Proposal KTI
Nama : RUTH MARIA
NIM : 1208250089
JUDUL
“Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dengan Keluhan Wanita Menjelang
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perubahan pada saat menopause dapat berupa penurunan produksi hormon seks wanita yaitu estrogen dan progesteron dari indung telur. Keluhan
menopause sangat bervariasi pada wanita. Keluhan ini berupa insomnia, hot flash, keluar keringat di malam hari, pusing, sakit kepala terus menerus, rasa
nyeri di persendian, rasa tertekan tanpa sebab, rasa sakit saat berhubungan intim, vagina yang kering dan banyak lagi. Perubahan yang lebih nyata adalah penyusutan fungsi sistem reproduksi, berkurangnya kekuatan otot, payudara
tidak kencang lagi, osteoporosis dan meningkatnya resiko penyakit jantung. Adapun perubahan lain berupa gangguan psikologis, yaitu berupa khawatir,
takut, berpikir berulang-ulang, kewaspadaan yang berlebih, cemas dan depresi.
Kecemasan pada setiap indivudu berbeda, ada yang ringan, sedang dan ada juga yang berat, sehingga membutuhkan upaya penanganan untuk
mengatasi kecemasan yang dialami. Sebenarnya, berbagai upaya penanganan yang ada hanya akan membuat wanita yang menjalaninya merasa reda dari gejala yang dirasakan. Tetapi sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh kondisi
psikis atau suasana hati (Dwi Lestary, 2010).
Dari beberapa penelitian yang ada tentang wanita mengenai
menopause, Menurut Hesti (2009) kecemasan wanita menghadapi menopause dengan kategori ringan sebesar 53,3%. Dan dari mereka memiliki respon yang
depresi, stres, mudah marah (Wiknjosastro, 1997). Sedangkan menurut Pittsburg (1996) didapat hasil 80,9% wanita menopause di dunia tidak
mengetahui tentang menopause. 1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah yaitu “ Apakah ada Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dengan
Keluhan Wanita Menjelang Menopause Pada Wanita Usia 30-40 tahun?”. 1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan keluhan wanita menjelang menopause.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang tingkat pengetahuan dengan keluhan wanita menjelang menopouse.
pengetahuan wanita tentang keluhan menopause. 1.4.2 Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat digunakan untuk penelitian berikutnya.
1.4.3 Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam melakukan penelitian, khususnya tentang keluhan dalam menghadapi
menopause.
Hasil Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan petugas kesehatan terutama Bidan dalam komunitas untuk memberikan informasi lebih
banyak tentang menopause.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan
2.1.1 Definisi
Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadii memalui panca indra manusia yakni indra penglihatan,
pendengaran, penawaran rasa, dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Sukidjo .N. A, 1960).
Pengetahuan adalah reaksi dari manusia atas rangsangannya oleh alam sekitar melalui persentuhan melalui objek dengan indera dan pengetahuan merupakan hasil yang terjadi setelah orang melakukan
Pengetahuan adalah sebagai ingatan atas bahan-bahan yang telah dipelajari dan mungkin ini menyangkut tentang mengikat kembali
sekumpulan bahan yang luas dari hal-hal yang terperinci oleh teori, tetapi apa yang diberikan menggunakan ingatan akan keterangan yang sesuai (Ngatimin, 1990).
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah
orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telingan (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan itu sendiri banyak dipengaruhi oleh beberapa factor
yang dapat diperoleh dari pendidikan formal dan non folmal, jadi pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan seseorang maka
orang tersebut semakin luas pengetahuannya. Tetapi perlu ditekankan bukan berarti seseorang yang pendidikannya rendah, mutlak pengetahuannya rendah pula. Karena pendidikan tidak mutlak diperoleh
dipendidikan formal, akan tetapi pendidikan non formal juga diperoleh. 2.1.2 Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmojo (1993), Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan
yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu
mengukur bahwa orang tahu apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, mendefinisikan menyatakan dan sebagainya. Contoh
dapat menyebutkan tanda – tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.
