Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-1 BAB II
GAMBARAN UMUM DAERAH
Kabupaten Tasikmalaya mulai berdiri sejak abad ke VII sampai
abad ke XII di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Kabupaten
Tasikmalaya, diketahui adanya suatu bentuk Pemerintahan
Kebataraan dengan pusat pemerintahannya di sekitar Galunggung,
dengan kekuasaan mengabisheka raja-raja (dari Kerajaan Galuh)
atau dengan kata lain raja baru dianggap syah bila mendapat
persetujuan Batara yang bertahta di Galunggung. Batara atau
sesepuh yang memerintah pada masa abad tersebut adalah Sang
Batara Semplak Waja, Batara Kuncung Putih, Batara Kawindu,
Batara Wastuhayu, danBatari Hyang yang pada masa
pemerintahannya mengalami perubahan bentuk dari kebataraan
menjadi kerajaan.
Kerajaan ini bernama Kerajaan Galunggung yang berdiri pada
tanggal 13 Bhadra pada 1033 Saka atau 21 Agustus 1111 dengan
penguasa pertamanya yaitu Batari Hyang, berdasarkan Prasasti
Geger Hanjuang yang ditemukan di bukit Geger Hanjuang, Desa
Linggawangi, Kecamatan Leuwisari, Tasikmalaya. Dari Sang Batari
inilah mengemuka ajarannya yang dikenal sebagai Sang Hyang
Siksakandang Karesian. Ajarannya ini masih dijadikan ajaran resmi
pada jaman Prabu Siliwangi (1482-1521 M) yang bertahta di Pakuan
Pajajaran. Kerajaan Galunggung ini bertahan sampai 6 raja
berikutnya yang masih keturunan Batari Hyang.
Periode selanjutnya adalahperiode pemerintahan di Sukakerta
dengan Ibukota di Dayeuh Tengah (sekarang termasuk dalam
Kecamatan Salopa, Tasikmalaya), yang merupakan salah satu daerah
bawahan dari Kerajaan Pajajaran. Penguasa pertama adalah Sri
Gading Anteg yang masa hidupnya sejaman dengan Prabu Siliwangi.
Dalem Sukakerta sebagai penerus tahta diperkirakan sejaman
dengan Prabu Surawisesa (1521-1535 M) Raja Pajajaran yang
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-2 Pada masa pemerintahan Prabu Surawisesa kedudukan
Pajajaran sudah mulai terdesak oleh gerakan Kerajaan Islam yang
dipelopori oleh Cirebon dan Demak. Sunan Gunung Jati sejak Tahun
1528 berkeliling keseluruh wilayah tanah Sunda untuk mengajarkan
Agama Islam. Ketika Pajajaran mulai lemah, daerah-daerah
kekuasaannya terutama yang terletak di bagian timur berusaha
melepaskan diri. Mungkin sekali Dalem Sukakerta atau Dalem
Sentawoan sudah menjadi penguasa Sukakerta yang merdeka, lepas
dari Pajajaran. Tidak mustahil pula kedua penguasa itu sudah
masuk Islam.
Periode selanjutnya adalah pemerintahan di Sukapura yang
didahului oleh masa pergolakan di wilayah Priangan yang
berlangsung lebih kurang 10 tahun. Munculnya pergolakan ini
sebagai akibat persaingan tiga kekuatan besar di Pulau Jawa pada
awal abad XVII Masehi: Mataram, Banten, dan VOC yang
berkedudukan di Batavia. Wirawangsa sebagai penguasa Sukakerta
kemudian diangkat menjadi Bupati Daerah Sukapura, dengan gelar
Wiradadaha I, sebagai hadiah dari Sultan Agung Mataram atas
jasa-jasanya membasmi pemberontakan Dipati Ukur. Ibu kota negeri yang
awalnya di Dayeuh Tengah, kemudian dipindah ke Leuwiloa Sukaraja dan “negara” disebut “Sukapura”.
Pada masa pemerintahan R.T. Surialaga (1813-1814) Ibu Kota
Kabupaten Sukapura dipindahkan ke Tasikmalaya. Kemudian pada
masa pemerintahan Wiradadaha VIII ibu kota dipindahkan ke
Manonjaya (1832). Perpindahan ibukota ini dengan alasan untuk
memperkuat benteng-benteng pertahanan Belanda dalam
menghadapi Diponegoro. Pada tanggal 1 Oktober 1901 Ibu Kota
Sukapura dipindahkan kembali ke Tasikmalaya. Latar belakang
pemindahan ini cenderung berdasarkan alasan ekonomis bagi
kepentingan Belanda. Pada waktu itu Daerah Galunggung yang
subur menjadi penghasil kopi dan nila. Sebelum diekspor melalui
Batavia terlebih dahulu dikumpulkan di suatu tempat, biasanya di
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-3 waktu itu, tidak dapat dijadikan tempat sebagai penampungan untuk
mengumpulkan hasil-hasil perkebunan yang ada di Galunggung.
Nama Kabupaten Sukapura pada Tahun 1913 diganti namanya
menjadi Kabupaten Tasikmalaya dengan R.A.A Wiratanuningrat
(1908-1937) sebagai Bupatinya. Tanggal 21 Agustus 1111 Masehi
dijadikan Hari Jadi Tasikmalaya berdasarkan Prasasti Geger
Hanjuang yang dibuat sebagai tanda upacara pentasbihan atau
penobatan Batari Hyang sebagai Penguasa di Galunggung
selanjutnya Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya pembentukannya
berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-Daerah di Lingkungan Pemerintah Provinsi
Jawa Barat. Kabupaten Tasikmalaya terdiri dari 39 kecamatan yang
memiliki jumlah desa sebanyak 351 desa. Pada tahun 2001
Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya dimekarkan melalui
Pembentukan Pemerintah Kota Tasikmalaya berdasarkan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota
Tasikmalaya yang disyahkan pada tanggal 21 Juni 2001. Ibukota
Kabupaten Tasikmalaya yang semula berada di wilayah Kota
Tasikmalaya dengan terbentuknya Pemerintah Kota Tasikmalaya,
maka berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2004
dipindahkan ke Singaparna di wilayah Kabupaten Tasikmalaya yang
disyahkan pada tanggal 5 Oktober 2004.
Gambaran umum daerah memperlihatkan kondisi terkini
perkembangan pencapaian tujuan pembangunan daerah. Sesuai
paradigma pembangunan manusia, maka pencapaian tujuan
pembangunan daerah seringkali direpresentasikan dengan indikator
pembangunan manusia, meskipun bukan satu-satunya patokan.
Aspek penting dalam pembangunan daerah yang meliputi aspek
geografi dan demografi; aspek kesejahteraan masyarakat; aspek
pelayanan umum; dan aspek daya saing daerah pada dasarnya
diarahkan untuk dapat meningkatkan pembangunan manusia itu
sendiri. Berikut disajikan sistematika gambaran umum capaian
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-4
Gambar 2.1
Sistematika Gambaran Umum Daerah
2.1 Aspek Geografi dan Demografi
2.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah
a. Letak Geografis dan Batas Administrasi
Ruang lingkup wilayah dalam Revisi Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) adalah Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat.
Secara geografis terletak antara 702’29”-7049’08” Lintang Selatan dan
107054’10”- 107026’42” Bujur Timur. Secara Administratif Kabupaten
Tasikmalaya memiliki batas sebagai berikut:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Tasikmalaya, Kabupaten
Ciamis, Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka;
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia;
3) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Garut; dan
4) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan
Kabupaten Pangandaran.
Kabupaten Tasikmalaya mempunyai luas wilayah sebesar
270.871,776 ha terdiri dari 39 kecamatan dan 351 desa. Kecamatan
Cipatujah merupakan kecamatan yang paling luas di Kabupaten
Tasikmalaya, memiliki luas wilayah 23.885,560 ha dan Kecamatan
Rajapolah merupakan wilayah yang memiliki luasan paling kecil
dengan luas wilayah yaitu 1.521,813 ha.
