• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Dasar Penyebab dan Bentuk Psikote (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Konsep Dasar Penyebab dan Bentuk Psikote (1)"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PSIKOTERAPI

Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Orientasi Baru Dalam Psikologi

Dosen: Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si

Oleh :

1. Sabar (2.16.04.00.224)

2. Singgih Aji Purnomo (2.16.04.00.223)

PROGRAM MAGISTER (S2)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) ALHIKMAH

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah SWT, dengan kasih sayang-Nya, telah melimpahkan nikmat tak terhingga yang takkan mungkin dapat dihitung meski seluruh lautan dijadikan tinta untuk menuliskannya. Terlebih atas nikmat terbesar yang telah Dia berikan, yaitu nikmat iman dan Islam. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada revolusioner terbaik sepanjang masa, pencetak sejarah kebenderangan dunia, Nabi Muhammad SAW.

Pada kesempatan ini, Kami sangat bersyukur mendapat kesempatan menyusun karya tulis berbentuk makalah yang berjudul “Konsep Dasar, Penyebab, dan Bentuk-Bentuk Psikoterapi”. Makalah ini merupakan tugas pada mata kuliah Orientasi Baru Dalam Psikologi Semester I program studi Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) ALHIKMAH Jakarta.

Terima kasih terhatur kepada orang tua Kami yang tak pernah lelah membimbing Kami dengan segenap cinta kasihnya, kepada dosen mata kuliah Orientasi Baru Dalam Psikologi yang dengan gigih memotivasi kita semua untuk terus maju dan berkarya, serta kepada semua pihak yang tentunya begitu banyak membantu hingga terselesaikannya penulisan makalah ini.

Semoga Allah SWT senantiasa memberi jalan kepada kita untuk selalu memperbaiki diri dan memperoleh manfaat dari setiap detik yang berlalu. Amin.

(3)

DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Balakang... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Tujuan dan Manfaat... 3 BAB II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Psikoterapi... 4 B. Bentuk-Bentuk dan Teknik Psikoterapi... 5 C. Psikoterapi Dalam Islam... 10 BAB III. penutup

A. Kesimpulan... 19 B. Saran... 20

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Psikoterapi merupakan salah satu modalitas terapi yang terandalkan dalam tatalaksana pasien psikiatri disamping psikofarmaka dan terapi fisik. Sebetulnya dalam kehidupan sehari-hari, prinsip-prinsip dan beberapa kaidah yang ada dalam psikoterapi ternyata juga digunakan, antara lain dalam konseling, pendidikan dan pengajaran, atau pun pemasaran.

Dalam praktek, psikoterapi dilakukan dengan percakapan dan observasi. Percakapan dengan seseorang dapat mengubah pandangan, keyakinan serta perilakunya secara mendalam, dan hal ini sering tidak kita sadari. Beberapa contohnya, antara lain seorang penakut, dapat berubah menjadi berani, atau, dua orang yang saling bermusuhan satu sama lain, kemudian dapat menjadi saling bermaafan, atau, seseorang yang sedih dapat menjadi gembira setelah menjalani percakapan dengan seseorang yang dipercayainya. Bila kita amati contoh-contoh itu, akan timbul pertanyaan, apakah sebenarnya yang telah dilakukan terhadap mereka sehingga dapat terjadi perubahan tersebut? Pada hakekatnya, yang dilakukan ialah pembujukan atau persuasi. Caranya dapat bermacam-macam, antara lain dengan memberi nasehat, memberi contoh, memberikan pengertian, melakukan otoritas untuk mengajarkan sesuatu, memacu imajinasi, melatih, dsb. Pembujukan ini dapat efektif asal dilakukan pada saat yang tepat, dengan cara yang tepat, oleh orang yang mempunyai cukup pengalaman. Pada prinsipnya pembujukan ini terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dalam berbagai bidang, dan dapat dilakukan oleh banyak orang.

(5)

keluarganya; hal itu pun dilakukan melalui pembicaraan. Dalam keseluruhan proses tatalaksana pasien, hubungan dokter-pasien merupakan hal yang penting dan sangat menentukan, dan untuk dapat membentuk dan membina hubungan dokter-pasien tersebut, seorang dokter dapat mempelajarinya melalui prinsip-prinsip psikoterapi.

Sejak berabad yang lalu, para ahli telah menyadari bahwa psikoterapi berperan penting pada penyembuhan gangguan-gangguan pikiran dan perasaan, dan dokter berperan penting dalam hal itu (A healer is a person to whom a sufferer tells things; and out of his or her listening, the healer develops the basis for therapeutic interventions. The good listener is the best physician for those who are ill in thought and feeling). Oleh karena itu dahulu psikoterapi sering disebut sebagai the talking cure. Psikoterapi diterima sebagai ilmu dan ketrampilan tersendiri, sebagai pengembangan lebih lanjut dari prinsip-prinsip the talking cure tersebut, oleh karena terdiri atas teknik-teknik dan metode khusus yang dapat diajarkan dan dipelajari.

