mu’jam Mufradat Alfaz al-Qur’ân, h. 225 6
Al-Ragib al-Asfahaniy, Mu’jam Mufradat Alfaz al-Qur’ân, h. 225 7
QS, al-Isrâ [17]: 85
ﻲﺑﺭﹺﺮﻣﹶﺃﻦﻣﺡﻭﺮﻟﺍﹺﻞﹸﻗﹺﺡﻭﺮﻟﺍﹺﻦﻋﻚﻧﻮﹸﻟﹶﺄﺴﻳﻭ
Artinya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku,
8
QS. Al-Kahfi [18]: 83
kedekatan Allah dengan hambanya10 sedangkan bila tanpa ‘an maka ia
Artinya:“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku”.
(Q.S. al-Baqarah [2]: 186).
Mencermati penjelasan makna kata sa’ala dan segala tashrifanya
tersebut, penulis menarik kesimpulan bahwa kata kerja sa’ala baik berupa fi’il
madhi, (Kata kerja masa lalu ) mudhari’( Kata kerja masa sekarang ) maupun
amar (Kata Kerja perintah ) baik yang positif maupun negatif yang terdapat
dalam al-Qur’an menggunakan tiga pengertian sebagai berikut :
1. Meminta
Penggunaan pengertian meminta pada kata
ﻝﺄ
ﺳ
sa’ala dan segalatasrifnya dalam al-Qur’an dapat ditemukan pada 39 ayat dalam surah yang
berbeda-beda yakni pada surah al-Ma’arij : 1 dan 25, surah al-Nisa : 153 dan 1,
surah Baqarah : 61 dan 108 serta 119 dan 134, 141, 177, 273, surah
al-Dzariyaat : 19, surah al-Dhuha : 10, surah al-An’am : 90, surah yunus : 72,
Artinya: Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulqarnain. Katakanlah: "Aku akan bacakan kepadamu cerita tentangnya".
9
QS, al- Anfâl [8]: 1.
ﹺﻝﻮﺳﺮﻟﺍﻭﻪﱠﻠﻟﹸﻝﺎﹶﻔﻧﹶﺄﹾﻟﺍﹺﻞﹸﻗﹺﻝﺎﹶﻔﻧﹶﺄﹾﻟﺍﹺﻦﻋﻚﻧﻮﹸﻟﹶﺄﺴﻳ
Artinya: Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah: "Harta rampasan perang itu kepunyaan Allah dan Rasul.
10
Q.S. al-Baqarah [2]: 186
ﻋﻱﺩﺎﺒﻋﻚﹶﻟﹶﺄﺳﺍﹶﺫﹺﺇﻭ
ﺐﻳﹺﺮﹶﻗﻲﻧﹺﺈﹶﻓﻲﻨ
Artinya: Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat.
11
surah Huud : 29 dan 51, surah al-Furqan : 57, surah al-Syu’ara : 109, 127, 145,
164, 180, surah Shad : 86 dan 24, surah al-Syuura : 23, surah Yusuf : 104,
surah al-Thuur : 40, surah al-Qalam : 46, surah al-Rahman : 29, surah Thaha :
36 dan 132, surah al-Mu’minun : 72, surah al-Ahzab : 14, surah Saba : 47,
surah Yasin : 21, surah Muhammad : 36 dan 37, surah al-Mumtahanah : 10.
dalam bentuk kata jadian yang berfariatif, ada yang berbentuk kata kerja masa
lampau positif dan negatif, masa sekarang positif dan negatif, kata kerja
imferatif, kata pelaku, serta bentuk kata jadian (Isim ) seperti misalnya pada
beberapa contoh berikut :
1. Bentuk kata kerja masa lampau positif dan negatif.
a. kata
ﹲﻞ
ﺋ
ﺎ
ﺳ
ﹶﻝﹶﺄ
ﺳ
artinya seorang peminta telah meminta.12Ibnu Katsir memberikan penafsiran bahwa orang non muslim (kafir)
meminta segera diturunkannya azab (siksaan) kepada mereka di dunia bukan di
hari kemudian. Mereka bahkan mengatakan wahai Tuhan jika kebenaran ini
datang dari-Mu, maka hujanilah kami dari langit berupa batu atau
datangkanlah siksaan yang pedih kepada kami.13
b. kata
ﻢﺘﹾﻟﹶﺄ
ﺳ
yang berarti kamu minta.14Artinya : “ Seseorang Telah meminta kedatangan azab yang akan menimpa” .