b. Memahami (Comprehesion)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui. Dan dapat menginterpertasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya. Contoh dapat menjelaskan mengapa kita harus makan – makanan yang bergizi. c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau kegunaan hukum –
hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam kontek atau situasi yang lain. Contohnya dapat menggunakan prinsip – prinsip,
siklus pemecahan masalah, dari kasus yang diberi. d. Analisis (Analysis)
Analisi adalah suatu harapan untuk menjabarkan suatu materi atau objek dalam komponen – komponen tetapi masih dalam struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitanya dengan yang lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja
e. Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian – bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan kemampuan untuk
menyusun, merencanakan, meningkatkan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi dikaitkan dengan kemampuan – kemampuan untuk melakukan identifikasi atau menilai penilaian terhadap suatu materi atau suatu objek, penilaian – penilaian ini berdasarkan kriteria yang
telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria tak ada. 2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
a. Umur
Menurut Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa umur merupakan variabel yang selalu diperhatikan dalam penelitian-penelitian epidemiologi yang merupakan salah satu hal yang mempengaruhi pengetahuan. Umur adalah lamanya waktu hidup seseorang dalam
tahun yang dihitung sejak dilahirkan sampai berulang tahun yang terakhir (Depkes, 2007).
b. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan juga mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide dan teknologi baru (SDKI, 1997). Pendidikan
juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang. Karena dapat membuat seseorang untuk lebih mudah mengambil keputusan dan bertindak.
c. Sosial ekonomi
mendapatkan informasi karena kemampuannya dalam penyediaan media informasi.
d. Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas (Soekanto, 2002).
Faktor pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang atau dengan kata lain pengetahuan
mempunyai pengaruh sebagai motivasi awal bagi seseorang dalam berperilaku. Namun perlu diperhatikan bahwa perubahan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku, walaupun hubungan positif
antara variabel pengetahuan dan variabel perilaku telah banyak diperlihatkan.
2.1.4 Cara Mengukur Pengetahuan
Menurut Soekidjo (2003) pengukuran pengetahuan dapat dilakukan
dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden.
Cara Memperoleh Pengetahuan Menurut Soekidjo (2005) cara untuk memperoleh pengetahuan ada 2 yaitu :
a. Cara Tradisional atau Non Ilmia 1. Cara coba salah (Trial and error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan bahkan
mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu seseorang apabila menghadapi persoalan atau masalah, upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-coba saja.
Bahkan sampai sekarang pun metode ini masih sering
mengetahui suatu cara tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
2. Cara kekuasaan atau otoritas
Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintahan, tokoh agama maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai mekanisme yang sama di dalam penemuan pengetahuan. Prinsip ini
adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dahulu menguji atau membuktikan
kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa apa yang ditemukannya adalah
sudah benar.
3. Berdasarkan pengalaman pribadi
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman
yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.
4. Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara pikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mempu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.
Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya.
b. Cara Modern atau Cara Ilmiah
2.2 Menopause
2.2.1 Definisi Menopause
Menopause merupakan sebuah kata yang mempunyai banyak arti
yang terdiri dari kata men dan pauseis yang berasal dari bahasa Yunani yang pertama kali digunakan untuk menggambarkan berhentinya haid. Ini merupakan suatu akhir proses biologis dari siklus menstruasi yang terjadi
karena penurunan produksi hormon estrogen yang dihasilkan ovarium (indung telur). Menopause mulai pada umur yang berbeda umumnya
adalah sekitar umur 50 tahun, meskipun ada sedikit wanita memulai menopause pada umur 30-an (Sarwono P, 2008).
Menopause adalah berhentinya menstruasi secara permanen yang disebabkan hilangnya fungsi folikel-folikel sel telur (Safrina,2009).
Menurut Pakasi (2000), menopause adalah perdarahan terakhir dari uterus yang masih dipengaruhi oleh hormon-hormon dari otak dan sel telur. Menopause merupakan suatu fase alamiah yang akan dialami oleh setiap
wanita yang biasanya terjadi di atas usia 40 tahun. Kondisi ini merupakan suatu akhir proses biologis yang menandai berakhirnya masa subur
seorang wanita. Dikatakan menopause bila siklus menstruasinya telah berhenti selama satu tahun. Berhentinya haid tersebut akan membawa dampak pada konsekuensi kesehatan baik fisik maupun psikis (Retnowati,
2001).
