• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENAMPILAN GIGI ANTERIOR BERDASARKAN AESTHETIC COMPONENT DARI IOTN TERHADAP PSIKOSOSIAL REMAJA PADA SISWA SMAN 10 PADANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH PENAMPILAN GIGI ANTERIOR BERDASARKAN AESTHETIC COMPONENT DARI IOTN TERHADAP PSIKOSOSIAL REMAJA PADA SISWA SMAN 10 PADANG"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENAMPILAN GIGI ANTERIOR BERDASARKAN

AESTHETIC COMPONENT DARI IOTN TERHADAP PSIKOSOSIAL

REMAJA PADA SISWA SMAN 10 PADANG

Hazni Viyanti1 , Susi2

1Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Andalas 2

Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Andalas,

ABSTRACT

Dentofacial esthetics plays an important role in social interaction and psychosocial well-being because it affects how people perceive themselves and how they are perceived in society. Dentofacial deviation, such a malocclusion has negatively affect the psychosocial well-being especially in adolescents period, when some aspects of the facial appearance and dental esthetics have great important for adolescent’s self-image and self-esteem. This study was aimed to investigate the effect of the anterior teeth appearance on the adolescents psychosocial in SMAN 10 Padang using Aesthetic Component of the IOTN. The subjects of cross-sectional study were 89 students in SMAN 10 Padang using the simple random sampling. Anterior teeth appearance were

assessed by interviewer using the Aesthetic Component of the IOTN. Psychosocial impact was measured through a self-rated Psychosocial Impact of Dental Aesthetics Questionnaire (PIDAQ). Data analysis included Spearman correlation test. Significant associations were observed between anterior teeth appearance using Aesthetic Component of IOTN and total score PIDAQ (p < 0,001), dental self-confidence (p < 0,001), social impact (p < 0,05), psychological impact (p < 0,05), and esthetic concern (p < 0,05). Anterior teeth appearance has a psychological impact in adolescents using Aesthetic Component of the IOTN. Therefore, it seemed necessary to improve dental esthetic on adolescents for prevent the disturbance on their psychosocial development.

Key word: Dental appearance, AC IOTN, psychosocial, adolescents, PIDA

Affiliasi penulis:1Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Andalas, 2Staff Pengajar Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Andalas Korespondensi: Hazni

email: hazniviyanti@gmail.com

PENDAHULUAN

Penampilan fisik mempunyai

peranan yang besar dalam interaksi

sosial. Orang yang berpenampilan

menarik mempunyai banyak keuntungan

sosial karena penampilan fisiknya. Eagly,

dkk menyatakan, orang yang

berpenampilan menarik dipersepsikan

lebih popular, suka bergaul, terbuka,

tegas, dan tampak bahagia1.

Bagian tubuh yang sangat

mempengaruhi penilaian orang lain

adalah wajah. Wajah merupakan bagian

yang paling sering diperhatikan dan

menjadi karakter fisik yang penting

dalam perkembangan citra diri dan harga

diri2. Penampilan wajah, terutama pada

bagian mata dan mulut, memiliki

tingkatan tertinggi dalam mempengaruhi

persepsi estetika seseorang3. Menarik

atau tidaknya wajah dapat dipengaruhi

oleh senyum dan penampilan gigi1.

Estetik dentofasial berperan dalam

hubungan sosial dan kesehatan

psikologis. Hal ini mempengaruhi

(2)

bagaimana seseorang menilai dirinya dan

bagaimana masyarakat menilainya4.

Shaw, dkk mengatakan penampilan gigi

mempengaruhi persepsi orang lain

mengenai kelas sosial, popularitas,

pertemanan, dan inteligen5. Hal ini juga

sesuai dengan penelitian Kanazawa

(2004) yang mengatakan orang yang

memiliki penampilan fisik yang menarik

merasa mempunyai inteligen dan

integritas yang lebih baik daripada teman

sebayanya yang mempunyai penampilan

kurang menarik1.