Mengapa psikoterapi penting dipelajari? Psikoterapi merupakan alat yang dapat membantu dan penting dipelajari khususnya oleh dokter dan para profesional lain yang berperan dalam kesehatan dan kesehatan jiwa, namun perlu pula diingat bahwa teknik dan metodenya yang tertentu dan bermacam-macam tersebut memerlukan waktu yang cukup lama untuk dapat dipelajari dan dipraktekkan dengan baik. Tentunya, dengan hanya membaca buku ajar yang singkat ini tidaklah mungkin mencakup keseluruhan hal mengenai psikoterapi, namun setidaknya prinsip-prinsip dasar psikoterapi dapat dipahami, untuk dapat diaplikasikan dalam praktek sehari-hari, sehingga dapat turut menunjang upaya peningkatan mutu pelayanan kepada pasien.

(6)

alamiah, sehingga harus dilatih untuk mencapai ketrampilan optimal). Dengan psikoterapi, seorang dokter akan dapat memanfaatkan teknik-teknik untuk meningkatkan hasil yang ingin dicapainya. Bila seorang dokter tidak mengerti atau memahaminya, sebetulnya bukan hanya tidak akan menambah efektivitas terapinya, melainkan setidaknya dapat menghindarkan hal-hal yang dapat merugikan pasiennya.

B. Rumusan Masalah

Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengertian psikoterapi?

2. Bagaimana bentuk-bentuk dan teknik psikoterapi? 3. Bagaimana psikoterapi dalam Islam?

C. Tujuan dan Manfaat

Tujuan daan manfaat dari makalah ini diharapkan masiswa mampu:

1. Mengetahui pengertian Psikoterapi.

2. Mengetahui bentuk-bentuk dan teknik psikoterapi.

(7)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Psikoterapi

Psikoterapi (psychoterapy) adalah pengobatan alam pikiran, atau lebih tepatnya, pengobatan dan perawatan gangguan psikis melalui metode psikologis.1 Istilah ini mencakup berbagai teknik yang bertujuan untuk

membantu individu dalam mengatasi gangguan emosionalnya, dengan cara memodifikasi perilaku, pikiran, dan emosinya, sehingga individu tersebut mampu mengembangkan dirinya dalam mengatasi masalah psikisnya.

James P. Chaplin lebih jauh membagi pengertian psikoterapi dalam dua sudut pandang. Secara khusus, psikoterapi diartikan sebagai penerapan teknik khusus pada penyembuhan penyakit mental atau pada kesulitan-kesulitan penyesuaian diri setiap hari. Secara luas, psikoterapi mencakup penyemuhan lewat keyakinan agama melalui pembicaraan informal atau diskusi personal dengan guru atau teman.2 Pada pengertian di atas,

psikoterapi selain digunakan untuk penyembuhan penyakit mental, juga dapat digunakan untuk membantu, memperhatikan dan mengembangkan integritas jiwa, agar ia tetap tumbuh secara sehat dan memiliki kemampuan penyesuaian diri lebih efektif terhadap lingkungannya. Tugas utama psikiater adalah memberi pemahaman dan wawasan yang utuh mengenai diri pasien serta memodifikasi atau bahkan mengubah tingkah laku yang dianggap menyimpang. Oleh karena itu, boleh jadi psikiater yang dimaksudkan disini adalah para guru, orang tua, saudara, dan teman dekat yang biasa digunakan sebagai tempat curahan hati, serta memberi nasihat-nasihat kehidupan yang baik.3

Menurut Carl Gustav Jung, psikoterapi telah melampaui asal-usul medisnya dan tidak lagi merupakan suatu metode perawatan orang sakit.

1 Frieda Fordham, Pengantar Psikologi Carl Gustav Jung, (Jakarta: Bhratara Karya Aksara, 1988), h. 69.

2 James P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, terj. Karrtini Kartono, judul asli “Dictionary of Psycholog)”, (Jakarta: Rajawali, 1999), h. 407.

(8)

Psikoterapi kini digunakan untuk orang yang sehat atau pada mereka yang mempunyai hak atas kesehatan psikis yang penderitaannya menyiksa kita semua.4 Berdasarkan pendapat Jung ini, bangunan psikoterapi selain

diguanakan untuk fungsi kuratif (penyembuhan), juga berfungsi preventif (pencegahan), dan konstruktif (pemeliharaan dan pengembangan jiwa yang sehat). Ketiga fungsi tersebut mengisyaratkan bahwa usaha-usaha untuk berkonsultasi pada psikiater tidak hanya ketika psikis seseorang dalam kondisi sakit. Alangkah lebih baik jika dilakukan sebelum datangnya gejala atau penyakit mental, karena itu dapat membangun kepribadian yang sempurna.