Gambaran Umum Daerah
Aspek Geografi dan
Demografi
Aspek Kesejahteraan
Rakyat
Aspek Daya Saing Daerah
Aspek Pelayanan
Umum
Layanan Urusan Wajib
Dasar
Layanan Urusan Wajib
Non Dasar
Layanan Urusan Pilihan
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-5
Tabel 2.1
Luas Wilayah Administrasi per Kecamatan Kabupaten Tasikmalaya
NO. KECAMATAN LUAS (HA) NO. KECAMATAN LUAS (HA)
1 Cipatujah 23.885,56 21 Karangjaya 4.809,28
2 Karangnunggal 15.372,89 22 Manonjaya 4.280,90 3 Cikalong 16.046,64 23 Gunung Tanjung 4.776,65 4 Pancatengah 16.072,84 24 Singaparna 1.947,78
5 Cikatomas 14.459,77 25 Sukarame 1.646,91
6 Cibalong 6.167,40 26 Mangunreja 2.808,04
7 Parungponteng 5.071,93 27 Cigalontang 14.156,26
8 Bantarkalong 6.476,93 28 Leuwisari 3.002,94
9 Bojongasih 4.983,36 29 Sariwangi 4.014,97
10 Culamega 8.641,55 30 Padakembang 1.992,18
11 Bojonggambir 13.337,50 31 Sukaratu 4.280,72
12 Sodonghilir 9.720,22 32 Cisayong 5.069,28
13 Taraju 6.409,60 33 Sukahening 2.945,37
14 Salawu 7.401,08 34 Rajapolah 1.521,81
15 Puspahiang 5.736,96 35 Jamanis 1.751,74
16 Tanjungjaya 3.720,56 36 Ciawi 4.664,54
17 Sukaraja 4.741,52 37 Kadipaten 4.318,10
18 Salopa 10.653,64 38 Pagerageung 63.334,56
19 Jatiwaras 8.776,74 39 Sukaresik 1.655,14
20 Cineam 7.217.985 Tasikmalaya 270.871,78
Sumber: RTRW Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2011-2031
b. Kondisi Topografi
Wilayah Kabupaten Tasikmalaya memiliki ketinggian berkisar
antara 0-2.000 meter di atas permukaan laut (dpl). Secara umum
wilayah tersebut dapat dibedakan menurut ketinggiannya, yaitu
bagian utara merupakan wilayah dataran tinggi, bagian selatan
merupakan wilayah dataran rendah dengan ketinggian berkisar
antara 0–100 meter di atas permukaan laut (dpl). Dilihat dari
ketinggiannya maka Kecamatan Bojonggambir dan Taraju
merupakan wilayah paling tinggi dibandingkan wilayah lainnya
dengan ketinggian rata-rata 800 meter di atas permukaan laut dan
wilayah terendah adalah Kecamatan Cikalong dengan tinggi hanya 25
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-6
Tabel 2.2
Sebaran Ketinggian Perkecamatan di Kabupaten Tasikmalaya
NO KETINGGIAN
(M DPL) SEBARAN (KECAMATAN)
1 0 – 500
Bantarkalong, Bojongasih, Bojonggambir, Ciawi, Cibalong, Cigalontang, Cikalong, Cikatomas, Cineam, Cipatujah, Cisayong, Culamega, Gunungtanjung, Jamanis, Jatiwaras. Kadipaten, Karangjaya, Karangnunggal, Leuwisari, Mangunreja, Manonjaya, Padakembang, Pagerageung, Parungpoteng, Pancatengah, Puspahiang, Rajapolah, Salawu, Salopa, Sariwangi, Singaparna, Sodonghilir, Sukahening, Sukaraja, Sukarame, Sukaratu, Sukaresik, Tanjungjaya, dan Taraju
2 500 – 1.000
Bantarkalong, Bojongasih, Bojonggambir, Ciawi, Cibalong, Cigalontang, Cineam, Cipatujah, Cisayong, Culamega, Gunungtanjung, Jamanis, Jatiwaras. Kadipaten, Karangjaya, Leuwisari, Mangunreja, Padakembang, Pagerageung, Parungpoteng, Puspahiang, Rajapolah, Salawu, Salopa, Sariwangi, Sodonghilir, Sukahening, Sukaraja, Sukaratu, Sukaresik, Tanjungjaya, dan Taraju
3 1.000 – .500
Ciawi, Cigalontang, Cineam, Cisayong, Kadipaten, Leuwisari, Pagerageung, Puspahiang, Salawu, Salopa, Sariwangi, Sukahening, Sukaratu, dan Taraju
4 1.500 – 2.000
Ciawi, Cigalontang, Cisayong, Kadipaten, Leuwisari, Pagerageung, Sariwangi, Sukahening, dan Sukaratu
5 2.000 -2.500 Cigalontang, Cisayong, Sariwangi, Sukahening, dan Sukaratu
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-7
Gambar 2.2
Peta Topografi Kabupaten Tasikmalaya
c. Kelerengan (Kemiringan Lereng)
Kemiringan di Kabupaten Tasikmalaya dominan pada ketinggian
landai antara 0-2 % dengan luas wilayah 89.049,241 ha tersebar di
Kecamatan Bantarkalong, Bojongasih, Bojonggambir, Ciawi,
Cibalong, Cigalontang, Cikalong, Cikatomas, Cineam, Cipatujah,
Cisayong, Culamega, Gunungtanjung, Jamanis, Kadipaten,
Karangjaya, Karangnunggal, Leuwsari, Mangunreja, Manonjaya,
Padakembang, Pagerageung, Pancatengah, Parungponteng,
Puspahiang, Rajapolah, Salawu, Salopa, Sariwangi, Singgaparna,
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-8 Tanjungjaya, dan Taraju, untuk ketinggian > 40% dengan luas
wilayah 3.766,328 Ha.
Gambar 2.3
Peta Kelerengan Kabupaten Tasikmalaya
d. Klimatologi
Temperatur Kabupaten Tasikmalaya pada daerah dataran
rendah adalah 34°C dengan kelembaban 50%. Sedangkan pada
daerah dataran tinggi mempunyai temperatur 18º-22ºC dengan
kelembaban berkisar antara 61%-73%. Curah hujan rata-rata per
tahun 2.171,95 mm dengan jumlah hari hujan efektif selama satu
tahun sebanyak 84 hari. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan
November, dengan musim hujan terjadi antara bulan Oktober dan
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-9 1) Wilayah dengan curah hujan antara 2500-3000 mm/tahun
meliputi Kecamatan Sukaraja, Cibalong, Salopa, Pagerageung,
Ciawi, dan Jamanis.
2) Wilayah dengan curah hujan antara 3000-3500 mm/thn
meliputi: Kecamatan Cipatujah, Bantarkalong, Karangnunggal,
Salopa, Sodonghilir, Cineam, dan Manonjaya.
3) Wilayah dengan curah hujan 3500-4000 mm/thn meliputi
Bojonggambir, Sodonghilir, Singaparna, Cisayong, Rajapolah,
Cikalong, Pancatengah, Cikatomas, sebagian Pagerageung.
4) Wilayah dengan curah hujan diatas 4000 mm/thn adalah
Kecamatan Taraju, Salawu, Cigalontang, Leuwisari, dan
Cisayong.
Gambar 2.4
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-10 e. Penggunaan Lahan Eksisting
Luas Kabupaten Tasikmalaya sebesar 270.871,783 ha dengan
terdiri dari beberapa fungsi lahan antara lain hutan, perumahan,
persawahan, perkebunan dan lain sebagainya. Berikut tabel tata
guna lahan di Kabupaten Tasikmalaya berdasarkan hasil analisis
pemetaan.
Tabel 2.3
Tata Guna Lahan di Kabupaten Tasikmalaya
NO PENGGUNAAN LAHAN LUAS (HA)
1 Hutan 58.354,39
2 Kebun 31.687,88
3 Ladang/Tegalan 44.983,16
4 Pasir Pantai 240,38
5 Pemukiman 19.860,75
6 Sawah 47.285,41
7 Semak / Belukar 65.677,39
8 Tambak / Empang 873,07
9 Tubuh Air 1.909,36
Sumber: RTRW Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2011-2031
f. Potensi Bencana Alam
Kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Tasikmalaya terbagi
menjadi bencana gempa bumi, gerakan tanah, gunung berapi dan
tsunami. Untuk bencana gempa bumi terbagi menjadi 3 tingkat
kerawanan yaitu tingkat kerawanan sangat tinggi, tingkat kerawanan
tinggi dan tingkat kerawanan sedang. Bencana gerakan tanah terbagi
menjadi 4 tingkat kerawanan yaitu gerakan tanah tinggi, gerakan
tanah menengah, gerakan tanah rendah dan gerakan tanah sangat
rendah, sedangkan untuk kawasan gunung berapi terbagi menjadi 2
kawasan yaitu kawasan gunung berapi terlarang dan kawasan
gunung berapi berbahaya, dan bencana alam tsunami.
