• Tidak ada hasil yang ditemukan

Chapter 12a Pengantar Teori Kuantum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Chapter 12a Pengantar Teori Kuantum"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

B A B

PENGANTAR TEORI KUANTUM

Fisika klasik, yakni fisika sebelum abad keduapuluh, didominasi oleh mekanika Newton dan elektromagnetika klasik yang digambarkan oleh persamaan Maxwell. Hal ini tidak mengherankan karena gejala-gejala alamiah yang teramati oleh manusia pada waktu itu dapat dijelaskankan secara memuaskan dan diprediksi (diramalkan) secara akurat oleh kedua teori itu. Keteraturan gerakan planet-planet mengelilingi pusat suatu tatasurya (matahari untuk sistem tata surya kita) dirumuskan secara empiris oleh Kepler melalui hukum-hukumnya. Ketiga hukum Kepler itu dibangun dengan berdasarkan pada data-data yang telah dikumpulkan oleh Brahe. Hukum-hukum Kepler itu ternyata secara mendasar dapat dijelaskan oleh hukum Newton tentang gerak dan gravitasi. Ketiga hukum Kepler itu berhasil diturunkan dari hukum-hukum Newton. Sementara itu, gejala-gejala alamiah seperti pemantulan dan pembiasan cahaya, defraksi (pelenturan) cahaya, interferensi cahaya, polarisasi cahaya dan lain sebagainya dapat dijelaskan dengan baik oleh elektromagnetika klasik berdasarkan keyakinan bahwa cahaya sesungguhnya merupakan gelombang elektromagnetik. Keyakinan manusia akan kebenaran kedua teori tersebut meningkatkan status kedua teori itu menjadi hukum-hukum dasar ilmu fisika, lalu membangun anggapan bahwa semua gejala-gejala alamih sudah semestinya dapat

6

Matahari boleh dianggap benda hitam sempurna. Oleh karena itu, matahari adalah pemancar radiasi yang baik sekaligus penyerap panas yang baik. Apa yang dimaksud benda hitam sempurna? (Foto matahari di samping merupakan hasil X-ray imaging diambil dari buku Sun, Earth, an Sky, oleh

(2)

dijelaskan berdasarkan kedua teori itu. Lalu, benarkah anggapan semacam itu? Sejarah mencatat kejadian yang lain.

Keyakinan kita bahwa fisika klasik (mekanika Newton dan elektromagnetika Maxwell) dapat menjelaskan semua gejala alamiah itu agaknya mulai menyusut ketika para eksperimentator berhasil mencapai kemampuan yang mengagumkan dalam menjelajahi dunia mikroskopis, sehingga mampu mendapatkan data-data baru dalam ranah itu. Mereka banyak menyadari adanya gejala-gejala alamiah yang sukar bahkan sama sekali tidak dapat dijelaskan oleh kedua teori klasik itu. Beberapa eksperimen memaksa orang mulai ragu terhadap kebenaran mekanika Newton. Beberapa yang lain membawa kita kepada kesangsian akan elektromagnetik klasik. Dalam bab ini kita hendak membicarakan beberapa eksperimen tersebut dan bagaimana orang keluar dari permasalahan yang dihadapi oleh fisika klasik itu.

(Catatan: Mekanika Newton dan elektromagnetika Maxwell lazim disebut teori klasik atau fisika klasik untuk membedakannya dari pandangan-pandangan baru yang

seringkali tampak radikal dari sudut pandang teori klasik. Pandangan-pandangan baru ini dikenal sebagai teori kuantum.)

6.1. Radiasi Benda Hitam

6.1.1 Radiasi Termal, Hukum Stefan dan Pergeseran Wien

Gejala alamiah paling awal yang gagal dijelaskan oleh elektromagnetika klasik adalah radiasi termal. Radiasi, seperti telah anda ketahui, adalah pemindahan tenaga melalui

pancaran gelombang elektromagnetik. Jadi, radiasi termal adalah pemancaran gelombang elektromagnetik oleh suatu benda semata-mata karena suhunya. Semakin tinggi temperatur benda itu semakin banyak tenaga yang dipancarkan dalam bentuk radiasi. Untuk benda-benda yang memiliki temperatur kurang dari kira-kira 700° C, radiasi cahaya tampak (yaitu

Gambar 6.1 Seketsa

Pe-ngamatan spektrum radi-asi termal

Benda pada suhu T1

Detektor

Prisma pengurai

Kolimator

(3)

gelombang elektromagnetik pada daerah panjang gelombang 4000 Å < λ < 7000 Å) sebegitu lemahnya sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Radiasi pada panjang gelombang tersebut baru dapat dilihat dengan mata telanjang pada temperatur di atas 700° C. Pada saat itu benda yang bersangkutan berpijar. Spektrum pancarannya bersifat kontinyu (malar) dan semua padatan menampakkan kecenderungan untuk mempunyai spektrum pancaran yang sama pada suhu yang sama. Semuanya mendekati spektrum pancaran benda hitam sempurna. Apa yang dimaksud dengan benda hitam

sempuran? Kita akan uraikan di belakang.

Gambar 6.1 memperlihatkan susunan peralatan guna mengukur spektrum radiasi termal. Benda bersuhu T1 yang akan diukur spektrumnya diletakkan dibelakang kolimator.

Benda itu memancarkan radiasi elektromagnetik ke segala arah. Adanya kolimator memungkinkan kita hanya memilih pancaran-pancaran ke arah tertentu saja. Radiasi yang berhasil melalui kolimator kemudian dilewatkan prisma atau peranti-peranti dispersif (pengurai) yang lain. Radiasi-radiasi dengan panjang gelombang berbeda akan terlihat pada sudut  yang berbeda. Oleh karena itu dengan menggerakkan detektor dari satu sudut ke sudut yang lain kita dapat mengukur intensitas pada masing-masing sudut, yakni intensitas masing-masing panjang gelombang yang bersesuaian dengan sudut-sudut itu. Tetapi penampang detektor bukanlah titik geometris, sehingga yang terukur bukan intensitas radiasi pada sudut tunggal, melainkan intensitas radiasi pada selang sudut d di sekitar , yakni bersesuaian dengan intensitas radiasi pada selang panjang gelombang d di sekitar . Besaran yang terukur ini disebut rapat intensitas radiasi atau intensitas radiasi spektral

dan dilambangkan dengan I. Hasil-hasil pengukuran itu kemudian diplot sebagaimana

grafik yang ditunjukkan pada gambar 6.2 untuk dua suhu yang berbeda T2 > T1.

Dari hasil-hasil eksperimen yang telah dilakukan didapatkan bahwa intensitas radiasi keseluruhan yang dipancarkan oleh sebuah benda, yakni intensitas radiasi yang

Panjang gelombang

R

apa

t i

ntensit

as

mak

mak

T2

T2

(4)

menyangkut keseluruhan panjang gelombang berbanding lurus dengan pangkat empat dari suhu mutlak benda. Jika W(T) intensitas radiasi keseluruhan yang dimaksud, maka

W(T) = eT4, (6.1)

dengan  dikenal sebagai tetapan Stefan-Bolztmann yang besarnya 5,6703 × 10-8

watt/m2.K4 dan e adalah emisivitas yang nilainya antara 0 sampai 1. Emisivitas tergantung

dari sifat-sifat permukaan benda yang ditinjau. Tetang konsep emisivitas ini akan dijelaskan pada subbagian mendatang. Persamaan (6.1) dikenal sebagai hukum Stefan. W(T) tidak

lain adalah luas wilayah di bawah kurva I pada suhu T.

Contoh 1 : Suhu normal badan anda berkisar dari 36 C samapai 37 C berapakah

intensitas radiasi total yang dipancarkan oleh badan anda, jika emisivitas permukaan badan anda 0,2?

Jawab : Dalam skala kelvin suhu badan anda berkisar dari 309 K sampai 310 K. Oleh karena itu berdasarkan hukum stefan, badan anda memancarkan radiasi dengan intensitas berkisar dari

W(309 K) = (0,2)(5,6703 × 10-8 watt/m2.K4)( 309 K)4

= 103,39 watt/m2 sampai

W(310 K) = (0,2)(5,6703 × 10-8 watt/m2.K4)( 310 K)4

= 104,73 watt/m2.