Pengetahuan tentang psikoterapi sangat berguna untuk (1) membantu penderita dalam memahami dirinya, mengetahui sumber-sumber psikopatologi dan kesulitan penyesuaian diri, serta memberikan perspektif masa depan yang lebih cerah dalam kehidupan jiwanya; (2) membantu penderita dalam menentukan langkah-langkah praktis dan pelaksanaan terapinya.5 Diakui atau tidak, banyak seseorang yang sebenarnya telah

mengidap penyakit jiwa, namun ia tidak sadar akan sakitnya, bahkan ia tidak mengerti dan memahami bagaimana seharusnya yang diperbuat untuk menghilangkan penyakitnya. Karenanya dibutuhkan pengetahuan tentang psikoterapi.

B. Bentuk-Bentuk dan Teknik Psikoterapi

Setelah mempelajari teks-teks al-Qur’an, Muhammad Abd al-‘Aziz al-Khalidi membagi obat (syifa’) dengan dua bagian: Pertama, obat hissi,

yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit fisik, seperti berobat dengan air, madu, buah-buahan yang disebutkan dalam al-Qur’an, dalam hal ini contohnya pengobatan menggunakan air, air disini hanya sebagai media yang menyembuhkan penyakit pasien tidak lain adalah sugesti;

4 Frieda Fordham, op.cit., h. 80.

(9)

kedua obat ma’nawi, yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit ruh dan kalbu manusia, seperti doa-doa dan isi kandungan dalam al-Qur’an.6

Pembagian dua kategori obat tersebut didasarkan atas asumsi bahwa dalam diri manusia terdapat dua substansi yang bergabung menjadi satu, yaitu jasmani dan ruhani. Masing-masing substansi ini memiliki sunnah (hukum) tersendiri yang berbeda satu dengan yang lain. Kelainan (penyakit) yang terjadi pada aspek jasmani harus ditempuh melalui sunnah pengobatan hissin, bukan dengan sunnah pengobatan ma’nawi seperti berdoa. Tanpa menempuh sunnahnya maka kelainan itu tidak akan sembuh. Permasalahan tersebut menjadi lain apabila yang mendapat kelainan itu kepribadian (tingkah laku) manusia.7 Kepribadian merupakan

produk fitrah nafsani (jasmani-ruhani). Aspek ruhani menjadi esensi kepribadian manusia, sedang aspek jasmani menjadi alat aktualisasi. Oleh karena kedudukan seperti ini maka kelainan kepribadian manusia tidak akan dapat disembuhkan dengan sunnah pengobatan hissi, melainkan dengan sunnah pengobatan m’nawi. Demikian juga, kelainan jasmani seringkali disebabkan oleh kelainan ruhani dan cara pengobatannyapun harus dengan sunnah pengobatan ma’nawi pula.

Dokter sekaligus filosof Muslim yang pertama kali memfungsikan pengetahuan jiwa untuk pengobatan medis adalah Abu Bakar Muhammad Zakariah al-Razi (864-925). Menurut al-Razi, tugas seorang dokter di samping mengetahui kesehatan jasmani (al-thibb al-jasmani) dituntut juga mengetahui kesehatan jiwa (at-thibb al-ruhani). Hal ini untuk menjaga keseimbangan jiwa dalam melakukan aktivitas-aktivitasnya, supaya tidak terjadi keadaan yang minus atau berkelebihan. Oleh karena konsep ini maka al-Razi menyusun dua buku yang terkenal, yaitu Thibb

al-6 Muhammad Abd al-Aziz al-Khalidi, al-Istisyfa’ bi al-Qur’an, (Beirut: Dar Kutub al-Ilmiah, 1996), h.8.

(10)

Manshuriyah (kesehatan al-Manshur) yang menjelaskan pengobatan jasmani, dan at-thibb al-ruhani (kesehatan mental) yang menerangkan pengobatan jiwa.8

Kutipan diatas menunjukan urgensinya suatu pengetahuan tentang psikis, Pengetahuan psikis ini tidak sekedar berfungsi untuk memahami kepribadian manusia, tetapi juga untuk pengobatan penyakit jasmaniah dan ruhaniah. Banyak di antara penyakit jasmani seperti kelainan fungsi pernapasan, usus perut dan sebagainya justru diakibatkan oleh kelainan jiwa manusia. Penyakit jiwa seperti stres, waswas, dengki, iri-hati, nifak dan sebagainya seringkali menjadi kondisi emosi seseorang labil dan tak terkendali. Kelabilan jiwa ini mempengaruhi syaraf dan fungsi organik, sehingga terjadi penyempitan di saluran pernapasan, atau penyempitan usus perut yang mengkibatkan penyakit jasmani.

Ibnu Qayyim al-jauziyah dalam “Ighatsah al-Lahfan”9lebih spesifik membagi psikoterapi dalam dua kategori, yaitu tabi’yyah dan syar’iyyah.

