• Tidak ada hasil yang ditemukan

Maksud dan tujuan dari hukum Islam yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Maksud dan tujuan dari hukum Islam yang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

NAMA

:

IRVAN ASHARINOVIYADI

NIM

:

1008015129

MATAKULIAH

:

HUKUM ISLAM

MAQASIDUL KHAMSAH

Maksud dan tujuan dari hukum Islam yang berupa kemaslahatan bagi manusia ini harus

dipahami secara luas. Dalam arti hukum Islam pada dasarnya hendak mewujudkan

kebaikan hidup yang hakiki bagi manusia, baik secara individual maupun social.

Di samping bertujuan untuk membentuk pribadi yang baik, hukum islam juga bertujuan

untukk menegakkan kemaslahatan dan keadilan sosial. Karena apabila hal tersebut

dapat direalisasikan terhadap permasalahan-permasalahan kehidupan yang kompleks,

baik dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, politik, perdagangan birokrasi,

maupun wilayah yang lain, niscaya keadilan sosial dan kemaslahatan umat akan

terwujud.

Keadilan keputusan hukum atas permasalahan yang terjadi, sudah seyogyanya

didasarkan pada nash atau dalil al-Qur’an, kitabullah yang telah diakui kebenarannya,

dan juga bersandar pada ketentuan-ketentuan Rasullullah yang disebut as-Sunnah.

Selain dilandasi kedua fondasi tersebut, islam juga mengenal penetapan hukum secara

aqliyyah, yang biasa dinamakan dengan metode ijtihad birra’yi (dengan rasio), dan

salah satu metode tersebut dinamakan al-Mashlahah al-mursalah, yaitu menetapkan

suatu perbuatan yang tidak terdapat dasar penguat atau pembatalannya dalam

al-Qur’an maupun Sunnah.

Definisi Mashlahah al-Mursalah

(2)

lafadz manfa’at, baik artinya maupun wazannyam yaitu kalimat isim mashdar yang

sama artinya dengan kalimat as-shalah, seperti halnya lafadz al-manfa’at sama artinya

dengan an-naf’u.

Sedangkan al-mursalah bermakna diutus, dikirim atau dipakai (dipergunakan).

Mashlahah juga dipahami sebagai manfaat, dari segi lafadz maupun makna baik secara

langsung maupun proses seperti menghasilkan faedah ataupun pencegahan dan

penjagaan seperti menjauhi kemadharatan dan penyakit. Semisal dikatakan apabila

berbisnis itu suatu kemaslahatan, maka hal tersebut berarti bahwa berbisnis itu

penyebab diperolehnya manfaat lahir dan bathin.

Mashlahah al-mursalah menurut Abdul Wahab Khallaf ialah yang mutlak. Menurut istilah

Ahli Ushul, maslahah al mursalah diartikan kemaslahatan yang tidak disyari’atkan oleh

Syari’ dalam wujud hukum, dalam rangka menciptakan kemaslahatan, di samping tidak

ada dalil yang membenarkan dan menyalahkan. Karenanya mashlahah mursalah itu

disebut mutlak lantaran tidak terdapat dalil yang menyatakan benar atau salah.

(3)

Sebagian Ulama Ushul juga memberikan macam-macam ta’arif untuk mendefinisikan

mashlahah al-mursalah, di antaranya ;

1.

Imam al-Gazali memberikan penjelasan mashlahah mursalah pada dasarnya ialah meraih manfaat menolak kemadharatan, dalam rangka memelihara tujuan-tujuan syara’. Tujuan syara’ yang dimaksud, lanjut al-gazali ada lima bentuk, yaitu memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Apabila seseorang melakukan suatu perbuatan yang pada intinya untuk memelihara kelima aspek tujuan syara’ tersebut, maka dinamakan mashlahah. Di samping itu, upaya untuk menolak segala bentuk kemadharatan yang berkaitan dengan kelima aspek tujuan syara’ di atas, juga dinamakan mashlahah.

2.

Imam ar-Razi, menta’rifkan mashlahah mursalah sebagai perbuatan yang bermanfaat yang telah diperintahkan oleh musyarri’ (allah) kepada hamba-Nya tentang pemeliharaan agamanya, jiwanya, akalnya, keturunannya dan harta bendanya.

3.

Muhammad Hasbi as-Shiddiqy menuliskan al-mashlahah al mursalah adalah memelihara tujuan syara’ dengan jalan menolak segala sesuatu yang merusak makhluk.

Ta’rif di atas memberikan pengertian pada al-mashlahah al-mursalah, yaitu setiap manfaat yang di dalamnya terdapat tujuan syara’ secara umum, namun tidak terdapat dalil yang secara khusus menerima atau menolaknya.