Anggaplah luas permukaan badan sama dengan lingkar badan dikalikan tinggi badan. Jika lingkar badan anda rata-rata 1,0 meter dan tinggi badan anda 1,6 meter, maka luas permukaan badan anda kira-kira 1,6 m2. Dengan demikian, maka anda memancarkan tenaga antara 165,42 Joule sampai 167,57 Joule perdetik. Untuk dibayangkan saja, tenaga sebesar 165,42 joule sama dengan tenaga yang kita gunakan untuk mengangkat beban 16,542 kg setinggi satu meter.

Pada gambar 6.2 terlihat puncak-puncak kurva rapat intensitas. Puncak-puncak itu bertepatan dengan panjang gelombang mak. Jadi, yang dimaksud dengan mak adalah

panjang gelombang yang dimiliki oleh komponen radiasi dengan intensitas paling tinggi. Oleh karena itu, mak bukanlah panjang gelombang maksimum. Pada grafik gambar 6.2

tampak bahwa semakin tinggi suhu benda, semakin kekiri puncaknya. Hal ini bersesuaian dengan pergeseran mak. Wien menemukan kaitan antara pergeseran mak dengan suhu

benda. Hukum pergeseran Wien diungkapkan melalui persamaan

mak =

T

m.K 10 2,898 -3

. (6.2)

(5)

Contoh 2 : Hukum pergeseran Wien dapat digunakan untuk mengukur temperatur

permukaan sebuah bintang. Dengan melakukan pengukuran rapat intensitas radiasi yang dipancarkan oleh bintang itu untuk berbagai panjang gelombang, maka anda bisa memperoleh grafik seperti pada gambar 6.2 untuk bintang yang anda amati. Dari grafik itu anda mendapatkan mak, yakni panjang gelombang yang dimiliki oleh komponen radiasi

yang intensitasnya paling tinggi. Dengan memanfaatkan persamaan (6.2) anda dapat menghitung suhu permukaan bintang itu. Andaikan spektrum sebuah bintang memiliki mak

= 5,0 × 10-7 meter. (a) Berapakah suhu pada permukaan bintang itu? (b) Berapakah intensitas radiasi keseluruhan yang dipancarkan oleh bintang itu bila emisivitasnya 1? (c) Dapatkah anda perkirakan jaraknya dari bumi bila I merupakan intensitas bintang itu diukur

di permukaan bumi?

Jawab :

(a) Dengan mak = 5,0 × 10-7 meter, maka dari persamaan (6.2) diperoleh

T =

mak

m.K 10 2,898 -3

= 5796 K.

(b) Dari persamaan (6.1)

W(5796 K) = eT4 = (1)( 5,6703 × 10-8 watt/m2.K4)( 5796 K)2 = 6,399 × 107 watt/m2.

(c) Bintang itu memancarkan radiasi ke segala penjuru. Oleh karena itu bila Rbb jarak bumi

dari bintang itu, maka bumi terletak pada permukaan bola raksasa yang berpusat pada bintang itu. Karena di bumi intensitas cahaya bintang itu I, maka tenaga keseluruhan

radiasi yang dipancarkan tiap satu satuan waktu melalui permukaan bola raksasa itu adalah 4Rbb2I. Tenaga radiasi sebesar inilah yang dipancarkan dari permukaan bintang itu tiap

satu-satuan waktu. Bila jejari bintang itu Rb, maka

4Rbb2I = 4Rb2 W(5796 K).

Jadi,

Rbb =

I

K) W(5796

Rb.

(6)

6.1.2 Radiasi Benda Hitam

Sekarang saatnya kita bicarakan benda hitam. Benda hitam sempurna (selanjutnya sebut saja benda hitam) ialah sesuatu yang menyerap radiasi pada semua panjang gelombang. Berapapun panjang gelombangnya, bila suatu radiasi mengenai benda hitam, maka radiasi itu akan diserap. Dengan kata lain benda hitam adalah benda yang koefisien pantulannya nol untuk semua panjang gelombang. Dari eksperimen diperoleh kenyataan bahwa selain sebagai penyerap yang baik, benda hitam merupakan pemancar radiasi yang baik pula. Salah satu contoh benda hitam adalah matahari kita (dan tentu saja adalah bintang-bintang lain di jagad raya ini). Contoh lain yang cukup memadai untuk benda hitam ialah lubang kecil pada suatu rongga (lihat gambar 6.4a). Semua radiasi yang jatuh pada lubang itu tidak lagi dapat keluar melalui lubang itu. Hal ini sebagai akibat terjadinya pantulan berulang-kali yang menyusutkan intensitas radiasi itu hingga pudar sama sekali (gambar 64.a). Bila benda berongga itu dipanasi sampai berpijar, maka justru lobang itulah yang paling terang.

Sifat-sifat permukaan suatu benda, seperti telah disinggung di depan, ikut berpengaruh pada intensitas spektral radiasi yang dipancarkan oleh benda itu. Lebih jauh sifat permukaan ini termasuk kemampuan memantulkan radiasi, warna permukaan dan lain se-bagainya. Jadi, intensitas radiasi kese-luruhan semata-mata bukan hanya tergantung dari suhu benda itu. Sifat-sifat permukaan benda ini pada hukum Stefan dicerminkan oleh emisivitas benda. Tetapi pada benda hitam, sifat-sifat itu lenyap sama sekali sehingga intensitas radiasi keseluruhan hanya tergantung pada suhu permukaan benda hitam. Benda hitam dari bahan apapun akan memiliki intensitas radiasi kese-luruhan yang sama asalkan suhu permukaanya sama. Hukum Stefan un-tuk benda hitam diberikan oleh

W(T) = T4, (6.3)

Gambar 6.4 (a) Lubang pada silinder berongga dapat dianggap sebagai benda hitam

sempurna. Setiap radiasi yang masuk ke dalam lubang itu praktis tidak dapat keluar. Hal ini disebabkan karena beberapa kali pemantulan mengakibatkan penyusutan intensitas radiasi itu hingga sangat rendah (nol). (b) Bila Silinder itu di pijarkan maka lobang akan tampak paling cerah.

(a) (b)

Gambar 6.4 (a) Lubang pada silinder berongga dapat dianggap sebagai benda hitam

sempurna. Setiap radiasi yang masuk ke dalam lubang itu praktis tidak dapat keluar. Hal ini disebabkan karena beberapa kali pemantulan mengakibatkan penyusutan intensitas radiasi itu hingga sangat rendah (nol). (b) Bila Silinder itu di pijarkan maka lobang akan tampak paling cerah.

(7)

Keistimewaan inilah yang kemudian menjadikan benda hitam sebagai acuan dalam kajian tentang radiasi termal. Intensitas spektral benda hitam hasil eksperimen untuk berbagai suhu diperlihatkan pada gambar 6.5.

Sekarang kita siap untuk memahami batasan yang lebih rinci tantang emisivitas.

