• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN SALING PERCAYA PADA KELOMPOK D

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN SALING PERCAYA PADA KELOMPOK D"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN SALING PERCAYA PADA KELOMPOK DAN PENDIDIKAN TERHADAP ORANG DEWASA

Oleh

MOHAMAD ZAKI NUFUS D0A013069

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi alloh SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya paper ini terselesaikan. Penyusun juga mengucapkan terimakasih

kepada dosen pengampu mata kuliah penyuluhan atas bimbingannya dan teman – teman kuliah atas dukungannya dalam penyusunan dan penyelesaian

paper ini. Munculnya berbagai permasalahan penyuluhan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia merupakan suatu yang fenomenal. Masalah-masalah tersebut sering di jumpai dalam kehidupan terutama dalam bidang

peternakan, sehingga atas dasar permasalahan tersebut penyusun membuat paper penyuluhan berdasarkan kumpulan – kumpulan karya hasil penelitian dimana

karya tersebut dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk pemecahan masalah penyuluhan di bidang peternakan.

Penyusunan paper ini, masih terdapat kekurangan dan kekeliruan.

Berdasarkan hal tersebut, selaku penyusun, meminta maaf sebesar-besarnya serta senantiasa terbuka menerima kritik dan saran untuk penyempurnaan

makalah berikutnya. Semoga bermanfaat bagi kesejahteraan bangsa dan membangun masyarakat Indonesia yang di cintai ke arah perbaikan dan kemajuan di masa mendatang.

Purwokerto, 01 Juli 2015

(3)
(4)

3.4.3.Semakin berumur seseorang, jumlah cahaya penerangan yang

diperlukan semakin besar...20

3.4.4.Makin bertambah usia, persepsi terhadap kontras warna cenderung kearah merah daripada spektrum cahaya...21

4.9. Suasana Evaluasi Bersama Dan Evaluasi Diri...28

(5)

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Pentingnya dinamika kelompok bagi kehidupan manusia bertumpu pada

kenyataan bahwa manusia adalah makhluk sosial dimana manusia tidak dapat hidup sendirian. Dalam perjuangan hidupnya, guna memenuhi kebutuhan hidup,

kelompok manusia tidak terlepas dari interaksinya dengan manusia lain disekelilingnya. Sejak dilahirkan ke dunia sampai meninggal dunia, manusia selalu terlibat dalam interaksi, artinya tidak terlepas dari kelompok.

Pemahaman awal mengenai belajar dan mengajar sebagian besar diawali dari studi pendidikan pada anak serta pengalaman mengajar anak-anak. Kebanyakan

proses belajar mengajar didasarkan bahwa pendidikan merupakan suatu proses transmisi pengetahuan. Dimana hal ini kemudian dikenal dengan androgi yang diartikan sebagai suatu ilmu dan seni dalam mengajar anak-anak. Semakin

berkembangnya teknologi, mobilitas penduduk, perubahan dan perkembangan zaman yang semakin menuntut kemampuan individu dewasa. Maka dirasa perlu

untuk mengalami perubahan khususnya pada pendidikan.

Bagi orang dewasa, terciptanya suasana belajar yang kondusif merupakan suatu fasilitas yang mendorong mereka mau mencoba perilaku baru, berani tampil

beda, dapat berlaku dengan sikap baru dan mau mencoba pengetahuan baru yang mereka peroleh. Walaupun sesuatu yang baru mengandung resiko terjadinya

(6)

Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai latihan dan pengalaman. Bisa juga dikatakan belajar adalah proses adaptasi yang

berlangsung secara progresif. Belajar sebagai proses atau aktivitas disyaratkan oleh banyak sekali hal-hal atau faktor-faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar itu adalah banyak macamnya. Disini penulis berusaha akan membahas

faktor faktor yang mempengaruhi belajar I.2. Tujuan

a) Memahami pengertian ,unsur-unsur yang membentuk sebuah dinamika kelompok

b) Memahami konsep yang ada pada sebuah dinamika kelompok

c) .Memahami pengertian serta hambatan yang ada pada pendidikan orang dewasa.

d) Memahami konsep dari pendidikan dan pemikiran orang dewasa.

e) Memahami pentingnya suasana dalam proses belajar mengajar pada oramg dewasa atau pada anak-anak.

f) Memahami perbedaan yang mempengaruhi suatu pemikiran orang lain. g) Mmehami faktor-faktor yang mempengaruhi manusia dalam belajar .

(7)

II. DINAMIKA KELOMPOK

II.1. Pengertian Dinamika Kelompok

Menurut Slamet Santosa (2008), Dinamika berarti tingkah laku warga

yang satu secara langsung memepengaruhi warga yang lains ecara timbal balik. Dinamika berarti adanya interaksi dan interpendensi antara anggota kelompok yang satu dengan anggota kelompok secara keseluruhan. Karenanya, dapat

disimpulkan bahwa Dinamika ialah kedinamiasn atau keteraturan yang jelas dalam hubungan secara psikologis.

Andarwati et all, (2012) Kumpulan individu-individu yang mempunyai hubungan-hubungan tertentu, yang membuat mereka saling ketergantungan satu sama lain dalam ukuran-ukuran yang bermakna. Bentuk kelompok ditentukan

oleh sifat hubungan yang ada diantara anggotanya, misalnya kelompok keluarga, audiens, komite, persatuan buruh mempunyai tipe hubungan yang berbeda-beda.

Kata kuncinya adalah memiliki hubungan tertentu yang bermakna bagi mereka.Ada yang diraih atas usaha seorang diri, dan lebih banyak lagi yang meraih kesuksesan karena bekerja bersama orang lain dalam sebuah kelompok

kerja. ( Work team) (Greenberg dan Baron, 2003:273)

Menurut Syahyuti (2006), Dinamika kelompok adalah analisis dari

(8)

Jadi bisa disimpulkan dinamika kelompok merupakan suatu kelompk yang terdiri dari dua orang atau lebih yang memiliki hubungan secara psikologis antara

sesama anggota yang dialami secara bersama. Bisa juga didefinisikan bahwa dinamika kelompok sebagai konselp yang didalamnya menggambarkan proses kelompok yang selalu bergerak, berkembang, dan mampu menyesuaikan dengan

keadaan yang selalu berubah-ubah.

II.2. Unsur – Unsur Dinamika Kelompok II.2.1. Tujuan

Tujuan kelompok terdiri atas dua kategori yaitu kejelasan tujuan kelompok dan kesesuaian kelompok dengan tujuan anggota. Pemahaman yang jelas dengan

tujuan kelompok berarti mereka tahu, mampu menyebutkan tujuan kelompoknya dan menyatakan bahwa tujuan kelompok tersebut sesuai dengan keinginan secara

pribadi peternak anggota (Andarwati et all, 2012).

Menurut Wahid (2008) Tujuan kelompok, yaitu segala sesuatu yang ingin dicapai oleh kelompok. Tujuan diketahui secara umum oleh anggota dan dapat

menentukan ke arah mana tujuan dapat tercapai dan akan menjadi pendorong untuk melakukan kegiatan usaha tani ke arah yang lebih baik dan semakin tinggi

kreativitas anggota. Tujuan kelompok selalu dijadikan kerangka dalam pengambilan keputusan. Tujuan yang ada dirinci jenis dan kegiatan anggota sepakat dalam melaksanakan tujuan kelompok. (Leilani & Hasan, 2006).

Adanya tujuan kelompok akan menggerakkan semua anggota untuk berperilaku atau melaksanakan kegiatan demi tercapainya tujuan yang

(9)

anggota memahami tujuan kelompoknya. Kejelasan tujuan kelompok akan sangat berpengaruh terhadap perilaku atau tindakan anggota kelompok sehingga perlu

dikaji sampai sejauh mana tujuan kelompok benar-benar telah dipahami dan dihayati oleh setiap anggota kelompok yang bersangkutan. (Wahid , 2008).

II.2.2. Jenjang Sosial

Menurut Wahid (2008) Jenjang social adalah segala sesuatu yang menyangkut kedudukan dalam kelompok serta prestasi yang menyertai. Adanya

jenjang social merupakan faktor pendorong bagi setiap anggota untuk bekerja keras agar memperoleh tingkat penghormatan dan kekuasaan atau wewenang yang lebih tinggi di dalam kelompoknya.

Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan

yang diberikan, kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan yang diperoleh atau kemampuan seseorang/kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai keinginan dari pelaku (Budiardjo, 2002).

Kekuasaan erat kaitannya dengan kedudukannya. Karena itulah setiap orang dalam kelompok akan berusaha mempertahankan dan atau merebut

kedudukan anggota lain untuk memperoleh kedudukan atau kekuasaan yang diinginkan. Kekuasaan adalah kewenangan yang memungkinkan seseorang menggerakkan orang lain melaksanakan sesuatu kegiatan demi tercapainya tujuan

(10)

II.2.3. Kepercayaan

Kepercayaan yaitu segala sesuatu yang secara akal atau perasaan anggota

kelompok dinilai dan diterima sebagai kebenaran yang digunakan sebagai landasan kegiatan kelompok (dan masing-masing angggotanya) untuk mencapai tujuan kelompok yang diinginkan. Adanya, kepercayaan setiap anggota akan

selalu berusaha menunjukan perilaku tertentu dan di lain pihak akan saling menjaga agar anggota lain tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang menyimpang

dari kepercayaan mereka, sehingga tujuan yang diinginkan dapat dicapai seperti yang diharapkan (Mardikanto, 2006).

Dalam pembentukan kepercayaan, biasanya dari masing-masing individu

akan timbul kepercayaan jika individu tersebut menyampaikan apa yang ia anggap benar atau maksud yang akan ia sampaikan penuh pertimbangan

dan kekonsistenan dari apa yang ia katakan dan apa yang ia lakukan dalam menjalani aktivitas serta perilakunya . Dan yang paling penting adalah bagaimana memilih waktu yang tepat untuk menyampaikan tujuan kita maka hal itu akan

meningkatkan kepercayaan (Mardikanto, 2006). II.2.4. Sangsi

Reward dalam kamus Besar Indonesia diartikan dengan ganjaran dan hadiah, upah, dan pahala, membalas dan memberi penghargaan. Yang merupakan alat pendidikan refersif yang bersifat menyenangkan dan

membangkitkan atau mendorong individu untuk berbuat sesuatu yang lebih baik terutama individu yang malas. Menurut [ CITATION Wah081 \l 1033 ] dalam

(11)

adalah memberikan atau mengadakan nestapa atau penderitaan dengan sengaja kepada dindividu dengan maksud penderitaan tersebut betul-betul

dirasakan untuk menuju ke arah perbaikan.

Sanksi diberikan kepada suatu individu agar dapat lebih disiplin dalam melakukan segala hal. Menurut Hurlock konsep umum disiplin adalah sama

dengan hukuman yang digunakan apabila individu melanggar peraturan dan tata tertib yang telah ditetapkan.

Sanksi adalah sistem penghargaan atau hukuman terhadap perilaku kelompok atau anggota kelompok [ CITATION Wah081 \l 1033 ]. Dengan adanya sanksi di dalam kelompok setiap anggota diharapkan akan menunjukan perilaku

atau melakukan kegiatan-kegiatan yang sudah disepakati.

Hukuman (punishment) adalah sebuah cara untuk mengarahkan sebuah

tingkah laku agar sesuai dengan tingkah laku yang berlaku secara umum. Dalam hal ini, hukuman diberikan ketika sebuah tingkah laku yang tidak diharapkan ditampilkan oleh orang yang bersangkutan atau orang yang bersangkutan tidak

memberikan respon atau tidak menampilkan sebuah tingkah laku yang diharapkan.

Dalam menjalankan organisasi diperlukan sebuah aturan dan hukum yang berfungsi sebagai alat pengendali agar kinerja pada organisasi tersebut dapat berjalan dengan baik. Jika aturan dan hukum dalam suatu organisasi tidak berjalan

(12)

Pada beberapa kondisi tertentu, penggunaan hukuman dapat lebih efektif untuk merubah perilaku pegawai, yaitu dengan mempertimbangkan: Waktu,

Intensitas, Jadwal, Klarifikasi, dan Impersonalitas (tidak bersifat pribadi).

Untuk mengembangkan suatu program yang menggunakan hukuman secara efektif.

Fungsi Hukuman

Ada tiga fungsi penting dari hukuman yang berperan besar bagi

pembentukan tingkah laku yang diharapkan:

• Membatasi perilaku. Hukuman menghalangi terjadinya pengulangan tingkah laku yang tidak diharapkan.

• Bersifat mendidik.

• Memperkuat motivasi untuk menghindarkan diri dari tingkah laku yang

tidak diharapkan II.2.5. Norma

Norma adalah aturan atau patokan (baik tertulis atau tidak tertulis) yang

berfungsi sebagai pedoman bertindak atau juga sebagai tolok ukur benar atau salahnya suatu perbuatan. Sedangkan nilai menunjuk pada kualitas (makna, mutu,

kebaikan) yang terkandung dalam suatu objek : tindakan, benda, hal, fakta, peristiwa, dan lain-lain termasuk norma. Norma itu lebih untuk dimengerti dengan rasio, sedangkan nilai itu untuk ditangkap (dirasakan) dan dihayati (dialami)

dengan hati nurani (Efianingrum, 2007).

Johnson (2003), menyatakan bahwa norma sebagai keyakinan umum

(13)

bentuk norma yaitu norma deksriptif dan norma perspektif dimana yang artinya sebagai berikut:

Norma Deksriptif, adalah apa yang sering dilakukan, dirasakan, serta dipikirkan oleh orang ketika sedang berada dalam suatu situasi tertentu. Contoh: ketika di jalan tol ada himbauan bagi kendaraan yang berjalan

lambat untuk berjalan di bahu kiri dan bagi kendaraan yang ingin mendahului dan melaju cepat untuk berjalan di lajur kanan.

Norma Perspektif yang lebih evaluatif, menjelaskan apa yang harus dan tidak boleh dilakukan oleh individu pada situasi tertentu, dan jika ada yang melanggar akan dinilai negatif. Contoh: perintah membayar pajak untuk para wajib pajak, bagi yang tidak mematuhi akan dikenai sanksi.

Mardikanto (2006) mengatakan bahwa norma adalah yang mencerminkan bagaimana orang-orang dalam kelompok dari waktu ke waktu datang untuk

mengembangkan standar yang berfungsi sebagai kerangka acuan bagi perilaku dan persepsi. Menurut Mardikanto, (2006) norma berkembang karena adanya interaksi antar anggota kelompok.

II.2.6. Perasaan

Perasaan yaitu tanggapan emosional yang diberikan atau ditunjukan oleh

setiap anggota terhadap kelompoknya. Perasaan tersebut dapat berwujud kesenangan, kekecewaan, kesetiaan. Adanya perasaan-perasaan tertentu di kalangan anggota kelompok, sebenarnya dapat dijadikan ukuran untuk melihat

(14)

Perasaan dalam dinamika sosial berarti tanggapan emosional dari anggota suatu organisasi. Diklasifikasikan oleh W.G Sumner dalam Yazdy berdasarkan

identifikasi diri in-group dan out-group. Dalam pemikiran sistem sosiologi berdasarkan konsep, masyarakat merupakan peleburan dari keompok sosial. Empat dorongan yang universal dalam diri manusia, yaitu: (1) Rasa lapar;

(2) Rasa cinta; (3) Rasa takut, dan; (4) Rasa hampa.

In-group adalah suatu perasaan perikatan antara satu orang dengan orang lain dalam satu kelompok sosial tertentu. Perasaan tersebut sangat kuat sehinga membentuk suatu perilaku-perilaku sosial tertentu seperti solidaritas, kesediaan berkorban, kerja sama, konfromitas, obediance, dll. Biasanya disebut

dengan we group , dan individu-individunya membanggakan kelompok sendiri dan merasa folkways muncul pemikiran dan menganggap bahwa orang atau

kelompok luar itu buruk. Maksud dari Out-group adalah Out-side feeling, seseorang merasa bukan bagian dari kehidupan kelompok, yang ditandai munculnya perilaku antogonistik dan antipati. Sehingga muncul gejala

prejudiace, paranoid, etnocentristic, non koperatif, lalai, dan sebagainya.