Manfaat itu adalah kenikmatan atas sesuatu yang akan mengantarkan pada kenikmatan. Dengan kata lain tahsil al-ibqa’. Maksdu tahsil adalah penghimpunan kenikmatan secara langsung, sedangkan yang dimaksud ibqa’ adalah penjagaan terhadap kenikmatan tersebut dengan cara menjaganya dari kemadharan dan sebab-sebabnya.

Dalam aplikasinya konsep al-mashlahah al-mursalah dikatakan dengan istilah yang berbeda. Sebagian ulama menggunakan istilah mashlahah mursalah itu dengan kata al-munasib mursal, ada juga yang menggunakan istihlah dan sebagian lain lagi menyebutnya al-istidlal al-mursal. Perbedaan nama itu dipandang dari tiga segi. Pertama, melihat mashlahah yang terdapat pada kasus yang dipersoalkan. Kedua, melihat sifat yang sesuai dengan tujuan syara’ yang mengharuskan adanya sesuatu ketentuan hukum agar tercipta sesuatu kemashlahatan. Ketiga, melihat proses penetapan hukum terhadap sesuatu mashlahah yang ditujukan oleh dalil khusu.

(4)

Tujuan utama dari mashlahah mursalah adalah kemashlahatan; yakni memelihara dari kemadaratan dan menjaga kemanfaatan.

Obyek dan Klasifikasi al-Mashlahah al-Mursalah

Sementara itu yang menjadi obyek al-mashlahah al-mursalah berada pada lingkup hukum syara’ secara umum, dengan memperhatikan adat dan hubungan sesame manusia yang menjadi pilihan pokok untuk mencapai kemaslahatan. Kejadian atau peristiwa yang perlu ditetapkan hukumnya, tetapi tidak ada satupun nash ( al-Qur’an dan Hadits) yang menjadi dasar, merupakan obyek al-mashlahah al-mursalah.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa al-mashlahah al-mursalah itu terfokus dalam lapangan yang tidak terdapat dalam nash, baik dalam al-Qur’an maupun Hadits sebagai sumber hukum nash atas kejadian yang ada penguatnya melalui I’tibar secara implicit dan juga difokuskan pada persoalan-persoalan yang tidak didapatkan adanya ijma’ atau qiyas yang berhubungan dengan kejadian tersebut.

Maslahah “dar’ul-mafasid atau daruriaat.

Maslahah ini bersifat primer bagi manusia, dan mau tidak mau harus di lakukan usaha pemenuhannnya jika tidak ingin timbul berbagai bencana dan kesusahan, serta hal-hal yang membuat kehidupan menjadi fatal.dalam perwujudannya, kemaslahahtan ini haruslah dipelihara lima macam perkara yang dikenal dengan “al-Maqasidul Khamsah” atau “Ad Darurriatul Khamsah.” Yaitu;

a. Agama, untuk maksud ini Islam antara lain mensyari’atkan jihad untuk mempertahankan aqidah Islamiyah, mewajibkan memerangi orang yang mencoba mengganggu umat Islam dalam menjalankan kewajiban agama.

b. Jiwa, untuk maksud ini, mensyari’atkan kebutuhan seperti sandang, pangan dan papan.

c. Akal, dalam hal ini Islam mensyari’atkan larangan minum-minuman keras dan segala sesuatu yang dapat merusak akal.

d. Keturunan, disini Islam mensyari’atkan larangan perzinaan, menuduh zina terhadap perempuan muhsonat, dan menjatuhkan pidana bagi setiap orang yang melakukannya.

(5)

Konsep mashlahah dalam ruang lingkup tujuan utama ini, memiliki tingkatan-tingkatan, ulama Ushul membagi tingkatan tersebut dalam tiga klasifikasi, yaitu:

Pertama, tingkatan al-Dharuriyah (primer) ialah kemashlahatan yang berhubungan dengan kebutuhan pokok umat manusia di dunia dan akhirat. Dalam pengertian tanpa kehadirannya (eksistensi mashlahah ini) akan menimbulkan kerusakan di dunia dan akhirat. Kategori

Kelima mashlahah ini, disebut dengan mashlahah khamsah yang telah diterima oleh ulama secara universal. Muhammad Khalid Mas’ud menyatakan juga, bahwa dari analisis terhadap tujuan syar’I ditemukan bahwa Syari’ah juga menganggap tujuan-tujuan ini penting. Kewajiban syar’I bisa dibagi dari sudut pandang positif dan cara-cara proteksi preventif kedalam dua kelompok. Termasuk kedalam cara positif adalah ibadah, adat dan mu”amalat, sedangkan yang termasuk kedalam kelompok preventif adalah jinayat.