Produksi hormon estrogen menurun disebabkan oleh folikel indung
telur (kantong indung telur) akan mengalami tingkat kerusakan yang lebih cepat sehingga pasokan folikel akhirnya habis. Percepatan kerusakan
dihasilkan volikel) yang berkurang sehingga meningkatkan kadar FSH (Folokel Stimulating Hormon) yang dihasilkan oleh hipofisis. Kadar
estrogen perempuan akan meningkat pada masa pra menopause.
Kadar tersebut tidak berkurang selama kurang dari satu tahun
sebelum periode menstruasi berakhir. Estrogen utama yang dihasilkan dalam tubuh wanita adalah estradiol. Namun selama pra menopause,
estrogen yang dihasilkan lebih banyak dari jenis berbeda yaitu estrogen yang dihasilkan didalam indung telur maupun dalam lemak tubuh. Kadar progesteron mulai menurun tajam selama pra menopause.
Meskipun tujuan reproduksi tidak lagi menjadi hal utama di usia ini, peran hormon – hormon tersebut yang berkaitan dengan kesehatan
tetap diperlukan. Estrogen dan androgen tetap penting, misalnya untuk mempertahankan tulang yang kuat dan sehat. Selain itu juga bermanfaat
untuk mempertahankan jaringan vagina dan saluran kencing yang lentur. Baik estrogen maupun progesteron sama-sama penting untuk mempertahankan lapisan kalogen yang sehat pada kulit.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa menopause
merupakan suatu masa ketika persediaan sel telur habis, indung telur mulai menghentikan produksi estrogen yang mengakibatkan haid tidak muncul lagi. Hal ini dapat diartikan sebagai berhentinya kesuburan (Angila, 2010 ) 2.2.2 Periode Menopause
Menurut Sarwono P (2003) ada tiga periode menopause, yaitu: a) Klimaterium
Periode klimakterium merupakan masa peralihan antara masa
tidak teratur, dengan perdarahan haid yang memanjang dan relatif banyak.
b) Menopause
Masa menopause yaitu saat haid terakhir atau berhentinya
menstruasi, dan bila sesudah menopause disebut paska menopause bila telah mengalami menopause 12 bulan sampai menuju ke senium
umumnya terjadi pada usia 50-an tahun. c) Senium
Periode paska menopause, yaitu ketika individu telah mampu menyesuaikan dengan kondisinya, sehingga tidak mengalami
gangguan fisik antara usia 65 tahun. Beberapa wanita juga mengalami berbagai gejala karena perubahan keseimbangan hormon.
Bagian-bagian tubuh dapat mulai menua dengan jelas, tetapi kebanyakan wanita seharusnya tetap aktif secara fisik, mental, dan seksual sesudah menopause seperti sebelumnya. Menopause mulai pada umur yang
berbeda pada orang-orang yang berbeda umur yang umum adalah sekitar 50 tahun, meskipun ada sedikit wanita memulai menopause
pada umur 30-an, sementara wanita-wanita lain mulainya menopause tertunda sampai umur 50-an.
2.2.3 Tahap-tahap dalam Menopause
Menurut Sarwono P (2003), menopause di bagi dalam beberapa
tahapan yaitu sebagai berikut: a. Pra Menopause
Fase antara usia 40 tahun dan dimulainya fase klimakterium.
b. Peri Menopause
Fase peralihan antara masa pra menopause dan masa menopause. Gejala-gejala yang timbul pada fase peri menopause antara lain siklus haid yang tidak teratur, dan siklus haid yang panjang.
c. Menopause
Haid di alami terakhir akibat menurunnya fungsi estrogen dalam tubuh. Menurut Luciana (2005), keluhan-keluhan yang timbul pada
menopause antara lain keringat malam hari, mudah marah, sulit tidur, siklus haid tidak teratur, gangguan fungsi seksual, kekeringan vagina, perubahan pada indera perasa, gelisah, rasa khawatir, sulit konsentrasi,
mudah lupa, sering tidak dapat menahan kencing, nyeri otot sendi, serta depresi.