Menurut Plak dalam Wiranata (2012), Konsep in-group dan out-group

merupakan pencerminan dari adanya kecenderungan sikap-sikap “ethocentrisme” dari individu-individu, sautu sikap dalam menilai kebudayaan menggunakan ukuran-ukuran sendiri atau mempercayai sesuatu. In-group

(15)

Dalam pendekatan sosiologis, diterdapat dua unsur yang upayakan untuk menunjang kemajuan organisasi tersebut, dua hal tersebut yaitu: (1) Fasilitas

dan; (2) Tegangan dan Tekanan. II.2.7. Fasilitas

Fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat mempermudah upaya dan

memperlancar kerja dalam rangka mencapai suatu tujuan (Daradjat dalam Fauzeea, 2010). Sedangkan menurut Subroto dalam Fauzeea (2010) Fasilitas

adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan dan memperlancar pelaksanaan satu usaha dapat berupa benda-benda maupun uang.

Sarwono (2005) fasilitas organisasi (konfeksi) adalah suasana yang sengaja

disediakan aleh kopersi untuk mencapai tujuan, baik itu tujuan koperasi maupun tujuan anggota koperasi.Indicator yang digunakan untuk menilai fasilitas dalam

kegiatan ini adalah fasilitas bidang peternakan, pemasaran dan organisasi.

Fasilitas adalah kebutuhan yang dipergunakan untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan dalam usaha kerjasama manusia. Biasanya faktro manusia

atau orang tidak dimasukan kedalam pengertian fasilitas. Fasilitias meliputi alat-lat, benda dan uang serta peralatan lainnya (Ketut, 2007). Banyak kalangan yang

menyatakan bahwa fasilitas merupakan sarana yang diberikan produsen kepada konsumen untuk memberikan kemudahan dan kelancaran (Arya, 2005).

II.2.8. Tekanan

Tekanan terhadap kelompok yaitu segala sesuatu yang dapat menimbulkan ketegangan di dalam kelompok. Adanya ketegangan itu perlu untuk menumbuh

(16)

mematikan kehidupan kelompok. Oleh karena itu tingkat ketegangan harus dapat dimanipulasi sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan kedinamisan yang

optimal. Tekanan dapat berasal dari dalam dan luar kelompok. Adanya beragam tuntutan dari para anggota dapat menimbulkan ketegangan, juga adanya beragam perintah dari kelompok dapat menimbulkan hal yang sama (Diniyati, 2011).

Tekanan dalam kelompok yaitu tekanan kelompok yang menyebabkan

kelompok tersebut berusaha keras untuk mencapai tujuan kelompok yaitu

persaingan untuk maju, pengargaan terhadap anggota sanksi dan hukuman

(Andarwati, 2012). Purwanto (2006) mengartikan tekanan kelompok sebagai

tekanan-tekanan atau ketegangan dalam kelompok yang menyebabkan kelompok

tersebut berusaha keras untuk mencapai tujuan kelompok.

Sorjono (2005), menyatakan bahwa kelompok dapat memberikan tekanan

kepada para anggotanya melalui nilai-nilai tertentu yang mengikat perilaku

anggota dalam kehidupan berkelompok. Menurut Sambass (2005), Tekanan (Streng) dan tegangan (strain) pada sebuah organisasi seharusnya dirasakan oleh

semua anggota, sehingga menjadi alat pemersatu untuk lebih menguatkan organisasi tersebut.

II.2.9. Struktur

Dalam sebuah kelompok terdapat struktur yang membentuk perilaku anggotanya dan memungkinkan untuk menjelaskan sebagian perilaku individu di

dalam kelompok maupun kinerja kelompok itu sendiri. Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian baik secara posisi maupun tugas

(17)

tujuan , bagaimana pekerjaan dibagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan secara formal.

Struktur kelompok adalah suatu pola yang teratur tentang bentuk tata hubungan antara individu-individu kelompok yang sekaligus menggabarkan kedudukan dan peran masing-masing dalam upaya pencapaian kelompok.

Ketidakjelasan mengenai struktur kelompok akan berpengaruh terhadap ketidakjelasan kedudukan, peran, hak, kewajiban dan kekuasaan masing-masing

anggota, sehingga pelaksanaan kegiatan tidak mungkin dapat berlangsung secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan kelompok (Andarwati et all, 2012).

II.2.10. Pembinaan dan Pemeliharaan Kelompok

Soekanto (2006) pembinaan dan pemeliharaan kelompok yaitu upaya kelompok untuk tetap memelihara dan mengembangkan kehidupan kelompok atau

upaya kelompok untuk berusaha memelihara tatakerja dalam kelompok. Pembinaan dan pengembangan.Kelompok adalah segala macam usaha yang dilakukan kelompok dalam rangka mempertahankan dan mengembangkan dirinya

(Soedarsono, 2005).

Setiana (2006) mengatakan bahwa pembinaan dan pengembangan

kelompok juga berarti usaha-usaha untuk menjaga kehidupan kelompok. Purwanto (2006) mendefinisikan pembinaan dan pemeliharaan kelompok yaitu upaya kelompok untuk tetap memelihara dan mengembangkan kehidupan

(18)

II.2.11. Suasana Kelompok

Hartinah (2009) yang mengatakan suasana kelompok adalah antar hubungan

dari semua orang yang terlibat dalam kelompok, dapat menjadi wahana dimana masing-masing anggota kelompok tersebut secara perseorangan dapat memanfaatkan semua informasi, tanggapan kepentingan dirinya yang

bersangkutan dengan masalah tersebut.

Menurut Santosa (2005) suasana kelompok yaitu lingkungan fiisk dan non

fisik (emosional) yang akan mempengaruhi perasaan setiap anggota kelompoknya. Suasana kelompok tani merupakan lingkungan fisik dan anggota non fisik yang akan mempengaruhi perasaan setiap anggota terhadap

kelompoknya (Andarwati, 2012). Suasana kelompok merupakan lingkungan fisik dan anggota non fisik yang akan mempengaruhi perasaan setiap anggota terhadap

kelompoknya. Suasana tersebut berupa keramahtamahan, kesetiakawanan, kebebasan bertindak dan suasana fisik (Andarwati et all, 2012).

Suasana kelompok, yaitu keadaan moral, sikap dan perasaan yang umum

terdapat di dalam kelompok. Ini dapat dilihat dari para anggota apakah bersemangat atau apatis terhadap kegiatan dan kehidupan kelompok [ CITATION

Din10 \l 1033 ].

II.2.12. Keefektifan Kelompok

Efektif selalu berkaitan dengan hubungan antara hasil yang diharapkan

dengan hasil yang dicapai, efektififas dapat dilihat dari berbagai sudut pandang dan dapat dinilai dengan berbagai cara dan mempunyai kaitan yang erat dengan

(19)

Keefektifan kelompok hanya dapat dicapai apabila kelompok tersebut dinamis, sampai sejauh mana kelompok dapat memahami tujuannya atau dasar

aktivitas yang disertai dengan kekompakan para anggota sehingga setelah tujuan tercapai timbul kepuasan antara anggota. Keefektifan kelompok mempunyai timbale baik dengan kedinamisan kelompok, kelompok yang efektif

meningkatkan dinamika kelompok dan sebaliknya kedinamisan kelompok meningkatkan keefektifan kelompok (Setiadi, 2011) . Keefektifan kelompok dapat

dilihat dari sudut pandang hasil atau produktivitas, moral kelompok dan semangat dan kesungguhan, tingkat kepuasan anggota (Razi, 2011)

II.2.13. Agenda Terselubung

Mardikanto (2006), menyatakan bahwa agenda atau maksud tersembunyi adalah emosional berupa perasaan, konflik, motif, harapan, aspirasi

dan pandangan yang tidak terungkap yang dimiliki oleh anggota kelompok. Tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh kelompok yang diketahui oleh semua angotanya, tetapi tidak dinyatakan secara tertulis. Agenda terselubung merupakan

perasaan yang terpendam, baik di dalam diri anggota maupun di dalam kelompok. Agenda terselubung juga bisa berupa keinginan-keinginan yang

ingin dicapai oleh kelompok, tetapi tidak dinyatakan secara formal (tertulis). Terpenuhinya agenda terselubung anggota akan mendorong semakin aktifnya anggota kelompok dalam melaksanakan tugas dan kegiatan kelompok yang

akan mendorong semakin dinamisnya suatu kelompok.