Emisivitas suatu benda ialah nisbah (rasio) antara tenaga keseluruhan yang diradiasikan

oleh benda itu tiap satu satuan waktu pada temperatur T dengan tenaga yang diradiasikan

oleh benda hitam dengan luas yang sama pada temperatur yang sama tiap satu satuan waktu. Jadi, secara matematik

e =

Dari batasan di atas tentu saja berlaku bahwa emisitas benda hitam bernilai 1. Selanjutnya perlu pula dipahami definisi berikut. Emisivitas spektral e suatu benda ialah nisbah

tenaga yang diradiasikan oleh benda itu pada selang panjang gelombang ∆λ di sekitar  tiap satu satuan waktu terhadap tenaga pada selang panjang gelombang yang sama yang diradiasikan oleh benda hitam dengan luas dan pada suhu yang sama.

atau

e= Tenaga radiasi pada selang ∆λ di sekitar λ yang dipancarkan oleh benda hitam Tenaga radiasi pada selang ∆λ disekitar λ yang dipancarkan oleh benda

Tenaga total yang dipancarkan oleh benda itu tiap satu satuan waktu pada suhu T

Tenaga total yang dipancarkan oleh benda hitam tiap satu satuan waktu pada suhu T

Gambar 6.5 Radiasi

(8)

Lalu, bagaimanakah hasil eksperimen radiasi termal benda hitam tersebut dapat dijelaskan oleh teori klasik? Harapan tinggal harapan. Pada kenyataan mengatakan bahwa teori klasik tidak mampu memberi penjelasan yang memadai. Gambar 6.6 menyajikan ketidakcocokan antara penjelasan yang diberikan oleh fisika klasik dengan hasil eksperimen. Pada grafik itu, lingkaran-lingkaran kecil merupakan hasil eksperimen. Untuk menjelaskan spektrum radiasi benda hitam secara klasik, mula-mula radiasi benda hitam dipandang sebagai sekumpulan getaran elektromagnetik yang berada pada keseimbangan panas dengan lingkungannya. Secara klasik, masing-masing getaran mempunyai tenaga sebesar (1/2)kT. Perhitungan selanjutnya (yang tidak atau belum perlu untuk disuguhkan di

dalam buku sini) menghasilkan rumus untuk intensitas radiasi persatuan panjang gelombang IRJ sebagai berikut

IRJ = 2 4

ckT

. (6.4)

Persamaan (6.4) diturunkan pertama kali oleh Rayleigh dan Jeans sehingga dikenal sebagai rumus Rayleigh-Jeans. Dengan adanya faktor λ−4 pada persamaan (6.4), maka kita

mendapatkan masalah yang cukup pelik, yakni munculnya ketakterhinggaan (singularitas) saat  mengecil. Masalah ini dikenal sebagai bencana ultraungu. Mengapa disebut

bencana ultra ungu? Hal ini mudah dipahami mengingat daya total yang diradiasikan oleh benda hitam persatuan luas adalah

ini menuju ke tak terhingga. Kalau hal ini benar, tentulah terjadi kerusakan hebat akibat adanya radiasi gelombang pendek. Itulah sebabnya sebutan “bencana ultraviolet”. Tetapi kenyataannya tidak.

Terhadap kesulitan ini, Max Planck mengajukan gagasan yang dianggap cukup radikal kala itu, yaitu gagasan kuantisasi tenaga yang dimiliki oleh getaran-getaran elektromagnetik. Maksudnya, suatu getaran elektromagnetik tidak boleh memiliki sembarang nilai tenaga, tetapi tenaga getaran merupakan kelipatan bulat dari paket atau catu tenaga (kuanta

Gambar 6.6 Teori kuantum Planck vs. Fisika Klasik

Teori Planck

(9)

tenaga) senilai h, dengan h tetapan Planck senilai 6,63 × 10-34

J.dt dan  adalah frekuensi getaran. Jadi, tenaga osilator terkait dengan frekuensinya hal yang tidak benar menurut teori klasik (sebagaimana kita ketahui, secara klasik, tenaga suatu getaran tergantung pada amplitudonya). Tenaga getaran juga bukan (1/2)kT sebagaimana yang dipakai dalam analisa secara klasik,

melainkan nhv (n bilangan bulat). Berdasarkan gagasan ini,

dengan cara perhitungan yang sama, Planck mendapatkan hasil yang menakjubkan. Menurut Planck intensitas radiasi persatuan panjang gelombang Idiberikan oleh

I = 5

Gambar 6.6 memperlihatkan kesesuaian persamaan (6.5) dengan hasil eksperimen. Ternyata persamaan (6.5) ini merupakan perumuman (perluasan) hukum Stefan. Hal ini terlihat jelas karena Hukum Stefan untuk benda hitam segera dapat diperoleh dengan mengintegralkan persamaan (6.5) dengan batas dari 0sampai . Hasilnya adalah

W(T) =

Dari persamaan ini bersama batasan emisivitas, maka segera diperoleh hukum Stefan, yakni persamaan (6.1).

Latihan Konsep 6.1 :

1. Dua benda identik kecuali bahwa yang satu halus dan berwarna putih sedang yang lain kasar dan berwarna hitam. Andaikan kedua-duanya juga memiliki suhu yang sama. (a) Manakah dari keduanya yang akan memanas atau mendingin lebih cepat jika mula-mula memiliki suhu yang berbeda dari lingkungannya? (b) Perbedaan laju pendinginan dan pemanasan itu akan lebih nyata bila diamati dalam ruang hampa. Mengapa?

2. Matahari dapat dianggap sebagai benda hitam berbentuk bola raksasa berjari-jari 700 ribu km dengan suhu permukaan sekitar 5800 K. Jika radius orbit Jupiter 7,78 x 1011 m dan radius planetnya 6,87 x 107 m. (a) Dengan suhu sebesar itu, pada panjang gelombang berapakah spektrum gelombang radiasi yang paling dominan? (b) Berapakah energi radiasi yang diterima Jupiter dari Matahari untuk setiap kali revolusinya? Diketahui koefisien absobsi (e) Jupiter adalah 0,7 dan periode revolusi

Jupiter terhadap Matahari 11,86 tahun.

3. Tentukanlah frekuensi cahaya yang diperoleh dari radiasi termal benda bersuhu 1000 K!

4. Jika mak suatu benda hitam disepertigakan, maka menjadi berapa kalikah tenaga

radiasi yang dipancarkan benda itu tiap detiknya dibandingkan sebelumnya?

(10)

6.2. Gejala (Efek) Fotolistik

Efek Fotolistik adalah satu dari gejala lepasnya elektron dari permukaan suatu benda. Bila seberkas cahaya (yang memenuhi syarat tertentu) jatuh pada permukaan suatu benda maka elektron-elektron pada permukaan benda itu akan terbebaskan dari ikatannya sehingga elektron-elektron tersebut terlepas. Begitulah efek fotolistik. Skema eksperimen efek fotolistik diperlihatkan oleh gambar 6.8. Pada lempeng anoda (A) dijatuhkan seberkas cahaya. Jika berkas cahaya ini memenuhi syarat, maka akan terjadi pelepasan elektron-elektron dari permukaan anoda itu. Elektron-elektron yang terlepas dari anoda itu mempunyai tenaga kinetik sehingga berhamburan keberbagai arah. Elektron-elektron tersebut ada yang sampai di katoda (K) apabila mampu mengatasi beda potensial yang dipasang antara katoda dan anoda. Jatuhnya elektron-elektron pada permukaan katoda menyebabkan terjadinya arus yang dapat dibaca pada Ampermeter. Arus ini disebut fotoarus if. Beda potensial antara

anoda A dan katoda diatur dengan potensiometer P. Dengan mengatur P kita dapat mengusahakan agar tidak ada elektron yang mampu mencapai katoda K.

Berikut adalah beberapa gejala yang teramati :

(a) Arus if mengalir hampir sesaat setelah cahaya yang memenuhi “syarat” dijatuhkan pada

pada permukaan anoda A, walaupun intensitas cahaya itu cukup rendah (10−10 W/m2). Dibutuhkan waktu tidak lebih dari 10−9 detik untuk melepaskan elektron dari saat pertama kali cahaya dijatuhkan. (Gambar 6.9a)

(b) Untuk frekuensi cahaya v dan potensial V yang dipasang tetap pada suatu nilai, arus if

berbanding lurus dengan intensitas I. (Gambar 6.9b)

(c) Untuk frekuensi v dan intensitas I yang dibuat tetap, arus if berkurang dengan naiknya

potensial V dan akhirnya mencapai nol pada saat V sama dengan V0. Potensial V0

disebut potensial penghenti dan nilainya sama untuk semua nilai intensitas I, Jadi V0

tidak tergantung pada intensitas cahaya yang dipakai (Gambar 6.9c)

(d) Untuk sembarang bahan anoda, potensial V0 tergantung pada frekuensi sinar yang

dijatuhkan pada anoda. Terdapat frekuensi batas (ambang), katakanlah v0, agar efek

(11)

nilainya di bawah frekuensi ini, maka efek fotolistrik tidak dapat berlangsung. Lalu, bila sinar yang dipakai diganti dengan yang berfrekuensi di atas frekuensi v0, maka

efek fotolistrik dapat berlangsung. Frekuensi v0 tergantung pada jenis zat (logam) yang

dipakai untuk anoda (Gambar 6.9d).