2.2.4 Perubahan pada masa menopause
Perubahan bahan pada masa menopause adalah perubahan-perubahan yang bersifat drastis. Perubahan pada masa menopause itu menyangkut perubahan organ reproduksi, perubahan hormon, perubahan
fisik, maupun perubahan psikologis. Seorang yang berada pada masa menopause, harus siap menjalani masa ini, karena masa menopause adalah
masa peralihan, yang biasanya seseorang mengalami masalah pada masa transisi ini.
Menurut Lastiko (2004), perubahan yang terjadi selama masa menopause adalah:
a. Perubahan Organ Reproduksi
Perubahan organ reproduksi disebabkan oleh berhentinya haid,
berbagai reproduksi akan mengalami perubahan. Sel telur tidak lagi di produksi, sehingga juga akan mempengaruhi komposisi hormon dalam
Sesuatu yang berlebihan atau kurang, tentu mengakibatkan timbulnya suatu reaksi pada kondisi menopause reaksi yang nyata
adalah perubahan hormon estrogen yang menjadi berkurang. Meski perubahan terjadi juga pada hormon lainnya, seperti progesteron, tetapi perubahan yang mempengaruhi langsung kondisi fisik tubuh maupun
organ reproduksi, juga psikis adalah perubahan hormon estrogen. Menurunnya kadar hormon ini menyebabkan terjadi perubahan haid
menjadi sedikit, jarang, dan bahkan siklus haidnya mulai terganggu. Hal ini disebabkan tidak tumbuhnya selaput lendir rahim akibat rendahnya hormon estrogen.
c. Perubahan Fisik
Akibat perubahan organ reproduksi maupun hormon tubuh pada masa menopause mempengaruhi berbagai keadaan fisik tubuh seorang
wanita. Keadaan ini berupa keluhan ketidaknyamanan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.
d. Perubahan Emosi
Selain fisik perubahan psikis juga sangat mempengaruhi kualitas
hidup seorang wanita dalam menjalani masa menopause sangat tergantung pada masing-masing individu, pengaruh ini sangat
tergantung pada pandangan masing-masing wanita terhadap menopause, termasuk pengetahuannya tentang masa menopause. 2.2.5 Tanda-tanda dan gejala menopaus
Tanda dan gejela menopause mempunyai ciri-ciri khusus, baik
tanda dan gejala menopause karena perubahan fisik maupun karena perubahan psikologis. Gejala-gejala menopause disebabkan oleh
berkurang, maka ovarium menghasilkan lebih sedikit estrogen dan progesteron dan tubuh memberikan reaksi. Beberapa wanita hanya
mengalami sedikit gejala, sedangkan wanita lain mengalami berbagai gejala yang sifatnya ringan sampai berat. Hal ini adalah normal.
Berkurangnya kadar estrogen secara bertahap menyebabkan tubuh secara perlahan menyesuaikan diri terhadap perubahan hormon, tetapi
pada beberapa wanita penurunan kadar estrogen ini terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan gejala-gejala yang hebat. Hal ini sering terjadi jika menopause disebabkan oleh pengangkatan ovarium (Proverawati, 2009).
Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala menopause (Angila, 2010)
a. Ketidakteraturan siklus haid
Di sini siklus perdarahan yang keluar dari vagina tidak teratur. Perdarahan seperti ini terjadi terutama diawal menopause. Perdarahan akan terjadi dalam rentang waktu beberapa bulan yang kemudian akan
berhenti sama sekali. Gejala ini disebut gejala peralihan. b. Gejolak rasa panas (hot flash)
Ini gejala klasik yang sekaligus menjadikan para wanita ketika
mengalami menopause mendapatkan perawatan. Pada saat memasuki menopause wanita akan mengalami rasa panas yang menyebar dari wajah menyebar keseluruh tubuh. Rasa panas ini terutama terjadi pada
dada, wajah dan kepala. Rasa panas ini sering diikuti timbulnya warna kemerahan pada kulit dan berkeringat. Rasa ini sering terjadi selama
diketahui, pada masa menopause kadar hormon estrogen dalam darah menurun drastis sehingga mempengaruhi fungsi tubuh. Penurunan
estrogen akan mengenai sistem alfa-adrenergik sentral yang selanjutnya berakibat pada pusat thermoregulasi dan neuron pelepas LH.