Sedangkan menurut Ginting (2003), agenda terselubung adalah tujuan

(20)

diharapkan oleh tercapai. Penjelasan lebih lengkap tentang maksud tersembunyi dinyatakan oleh Slamet (2008), yang merupakan program, tugas yang tidak

diketahui atau disadari oleh anggota kelompok, atau baerada di bawah permukana. Maksud tersebut tidak pernah dibicarakan secara terbuka tetapi ada, yang saling mempengaruhi dan sama pentingnya dengan maksud-maksud dan

(21)

III. PENDIDIKAN ORANG DEWASA

III.1. Pengertian

Pendidikan orang dewasa adalah proses pendidikan yang diorganisasikan isi

atau pesannya sedemikian rupa dimana metode penyampaiannya maupun pelaksanaannya di lapangan, terutama ditujukan untuk orang dewasa (Setiana, 2005). Definisi tersebut sejalan dengan apa yang diartikan Sujarwo (2004), Istilah

yang biasa digunakan dalam pendidikan orang dewasa adalah andragogi berasal dari bahasa yunani "andra dan agogos". Andra berarti orang dewasa dan agogos

berarti memimpin atau membimbing, sehingga andragogi dapat diartikan ilmu tentang cara membimbing orang dewasa dalam proses belajar.

Istilah Pendidikan Orang Dewasa berarti keseluruhan proses pendidikan

yang diorganisasikan, apa pun isi, tingkatan dan metodenya, baik formal maupun tidak, yang melanjutkan maupun menggantikan pendidikan semula di sekolah,

kolese dan universitas serta latihan kerja, yang membuat orang yang dianggap dewasa oleh masyarakat mengembangkan kemampuannya, memperkaya pengetahuannya, meningkatkan kualifikasi tektis atau profesionalnya, dan

mengakibatkan perubahan pada sikap dan perilakunya dalam perspektif rangkap perkembangan pribadi secara utuh dan partisipasi dalam perkembangan sosial,

ekonomi dan budaya yang seimbang dan bebas ( Soedidjanto,2007)

Proses belajar orang dewasa tentu sangat terkait dengan karakteristik usia perkembangannya. Oleh karena itu diperlukan juga pemahaman mengenai

(22)

Keberhasilan pendidikan tidak tergantung pada seberapa banyak materi yang diajarkan tapi seberapa jauh tingkat pemahaman warga terdidik terhadap

materi yang diajarkan. Karena itu pemilihan metode pendidikan orang dewasa harus lebih diutamakan pada metode-metode yang memungkinkan adanya dialog. Dengan demikian metode diskusi umumnya lebih baik dibandingkan dengan

metode kuliah atau ceramah. Metode penyuluhan berkaitan dengan ketepatan metode yang digunakan dalam pelaksanaan penyuluhan seperti kesempatan untuk

berdiskusi, bertanya, menanggapi materi serta waktu penyuluhan yang sesuai dengan waktu peternak (Effendi, 2011).

III.2. Tujuan

Hakikat belajar adalah suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar. Belajar selalu melibatkan tiga hal

pokok yaitu adanya perubahan tingkah laku, sifat perubahannya relatif tetap (permanen) serta perubahan tersebut disebabkan oleh interaksi dengan lingkungan, bukan oleh proses kedewasaan ataupun perubahan-perubahan kondisi

fisik yang temporer sifatnya. Oleh karena itu pada prinsipnya belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara siswa dengan

sumber-sumber belajar, sumber yang didesain maupun yang dimanfaatkan (Winardi, 2006).

Sesuai hal tersebut, Thohari (2012) berpendapat bahwa tujuan diadakannya

pendidikan orang dewasa ialah untuk merubahan perilaku ke arah yang lebih baik dan pengaruhnya cukup besar, antara lain yaitu :

(23)

Pengetahuan merupakan hasil dari proses belajar yang telah melalui beberapa tahapan dalam pencapaiannya, sedangkan belajar itu sendiri merupakan suatu

usaha untuk mencapai tujuan tertentu yaitu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku.

2. Sikap

Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan

cara-cara tertentu, apabila dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon atau dapat diartikan sebagai suatu pola perilaku, tendenasi atau

kesiapan antisipatif untuk menyesuaikan diri dari situasi sosial yang telah terkondisikan.

3. Keterampilan

Tingkat ketrampilan seseorang dalam masyarakat berbeda-beda. Ada beberapa

faktor yang mempengaruhi keterampilan seseorang, antara lain : latar belakang budaya, ikatan kelompok atau group, intelegensi dan hubungan dengan

keluarga.

III.3. Hambatan

III.4. Hambatan Fisiologis

III.4.1. Titik dekat penglihatan mulai menjauh

Dengan bertambahnya titik dekat penglihatan atau titik terdekat yang dapat

dilihat secara jelas mulai bergerak makin jauh. Pada usia dua puluh tahun seseorang dapat melihat jelas suatu benda pada jarak 10 cm dari matanya. Sekitar usia empat puluh tahun titik dekat penglihatan itu sudah menjauh sampai

23 cm. (Lunandi, 2010 ).

Faktor penyebabnya adalah kelainan refraksi mata dimana bayangan dari

(24)

mata yang terlalu pendek atau kelengkungan kornea yang kurang. Penderita tidak dapat membaca pada jarak yang normal dan harus menjauhkan bahan

bacaannya untuk dapat membaca secara jelas, serta akan sulit untuk melakukan kegiatan yang membutuhkan ketelitian tinggi. Disebut juga Hipermetropi atau Hiperopia (Alqodr, 2013).

III.4.2. Titik terjauhnya makin berkurang jaraknya

Dengan bertambahnya usia, titik jauh penglihatan atau titik terjauh yang

dapat dilihat secara jelas mulai berkurang, yakni makin pendek. Kedua faktor ini perlu diperhatikan dalam pengadaan dan penggunaan bahan dan alat pendidikan (Lunandi, 2010). Hipermetropi merupakan keadaan gangguan kekuatan

pembiasan mata dimana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan hingga titik fokusnya terletak di belakang makula lutea (Ilyas, 2006).

Pengobatan mata hipermetropi adalah memerlukan lensa cembung untuk

mematahkan sinar lebih kaut kedalam mata. Koreksi hipermetropi adalah diberikan koreksi lensa positif maksimal yang memberikan tajam penglihatan

normal. Hipermetropi sebagiknya diberikan kaca mata lensa positif terbesar yang masih memberi tajam penglihatan maksimal (Ilyas, 2006).

III.4.3. Semakin berumur seseorang, jumlah cahaya penerangan yang diperlukan semakin besar

Makin bertambah usia makin besar pula jumlah penerangan yang

(25)

Dan pada usia 70 tahun seterang 300 watt baru cukup untuk melihat dengan jelas ( Lunandi, 2010).

Faktor penerangan atau luminansi adalah banyaknya cahaya yang dipantulkan oleh permukaan objek. Jumlah sumber cahaya yang tersedia juga mempengaruhi kepekaan mata terhadap warna tertentu. Tingkat luminansi juga

akan mempengaruhi kemampuan mata melihat objek gambar dan pada usia tua diperlukan intensitas penerangan lebih besar untuk melihat objek gambar.

Semakin besar luminansi dari sebuah objek, rincian objek yang dapat dilihat oleh mata juga akan semakin bertambah (Damyati,2010)

Akibat dari hipermetropi tersebut, yang membuat kurang ketelitian dan

sulit membaca dari jarak dekat, maka dibutuhkan penerangan yang lebih sebagai pembantu untuk menopang ketelitian dari penderita hipermetropi.

III.4.4. Makin bertambah usia, persepsi terhadap kontras warna cenderung kearah merah daripada spektrum cahaya

Makin bertambah usia, persepsi kontras warna cenderung ke arah merah

daripada spektrum. Hal ini disebabkan oleh menguningnya kornea atau lensa mata, sehingga cahaya yang masuk agak terasing. Akibatnya ialah kurang dapat

dibedakannya warna-warna-warna lembut. Untuk jelasnya perlu digunakan warna-warna cerah yang kontras utuk alat-alat peraga (Sitohang, 2009).