Psikoterapi tabi’iyyah adalah pengobatan secara psikologis terhadap penyakit yang gejalanya dapat diamati dan dirasakan oleh penderitanya dalam kondisi tertentu, seperti penyakit kecemasan, kegelisahan, kesedihan, dan amarah. Penyembuhannya dengan cara menghilangkan sebab-sebabnya. Psikoterapi syar’iyyah adalah pengobatan secara psikologis terhadap penyakit yang gejalanya tidak dapat diamati dan tidak dapat dirasakan oleh penderitanya dalam kondisi tertentu, tetapi ia benar-benar penyakit yang berbahaya, sebab dapat merusak kalbu seseorang, seperti penyakit yang ditimbulkan dari kebodohan, syubhat, keragu-raguan, dan syahwat. Pengobatannya adalah dengan penanaman syariah yang datangnya dari Tuhan. Hal itu dipahami dari Qs. Al-An’am : 125.

























8 Zainul Kamal, dalam pendahuluan edisi terjemah Ibn Maskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, terj. Helmi Hidayat, judul asli “Tahzib al-Akhlaq wa Tathyih al’Araq,” (Bandung: Mizan, 1994), h. 13.

(11)



































(12)

Artinya:

Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. dan Barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.

Muhammad Mahmud Mahmud, seorang psikolog muslim ternama, membagi psikoterapi Islam dalam dua kategori; Pertama, bersifat

duniawi, berupa pendekatan dan teknik-teknik pengobatan psikis setelah memahami psikopatologi dalam kehidupan nyata; Kedua, bersifat

ukhrawi, berupa bimbingan mengenai nilai-nilai moral, spiritual, dan agama.10

Sampai saat ini, sebagaimana dikemukakan Atkinson11, terdapat

enam teknik psikoterapi yang digunakan oleh para psikiater atau psikolog, antara lain:

1. Teknik Terapi Psikoanalisis

Bahwa di dalam tiap-tiap individu terdapat kekuatan yang saling berlawanan yang menyebabkan konflik internal tidak terhindarkan. Konflik ini mempunyai pengaruh kuat pada perkembangan kepribadian individu, sehingga menimbulkan stres dalam kehidupan. Teknik ini menekankan fungsi pemecahan masalah dari ego yang berlawanan dengan impuls seksual dan agresif dari id. Model ini banyak dikembangkan dalam Psiko-analisis Freud. Menurutnya, paling tidak terdapat lima macam teknik penyembuhan penyakit mental, yaitu dengan mempelajari otobiografi, hipnotis, chatarsis, asosiasi bebas, dan analisa mimpi. Teknik freud ini selanjutnya disempurnakan oleh Jung dengan teknik terapi Psikodinamik.

2. Teknik Terapi Perilaku

Teknik ini menggunakan prinsip belajar untuk memodifikasi perilaku individu, antara lain desensitisasi, sistematik, flooding, penguatan sistematis, pemodelan, pengulangan perilaku yang pantas dan regulasi diri perilaku.

10 Muhammad Mahmud Mahmud, op.cit., h. 402.

(13)

3. Teknik Terapi Kognitif Perilaku

Teknik modifikasi perilaku individu dan mengubah keyakinan maladatif. Terapis membantu individu mengganti interpretasi yang irasional terhadap suatu peristiwa dengan interpretasi yang lebih realistik.

4. Teknik Terapi Humanistik

Teknik dengan pendekatan fenomenologi kepribadian yang membantu individu menyadari diri sesunguhnya dan memecahkan masalah mereka dengan intervensi terapis yang minimal (client-centered-therapy). Gangguan psikologis diduga timbul jika proses pertumbuhan potensi dan aktualisasi diri terhalang oleh situasi atau orang lain. individu untuk menggali sikap dan perilakunya dalam interaksi dengan orang lain yang memiliki masalah serupa. Sedang terapi keluarga adalah bentuk terapi khusus yang membantu pasangan suami-istri, atau hubungan arang tua-anak, untuk mempelajari cara yang lebih efektif, untuk berhubungan satu sama lain dan untuk menangani berbagai masalahnya.

Berbagai teknik terapi di atas, tidak satupun menyebutkan teknik terapi ukhrawi (psikoterapi yang berpijak pada ajaran agama). Freud bahkan dalam The Future of an Ilusion mengaggap bahwa orang yang memeluk suatu agama berarti ia telah menderita delusi, ilusi dan (obsessional neurosis) yang berasal dari ketidakmampuan manusia (helplesness) dalam menghadapi kekuatan alam di luar dirinya dan juga kekuatan insting dari dalam dirinya sendiri. Agama merupakan kumpulan neurosis yang disebabkan oleh kondisi serupa dengan kondisi yang menimbulkan neurosis pada anak-anak.12

Teori freud ini kemudian dibantah oleh Carl Jung putra mahkotanya sendiri. Jung terpaksa mengadakan penelitian pada mitologi, agama,

(14)

alkemi dari sumber-sumber kontemporer.13 Selanjutnya Allport juga

membantah teori Freud. Para dan astrologi. Penelitiannya ini dapat membantu archetipe-archetipe yang sulit diperoleh psikolog kontemporer tidak menemukan patologi-patologi yang terjadi pada pemeluk agama yang salih. Pemeluk agama yang salih justru mampu mengintegrasikan jiwanya dan tidak pernah mengalami hambatan-hambatan hidup secara serius.14 Dengan demikian, teori Freud yang hanya mengutamakan

psikoterapi duniawi tidak dapat dipertahankan lagi dan dipandang perlu untuk penambahan psikoterapi lain yang dikaitkan dengan kehidupan agama, yakni psikoterapi ukhrawi yang berasaskan agama.