Kelainan estetik dentofasial seperti

maloklusi merupakan salah satu masalah

kesehatan dunia. Beberapa studi

epidemiologi yang dilakukan pada remaja

Amerika Serikat dilaporkan 11% remaja

umur 12-17 tahun mempunyai oklusi

normal, 34,8% mempunyai maloklusi

ringan, 25,2% mempunyai maloklusi

berat sehingga beberapa kasus

memerlukan perawatan6. Hasil penelitian

Oktavia Dewi tahun 2007 pada remaja

SMU kota Medan menemukan 60,5%

mengalami maloklusi. Penelitian ini juga

menunjukkan 41,89% remaja mengalami

gigi berjejal untuk segmen anterior

rahang bawah dan rahang atas 30,75%

serta kelainan jarak gigit dialami 35,56%

remaja.

Maloklusi tidak hanya

mempengaruhi fungsi rongga mulut dan

penampilan gigi, tetapi juga sosial,

psikologis, dan ekonomi7. Maloklusi

terutama pada gigi anterior, sering terlihat

pada saat komunikasi, bicara dan

tersenyum sehingga mudah disadari

keberadaannya2. Penderita maloklusi

kerap menerima respon yang tidak

menyenangkan dari orang lain seperti

sering mendapat ejekan atau julukan8.

Shaw mengatakan penderita maloklusi

menjadi sosok yang pemalu karena

susunan giginya dan cenderung

mempunyai popularitas yang rendah.

Dampak psikologis akibat maloklusi

membuat penderita merasa rendah diri,

susah untuk beradaptasi, mengalami

gangguan emosi9, tidak percaya diri,

tidak nyaman dalam interaksi sosial,

kurang bahagia dan kerap

membanding-bandingkan diri dengan orang lain2. Hal

tersebut akan mempengaruhi

perkembangan diri seseorang terutama

pada masa remaja, dimana seseorang

sedang mencari jati dirinya10.

Remaja adalah fase perubahan dari

anak-anak menjadi orang dewasa.

Remaja akan mengalami masa transisi

yang ditandai adanya perubahan fisik,

psikis, dan psikososial10. Pada masa ini

terjadi pembentukan identitas diri dan

pembentukan peran dalam hubungan

(3)

Siswa SMA terdiri dari

individu-individu yang berusia sekitar 15-18 tahun

yang sedang menjalani masa remaja11.

Pada masa remaja, beberapa aspek pada

penampilan wajah dan estetik gigi geligi

menjadi hal yang sangat penting bagi

penampilan dan penilaian dirinya12.

Shaw, dkk menyatakan bahwa jika

seseorang merasa tidak puas dengan

penampilan gigi sejak usia kanak-kanak,

kemungkinan besar akan tetap dirasakan

sepanjang hidupnya5.

Index of Orthodontic Treatment

Need (IOTN) merupakan merupakan

salah satu alat ukur yang digunakan untuk

menggambarkan tingkat kebutuhkan

perawatan ortodonti yang terdiri dari

Dental Health Component (DHC) dan

Aesthetic component (AC). Aesthetic

component dari IOTN dapat mewakili

keadaan estetika seseorang sebelum

dilakukan perawatan ortodonti9. Aesthetic

Component dikembangkan untuk

memeriksa keadaan estetik dari suatu

maloklusi yang mungkin berdampak pada

kondisi psikososial pasien13. Pada

penelitian Khan dan Fida (2008)

menyebutkan orang yang mempunyai

penampilan gigi yang baik (Aesthetic

Component of Index of Orthodontic

Treatment Need grade 1) mempunyai

keadaan psikososial yang lebih baik dari

aspek rasa percaya diri, aspek sosial,

psikologis, dan estetik daripada orang

yang penampilan gigi kurang baik.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai pengaruh penampilan gigi

anterior tehadap psikososial remaja.

Penelitian dilakukan pada murid SMA 10

di kota Padang. Penampilan gigi anterior

dinilai berdasarkan Aesthetic Component

dari IOTN psikososial dinilai berdasarkan

kuesioner PIDAQ.

MATERI DAN METODE

Kajian dalam penelitian ini adalah

untuk mengetahui pengaruh penampilan

gigi anterior berdasarkan Aesthetic

Component dari IOTN terhadap

psikososial remaja. Desain penelitian ini

adalah analitik observasional dengan

studi cross sectional.

Sampel pada penelitian ini siswa

SMAN 10 Padang yang memenuhi

kriteria sampel penelitian yaitu tidak

menggunakan pesawat orthodonti, tidak

pernah perawatan orthodonti, dan tidak

menggunakan gigi tiruan. Siswa yang

mengalami kehilangan gigi anterior,

mempunyai gigitan silang anterior, dan

tidak berada di sekolah pada saat

pengumpulan data tidak diikutsertakan

dalam penelitian.