Spektrum itu sendiri diterapkan dalam bidang optika untuk merujuk pada

rentang warna yang teramati ketika cahaya putih terdispersi oleh sebuah prisma. Faktor penyebabnya adalah hipermetropi yang membuat penderita sulit

(26)

warna tersebut lebih tua atau lebih muda sehingga lebih mudah untuk memperhatikan warna-warna yang lebih terang.

III.4.5. Pendengaran semakin lemah

Menurut ilmu kedokteran, pendengaran yang mengurang dengan bertambahnya usia disebut dengan Presbikusis. Presbikusis terjadi kepada

kedua telinga dan merata. Tuli sensorineural frekuensi tinggi, yang terjadi pada usia 65 tahun keatas, simetris pada telinga kiri dan kanan dan dapat

dimulai pada frekuensi 100 Hz. Faktor penyebabnya adalah terjadi perubahan struktur koklea dan N.VIII pada mata. Pada koklea mengalami atrofi dan degenerasi sel-sel rambut penunjang pada organ corti, proses atrofi disertai

dengan perubahan vaskular pada stria vaskularis. Berupa berkurangnya jumlah dan ukuran sel-sel ganglion dan saraf.

Pendengaran atau kemampuan menerima suara mengurang dengan bertambahnya usia. Pada umumnya seseorang mengalami kemunduran dalam kemampuannya membedakan nada secara tajam pada tiap dasawarsa dalam

hidupnya. Pria cenderung lebih cepat mundur dalam hal ini daripada wanita. Hanya 11 persen dari orang berusia 20 tahun yang mengalami

kurang pendengaran. Sampai 51 % dari orang yang berusia 70 tahun ditemukan mengalami kurang pendengaran (Lunandi 2010).

Efek kumulatif dari paparan berulang terhadap suara lalu lintas sehari-hari,

pekerjaan konstruksi bangunan, suara berisik di kantor, peralatan yang menghasilkan suara dan musik keras menyebabkan presbikusis (Persify, 2014).

(27)

Pembedaan bunyi atau kemampuan untuk membedakan bunyi makin mengurang dengan bertambahnya usia. Dengan demikian, bicara orang lain yang

terlalu cepat makin sukar ditangkapnya, dan bunyi sampingan dan suara di latar belakangnya bagai menyatu dengan bicara orang. Makin sukar pula membedakan bunyi konsonan seperti t, g, b, c, dan d ( Lunandi ,2010).

Faktor penyebabnya adalah akibat hilangnya sel-sel rambut yang membantu menghantarkan gelombang suara dan tidak dapat tumbuh kembali.

Ketulian ini bersifat menetap dan progresif dan dapat memburuk secara perlahan, bertahap seiring berjalannya waktu. Penderita tidak menyadari penyakit ini pada mulanya. Hingga suara percakapan menjadi meredam, dan

secara ekstrim dapat sulit untuk mendengar orang berbicara di keramaian. Tidak ada yang dapat menyebuhkan presbikusis tetapi peralatan medis seperti alat

(28)

IV. SUASANA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

IV.1. Kumpulan Manusia Aktif

Menurut Yulianto (2012), Orang dewasa akan belajar dengan aktif apabila menemukan jawaban dan pemecahan masalah dalam mengembangkan gagasan

dan teori-teori. Proses pembelajaran peserta perlu dilibatkan secara optimal, karena belajar bagi orang dewasa bukan hanya belajar dengan fasilitator, namun antara peserta dengan peserta, antara peserta dengan panitia penyelenggara serta

belajar dari pengalaman-pengalaman orang lain.

Fairus (2008), bahwa sifat kedewasaan timbul bersamaan dengan

bertambahnya umur. Pola fikir orang dewasa akan menjadi seseorang yang aktif dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang sangat mendukung sifat dan kepribadian seseorang. Orang dewasa bukanlah manusia pasif yang hanya mampu

menerima gagasan seseorang, nilai-nilai dan jawaban orang lain. Keaktifan merupakan perilaku orang dewasa yang timbul karena berkembangnya nalar dan

pola fikir pada diri seseorang.

IV.2. Suasana Saling Menghormati

Menurut Supriadi (2006), orang dewasa akan belajar lebih baik apabila

pendapatnya dihormati, dan lebih senang apabila diajak untuk berfikir dari pada diberikan teori-teori. Orang dewasa tidak senang disalahkan, tetapi lebih senang

(29)

dengan pendidik dalam kedudukan sejajar, bukan berhadapan secara frontal. Sifat menghargai dalam suatu pendidikan tidak hanya berlaku terhadap

seseorang untuk orang lain. IV.3.Suasana Saling Percaya

Menurut Asmin (2011), perlu saling percaya dan mempercayai antara

pengajar dan peserta serta kepercayaan pada diri sendiri. Suasana ini harus diciptakan dalam proses pembelajaran dengan difasilitasi oleh fasilitator . Tanpa

kepercayaan yang demikian, situasi belajar tidak akan membawa hasil seperti yang diharapkan. Saling percaya dapat dikatakan sebagai suatu hal yang sama – sama dapat diterima secara akal pikiran oleh beberapa orang terkait.

Sedangkan menurut Diniyati (2011) .Orang dewasa yang belajar perlu percaya kepada fasilitator, namun mereka pun perlu mendapat kepercayaan dari

fasilitatornya. saling percaya akan timbul ketika seseorang mengenal orang lain. Melalui perkenalan, seseorang akan mengetahui watak, kebiasaan, kepribadian, dan tingkah laku orang lain, sehingga mampu menilai orang lain.

IV.4. Suasana Penemuan Diri

Hamalik (2009), menyatakan modifikasi atau memperteguh kelakuan

melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing). Dengan kata lain belajar merupakan perubahan yang terjadi pada diri individu sebagai hasil dari pengalaman dalam interaksi

dengan lingkungannya.

Sedangkan Najamuddin (2006), menyatakan dengan diberikan lebih

(30)

kebutuhan pemecahan masalah, mengetahui kekuatan dan kelemahannya. Anggota kelompok belajar dan pembimbing haruslah mengakui serta mau

menerima bahwa masing- masing adalah pribadi yang khas dan unik, pribadi yang tidaklah harus selalu sama denga pribadi yang lainnya.

IV.5. Suasana Tak Mengancam

Tirtarahardja (2010),menyatakan manusia harus mempunyai keyakinan, bahwa dalam situasi belajar ia boleh berbeda dan boleh berbuat salah tanpa

dirinya terancam. Sehingga seseorang mampu berkreasi tanpa ia merasa terancam dalam proses belajarnya.

Sedangkan menurut Hadi (2013), ancaman biasanya timbul ketika

seseorang merasa dirinya akan mendapat masalah dari suatu tindakan atau perlakuan orang lain, sehingga mereka berusaha mencegah dan menghentikan

perbuatan atau pendapat dari orang lain dengan suatu tindakan yang tidak semestinya dilakukan. Perlu ditanamkan saling menghormati dan menghargai pendapat orang lain agar tidak terjadi suatu situasi yang mengancam keselamatan

jiwa dan raga seseorang. Sedangkan menurut IV.6. Suasana Keterbukaan

Seluruh anggota peserta didik maupun fasilitator perlu memiliki sikap terbuka dalam mengungkapkan diri, dan mendengarkan orang lain. Keterbukaan tidak boleh berakibat orang mendapat ejekan, hinaan, atau dipermalukan. Hanya

dalam suasana keterbukaan segala alternatif dapattergali. (Mardikanto, 2005) Samad (2009), Menyaatakan suasana keterbukaan ialah suasana yang di

(31)

mendukung dalam pertukaran fikiran dan pendapat antar sesama orang dewasa, dengan adanya sifat tersebut seseorang dapat mengetahui apa maksud dan

keinginan dari orang lain yang menjadi lawan bicaranya. IV.7. Suasana Mengakui Kekhasan Kepribadian

Subijanto (2008), manusia sebagai pribadi yang unik, belajar secara khas

dan unik pula. Masing-masing diwarnai oleh tingkat kecerdasan sendiri, kepercayaan diri, dan perasaan masing-masing. Jangan mengharapkan respon

yang sama dari peserta didik terhadap objek belajar yang dihadapkan kepadanya. Pendidik harus memahami kelebihan dan kekurangan masing-masing peserta didik. Harus diakui bahwa masing – masing peserta didik adalah pribadi yang

khas(unik), oleh karena itu tidak boleh sama antara yang satu dengan yang lainnya.