C. Psikoterapi Dalam Islam

Dalam ajaran Islam, selain diupayakan adanya pikoterapi duniawi,

juga terdapat psikoterapi ukhrawi. Psikoterapi ukhrawi merupakan petunjuk (hidayah) dan anugrah (wahbah) dari Allah SWT. Yang berisikan kerangka ideologi dan teologis dari segala psikoterapi. Sedang psikoterapi

duniawi merupakan hasil ijtihad (daya upaya) manusia, berupa teknik-teknik pengobatan kejiwaan yang didasarkan atas kaidah-kaidah

insaniyah. Kedua model psikoterapi ini sama pentingnya, ibarat sisi mata uang yang satu sama lain saling terkait. Berdasarkan uraian di atas tampak bahwa pendekatan pencaharian psikoterapi yang didasarkan atas kerangka

Psiko-teo-antropo-sentris, yaitu psikologi yang didasarkan pada kemahakuasaan Tuhan dan upaya manusia. Kemahakuasaan Tuhan sebagaimana yang tergambar dalam firman Allah SWT. Sebagai berikut:































Artinya:

13 Calvin Hall and Gardner Lindzey, Teori-teori Psikodinamik (klinis), terj. Yustinus, judul asli “Theories of Personality” (Yogyakarta: Kanisius, 1993), h. 217.

(15)

(Yaitu Tuhan) yang telah menciptakan Aku, Maka Dialah yang menunjuki Aku, Dan Tuhanku, yang Dia memberi Makan dan minum kepadaKu, Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku. (Qs. Al-Syu’ara: 78-80).

Sabda Nabi SAW yang artinya:

“Allah tidak menurunkan suatu penyakit kecuali penyakit itu telah ada obatnya” (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah).

Sedangkan usaha manusia sebagaimana dalam firman Allah SWT berikut ini:

Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (Qs. Ar-Ra’d: 11)

Psikoterapi dalam Islam yang dapat menyembuhkan semua aspek psikopatologi, baik yang bersifat duniawi, ukhrawi, maupun penyakit manusia-manusia modern adalah sebagaimana dalam syair Jawa yang dinukil dari ungkapan Ali Bin Abi Thalib sebagai berikut:

“Tombo ati iku limo sak wernane:

Maca Qur’an angen-angen sak maknane, Kaping pindu shalat wengi lakonono, Kaping telu wong kang sholeh kumpulono, Kaping papat iku weteng ingkang luwe, Kaping limo zikir wengi ingkang suwe, Salah sawine sopo biso ngelakoni Insya’ Allah. Gusti Allah nyembadani”

Artinya:

(16)

(1) Membaca al-Qur’an sambil mencoba memahami artinya; (2) Melakukan shalat malam;

(3) Bergaul dengan orang yang baik dan salih; (4) Perut supaya lapar (puasa);

(5) Zikir malam hari yang lama.

Barangsiapa yang mampu melakukan salah satu dari kelima psikoterapi tersebut maka Allah akan mengabulkan (permintaannya dengan menyembuhkan penyakit yang dideritanya).”

(17)

Firman Allah SWT:

Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (Qs. Al-Isra’: 82).

Al-Qurthubi dalam tafsirnya menyebutkan bahwa ada dua pendapat dalam memahami term syifa’ dalam ayat tersebut. Pertama, terapi bagi jiwa yang dapat menghilangkan kebodohan dan keraguan, membuka jiwa yang tertutup, serta dapat menyembuhkan jjwa yang sakit; kedua, terapi yang dapat menyembuhkan penyakit fisik, baik dalam bentuk azimat maupun tangkal. Sementara Al-Thabathaba’I mengemukakan bahwa syifa’

dalam Al-Qur’an memiliki makna “terapi ruhaniah” yang dapat menyembuhkan penyakit batin. Al-Thabathaba’I juga mengemukakan bahwa Al-Quran juga dapat menyembuhkan penyakit jasmani, baik melalui bacaan atau tulisan.

Menurut al-Faidh al-Kasyani dalam Tafsirnya mengemukakan bahwa lafal-lafal al-Quran dapat menyembuhkan penyakit badan, sedangkan makna-maknanya dapat menyembuhkan penyakit jiwa. Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah, bacaan al-Quran mampu mengobati penyakit jiwa dan badan manusia. Obat yang mujarab yang dapat mengobati kedua penyakit ini adalah hidayah al-Quran.