Pengambilan sampel dilakukan

dengan metode simple random sampling.

(4)

dari Slovin didapatkan jumlah sampel 89

orang siswa.

DATA PRIMER

Data primer dikumpulkan dengan

dengan cara observasi atau pemeriksaan,

pengukuran, wawancara, pengamatan,

dan dengan menggunakan kuesioner.

Data primer yang dikumpulkan adalah

identitas responden, penampilan gigi

anterior responden, dan keadaan

psikososial responden.

DATA SEKUNDER

Data sekunder dalam penelitian ini

diperoleh dari data siswa dari bagian tata

usaha SMAN 10 Padang.

Peneliti melakukan observasi

terhadap penampilan gigi subjek

penelitian. Peneliti membandingkan

penampilan gigi subjek saat beroklusi

sentrik dengan 10 foto standar Aesthetic

Component dari IOTN, kemudian

memilih foto yang paling mendekati

penampilan gigi subjek. Peneliti

mendokumentasi tampilan gigi anterior

subjek dalam posisi oklusi sentrik

menggunakan kamera. Selanjutnya,

subjek penelitian mengisi kuesioner

PIDAQ setelah mendapat penjelasan

mengenai cara pengisisan kuesioner.

Pengisian kuesioner didampingi oleh

peneliti.

PENGUKURAN VARIABEL

PENELITIAN

Pengukuran variabel penampilan

gigi anterior memakai skala ordinal.

Variabel penampilan gigi anterior diukur

menggunakan indeks Aesthetic

Component IOTN. Indeks ini digunakan

karena AC IOTN digunakan untuk

mengukur keadaan estetika gigi dan

hambatan estetika gigi dari suatu

maloklusi menggunakan foto standar

yang diambil dari aspek anterior sehingga

dapat mewakili tampilan gigi anterior

responden. Foto standar Aesthetic

Component IOTN yang terdiri dari 10

buah foto dengan grade 1-10. Foto nomor

satu menunjukkan estetika gigi yang

sangat baik dan foto nomor sepuluh

estetika gigi sangat tidak baik.

Pengukuran variabel keadaan

psikososial menggunakan skala numerik.

Variabel keadaaan psikologis diamati

menggunakan instrument kuisioner

PIDAQ (Psychosocial Index Dental

Aesthetics Quetionnaire) terdiri dari

aspek rasa percaya diri, dampak sosial,

dampak psikologis, dan dampak estetik

yang diisi oleh responden. Untuk

pertanyaan mengenai dampak sosial,

dampak psikologis, dan dampak estetik

dilakukan penilaian dengan ketentuan

nilai 0 bila responden menjawab tidak

(5)

sedikit setuju, nilai 2 bila responden

menjawab agak setuju, nilai 3 bila

responden menjawab setuju, dan nilai 4

bila responden menjawab sangat setuju.

Untuk pertanyaan mengenai aspek

rasa percaya diri dilakukan dengan

penilaian nilai 4 bila responden

menjawab tidak setuju, nilai 3 bila

responden menjawab sedikit setuju, nilai

2 bila responden menjawab agak setuju,

nilai 1 bila responden menjawab setuju,

dan nilai 0 bila responden menjawab

sangat setuju. Hasil pengukuran variabel

keadaan psikososial didapatkan dengan

menjumlahkan keseluruhan skor dari

butir pertanyaan kuesioner. Semakin

besar nilai skor total, semakin berdampak

negatif terhadap keadaan psikososial

responden.

Analisis Data

Analisis Univariat dilakukan untuk

menggambarkan/mendeskripsikan

karakteristik masing-masing variabel

yang diteliti yaitu variabel independen

(penampilan gigi anterior berdasarkan

Aesthetic Component dari IOTN) dan

variabel dependen (keadaan

psikososial/hasil skor kuesioner). Data

disajikan secara deskriptif dalam bentuk

tabel.