Setiap manusia memiliki ciri khas yang perlu diakui agar seseorang dapat menjadi dirinya sendiri, dengan begitu akan timbul berbagai keragaman dan keunikan suatu pendapat yang sangat beragam dan bervariasi serta melengkapi

kekurangan satu sama lain sehingga mampu mengatasi suatu masalah. (Balseman , 2005)

IV.8. Suasana Mengakui Hak Berbuat Salah

Keraguan Rosita (2011), proses belajar terdapat kesalahan-kesalahan dan itu wajar saja. Karena dengan salah maka orang tersebut akan belajar menjadi lebih

(32)

Supriadi, (2006) Orang dewasa akan belajar dengan baik jika kepada mereka diberi hak untuk berbuat salah. Hak tersebut akan menimbulkan

keberanian dalam mencoba prilaku baru, sikap baru, dan mau mencoba pengetahuan baru. Segala sesuatu yang baru mengandung resiko terjadinya kesalahan. Sedangkan kesalahan dan kekeliruan adalah bagian yang wajar dari

suatu proses belajar. Suasana Menimbulkan

Suprijanto (2008), , menyatakan bahwa keterpaksaan dalam belajar dapat

menghambat belajar pada orang dewasa. Pemaksaan menerima yang paling tepat atau yang paling benar akan menghambat proses pembelajaran. Timbulnya keraguan pada keadaan yang diberikan untuk menyelesaikannya mampu

memberikan pembelajaran lebih bagi orang dewasa.

Najamuddin (2006) orang dewasa yang berkumpul bersama untuk belajar

sering kali menghasilkan beberapa alternatif, menghasilkan beberapa teori, tidak jarang kesemua itu sama baiknya atau sama buruknya. Oleh karena itu, pemaksaan untuk menerima salah satu sebagai suatu yang paling tepat atau yang

paling benar akan menghambat proses pembelajaran. Biarkan peserta didik untuk ragu terhadap suatu keadaan dalam jangka waktu yang cukup, sehingga akhirnya

sampai kepada keputusan akhir yang memuaskan mereka, tanpa keterpaksaan. IV.9. Suasana Evaluasi Bersama Dan Evaluasi Diri

Menurut Tukiran (2011), bahwa evaluasi lebih diarahkan kepada evaluasi

diri dan dilakukan secara bersama. Secara bersama menilai apakah paham dengan kegiatan-kegiatan yang lakukan serta manfaat yang telah dan akan mereka

(33)

Sedaangakn menurut Feldman (2012), suasana evaluasi yang tercipta membuat orang ingin tahu apa arti dirinya dalam kelompok belajar. Maka evaluasi bersama

(34)

V. FAKTOR FAKTOR PSIKOLOGIS YANG MEMPENGARUHI BELAJAR

V.1. Tujuan Belajar

Hakim (2005) Salah satu unsur pembentuk motivasi belajar yang

dilakukan oleh seseorang, karena hasil belajar merupakan tujuan belajar. tujuan yang jelas, setiap orang akan dapat menentukan arah dan juga tahap-tahap belajar yang harus dilalui dalam mencapai tujuan tersebut. selain itu, keberhasilan belajar

seseorang dapat dilihat sejauh mana mampu mencapai tujuan miliknya.

Hustati (2007) secara alamiah, orang dewasa memiliki kemampuan

menetapkan tujuan belajar, merancang strategi belajar dan mengevaluasi kemajuan pencapain tujuan belajar. Tujuan belajar merupakan salah satu unsur pembentuk motivasi untuk belajar yang dilakukan oleh seseorang. Karena itu,

hasil belajar akan sangat dipengaruhi oleh tujuan belajar.

Surya (2009) mengemukakan sedikitnya tiga macam tujuan yaitu:

a. Hanya sekedar ingin tahu b. Pemenuhan jangka pendek c. Pemenuhan jangka panjang

Kibler, et al., (2005), mengemukakan ada 3 macam tujuan yaitu: a. Hanya sekadar ingin tahu

(35)

V.2. Tingkat Aspirasi Atau Cita-cita

Kamil (2005), berpendapat bahwa aspirasi mengarahkan aktivitas peserta didik untuk mencapai tujuan tujuan tertentu. Cita-cita dan aspirasi memperkuat motivasi belajar intrinsik maupun ekstrinsik, karena terwujudnya cita-cita akan

mewujudkan aktualisasi diri. orang dewasa dalam melakukan kegiatan belajar didorong oleh beberapa alasan. Diantaranya adalah karena dorongan instink,

kebutuhan intelektual dan keinginan meraih cita-cita.

Menurut Nursalam dan Effendi (2008), faktor pendorong yang dapat menambah semangat sekaligus memberikan tujuan yang jelas dalam belajar

merupakan cita-cita. Sedangkan aspirasi ialah harapan atau keinginan seseorang untuk berhasil atau memperoleh prestasi tertentu.

Sedangkan menurut Hakim (2005), aspirasi (cita-cita) yang diharapkan oleh yang bersangkutan mempengaruhi proses belajar yang dilakukan setiap individu. aspirasi merupakan tujun yang ditetepkan seseorang untuk diri sendiri

dalam suatu pekerjaan atau tugas yang memiliki arti penting bagi seseorang. Mirip dengan tujuan belajar bahwa seorang individu akan belajar berdasarkan apa yang

diharapkannya yaitu tujuan akhir atai cita-cita yang diinginkan. V.3. Pengertian Tentang Hal Yang Dipelajari

Rahayu , (2010) menyatakan bahwa, tingkat pengertian seseorang terhadap

(36)

mendorong atau bahkan menghambat proses belajarnya, jika ternyata dia tidak memiliki pengertian yang cukup tentang segala sesuatu hal yang dipelajarinya.

pada saat belajar setiap individu hendaknya mengetahui hal-hal apa saja yang akan dipelajarinya, sehingga mampu memberikan suatu gambaran kedepannya. Dari gambaran proses belajar sampai hasil yang akan diraih. Selain

itu juga dapat menambah motivasi bagi seseorang. Pemahaman ini melalui komunikasi.(Mardikanto, 2005)

Sedangkan menurut Hakim (2005), intelegensi atau tingkat kecerdasan seseorang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseoran. seseorang yang mempunyai intelegensi jauh dibawah normal akan sulit

diharapkan untuk mencapai prestasi yang tinggi dalam proses belajar. Pengertian tentang hal yang dipelajari adalah emahaman individu dalam belajar akan

mendorong atau menghambat proses belajarnya. Pemahaman setiap individu berbeda-beda dan dipengaruhi oleh intelegensi atau tingkat kecerdasannya.

V.4. Pengetahuan Tentang Keberhasilan Dan Kegagalan

Menurut Fauzi (2010), Semangat belajar seseorang, juga dipengaruhi oleh pengetahuannya tentang keberhasilan dan kegagalan. Tentang hal tersebut, jika

seseorang memiliki pengetahuan bahwa keberhasilan hanya dapat dicapai melalui proses belajar, maka ia akan memiliki semangat belajar yang tinggi sehingga hasil belajar yang dicapainya juga semakin baik. Di lain pihak, jika seseorang mampu

memahami kegagalan sebagai suatu pengalaman untuk menuju keberhasilan di masa mendatang, maka ia akan tetap memiliki semangat belajar yang tinggi dan

(37)

Mardikanto (2009),bahwa seiring brjalannya waktu seorang individu tumbuh dan berkembang menuju ke arah kedewasaan. Seorang individu

mengalami dan berbagai pengalaman pahit getirnya kehidupan dan memberikan pengalaman baru. Maka, dalam pembelajaran orang dewasa terjadi penurunan penggunaan teknik transmittal seperti yang dipergunakan dalam pelatihan

konvensional dan menjadi lebih mengembangkan teknik yang bertumpu pada pengalaman.

Tarwoto (2004), bahwa dengan proses belajar maka keberhasilan dapat dicapai, sehingga ia akan memiliki semangat belajar yang tinggi dan hasil yang dicapai juga semakin baik. Seseorang yang sudah mengalami kegagalan dalam

satu waktu tidak mungkin mau memperoleh kegagalan yang kedua kalinya, konsepsi itu terjadi sebagai akibat adanya proses belajar dalam kehidupan atau

proses reedukasi sebagai pengalaman pendidikan (Kamil, 2005).

