• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH - BAB II_GAMBARAN UMUM DAERAH_DRAFT PERUBAHAN RPJMD 2016-2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH - BAB II_GAMBARAN UMUM DAERAH_DRAFT PERUBAHAN RPJMD 2016-2021"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-1 BAB II

GAMBARAN UMUM DAERAH

Kabupaten Tasikmalaya mulai berdiri sejak abad ke VII sampai

abad ke XII di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Kabupaten

Tasikmalaya, diketahui adanya suatu bentuk Pemerintahan

Kebataraan dengan pusat pemerintahannya di sekitar Galunggung,

dengan kekuasaan mengabisheka raja-raja (dari Kerajaan Galuh)

atau dengan kata lain raja baru dianggap syah bila mendapat

persetujuan Batara yang bertahta di Galunggung. Batara atau

sesepuh yang memerintah pada masa abad tersebut adalah Sang

Batara Semplak Waja, Batara Kuncung Putih, Batara Kawindu,

Batara Wastuhayu, danBatari Hyang yang pada masa

pemerintahannya mengalami perubahan bentuk dari kebataraan

menjadi kerajaan.

Kerajaan ini bernama Kerajaan Galunggung yang berdiri pada

tanggal 13 Bhadra pada 1033 Saka atau 21 Agustus 1111 dengan

penguasa pertamanya yaitu Batari Hyang, berdasarkan Prasasti

Geger Hanjuang yang ditemukan di bukit Geger Hanjuang, Desa

Linggawangi, Kecamatan Leuwisari, Tasikmalaya. Dari Sang Batari

inilah mengemuka ajarannya yang dikenal sebagai Sang Hyang

Siksakandang Karesian. Ajarannya ini masih dijadikan ajaran resmi

pada jaman Prabu Siliwangi (1482-1521 M) yang bertahta di Pakuan

Pajajaran. Kerajaan Galunggung ini bertahan sampai 6 raja

berikutnya yang masih keturunan Batari Hyang.

Periode selanjutnya adalahperiode pemerintahan di Sukakerta

dengan Ibukota di Dayeuh Tengah (sekarang termasuk dalam

Kecamatan Salopa, Tasikmalaya), yang merupakan salah satu daerah

bawahan dari Kerajaan Pajajaran. Penguasa pertama adalah Sri

Gading Anteg yang masa hidupnya sejaman dengan Prabu Siliwangi.

Dalem Sukakerta sebagai penerus tahta diperkirakan sejaman

dengan Prabu Surawisesa (1521-1535 M) Raja Pajajaran yang

(2)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-2 Pada masa pemerintahan Prabu Surawisesa kedudukan

Pajajaran sudah mulai terdesak oleh gerakan Kerajaan Islam yang

dipelopori oleh Cirebon dan Demak. Sunan Gunung Jati sejak Tahun

1528 berkeliling keseluruh wilayah tanah Sunda untuk mengajarkan

Agama Islam. Ketika Pajajaran mulai lemah, daerah-daerah

kekuasaannya terutama yang terletak di bagian timur berusaha

melepaskan diri. Mungkin sekali Dalem Sukakerta atau Dalem

Sentawoan sudah menjadi penguasa Sukakerta yang merdeka, lepas

dari Pajajaran. Tidak mustahil pula kedua penguasa itu sudah

masuk Islam.

Periode selanjutnya adalah pemerintahan di Sukapura yang

didahului oleh masa pergolakan di wilayah Priangan yang

berlangsung lebih kurang 10 tahun. Munculnya pergolakan ini

sebagai akibat persaingan tiga kekuatan besar di Pulau Jawa pada

awal abad XVII Masehi: Mataram, Banten, dan VOC yang

berkedudukan di Batavia. Wirawangsa sebagai penguasa Sukakerta

kemudian diangkat menjadi Bupati Daerah Sukapura, dengan gelar

Wiradadaha I, sebagai hadiah dari Sultan Agung Mataram atas

jasa-jasanya membasmi pemberontakan Dipati Ukur. Ibu kota negeri yang

awalnya di Dayeuh Tengah, kemudian dipindah ke Leuwiloa Sukaraja dan “negara” disebut “Sukapura”.

Pada masa pemerintahan R.T. Surialaga (1813-1814) Ibu Kota

Kabupaten Sukapura dipindahkan ke Tasikmalaya. Kemudian pada

masa pemerintahan Wiradadaha VIII ibu kota dipindahkan ke

Manonjaya (1832). Perpindahan ibukota ini dengan alasan untuk

memperkuat benteng-benteng pertahanan Belanda dalam

menghadapi Diponegoro. Pada tanggal 1 Oktober 1901 Ibu Kota

Sukapura dipindahkan kembali ke Tasikmalaya. Latar belakang

pemindahan ini cenderung berdasarkan alasan ekonomis bagi

kepentingan Belanda. Pada waktu itu Daerah Galunggung yang

subur menjadi penghasil kopi dan nila. Sebelum diekspor melalui

Batavia terlebih dahulu dikumpulkan di suatu tempat, biasanya di

(3)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-3 waktu itu, tidak dapat dijadikan tempat sebagai penampungan untuk

mengumpulkan hasil-hasil perkebunan yang ada di Galunggung.

Nama Kabupaten Sukapura pada Tahun 1913 diganti namanya

menjadi Kabupaten Tasikmalaya dengan R.A.A Wiratanuningrat

(1908-1937) sebagai Bupatinya. Tanggal 21 Agustus 1111 Masehi

dijadikan Hari Jadi Tasikmalaya berdasarkan Prasasti Geger

Hanjuang yang dibuat sebagai tanda upacara pentasbihan atau

penobatan Batari Hyang sebagai Penguasa di Galunggung

selanjutnya Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya pembentukannya

berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang

Pembentukan Daerah-Daerah di Lingkungan Pemerintah Provinsi

Jawa Barat. Kabupaten Tasikmalaya terdiri dari 39 kecamatan yang

memiliki jumlah desa sebanyak 351 desa. Pada tahun 2001

Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya dimekarkan melalui

Pembentukan Pemerintah Kota Tasikmalaya berdasarkan

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota

Tasikmalaya yang disyahkan pada tanggal 21 Juni 2001. Ibukota

Kabupaten Tasikmalaya yang semula berada di wilayah Kota

Tasikmalaya dengan terbentuknya Pemerintah Kota Tasikmalaya,

maka berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2004

dipindahkan ke Singaparna di wilayah Kabupaten Tasikmalaya yang

disyahkan pada tanggal 5 Oktober 2004.

Gambaran umum daerah memperlihatkan kondisi terkini

perkembangan pencapaian tujuan pembangunan daerah. Sesuai

paradigma pembangunan manusia, maka pencapaian tujuan

pembangunan daerah seringkali direpresentasikan dengan indikator

pembangunan manusia, meskipun bukan satu-satunya patokan.

Aspek penting dalam pembangunan daerah yang meliputi aspek

geografi dan demografi; aspek kesejahteraan masyarakat; aspek

pelayanan umum; dan aspek daya saing daerah pada dasarnya

diarahkan untuk dapat meningkatkan pembangunan manusia itu

sendiri. Berikut disajikan sistematika gambaran umum capaian

(4)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-4

Gambar 2.1

Sistematika Gambaran Umum Daerah

2.1 Aspek Geografi dan Demografi

2.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah

a. Letak Geografis dan Batas Administrasi

Ruang lingkup wilayah dalam Revisi Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW) adalah Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat.

Secara geografis terletak antara 702’29”-7049’08” Lintang Selatan dan

107054’10”- 107026’42” Bujur Timur. Secara Administratif Kabupaten

Tasikmalaya memiliki batas sebagai berikut:

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Tasikmalaya, Kabupaten

Ciamis, Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka;

2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia;

3) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Garut; dan

4) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan

Kabupaten Pangandaran.

Kabupaten Tasikmalaya mempunyai luas wilayah sebesar

270.871,776 ha terdiri dari 39 kecamatan dan 351 desa. Kecamatan

Cipatujah merupakan kecamatan yang paling luas di Kabupaten

Tasikmalaya, memiliki luas wilayah 23.885,560 ha dan Kecamatan

Rajapolah merupakan wilayah yang memiliki luasan paling kecil

dengan luas wilayah yaitu 1.521,813 ha.