13
Imad al-Din abi al-Fida ismail Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, (Beirut: Muassasat al-Kutub al-Tsaqarat, t.th.), h. 547
Imam Muhammad al-Razy dalam tafsirnya menyebutkan bahwa
motifasi permintaan yang melatar belakangi kaum nabi Musa terdiri dari empat
motivasi yaitu : (1) mereka merasa hanya mengkonsumsi satu jenis makanan
selama empat puluh tahun lamanya sehingga menghendaki jenis makanan lain.
(2) dapat pula mereka tidak terbiasa mengkonsumsi makanan tersebut
melainkan jenis makanan lain. (3) Oleh karena mereka merasa bosan dengan
makanan yang itu-itu saja sehingga meminta jenis makanan lain yang terdapat
di daerah lain. (4) Mereka menganggap bahwa mengkonsumsi satu jenis
makanan saja dapat mengurangi nafsu birahi dan memperlemah alat
pencernaan.15 Permintaan inilah mendapat jawaban dari nabi Musa agar
mereka pergi ke suatu kota agar mendapatkan apa yang diminta.
c. Kata
ﻢﹸﻜﺘﹾﻟﹶﺄ
ﺳ
seperti dalam kalimatﹴﺮﺟﹶ
ﺃ
ﻦﻣ
ﻢﹸﻜﺘﹾﻟﹶﺄ
ﺳ
ﺎﻤﹶﻓ
(aku tidak meminta (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mintalah untuk kami kepada Tuhanmu, agar dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya”. Musa berkata: “Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik ? pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta”. Lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) Karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) Karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas.15
Imam Muhammad bin al-Husain Fakhruddin al-Razi, Tafsir Al-Kabir, jilid II, (Kairo: Dar al-Fikr, t.th.), h. 106
16
QS. Q.S. Yunus [10]: 72
ﻠﺴﻤﹾﻟﺍﻦﻣ ﹶﻥﻮﹸﻛﹶﺃﹾﻥﹶﺃﺕﺮﻣﹸﺃﻭﻪﱠﻠﻟﺍ ﻰﹶﻠﻋﺎﱠﻟﹺﺇﻱﹺﺮﺟﹶﺃﹾﻥﹺﺇﹴﺮﺟﹶﺃﻦﻣ ﻢﹸﻜﺘﹾﻟﹶﺄﺳﺎﻤﹶﻓﻢﺘﻴﱠﻟﻮﺗﹾﻥﹺﺈﹶﻓ ﲔﻤ
Dalam menafsirkan ayat ini syeikh Ali Al-Sabuniy menyebutkan bahwa
jika kalian (non muslim penduduk Mekkah) tidak menghiraukan nasihat dan
peringatanku (Nabi Nuh), semata-mata bukan karena hanya meminta imbalan
dari kalian. Nasihat dan peringatan diberikan karena kesesatan kalian
menempuh jalan sesat17
Kata yang sama pada ayat yang lain menjelaskan tentang Rasulullah
Saw. tidak meminta upah kepada mereka tetapi yang diminta Rasulullah Saw.
Sebagai upah ialah agar mereka beriman kepada Allah dan iman itu ialah buat
kebaikan 18
Dalam menafsirkan ayat tersebut al-Thabari menuliskan Sesungguhnya
Saya (Nabi Muhammad) tidak meminta kepada kalian imbalan, sehingga
kalian dapat mengira bahwa ajakan atau himbauan Saya ini semata mata untuk
mendapatkan uang dari kalian. 19
d. Kata
ﺍ
ﻮﹸﻠﺌ
ﺳ
artinya mereka diminta 2017
Muhammad Ali al-Sabuni, Shafwat at-Tafsir jilid I, h 592 18 Upahku hanyalah dari Allah, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu".
19
Ibnu Jarir Al-Thabari Jami’ Al-Bayanfî Tafsir al-Qur’ân Beirut: Dar al-Tiba’ah jilid 12, h. 22 Q.S. Saba’ [34]: 47
ﺪﻴﹺﻬﺷٍﺀﻲﺷ ﱢﻞﹸﻛﻰﹶﻠﻋﻮﻫﻭﻪﱠﻠﻟﺍﻰﹶﻠﻋﺎﱠﻟﹺﺇﻱﹺﺮﺟﹶﺃﹾﻥﹺﺇﻢﹸﻜﹶﻟﻮﻬﹶﻓﹴﺮﺟﹶﺃﻦﻣﻢﹸﻜﺘﹾﻟﹶﺄﺳﺎﻣﹾﻞﹸﻗ
Artinya: Katakanlah: "Upah apapun yang aku minta kepadamu, maka itu untuk kamu. Upahku hanyalah dari Allah, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu".