Nah, sekarang bagaimanakah gejala-gejala ini dapat dijelaskan? Pertama, bagaimana teori klasik memberi penjelasan?

Penjelasan fisika klasik :

Fisika klasik memandang cahaya sebagai gelombang elektromagnetik. Tenaganya bersifat kontinyu dan tidak tergantung pada frekuensinya. Menurut teori klasik, intensitas adalah energi cahaya yang jatuh pada suatu permukaan seluas satu satuan tiap satu satuan waktu. Jadi, semakin lama sinar dijatuhkan pada permukaan anoda semakin banyak pula energi yang diterima oleh elektron-elektron di permukaan anoda itu.

Tentang fenomena (a), teori klasik gagal memberi penjelasan. Perhitungan secara klasik meramalkan bahwa dengan seberkas sinar berintensitas 10−10 W/m2 tidak mungkin terjadi

if

if

Waktu t

(I dan  tetap)

10−9dt (a) Intensitas I

( dan V tetap)

(b)

if

V V0

I1

I2

I3

(c)

eV0

 0 untuk Cs

Cs K

Cu

0 untuk Cu

(d)

0 untuk K

(12)

bila waktu penyinaran kurang dari 10-9 detik. Hal ini secara klasik disebabkan elektron membutuhkan waktu untuk mengumpulkan energi yang dibawa oleh cahaya. Padahal secara klasik energi yang dibawa oleh cahaya berbanding lurus dengan intensitasnya. Oleh karena itu bila intensitas cahaya rendah, maka butuh waktu yang lama untuk mendapatkan energi yang cukup.

Tentang fenomena (b), teori klasik menjelaskan bahwa semakin tinggi intensitas sinar yang dipakai semakin banyak energi yang diterima oleh permukaan anoda sehingga semakin banyak elektron yang dilepaskan olehnya. Semakin banyak elektron yang dilepaskan, semakin besar pula arus if yang mengalir. Penjelasan ini mudah sekali dan bisa diterima.

Tentang fenomena (c) teori klasik tidak mampu memberi penjelasan mengapa untuk intensitas yang berbeda diperlukan tegangan V0 yang sama guna menghentikan mengalirnya

elektron dari anoda ke katoda?. Logikanya, secara klasik, semakin tinggi intensitas semakin besar energi yang diterima oleh elektron-elektron. Semakin banyak energi elektron-elektron itu semakin tinggi potensial yang diperlukan untuk menghentikan arus elektron itu. Namun, kenyataannya tidak : intensitas berapapun memerlukan potensial penghenti yang sama, yakni V0.

Tentang fenomena (d), jelas sekali bahwa teori klasik menentangnya, karena secara klasik tenaga cahaya tidak tergantung dari frekuensi melainkan amplitudo.

Kedua, bagaimana teori kuantum menjelaskan fenomena-fenomena (a), (b), (c) dan (d)?

Penjelasan fisika kuantum :

Teori kuantum memandang cahaya sebagai semburan paket-paket atau partikel-partikel yang disebut foton. Tenaga tiap foton sebesar h. Intensitas berbading lurus dengan jumlah

foton yang jatuh pada suatu permukaan seluas satu satuan secara tegak lurus tiap satu satuan waktu. Tepatnya,

Intensitas = I = nh, (6.6)

dengan n adalah jumlah foton yang jatuh secara tegak lurus pada permukaan seluas satu

satuan tiap satu satuan waktu. Bila sebuah foton menabrak elektron di permukaan anoda, maka terjadi pengalihan tenaga foton kepada elektron. Tenaga ini dipergunakan untuk melepaskan ikatan elektron itu dengan permukaan anoda. Jika tenaga tersebut kurang dari tenaga ikat elektron dengan permukaan anoda, maka elektron itu tidak dapat lepas. Efek fotolistrik terjadi bila tenaga yang diterima elektron itu cukup untuk mengatasi tenaga ikatnya dengan permukaan anoda. Fraksi (bagian) tenaga yang digunakan untuk mengatasi ikatan elektron itu disebut fungsi kerja . Fungsi kerja  tergantung pada jenis logam anoda. Fungsi kerja  terkait dengan frekuensi ambang v0 melalui

(13)

Sisa tenaga setelah digunakan untuk mengatasi ikatan merupakan tenaga kinetik maksimum elektron. Jadi, bila sebuah foton berfrekuensi  menyerahkan tenaganya sebesar h kepada

elektron, maka

h = + Energi kinetik maksimum

= h0 +

2 1

mvmak2 . (6.8)

Tentang fenomena (a), teori kuantum menjelaskan bahwa karena tenaga yang diterima elektron tidak tergantung lama penyinaran tetapi tergantung pada frekuensi foton, maka tidaklah diperlukan waktu yang cukup lama untuk menimbulkan efek fotolistrik asalkan frekuensi cahaya melebihi v0.

Tentang fenomena (b), dengan mudah dapat dijelaskan oleh teori kuantum. Intensitas berbanding lurus dengan jumlah foton. Tiap foton melepaskan satu elektron. Semakin banyak jumlah foton yang jatuh pada permukaan anoda, semakin banyak elektron yang lepas. Dengan kata lain semakin tinggi intensitas cahaya semakin besar arus yang mengalir.

Tentang fenomena (c), dijelaskan bahwa tenaga kinetik maksimum elektron tergantung pada frekuensi cahaya (foton) dan tidak tergantung pada intensitas cahaya, maka sangat layak bila potensial V0 bernilai sama untuk berbagai intensitas pada frekuensi yang sama.

Tentang fenomena (d), dengan sendirinya telah jelas.

Latihan Konsep 6.2 :

1. Jelaskan mengapa kebanyakan elektron-elektron yang terbebaskan dari anoda pada gejala fotolistrik memiliki tenaga kinetik kurang dari h− ?

2. Cahaya tampak memilki kisaran panjang gelombang dari 400 nm sampai 700 nm. Bagaimanakah kisaran tenaga fotonnya?

3. Fungsi kerja Cesium sebesar 1,9 eV.

a. Tentukanlah frekuensi ambang gelombang elektromagnetik yang mampu menghasilkan efek fotolistrik pada Cesium serta panjang gelombangnya!

b. Jika diinginkan berkas elektron fotolistrik berenergi 1,5 eV, berapakah panjang gelombang gelombang elektromagnetik yang dibutuhkan?

Catatan: 1 eV = 1,602 x 10-19 J

4. Suatu sumber cahaya monokromatik meradiasikan cahaya berpanjang gelombang 480 nm dan berdaya 10 watt. Berapa banyakah foton yang dipancarkan setiap detiknya dari sumber cahaya ini?

5. Ketika suatu permukaan benda disinari cahaya berpanjang gelombang 420 nm, tenaga kinetik maksimum elektron yang lepas sebesar 0,4 eV. Berapakah panjang gelombang ambang terjadinya efek fotolistrik pada permukaan tersebut?

(14)

6.3 Efek Compton

Efek Fotolistik adalah salah satu eksperimen yang mendukung teori korpuskuler tentang cahaya. Teori ini mengatakan bahwa cahaya merupakan semburan butiran-butiran yang sangat kecil. Efek fotolistrik menandai bangkitnya teori tersebut yang pada abad sebelumnya tergusur oleh teori undulasi Huygens dan kawan-kawan. Bangkitnya teori korpuskuler ini juga ditandai oleh eksperimen yang dilakukan oleh Compton pada tahun 1923 yang selanjutnya dikenal sebagai effek Compton. Eksperiemn Compton termasuk eksperimen yang disebut eksperimen hamburan, yakni jenis eksperimen yang memegang peranan penting dalam ilmu fisika. Skema effek Compton tersaji pada Gambar 6.10.