Analisis Bivariat dilakukan untuk

melihat pengaruh variabel dependen

terhadap independen apakah signifikan

atau tidak. Pengaruh penampilan gigi

anterior berdasarkan Aesthetic

Component dari IOTN terhadap keadaan

psikososial dianalisis menggunakan uji

statistik Spearman. Signifikan atau

tidaknya pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen dapat dilihat

dari nilai p, bila p < 0,05 berarti terdapat

pengaruh yang bermakna.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan

penempilan gigi anterior berdasarkan

indek AC IOTN paling banyak adalah

grade 1 sebesar 31,5% dan yang paling

sedikit adalah grade 10.

Tabel 1. Gambaran penampilan gigi anterior responden berdasarkan Aesthetic

Component dari IOTN

Penampilan

Gigi

Anterior

Jumlah Persentase

(%)

Grade 1 28 31,5

Grade 2 12 13,5

Grade 3 17 19,1

Grade 4 9 10,1

Grade 5 1 1,1

Grade 6 9 10,1

Grade 7 4 4,5

Grade 8

Grade 9

8

0

9,0

0

Grade 10 1 1,1

Total 89 100,0

Menurut Brook dan Shaw (1989)

(6)

tinggi berdasarkan Aesthetic Compnen

dari IOTN. Hasil studi epidemiologi

menyatakan maloklusi yang paling

banyak ditemukan adalah maloklusi

ringan14.

Tabel 2. Hasil skor kuesioner PIDAQ

AC

IOTN

N Hasil Skor Kuesioner

PIDAQ (Mean)

Skor Total PIDAQ

Grade 1 28 24,07

Grade 2 12 29,17

Grade 3 17 30,24

Grade 4 9 27,44

Grade 5 1 66,00

Grade 6 9 34,56

Grade 7 4 43,25

Grade 8 8 40,38

Grade 9 0 0

Grade

10

1 82,00

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat

bahwa rata-rata hasil skor total PIDAQ

siswa SMAN 10 Padang paling tinggi

pada responden yang mempunyai grade

10 AC IOTN dan paling rendah pada

grade 1 AC IOTN. Ditinjau dari rasa

percaya diri ditemukan rata-rata skor

paling tinggi pada grade 10 AC IOTN

dan terendah pada grade 1 AC IOTN.

Dilihat dari aspek dampak sosial

didapatkan rata-rata skor paling tinggi

pada grade 10 AC IOTN dan terendah

pada grade 2 AC IOTN. Pada aspek

dampak psikologis didapatkan rata-rata

skor paling tinggi pada grade 10 AC

IOTN dan paling rendah pada grade 1

AC IOTN. Ditinjau dari aspek dampak

estetik didapatkan rata-rata skor paling

tinggi pada grade 5 dan grade 10 AC

IOTN dan terendah pada grade 3 AC

IOTN. Semakin tinggi skor, maka

semakin berdampak negatif terhadap

keadaan psikososial.

Pada penelitian ini diperoleh hasil

bahwa penampilan gigi anterior

berdasarkan Aesthetic Component dari

IOTN memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap keadaan psikososial remaja pada

siswa SMAN 10 Padang.

Tabel 3. Pengaruh penampilan gigi anterior berdasarkan Aesthetic

Component dari IOTN terhadap

psikososial remaja pada siswa SMAN 10 Padang

Variabel N Koefisien

Korelasi

P

Skor total

PIDAQ

89 0,391 0,000*

* p < 0,01

Hasil penelitian menunjukkan

penampilan gigi anterior berdasarkan

Aesthetic Component dari IOTN memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap

(7)

SMAN 10 Padang. Penelitian ini

menemukan bahwa semakin tinggi grade

AC IOTN maka semakin tinggi skor total

PIDAQ yang menunjukkan semakin tidak

baik estetika maka semakin tinggi

dampak negatif terhadap keadaan

psikososial responden. Grade AC IOTN

yang semakin tinggi menunjukkan

keadaan estetika yang semakin rendah.

Wajah merupakan bagian yang

paling sering diperhatikan dan menjadi

karakter fisik yang penting dalam

perkembangan citra diri dan harga diri2.

Bagian wajah sangat mempengaruhi

penampilan fisik adalah mata dan

mulut14. Penampilan gigi dan mulut

berpengaruh terhadap kehidupan

psikososial seseorang dan relasi dengan

orang lain, yaitu bagaimana seseorang

menjalani kehidupannya, bagaimana

orang lain menilainya, dan bagaimana

mereka bergaul, hal ini akan

mempengaruhi citra diri, harga diri, dan

kesejahteraan sosial15.