Keluhan hot flushes mereda setelah tubuh menyesuaikan diri
dengan kadar estrogen yang rendah. Meskipun demikian, sekitar 25 % penderita masih mengeluhkan hal ini sampai lebih dari 5 tahun. Pemberian estrogen dalam bentuk terapi efektif dalam bentuk terapi
dalam meredakan keluhan hot flushes pada 90 % kasus. c. Keluar keringat di malam hari
Keluar keringat di malam hari disebabkan karena hot flushes.
Semua wanita akan mengalami arus panas ini. Arus panas mungkin sangat ringan dan sama sekali tidak diperhatikan oleh orang lain. Mungkin hanya terasa seolah-olah suhu meningkat secara tiba-tiba
sehingga menyebabkan kemerahan disertai keringat yang mengucur diseluruh tubuh anda. Arus ini tidak membahayakan dan akan cepat
berlalu. Sisi buruknya adalah tidak nyaman tetapi tidak pernah disertai rasa sakit.
d. Kekeringan vagina
Gejala pada vagina muncul akibat perubahan yang terjadi pada
lapisan dinding vagina. Vagina menjadi kering dan kurang elastis. Ini disebabkan karena penurunan kadar estrogen. Tidak hanya itu, juga
yang teratur akan menjaga kelembapan alat kelamin. Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali mensekresikan lendir.
Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis, lebih kering dan kurang elastis. Alat kelamin mulai mengerut, keputihan rasa sakit pada saat kencing
(Angila, 2010). e. Perubahan kulit
Estrogen berperan dalam menjaga elastisitas kulit, ketika
mensturasi berhenti maka kulit akan terasa lebih tipis, kurang elastis terutama pada sekitar wajah, leher dan lengan (Hurlock, 2002).
f. Sulit tidur
Insomnia (sulit tidur) lazim terjadi pada waktu menopause, tetapi
hal ini mungkin ada kaitannya dengan rasa tegang akibat berkeringat malam.
g. Perubahan pada mulut
Pada saat ini kemampuan mengecap pada wanita berubah menjadi kurang peka, sementara yang lain mengalami gangguan gusi dan gigi menjadi lebih mudah tanggal.
h. Kerapuhan tulang
Rendahnya kadar estrogen merupakan penyebab proses osteoporosis (kerapuhan tulang). Osteoporosis merupakan penyakit
kerangka yang paling umum dan merupakan persoalan bagi yang telah berumur. Osteoporosis paling banyak menyerang wanita yang telah menopause. Kehilangan 1% tulang dalam setahun dapat akibat proses
penuaan, tetapi kadang setelah menopause kita kehilangan 2% setahunnya.
Banyak wanita menjadi gemuk selama menopause, rasa letih yang biasanya dialami pada masa menopause, diperburuk dengan perilaku
makan yang sembarangan. j. Penyakit
Ada beberapa penyakit yang seringkali dialami oleh wanita menopause, dari sudut pandang medik ada 2 perubahan paling penting
yang terjadi pada waktu menopause yaitu meningkatnya kemungkinan terjadi penyakit jantung, pembuluh darah serta hilangnya mineral dan
protein di dalam tulang (osteoporosis). k. Linu dan nyeri otot sendi
Linu dan nyeri yang dialami wanita menopause berkaitan dengan pembahasan kurangnya penyerapan kalsium yang telah ditemukan
sebelumnya.
l. Perubahan pada indra prasa
Wanita menopause biasanya akan mengalami penurunan kepekaan
pada indra pengecapnya. Sementara wanita yang memiliki riwayat penyakit gigi dan gusi, maka kemungkinan giginya akan lebih cepat tanggal ( Angila, 2010).