Pada gambar 6.10 tersebut terlihat sebuah foton dengan tenaga 1 bermomentumkan k1 menabrak elektron diam bermassa me. Foton tersebut terhambur dan elektronnya

terpental. Foton yang terhambur ditangkap dengan detektor D dan diukur panjang gelombangnya (juga frekuensinya). Secara klasik, panjang gelombang foton setelah terhambur sama dengan panjang gelombang foton sebelum terhambur. Sedang menurut teori kuantum, foton terhambur mempunyai panjang gelombang yang berbeda dengan foton sebelum hamburan tergantung dari sudut hamburannya. Pada gambar 6.10 itu, foton terhambur dan elektron terpental masing-masing memiliki (momentum, tenaga) berturut-turut (k2,2) dan (p2,E2). Secara kuantum berlaku 1 = h1, k1 = h/1, 2 = h2, dan k2 = h/2.

Setelah melalui perhitungan yang tidak begitu panjang, diperoleh bahwa

21  1cos

c m

h

e

(6.9)

dengan θ adalah sudut hambur foton. Tetapan c =

c m

h

e

mec2

k1, 1

k2, 2

p2, E2 foton datang

foton terhambur

Elektron terpental

(15)

disebut panjang gelombang Compton. Gambar 6.11 memperlihatkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Compton untuk empat sudut  yang berbeda, yakni 0, 45, 90 dan 135. Terlihat adanya perbedaan panjang gelombang sebelum dan sesudah hamburan. Artinya,

2 − 1 = , (6.10)

dengan  tidak sama dengan nol. Hasil ini tentu sebuah pukulan lagi bagi teori klasik.

Latihan Konsep 6.3:

1. Dalam sebuah ekperimen hamburan menggunakan berkas sinar-X, diketahui bahwa fraksi perubahan panjang gelombang ( / ) adalah 1 % saat sudut hamburannya 120o. Berapakah panjang gelombang sinar-X yang digunakan?

2. Suatu berkas cahaya dalam eksperimen hamburan Compton terhambur dengan panjang gelombang 0,14 nm. Jika sudut hamburan foton adalah 90o, berapakah panjang gelombang foton yang datang? Berapa pula energi foton yang diberikan pada elektron?

3. Sebuah elektron yang awalnya diam, terlempar dengan energi 180 eV searah dengan arah foton yang menumbuknya. Berapakah energi dan panjang gelombang foton yang datang menumbuk elektron?

4. Apakah sebabnya foton tidak mungkin memberikan seluruh energi dan momentumnya pada elektron bebas? Hal ini menerangkan mengapa efek fotolistrik hanya dapat terjadi bila foton menumbuk elektron terikat.

(16)

6.4. Eksperimen Frank-Hertz

Teori klasik tak mengenal konsep kuantisasi suatu besaran. Teori klasik beranggapan bahwa semua besaran fisis bersifat kontinyu. Model atom yang dikemukakan oleh Bohr menentang anggapan ini dengan memasukkan kuantisasi momentum sudut. Akibatnya diperoleh aras-aras tenaga elektron pada atom. Adanya aras-aras tenaga tersebut dibuktikan dengan eksperimen Franck-Hertz. Susunan alatnya sebagaimana disajikan oleh gambar 6.12.

Suatu filamen digunakan untuk memanasi katoda K sehingga terjadi pancaran termionik, yakni pancaran elektron-elektron akibat adanya pemanasan. Elektron yang terlepas tersebut bergerak ke arah kisi yang diberi tegangan positif lebih tinggi dari pada anoda. Pada rangkaian Gambar 6.12 itu tampak bahwa kisi selalu memiliki potensial 0,5 volt lebih tinggai dibandingkan anoda. Elektron-elektron itu selanjutnya menuju ke anoda. Bila elektron-elektron tersebut mampu mencapai anoda, maka di ampermeter akan terbaca adanya arus i yang mengalir. Sepanjang perjalanan dari katoda

menuju ke kisi elektron-elektron tersebut bertabrakkan dengan atom-atom gas yang telah dimasukkan ke dalam tabung itu. Bila tenaga elektron diserap oleh atom-atom gas maka elektron itu bisa jadi tidak akan mampu mengatasi beda potensial antara kisi dan anoda. Akibatnya, grafik arus terhadap tegangan V (yakni beda potensial antara katoda dan kisi)

diperlihatkan oleh gambar 6.13. Terlihat adanya penurunan arus secara periodik.

Dalam eksperimen ini, tenaga elektron Te terkait dengan beda potensial V melalui Te

= eV. Arus i diukur untuk berbagai nilai V.

Terlihat dari hasil eksperimen bahwa pada potensial V tertentu saja terjadi penurunan

kuat arus i. Artinya, hanya untuk tenaga

elektron tertentu saja terjadinya penurunan kuat arus. Karena penurunan kuat arus berarti terjadinya penyerapan tenaga elektron, maka hal ini menandakan bahwa penyerapan tenaga elektron-lektron oleh atom-atom gas bersifat diskret. Mengapa harus begitu? Teka-teki ini segera terjawab bila diingat kembali model atom Bohr-Rutherford. Sebuah elektron dalam suatu atom dapat menyerap sejumlah tenaga untuk pindah ke aras tenaga di atasnya. Karena aras-aras tenaga yang ada tidak sembarangan, atau diskret, maka sejumlah

Gambar 6.12

(17)

tenaga yang dibutuhkan oleh elektron untuk berpindah araspun tidak sembarangan. Tidak boleh lebih tidak boleh kurang.

Latihan Konsep 6.4 :

1. Apakah makna selisih beda tegangan senilai 4,86 volt pada grafik yang diperlihatkan oleh gambar 6.13?

2. Apa yang akan terjadi pada grafik 6.13 bila tegangan antara kisi dan anoda diubah menjadi 1,0 volt? Apa yang akan terpengaruh oleh perubahan itu? Apakah selisih beda potensial yang 4,86 volt itu akan berubah?

6.5 Hipotesa de Broglie

Telah terbukti bahwa teori undulasi (yang mengatakan bahwa cahaya adalah gelombang) telah secara sempurna dapat menjelaskan gejala difraksi, interferensi, refleksi, polarisasi, dispersi dan refraksi cahaya (lihat kembali bab 2 buku ini). Sementara bagi teori kospuskuler gejala-gejala alamiah seperti itu merupakan ganjalan yang sangat berarti, sulit bahkan gagal untuk dijelaskan. Tetapi, sebaliknya, untuk efek fotolistrik dan efek Compton teori korpuskuler tampak cukup memuaskan dalam memberikan penjelasannya. Kemudian, pertanyaannya adalah yang manakah dari keduanya yang benar? Betulkah cahaya merupakan gelombang elektromagnetik? Betulkah cahaya merupakan partikel-partikel? Sintesa (gabungan) dua pandangan ini memunculkan padangan baru yang dikenal sebagai

paham dualisme cahaya. Paham ini mengatakan bahwa cahaya memiliki dua aspek :

aspek gelombang dan aspek partikel. Aspek gelombang terlihat pada fenomena difraksi, interferensi, refleksi, polarisasi, dispersi dan refraksi. Aspek partikel terlihat pada efek fotolistrik dan efek Compton.

Pada tahun 1924, L. de Broglie mencoba melihat kemungkinan berlakunya paham dualisme untuk partikel-partikel semisal elektron, proton, netron dan lain sebagainya. Dalam disertasi doktornya, dia mengemukakan hipotesa tersebut. Bila suatu partikel mempunyai momentum p, maka partikel tersebut terkait dengan gelombang partikel yang

memiliki panjang gelombang

 =

p h

. (6.11)

Kemudian karena partikel dihipotesakan memiliki aspek gelombang, maka logis bila kemudian ditanyakan kemungkinan partikel-partikel juga mengalami gejala-gejala difraksi, interferensi, refleksi, polarisasi, dispersi, dan refraksi? Jawabnya, “ya, betul sekali bahwa partikel-partikel itu mengalami gejala-gejala itu“. Hal ini dibuktikan, misalnya, dengan eksperimen difraksi elektron yang dilakukan oleh Dvisson dan Germer, difraksi neutron dan interferensi elektron.

Latihan Konsep 6.5 :

(18)

1. Tentukanlah energi total dan energi kinetik proton yang mempunyai panjang gelombang de Broglie 0,1 eV (baik secara relativistik maupun secara tak-relativistik)!