20
Q.S. al-Ahzâb [33]: 14
ﺍﲑِﺴﻳ ﺎﱠﻟﹺﺇﺎﻬﹺﺑﺍﻮﹸﺜﺒﹶﻠﺗﺎﻣﻭﺎﻫﻮﺗﺂﹶﻟﹶﺔﻨﺘﻔﹾﻟﺍ ﺍﻮﹸﻠﺌﺳﻢﹸﺛﺎﻫﹺﺭﺎﹶﻄﹾﻗﹶﺃﻦﻣﻢﹺﻬﻴﹶﻠﻋﺖﹶﻠﺧﺩﻮﹶﻟﻭ
Pengertian kata
ﺍﻮﹸﻠﺌ
ﺳ
ﻢﹸ
ﺛ
pada ayat di atas ialahﺍﻮﺒﻠ
ﻃ
ﻢﹸ
ﺛ
emudian
mereka diminta, agar menjadi non muslim dan memerangi ummat islam,
mereka segera mengabulkan permintaan21
Hubungan ayat ini dengan ayat sebelumnya cukup jelas yakni
berbicara tentang orang-orang yanmg meminta izin untuk kembali ke
Medinah dengan dalih rumah mereka tidak terjaga. Isi hati mereka dibuka
oleh Allah Swt. dengan menyatakan: Kalau misalnya, kota mereka yakni
Yatsrib atau rumah-rumah mereka diserang dari segala penjuru, kemudian
diminta kepada mereka satu fitnah yakni keluar dari islam atau menyerah
niscaya mereka mengerjakannya dan mereka tidak akan menundanya
kecuali sebentar yakni sekadar waktu untuk menjawab permintaan itu.22
f. Surah Ibrahim : 34
ﻦﻣ
ﻢﹸﻛﺎﺗﺍَﺀﻭ
ﺭﺎﱠﻔﹶﻛ
ﻡﻮﹸﻠﹶﻈﹶﻟ
ﹶﻥﺎﺴﻧﹺ
ﺈ
ﹾﻟﺍ
ﱠﻥﹺ
ﺇ
ﺎﻫﻮﺼ
ﺤ
ﺗ
ﺎﹶﻟ
ﻪﱠﻠﻟﺍ
ﹶﺔﻤﻌﹺﻧ
ﺍﻭ
ﺪﻌﺗ
ﹾﻥﹺ
ﺇ
ﻭ
ﻩﻮﻤﺘﹾﻟﹶﺄ
ﺳ
ﺎﻣ
ﱢﻞ
ﹸﻛ
Artinya: “ Dan dia Telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala
apa yang kamu minta kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah) “.(Q.S. Ibrahim [14: 34).
2. Bentuk kata kerja masa kini dan akan datang
a. Kata
ﻚﹸﻟﹶﺄﺴﻳ
yang artinya meminta kepadamu2321
Muhammad Ali al-Sabuni, Shafwat at-Tafsir jilid II h. 515 22
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Vol.11, h. 234 23
Dalam ayat ini diuraikan keburukan kelompok yang bermaksud
memisahkan antara Allah dan Rasul-Nya, antara lain dengan menyebut
beberapa permintaan mereka, yaitu bahwa ahl al-kitab, orang Yahudi,
meminta kepadamu wahai Muhammad agar engkau bermohon kepada Allah
sehingga menurunkan kepada mereka secara khusus, kalau perlu dengan
menyebut nama mereka, Sebuah kitab dari langit yang dibawa oleh para
malaikat dan mereka ikut menyaksikannya.24
Permintaan mereka agar Rasulullah Saw. bermohon kepada Allah agar
menurunkan kepada orang-orang Yahudi satu kitab yang khusus yang mereka
lihar secara nyata turun dari langit, merupakan salah satu bentuk dari
Artinya: Ahli Kitab meminta kepadamu agar kamu menurunkan kepada mereka sebuah Kitab dari langit. Maka sesungguhnya mereka telah meminta kepada Musa yang lebih besar dari itu. Mereka berkata: "Perlihatkanlah Allah kepada kami dengan nyata". Maka mereka disambar petir karena kezalimannya, dan mereka menyembah anak sapi, sesudah datang kepada mereka bukti-bukti yang nyata, lalu Kami ma`afkan (mereka) dari yang demikian. Dan telah Kami
Artinya: Katakanlah: "Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (Al Qur'an)". Al Qur'an itu tidak lain hanyalah peringatan untuk segala ummat.