(18)

Terapi kedua adalah shalat di waktu malam. Shalat yang dimaksud adalah shalat sunnah seperti shalat Tahajjud, Hajat, Mutlak, Tasbih, Tarawih (khusus bulan Ramadhan), dan Witir. Keampuhan shalat sunnah ini sangat terkait dengan pengamalan shalat wajib, sebab kedudukan terapi shalat sunnah hanya menjadi suplemen bagi terapi shalat wajib. Firman Allah SWT.:

Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke

Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezki yang Kami berikan. (Qs. Al-Sajadah: 16).

(19)

syukur, nabi SAW sendiri selalu melakukan tahajjud walaupun tumit kakinya bengkak. (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah)

Setelah shalat sunat di malam hari, amalan yang perlu dilakukan adalah berdo’a, berdzikir dan membaca wirid, sebab berdoa di malam hari mudah dikabulkan oleh Allah SWT. Sabda Nabi SAW : “Sesuatu yang lebih mendekatkan Tuhan kepada hamba-Nya di tengah malam adalah apabila engkau mampu melakukan zikir kepada Allah maka lakukanlah.”

Shalat juga merupakan terapi psikis yang bersifat kuratif, preventif, dan konstruktif sekaligus. Pertama, shalat membina seseorang untuk melatih konsentrasi yang integral dan komprehensif. Hal itu tergambar dalam niat dan khusyu’. Kedua, shalat dapat menjaga kesehatan potensi-potensi psikis manusia, seperti potensi-potensi kalbu untuk merasa (emosi), potensi akal untuk berpikir (kognisi), dan potensi syahwat (appetite) dan ghadab (defense) untuk berkarsa (konasi). Dengan shalat, seseorang dapat menjaga dua dari lima prinsip kehidupan. Lima prinsip kehidupan itu adalah memelihara agama, memelihara jiwa, memelihara akal, memelihara keturunan, dan memelihara kehormatan dan harta benda. Dengan shalat ia mampu menjaga agamanya, sebab shalat merupakan tiang agama. Demikian juga ia dapat menjaga akalnya agar terhindar dari segala zat yang membahayakan. Ketiga, shalat mengandung doa yang dapat membebaskan manusia dari penyakit batin.

Dosa adalah penyakit (psikopatologi), sedang obat (psikoterapi)-nya adalah taubat.15 Shalat adalah manifestasi dari taubat seseorang, karena

dalam shalat seseorang kembali (taba) pada Pencipta-nya.salah satu indikator taubat adalah mengakui kesalahan dan dosa-dosa yang diperbuat. Dengan pengakuan akan dosa dan permohonan untuk penghapusan dosa dalam doa iftitah, menghantarkan seseorang untuk kembali pada fitrah aslinya yang terbebas dari segala penyakit batin. Bahkan dalam hadis lain,

(20)

shalat lima waktu dapat membersihkan fisik dan psikis seseorang seperti orang yang membersihkan tubuhnya lima kali dalam sehari semalam.

Terapi yang ketiga adalah bergaul dengan orang yang salih. Orang yang salih adalah orang yang mampu mengintegrasikan dirinya dan mampu mengaktualisasikan potensinya semaksimal mungkin dalam berbagai dimensi kehidupan. Dalam tradisi kaum sufi, seseorang yang shalih dan dapat menyembuhkan penyakit ruhani manusia disebut dengan

al-thabib al-ilahi atau mursyid. Menurut al-Syarqawi, adalah thabib al-murabbi (dokter pendidik). Dokter seperti ini lazimnya memberikan resep penyembuhan kepada pasiennya melalui dua cara, yaitu:

1. Negative (al-salabi), dengan cara membersihkan diri dari segala sifat-sifat dan akhlak yang tercela.

2. Positif (al-ijabi), dengan mengisi diri dari sifat-sifat atau akhlak yang terpuji. Menurut Sa’id Hawwa, menyatakan bahwa zikir, wirid, dan amalan-amalan tertentu belum cukup untuk mengobati penyakit jiwa, melainkan diperlukan ilmu yang disertai dengan mujahadah. Baik mursyid maupun al-thabib al-ilahi, keduanya memiliki-pinjam istilah Abraham Maslow-pengalaman puncak (peak experience), sebab selain mereka melaksanakan kewajiban-kewajiban pokok juga melakukan perluasan diri (extension of the self) dengan ibadah-ibadah khusus.