2. Energi kinetik setiap atom dalam gas ideal sebesar 23 k T. Pada suhu 400 K,

berapakah momentum dan panjang gelombang gas ideal yang berisikan atom-atom hidrogen?

3. Tentukanlah energi elektron dengan panjang gelombang de Broglie sama dengan panjang gelombang proton berenergi 900 eV!

4. Berapakah panjang gelombang de Broglie bola golf bermassa 46 gr yang bergerak dengan kecepatan 30 m/s? Bandingkanlah dengan panjang gelombang elektron yang bergerak dengan kecepatan 107 m/s! Mengapa sifat gelombang bola golf tidak

begitu terlihat tetapi pada elektron lebih terlihat?

6.6 Mekanika Kuantum

Tahap lanjutan pemikiran de Broglie adalah lahirnya mekanika gelombang yang “dibidani“ oleh Erwin Schrödinger dan mekanika matriks yang dibidani oleh Werner

Heisenberg. Keduanya ternyata ekivalen satu dengan yang lain. Artinya, kedua teori itu selalu memberikan ramalan dan penjelasan yang sama kalau diterapkan untuk menjelaskan permasalahan yang sama. Tetapi, secara matematispun dapat dibuktikan bahwa mekanika gelombang dapat diperoleh dari mekanika matriks dan sebaliknya, mekanika matriks dapat diturunkan dari mekanika gelombang. Kedua mekanika itu kemudian dirangkum dalam bentuk yang lebih kompak sebagai mekanika kuantum.

Dalam mekanika kuantum peluang memegang peran yang sangat penting. Peluang mengatur segalanya. Orang tidak dapat menentukan secara pasti di mana posisi sebuah partikel pada suatu waktu, kecuali ia melakukan pengukuran posisi partikel itu. Untuk dua buah partikel identik yang berada pada keadaan yang sama, belum tentu pengukuran posisi kedua partikel itu memberikan hasil ukur posisi yang sama. Jadi, situasinya seperti ketika anda main dadu. Anda sama sekali tidak mengetahui angka berapa pada dadu itu yang akan keluar ketika dilempar. Oleh karena itu, dalam mekanika kuatum tidak dikenal adanya lintasan partikel dalam ruang. Yang diketahui adalah bahwa nilai peluang partikel itu melewati suatu titik dalam ruang pada suatu saat. Demikian pula halnya dengan momentum. Momentum sebuah partikel tidak dapat diketahui kecuali diukur. Tetapi hasil ukur yang akan diperoleh tidak dapat dipastikan. Untuk dua partikel identik yang berada pada keadaan yang sama, belum tentu pengukuran momentum kedua partikel itu memberikan hasil ukur yang sama. Hal ini bukan saja berlaku untuk momentum dan posisi tetapi berlaku pula untuk besaran-besaran fisika yang lain.

(19)

adalah nilai-nilai yang tertera pada aras-aras tenaganya (lihat gambar 5.12 atau 5.13). Secara umum, untuk setiap besaran fisika terdapat sekumpulan nilai-nilai yang disebut himpunan sampel bagi besaran fisika itu. Nilai-nilai yang termuat dalam himpunan sampel itulah yang dimungkinkan akan keluar sebagai hasil ukur bila besaran fisika itu diukur. Nilai-nilai yang tidak termuat dalam himpunan sampel itu tidak mungkin akan keluar

sebagai hasil ukur.

Contoh 3 : Ditinjau sebuah partikel bermassa m yang dimasukkan ke dalam kubus yang

sangat kedap (sehingga tak dapat ditembus oleh partikel itu). Andaikan kubus itu berukuran

L×L×L. Energi partikel tersebut memiliki himpunan sampel yang anggota-anggotanya

ditentukan oleh persamaan

sampel bagi energi partikel dalam kubus itu adalah

{ E1, 4E1, 9E1, 16E1, 25E1, 36E1, ... }.

Jika massa partikel itu 9,12 × 10−31 kg dan rusuk kubus itu 5 mm, maka

(a) sebutkanlah nilai-nilai yang dimungkinkan akan keluar sebagai hasil ukur energi bila energi partikel dalam kubus itu diukur!

(b) bila tenaga partikel itu diukur, mungkinkah akan didapatkan hasil ukur senilai 2,2 × 10-31 J?

(c) bila tenaga pertikel itu diukur, mungkinkah akan didapatkan hasil ukur senilai 1,92 ×10-31 J?

Dengan cara yang serupa didapatlah nilai-nilai tenaga yang lain. Jadi, nilai-nilai yang mungkin akan keluar sebagai hasil ukur energi partikel dalam kubus adalah (1,2 ×10-32 J), (4,8 anggota himpunan sampel untuk energi partikel.

(20)

Kalau anda melempar dadu secara fair (adil), maka masing-masing angka pada dadu memiliki peluang yang sama untuk keluar sebagai hasil pelemparan. Bila salah satu muka dadu diberi pemberat, maka pelemparan dadu dikatakan tidak fair dan peluang masing-masing angka pada dadu tidak sama. Bagaimana dengan pengukuran besaran fisika secara kuantum? Pengukuran suatu besaran fisika pada umumnya merupakan “pelemparan dadu“ yang tak fair. Semua ini ditentukan oleh yang disebut keadaan partikel. Jadi, berapa

peluang masing-masing anggota himpunan sampel sebuah besaran fisika untuk keluar sebagai hasil ukur sangat tergantung pada keadaan partikel.

Sifat “aneh“ dalam mekanika kuantum selanjutnya adalah apa yang dikenal sebagai ketakpastian Heisenberg. Dalam mekanika Newton, dimungkinkan untuk mendapatkan

hasil pengukuran momentum dan posisi kedua-duanya dengan kepastian, yakni ralatnya nol. Jadi, dalam mekanika Newton dapat dikatakan bahwa orang selalu dapat mengusahakan secara bersamaan diperolehnya hasil pengukuran momentum dan posisi suatu partikel secara pasti. Seperti telah dijelaskan pada buku jilid satu bab 1, bahwa pengukuran suatu besaran fisika dikatakan pasti bila ralat pengukurannya nol. Jadi, ralat pengukuran posisi (x) tidak ada hubungannya dengan ralat pengukuran momentum (p).

Tetapi, sesuatunya tampak lain dalam mekanika kuantum. Pengukuran dua besaran seperti posisi dan momentum harus tunduk pada kaitan ketakpastian Heisenberg, yaitu

xph. (6.12)

Persamaan (6.12) dapat ditulis menjadi

xh/p.

Terlihat bahwa x menuju ke tak terhingga (yakni pengukuran posisi menjadi sangat tidak

teliti) manakala p menuju nol (yakni jika pengukuran momentum diusahakan seteliti

mungkin). Bila x menuju ke tak terhingga, maka kita tidak tahu lagi di mana posisi

partikel itu. Sebaliknya dari persamaan (6.12) kita dapatkan

ph/x

yang berarti bahwa p menuju ke tak terhingga (yakni pengukuran momentum menjadi

sangat tidak teliti) bila x diusahakan sekecil mungkin (yakni, pengukuran posisi

diusahakan seteliti mungkin). Ketakpastian Heisenberg bukan saja berlaku bagi momentum dan posisi, tetapi berlaku pula untuk pasangan-pasangan besaran fisika yang lain, semisal sudut rotasi dan momnetum sudut.

Pasangan energi dan waktu juga memiliki perilaku seperti di atas. Relasi ketidakpastian Heisenberg untuk pasangan ini adalah

Eth. (6.13)

Contoh 4 : Hitunglah ralat minimum pengukuran momentum sebuah atom Helium 4He

(21)

Jawab : Yang kita tahu adalah bahwa atom helium itu berada di dalam selang 0,40 nm. Oleh karena itu, ralat pengukuran posisi maksimum adalah x = 0,40 nm. Dan ralat

minimum pengukuran momentum adalah

ph/x = 1,66 × 10−24 kg.m/dt.

Latihan Konsep 6.6 :

1. Telah diketahui bahwa inti atom terdiri atas proton dan neutron. Radius inti atom sekitar 2 x 10-15 m. Berapakah perkiraan energi proton dalam inti tersebut?