Tingkatan kedua adalah mashlahah al-Hajjiyan (kepentingan sekunder), yaitu kemashlahatan yang dibutuhkan dalam menyempurnakan kemaslahatan pokok (primer) sebelumnya yang berbentuk keringanan untuk mempertahankan dan memelihara kebutuhan mendasar manusia, serta memberikan keleluasaan kepadanya untuk memperluas (tawassu’) tujuan (maqasid). Jadi jika hajiyat tidak dipertimbangkan bersama daruriyat maka manusia secara keseluruhan akan menghadapi kesulitan. Tetapi hancurnya hajiyat bukan berarti hancurnya keseluruhan masalih. Sebagai contoh adanya meringkas (qashr) dalam hal ibadah, dibolehkan jual beli pesanan (bay al-salam), kerjasama dalam pertanian (muzara’ah) dan perkebunan (musaqqah), yang meerupakan pendukung kebutuhan mendasar mashalih khamsah atau mashlahah al-mu’tabarah.

(6)

Ketiga kemashlahatan di atas memiliki keterkaitan dalam bentuk skala prioritas, yaitu bahwa kepentingan primer merupakan dasar dan landasan bagi kepentingan yang lain. Sedangkan kepentingan sekunder menjadi penyangga dan penyempurnakan kepentingan-kepentingan primer, sebagaimana kepentingan pelengkap merupakan unsure penopang bagi kepentingan sekunder.

Tentang keterkaitan atau hubungan antara kepentingan pelengkap dengan tujuan asal terdapat lima ketentuan yaitu:

1. Kepentingan primer merupakan asal dan dasar bagi segala kepentingan yang lain. 2. Kerusakan pada kepentingan primer brerarti kerusakan bagi kepentingan yang lain

Bila dilihat dari segi kandungan mashlahah, para ulama ushul fiqh membaginya kepada :

a. Mashlahah Al-‘Ammah, yaitu kemaslahatan umum yang menyangkut kepentingan orang banyak. Kemaslahatan umum itu tidak berarti untuk kepentingan semua orang, tetapi bisa berbentuk kepentingan mayoritas ummat.

b. Mashlahah al-Khashsah, yaitu kemaslahatan pribadi dan ini sangat jarang sekali, seperti kemashlahatan yang berkaitan dengan pemutusan hubungan perkawinan seseorang yang dinyatakan hilang.

Pentingnya pembagian kedua kemashlahatan ini berkaitan dengan prioritas mana yang harus didahulukan apabila antara kemashlahatan umum bertentangan dengan kemashlahatan pribadi. Dalam pertentangan kedua mashlahatan ini, islam mendahulukan kemashlahatan umum daripada kemashlahatan pribadi.

Dilihat dari segi berubah atau tidaknya mashlahah, menurut Muhammad Mustafa al-Syalabi, guru besar ushul fiqh di universitas al-Azhar Mesir, ada dua bentuk :

(7)

b. Mashlahah al-Mutaghayyirah, yaitu kemashlahatan yang berubah ubah sesuai dengan perubahan tempat, waktu dan subjek hukum. Kemashlahatan seperti ini berkaitan dengan kemashlahatan mu’amalah dan adat kebiasaan.

Referensi

Dokumen terkait

Pemeriksaan kesehatan ini dilakukan secara berkala, bertujuan untuk mengetahui gejala-gejala atau masalah kesehatan yang dialami pekerja serta agar diperoleh data

Dinding esophagus pada beberapa jenis ikan pada bagian buco-faring hingga bagian cardinal lambung terdapat organ lymphoid yang dikenal dengan Leidug yang menghasilkan sel-sel

Proses kompresi udara yang terjadi pada kompressor torak dapat dijelaskan dengan menggunakan pendekatan seperti terlihat pada gambar 4.4. Pada titik ini tekanan

Dengan menggunakan sejumlah kecil ddNTP (dibandingkan dengan dNTP), maka setelah 20-30 siklus suhu akan diperoleh.. 48 fragmen-fragmen DNA yang panjangnya

Variabel yang paling berhubungan dengan kepuasan kerja perawat pelaksana di ruang rawat ianap RSUP.Dr.M.Djamil Padang. Hasil analisis multivariat terhadap tiga

Penyajian Menjelaskan jenis – jeni alga mikro untuk biodiesel, tehnik budidaya, ekstraksi komponen dan produksi biodiesel dari alga mikro, Diskusi kelompok tentang budidaya

Peserta kompetisi Trisma Science Olympiad bidang Matematika, Fisika, Kimia, Biologi dan Geosains (Geografi dan Kebumian) adalah siswa SMP Negeri dan Swasta yang ada

Pokok pembahasan utama yang perlu diketahui dalam memahami ilmu kognitif dan perkembangannya yaitu terkait dengan bagaimana keadaan awal dari ilmu kognitif itu sendiri, pikiran