Gambaran Umum Daerah

Aspek Geografi dan

Demografi

Aspek Kesejahteraan

Rakyat

Aspek Daya Saing Daerah

Aspek Pelayanan

Umum

Layanan Urusan Wajib

Dasar

Layanan Urusan Wajib

Non Dasar

Layanan Urusan Pilihan

(5)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-5

Tabel 2.1

Luas Wilayah Administrasi per Kecamatan Kabupaten Tasikmalaya

NO. KECAMATAN LUAS (HA) NO. KECAMATAN LUAS (HA)

1 Cipatujah 23.885,56 21 Karangjaya 4.809,28

2 Karangnunggal 15.372,89 22 Manonjaya 4.280,90 3 Cikalong 16.046,64 23 Gunung Tanjung 4.776,65 4 Pancatengah 16.072,84 24 Singaparna 1.947,78

5 Cikatomas 14.459,77 25 Sukarame 1.646,91

6 Cibalong 6.167,40 26 Mangunreja 2.808,04

7 Parungponteng 5.071,93 27 Cigalontang 14.156,26

8 Bantarkalong 6.476,93 28 Leuwisari 3.002,94

9 Bojongasih 4.983,36 29 Sariwangi 4.014,97

10 Culamega 8.641,55 30 Padakembang 1.992,18

11 Bojonggambir 13.337,50 31 Sukaratu 4.280,72

12 Sodonghilir 9.720,22 32 Cisayong 5.069,28

13 Taraju 6.409,60 33 Sukahening 2.945,37

14 Salawu 7.401,08 34 Rajapolah 1.521,81

15 Puspahiang 5.736,96 35 Jamanis 1.751,74

16 Tanjungjaya 3.720,56 36 Ciawi 4.664,54

17 Sukaraja 4.741,52 37 Kadipaten 4.318,10

18 Salopa 10.653,64 38 Pagerageung 63.334,56

19 Jatiwaras 8.776,74 39 Sukaresik 1.655,14

20 Cineam 7.217.985 Tasikmalaya 270.871,78

Sumber: RTRW Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2011-2031

b. Kondisi Topografi

Wilayah Kabupaten Tasikmalaya memiliki ketinggian berkisar

antara 0-2.000 meter di atas permukaan laut (dpl). Secara umum

wilayah tersebut dapat dibedakan menurut ketinggiannya, yaitu

bagian utara merupakan wilayah dataran tinggi, bagian selatan

merupakan wilayah dataran rendah dengan ketinggian berkisar

antara 0–100 meter di atas permukaan laut (dpl). Dilihat dari

ketinggiannya maka Kecamatan Bojonggambir dan Taraju

merupakan wilayah paling tinggi dibandingkan wilayah lainnya

dengan ketinggian rata-rata 800 meter di atas permukaan laut dan

wilayah terendah adalah Kecamatan Cikalong dengan tinggi hanya 25

(6)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-6

Tabel 2.2

Sebaran Ketinggian Perkecamatan di Kabupaten Tasikmalaya

NO KETINGGIAN

(M DPL) SEBARAN (KECAMATAN)

1 0 – 500

Bantarkalong, Bojongasih, Bojonggambir, Ciawi, Cibalong, Cigalontang, Cikalong, Cikatomas, Cineam, Cipatujah, Cisayong, Culamega, Gunungtanjung, Jamanis, Jatiwaras. Kadipaten, Karangjaya, Karangnunggal, Leuwisari, Mangunreja, Manonjaya, Padakembang, Pagerageung, Parungpoteng, Pancatengah, Puspahiang, Rajapolah, Salawu, Salopa, Sariwangi, Singaparna, Sodonghilir, Sukahening, Sukaraja, Sukarame, Sukaratu, Sukaresik, Tanjungjaya, dan Taraju

2 500 – 1.000

Bantarkalong, Bojongasih, Bojonggambir, Ciawi, Cibalong, Cigalontang, Cineam, Cipatujah, Cisayong, Culamega, Gunungtanjung, Jamanis, Jatiwaras. Kadipaten, Karangjaya, Leuwisari, Mangunreja, Padakembang, Pagerageung, Parungpoteng, Puspahiang, Rajapolah, Salawu, Salopa, Sariwangi, Sodonghilir, Sukahening, Sukaraja, Sukaratu, Sukaresik, Tanjungjaya, dan Taraju

3 1.000 – .500

Ciawi, Cigalontang, Cineam, Cisayong, Kadipaten, Leuwisari, Pagerageung, Puspahiang, Salawu, Salopa, Sariwangi, Sukahening, Sukaratu, dan Taraju

4 1.500 – 2.000

Ciawi, Cigalontang, Cisayong, Kadipaten, Leuwisari, Pagerageung, Sariwangi, Sukahening, dan Sukaratu

5 2.000 -2.500 Cigalontang, Cisayong, Sariwangi, Sukahening, dan Sukaratu

(7)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-7

Gambar 2.2

Peta Topografi Kabupaten Tasikmalaya

c. Kelerengan (Kemiringan Lereng)

Kemiringan di Kabupaten Tasikmalaya dominan pada ketinggian

landai antara 0-2 % dengan luas wilayah 89.049,241 ha tersebar di

Kecamatan Bantarkalong, Bojongasih, Bojonggambir, Ciawi,

Cibalong, Cigalontang, Cikalong, Cikatomas, Cineam, Cipatujah,

Cisayong, Culamega, Gunungtanjung, Jamanis, Kadipaten,

Karangjaya, Karangnunggal, Leuwsari, Mangunreja, Manonjaya,

Padakembang, Pagerageung, Pancatengah, Parungponteng,

Puspahiang, Rajapolah, Salawu, Salopa, Sariwangi, Singgaparna,

(8)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-8 Tanjungjaya, dan Taraju, untuk ketinggian > 40% dengan luas

wilayah 3.766,328 Ha.

Gambar 2.3

Peta Kelerengan Kabupaten Tasikmalaya

d. Klimatologi

Temperatur Kabupaten Tasikmalaya pada daerah dataran

rendah adalah 34°C dengan kelembaban 50%. Sedangkan pada

daerah dataran tinggi mempunyai temperatur 18º-22ºC dengan

kelembaban berkisar antara 61%-73%. Curah hujan rata-rata per

tahun 2.171,95 mm dengan jumlah hari hujan efektif selama satu

tahun sebanyak 84 hari. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan

November, dengan musim hujan terjadi antara bulan Oktober dan

(9)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-9 1) Wilayah dengan curah hujan antara 2500-3000 mm/tahun

meliputi Kecamatan Sukaraja, Cibalong, Salopa, Pagerageung,

Ciawi, dan Jamanis.

2) Wilayah dengan curah hujan antara 3000-3500 mm/thn

meliputi: Kecamatan Cipatujah, Bantarkalong, Karangnunggal,

Salopa, Sodonghilir, Cineam, dan Manonjaya.

3) Wilayah dengan curah hujan 3500-4000 mm/thn meliputi

Bojonggambir, Sodonghilir, Singaparna, Cisayong, Rajapolah,

Cikalong, Pancatengah, Cikatomas, sebagian Pagerageung.

4) Wilayah dengan curah hujan diatas 4000 mm/thn adalah

Kecamatan Taraju, Salawu, Cigalontang, Leuwisari, dan

Cisayong.

Gambar 2.4

(10)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-10 e. Penggunaan Lahan Eksisting

Luas Kabupaten Tasikmalaya sebesar 270.871,783 ha dengan

terdiri dari beberapa fungsi lahan antara lain hutan, perumahan,

persawahan, perkebunan dan lain sebagainya. Berikut tabel tata

guna lahan di Kabupaten Tasikmalaya berdasarkan hasil analisis

pemetaan.

Tabel 2.3

Tata Guna Lahan di Kabupaten Tasikmalaya

NO PENGGUNAAN LAHAN LUAS (HA)

1 Hutan 58.354,39

2 Kebun 31.687,88

3 Ladang/Tegalan 44.983,16

4 Pasir Pantai 240,38

5 Pemukiman 19.860,75

6 Sawah 47.285,41

7 Semak / Belukar 65.677,39

8 Tambak / Empang 873,07

9 Tubuh Air 1.909,36

Sumber: RTRW Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2011-2031

f. Potensi Bencana Alam

Kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Tasikmalaya terbagi

menjadi bencana gempa bumi, gerakan tanah, gunung berapi dan

tsunami. Untuk bencana gempa bumi terbagi menjadi 3 tingkat

kerawanan yaitu tingkat kerawanan sangat tinggi, tingkat kerawanan

tinggi dan tingkat kerawanan sedang. Bencana gerakan tanah terbagi

menjadi 4 tingkat kerawanan yaitu gerakan tanah tinggi, gerakan

tanah menengah, gerakan tanah rendah dan gerakan tanah sangat

rendah, sedangkan untuk kawasan gunung berapi terbagi menjadi 2

kawasan yaitu kawasan gunung berapi terlarang dan kawasan

gunung berapi berbahaya, dan bencana alam tsunami.