QS. Al-Syuura [42]: 23
ﻰﺑﺮﹸﻘﹾﻟﺍﻲﻓﹶﺓﺩﻮﻤﹾﻟﺍﺎﱠﻟﹺﺇﺍﺮﺟﹶﺃﻪﻴﹶﻠﻋﻢﹸﻜﹸﻟﹶﺄﺳﹶﺃﺎﹶﻟﹾﻞﹸﻗ
Artinya: Katakanlah: "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan".
Dalam QS. Al-An’am [6]: 90, QS. Al-Syuura [42]: 23, dan QS. Shaad
[38]:86 Allah Swt. menegaskan bahwa Nabi Muhammad Saw. tidak meminta
upah, bukannya sebagai bantahan atas tuduhan semacam itu, tetapi untuk
menggaris bawahi bahwa ajakan beliau semata-mata untuk kepentingan
ummat. Kalimat ini didahului dengan kata “qul” dimaksudkan untuk
menggaris bawahi pentingnya kandungan pernyataan itu.26
Pernyataan semacam ini adalah pernyataan para nabi kepada kaumnya
sejak Nabi Nuh as.27. Ayat ini menegaskan bahwa nabi Nuh membantah dalih
kaumnya yang menyatakan bahwa beliau berbohong dan bermaksud meraih
kekayaan dan kekuasaan kaumnya dan beliau tidak meminta upah dari
kaumnya dan menyatakan bahwa upahnya hanya dari Allah Swt. Persoalan ini
juga terdapat pada kisah nabi Hud as. 28 Dalam ayat ini nabi Hud as.
Mengingatkan bahwa peringatan beliau adalah tulus tanpa pamrih dengan
menyatakan bahwa “aku tidak pernah meminta kepada kamu sekarang dan
ﹸﻜﹸﻟﹶﺄﺳﹶﺃﺎﻣﹾﻞﹸﻗ ﲔﻔﱢﻠﹶﻜﺘﻤﹾﻟﺍ ﻦﻣﺎﻧﹶﺃﺎﻣﻭ ﹴﺮﺟﹶﺃﻦﻣﻪﻴﹶﻠﻋﻢ
Artinya: Katakanlah (hai Muhammad): "Aku tidak meminta upah sedikitpun kepadamu
atas da`wahku; dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan.
26
akan dating atas seruanku ini sedikit upahpun, upahku yang kuharapkan
al-Nisa : 32, surah Huud : 46 dan 47, surah Ibrahim : 34, dan surah al-Furqan :
16. Beberapa contoh dapat penulis sebutkan sebagai berikut :
a. Surah al-Nisâ’ : 32 Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu”. (Q.S. al-Nisâ’ [4]: 32).
Artinya: “Allah berfirman: "Hai Nuh, Sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), Sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan." (Q.S. Huud [11]: 46).
c. Surah al-Furqan : 16
ﺎﹰﻟﻮﹸﺌﺴﻣ
ﺍﺪﻋﻭ
ﻚ
ﺑﺭ
ﻰﹶﻠﻋ
ﹶﻥﺎﹶﻛ
ﻦﻳﺪﻟﺎ
ﺧ
ﹶﻥﻭُﺀﺎﺸﻳ
ﺎﻣ
ﺎ
ﻬ
ﻴﻓ
ﻢ
ﻬ
ﹶﻟ
Artinya: “Bagi mereka di dalam surga itu apa yang mereka kehendaki, sedang mereka kekal (di dalamnya). (hal itu) adalah janji dari
Tuhanmu yang patut dimohonkan (kepada-Nya) “.(Q.S. al-Furqân
[25]: 16).