1) Bencana Gempa Bumi
Kawasan rawan bencana gempa bumi di Kabupaten Tasikmalaya
seluas 270.871,78 ha yang tersebar di 39 Kecamatan, tingkat
kerawanan sangat tinggi seluas 3.648,98 ha, tingkat kerawanan
tinggi seluas 892,45, dan ha tingkat kerawanan sedang seluas
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-11
Tabel 2.4
Sebaran Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi
di Kabupaten Tasikmalaya
NO KERAWANAN TINGKAT KECAMATAN LUAS (HA)
1 Sangat Tinggi Cikalong 2.379,99
Pancatengah 1.268,99
Total Luas 3.648,98
2 Tinggi Cipatujah 23.885,56
Karangnunggal 15.372,86
Cikalong 13.666,65
Pancatengah 14.803,85
Cikatomas 14.458,77
Cibalong 6.167,40
Parungpoteng 5.071,93
Bantarkalong 6.476,93
Bojongasih 4.983,36
Culamega 8.641,55
Bojonggambir 13.337,49
Sodonghilir 9.720,22
Taraju 6.409,60
Salawu 7.401,08
Puspahiang 5.736,96
Tanjungjaya 3.720,56
Sukaraja 4.741,52
Salopa 10.653,64
Jatiwaras 8.777,90
Cineam 7.217,99
Karangjaya 4.809,28
Manonjaya 4.280,90
Gunungtanjung 4.775,49
Singaparna 1.947,78
Sukarame 1.646,91
Mangunreja 2.808,04
Cigalontang 13.219,44
Leuwisari 3.002,94
Sariwangi 4.014,97
Padakembang 1.992,18
Sukaratu 4.254,39
Cisayong 1.877,07
Total Luas 239.875,19
3 Sedang Cigalontang 936,82
Sukaratu 27,33
Cisayong 3.192,21
Sukahening 2.945,37
Rajapolah 1.521,81
Jamanis 1.751,74
Ciawi 4.664,54
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-12
NO KERAWANAN TINGKAT KECAMATAN LUAS (HA)
Pagerageung 6.334,56
Sukaresik 1.655,14
Total Luas 27.347,62
Sumber: BPBD Kabupaten Tasikmalaya, 2016
Gambar 2.5
Peta Sebaran Bencana Gempa Bumi Kabupaten Tasikmalaya
2) Bencana Letusan Gunung Berapi
Kawasan bencana letusan gunung berapi di Kabupaten
Tasikmalaya yaitu seluas 15.521,21 ha yang terbagi menjadi
kawasan gunung berapi daerah terlarang dengan luas 4.114,44 ha
dan kawasan gunung berapi daerah berbahaya dengan luas
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-13
Tabel 2.5
Kawasan Bencana Letusan Gunung Berapi
di Kabupaten Tasikmalaya
NO TINGKAT
KERAWANAN KECAMATAN LUAS (HA)
1 Berbahaya
Cibalong 549,39
Tanjungjaya 231,52
Sukaraja 835,9
Jatiwaras 324,87
Singaparna 681,00
Sukarame 581,04
Mangunreja 415,41
Cigalontang 1965,30
Leuwisari 786,74
Sariwangi 2.179,22
Padakembang 458,89
Sukaratu 701,50
Cisayong 1.589,87
Sukahening 106,12
Total Luas 22.475,89
2
Terlarang Cigalontang 299,28
Leuwisari 121,46
Sariwangi 407,64
Padakembang 327,83
Sukaratu 2.344,04
Cisayong 572,75
Sukahening 41,43
Total Luas 5.544,13
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-14
Gambar 2.6
Peta Sebaran Bencana Letusan Gunung Berapi Kabupaten Tasikmalaya
3) Bencana Gerakan Tanah
Kawasan bencana gerakan tanah di Kabupaten Tasikmalaya
seluas 270.871,8 ha, yang terbagimenjadi gerakan tanah tinggi
dengan luas 31.442,94 ha, menengah dengan luas 123.524,49 ha,
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-15
Tabel 2.6
Kawasan Rawan Bencana Gerakan Tanah Di Kabupaten Tasikmalaya
NO TINGKAT
KERAWANAN KECAMATAN LUAS (HA)
1 Tinggi Cipatujah 1.511,66
Karangnunggal 2.022,50
Pancatengah 85,53
Cikatomas 1.453,04
Cibalong 2.857,68
Parungpoteng 1.163,02
Bantarkalong 1.941,83
Bojongasih 1.618,09
Culamega 1.334,96
Bojonggambir 768,33
Sodonghilir 3.229,13
Taraju 1.925,63
Salawu 1.492,16
Puspahiang 720,20
Tanjungjaya 347,77
Sukaraja 0,86
Salopa 623,67
Jatiwaras 2.124,09
Cineam 14,30
Karangjaya 676,70
Manonjaya 152,81
Gunungtanjung 202,84
Mangunreja 434,03
Cigalontang 3.144,60
Leuwisari 227,60
Sariwangi 396,19
Sukaratu 178,21
Sukahening 190,14
Total 31.442,94
2 Menengah Cipatujah 3.930,58
Karangnunggal 2.390,09
Ciklong 4.342,66
Pancatengah 4.902,92
Cikatomas 6.749,29
Cibalong 1.411,69
Parungpoteng 2.833,10
Bantarkalong 2.169,33
Bojongasih 688,02
Culamega 3.255,05
Bojonggambir 7.584,29
Sodonghilir 5.032,98
Taraju 4.395,82
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-16
NO TINGKAT
KERAWANAN KECAMATAN LUAS (HA)
Puspahiang 4.898,58
Tanjungjaya 2.830,03
Sukaraja 2.606,99
Salopa 9.622,54
Jatiwaras 5.445,22
Cineam 6.101,68
Karangjaya 4.132,58
Manonjaya 1.392,59
Gunungtanjung 3.591,82
Mangunreja 1.915,45
Cigalontang 10.605,70
Leuwisari 705,39
Sariwangi 1.930,56
Padakembang 125,26
Sukaratu 826,56
Cisayong 2.195,36
Sukahening 1.710,59
Ciawi 2.190,45
Kadipaten 2.031,33
Pagerageung 3.147,47
Total 242.527,91
3 Rendah Cipatujah 17.270,73
Karangnunggal 8.766,33
Ciklong 10.492,62
Pancatengah 10.846,69
Cikatomas 5.807,43
Cibalong 1.799,63
Parungpoteng 1.075,81
Bantarkalong 2.359,45
Bojongasih 2.524,25
Culamega 4.051,54
Bojonggambir 4.984,88
Sodonghilir 1.458,12
Taraju 88,15
Salawu 76,42
Puspahiang 118,18
Tanjungjaya 309,20
Sukaraja 1.321,00
Salopa 407,42
Jatiwaras 1.024,50
Cineam 1.070,22
Manonjaya 439,97
Gunungtanjung 949,16
Singaparna 176,29
Sukarame 23,96
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-17
NO TINGKAT
KERAWANAN KECAMATAN LUAS (HA)
Cigalontang 168,03
Leuwisari 1.681,06
Sariwangi 1.440,15
Padakembang 1.323,13
Sukaratu 1.970,34
Cisayong 1.364,61
Sukahening 1.044,64
Rajapolah 305,50
Jamanis 1.047,48
Ciawi 1.145,33
Kadipaten 1.603,27
Pagerageung 1.840,37
Sukaresik 4,84
Total 92.650,52
4 Sangat Rendah Cipatujah 1.172,59
Karangnunggal 2.193,94
Ciklong 1.211,36
Pancatengah 237,69
Cikatomas 450,01
Cibalong 98,40
Bantarkalong 6,32
Bojongasih 152,99
Tanjungjaya 233,56
Sukaraja 812,67
Cineam 31,79
Manonjaya 2.295,53
Gunungtanjung 31,67
Singaparna 1.771,48
Sukarame 1.622,95
Mangunreja 199,72
Cigalontang 237,93
Leuwisari 388,88
Sariwangi 248,07
Padakembang 543,79
Sukaratu 1.305,61
Cisayong 985,78
Rajapolah 1.216,31
Jamanis 704,26
Ciawi 1.246,92
Kadipaten 683,50
Pagerageung 1.346,72
Sukaresik 1.639,31
Total Luas 23.253,83
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-18
Gambar 2.7
Peta Sebaran Bencana Gerakan Tanah Kabupaten Tasikmalaya
4) Bencana Tsunami
Kawasan yang berpotensi terhadap bencana tsunami di
Kabupaten Tasikmalaya seluas 996,59 ha yang terbagi menjadi tiga
kriteria yaitu kawasan berpotensi tinggi terhadap bencana tsunami
dengan luas kawasan 317,59 ha yang tersebar di Kecamatan
Cipatujah dengan luas 154,52 ha, Kecamatan Karangnunggal dengan
luas 56,23 ha dan Kecamatan Cikalong dengan luas 106,83 ha.