Beberapa keluhan psikologis yang merupakan tanda dan gejala
menopause (Angila, 2010) a. Ingatan menurun
Sebelum menopause wanita dapat mengingat dengan mudah, namun sesudah mengalami menopause terjadi kemunduran dalam
mengingat. b. Kecemasan
Kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan adanya
kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah di khawatirkan.
Gejala ini lebih mudah terlihat dibandingkan kecemasan. Wanita lebih mudah tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang sebelumnya
dianggap tidak mengganggu ini mungkin disebabkan dengan datangnya menopause maka wanita menjadi sangat menyadari proses mana yang sedang berlangsung dalam dirinya.
d. Stres
Tidak ada yang bisa lepas sama sekali dari rasa was-was dan cemas, termasuk para lansia menopause. Di tingkat psikologis, respon
orang erhadap sumber stress tidak bisa di ramalkan, sebagaimana perbedaan suasana hati dan emosi.
e. Depresi
Wanita yang mengalami depresi sering merasa sedih, karena
kehilangan kemampuan untuk bereproduksi, sedih karena kehilangan kesempatan untuk memiliki anak, sedih karena kehilangan daya tarik.
Wanita merasa tertekan karena kehilangan seluruh perannya sebagai wanita dan harus menghadapi masa tuanya.
2.2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi kapan seorang wanita mengalami menopause
a. Usia saat haid pertama kali (menarche)
Beberapa ahli yang melakukan penelitian menemukan adanya hubungan antara usia pertama kali mendapat haid dengan usia seorang wanita memasuki menopause.
b. Faktor psikis
Keadaan seorang wanita yang tidak menikah dan bekerja diduga mempengaruhi perkembangan psikis seorang wanita. Menurut
beberapa penelitian, mereka akan mengalami masa menopause lebih muda, dibandingkan mereka yang menikah dan tidak bekerja/bekerja
Meskipun belum ditemukan hubungan antara jumlah anak dan menopause, tetapi beberapa peneliti menemukan bahwa semakin
sering seorang wanita melahirkan maka semakin tua atau lama mereka memasuki masa menopause.
d. Usia melahirkan
Masih berhubungan dengan melahirkan anak, bahwa semakin tua seseorang melahirkan anak, semakin tua ia mulai memasuki usia
menopause. Penelitian yang dilakukan Beth Israel Deaconess Medical center in Boston, mengungkapkan bahwa wanita yang masih melahirkan di atas usia 40 tahun akan mengalami usia menopause yang
lebih tua. Hal ini terjadi karena kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi. Bahkan akan
memperlambat proses penuaan tubuh. e. Pemakaian kontrasepsi
Pemakaian kontrasepsi ini, khususnya alat kontrasepsi jenis hormonal. Hal ini bisa terjadi karena cara kerja kontrasepsi yang
menekan fungsi indung telur sehingga tidak memproduksi sel telur. Pada wanita yang menggunakan kontrasepsi ini akan lebih lama atau
tua memasuki usia menopause. f. Merokok
Wanita perokok akan lebih cepat memasuki masa menopause. g. Sosial ekonomi
Meskipun data pasti belum diperoleh, dalam bukunya dr Faisal menyebutkan bahwa menopause kelihatannya dipengaruhi oleh aktor status sosial ekonomi, di samping pendidikan dan pekerjaan suami.
Begitu juga hubungan antara tinggi badan dan berat badan wanita yang bersangkutan termasuk dalam pengaruh sosial ekonomi.
Menurut Hartono (2000), terdapat empat faktor yang mempengaruhi gejala menopause, yaitu :
a. Faktor fisik dan psikologis
Perubahan-perubahan fisik maupun psikologis ini berhubungan dengan kadar estrogen, gejala yang menonjol adalah berkurangnya
pendidikan. Apabila sosial ekonomi baik akan mengurangi beban fisik
dan psikologis.
c. Faktor budaya dan lingkungan
Pengaruh budaya dan lingkungan mempengaruhi wanita untuk
dapat atau tidak menyesuaikan diri dengan masa ini. d. Faktor lainnya
Wanita yang belum menikah, wanita karir baik yang sudah ataupun belum berumah tangga akan mempengaruhi keluhan-keluhan yang ringan.