3. Bertanya atau Menanyakan
Penggunaan arti bertanya pada kata
ﻝﺄ
ﺳ
dan semua tashrifanya dalamal-Qur’an terdapat pada 58 ayat yang tersebar pada surah yang bewrbeda-beda,
antara lain terdapat pada :
a. Surah al-Mâ’idah : 102
ﹺﺑ
ﺍﻮ
ﺤ
ﺒ
ﺻ
ﹶ
ﺃ
ﻢﹸ
ﺛ
ﻢﹸﻜﻠﺒﹶﻗ
ﻦﻣ
ﻡﻮﹶﻗ
ﺎ
ﻬ
ﹶﻟﹶﺄ
ﺳ
ﺪﹶﻗ
ﻦﻳﹺﺮﻓﺎﹶﻛ
ﺎ
ﻬ
Artinya: “Sesungguhnya Telah ada segolongsn manusia sebelum kamu menanyakan hal-hal yang serupa itu (kepada nabi mereka),
c. Surah al-Baqarah : 186
ﹺ
ﺠ
ﺘﺴﻴﹾﻠﹶﻓ
ﻥﺎﻋﺩ
ﺍﹶﺫﹺ
ﺇ
ﹺﻉﺍﺪﻟﺍ
ﹶﺓﻮﻋﺩ
ﺐﻴﹺﺟﹸ
ﺃ
ﺐﻳﹺﺮﹶﻗ
ﻲ
ﻧﹺ
ﺈ
ﹶﻓ
ﻲ
ﻨﻋ
ﻱﺩﺎﺒﻋ
ﻚﹶﻟﹶﺄ
ﺳ
ﺍﹶﺫﹺ
ﺇ
ﻭ
ﻲ
ﹺﺑ
ﺍﻮﻨﻣﺆﻴﹾﻟﻭ
ﻲ
ﻟ
ﺍﻮﺒﻴ
ﹶﻥﻭﺪﺷﺮﻳ
ﻢ
ﻬ
ﱠﻠﻌﹶﻟ
Artinya: “ Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku,
Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku,
agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (Q.S. al-Baqarah
[2]: 186).
d. Surah al-Kahfi: 76
ﹶﻠﺑ
ﺪﹶﻗ
ﻲ
ﹺﻨﺒﺣﺎﺼﺗ
ﺎﹶﻠﹶﻓ
ﺎﻫﺪﻌﺑ
ٍ
ﺀ
ﻲ
ﺷ
ﻦﻋ
ﻚﺘﹾﻟﹶﺄ
ﺳ
ﹾﻥﹺ
ﺇ
ﹶﻝﺎﹶﻗ
ﺍﺭﹾﺬﻋ
ﻲ
ﻧﺪﹶﻟ
ﻦﻣ
ﺖ
ﻐ
Artinya:“Musa berkata: "Jika Aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, Maka janganlah kamu memperbolehkan Aku menyertaimu, Sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku". (Q.S. al-Kahfi [18]: 76).
Makna
ﻝﺄ
ﺳ
yang memiliki tiga kegunaan arti pada kata kerjanyasebagaimana penulis jelaskan pada poin-poin diatas dapat berubah maknanya
sejalan dengan perubahan tashrifnya. Perubahan makna ini dapat ditemukan
jika kata kerja tersebut berubah menjadi kata pelaku ( Isim fa’il ) yang berarti
orang faqir31, kata benda berbentuk objek (Isim maf’ul) yang berarti
tanggungjawab atau responsibilitas32, Pengertian tersebut juga dapat ditemukan
pada beberapa ayat berikut :
a. Surah al-Dzâriyât : 19
ﹺﻡﻭﺮ
ﺤ
ﻤﹾﻟﺍﻭ
ﹺ
ﻞ
ﺋ
ﺎﺴﻠﻟ
ﻖ
ﺣ
ﻢﹺ
ﻬ
ﻟﺍﻮﻣﹶ
ﺃ
ﻲ
ﻓﻭ
31
Ibn Manzhur, Lisan al-Arab, Dar al-Qahirah, Jilid ke-4, hal, 544, th, 2003. 32
Artinya: “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang
meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian “.(Q.S.
al-Dzâriyât [51]: 19).
b. Surah al-Dhuhaa : 10
ﺮ
ﻬ
ﻨﺗ
ﺎﹶﻠﹶﻓ
ﹶ
ﻞ
ﺋ
ﺎﺴﻟﺍ
ﺎﻣﹶ
ﺃ
ﻭ
Artinya: “Dan terhadap pengemis , janganlah kamu menghardiknya”. (Q.S. al-Dhuhâ [93]: 10).
B. Identifikasi Penggunaan Makna
ﻝﺄ
ﺳ
(Bertanya) Dan SegalaPerubahan Tashrifnya Dalam al-Qur’an .