Sarver (2005) menyatakan orang

yang mempunyai gangguan estetik seperti

maloklusi cenderung menerima respon

yang tidak menyenangkan dari orang lain

sehingga menimbulkan rasa rendah diri.

Selain itu, penderita maloklusi akan sulit

untuk menyesuaikan diri dengan orang

lain dan mengalami gangguan emosi.

Soh, dkk menyatakan maloklusi terutama

pada gigi anterior menyebabkan konsep

diri yang negatif2. Menurut Calhoun dan

Acocella (1995), ciri konsep diri yang

negatif adalah peka terhadap kritik,

cenderung merasa tidak disukai orang

lain, dan pesismis, pandangan yang tidak

teratur terhadap diri sendiri, dan tidak

memiliki kestabilan. Kondisi seperti ini

sering sekali ditemukan pada remaja16.

Pada hasil penelitian ini ditemukan

responden yang mempunyai tampilan gigi

dengan grade yang semakin tinggi

merasakan dampak psikososial yang lebih

besar dibandingkan dengan responden

yang mempunyai tampilan gigi dengan

grade yang semakin rendah.

Hasil penelitian ini sesuai dengan

penelitian Carlos Bellot, dkk (2013) pada

remaja di Spanyol, dimana terdapat

pengaruh yang signifikan antara grade

Aesthetic Component dari IOTN dengan

skor PIDAQ remaja. Hasil serupa juga

ditemukan pada penelitian Paula, dkk

(2009) pada remaja di Brazil dimana

terdapat hubungan yang signifikan antara

maloklusi dan psikososial.

Penelitian Arsie (2012) pada remaja

awal di Jakarta menemukan tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara

karakteristik maloklusi gigi anterior

terhadap psikososial. Penelitian Arsie

dilakukan pada SMP 51 dan SMP 159

(8)

mungkin disebabkan karena lingkungan

sekolah dan lingkungan sosial yang tidak

mengutamakan penampilan untuk

bersosialisasi. Selain itu, latar belakang

sosial ekonomi responden yang berbeda

mungkin juga mempengaruhi hasil

penelitian. Namun, pada penelitian ini

faktor demografi dan sosial ekonomi

responden tidak dikontrol. Status sosial

ekonomi mempengaruhi kemampuan

untuk mendapatkan dan melakukan

perawatan estetika gigi. Keluarga yang

mempunyai kemampuan ekonomi yang

lebih tinggi bisa mendapatkan perawatan

dengan mudah supaya mempunyai

penampilan wajah yang lebih baik dan

mencegah gangguan pada penampilan

gigi. Hal ini berhubungan dengan

kedudukan sosial yang bermartabat dan

jabatan9.

Pada penelitian Mahmood dan

Karem (2013) menunjukkan bahwa skor

PIDAQ semakin tinggi pada maloklusi

yang semakin berat. Hasil penelitian

tersebut didukung oleh Mandall, dkk

(1999) yang menemukan bahwa anak

yang lebih membutuhkan perawatan

orthodonti merasakan dampak psikososial

yang lebih besar7. Berdasarkan hasil

penelitian ini dan didukung oleh beberapa

penelitian dapat disimpulkan bahwa

penampilan gigi anterior berdasarkan

Aesthetic Component dari IOTN

berpengaruh terhadap kesejahteraan

psikososial.

KESIMPULAN

1. Gambaran penampilan gigi anterior

responden berdasarkan Aesthetic

Component dari IOTN paling banyak

pada grade 1 yaitu estetika gigi paling

tinggi

2. Terdapat pengaruh yang signifikan

antara penampilan gigi anterior

berdasarkan Aesthetic Component

dari IOTN terhadap psikososial

remaja pada siswa SMAN 10 Padang

SARAN

1. Disarankan kepada siswa SMAN 10

Padang agar meningkatkan estetika

gigi dengan konsultasi ke dokter gigi

untuk mencegah timbulnya

gangguan perkembangan psikososial

akibat penampilan gigi. Selain itu,

disarankan untuk menjaga

kebersihan gigi dan mulut untuk

mencegah dampak lain dari

maloklusi seperti karies dan penyakit

periodontal.

2. Pada penelitian selanjutnya,

disarankan untuk menggunakan

metode Dental Health Component

dari IOTN serta hubungannya

dengan psikososial.