1) Bencana Gempa Bumi

Kawasan rawan bencana gempa bumi di Kabupaten Tasikmalaya

seluas 270.871,78 ha yang tersebar di 39 Kecamatan, tingkat

kerawanan sangat tinggi seluas 3.648,98 ha, tingkat kerawanan

tinggi seluas 892,45, dan ha tingkat kerawanan sedang seluas

(11)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-11

Tabel 2.4

Sebaran Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi

di Kabupaten Tasikmalaya

NO KERAWANAN TINGKAT KECAMATAN LUAS (HA)

1 Sangat Tinggi Cikalong 2.379,99

Pancatengah 1.268,99

Total Luas 3.648,98

2 Tinggi Cipatujah 23.885,56

Karangnunggal 15.372,86

Cikalong 13.666,65

Pancatengah 14.803,85

Cikatomas 14.458,77

Cibalong 6.167,40

Parungpoteng 5.071,93

Bantarkalong 6.476,93

Bojongasih 4.983,36

Culamega 8.641,55

Bojonggambir 13.337,49

Sodonghilir 9.720,22

Taraju 6.409,60

Salawu 7.401,08

Puspahiang 5.736,96

Tanjungjaya 3.720,56

Sukaraja 4.741,52

Salopa 10.653,64

Jatiwaras 8.777,90

Cineam 7.217,99

Karangjaya 4.809,28

Manonjaya 4.280,90

Gunungtanjung 4.775,49

Singaparna 1.947,78

Sukarame 1.646,91

Mangunreja 2.808,04

Cigalontang 13.219,44

Leuwisari 3.002,94

Sariwangi 4.014,97

Padakembang 1.992,18

Sukaratu 4.254,39

Cisayong 1.877,07

Total Luas 239.875,19

3 Sedang Cigalontang 936,82

Sukaratu 27,33

Cisayong 3.192,21

Sukahening 2.945,37

Rajapolah 1.521,81

Jamanis 1.751,74

Ciawi 4.664,54

(12)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-12

NO KERAWANAN TINGKAT KECAMATAN LUAS (HA)

Pagerageung 6.334,56

Sukaresik 1.655,14

Total Luas 27.347,62

Sumber: BPBD Kabupaten Tasikmalaya, 2016

Gambar 2.5

Peta Sebaran Bencana Gempa Bumi Kabupaten Tasikmalaya

2) Bencana Letusan Gunung Berapi

Kawasan bencana letusan gunung berapi di Kabupaten

Tasikmalaya yaitu seluas 15.521,21 ha yang terbagi menjadi

kawasan gunung berapi daerah terlarang dengan luas 4.114,44 ha

dan kawasan gunung berapi daerah berbahaya dengan luas

(13)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-13

Tabel 2.5

Kawasan Bencana Letusan Gunung Berapi

di Kabupaten Tasikmalaya

NO TINGKAT

KERAWANAN KECAMATAN LUAS (HA)

1 Berbahaya

Cibalong 549,39

Tanjungjaya 231,52

Sukaraja 835,9

Jatiwaras 324,87

Singaparna 681,00

Sukarame 581,04

Mangunreja 415,41

Cigalontang 1965,30

Leuwisari 786,74

Sariwangi 2.179,22

Padakembang 458,89

Sukaratu 701,50

Cisayong 1.589,87

Sukahening 106,12

Total Luas 22.475,89

2

Terlarang Cigalontang 299,28

Leuwisari 121,46

Sariwangi 407,64

Padakembang 327,83

Sukaratu 2.344,04

Cisayong 572,75

Sukahening 41,43

Total Luas 5.544,13

(14)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-14

Gambar 2.6

Peta Sebaran Bencana Letusan Gunung Berapi Kabupaten Tasikmalaya

3) Bencana Gerakan Tanah

Kawasan bencana gerakan tanah di Kabupaten Tasikmalaya

seluas 270.871,8 ha, yang terbagimenjadi gerakan tanah tinggi

dengan luas 31.442,94 ha, menengah dengan luas 123.524,49 ha,

(15)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-15

Tabel 2.6

Kawasan Rawan Bencana Gerakan Tanah Di Kabupaten Tasikmalaya

NO TINGKAT

KERAWANAN KECAMATAN LUAS (HA)

1 Tinggi Cipatujah 1.511,66

Karangnunggal 2.022,50

Pancatengah 85,53

Cikatomas 1.453,04

Cibalong 2.857,68

Parungpoteng 1.163,02

Bantarkalong 1.941,83

Bojongasih 1.618,09

Culamega 1.334,96

Bojonggambir 768,33

Sodonghilir 3.229,13

Taraju 1.925,63

Salawu 1.492,16

Puspahiang 720,20

Tanjungjaya 347,77

Sukaraja 0,86

Salopa 623,67

Jatiwaras 2.124,09

Cineam 14,30

Karangjaya 676,70

Manonjaya 152,81

Gunungtanjung 202,84

Mangunreja 434,03

Cigalontang 3.144,60

Leuwisari 227,60

Sariwangi 396,19

Sukaratu 178,21

Sukahening 190,14

Total 31.442,94

2 Menengah Cipatujah 3.930,58

Karangnunggal 2.390,09

Ciklong 4.342,66

Pancatengah 4.902,92

Cikatomas 6.749,29

Cibalong 1.411,69

Parungpoteng 2.833,10

Bantarkalong 2.169,33

Bojongasih 688,02

Culamega 3.255,05

Bojonggambir 7.584,29

Sodonghilir 5.032,98

Taraju 4.395,82

(16)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-16

NO TINGKAT

KERAWANAN KECAMATAN LUAS (HA)

Puspahiang 4.898,58

Tanjungjaya 2.830,03

Sukaraja 2.606,99

Salopa 9.622,54

Jatiwaras 5.445,22

Cineam 6.101,68

Karangjaya 4.132,58

Manonjaya 1.392,59

Gunungtanjung 3.591,82

Mangunreja 1.915,45

Cigalontang 10.605,70

Leuwisari 705,39

Sariwangi 1.930,56

Padakembang 125,26

Sukaratu 826,56

Cisayong 2.195,36

Sukahening 1.710,59

Ciawi 2.190,45

Kadipaten 2.031,33

Pagerageung 3.147,47

Total 242.527,91

3 Rendah Cipatujah 17.270,73

Karangnunggal 8.766,33

Ciklong 10.492,62

Pancatengah 10.846,69

Cikatomas 5.807,43

Cibalong 1.799,63

Parungpoteng 1.075,81

Bantarkalong 2.359,45

Bojongasih 2.524,25

Culamega 4.051,54

Bojonggambir 4.984,88

Sodonghilir 1.458,12

Taraju 88,15

Salawu 76,42

Puspahiang 118,18

Tanjungjaya 309,20

Sukaraja 1.321,00

Salopa 407,42

Jatiwaras 1.024,50

Cineam 1.070,22

Manonjaya 439,97

Gunungtanjung 949,16

Singaparna 176,29

Sukarame 23,96

(17)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-17

NO TINGKAT

KERAWANAN KECAMATAN LUAS (HA)

Cigalontang 168,03

Leuwisari 1.681,06

Sariwangi 1.440,15

Padakembang 1.323,13

Sukaratu 1.970,34

Cisayong 1.364,61

Sukahening 1.044,64

Rajapolah 305,50

Jamanis 1.047,48

Ciawi 1.145,33

Kadipaten 1.603,27

Pagerageung 1.840,37

Sukaresik 4,84

Total 92.650,52

4 Sangat Rendah Cipatujah 1.172,59

Karangnunggal 2.193,94

Ciklong 1.211,36

Pancatengah 237,69

Cikatomas 450,01

Cibalong 98,40

Bantarkalong 6,32

Bojongasih 152,99

Tanjungjaya 233,56

Sukaraja 812,67

Cineam 31,79

Manonjaya 2.295,53

Gunungtanjung 31,67

Singaparna 1.771,48

Sukarame 1.622,95

Mangunreja 199,72

Cigalontang 237,93

Leuwisari 388,88

Sariwangi 248,07

Padakembang 543,79

Sukaratu 1.305,61

Cisayong 985,78

Rajapolah 1.216,31

Jamanis 704,26

Ciawi 1.246,92

Kadipaten 683,50

Pagerageung 1.346,72

Sukaresik 1.639,31

Total Luas 23.253,83

(18)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-18

Gambar 2.7

Peta Sebaran Bencana Gerakan Tanah Kabupaten Tasikmalaya

4) Bencana Tsunami

Kawasan yang berpotensi terhadap bencana tsunami di

Kabupaten Tasikmalaya seluas 996,59 ha yang terbagi menjadi tiga

kriteria yaitu kawasan berpotensi tinggi terhadap bencana tsunami

dengan luas kawasan 317,59 ha yang tersebar di Kecamatan

Cipatujah dengan luas 154,52 ha, Kecamatan Karangnunggal dengan

luas 56,23 ha dan Kecamatan Cikalong dengan luas 106,83 ha.