Dalam mengungkap penggunaan arti bertanya pada kata
ﻝﺄ
ﺳ
dan segalaperubahan tashrifnya, penulis menemukan berbagai jenis bentuk perubahan
dari akar kata bentuk isytiqaq ( kata jadianya )nya dalam Al-Qur’ân. Dari segi
perubahan tashrif dalam konterks ilmu sharaf, kata
ﻝﺄ
ﺳ
pada Al-Qur’ânmenggunakan lima kata jadian (isytiqaq), yaitu fi’l madi (kata yang menunjuk
waktu lampau), fi’l mudari’ (kata yang menunjuk waktu kini atau akan
datang), fi’l amr (kata kerja yag menunjukkan perintah), ism al-fa’il (kata
benda yang mengandung arti pelaku), ism maf’ul (kata benda yang megandung
arti yang disifati) dan ism masdar (verbal noun-nama kerja). Dari akar kata
s-a-l (sa-as-a-la) dengan perubahan kata atau tashrifnya dapat di jumpai das-a-lam As-a-l-
delapan belas ayat yang terangkum dalam empat puluh tujuh surat,33 dengan
makna yan tidak sama.
Kata
ﻝﺄ
ﺳ
dalam Al-Qur’ân dengan pengertian bertanya dalam berbagaibentuknya yang berpariatif seperti kata kerja bentuk lampau aktifnya (
ﻝﺄ
ﺳ
)terulang-ulang sebanyak 49 tempat dan terdapat pada 2 tempat yaitu pada
surah al-Ma’idah : 102 dan surah al-Muluk : 8, adapun yang didahului dengan
huruf preposisi sebanyak 6 kali seperti pada surah Taubah : 65, surah
Ankabut : 63, surah Luqman : 25, dan surah Zumar : 38, serta surah
al-Zukhruf : 9 dan 87. Sedang Fi’il mudari’
(
ﻝﺎﺴﻳ
)
dengan segala perubahantashrifnya baik aktif maupun pasif terulang-ulang sebanyak 54 kali yakni pada
surah al-Baqarah : 189, 215, 217, 218, 219, 220, 222, surah al-Maidah : 4 dan
101, surah Anfal : 1, surah A’raf : 6, 187, surah Naziat : 42, surah
al-Dzariyat : 12 dan 21, surah al-Qiyamah : 6, surah al-Isra : 85, surah al-kahfi :
83 dan 19 serta 70, surah Toha : 105, surah al-Ma’arij : 10, surah al-Hijr : 92,
surah al-Nahl : 56 dan 93, surah al-Takatsur : 8, surah al-Mu’minun : 101,
surah al-Qashas : 66. Adapun kata kerja imferatif atau fi’il Amar terdapat
sebanyak 12 ayat, sementara kata sa’ala yang berbentuk isim Fa’il terdapat
pada 1 ayat .
Untuk dapat mengetahui secara jelas gambaran tentang bentuk kata
kerja
ﻝﺄ
ﺳ
dan segala perubahan tashrifnya yang menggunakan makna bertanyadalam al-Qur’ân dapat diberikan rincian sebagai berikut:
33
1. Kata
ﻝﺄ
ﺳ
dengan bentuk kata kerja aktif berupa Fi’il madhi terdapat padadua ayat:
a. Surah al-Mâidah: 102
ﻦﻳﹺﺮﻓﺎﹶﻛ
ﺎ
ﻬ
ﹺﺑ
ﺍﻮ
ﺤ
ﺒ
ﺻ
ﹶ
ﺃ
ﻢﹸ
ﺛ
ﻢﹸﻜﻠﺒﹶﻗ
ﻦﻣ
ﻡﻮﹶﻗ
ﺎ
ﻬ
ﹶﻟﹶﺄ
ﺳ
ﺪﹶﻗ
Artinya:“Sesungguhnya Telah ada segolongsn manusia sebelum kamu menanyakan hal-hal yang serupa itu (kepada nabi mereka),
Kemudian mereka tidak percaya kepadanya”. (Q.S. al-Mâ’idah
[5]: 102).
b. Surah al-Mulk: 8
ﻓ
ﻲ
ﻘﹾﻟﹸ
ﺃ
ﺎﻤﱠﻠﹸﻛ
ﻆ
ﻴ
ﻐ
ﹾﻟﺍ
ﻦﻣ
ﺰﻴﻤﺗ
ﺩﺎﹶﻜﺗ
ﺮﻳﺬﻧ
ﻢﹸﻜﺗﹾﺄﻳ
ﻢﹶﻟﹶ
ﺃ
ﺎ
ﻬ
ﺘﻧﺰ
ﺧ
ﻢ
ﻬ
ﹶﻟﹶﺄ
ﺳ
ﺝﻮﹶﻓ
ﺎ
ﻬ
ﻴ
Artinya: “Hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah. setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir), penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka: "Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan?" (Q.S. al-Mulk [67]: 8).