Kawasan rawan tsunami berpotensi sedang denganluas 302,74 ha
yang tersebar di Kecamatan Cipatujah dengan luas 161,69 ha,
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-19 Cikalong dengan luas 80,26 ha dan kawasan tsunami dengan potensi
rendah dengan luas 376,25 ha yang tersebar di Kecamatan Cipatujah
dengan luas 231,78 ha, Kecamatan Karangunggal dengan luas 47,01
ha dan Kecamatan Cikalong dengan luas 97,46 ha.
Gambar 2.8
Peta Sebaran Bencana Tsunami Kabupaten Tasikmalaya
g. Kawasan Strategis Nasional (KSN) di Wilayah Kabupaten
Kawasan strategis nasional di Kabupaten Tasikmalaya adalah
kawasan pada wilayah Kabupaten Tasikmalaya yang penataan
ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh yang sangat
penting dalam lingkup provinsi dari sudut Pertahanan dan
Keamanan. Kawasan strategis ditetapkan dengan kriteria:
1) Diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan
pertahanan negara berdasarkan geostrategis nasional;
2) Diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah
pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang
amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-20 3) Merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau
kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga
dan/atau laut lepas.
Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang ada di Kabupaten
Tasikmalaya adalah kawasan strategis dari sudut pertahanan dan
keamanan yang berada di Pulau Nusa Manuk Kecamatan Cikalong.
h. Kawasan Strategis Kabupaten (KSK)
Kawasan strategis yang ada di kabupaten memiliki peluang
sebagai kawasan strategis nasional dan provinsi. Kawasan strategis
di Kabupaten Tasikmalaya terdiri atas :
1) Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) merupakan hasil
perumusan dan kesepakatan pemangku kepentingan
(stakeholder) penataan ruang wilayah Kabupaten Tasikmalaya.
KSK di Kabupaten Tasikmalaya, meliputi:
a) KSK dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi,
meliputi:
(1) KSK Perkotaan Singaparna;
(2) KSK Perkotaan Ciawi;
(3) KSK Perkotaan Manonjaya;
(4) KSK Perkotaan Karangnunggal;
(5) KSK Industri dan Perdagangan Kerajinan Rajapolah;
(6) KSK Industri Manufaktur Cisayong dan Sukaratu;
(7) KSK Wisata Pantai Karangtawulan; dan
(8) KSK Wisata Alam Gunung Galunggung;
(9) KSK Agrobisnis Pasir Batang.
b) KSK dari sudut kepentingan sosial budaya, meliputi:
(1) KSK Kampung Naga;
(2) KSK Wisata Ziarah Pamijahan;
(3) KSK Pesantren Suryalaya;
(4) KSK Pesantren Miftahul Huda;
(5) KSK Pesantren Cipasung; dan
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-21 c) KSK dari sudut kepentingan pendayagunaan sumberdaya
alam dan/teknologi tinggi, meliputi:
(1) KSK Geothermal Karaha Bodas berada di Kecamatan
Kadipaten;
(2) KSK Batu Mulia Jasper berada di Desa Buni Asih
Kecamatan Pancatengah;
(3) KSK Plasma Nutfah Sirah Cimunjul berada di Kecamatan
Cipatujah;
(4) KSK kawasan pertambangan yang berada di Kecamatan
Cipatujah, Kecamatan Cikalong; dan Kecamatan
Karangnunggal.
(5) KSK Kawasan Pesisir berada di Kecamatan Cipatujah,
Kecamatan Karangnunggal, dan Kecamatan Cikalong.
Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) adalah wilayah yang
penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh
sangat penting dalam lingkup kabupatenterhadap ekonomi, sosial,
budaya, dan/atau lingkungan (UU No. 26/2007).
Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis dan
pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupaten menjadi
wewenang pemerintah daerah kabupaten dalam penyelenggaraan
penataan ruang. Penentuan kawasan strategis kabupaten lebih
bersifat indikatif. Batasan fisik kawasan strategis kabupaten akan
ditetapkan lebih lanjut di dalam rencana tata ruang kawasan
strategis.
2.1.2 Demografi
Perkembangan demografi berperan penting dalam pembangunan
karena merupakan modal dasar keberhasilan pembangunan suatu
wilayah. Besaran, komposisi, dan distribusi penduduk akan
mempengaruhi struktur ruang dan kegiatan sosial dan ekonomi
masyarakat. Seluruh aspek pembangunan memiliki korelasi dan
interaksi dengan kondisi kependudukan. Perkembangan jumlah dan
pertumbuhan penduduk Kabupaten Tasikmalaya dalam kurun waktu
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-22
Gambar 2.9
Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Sumber: BPS Pusat dan BPS Kabupaten Tasikmalaya (berbagai tahun)
Pada tabel berikut disajikan perkembangan rata-rata kepadatan
penduduk per kilometer persegi dari tahun 2011-2017, dimana di
Kabupaten Tasikmalaya kepadatan penduduk tidak merata. Kondisi
ini penting diwaspadai karena berpotensi negatif dalam
pembangunan. Pada daerah-daerah jarang penduduk, akan terjadi
inefisiensi pembangunan terutama pembangunan fisik dan
pemanfaatan sumberdaya alam. Sebaliknya pada daerah-daerah
dengan tingkat kepadatan tinggi, tekanan penduduk terhadap
sumberdaya alam juga akan tinggi, yang dapat mengancam
kelestarian dan keberlanjutan sumber daya alam yang ada.
Tabel 2.7
Rata-Rata Kepadatan Penduduk Per Kilometer Persegi Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2011-2016
NO. KECAMATAN 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 Cipatujah 257 258 261 262 263 264 265
2 Karangnunggal 580 600 607 609 612 615 617
3 Cikalong 435 443 448 450 452 454 455
4 Pancatengah 223 224 227 227 228 229 230
5 Cikatomas 353 364 368 369 371 373 374
6 Cibalong 522 526 532 534 537 539 541
7 Parungponteng 664 716 724 727 730 734 736 8 Bantarkalong 571 579 585 588 590 593 595
9 Bojongasih 494 502 508 510 513 515 517
10 Culamega 366 339 343 344 346 347 349
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-23
NO. KECAMATAN 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
13 Taraju 637 676 685 687 690 693 696
14 Salawu 943 1.151 1.163 1.169 1,175 1180 1184
15 Puspahiang 725 946 957 961 966 970 973
16 Tanjungjaya 1.109 1.166 1.18 1.185 1,19 1195 1200 17 Sukaraja 1.04 1.144 1.166 1.163 1,168 1173 1178
18 Salopa 435 401 408 407 409 411 413
19 Jatiwaras 537 659 639 669 672 675 678
20 Cineam 421 427 431 434 436 438 439
21 Karangjaya 259 261 265 265 267 268 269
22 Manonjaya 1.348 1.545 1.563 1.569 1,577 1584 1590 23 Gunungtanjung 638 767 776 779 783 787 789 24 Singaparna 3.372 2.669 2.712 2.712 2,726 2737 2747 25 Sukarame 1.379 1.976 2.015 1.349 2,017 2026 2033 26 Mangunreja 1.595 1.253 1.284 1.894 1,279 1285 1289 27 Cigalontang 536 571 579 580 583 585 588
28 Leuwisari 818 692 700 703 707 710 712
29 Sariwangi 742 617 626 627 630 632 635
30 Padakembang 886 954 968 969 973 978 981
31 Sukaratu 988 776 784 788 792 796 799
32 Cisayong 1.091 897 905 911 916 920 923
33 Sukahening 915 1.044 1.055 1.061 1,066 1071 1075 34 Rajapolah 1.911 2.095 2.136 2.129 2,139 2148 2156 35 Jamanis 1.792 1.531 1.554 1.556 1,563 1570 1576 36 Ciawi 1.273 1.284 1.302 1.305 1,311 1317 1321
37 Kadipaten 691 723 734 734 738 741 744
38 Pagerageung 737 776 786 788 792 795 798 39 Sukaresik 1.896 1.882 1.916 1.913 1,923 1931 1938
Jumlah 618 625 633 635 638 641 643
Sumber : BPS Kabupaten Tasikmalaya (berbagai tahun)
Rasio jenis kelamin atau sex ratio adalah perbandingan jumlah
penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan per 100
penduduk perempuan. Data mengenai rasio jenis kelamin berguna
untuk pengembangan perencanaan pembangunan yang berwawasan
gender, terutama yang berkaitan dengan perimbangan pembangunan
laki-laki dan perempuan secara adil. Terjadi penurunan sex ratio
Kabupaten Tasikmalaya hingga mencapai 98,14 pada tahun 2017
yang artinya tiap 100 orang penduduk perempuan terdapat 98 orang
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-24
Gambar 2.10
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2011-2017
Sumber: BPS Pusat (berbagai tahun)
2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat
Tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat yang tinggi
merupakan salah satu tujuan pembangunan. Manfaat tersebut harus
dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Pada bagian ini
diuraikan beberapa indikator yang menggambarkan tingkat
kesejahteraan dan pemerataan ekonomi.