Kawasan rawan tsunami berpotensi sedang denganluas 302,74 ha

yang tersebar di Kecamatan Cipatujah dengan luas 161,69 ha,

(19)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-19 Cikalong dengan luas 80,26 ha dan kawasan tsunami dengan potensi

rendah dengan luas 376,25 ha yang tersebar di Kecamatan Cipatujah

dengan luas 231,78 ha, Kecamatan Karangunggal dengan luas 47,01

ha dan Kecamatan Cikalong dengan luas 97,46 ha.

Gambar 2.8

Peta Sebaran Bencana Tsunami Kabupaten Tasikmalaya

g. Kawasan Strategis Nasional (KSN) di Wilayah Kabupaten

Kawasan strategis nasional di Kabupaten Tasikmalaya adalah

kawasan pada wilayah Kabupaten Tasikmalaya yang penataan

ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh yang sangat

penting dalam lingkup provinsi dari sudut Pertahanan dan

Keamanan. Kawasan strategis ditetapkan dengan kriteria:

1) Diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan

pertahanan negara berdasarkan geostrategis nasional;

2) Diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah

pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang

amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau

(20)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-20 3) Merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau

kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga

dan/atau laut lepas.

Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang ada di Kabupaten

Tasikmalaya adalah kawasan strategis dari sudut pertahanan dan

keamanan yang berada di Pulau Nusa Manuk Kecamatan Cikalong.

h. Kawasan Strategis Kabupaten (KSK)

Kawasan strategis yang ada di kabupaten memiliki peluang

sebagai kawasan strategis nasional dan provinsi. Kawasan strategis

di Kabupaten Tasikmalaya terdiri atas :

1) Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) merupakan hasil

perumusan dan kesepakatan pemangku kepentingan

(stakeholder) penataan ruang wilayah Kabupaten Tasikmalaya.

KSK di Kabupaten Tasikmalaya, meliputi:

a) KSK dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi,

meliputi:

(1) KSK Perkotaan Singaparna;

(2) KSK Perkotaan Ciawi;

(3) KSK Perkotaan Manonjaya;

(4) KSK Perkotaan Karangnunggal;

(5) KSK Industri dan Perdagangan Kerajinan Rajapolah;

(6) KSK Industri Manufaktur Cisayong dan Sukaratu;

(7) KSK Wisata Pantai Karangtawulan; dan

(8) KSK Wisata Alam Gunung Galunggung;

(9) KSK Agrobisnis Pasir Batang.

b) KSK dari sudut kepentingan sosial budaya, meliputi:

(1) KSK Kampung Naga;

(2) KSK Wisata Ziarah Pamijahan;

(3) KSK Pesantren Suryalaya;

(4) KSK Pesantren Miftahul Huda;

(5) KSK Pesantren Cipasung; dan

(21)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-21 c) KSK dari sudut kepentingan pendayagunaan sumberdaya

alam dan/teknologi tinggi, meliputi:

(1) KSK Geothermal Karaha Bodas berada di Kecamatan

Kadipaten;

(2) KSK Batu Mulia Jasper berada di Desa Buni Asih

Kecamatan Pancatengah;

(3) KSK Plasma Nutfah Sirah Cimunjul berada di Kecamatan

Cipatujah;

(4) KSK kawasan pertambangan yang berada di Kecamatan

Cipatujah, Kecamatan Cikalong; dan Kecamatan

Karangnunggal.

(5) KSK Kawasan Pesisir berada di Kecamatan Cipatujah,

Kecamatan Karangnunggal, dan Kecamatan Cikalong.

Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) adalah wilayah yang

penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh

sangat penting dalam lingkup kabupatenterhadap ekonomi, sosial,

budaya, dan/atau lingkungan (UU No. 26/2007).

Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis dan

pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupaten menjadi

wewenang pemerintah daerah kabupaten dalam penyelenggaraan

penataan ruang. Penentuan kawasan strategis kabupaten lebih

bersifat indikatif. Batasan fisik kawasan strategis kabupaten akan

ditetapkan lebih lanjut di dalam rencana tata ruang kawasan

strategis.

2.1.2 Demografi

Perkembangan demografi berperan penting dalam pembangunan

karena merupakan modal dasar keberhasilan pembangunan suatu

wilayah. Besaran, komposisi, dan distribusi penduduk akan

mempengaruhi struktur ruang dan kegiatan sosial dan ekonomi

masyarakat. Seluruh aspek pembangunan memiliki korelasi dan

interaksi dengan kondisi kependudukan. Perkembangan jumlah dan

pertumbuhan penduduk Kabupaten Tasikmalaya dalam kurun waktu

(22)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-22

Gambar 2.9

Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Sumber: BPS Pusat dan BPS Kabupaten Tasikmalaya (berbagai tahun)

Pada tabel berikut disajikan perkembangan rata-rata kepadatan

penduduk per kilometer persegi dari tahun 2011-2017, dimana di

Kabupaten Tasikmalaya kepadatan penduduk tidak merata. Kondisi

ini penting diwaspadai karena berpotensi negatif dalam

pembangunan. Pada daerah-daerah jarang penduduk, akan terjadi

inefisiensi pembangunan terutama pembangunan fisik dan

pemanfaatan sumberdaya alam. Sebaliknya pada daerah-daerah

dengan tingkat kepadatan tinggi, tekanan penduduk terhadap

sumberdaya alam juga akan tinggi, yang dapat mengancam

kelestarian dan keberlanjutan sumber daya alam yang ada.

Tabel 2.7

Rata-Rata Kepadatan Penduduk Per Kilometer Persegi Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2011-2016

NO. KECAMATAN 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

1 Cipatujah 257 258 261 262 263 264 265

2 Karangnunggal 580 600 607 609 612 615 617

3 Cikalong 435 443 448 450 452 454 455

4 Pancatengah 223 224 227 227 228 229 230

5 Cikatomas 353 364 368 369 371 373 374

6 Cibalong 522 526 532 534 537 539 541

7 Parungponteng 664 716 724 727 730 734 736 8 Bantarkalong 571 579 585 588 590 593 595

9 Bojongasih 494 502 508 510 513 515 517

10 Culamega 366 339 343 344 346 347 349

(23)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-23

NO. KECAMATAN 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

13 Taraju 637 676 685 687 690 693 696

14 Salawu 943 1.151 1.163 1.169 1,175 1180 1184

15 Puspahiang 725 946 957 961 966 970 973

16 Tanjungjaya 1.109 1.166 1.18 1.185 1,19 1195 1200 17 Sukaraja 1.04 1.144 1.166 1.163 1,168 1173 1178

18 Salopa 435 401 408 407 409 411 413

19 Jatiwaras 537 659 639 669 672 675 678

20 Cineam 421 427 431 434 436 438 439

21 Karangjaya 259 261 265 265 267 268 269

22 Manonjaya 1.348 1.545 1.563 1.569 1,577 1584 1590 23 Gunungtanjung 638 767 776 779 783 787 789 24 Singaparna 3.372 2.669 2.712 2.712 2,726 2737 2747 25 Sukarame 1.379 1.976 2.015 1.349 2,017 2026 2033 26 Mangunreja 1.595 1.253 1.284 1.894 1,279 1285 1289 27 Cigalontang 536 571 579 580 583 585 588

28 Leuwisari 818 692 700 703 707 710 712

29 Sariwangi 742 617 626 627 630 632 635

30 Padakembang 886 954 968 969 973 978 981

31 Sukaratu 988 776 784 788 792 796 799

32 Cisayong 1.091 897 905 911 916 920 923

33 Sukahening 915 1.044 1.055 1.061 1,066 1071 1075 34 Rajapolah 1.911 2.095 2.136 2.129 2,139 2148 2156 35 Jamanis 1.792 1.531 1.554 1.556 1,563 1570 1576 36 Ciawi 1.273 1.284 1.302 1.305 1,311 1317 1321

37 Kadipaten 691 723 734 734 738 741 744

38 Pagerageung 737 776 786 788 792 795 798 39 Sukaresik 1.896 1.882 1.916 1.913 1,923 1931 1938

Jumlah 618 625 633 635 638 641 643

Sumber : BPS Kabupaten Tasikmalaya (berbagai tahun)

Rasio jenis kelamin atau sex ratio adalah perbandingan jumlah

penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan per 100

penduduk perempuan. Data mengenai rasio jenis kelamin berguna

untuk pengembangan perencanaan pembangunan yang berwawasan

gender, terutama yang berkaitan dengan perimbangan pembangunan

laki-laki dan perempuan secara adil. Terjadi penurunan sex ratio

Kabupaten Tasikmalaya hingga mencapai 98,14 pada tahun 2017

yang artinya tiap 100 orang penduduk perempuan terdapat 98 orang

(24)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-24

Gambar 2.10

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2011-2017

Sumber: BPS Pusat (berbagai tahun)

2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat yang tinggi

merupakan salah satu tujuan pembangunan. Manfaat tersebut harus

dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Pada bagian ini

diuraikan beberapa indikator yang menggambarkan tingkat

kesejahteraan dan pemerataan ekonomi.

2.2.1 Produk Domestik Regional Brutto (PDRB)

PDRB ADHB (Atas Dasar Harga Berlaku) menggambarkan nilai

tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada

tahun berjalan, sedangkan PDRB ADHK (Atas Dasar Harga Konstan)

menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung

menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai

tahun dasar. PDRB ADHB digunakan untuk mengetahui kemampuan

sumber daya ekonomi, pergeseran, dan struktur ekonomi suatu

daerah. Sementara itu, PDRB ADHK digunakan untuk mengetahui

pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun atau

pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga.

Pertumbuhan ekonomi diperoleh dari perhitungan PDRB ADHK,

dengan cara mengurangi nilai PDRB pada tahun ke-n terhadap nilai

(25)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-25

dikalikan dengan 100%. Laju pertumbuhan menunjukkan

perkembangan agregat pendapatan dari satu waktu tertentu terhadap

waktu sebelumnya.PDRB Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 2016

ADHK tercatat sebesar Rp 20,82 triliun. Bila dibandingkan dengan

tahun sebelumnya, PDRB ADHK mengalami kenaikan sebesar 5,91%,

dan merupakan pertumbuhan ekonomi tertinggi dalam kurun 5

tahun terakhir. PDRB ADHB pada tahun 2016 mencapai Rp 28,02

triliun dibandingkan dengan tahun sebelumnya, PDRB ADHB

mengalami kenaikan sebesar Rp2,34 trilIun dari tahun 2015.

Gambar 2.11

PDRB ADHB dan ADHK (Trilyun) dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2012-2016

Sumber: BPS Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2017

2.2.2. Struktur Ekonomi

Struktur perekonomian Kabupaten Tasikmalaya adalah berbasis

pertanian, terutama pertanian tanaman pangan Hal ini terlihat dari

kontribusi pertanian terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya tahun

2016 sebesar 38,32%. Meskipun kontribusinya dari tahun ke tahun

mengalami penurunan namun masih tetap rangking pertama

dibanding kategori lainnya. Kategori lain yang tidak kalah

pentingnya dalam penyusunan adalah kategori Perdagangan Besar

dan Eceran; Reparasi Mobil dan Motor yang menduduki rangking

kedua dengan kontribusi 20,26%. Share perdagangan pada tahun ini

(26)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-26 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang adalah

kategori yang paling kecil berkontribusi pada PDRB yaitu hanya

sebesar 0,02%.

Tabel 2.8

Peranan PDRB Menurut Lapangan Usaha (%) Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2012-2016

LAPANGAN USAHA 2012 2013 2014 2015* 2016** A. Pertanian,

Kehutanan & Perikanan

40,26 39,79 39,00 38,34 38,32

B. Pertambangan dan Penggalian

0,32 0,31 0,30 0,29 0,27

C. Industri Pengolahan

6,94 6,95 7,28 7,35 7,44

D. Pengadaan Listrik & Gas

0,06 0,05 0,05 0,06 0,07

E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah

0,02 0,02 0,02 0,02 0,02

F. Bangunan 7,95 7,76 7,78 7,84 7,74

G. Perdagangan Besar dan Eceran

20,47 20,97 20,74 20,49 20,26

H. H. Transportasi dan

Pergudangan

3,09 3,73 3,83 4,30 4,30

I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

1,39 1,35 1,30 1,27 1,25

J. Informasi dan Komunikasi

3,05 2,68 2,91 3,08 3,24

K. Jasa Keuangan dan Asuransi

2,86 2,93 2,93 3,03 3,08

L. Real Estate 1,53 1,36 1,33 1,30 1,24 M,N. Jasa

Perusahaan

0,36 0,37 0,38 0,40 0,41

O. Administrasi

Pemerintahan 5,38 5,11 4,91 4,83 4,70 P. Jasa Pendidikan 4,39 4,78 5,30 5,42 5,61 Q. Jasa Kesehatan

& Kegiatan Sosial

0,48 0,48 0,54 0,56 0,58

R,S,T,U. Jasa Lainnya 1,43 1,38 1,38 1,44 1,47

PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Keterangan : *Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara Sumber : BPS Kabupaten Tasikmalaya (berbagai tahun)

Nilai tambah bruto (NTB) Kabupaten Tasikmalaya dikelompokan

menjadi tiga kelompok yaitu primer, sekunder dan tersier. Kelompok

(27)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-27 Pertambangan dan Penggalian. Kelompok sekunder terdiri dari

Industri Pengolahan, Pengadaan Listrik dan Gas, Pengadaan Air,

Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bangunan, sedangkan kelompok

tersier terdiri dari Perdagangan Besar dan Eceran, Transportasi dan

Pergudangan, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Informasi

dan Komunikasi, Jasa Keuangan dan Asuransi, Real Estate, Jasa

Perusahaan, Administrasi Pemerintahan, Jasa Pendidikan, Jasa

Kesehatan dan Kegiatan Sosial, dan Jasa Lainnya. Pada Tahun 2016

NTB kelompok primer mencapai Rp 10,81 triliun atau meningkat

9,03% dibanding tahun 2015, dan peningkatan ini jauh lebih

besar bila dibandingkan tahun 2015 dengan tahun 2014 yang

hanya meningkat 8,59%. Kelompok sekunder dan tersier

masing-masing menghasilkan NTB sebesar Rp 4,28 triliun dan Rp 12,93

triliun, atau mengalami kenaikan masing-masing sebesar 9,08 %

dan 9,22% dibanding tahun sebelumnya. Pada NTB ADHK, dimana

faktor inflasi harga sudah ditiadakan, NTB kelompok primer

mencapai Rp 7,46 triliun atau mengalami kenaikan sebesar 4,51%

dari tahun 2015, sedangkan kelompok sekunder dan tersier

masing-masing sebesar Rp 3,35 trilliun dan Rp 10,2 trilliun atau mengalami

kenaikan masing-masing sebesar 6,02% dan 6,94% dibanding

tahun sebelumnya.

Tabel 2.9.

PDRB Kabupaten TasikmalayaAtas Dasar Harga Berlaku dan Harga KonstanTahun 2015-2016 (Trillun Rupiah)

LAPANGAN USAHA Harga Berlaku Harga Konstan 2015* 2016** 2015* 2016**

I. Primer 9,92 10,81 7,13 7,46

A. Pertanian, Kehutanan & Perikanan

9,84 10,74 7,07 7,40

B. Pertambangan dan Penggalian

0,07 0,08 0,06 0,06

II. Sekunder 3,92 4,28 3,16 3,35

C. Industri Pengolahan

1,89 2,09 1,46 1,55

D. Pengadaan Listrik & Gas

0,02 0,02 0,01 0,02

E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah

0,00 0,00 0,00 0,00

F. Bangunan 2,01 2,17 1,68 1,78

(28)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-28 LAPANGAN USAHA Harga Berlaku Harga Konstan

2015* 2016** 2015* 2016** G. Perdagangan Besar

dan Eceran

5,26 5,68 4,10 4,33

H. H. Transportasi dan Pergudangan

1,10 1,20 0,64 0,68

I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

0,32 0,35 0,28 0,29

J. Informasi dan Komunikasi

0,79 0,91 0,80 0,92

K. Jasa Keuangan dan Asuransi

0,78 0,86 0,61 0,66

L. Real Estate 0,33 0,35 0,29 0,29

M,N. Jasa Perusahaan 0,10 0,12 0,08 0,09 O. Administrasi

Pemerintahan

1,24 1,32 0,93 0,95

P. Jasa Pendidikan 1,39 1,57 1,19 1,32

Q. Jasa Kesehatan & Kegiatan

Sosial

0,14 0,16 0,13 0,14

R,S,T,U. Jasa Lainnya 0,37 0,41 0,32 0,34

Kabupaten Tasikmalaya 25,68 28,02 19,66 20,82

Catatan : *Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara Sumber : BPS Kabupaten Tasikmalaya (2017)