Artinya:“Dan Sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?" tentu mereka akan menjawab: "Allah", Katakanlah: "Segala puji bagi Allah",
tetapi kebanyakan mereka tidak memahami(nya). (Q.S.
al-Ankabut [29]: 63).
c. Surah Luqman : 25
ﹾﻟﺍ
ﹺ
ﻞ
ﹸﻗ
ﻪﱠﻠﻟﺍ
ﻦﹸﻟﻮﹸﻘﻴﹶﻟ
ﺽﺭﹶﺄﹾﻟﺍﻭ
ﺕﺍﻮﻤﺴﻟﺍ
ﻖ
ﹶﻠ
ﺧ
ﻦﻣ
ﻢ
ﻬ
ﺘﹾﻟﹶﺄ
ﺳ
ﻦﺌﹶﻟﻭ
ﺎﹶﻟ
ﻢﻫﺮﹶ
ﺜ
ﹾﻛﹶ
ﺃ
ﹾ
ﻞ
ﺑ
ﻪﱠﻠﻟ
ﺪﻤ
ﺤ
ﹶﻥﻮﻤﹶﻠﻌﻳ
Artinya: “Dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka:
"Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" tentu mereka akan menjawab: "Allah". Katakanlah: "Segala puji bagi Allah";
tetapi kebanyakan mereka tidak Mengetahui”. (Q.S. Luqman
[31]: 25).
Artinya: “Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka menjawab: "Allah". Katakanlah: "Maka Terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmatNya?. Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku". kepada-Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri. (Q.S. al-Zumar [39]: 38).
e. Surah al-Zukhruf : 9
Artinya: “Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka akan menjawab: "Semuanya diciptakan oleh yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui". (Q.S. al-Zukhruf [43]: 9).
f. Surah al-Zukhruf : 87
ﹾﻟﹶﺄ
ﺳ
ﻦﺌﹶﻟﻭ
ﹶﻥﻮﹸﻜﹶﻓﺆﻳ
ﻰﻧﹶﺄﹶﻓ
ﻪﱠﻠﻟﺍ
ﻦﹸﻟﻮﹸﻘﻴﹶﻟ
ﻢ
ﻬ
ﹶﻘﹶﻠ
ﺧ
ﻦﻣ
ﻢ
ﻬ
ﺘ
Artinya: “Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: "Allah", Maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari
menyembah Allah)?, (Q.S. al-Zukhruf [43]: 87).
3. Kata
ﻝﺄ
ﺳ
dengan bentuk Mudhari’Yas’alu (ﻝﺄﺴﻳ
) dengan berbagaimenanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu dan jika kamu
Artinya: “Dan tidak ada seorang teman akrabpun menanyakan
temannya”. (Q.S. al-Ma‘ârij [70]: 10).
a. Surah al-A’raf : 6
Artinya: “Maka Sesungguhnya kami akan menanyai umat-umat yang Telah diutus rasul-rasul kepada mereka dan Sesungguhnya kami akan menanyai (pula) rasul-rasul (Kami). (Q.S. al-A‘râf
Artinya: “Dan mereka sediakan untuk berhala-berhala yang mereka tiada mengetahui (kekuasaannya), satu bahagian dari rezki yang Telah kami berikan kepada mereka. demi Allah,
Artinya: “Dan kalau Allah menghendaki, niscaya dia menjadikan kamu
satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang Telah kamu kerjakan. (Q.S. al-Nahl [16]: 93).
g. Surah-Takatsur: 8
ﹺﻢﻴﻌﻨﻟﺍ
ﹺﻦﻋ
ﺬﺌﻣﻮﻳ
ﻦﹸﻟﹶﺄﺴﺘﹶﻟ
ﻢﹸ
ﺛ
Artinya: “Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentangkenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu). (Q.S.
al-Takâtsur [102]: 8).