2. Atom hidrogen berjejari 5,3 x 10-11 m. Gunakan prinsip ketidakpastian untuk memperkirakan energi elektron yang dapat dimiliki atom tersebut!

3. Sebuah atom yang bereksitasi mengeluarkan kelebihan energinya dengan memancarkan foton yang memiliki frekuensi tertentu. Periode rata-rata pemancaran foton eksitasi tersebut adalah 10-8 s, perkirakanlah energi dan frekuensi foton eksitasi tersebut !

4. Sebuah pengukuran mencapai keakuratan pengukuran posisi proton hingga 10-11 m. Tentukanlah ketelitian kedudukan proton 1 detik kemudian!

Rangkuman (Peta Konsep)

 Fisika klasik (mekanika Newton dan elektromagnetika klasik) mulai disangsikan keakuratannya ketika gagal menjelaskan sifat-sifat radiasi termal dan gejala-gejala subatomik.

Radiasi termal : pemancaran gelombang elektromagnetik oleh suatu benda

semata-mata karena suhunya. Beberapa sifat penting radiasi termal:

1. Hukum Stefan: Intensitas radiasi pada seluruh panjang gelombang elektromagnetik

yang dipancarkan (W(T)) sebanding dengan pangkat empat suhu benda

W(T) = eT4

dengan  dikenal sebagai tetapan Stefan-Bolztmann yang besarnya 5,6703 × 10−8

watt/m2.K4 dan e adalah emisivitas yang nilainya antara 0 sampai 1. Benda dengan e = 1 disebut dengan benda hitam.

2. Hukum pergeseran Wien : Panjang gelombang yang dimiliki oleh komponen

radiasi dengan intensitas paling tinggi( mak ) berbanding terbalik dengan suhu

mak =

T

m.K 10 2,898 -3

3. Intensitas radiasi persatuan panjang gelombang IRJ pada benda hitam menurut:

- Fisika klasik (Rumus Rayleigh-Jeans) dan tidak cocok dengan data

eksperimen:

(22)

IRJ = 2 4

ckT

.

- Menurut Max Planck dan cocok dengan data eksperimen:

Suatu getaran elektromagnetik tidak boleh memiliki tenaga sembarang nilai, tetapi tenaga getaran merupakan kelipatan bulat dari paket atau catu tenaga (kuanta tenaga) senilai h, dengan h tetapan Planck yang nilainya 6,63 × 10-34

J.dt dan  adalah frekuensi getaran. Sehingga

I = 5

Efek Fotolistik: gejala lepasnya elektron dari permukaan suatu benda setelah disinari

seberkas cahaya yang memenuhi syarat tertentu.

- Fakta-fakta yang berkaitan dengan efek fotolistrik gagal dijelaskan fisika klasik. - Teori kuantum: Cahaya sebagai semburan partikel-partikel yang disebut (foton)

dengan tenaga tiap foton sebesar h. Efek fotolistrik terjadi bila tenaga yang

diterima elektron itu cukup untuk mengatasi tenaga ikat dengan permukaan anoda () yang tergantung pada jenis logamnya dan terkait dengan frekuensi ambang v0

melalui

 = h0.

Tenaga kinetik maksimum elektron adalah sisa tenaga setelah digunakan untuk mengatasi ikatan.

h = + Energi kinetik maksimum

Efek Compton: foton yang menabrak elektron mengalami pertambahan panjang

gelombang.

- Secara klasik, panjang gelombang foton setelah terhambur sama dengan panjang gelombang foton sebelum terhambur.

- Secara kuantum, pertambahan panjang gelombang foton tergantung pada sudut hamburan (θ), yaitu

Eksperimen Franck-Hertz: Mekanisme penyerapan tenaga elektron-elektron dalam

atom bersifat diskret = elektron dalam atom mempunyai tingkat-tingkat tenaga tertentu.

Paham dualisme cahaya (bahwa cahaya mempunyai aspek gelombang dan aspek

partikel sekaligus) diadopsi L. de Broglie pada partikel. Bila suatu partikel mempunyai

momentum p, maka partikel tersebut terkait dengan gelombang partikel yang

memiliki panjang gelombang

 =

p h

(23)

 Tahap lanjutan pemikiran de Broglie adalah lahirnya mekanika gelombang (Erwin

Schrödinger) dan mekanika matriks (Werner Heisenberg) yang dirangkum sebagai mekanika kuantum. Beberapa asas mekanika kuantum:

- Setiap partikel mempunyai gelombang partikel yang bersesuaian dengannya.

- Kuatitas fisis partikel tidak dapat terukur pasti, yang ada hanyalah kemungkinan nilainya.

- Ketakpastian Heisenberg: sifat partikel dan sifat gelombang tidak dapat terukur

sekaligus dan sama akuratnya.

“If anybody says he can think about quantum problems without getting giddy, that only shows he has not understood the first thing about them.” (Max Planck)

6.7 Daftar Pustaka

1. Haken, H., Wolf, H.C. 1984. Atomic and Quantum Physics. Springer-Verlag. Berlin.

2. Hewitt, P.G., 2002, Conceptual Physics, ninth edition, Addison Wesley, New York.

3. Krane, K.S., 1983, Modern Physics, John Wiley & Sons, New York.

4. Lang, K.R., 1995, Sun, Earth, and Sky, Springer-Verlag, Berlin

5. Resnick, R. 1972. Basics Concept of Relativitynand Early Quantum Theory. John

Wiley & Son. New York.

6. Rosyid, M. F., 2005, Mekanika Kuantum, Laboratorium Fisika Atom dan Fisika Inti,

Jurusan Fisika FMIPA UGM, Yogyakarta.

7. Serway, R. A. dan Beichner, R.J., 2000, Phyisics for Scientists and Engineers with Modern Physics, Saunders College Publishing, New York.

8. Sproull, R.L., Phillips, W.A. 1980. Modern Physics, Third Edition, John Wiley & Son.

New York.

9. Weidner, R.T., Sells, R.L. 1980. Elementary Modern Physics, Third Edition, Allyn and

Bacon, Inc. Boston.

6.8 Proyek Kita

Proyek 1 (Eksperimen) : Manakah yang lebih terang?

Bahan-bahan:

- kaleng bekas dari bahan logam (dengan ukuran diameter 5 cm dan tinggi 8 cm, jangan terlalu besar)

- paku dan palu

- tungku pembakaran seperti yang dipakai di tempat pandai besi atau temapt pengecoran logam.

Cara kerja :

(24)

2. Panaskan kaleng tersebut di atas pembakaran hingga terlihat membara (tidak cukup hanya terasa panas saja)

3. Anda akan melihat kaleng tersebut terlihat menyala. Amatilah setiap sisi kaleng tersebut, manakah bagian kaleng yang terlihat membara paling terang ?

Proyek 2 (Kajian Teoritis) : Menurunkan Hukum Stefan dan Pergeseran Wien dari

persamaan intensiatas radiasi Plank.

Anda telah mengetahui bahwa persamaan inetnsiatas radiasi Plank (persamaan 6.5) cocok dengan eksperimen pengukuran intensiatas radiasi termal (grafik gambar 6.2). Oleh karena itu, grafik yang tergambar mempunyai persamaan yang sama persis dengan persamaan

rentang panjang gelombang yang disebut dalam Hukum Stefan. Coba turunkan bentuk eksplisit hukum tersebut dari persamaan intensiatas radiasi Plank dengan cara mengambil integrasi I pada daerah panjang gelombang  0 s/d  .

2. Pergeseran Wien menunjukkan daerah panjang gelombang radiasi termal yang mempunyai intensitas radiasi termal tertinggi. Secara matematik, daerah tersebut adalah

puncak kurva I yang dapat dicari dengan syarat maksimum ( )0

. Menggunakan syarat tersebut, turunkanlah bentuk eksplisit hukum

pergeseran Wien.

6.9 Soal-soal

6.9.1 Soal-soal Uraian

1. Intensitas I maksimum untuk radiasi suatu bintang terjadi pada panjang gelombang λ =

4700 Å. Diasumsikan bahwa bintang merupakan benda hitam. Perkirakan suhu permukaan matahari !