V.5. Umur

Suhud (2005), Salah satu faktor utama yang mempengaruhi efisiensi

belajar ialah umur, karena akan berpengaruh terhadap minatnya terhadap macam pekerjaan tertentu sehingga umur seseorang juga akan berpengaruh terhadap

motivasinya untuk belajar. umur akan berpengaruh kepada tingkat kematangan seseorang yang sangat menentukan kesiapannya untuk belajar. selaras dengan bertambahnya umur, seseorang akan menumpuk pengalaman-pengalamannya

(38)

Mardikanto (2005) orang dewasa pada umumnya memiliki kemampuan membaca, menulis, menghitung dan menguasai kemampuan verbal dan kecakapan

mengambil keputusan yang relevan dengan kebutuhan pribadi dan tuntutan sosialnya. Mereka merancang dan menetapkan minat serta kebutuhan belajarnya dan lain-lainnya. Kemampuan tersebut akan semakin terasah hingga pada batasan

umur tertentu. Kemempuan tersebut akan semakin berkurang seiring bertambahnya usia.

Menurut Asmin (2004), bertambahnya usia maka titik dekat pengelihatan mulai bergerak makin jauh. Umumnya orang lanjut usia (40–60 tahun) memiliki ketajaman penglihatan yang berkurang. Oleh karena itu pengelompokan peserta

jangan terlalu banyak. Menurunnya kemampuan panca indera, seperti mata yang berfungsi untuk melihat, sehingga mengganggu proses penyampaian materi oleh

penyuluh, yang berdampak pada sulitnya menangkap dan menanggapi pemaparan materi oleh penyuluh.

Hakim (2005), bahwa dalam proses pembelajaran dan pengulangan materi

sangat membantu. daya ingat dapat didefinisikan sebagai daya jiwa untuk memasukan, menyimpan, dan mengeluarkan kembali suatu kesan. pengertian

kesan di snini adalah gambaran yang tertinggal di dalam jiwa atau pikiran setelah kita melakukan proses belajar. Rosita (2011), menyatakan daya ingat untuk orang yang sudah beranjak dewasa akan semakin berkurang. Orang dewasa lebih mudah

(39)

Hakim (2005), menegaskan kapasitas belajar orang dewasa menurun diakibatkan berkurangnya tingkat konsentrasi orang dewasa. Daya konsentrasi

merupakan suatu kemampuan untuk memfokuskan pikiran, perasaan, kemauan, dan segenap panca indra ke satu objek dalam datu aktivitas tertentu, dengan disertai usaha untuk tidak memedulikan objekobjek lain yang tidak ada

hubungannya dengan aktivitas itu.

Rosita (2011) Proses belajar manusia berlangsung hingga ahkir hayat

(long life education). Namun, ada korelasi negatif antara pertambahan usia dengan kemampuan belajar orang dewasa. Artinya, setiap individu orang dewasa, makin bertambah usianya, akan semakin sukar baginya belajar (karena semua aspek

kemampuan fisiknya semakin menurun). Misalnya daya ingat, kekuatan fisik, kemampuan menalar, kemampuan berkonsentrasi, dan lain-lain semuanya

memperlihatkan penurunannya sesuai pertambahan usianya pula.

Kapasitas belajar merupakan kemampuan atau daya tampung seseorang untuk menerima rangsangan-rangsangan atau pengalaman-pengalaman baru.

Kapasitas belajar ini dipengaruhi oleh kedaan fisik (jenis kelamin), keadaan psikis (umur, tingkat pendidikan) dan lingkungan sosial (sosial budaya masyarakat).

(Mardikanto, 2005) V.7. Bakat

Poniman, (2011). Menyatakan Bakat berkaitan dengan faktor hereditas

(40)

Feeling (emosi) dan Insting (naluri) dimana masing – masing darinya terdapat pada belahan otak limbik kiri, neokortek kiri, neokortek kanan dan limbik kanan

Asmin (2004), Bakat merupakan faktor bawaan (hereditas) yang akan mempengaruhi proses belajar seseorang, terutama untuk bidang-bidang tertentu. Seperti halnya dengan IQ, orang berbakat hanya akan menunjukkan kelebihannya

(dibanding dengan yang tidak berbakat) jika memperoleh rangsangan yang sesuai dengan bakat yang dimilikinya. Tetapi, jika kepadanya kurang diberikan stimulus

yang sesuai, hasil belajarnya dapat lebih rendah dibanding yang tidak berbakat tetapi memperoleh stimulus (latihan) yang terus menerus. Dengan kata lain, potensi (bakat) yang ada pada diri seseorang hanya akan kelihatan apabila dia

memperoleh kesempatan yang memadai.

Menurut Bahri (2008), bakat memungkinkan seseorang untuk mencapai

prestasi dalam bidang tertentu, akan tetapi diperlukan latihan, pengetahuan, pengalaman, dan dorongan atau motivasi agar bakat itu dapat terwujud.

Hakim (2005), bakat memang merupakan salah satu faktor yang dapat

menunjang keberhasilan belajar seseorang dalam suatu bidang tertentu. perlu diketahui bahwa biasanya bakat itu bakat itu bukan menentukan mampu atau

(41)

KESIMPULAN

Kesimpulan

1. Menurut Susiyawati (2013), yang menyimpulkan dari beberapa ahli bahwa

dinamika kelompok adalah pengetahuan sosial yang menganalisa hakekat kehidupan berkelompok dalam hubungan berkelompok, interaksi, saling mempengaruhi dalam situasi sosial di kelompok untuk membangun

kelompok dalam satu tujuan, norma, dan cara pencapaian tujuan. Telah jelas dijelaskan bahwa dalam dinamika kelompok dibutuhkan ketua yang

telah dipercaya oleh anggota-anggotanya untuk mengayomi anggota, menegakkan norma, menggunakan kekuasannya dengan baik, memberi sanksi tanpa memberatkan pihak manapun, harus memahami perasaan

anggotanya, mengatur tegangan dan tekanan pada kelompok itu sendiri, serta mengatur fasilitas secara bersama-sama untuk membangun kelompok

itu sendiri dengan tidak lupa mengacu pada tujuan bersama.

2. Bahwa sebelum terjun untuk memberdayakan dan menyuluh masyarakat harus di survey terlebih dahulu keinginan masyarakat mayoritas seperti

apa agar pada saat penyuluhan dan waktu pemberdayaan tidak banyak warga yang kecewa. Kemudian dalam proses pembelajaran, telah

(42)

Dan dibutuhkan intelektual dan emosional yang bagus juga keterbukaan dalam menerima pembelajaran yang baru dalam masyarakat.

2. Bahwa pembangunan sosial adalah pembangunan yang kurang bagus dan kurang cocok untuk masyarkat Indonesia karena azasnya bertolak dari konsep ham, juga tidak banyak memihak pada masyarakat terutama

kalangan menengah kebawah. Dan pembangunan komunitas dapat memihak pada masyarakat indonesia terlihat dari kesembilan point yang telah

dijelaskan, salah satunya adalah memihak pada semua kalangan, juga pembangunan ini mengharuskan masyarakat untuk berdiri sendiri tanpa harus dimanjakan dari pihak manapun setelah mendapat bantuan.

Saran

Pada saat melakukan penulisan makalah, diperhatikan sistematika

penulisannya dan jangan malu untuk mengkonsultasikannya pada dosen yang bersangkutan. Pada saat pencarian materi sebaiknya dicari dan dibaca secara cermat agar isi dari materi yang telah dicari tidak melenceng dari point

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Alqodr.2013.Hipermetropi.[online].h t t p: / /ww w .sakitm a ta.n e t / hipe r m e tropi / . diakses pada 30 november 2014, pukul 20.45

Andarwati. 2012. Dinamika Kelompok Peternak Sapi Potong Binaan Universitas Gadjah Mada di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. UGM. Yogyakarta.