2.2.1 Produk Domestik Regional Brutto (PDRB)
PDRB ADHB (Atas Dasar Harga Berlaku) menggambarkan nilai
tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada
tahun berjalan, sedangkan PDRB ADHK (Atas Dasar Harga Konstan)
menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung
menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai
tahun dasar. PDRB ADHB digunakan untuk mengetahui kemampuan
sumber daya ekonomi, pergeseran, dan struktur ekonomi suatu
daerah. Sementara itu, PDRB ADHK digunakan untuk mengetahui
pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun atau
pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga.
Pertumbuhan ekonomi diperoleh dari perhitungan PDRB ADHK,
dengan cara mengurangi nilai PDRB pada tahun ke-n terhadap nilai
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-25
dikalikan dengan 100%. Laju pertumbuhan menunjukkan
perkembangan agregat pendapatan dari satu waktu tertentu terhadap
waktu sebelumnya.PDRB Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 2016
ADHK tercatat sebesar Rp 20,82 triliun. Bila dibandingkan dengan
tahun sebelumnya, PDRB ADHK mengalami kenaikan sebesar 5,91%,
dan merupakan pertumbuhan ekonomi tertinggi dalam kurun 5
tahun terakhir. PDRB ADHB pada tahun 2016 mencapai Rp 28,02
triliun dibandingkan dengan tahun sebelumnya, PDRB ADHB
mengalami kenaikan sebesar Rp2,34 trilIun dari tahun 2015.
Gambar 2.11
PDRB ADHB dan ADHK (Trilyun) dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2012-2016
Sumber: BPS Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2017
2.2.2. Struktur Ekonomi
Struktur perekonomian Kabupaten Tasikmalaya adalah berbasis
pertanian, terutama pertanian tanaman pangan Hal ini terlihat dari
kontribusi pertanian terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya tahun
2016 sebesar 38,32%. Meskipun kontribusinya dari tahun ke tahun
mengalami penurunan namun masih tetap rangking pertama
dibanding kategori lainnya. Kategori lain yang tidak kalah
pentingnya dalam penyusunan adalah kategori Perdagangan Besar
dan Eceran; Reparasi Mobil dan Motor yang menduduki rangking
kedua dengan kontribusi 20,26%. Share perdagangan pada tahun ini
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-26 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang adalah
kategori yang paling kecil berkontribusi pada PDRB yaitu hanya
sebesar 0,02%.
Tabel 2.8
Peranan PDRB Menurut Lapangan Usaha (%) Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2012-2016
LAPANGAN USAHA 2012 2013 2014 2015* 2016** A. Pertanian,
Kehutanan & Perikanan
40,26 39,79 39,00 38,34 38,32
B. Pertambangan dan Penggalian
0,32 0,31 0,30 0,29 0,27
C. Industri Pengolahan
6,94 6,95 7,28 7,35 7,44
D. Pengadaan Listrik & Gas
0,06 0,05 0,05 0,06 0,07
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah
0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
F. Bangunan 7,95 7,76 7,78 7,84 7,74
G. Perdagangan Besar dan Eceran
20,47 20,97 20,74 20,49 20,26
H. H. Transportasi dan
Pergudangan
3,09 3,73 3,83 4,30 4,30
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
1,39 1,35 1,30 1,27 1,25
J. Informasi dan Komunikasi
3,05 2,68 2,91 3,08 3,24
K. Jasa Keuangan dan Asuransi
2,86 2,93 2,93 3,03 3,08
L. Real Estate 1,53 1,36 1,33 1,30 1,24 M,N. Jasa
Perusahaan
0,36 0,37 0,38 0,40 0,41
O. Administrasi
Pemerintahan 5,38 5,11 4,91 4,83 4,70 P. Jasa Pendidikan 4,39 4,78 5,30 5,42 5,61 Q. Jasa Kesehatan
& Kegiatan Sosial
0,48 0,48 0,54 0,56 0,58
R,S,T,U. Jasa Lainnya 1,43 1,38 1,38 1,44 1,47
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Keterangan : *Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara Sumber : BPS Kabupaten Tasikmalaya (berbagai tahun)
Nilai tambah bruto (NTB) Kabupaten Tasikmalaya dikelompokan
menjadi tiga kelompok yaitu primer, sekunder dan tersier. Kelompok
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-27 Pertambangan dan Penggalian. Kelompok sekunder terdiri dari
Industri Pengolahan, Pengadaan Listrik dan Gas, Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bangunan, sedangkan kelompok
tersier terdiri dari Perdagangan Besar dan Eceran, Transportasi dan
Pergudangan, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Informasi
dan Komunikasi, Jasa Keuangan dan Asuransi, Real Estate, Jasa
Perusahaan, Administrasi Pemerintahan, Jasa Pendidikan, Jasa
Kesehatan dan Kegiatan Sosial, dan Jasa Lainnya. Pada Tahun 2016
NTB kelompok primer mencapai Rp 10,81 triliun atau meningkat
9,03% dibanding tahun 2015, dan peningkatan ini jauh lebih
besar bila dibandingkan tahun 2015 dengan tahun 2014 yang
hanya meningkat 8,59%. Kelompok sekunder dan tersier
masing-masing menghasilkan NTB sebesar Rp 4,28 triliun dan Rp 12,93
triliun, atau mengalami kenaikan masing-masing sebesar 9,08 %
dan 9,22% dibanding tahun sebelumnya. Pada NTB ADHK, dimana
faktor inflasi harga sudah ditiadakan, NTB kelompok primer
mencapai Rp 7,46 triliun atau mengalami kenaikan sebesar 4,51%
dari tahun 2015, sedangkan kelompok sekunder dan tersier
masing-masing sebesar Rp 3,35 trilliun dan Rp 10,2 trilliun atau mengalami
kenaikan masing-masing sebesar 6,02% dan 6,94% dibanding
tahun sebelumnya.
Tabel 2.9.