2. Mengapa para insinyur dan ilmuwan harus diberi pelindung terhadap radiasi sinar-X yang dihasilkan oleh peralatan bertegangan tinggi?

(25)

4. Berdasarkan ungkapan untuk I, yaitu persamaan (6.5), hitunglah tetapan pada hukum

pergeseran Wien !

5. Alam semesta terisi oleh radiasi termal, yang memiliki spektrum sebagaimana spektrum benda hitam pada suhu efektif 2,7º K. Berapakah panjang gelombang intensitas maksimum dari radiasi ini? Berapakah energi kuantannya (dalam eV) pada panjang gelombang intensitas maksimum ini? Dalam daerah spektrum elektromagnet manakah panjang gelombang intensitas maksimum ini ?

6. Suatu permukaan logam memiliki panjang gelombang ambang fotolistrik sebesar 325,6 nm. Ia disinari dengan cahaya berpanjang gelombang 259,8 nm. Berapakah potensial penghentinya?

7. Kelajuan maksimum elektron-elektron yang dibebaskan dari anoda oleh foton pada gejala fotolistrik adalah 2,00 × 105 m/dt. (a) berapakah tenaga kinetik elektron-elektron itu? (b) Berapakah potensial penghenti untuk elektron-elektron itu? (c) Mengapa masalah ini dapat diselesaikan tanpa relativitas khusus Einstein?

8. Suatu cahaya mempunyai frekuensi 5 × 1014 Hz dan Intensitas 3,3×10-16 watt/m2 . Cahaya tersebut jatuh pada suatu permukaan logam seluas 0,1 m2 dengan membentuk

sudut 60º terhadap normal pada permukaan itu (lihat gambar). Berapakah jumlah elektron yang terbebaskan tiap detik bila terjadi efek fotolistrik?

9. Bila logam natrium disinari dengan cahaya berpanjang gelombang 4,20 × 102 nm, maka potensial hentinya didapati sebesar 0,65 V; bila panjang gelombangnya diubah menjadi 3,10 × 102 nm, maka potensial hentinya menjadi 1,69 V. Dengan hanya menggunakan data ini dan nilai laju cahaya, serta muatan elektron, carilah fungsi kerja logam natrium dan nilai tetapan Planck !

6.9.2

Soal-soal Pilihan Ganda

1. Sebuah benda yang mempunyai suhu T akan...

a. memancarkan radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang tertentu

60 N

Cahaya datang

(26)

b. memancarkan radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang dari nol sampai takberhingga.

c. memancarkan radiasi elektromagnetik pada beberapa panjang gelombang tertentu saja

d. Panjang gelombang yang mempunyai intensitas tertinggi akan sebanding dengan suhu benda

e. makin tinggi suhunya, makin besar panjang gelombang yang mempunyai intensitas maksimum

2. Sebuah bintang terlihat dominan memancarkan cahaya dengan panjang gelombang 4200 Å, dengan demikian temperatur permukaan bintang tersebut adalah

a. 6500 K d. 7100 K

b. 6700 K e. 7300 K

c. 6900 K

3. Sebuah bola berjejari a mempunyai suhu 127 oC dan mempunyai koefisien emisivitas 0,8. Setiap detiknya akan memancarkan radiasi energi termal sebesar...

a. 4000 J d. 4645 J

b. 4465 J e. 4700 J

c. 4564 J

4. Terdapat dua buah benda, A dan B. Keduanya bersuhu sama tetapi luas permukaan A dua kali lipat luas permukaan B. Jika emisivitas B adalah 0,6 dan energi termal yang dipancarkan oleh A tiga kali lipat yang dipancarkan oleh B, maka tetapan emisivitas A adalah

a. 0,1 d. 0,4

b. 0,2 e. 0,5

c. 0,3

5. Berikut adalah fakta yang salah tentang efek foto listrik

a. foto arus bergantung pada intensitas cahaya yang jatuh pada anoda

b. energi foton yang jatuh pada keping anoda dimanfaatkan untuk melepaskan elektron dan energi kinetik elektron

c. elektron dapat dilepas dari keping anoda dengan menggunakan foton sembarang frekuensi

d. frekuensi ambang setiap bahan anoda berbeda satu dengan yang lain e. frekuensi ambang sebanding dengan tenaga ikat elektron dan bahan anoda.

6. Anoda dari bahan kalium mempunyai fungsi kerja 2,2 eV. Jika foton ultraviolet dengan panjang gelombang 3500 Å dijatuhkan pada anoda tersebut, maka energi kinetik fotoelektronnya mempunyai harga maksimal

a. 1,0 eV d. 1,3 eV

b. 1,1 eV e. 1,4 eV

c. 1,2 eV

7. Berapakah beda potensial yang diperlukan untuk menghentikan fotoelektron dari permukaan nikel (energi ambangnya 5,01 eV) akibat disinari dengan cahaya ultraviolet 2000 Å ?

a. 1,0 eV d. 1,3 eV

b. 1,1 eV e. 1,4 eV

c. 1,2 eV

8. Apabila sebuah elektron (massa elektron me = 9,11 x 10-31 kg) diberikan kecepatan 0,01

(27)

a. 1,02 Å d. 2,24 Å

b. 1,20 Å e. 2,42 Å

c. 2,04 Å

9. Untuk menghasilakn elektron dengan panjang gelombang 0,5 Å, sebuah mikroskop elektron memerlukan beda potensial sebesar...

a. 100 eV d. 402 eV

b. 206 eV e. 601 eV

c. 301 eV

10.Sebuah proton dan sebuah elektron mempunyai panjang gelombang yang sama, ini berarti

a. momentum proton lebih besar dari elektron

b. keduannya mempunyai momentum yang sama besar

c. momentum proton lebih kecil dari pada momentum elektron d. energi keduanya sama

e. kecepatan keduannya sama

11.Dalam efek fotolistrik, banyaknya elektron yang lepas perdetiknya... a. sebanding dengan intensitas cahaya

b. sebanding dengan panjang gelombang cahaya yang dipakai c. sebanding dengan frekuensi cahaya yang dipakai

d. sebanding dengan energi ambang atau fungsi kerja bahan yang dipakai e. tidak ada jawaban yang tepat

12.Dua buah benda A dan B masing-masing memancarkan cahaya dengan panjang gelombang 400 nm dan 600 nm. Jika daya radiasi keduannya sama, maka dalam satu detik...

a. A mengeluarkan lebih banyak foton dari pada B tetapi kurang dari dua kali lipatnya. b. A mengeluarkan foton dua kali lipat dari yang dikeluarkan B

c. A dan B menghasilkan foton sama banyak

d. A menghasilkan lebih dari setengah bagian foton yang dikeluarkan B e. A menghasilkan kurang dari setengah bagian foton yang dikeluarkan B 13.Sebuah elektron mempunyai...

a. energi kinetik yang tidak bergantung panjang gelombangnya b. momentum yang tidak bergantung panjang gelombangnya c. energi kinetik yang sebanding dengan momentumnya

d. energi kinetik yang sebanding dengan kuadrat momentumnya e. panjnag gelombang yang sebanding dengan kuadrat momentumnya

14.Suatu proton dan elektron mempunyai kecepatan yang sama, dengan demikian proton mempunyai panjang gelombang yang...

a. lebih besar dari panjang gelombang elektron b. sama dengan panjang gelombang elektron c. kurang dari panjang gelombang elektron

d. kurang dari panjang gelombang elektron hanya jika energi kinetik proton kurang dari energi diamnya

e. lebih dari panjang gelombang elektron hanya jika energi kinetik proton kurang dari energi diamnya

(28)

a. mendapat tambahan panjang gelombang sebesar

c m

h

e

2

b. panjang gelombangnya berkurang sebesar

c m

h

e

c. panjang gelombangnya bertambah sebesar

c m

h

e

d. panjang gelombangnya berkurang sebesar

c m

h

e

2

Gambar

Gambar 6.1 Seketsa Pe-
Gambar 6.3 Joseph Stefan
Gambar 6.4 sempurna. Setiap radiasi yang masuk ke dalam lubang itu praktis tidak dapat keluar
Gambar 6.5 Radiasi
+7

Referensi

Dokumen terkait