2.2.8 Upaya-upaya menghadapi menopause
Berikut ini upaya-upaya yang dilakukan untuk menghadapi
menopause :
a. Menjaga pola makan yang teratur dengan gizi yang seimbang. Asupan vitamin dan mineral yang cukup, sangat baik untuk mencegah osteoporosis dan kulit keriput, yang dapat mempengaruhi aktivitas
sehari-hari.
b. Olahraga teratur sesuai kemampuan fisik, setidaknya jalan kaki. c. Menghentikan kebiasaan buruk seperti merokok atau mengkonsumsi
alkohol.
d. Berpikir positif dan jangan panik atas perubahan pada bentuk. Semua
e. Berkonsultasi dengan dokter jika menderita penyakit tertentu, supaya mendapat pengobatan yang tepat dan aman. Juga apabila ingin
menggunakan terapi hormon, supaya mendapatkan dosis yang sesuai kebutuhan (www.depkes.go.id, 2007).
2.3 Hubungan tingkat pengetahuan dengan keluhan wanita menjelang menopause pada wanita usia 30-40 tahun
Pengetahuan akan membentuk kepercayaan dan akan memberikan dasar bagi pengembangan selanjutnya dan menentukan sikap terhadap objek
tertentu. Pengetahuan yang luas menyebabkan seseorang lebih siap dan matang dalam menjalani segala persoalan yang terjadi dengan baik. Kasdu (2002) menyatakan bahwa pengetahuan yang cukup akan membantu wanita memahami dan mempersiapkan dirinya menghadapi masa menopause dengan lebih baik. Admin (2005) juga berpendapat bahwa wanita yang memahami tentang menopause diharapkan wanita dapat melakukan upaya pencegahan sedini mungkin untuk siap memasuki umur menopause tanpa harus
mengalami keluhan yang berat.
Wanita menjelang menopause akan mengalami penurunan berbagai fungsi tubuh, sehingga akan berdampak pada ketidaknyamanan dalam
menjalani kehidupannya. Untuk itu, penting bagi seorang wanita selalu berpikir positif bahwa kondisi tersebut merupakan sesuatu yang sifatnya
alami, seperti halnya keluhan yang muncul pada fase kehidupannya yang lain. Tentunya sikap yang positif ini bisa muncul jika diimbangi oleh informasi atau pengetahuan yang cukup, sehingga ibu lebih siap baik siap secara fisik,
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat analititic kuantitatif yaitu untuk mengetahui
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dengan Keluhan Wanita Menjelang Menopause Pada wanita 30-40tahun di SD Kristen Kalam Kudus Pekanbaru
Tahun 2014.
3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian 3.2. 1 Tempat Penelitian
Tempat penelitian di SD Kristen Kalam Kudus Pekanbaru Tahun 2014. Tempat penelitian ini dipilih karena populasi dan sampel terpenuhi.
3.2. 2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada 23 Maret s/d selesai. 3.3 Populasi dan Sampel
3.8.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2006).
Populasi target adalah populasi yang menjadi sasaran akhir yang
parameternya akan diketahui melalui penelitian, tetapi tidak mungkin semua subjek dalam populasi target akan diamati. Populasi dalam
populasi aktual adalah populasi yang lebih kecil sehingga lebih memungkinkan diukur untuk mendapatkan informasi tentang populasi
target (Taufiqurrahman, 2004). Populasi aktual dalam penelitian ini adalah seluruh wanita yang berumur 30-40 tahun yang berada di SD Kristen Kalam Kudus yang berjumlah 28 orang.
3.8.2 Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo, 2005). Besar
sempel berjumlah 28 orang. 3.4 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik total Sampling yang mana metode pengambilan sampel dengan mengikut sertakan semua anggota populasi sebagai sampel penelitian.
3.5 Kerangka Konsep
Variabel bebas variabel terikat
3.6 Hipotesa
Ada hubungan tingkat pengetahuan tentang menopause dengan keluhan wanita menjelang menopose pada wanita usia 30-40 tahun.