PDRB Kabupaten TasikmalayaAtas Dasar Harga Berlaku dan Harga KonstanTahun 2015-2016 (Trillun Rupiah)
LAPANGAN USAHA Harga Berlaku Harga Konstan 2015* 2016** 2015* 2016**
I. Primer 9,92 10,81 7,13 7,46
A. Pertanian, Kehutanan & Perikanan
9,84 10,74 7,07 7,40
B. Pertambangan dan Penggalian
0,07 0,08 0,06 0,06
II. Sekunder 3,92 4,28 3,16 3,35
C. Industri Pengolahan
1,89 2,09 1,46 1,55
D. Pengadaan Listrik & Gas
0,02 0,02 0,01 0,02
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah
0,00 0,00 0,00 0,00
F. Bangunan 2,01 2,17 1,68 1,78
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-28 LAPANGAN USAHA Harga Berlaku Harga Konstan
2015* 2016** 2015* 2016** G. Perdagangan Besar
dan Eceran
5,26 5,68 4,10 4,33
H. H. Transportasi dan Pergudangan
1,10 1,20 0,64 0,68
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
0,32 0,35 0,28 0,29
J. Informasi dan Komunikasi
0,79 0,91 0,80 0,92
K. Jasa Keuangan dan Asuransi
0,78 0,86 0,61 0,66
L. Real Estate 0,33 0,35 0,29 0,29
M,N. Jasa Perusahaan 0,10 0,12 0,08 0,09 O. Administrasi
Pemerintahan
1,24 1,32 0,93 0,95
P. Jasa Pendidikan 1,39 1,57 1,19 1,32
Q. Jasa Kesehatan & Kegiatan
Sosial
0,14 0,16 0,13 0,14
R,S,T,U. Jasa Lainnya 0,37 0,41 0,32 0,34
Kabupaten Tasikmalaya 25,68 28,02 19,66 20,82
Catatan : *Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara Sumber : BPS Kabupaten Tasikmalaya (2017)
1.PDRB per Kapita
Bila PDRB suatu daerah dibagi dengan jumlah penduduk yang
tinggal di daerah itu, maka akan dihasilkan indikator PDRB per
kapita. PDRB per kapita ADHB menunjukkan nilai PDRB per kepala
atau per satu orang penduduk. Pada tahun 2016, secara agregat
PDRB per kapita Kabupaten Tasikmalaya mencapai Rp 16,08 juta
rupiah dengan pertumbuhan sebesar 8,73% bila dibandingkan
dengan tahun 2015 yang tercatat sebesar Rp 14,79 juta. PDRB per
kapita merupakan proxy ukuran pendapatan per kapita atau dengan
kata lain, PDRB per kapita diasumsikan sebagai pendapatan per
kapita. Kemampuan masyarakat untuk mengonsumsi produk
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-29
Gambar 2.12
PDRB / Kapita ADHB (Juta), Indeks Perkembangan, dan Pertumbuhan Kabupaten TasikmalayaTahun 2012-2016
Sumber : BPS Kabupaten Tasikmalaya (berbagai tahun)
2.Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan meningkatnya harga secara umum
dan terus menerus. Angka inflasi Kabupaten Tasikmalaya mengikuti
inflasi Kota Tasikmalaya, karena berada dalam satu radar
perhitungan. Secara umum inflasi di Kabupaten Tasikmalaya
termasuk kriteria ringan atau creeping inflation karena kurang dari
10% setahun. Inflasi seperti ini wajar terjadi pada negara atau daerah
berkembang yang selalu berada dalam proses pembangunan. Inflasi
memiliki dampak positif dan dampak negatif, tergantung parah atau
tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai
pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian
lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat
orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan
investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat
terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-30
Gambar 2.13
Inflasi Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2011-November 2017
Sumber : Bank Indonesia (berbagai tahun)
3.Gini Ratio
Gini Ratio merupakan indikator yang menunjukkan tingkat
ketimpangan pendapatan secara menyeluruh. Nilai Gini Ratio
berkisar antara 0 (nol) hingga 1 (satu). Gini Ratio bernilai 0 (nol)
menunjukkan adanya pemerataan pendapatan yang sempurna, atau
setiap orang memiliki pendapatan yang sama. Sedangkan, Gini
Ratiobernilai 1 (satu) menunjukkan ketimpangan yang sempurna,
atau satu orang memiliki segalanya sementara orang-orang lainnya
tidak memiliki apa-apa. Gini Ratiodiupayakan agar mendekati 0 (nol)
untuk menunjukkan adanya pemerataan distribusi pendapatan antar
penduduk.Kategori Gini Ratio adalah:
a. G < 0,3 = ketimpangan rendah,
b. 0,3 ≤ G ≤ 0,5 = ketimpangan sedang, dan
c. G > 0,5 = ketimpangan tinggi.
Kabupaten Tasikmalaya berada pada kategori ketimpangan
sedang karena dalam kurun 6 tahun terakhir selalu berada pada
kisaran 0,3 kecuali tahun 2014 yang sempat menyentuh 0,29 atau
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-31
Gambar 2.14
Gini Ratio Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2011-2016
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat (berbagai tahun)
4.Kemiskinan
Dalam pengukuran kemiskinan, BPS menggunakan konsep
kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach).
Jadi Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan.
Garis Kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari Garis
Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan
(GKNM). Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita
per bulan dibawah Garis Kemiskinan dikategorikan sebagai
penduduk miskin. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan
nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan
dengan 2100 kilokalori perkapita perhari. Paket komoditi kebutuhan
dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian,
umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan,
buah-buahan, minyak dan lemak, dll). Garis Kemiskinan Non
Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan,
sandang, pendidikan dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan
dasar non makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-32 Pendekatan BPS ini dapat dikategorikan penghitungan
kemiskinan absolut yaitu derajat kepemilikan materi atau standar
kelayakan hidup orang-orang atau keluarga yang berada di garis atau
di bawah garis subsisten. Indikatornya sangat terukur, di mana ada
standar kehidupan yang dikategorikan secara berjenjang, yakni di
bawah garis kemiskinan. Dengan kata lain, kemiskinan absolut
adalah suatu kondisi di mana tingkat pendapatan seseorang tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, seperti pangan,
sandang, papan, kesehatan dan pendidikan (Sayogya, 1988).
Rendahnya tingkat pendapatan ini terutama disebabkan oleh
keterbatasan sarana dan prasarana fisik dan kelangkaan modal atau
miskin karena sebab alami (Sayogyo, 1988).
Kemiskinan absolut diukur dengan menggunakan garis
kemiskinan yang konstan sepanjang waktu yang biasanya berupa
jumlah atau nilai pendapatan dan unit uang. Namun ukuran bisa
pula berbentuk jumlah konsumsi kalori, atau lainnya, yang
memungkinkan adanya perbedaan jumlah atau nilai perbedaan
pendapatan dalam unit uang. Parameter ini merupakan ukuran yang
tetap dan kriteria pengukuran seperti itu diperoleh dari pendekatan
yang digunakan, yaitu pendekatan biologis dan pendekatan
kebutuhan dasar.
Gambar 2.15
Garis Kemiskinan Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2011-2017
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-33 Garis kemiskinan dalam kurun 7 tahun terakhir terus
mengalami peningkatan dari Rp209.238,00 pada tahun 2011 menjadi
Rp284.462,00 pada tahun 2017. Namun demikian persentase
penduduk miskin (sekaligus jumlah penduduk miskin) mengalami
perbaikan atau menurun meskipun pada tahun 2015 sempat naik
menjadi 11,99% dibanding tahun 2014 sebesar 11,26%. Persentase
jumlah penduduk miskin sebesar 10,84% pada tahun 2016
merupakan capaian terendah dalam kurun 7 tahun terakhir. Hal ini
menunjukkan pelaku pembangunan ekonomi baik pemerintah,
swasta, dan masyarakat itu sendiri telah berhasil menekan jumlah
kemiskinan.
Gambar 2.16
Jumlah Penduduk Miskin (ribu orang) dan Proporsi terhadap Jumlah Penduduk Total Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2011-2017
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat (berbagai tahun)
Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1),
merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran
masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi
nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran pesuduk dari garis
kemiskinan. Nilai agregat dari poverty gap index menunjukkan biaya
mengentaskan kemiskinan dengan membuat target transfer yang
sempurna terhadap penduduk miskin dalam hal tidak adanya biaya
transaksi dan faktor penghambat. Semakin kecil nilai poverty gap
index, semakin besar potensi ekonomi untuk dana pengentasan
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-34 dan juga untuk target sasaran bantuan dan program. Penurunan
nilai indeks Kedalaman Kemiskinan mengindikasikan bahwa
rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekati garis
kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga
semakin menyempit.
Indeks Keparahan Kemiskinan (Proverty Severity Index-P2)
memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara
penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi
ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Indikator ini
memberikan informasi yang saling melengkapi pada insiden
kemiskinan. Sebagai contoh, mungkin terdapat kasus bahwa
beberapa kelompok penduduk miskin memiliki insiden kemiskinan
yang tinggi tetapi jurang kemiskinannya (poverty gap) rendah,
sementara kelompok penduduk lain mempunyai insiden kemiskinan
yang rendah tetapi memiliki jurang kemiskinan yang tinggi bagi
penduduk yang miskin.