Terapi yang keempat adalah melakukan puasa. Puasa disini adalah menahan diri dari segala perbuatan yang dapat merusak citra fitri manusia. Pembagian puasa ada 2:

1. Puasa fisik, yaitu menahan lapar,haus, dan berhubungan seks.(bukan miliknya atau bukan pada tempatnya).

2. Puasa psikis, yaitu menahan hawa nafsu dari segala perbuatan maksiat.

Puasa juga mampu menumbuhkan efekemosional yang positif, seperti menyadari akan kemaha kuasaan Allah SWT, menumbuhkan solidaritas dan kepedulian terhadap orang lain, serta menghidupkan nilai-nilai positif dalam dirinya untuk aktualisasi diri sebaik mungkin. Hikmah lapar menurut Al-Ghazali:

1. Menjernihkan Qalbu dan mempertajam pandangan.

2. Melembutkan Qalbu sehingga mampu merasakan kenikmatan batin.

(21)

4. Mengingatkan jiwa manusia akan cobaan dan azab Allah.

5. Memperlemah syahwat dan tertahannya nafsu amarah yang buruk.

6. Mengurangi jam tidur dan memperkuat kondisi terjaga dimalam hari untuk ibadah.

7. Mempermudah seseorang untuk selalu tekun beribadah.

8. Menyehatkan badan dan jiwa serta menolak penyakit.

9. Menumbuhkan sikap suka membantu orang lain.

10. Menumbuhkan sikap mendahulukan suka membantu orang lain dan mudah bersedekah.

Terapi yang kelima adalah zikir. Zikir dalam arti sempit memiliki makna menyebut asma-asma Allah dalam berbagai kesempatan. Sedangkan dalam arti luas mengingat segala keagungan dan kasih saying Allah SWT yang telah diberikan,serta dengan menaati perintahnya dan menjauhi larangannya.

Dua makna yang terkandung dalam lafal zikir menurut At-Thabathabai:

1. Kegiatan psikologis yang memungkinkan seseorang memelihara makna sesuatu yang diyakini berdasarkan pengetahuannya atau ia berusaha hadir padanya (istikdhar).

2. Hadirnya sesuatu pada hati dan ucapan seseorang.

Zikir dapat mengembalikan kesadaran seseorang yang hilang, sebab aktivitas zikir mendorong seseorang untuk mengingat, menyebut kembali hal-hal yang tersembunyi dalam hatinya. Zikir juga mampu mengingatkan seseorang bahwa yang membuat dan menyembuhkan penyakit hanyalah Allah SWT semata, sehingga zikir mampu memberi sugesti penyembuhannya.

Melakukan zikir sama halnya nilainya dengan terapi rileksasi, yaitu satu bentuk terapi dengan menekankan upaya mengantarkan pasien bagaimana cara ia harus beristirahat dan bersantai-santai melalui pengurangan ketegangan atau tekanan psikologis. Kunci utama keadaan jiwa mereka itu adalah karena melakukan zikir.firman Allah SWT:

























(22)

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (Qs. Al-Ra’d: 28)

Cara berzikir:

1. Zikir Jahar, zikir yang dikeraskan baik melalui suara maupun gerakan. Fungsinya adalah untuk menormalisasikan kembali fungsi sistem jaringan syaraf,sel-sel, dan semua organ tubuh.

2. Zikir Sirr, zikir yang diucapkan dalam hati.

Sebagai kesimpulan kelima terapi diatas adalah terapi dengan doa dan munajat. Doa adalah permohonan kepada Allah SWT agar segala gangguan dan penyakit jiwa yang dideritanya hilang. Allah yang memberikan penyakit dan Dia pula yang memberikan kesembuhan. Doa dan munajah banyak didapat dalam setiap ibadah, baik dalam shalat, puasa, haji, maupun dalam aktivitas sehari-hari. Agar doa dapat diterima maka diperlukan syarat-syarat khusus, diantaranya dengan membaca

istigfar terlebih dahulu. Istigfar tidak hanya berarti memohon ampunan kepada Allah, tetapi lebih esensial lagi yaitu memiliki makna taubat.

Yang unik dalam psikoterapi islam adalah keberadaannya sangat subyektif dan teosentris. Dalam melakukan terapi, masing-masing individu memiliki tingkat kualitas yang berbeda seiring pengetahuan, pengalaman, dan pengamalan yang dimiliki. Tentunya hal itu mempengaruhi tingkat kemujaraban terapi yang diberikan. Perbedaan itu dapat dipahami sebab dalam islam mempercayai adanya anugrah dan kekuatan agung diluar kekuatan manusia, yaitu Tuhan.16

(23)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Psikoterapi (psychoterapy) adalah pengobatan alam pikiran, atau lebih tepatnya, pengobatan dan perawatan gangguan psikis melalui metode psikologis. Istilah ini mencakup berbagai teknik yang bertujuan untuk membantu individu dalam mengatasi gangguan emosionalnya, dengan cara memodifikasi perilaku, pikiran, dan emosinya, sehingga individu tersebut mampu mengembangkan dirinya dalam mengatasi masalah psikisnya. Jadi psikoterapi merupakan terapi psikis atau pengobatan alam pikiran melalui metode psikologis.