3.7 Definisi operasional
3.7.1 Pengetahuan tentang menopause adalah banyaknya informasi yang
dimiliki oleh ibu yang berguna untuk menjawab pertanyaan mengenai menopause. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh ibu. Skala data yang digunakan adalah skala ordinal dengan kriteria
3.7.2 Keluhan yang umum timbul pada wanita yang mengalami premenopause adalah: Rasa panas di wajah, yang sering diawali oleh rasa mual dan sakit
kepala serta jantung berdebar-debar. Kulit pun terasa kering dan sukar tidur (insomnia) atau tidur tak nyenyak.Kulit menjadi lebih sensitif dan kering, termasuk di daerah vagina, yang membuat rasa nyeri pada saat
berhubungan suami istri. Perubahan kadar hormon juga menyebabkan turunnya densitas tulang, sehingga timbul pengeroposan tulang atau
osteoporosis, yang meningkatkan resiko patah tulang. Selain itu, dapat juga terjadi peningkatan kadar kolesterol darah yang harus diobati untuk mencegah serangan jantung. Kadang timbul keluhan panas saat buang air
kecil, perubahan bentuk payudara serta badan menjadi gemuk.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang diisi oleh ibu premenopause. Dengan pernyataan sejumlah k (jumlah aitem pernyataan dalam kuesioner), jika skor individual ≥ ½k dapat diartikan favorable,
dikarenakan untuk memperoleh skor sebesar itu seorang responden harus memberikan jawaban favorable pada setengah atau lebih jumlah
pernyataan. Jika skornya <½ k maka responden tersebut diartikan tidak favorale (Azwar, 2009). Aitem favorable yaitu aitem yang memihak pada objek ukur atau yang mengindikasikan tingginya atribut yang diukur.
Sedangkan aitem tidak favorable yaitu aitem yang tidak memihak pada objek ukur atau yang mengindikasikan rendahnya atribut yang diukur
(Azwar, 2008). Skala data yang digunakan adalah skala ordinal dengan kriteria penilaian :
Langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Penyuntingan (editing)
Kegiatan dalam penyuntingan adalah memeriksa kembali seluruh
kelengkapan hasil observasi yang telah terkumpul supaya tidak terjadi kesalahan.
b. Pengkodean (coding)
Pemberian kode dilakukan setelah kegiatan penyuntingan berupa
pemberian nilai atau angka untuk mempermudah pengolahan data. Penilaian tingkat pengetahuan dan tingkat kecemasan jika benar diberi
skor satu dan jika salah skornya nol. c. Tabulasi (tabulating)
Yaitu menyusun data dalam bentuk tabel kemudia dianalisis. Analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk
yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. 3.8.2 Analisis data
Pada penelitian ini uji statistik yang digunakan adalah uji Chi Square
yang bekerja dengan data ordinal atau berjenjang atau rangking, serta bebas distribusi. Bila penelitian dilakukan pada seluruh populasi, maka tidak dilakukan pengujian signifikansi (Sugiyono, 2006).
3.9 Kuesioner/alat/instrumen data
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan jenis kuesioner tertutup dimana responden tinggal memilih alternatif jawaban
yang telah disediakan sesuai dengan petunjuk dengan tujuan supaya lebih mudah mengarahkan jawaban responden dan lebih mudah diolah (Notoatmodjo, 2005). Kuesioner yang dibagikan meliputi kuesioner tingkat
pengetahuan tentang menopause dan kuesioner keluhan wanita menjelang menopouse pada wanita usia 30-40 tahun . Kuesioner tingkat pengetahuan
dan untuk jawaban salah diberi skor 0. Sedangkan untuk pernyataan negatif, jika jawaban benar diberiskor 0 dan untuk jawaban salah diberi skor 1.
Kuesioner keluhan wanita menjelang menopouse pada wanita usia 30-40 tahun, untuk pernyataan positif, jika jawaban ya diberi skor 1 dan untuk jawaban tidak diberi skor 0. Sedangkan untuk pernyataan negatif, jika jawaban
ya diberi skor 0 dan untuk jawaban tidak diberi skor 1.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya (Marzuki, 2005). Metode yang
digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan membagikan kuesioner kepada responden yang telah dijelaskan cara pengisiannya untuk mengetahui