Indeks kedalaman kemiskinan (P1) kemiskinan Kabupaten
Tasikmalaya pada tahun 2017 termasuk kedalam 13 (tiga belas)
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat dengan capaian terendah. P2
berhasil diredam signifikan dari 1,78 pada tahun 2016 menjadi 1,36
pada tahun 2017.
Indeks keparahan kemiskinan (P2) kemiskinan Kabupaten
Tasikmalaya pada tahun 2017 termasuk kedalam 11 (sebelas)
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat dengan capaian terendah. P2
berhasil diredam signifikan dari 0,42 pada tahun 2016 menjadi 0,29
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-35
Gambar 2.17
Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2011-2017
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat (berbagai tahun)
Ishartono dan Raharjo (2016) menjelaskan isu kemiskinan tetap
menjadi isu penting bagi negara-negara berkembang seperti
Indonesia. Penanganan persoalan kemiskinan harus dimengerti dan
dipahami sebagai persoalan dunia, sehingga harus ditangani dalam
konteks global pula. Sehingga setiap program penanganan
kemiskinan harus dipahami secara menyeluruh dan saling
interdependen dengan beberapa program kegiatan lainnya. Dalam
SDGs dinyatakan no poverty (tanpa kemiskinan) sebagai poin
pertama prioritas. Hal ini berarti dunia bersepakat untuk
meniadakan kemiskinan dalam bentuk apapun di seluruh penjuru
dunia, tidak terkecuali Indonesia. Pengentasan kemiskinan akan
sangat terkait dengan tujuan global lainnya, yaitu lainnya, dunia
tanpa kelaparan, kesehatan yang baik dan kesejahteraan,
pendidikan berkualitas, kesetaraan gender, air bersih dan sanitasi,
energi bersih dan terjangkau; dan seterusnya hingga pentingnya
kemitraan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
5. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Kesejahteraan pada dasarnya memiliki dimensi yang luas dan
beragam. Salah satu indikator yang dapat merepresentasikan adalah
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-36 maupun ekonomi.IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi
dasar.
Gambar 2.18
Angka Harapan Hidup Saat Lahir Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2010-2017
Badan Pusat Statistik (BPS) meluncurkan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) yang dihitung dengan menggunakan
metode terbaru dengan mengadopsi teknik perhitungan IPM yang
telah digunakan oleh United Nations Development Programme (UNDP)
dalam penyusunan laporan tahunan pembangunan manusia (Human
Development Report) sejak tahun 2010. IPM Kabupaten Tasikmalaya
tergambarkan sebagai berikut. Perkembangan IPM Kabupaten
Tasikmalaya mengalami kenaikan dari 63,57 pada tahun 2016
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-37
Gambar 2.19
Angka Harapan Hidup Saat Lahir Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2010-2017
Angka Harapan Hidup Saat Lahir-AHH (Life Expectancy-e0)yang
didefinisikan sebagai rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat
ditempuh oleh seseorang sejak lahir. AHH mencerminkan derajat
kesehatan suatu masyarakat. AHH dihitung dari hasil sensus dan
survei kependudukan. Perkembangan angka harapan hidup
Kabupaten Tasikmalaya mengalami kenaikan dari 68,54 tahun pada
tahun 2016 menjadi 68,66 tahun pada tahun 2017.
Gambar 2.20 Rata-rata Lama Sekolah
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-38 Rata-rata Lama Sekolah-RLS (Mean Years of Schooling-MYS)yaitu
jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk dalam menjalani
pendidikan formal. Diasumsikan dalam kondisi normal rata-rata
lama sekolah suatu wilayah tidak akan turun. Cakupan penduduk
yang dihitung dalam penghitungan adalah penduduk berusia 25
tahun ke atas. Perkembangan RLS mengalami kenaikan dari 6,94
tahun pada 2016 menjadi 7,02 tahun pada 2017.
Gambar 2.21
Angka Harapan Lama Sekolah
Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2010-2017
Angka Harapan Lama Sekolah – HLS (Expected Years of Schooling - EYS) didefinisikan lamanya sekolah (dalam tahun) yang
diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa
mendatang. Diasumsikan bahwa peluang anak tersebut akan tetap
bersekolah pada umur-umur berikutnya sama dengan peluang
penduduk yang bersekolah per jumlah penduduk untuk umur yang
sama saat ini. AHLS dihitung untuk penduduk berusia 7 tahun ke
atas. HLS dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan
sistem pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam
bentuk lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat
dicapai oleh setiap anak. Perkembangan AHLS mengalami kenaikan
signifikan dari 12,46 pada tahun pada 2016 menjadi 12,86 tahun
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-39
Gambar 2.22 Pengeluaran per Kapita
Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2010-2017
Pengeluaran per kapita yang disesuaikan ditentukan dari nilai
pengeluaran per kapita dan paritas daya beli. Rata-rata pengeluaran
per kapita setahun diperoleh dari Susenas, dihitung dari level
provinsi hingga level kab/kota. Rata-rata pengeluaran per kapita
dibuat konstan/riil dengan tahun dasar 2012=100. Perhitungan
pada metode baru menggunakan 96 komoditas dimana 66 komoditas
merupakan makanan dan sisanya komoditas nonmakanan.
Pengeluaran per kapita mengalami penurunan dari Rp7.081 pada
tahun 2016 menjadi Rp7.031 pada tahun 2017.
6.Employment to Population Ratio
Jumlah penduduk bekerja dalam kurun tahun 2015 sampai
dengan 2016 meningkat sebesar 151.288 jiwa. Employment to
Population Ratio-EPR merupakan proporsi penduduk usia kerja yang
berstatus bekerja terhadap penduduk usia kerja. Rasio yang tinggi
berarti sebagian besar penduduk adalah bekerja, sementara rasio
rendah berarti sebagian besar penduduk tidak terlibat langsung
dalam kegiatan yang berhubungan dengan pasar, karena
menganggur atau tidak termasuk dalam angkatan kerja.
Perkembangan EPR dalam kurun waktu tahun 2016 sampai dengan
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-40
Gambar 2.23
Proporsi Jumlah Penduduk Bekerja Terhadap Jumlah Penduduk Total Kabupaten Tasikmalaya tahun 2011-2017
7.Tingkat Pengangguran
Pengangguran terbuka atau tingkat pengangguran
menggambarkan proporsi angkatan kerja yang tidak memiliki
pekerjaan dan secara aktif mencari dan bersedia untuk bekerja.
Definisi baku penganggur adalah mereka yang tidak mempunyai
pekerjaan, sedang mencari pekerjaan, dan bersedia untuk bekerja.
Bersama dengan EPR, tingkat pengangguran menyediakan indikator
situasi pasar tenaga kerja di negara-negara atau daerah yang
mengumpulkan informasi tentang tenaga kerja. Tingkat
pengangguran terbuka di Kabupaten Tasikmalaya dalam kurun
waktu tahun 2016 sampai dengan 2017 mengalami penurunan
sebesar 1,35%. Penting untuk menjadi perhatian bahwa angka
pengangguran terbuka sempat mengalami kenaikan menjadi 7,96%
pada tahun 2016. Kenaikan angka pengangguran ini setidaknya
dapat dijelaskan oleh beberapa penyebab:
a.Penduduk yang relatif banyak sedangkan lapangan kerja hanya sedikit.
b.Pendidikan dan keterampilan rendah sehingga tidak mampu bersaing dan tersisih.
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-41 d.Teknologi yang semakin modern belum berimbang dengan
kompetensi dan kualifikasi.
e. Adanya lapangan kerja yang dipengaruhi musim. f. Adanya ketidakstabilan perekonomian.
Gambar 2.24 Pengangguran Terbuka
Kabupaten Tasikmalaya tahun 2011-2016
2.3. Aspek Daya Saing Daerah
Daya saing daerah merupakan salah satu aspek tujuan
penyelenggaraan otonomi daerah sesuai dengan potensi, kekhasan,
dan unggulan daerah. Suatu daya saing (competitiveness) merupakan
salah satu faktor kunci keberhasilan pembangunan ekonomi yang
berhubungan dengan tujuan pembangunan daerah dalam mencapai
tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan.