1.PDRB per Kapita

Bila PDRB suatu daerah dibagi dengan jumlah penduduk yang

tinggal di daerah itu, maka akan dihasilkan indikator PDRB per

kapita. PDRB per kapita ADHB menunjukkan nilai PDRB per kepala

atau per satu orang penduduk. Pada tahun 2016, secara agregat

PDRB per kapita Kabupaten Tasikmalaya mencapai Rp 16,08 juta

rupiah dengan pertumbuhan sebesar 8,73% bila dibandingkan

dengan tahun 2015 yang tercatat sebesar Rp 14,79 juta. PDRB per

kapita merupakan proxy ukuran pendapatan per kapita atau dengan

kata lain, PDRB per kapita diasumsikan sebagai pendapatan per

kapita. Kemampuan masyarakat untuk mengonsumsi produk

(29)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-29

Gambar 2.12

PDRB / Kapita ADHB (Juta), Indeks Perkembangan, dan Pertumbuhan Kabupaten TasikmalayaTahun 2012-2016

Sumber : BPS Kabupaten Tasikmalaya (berbagai tahun)

2.Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan meningkatnya harga secara umum

dan terus menerus. Angka inflasi Kabupaten Tasikmalaya mengikuti

inflasi Kota Tasikmalaya, karena berada dalam satu radar

perhitungan. Secara umum inflasi di Kabupaten Tasikmalaya

termasuk kriteria ringan atau creeping inflation karena kurang dari

10% setahun. Inflasi seperti ini wajar terjadi pada negara atau daerah

berkembang yang selalu berada dalam proses pembangunan. Inflasi

memiliki dampak positif dan dampak negatif, tergantung parah atau

tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai

pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian

lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat

orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan

investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat

terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian

(30)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-30

Gambar 2.13

Inflasi Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2011-November 2017

Sumber : Bank Indonesia (berbagai tahun)

3.Gini Ratio

Gini Ratio merupakan indikator yang menunjukkan tingkat

ketimpangan pendapatan secara menyeluruh. Nilai Gini Ratio

berkisar antara 0 (nol) hingga 1 (satu). Gini Ratio bernilai 0 (nol)

menunjukkan adanya pemerataan pendapatan yang sempurna, atau

setiap orang memiliki pendapatan yang sama. Sedangkan, Gini

Ratiobernilai 1 (satu) menunjukkan ketimpangan yang sempurna,

atau satu orang memiliki segalanya sementara orang-orang lainnya

tidak memiliki apa-apa. Gini Ratiodiupayakan agar mendekati 0 (nol)

untuk menunjukkan adanya pemerataan distribusi pendapatan antar

penduduk.Kategori Gini Ratio adalah:

a. G < 0,3 = ketimpangan rendah,

b. 0,3 ≤ G ≤ 0,5 = ketimpangan sedang, dan

c. G > 0,5 = ketimpangan tinggi.

Kabupaten Tasikmalaya berada pada kategori ketimpangan

sedang karena dalam kurun 6 tahun terakhir selalu berada pada

kisaran 0,3 kecuali tahun 2014 yang sempat menyentuh 0,29 atau

(31)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-31

Gambar 2.14

Gini Ratio Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2011-2016

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat (berbagai tahun)

4.Kemiskinan

Dalam pengukuran kemiskinan, BPS menggunakan konsep

kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach).

Jadi Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata

pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan.

Garis Kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari Garis

Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan

(GKNM). Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita

per bulan dibawah Garis Kemiskinan dikategorikan sebagai

penduduk miskin. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan

nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan

dengan 2100 kilokalori perkapita perhari. Paket komoditi kebutuhan

dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian,

umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan,

buah-buahan, minyak dan lemak, dll). Garis Kemiskinan Non

Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan,

sandang, pendidikan dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan

dasar non makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan

(32)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-32 Pendekatan BPS ini dapat dikategorikan penghitungan

kemiskinan absolut yaitu derajat kepemilikan materi atau standar

kelayakan hidup orang-orang atau keluarga yang berada di garis atau

di bawah garis subsisten. Indikatornya sangat terukur, di mana ada

standar kehidupan yang dikategorikan secara berjenjang, yakni di

bawah garis kemiskinan. Dengan kata lain, kemiskinan absolut

adalah suatu kondisi di mana tingkat pendapatan seseorang tidak

cukup untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, seperti pangan,

sandang, papan, kesehatan dan pendidikan (Sayogya, 1988).

Rendahnya tingkat pendapatan ini terutama disebabkan oleh

keterbatasan sarana dan prasarana fisik dan kelangkaan modal atau

miskin karena sebab alami (Sayogyo, 1988).

Kemiskinan absolut diukur dengan menggunakan garis

kemiskinan yang konstan sepanjang waktu yang biasanya berupa

jumlah atau nilai pendapatan dan unit uang. Namun ukuran bisa

pula berbentuk jumlah konsumsi kalori, atau lainnya, yang

memungkinkan adanya perbedaan jumlah atau nilai perbedaan

pendapatan dalam unit uang. Parameter ini merupakan ukuran yang

tetap dan kriteria pengukuran seperti itu diperoleh dari pendekatan

yang digunakan, yaitu pendekatan biologis dan pendekatan

kebutuhan dasar.

Gambar 2.15

Garis Kemiskinan Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2011-2017

(33)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-33 Garis kemiskinan dalam kurun 7 tahun terakhir terus

mengalami peningkatan dari Rp209.238,00 pada tahun 2011 menjadi

Rp284.462,00 pada tahun 2017. Namun demikian persentase

penduduk miskin (sekaligus jumlah penduduk miskin) mengalami

perbaikan atau menurun meskipun pada tahun 2015 sempat naik

menjadi 11,99% dibanding tahun 2014 sebesar 11,26%. Persentase

jumlah penduduk miskin sebesar 10,84% pada tahun 2016

merupakan capaian terendah dalam kurun 7 tahun terakhir. Hal ini

menunjukkan pelaku pembangunan ekonomi baik pemerintah,

swasta, dan masyarakat itu sendiri telah berhasil menekan jumlah

kemiskinan.

Gambar 2.16

Jumlah Penduduk Miskin (ribu orang) dan Proporsi terhadap Jumlah Penduduk Total Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2011-2017

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat (berbagai tahun)

Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1),

merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran

masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi

nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran pesuduk dari garis

kemiskinan. Nilai agregat dari poverty gap index menunjukkan biaya

mengentaskan kemiskinan dengan membuat target transfer yang

sempurna terhadap penduduk miskin dalam hal tidak adanya biaya

transaksi dan faktor penghambat. Semakin kecil nilai poverty gap

index, semakin besar potensi ekonomi untuk dana pengentasan

(34)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-34 dan juga untuk target sasaran bantuan dan program. Penurunan

nilai indeks Kedalaman Kemiskinan mengindikasikan bahwa

rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekati garis

kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga

semakin menyempit.

Indeks Keparahan Kemiskinan (Proverty Severity Index-P2)

memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara

penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi

ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Indikator ini

memberikan informasi yang saling melengkapi pada insiden

kemiskinan. Sebagai contoh, mungkin terdapat kasus bahwa

beberapa kelompok penduduk miskin memiliki insiden kemiskinan

yang tinggi tetapi jurang kemiskinannya (poverty gap) rendah,

sementara kelompok penduduk lain mempunyai insiden kemiskinan

yang rendah tetapi memiliki jurang kemiskinan yang tinggi bagi

penduduk yang miskin.

Indeks kedalaman kemiskinan (P1) kemiskinan Kabupaten

Tasikmalaya pada tahun 2017 termasuk kedalam 13 (tiga belas)

Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat dengan capaian terendah. P2

berhasil diredam signifikan dari 1,78 pada tahun 2016 menjadi 1,36

pada tahun 2017.