3. Pada penelitian selanjutnya,

disarankan untuk meneliti tentang

(9)

seperti warna gigi, bentuk gigi,

Characteristics Among Female Dental

Patients: Comparisons of unmodified,

Decayed, and Whitened teeth”. British Dental

Journal. Vol. 204: E9.

2. Khan, Munizeh & Fida, Mubassar (2008).

“Assessment of Psychosocial Impact of

Dental Aesthetics. Journal of The College of

Physicians and Surgeons Pakistan”. Vol.

18(9): 559-564.

3. Arsie, Risa Yunia (2012). “Dampak Berbagai

Karakteristik Oklusi Gigi Anterior terhadap

Status Psikososial Remaja Awal (Penelitian

Epidemiologi pada Remaja Awal di SMP 51

dan SMP 195 Jakarta Timur)”. Tesis Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.

Jakarta.

4. Barnabe, Eduardo & Flores-Mir, Carios

(2007). “Influence of Anterior Occlusal

Characteristics on Self-perceived Dental

Appearance in Young Adults”. Angle

Orthodontist. Angle Orthodontist. Vol. 77(5):

831-836.

5. Nevin, Jill Bennet & Keim, Robert (2005).

Biomechanics and Esthetic Strategies in

Clinical Orthodontics. Elsevier Saunders. St

Louis.

6. Dewi, Oktavia (2008). “Analisis Hubungan

Maloklusi dengan Kualitas Hidup pada

Remaja SMU Kota Medan Tahun 2007”.

Tesis Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Sumatera Utara. Medan

7. Mahmood, Trefa M. Ali & Kareem, Fadil

Abdulla (2013). “Psychological Impact of

Dental Aesthetics for Kurdish Young Adults

Seeking Orthodontic Treatment”.

International Journal of Health and

Rehabilitation Sciences. Vol. 2: 28-37.

8. Sarver, David M. & Proffit, William R.

(2005). Orthodontics Current Principles and

Techniques. Edisi ke 4. Elsevier Mosby. St

Louis.

9. Proffit, William R., dkk (2007).

Contemporary Orthodontics. Edisi ke 4. Mosby Elsevier. St Louis.

10. Dariyo, Agoes (2004). Psikologi

Perkembangan Remaja. Ghalia Indonesia.

Bogor.

11. Rohayati, Iceu (2011). “Program Bimbingan

Teman Sebaya untuk Meningkatkan Percaya

Diri Siswa”. Diakses 19 Oktober 2013;

http://www.jurnal.upi.edu

12. Paula, Delcides Ferreira. Jr, dkk (2011).

“Effect of Anterior Teeth Display During

Smiling on The Self-Perceived Impacts of

Malocclusion in Adolescents”. Angle

Orthodontist. Vol. 81(3): 540-545.

13. Mitchell, Laura (1998). An Introduction of

Orthodontics. Oxford University Press. New York

14. Hunt, Orlagh, dkk (2002) “ The Aesthetics

Component of the Index of the Index of

Orthodontic Treatment Need Validated

Againts Lay Opinion” European Journal of

Orthodontics. Vol 24: 53-59

15. Traebert, Eliane S.A. & Peres, Marco Aurelio

(2007). “Do Malocclusions Affect the

Individual’s Oral Health-Related Quality of

Life?”. Oral Health Prev Dent. Vol 5: 3-12.

16. Ghufron, M. Nur & S, Rini Risnawati (2010).

Teori-Teori Psikologi. Ar-Ruzz Media.

Gambar

Tabel 1. Gambaran penampilan gigi anterior responden berdasarkan Aesthetic Component  dari IOTN
Tabel 2. Hasil skor kuesioner PIDAQ

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dosen-dosen program studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Bangka Belitung yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama

[r]

Penyelesaian masalah konversi bilangan ini diaplikasikan dalam sebuah program dengan bahasa pemprograman Turbo Pascal 7.0 yang memiliki beberapa kelebihan diantaranya memiliki

Dalam penulisan ilmiah ini, penulis bertujuan membuat aplikasi untuk pelayanan peminjaman dan pengembalian buku pada perpustakaan Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah

[r]

Text yang digunakan diperoleh dari buku-buku Successfull Soccer yang berisikan informasi tentang teknik-teknik sepakbola tersebut kemudian dituliskan kedalam Visual Basic 6.0

[r]