1.Iklim Investasi
Iklim investasi daerah yang baik mencerminkan sejumlah
kondisi yang berkaitan dengan wilayah tertentu yang membentuk
kesempatan dan insentif bagi investor untuk membuka usaha yang
layak dari segi bisnis. Daya saing investasi daerah tidak terjadi
dengan serta merta. Pembentukan daya saing investasi, berlangsung
terus-menerus dari waktu ke waktu dan dipengaruhi oleh banyak
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-42
Tabel 2.10
Hasil Kinerja Penanaman Modal (Investasi)
NO INDIKATOR CAPAIAN KINERJA SATUAN TAHUN 2016 TAHUN 2017
1 Jumlah Promosi
Investasi Promosi 6 2
2
Jumlah investor Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) / Penanaman Modal Asing (PMA)
Investor 647 408
3
Realisasi investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) / Penanaman Modal Asing (PMA)
Rp. 253.681.288.000 1.092.482.800.000
4 Realisasi Investasi Rp. 79.382.288.000 83.801.512.000 Sumber : LKPJ Bupati Tasikmalaya
2.Investasi
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) merupakan parameter ekonomi makro yang menggambarkan rasio investasi kapital/modal
terhadap hasil yang diperoleh (output) dengan menggunakan investasi
tersebut. ICOR juga bisa diartikan sebagai dampak penambahan
kapital terhadap penambahan sejumlah output. Kapital diartikan
sebagai barang modal fisik yang dibuat oleh manusia dari sumber
daya alam, untuk digunakan secara terus menerus dan berulang
dalam proses produksi. Sedangkan output adalah besarnya nilai
keluaran dari suatu proses ekonomi (produksi) yang dalam hal ini
digambarkan melalui parameter Nilai Tambah. ICOR mampu
menjelaskan perbandingan antara penambahan kapital terhadap
output atau yang diartikan juga bahwa setiap pertambahan satu unit
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-43
Gambar 2.25.
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2011-2016
3.Prasarana Wilayah/Infrastruktur
Prasarana wilayah atau infrastruktur menunjang daya saing
daerah dalam hubungannya dengan ketersediaannya dalam
mendukung aktivitas daerah di berbagai sektor di daerah dan
antar-wilayah. Kondisi infrastruktur dapat dijelaskan secara rinci
berdasarkan pembangunan beberapa prasarana berikut yang
disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 2.11
Prasarana Wilayah/Infrastruktur Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2011-2017
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-44 Ketersediaan penginapan/hotel merupakan salah satu aspek
yang penting dalam meningkatkan daya saing daerah, terutama
dalam menerima dan melayani jumlah kunjungan dari luar daerah.
Semakin berkembangnya investasi ekonomi daerah akan
meningkatkan daya tarik kunjungan ke daerah tersebut. Dengan
semakin banyaknya jumlah kunjungan orang dan wisatawan ke
suatu daerah perlu didukung oleh ketersediaan penginapan/hotel.
Ketersediaan restoran pada suatu daerah menunjukan tingkat
daya tarik investasi suatu daerah. Banyaknya restoran dan rumah
makan menunjukkan perkembangan kegiatan ekonomi suatu daerah
dan peluang-peluang yang ditimbulkannya.
Begitu pula halnya dengan keberadaan fasilitas lembaga
keuangan khususnya perbankan. Fungsi intermediasi perbankan
akan sangat strategis karena dapat menyediakan dana untuk
investasi melalui saluran kredit atau pembiayaan. Serapan kredit
atau pembiayaan yang digunakan pelaku usaha sebagai tambahan
modal akan meningkatkan kapasitas perusahaan sehingga akan
sangat berpengaruh dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
menekan angka pengangguran.
Tabel 2.12
Beberapa Fasilitas Wilayah
Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2011-2016
NO. URAIAN SATUAN 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 Hotel* Unit 11 13 17 22 22 20
Kamar 223 271 318 368 563 376
Tempat Tidur 425 509 509 553 553 607
2 Restoran** Unit 18 21 25 25 28
Lembaga Keuangan Bank
Pemerintah Bank Swasta BPD
Bank Asing
3
Bank Jaringan Bank Umum
4 13 1 1
Jumlah Kantor
Bank 89 27 16
4 Sumber : BPS Provinsi Barat (berbagai tahun)
4.Sumber Daya Manusia (SDM)
Transisi struktur usia berdampak pada dependency ratio
ataubeban ketergantungan. Dependency ratio merupakan indikator
demografi yang penting. Semakin tinggi persentase dependency ratio
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-45 penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang
belum produktif dan tidak produktif lagi. Dependency ratio yang
semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang
ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk
yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Perhitungan BPS
Pusat (2015) menunjukkan dependency ratio tahun 2017 sebesar
52,71%yang artinya setiap 100 orang yang berusia kerja dan
dianggap produktif mempunyai tanggungan masing-masing sebanyak
53 orang yang belum produktif dan dianggap tidak produktif.
Gambar 2.26
Dependency Ratio Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2011-2017
Sumber : BPS Pusat (2015)
2.4. Aspek Pelayanan Umum Layanan Urusan Wajib Dasar 1.Pendidikan
a. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Sekolah
Pentingnya sarana dan prasarana untuk menunjang proses
pendidikan, diatur oleh UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Sarana dan prasarana merupakan salah satu
sumber daya pendidikan yang perlu dan sangat penting dikelola
dengan baik serta merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari manajemen pendidikan. Seperti gedung, tanah, perlengkapan
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-46 proses belajar mengajar di kelas. Kondisi sarana dan prasarana
sekolah di Kabupaten Tasikmalaya dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 2.13
Kondisi Sarana dan Prasarana Sekolah Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2011-2015
NO. URAIAN SATUAN 2011 2012 2013 2014 2015 A. Ketercapaian Wajar Dikdas 9 Tahun
1 Meningkatnya sarana dan prasana pendidikan dasar
Jumlah SD/MI Unit 1.297 1.297 1.295 1.289 1.292 Jumlah
SLTP/MTs
Unit 383 391 441 436 416 Kondisi Kerusakan Ruang Kelas SD/MI
Ruang Kelas SD % 29,96 12,87 13,86 15,2 31,98 Ruang Kelas MI % 32 57,38 62,46 62,46 62,46 Kondisi Kerusakan Ruang Kelas SLTP/MTs
Ruang Kelas Pembangunan Ruang Kelas Baru
Pembangunan 2 Idealnya rasio siswa terhadap ruang kelas
Jumlah Siswa
3 Idealnya rasio rombongan belajar terhadap ruang kelas Jumlah
1 Meningkatnya daya tampung SMA, SMK dan MA
Perubahan RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016 – 2021 II-47
8 Meningkatnya sekolah yang berbasis TIK dalam proses pembelajaran pendidikan menengah
SMA/MA/SMK Sekolah 30 40 89 102 102 SMA/MA/SMK % 16,5 20 42 58 43,78 C. Meningkatnya Lembaga Pendidikan Bagi Anak Usia Dini dan Pendidikan
Luar Sekolah yang merata, berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat. 1 Meningkatnya kualitas dan kuantitas lembaga penyelenggara Pendidikan
Anak Usia Dini
Sumber : LKPJ Bupati Tasikmalaya
b. Ketersediaan Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan Sekolah
Sebagai bentuk penjaminan mutu, guru dituntut memiliki
kualifikasi minimum, kompetensi, dan tersertifikasi yang menjamin
proses pembelajaran berkualitas. Berdasarkan UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 8 berbunyi “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani
dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.”Pencapaian standar tenaga pendidik dan kependidikan dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 2.14
Kondisi Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2011-2015
NO. URAIAN SATUAN 2011 2012 2013 2014 2015 A. Ketercapaian Wajar Dikdas 9 Tahun
1
B. TerlaksananyaRintisanWajar 12 Tahun
2
Meningkatnya kompetensi sumber daya manusia SSN dan SBI SMA/SMK
Guru S1 Orang 2.196 2.233 1.705 2.81 3.676
Guru S2 Orang 68 105 208 385 317
- SMA/MA/SMK % 16,5 20 42 58 43,78 C Meningkatnya Mutu Pendidikan pada semua Jenis dan Jenjang Pendidikan baik
Pendidikan Formal maupun Non Formal 1
Terpenuhinya jumlah pendidik dan tenaga kependidikan