Mengenai bentuk-bentuk psikoterapi, Muhammad Abd ‘Aziz al-Khalidi membagi obat (syifa’) dengan dua bagian: Pertama, obat hissi, yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit fisik, seperti berobat dengan air, madu, buah-buahan yang disebutkan dalam al-Qur’an; kedua obat ma’nawi, yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit ruh dan kalbu manusia, seperti doa-doa dan isi kandungan dalam al-Qur’an. Ibnu Qayyim al-jauziyah dalam “Ighatsah al-Lahfan” lebih spesifik membagi psikoterapi dalam dua kategori, yaitu tabi’yyah dan syar’iyyah. Muhammad Mahmud Mahmud, seorang psikolog muslim ternama, membagi psikoterapi Islam dalam dua kategori; Pertama, bersifat duniawi, berupa pendekatan dan teknik-teknik pengobatan psikis setelah memahami psikopatologi dalam kehidupan nyata;

Kedua, bersifat ukhrawi, berupa bimbingan mengenai nilai-nilai moral, spiritual, dan agama.

Teknik psikoterapi menurut Atkinson, (1) Teknik Terapi Psikoanalisis, (2) Teknik Terapi Perilaku, (3) Teknik Terapi Kognitif Prilaku, (4) Teknik Terapi Humanistik, (5) Teknik Terapi Elektik atau Integratif (6) Teknik Terapi Kelompok dan Keluarga.

(24)

78-80, sedangkan usaha manusia sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam Qs. Al-Ra’d: 11. Psikoterapi dalam Islam yang dapat menyembuhkan semua aspek psikopatologi, baik yang bersifat duniawi, ukhrawi, maupun penyakit manusia-manusia modern adalah sebagaimana dalam syair Jawa yang dinukil dari ungkapan Ali Bin Abi Thalib mengenai psikoterapi hati yaitu:

(1) Membaca al-Qur’an sambil mencoba memahami artinya; (2) Melakukan shalat malam;

(3) Bergaul dengan orang yang baik dan salih; (4) Perut supaya lapar (puasa);

(5) Zikir malam hari yang lama.

B. Saran

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo, 2002.

al-Jauziyah, Ibnu Qayyim, Ighatsah al-Lahfan, Cairo: Dar al-Fikr, 1939, juz I. al-Khalidi, Muhammad Abd al-Aziz, al-Istisyfa’ bi al-Qur’an, Beirut: Dar

al-Kutub al-Ilmiah, 1996.

Atkinson, Rita L., dkk., Pengantar Psikologi, terj. Widjaja Kusuma, judul asli “Introduction to Psychology” Batam: Interaksara, tt.

B. Badri, Malik, Dilema Psikolog Muslim, terj. Zainab Luxfiati, judul asli “The Dilemma of Muslim Psychologits”, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994.

Calvin Hall and Gardner Lindzey, Teori-teori Psikodinamik (klinis), terj. Yustinus, judul asli “Theories of Personality” Yogyakarta: Kanisius, 1993.

Chaplin, James P., Kamus Lengkap Psikologi, terj. Karrtini Kartono, judul asli “Dictionary of Psycholog)”, Jakarta: Rajawali, 1999.

Fordham, Frieda, Pengantar Psikologi Carl Gustav Jung, Jakarta: Bhratara Karya Aksara, 1988.

Fromm, Erich, al-Din wa al-Tabliliy al-Nafs, terj. Fu’ad Kamil, (Cairo: Maktabah al-Gharbiyah, tt.), h. 15-17.

Kamal, Zainul, dalam pendahuluan edisi terjemah Ibn Maskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, terj. Helmi Hidayat, judul asli “Tahzib al-Akhlaq wa Tathyih al’Araq,” Bandung: Mizan, 1994.

Mahmud, Muhammad Mahmud, Ilm al-Nafs al-Ma’ashir fi Dhaw’i al-Islam,

Referensi

Dokumen terkait

Kebutuhan akan perencanaan produksi akan sangat terlihat jelas pada usaha yang merupakan suatu usaha manufaktur atau produk yang di hasilkan berupa barang.Namun de4\mikian

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

Selaras dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Lenawan (2009), yang menyatakan bahwa pada kepadatan yang rendah larva ikan gurami mampu memanfaatkan ruang

Adapun pelaksanaan konseling kelompok kognitif-perilaku dalam penelitian ini sesuai dengan tahapan-tahapan konseling kelompok kognitif- perilaku menurut Kuehnel (dalam

Mengetahui bahwa nanti di kemudian hari ketika putranya menjadi raja akan memiliki musuh dari tanah Arab dan tanah Ajam, sang raja memerintahkan kepada patihnya yaitu

Siti Hasunah, 2013, Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Kepatuhan dalam Mengkonsumsi Tablet Fe di BPS Ny.Siti Hasunah, Candi-sidoarjo Sitti Asyirah, 2012,

Ibu hamil dengan status paritas > 3 beresiko tinggi terjadi anemia karena seorang ibu yang sering melahirkan akan mengalami peningkatan volume plasma darah

Shine dan Slip (1990) melakukan penelitian pada spesies lain namun dari kelas yang sama yaitu Chondropython viridis dengan hasil yang menunjukkan bahwa pada kelas