Indeks keparahan kemiskinan (P2) kemiskinan Kabupaten

Tasikmalaya pada tahun 2017 termasuk kedalam 11 (sebelas)

Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat dengan capaian terendah. P2

berhasil diredam signifikan dari 0,42 pada tahun 2016 menjadi 0,29

(35)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-35

Gambar 2.17

Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2011-2017

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat (berbagai tahun)

Ishartono dan Raharjo (2016) menjelaskan isu kemiskinan tetap

menjadi isu penting bagi negara-negara berkembang seperti

Indonesia. Penanganan persoalan kemiskinan harus dimengerti dan

dipahami sebagai persoalan dunia, sehingga harus ditangani dalam

konteks global pula. Sehingga setiap program penanganan

kemiskinan harus dipahami secara menyeluruh dan saling

interdependen dengan beberapa program kegiatan lainnya. Dalam

SDGs dinyatakan no poverty (tanpa kemiskinan) sebagai poin

pertama prioritas. Hal ini berarti dunia bersepakat untuk

meniadakan kemiskinan dalam bentuk apapun di seluruh penjuru

dunia, tidak terkecuali Indonesia. Pengentasan kemiskinan akan

sangat terkait dengan tujuan global lainnya, yaitu lainnya, dunia

tanpa kelaparan, kesehatan yang baik dan kesejahteraan,

pendidikan berkualitas, kesetaraan gender, air bersih dan sanitasi,

energi bersih dan terjangkau; dan seterusnya hingga pentingnya

kemitraan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

5. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Kesejahteraan pada dasarnya memiliki dimensi yang luas dan

beragam. Salah satu indikator yang dapat merepresentasikan adalah

(36)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-36 maupun ekonomi.IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi

dasar.

Gambar 2.18

Angka Harapan Hidup Saat Lahir Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2010-2017

Badan Pusat Statistik (BPS) meluncurkan Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) yang dihitung dengan menggunakan

metode terbaru dengan mengadopsi teknik perhitungan IPM yang

telah digunakan oleh United Nations Development Programme (UNDP)

dalam penyusunan laporan tahunan pembangunan manusia (Human

Development Report) sejak tahun 2010. IPM Kabupaten Tasikmalaya

tergambarkan sebagai berikut. Perkembangan IPM Kabupaten

Tasikmalaya mengalami kenaikan dari 63,57 pada tahun 2016

(37)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-37

Gambar 2.19

Angka Harapan Hidup Saat Lahir Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2010-2017

Angka Harapan Hidup Saat Lahir-AHH (Life Expectancy-e0)yang

didefinisikan sebagai rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat

ditempuh oleh seseorang sejak lahir. AHH mencerminkan derajat

kesehatan suatu masyarakat. AHH dihitung dari hasil sensus dan

survei kependudukan. Perkembangan angka harapan hidup

Kabupaten Tasikmalaya mengalami kenaikan dari 68,54 tahun pada

tahun 2016 menjadi 68,66 tahun pada tahun 2017.

Gambar 2.20 Rata-rata Lama Sekolah

(38)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-38 Rata-rata Lama Sekolah-RLS (Mean Years of Schooling-MYS)yaitu

jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk dalam menjalani

pendidikan formal. Diasumsikan dalam kondisi normal rata-rata

lama sekolah suatu wilayah tidak akan turun. Cakupan penduduk

yang dihitung dalam penghitungan adalah penduduk berusia 25

tahun ke atas. Perkembangan RLS mengalami kenaikan dari 6,94

tahun pada 2016 menjadi 7,02 tahun pada 2017.

Gambar 2.21

Angka Harapan Lama Sekolah

Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2010-2017

Angka Harapan Lama Sekolah – HLS (Expected Years of Schooling - EYS) didefinisikan lamanya sekolah (dalam tahun) yang

diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa

mendatang. Diasumsikan bahwa peluang anak tersebut akan tetap

bersekolah pada umur-umur berikutnya sama dengan peluang

penduduk yang bersekolah per jumlah penduduk untuk umur yang

sama saat ini. AHLS dihitung untuk penduduk berusia 7 tahun ke

atas. HLS dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan

sistem pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam

bentuk lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat

dicapai oleh setiap anak. Perkembangan AHLS mengalami kenaikan

signifikan dari 12,46 pada tahun pada 2016 menjadi 12,86 tahun

(39)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-39

Gambar 2.22 Pengeluaran per Kapita

Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2010-2017

Pengeluaran per kapita yang disesuaikan ditentukan dari nilai

pengeluaran per kapita dan paritas daya beli. Rata-rata pengeluaran

per kapita setahun diperoleh dari Susenas, dihitung dari level

provinsi hingga level kab/kota. Rata-rata pengeluaran per kapita

dibuat konstan/riil dengan tahun dasar 2012=100. Perhitungan

pada metode baru menggunakan 96 komoditas dimana 66 komoditas

merupakan makanan dan sisanya komoditas nonmakanan.

Pengeluaran per kapita mengalami penurunan dari Rp7.081 pada

tahun 2016 menjadi Rp7.031 pada tahun 2017.

6.Employment to Population Ratio

Jumlah penduduk bekerja dalam kurun tahun 2015 sampai

dengan 2016 meningkat sebesar 151.288 jiwa. Employment to

Population Ratio-EPR merupakan proporsi penduduk usia kerja yang

berstatus bekerja terhadap penduduk usia kerja. Rasio yang tinggi

berarti sebagian besar penduduk adalah bekerja, sementara rasio

rendah berarti sebagian besar penduduk tidak terlibat langsung

dalam kegiatan yang berhubungan dengan pasar, karena

menganggur atau tidak termasuk dalam angkatan kerja.

Perkembangan EPR dalam kurun waktu tahun 2016 sampai dengan

(40)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-40

Gambar 2.23

Proporsi Jumlah Penduduk Bekerja Terhadap Jumlah Penduduk Total Kabupaten Tasikmalaya tahun 2011-2017

7.Tingkat Pengangguran

Pengangguran terbuka atau tingkat pengangguran

menggambarkan proporsi angkatan kerja yang tidak memiliki

pekerjaan dan secara aktif mencari dan bersedia untuk bekerja.

Definisi baku penganggur adalah mereka yang tidak mempunyai

pekerjaan, sedang mencari pekerjaan, dan bersedia untuk bekerja.

Bersama dengan EPR, tingkat pengangguran menyediakan indikator

situasi pasar tenaga kerja di negara-negara atau daerah yang

mengumpulkan informasi tentang tenaga kerja. Tingkat

pengangguran terbuka di Kabupaten Tasikmalaya dalam kurun

waktu tahun 2016 sampai dengan 2017 mengalami penurunan

sebesar 1,35%. Penting untuk menjadi perhatian bahwa angka

pengangguran terbuka sempat mengalami kenaikan menjadi 7,96%

pada tahun 2016. Kenaikan angka pengangguran ini setidaknya

dapat dijelaskan oleh beberapa penyebab:

a.Penduduk yang relatif banyak sedangkan lapangan kerja hanya sedikit.

b.Pendidikan dan keterampilan rendah sehingga tidak mampu bersaing dan tersisih.

(41)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-41 d.Teknologi yang semakin modern belum berimbang dengan

kompetensi dan kualifikasi.

e. Adanya lapangan kerja yang dipengaruhi musim. f. Adanya ketidakstabilan perekonomian.

Gambar 2.24 Pengangguran Terbuka

Kabupaten Tasikmalaya tahun 2011-2016

2.3. Aspek Daya Saing Daerah

Daya saing daerah merupakan salah satu aspek tujuan

penyelenggaraan otonomi daerah sesuai dengan potensi, kekhasan,

dan unggulan daerah. Suatu daya saing (competitiveness) merupakan

salah satu faktor kunci keberhasilan pembangunan ekonomi yang

berhubungan dengan tujuan pembangunan daerah dalam mencapai

tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan.

1.Iklim Investasi

Iklim investasi daerah yang baik mencerminkan sejumlah

kondisi yang berkaitan dengan wilayah tertentu yang membentuk

kesempatan dan insentif bagi investor untuk membuka usaha yang

layak dari segi bisnis. Daya saing investasi daerah tidak terjadi

dengan serta merta. Pembentukan daya saing investasi, berlangsung

terus-menerus dari waktu ke waktu dan dipengaruhi oleh banyak

(42)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-42

Tabel 2.10

Hasil Kinerja Penanaman Modal (Investasi)

NO INDIKATOR CAPAIAN KINERJA SATUAN TAHUN 2016 TAHUN 2017

1 Jumlah Promosi

Investasi Promosi 6 2

2

Jumlah investor Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) / Penanaman Modal Asing (PMA)

Investor 647 408

3

Realisasi investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) / Penanaman Modal Asing (PMA)

Rp. 253.681.288.000 1.092.482.800.000

4 Realisasi Investasi Rp. 79.382.288.000 83.801.512.000 Sumber : LKPJ Bupati Tasikmalaya

2.Investasi

Incremental Capital Output Ratio (ICOR) merupakan parameter ekonomi makro yang menggambarkan rasio investasi kapital/modal

terhadap hasil yang diperoleh (output) dengan menggunakan investasi

tersebut. ICOR juga bisa diartikan sebagai dampak penambahan

kapital terhadap penambahan sejumlah output. Kapital diartikan

sebagai barang modal fisik yang dibuat oleh manusia dari sumber

daya alam, untuk digunakan secara terus menerus dan berulang

dalam proses produksi. Sedangkan output adalah besarnya nilai

keluaran dari suatu proses ekonomi (produksi) yang dalam hal ini

digambarkan melalui parameter Nilai Tambah. ICOR mampu

menjelaskan perbandingan antara penambahan kapital terhadap

output atau yang diartikan juga bahwa setiap pertambahan satu unit

(43)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-43

Gambar 2.25.

Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2011-2016

3.Prasarana Wilayah/Infrastruktur

Prasarana wilayah atau infrastruktur menunjang daya saing

daerah dalam hubungannya dengan ketersediaannya dalam

mendukung aktivitas daerah di berbagai sektor di daerah dan

antar-wilayah. Kondisi infrastruktur dapat dijelaskan secara rinci

berdasarkan pembangunan beberapa prasarana berikut yang

disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 2.11

Prasarana Wilayah/Infrastruktur Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2011-2017

(44)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-44 Ketersediaan penginapan/hotel merupakan salah satu aspek

yang penting dalam meningkatkan daya saing daerah, terutama

dalam menerima dan melayani jumlah kunjungan dari luar daerah.

Semakin berkembangnya investasi ekonomi daerah akan

meningkatkan daya tarik kunjungan ke daerah tersebut. Dengan

semakin banyaknya jumlah kunjungan orang dan wisatawan ke

suatu daerah perlu didukung oleh ketersediaan penginapan/hotel.

Ketersediaan restoran pada suatu daerah menunjukan tingkat

daya tarik investasi suatu daerah. Banyaknya restoran dan rumah

makan menunjukkan perkembangan kegiatan ekonomi suatu daerah

dan peluang-peluang yang ditimbulkannya.

Begitu pula halnya dengan keberadaan fasilitas lembaga

keuangan khususnya perbankan. Fungsi intermediasi perbankan

akan sangat strategis karena dapat menyediakan dana untuk

investasi melalui saluran kredit atau pembiayaan. Serapan kredit

atau pembiayaan yang digunakan pelaku usaha sebagai tambahan

modal akan meningkatkan kapasitas perusahaan sehingga akan

sangat berpengaruh dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan

menekan angka pengangguran.

Tabel 2.12

Beberapa Fasilitas Wilayah

Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2011-2016

NO. URAIAN SATUAN 2011 2012 2013 2014 2015 2016

1 Hotel* Unit 11 13 17 22 22 20

Kamar 223 271 318 368 563 376

Tempat Tidur 425 509 509 553 553 607

2 Restoran** Unit 18 21 25 25 28

Lembaga Keuangan Bank

Pemerintah Bank Swasta BPD

Bank Asing

3

Bank Jaringan Bank Umum

4 13 1 1

Jumlah Kantor

Bank 89 27 16

4 Sumber : BPS Provinsi Barat (berbagai tahun)

4.Sumber Daya Manusia (SDM)

Transisi struktur usia berdampak pada dependency ratio

ataubeban ketergantungan. Dependency ratio merupakan indikator

demografi yang penting. Semakin tinggi persentase dependency ratio

(45)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-45 penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang

belum produktif dan tidak produktif lagi. Dependency ratio yang

semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang

ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk

yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Perhitungan BPS

Pusat (2015) menunjukkan dependency ratio tahun 2017 sebesar

52,71%yang artinya setiap 100 orang yang berusia kerja dan

dianggap produktif mempunyai tanggungan masing-masing sebanyak

53 orang yang belum produktif dan dianggap tidak produktif.

Gambar 2.26

Dependency Ratio Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2011-2017

Sumber : BPS Pusat (2015)

2.4. Aspek Pelayanan Umum Layanan Urusan Wajib Dasar 1.Pendidikan

a. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Sekolah

Pentingnya sarana dan prasarana untuk menunjang proses

pendidikan, diatur oleh UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Sarana dan prasarana merupakan salah satu

sumber daya pendidikan yang perlu dan sangat penting dikelola

dengan baik serta merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

dari manajemen pendidikan. Seperti gedung, tanah, perlengkapan

(46)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-46 proses belajar mengajar di kelas. Kondisi sarana dan prasarana

sekolah di Kabupaten Tasikmalaya dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 2.13

Kondisi Sarana dan Prasarana Sekolah Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2011-2015

NO. URAIAN SATUAN 2011 2012 2013 2014 2015 A. Ketercapaian Wajar Dikdas 9 Tahun

1 Meningkatnya sarana dan prasana pendidikan dasar

Jumlah SD/MI Unit 1.297 1.297 1.295 1.289 1.292 Jumlah

SLTP/MTs

Unit 383 391 441 436 416 Kondisi Kerusakan Ruang Kelas SD/MI

Ruang Kelas SD % 29,96 12,87 13,86 15,2 31,98 Ruang Kelas MI % 32 57,38 62,46 62,46 62,46 Kondisi Kerusakan Ruang Kelas SLTP/MTs

Ruang Kelas Pembangunan Ruang Kelas Baru

Pembangunan 2 Idealnya rasio siswa terhadap ruang kelas

Jumlah Siswa

3 Idealnya rasio rombongan belajar terhadap ruang kelas Jumlah

1 Meningkatnya daya tampung SMA, SMK dan MA

(47)

Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-47

8 Meningkatnya sekolah yang berbasis TIK dalam proses pembelajaran pendidikan menengah

SMA/MA/SMK Sekolah 30 40 89 102 102 SMA/MA/SMK % 16,5 20 42 58 43,78 C. Meningkatnya Lembaga Pendidikan Bagi Anak Usia Dini dan Pendidikan

Luar Sekolah yang merata, berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat. 1 Meningkatnya kualitas dan kuantitas lembaga penyelenggara Pendidikan

Anak Usia Dini

Sumber : LKPJ Bupati Tasikmalaya

b. Ketersediaan Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan Sekolah

Sebagai bentuk penjaminan mutu, guru dituntut memiliki

kualifikasi minimum, kompetensi, dan tersertifikasi yang menjamin

proses pembelajaran berkualitas. Berdasarkan UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 8 berbunyi “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani

dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.”Pencapaian standar tenaga pendidik dan kependidikan dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 2.14

Kondisi Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2011-2015

NO. URAIAN SATUAN 2011 2012 2013 2014 2015 A. Ketercapaian Wajar Dikdas 9 Tahun

1

B. TerlaksananyaRintisanWajar 12 Tahun

2

Meningkatnya kompetensi sumber daya manusia SSN dan SBI SMA/SMK

Guru S1 Orang 2.196 2.233 1.705 2.81 3.676

Guru S2 Orang 68 105 208 385 317

- SMA/MA/SMK % 16,5 20 42 58 43,78 C Meningkatnya Mutu Pendidikan pada semua Jenis dan Jenjang Pendidikan baik

Pendidikan Formal maupun Non Formal 1

Terpenuhinya jumlah pendidik dan tenaga kependidikan

Gambar

Tabel 2.4 Sebaran Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi
Tabel 2.5 Kawasan Bencana Letusan Gunung Berapi
Gambar 2.8 Peta Sebaran Bencana Tsunami
Gambar 2.10
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil kebidanan komprehensif ini dapat disimpulkan bahwa kurangnya pengetahuan Ny “I” tentang keluhan fisiologis yang dialami pada ibu hamil trimester 3 dan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Jembrana Tahun 2016-2021 yang selanjutnya disebut dengan RPJMD Kabupaten Jembrana adalah dokumen perencanaan

Berdasarkan hasil penelitian kondisi awal kompetensi pedagogic guru-guru pendidikan anak usia dini yang ada di Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat pada tahun ajaran

(7) IRR secara parsial memiliki pengaruh yang positif yang tidak signifikan terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa periode penelitian 2014 triwulan I sampai

capaian pembelajaran praktikum anatomi setelah menggunakan anatomage dan plastisin sebagai alat pembelajaran tambahan dengan capaian pembelajaran pada mahasiswa tahun akademik

(4) Untuk memudahkan masyarakat dalam memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap Rancangan Peraturan

Hasil Penelitian menunjukkan: (1) Terdapat senyawa metabolit sekunder pada ekstrak etanol daun boroco merah, (2) Pemberian ekstrak etanol daun boroco merah

Sementara itu, terkait dengan uraian yang harus diisi dalam Buku Persyaratan, Pasal 6 Ayat (3) Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2007 tentang Indikasi Geografis