Arya. 2004. Analisi Pengaruh Kualitas Produk, Fasilitas, Kualitas Pelayanan. Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Diniyati, D., 2011. Dinamika Kelompok Tani Hutan Rakyat: Studi kasus di Desa Kertayasa, Raja dan Sukoarjo. Jurnal pesikolog. UNT. Vol 1- 5.

Diniyati. 2010. Dinamika Kelompok Tani Hutan Rakyat. Jurnal Psikologi Unit. Vol.1-5.

Djohar. 2005., Pendampingan Sebagai Salah Satu Model Penjamin Mutu Pendidikan.lokakarya BPG Matematika. Yogyakarta : PMPL.

Effendi, Lukman, 2011. Modul Pendidikan Orang Dewasa. Program Studi Penyuluhan Pertanian Jurusan Penyuluhan Pertanian Stpp Bogor

Effendi, Lukman., 2008. Modul Pendidikan Orang Dewasa. Program Studi Penyuluhan Pertanian Jurusan Penyuluhan Pertanian. STTP Bogor : Bogor.

(44)

Fauzeea, B.K , 2010. Faktor-Faktor Yang Mendorong Minat mahasiswa

Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi USU Berkunjung Keperpustakaan USU. Universitas sumatera utara. Chapter 2.

Fauzi, H., 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Mahasiswa Di Universitas Muhamadiyah Malang, Malang. Jurnal Fakultas Ilmu Pengetahuan Dan Keguruan Universitas Muhammadiyah Malang

Feldman, Robert S., 2012. Pengantar Psikologi edisi ke-10 buku ke-1. Penerjemah Petty Gina Gayatri dan Putri Nurdina Sofyan. Salemba Humanika : Jakarta.

Ginting, M. 2003. Dinamika Organisasi dalam Mengukur Keberhasilan. Di dalam: Yustina I dan Sudrajat A, editor. Dalam Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. Bogor : IPB Press. hlm 243-247.

Hadi, Santoso.E., 2013. Konsep Jatidiri Manusia Menurut IBN Miskawaih dan Relevansinya Dengan Pendidikan Agama Islam. Skripsi. Jurusan PAI. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.UIN Sunan Kalijaga.Yogyakarta

Hakim, S.N., 2005. Keterlibatan Kerja Karyawan Ditinjau Dari Kesesuaian Aspirasi Kerja Pada Pekerjaan Yang Dilakukan Saat Ini. Jurnal Indigenous. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta : Surakarta. Vol. 7 No. 2 : 171-183.

Hamalik, Oemar., 2009. Psikologi Belajar dan Mengajar. PT Sinar Baru Algensindo : Bandung.

Hartinah Sitti, 2009. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok 2009, Bandung:P.T Reflika Aditama

Hustati, Ratna., 2007. Penerapan Konsep dan Metode Andragogi pada Diklat Aparatur. Grasindo : Jakarta.

Ilyas. 2006. Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI. Jakarta Indar. 2011. Pembelajaran Efktif. UNS. Surakarta.

(45)

Ketut. 2007. Pembelajaran Inovatif Berbasis Deep Dialogue. UNESA. Surabaya. Kibler, R.J, et al., 2005. Objectives for Instruction Anda Evaluation Boston. Allyn

and Bacon. Inc. American.

Lunandi, A, G. 2010. Pendidikan orang dewasa. Gramedia. Jakarta

Mardikanto, T., 2005. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press : Surakarta.

Mardikanto, T., 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. UNS Press : Surakarta.

Mardikanto, Totok, dkk. 2006. Penyuluhan Pembangunan Kehutanan. Jakarta: Pusat Penyuluhan Kehutanan Departemen Kehutanan.

Najamuddin., 2006. Konsep Pembelajaran Orang Dewasa. Universitas Sumatera Utara : Sumatera.

Nursalam., 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta.

Persify.2014, Apakah Presbikusis?. [online]. ht

t p: / /ww w .p e rsi f y . c om / id / p e rsp ec t i v e s/ m e d i c a l -

Poniman., 2011. Pendidikan Dalam Sistem Belajar. Grafindo : Jakarta.

Purwanto. 2006. Psikologi Sosial. Resika Aditama. Bandung.

Rahayu, N., 2010. Teori Interaksi Simbolik dalam Kajian Komunikasi. Sukoharjo, Jurnal Widyatama No.1. Volume 19 : 40-62.

Razi, 2011. Modul Kunjungan Pembinaan Kepada Pelaku Utama dan Pelaku Usaha oleh penyuluh kepada sasaran perseorang. Kelompok Penyuluhan Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Rosita, E.K., M. Si., 2011. Kegiatan Bimbingan Teknis Tenaga Pelatih Konservasi dan Pemugaran yang diselenggarakan oleh Balai Konservasi Peninggalan Borobudur. Jurnal Penyuluhan. Vol. 4 No. 2.

(46)

Sambass. 2005. Struktur Sosial. Ilmu-Ilmu Sosial. Universitas Padjadjaran. Bandung

Santosa, S,. 2005. Dinamika Kelompok. Bumi Askara. Jakarta

Sarwono, Sarlito W. 2005. Psikologi Sosial (Psikologi Kelompok dan Psikologi

Sitohang, Sonang. 2009. Penyuluhan Serta Peranannya Terhadap Industri Mikro Dan Kecil di Indonesia. JAMBSP Vol. 6 No. 1–Oktober 2009:106–128 Slamet. 2008. Kumpulan Bahan Kuliah Manajemen Kelompok dan Organisasi.

IPB. Bogor.

Soedarsono. 2005. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Ekonisia. Yogyakarta. Soedidjanto. 2007. Pendidikan Orang Dewasa. Universitas Terbuka. Tangerang Soekanto. 2006. Pengantar Sosiologi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Subijanto., 2008. Teknik Penyuluhan Dan Pemberdayaan Masyarakat. Sinar Grafika Offset : Jakarta.

Suhud, M., 2005. Pendekatan Andragogi dalam Pengembangan Masyarakat. Jurnal Aplikasi llmu-ilmu Agama. Yogyakarta. Vol. 6, No. 1.

Sujarwo. 2004. Pendidikan Orang Dewasa. UNY. Yogyakarta. Supriadi., 2006. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Grasindo : Jakarta.

Suprijanto. 2008. Pendidikan Orang Dewasa, dari Teori Hingga Aplikasi. PT.Bumi Aksara : Jakarta.

(47)

Syahyuti. 2006. Pendekatan Komunitas. [Offline]. Diunduh di http://web.iaincirebon.ac.id/ebook/moon/Mixed/pendekatan_komunitas_pr i matani.pdf. Diakses pada 17 November 2014. Pukul 09.27

Tarwoto., 2004. Model Pembelajaran Terpadu. PT Bumi Aksara : Jakarta.

Thohari , 2012. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Yogyakarta: Ombak

Tirtarahardja., 2010. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. Cetakan ke-3. PT Bumi Aksara : Jakarta.

Tukiran., 2011. Suasana Pembelajaran Orang Dewasa. Bumi Aksara : Jakarta.

Wahid, A. 2008. Dinamika Kelompok Tani pada Kegiatan Retabilitasi Hutan dan Lahan.Desalasiwala, Kabupaten Sidrop staff pengajar Fakultas Teknis. Jurnal Hutan dan Masyarakat vol III No 20 Agustus 2008. Universitas Tadulako.

Winardi. 2005. Manajemen Perubahan (Management of Change). Jakarta: Prenada Media.

Winardi. 2006. Motivasi dan Pemotivasian Dalam Manajemen. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Wiranata, Candra. 2012. Konsep Dasar Sosiologi. [Online]. ht t ps: / /c a ndr a wir a .w o rd p r e ss.com/2012 / 07/05 / kons e p - d a s a r - sos

i olo g i/ Diakses pada 23 november 2014, pukul 08.25.

Referensi

Dokumen terkait

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku

“Gaya kepemimpinan seseorang dalam suatu jabatan akan mempengaruhi pola tingkah laku yang digunakan untuk mempengaruhi perilaku aktivitas- aktivitas individu bawahan atau kelompok

mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku

Di mana tingkah laku seperti ini dilakukan oleh seseorang yang berada dalam kedudukan yang boleh mempengaruhi kerjaya, keadaan pekerjaan atau situasi kerja kakitangan atau pekerja yang

SIMPULAN Jadi secara sederhana sebenarnya kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok,

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau