• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENENTUAN FREKUENSI PERJALANAN ANGKUTAN UMUM BATIK SOLO TRANS (BST) UNTUK MENGOPTIMALKAN JUMLAH PENDAPATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENENTUAN FREKUENSI PERJALANAN ANGKUTAN UMUM BATIK SOLO TRANS (BST) UNTUK MENGOPTIMALKAN JUMLAH PENDAPATAN"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PENENTUAN FREKUENSI PERJALANAN ANGKUTAN

UMUM BATIK SOLO TRANS (BST) UNTUK

MENGOPTIMALKAN JUMLAH PENDAPATAN

Skripsi

AYU SALLY DAMAYANTI

I 1307028

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR VALIDASI ... iii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH ... iv

SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTARTABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR PERSAMAAN... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN TABEL... xvii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... I-1

1.2 Perumusan Masalah ... I-4

1.3 Tujuan Penelitian ... I-4

1.4 Manfaat Penelitian ... I-4

1.5 Batasan Masalah ... I-5

1.6 Sistematika Penulisan ... I-5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Perusahaan ... II-1

2.1.1 Sejarah Perum DAMRI ... II-1

2.1.2 Visi Misi Perum DAMRI ... II-2

2.1.3 Maksud Dan Tujuan Perum DAMRI... II-2

2.1.4 Nilai-nilai Perusahaan... II-3

2.2 Batik Solo Trans (BST) ... II-3

2.2.1 Maksud dan Tujuan ... II-3

(3)

commit to user

xi

2.2.3 Sistem Pelayanan BST... II-4

2.3 Pengujian Distribusi Data ... II-6

2.4 Simulasi ... II-6

2.5 Model Simulasi ... II-13

2.6 Simulasi Monte Carlo ... II-14

2.7 Random Number Generator (RNG) ... II-15

2.8 Random Variate Generation (RVG)... II-17

2.9 Analisis Titik Impas... II-22

2.10 Analisis Sensitivitas ... II-23

2.11 Karakteristik Fasilitas Transportasi ... II-23

2.12 Penelitian Terdahulu ... II-24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Alir ... III-1

3.2 Keterangan Diagram Alir ... III-2

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data ... IV-1

4.2 Pengolahan Data ... IV-4

4.2.1 Identifikasi Jam Sibuk ... IV-4

4.2.2 Pengujian Distribusi Data ... IV-5

4.2.3 Penentuan Frekuensi Minimum dan Maksimum ... IV-7

4.2.4 Penentuan Frekuensi Pelayanan ... IV-9

4.3 Analisis Sensitivitas Frekuensi Pelayanan ... IV-15

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

5.1 Analisis Kebijakan Frekuensi Perjalanan BST ... V-1

5.2 Analisis Sensitivitas Frekuensi Pelayanan ... V-9

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... VI-1

6.2 Saran ... VI-1

DAFTAR PUSTAKA

(4)

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Rekapitulasi load factor BST ... I-2

Tabel 2.1 Rute, jarak tempuh, waktu tempuh, dan jumlah armada BST ... II-4

Tabel 4.1 Rincian biaya operasional BST ... IV-3

Tabel 4.2 Data karakteristik BST ... IV-3

Tabel 4.3 Uji Kolmogorov Smirnov rentang waktu 07:00-09:00 ... IV-6

Tabel 4.4 Uji Kolmogorov Smirnov rentang waktu 10:00-15:00 ... IV-6

Tabel 4.5 Frekuensi minimum dan maksimum BST... IV-9

Tabel 4.6 Nilai mean dan standar deviasi real data ………IV-10

Tabel 4.7 Nilai mean dan standar deviasi hasil simulasi……….IV-10

Tabel 4.8 Nilai faktor-faktor karakteristik BST jam sibuk 07:00-09:00….IV-12

Tabel 4.9 Nilai faktor-faktor karakteristik BST jam sibuk 10:00-15:00….IV-14

Tabel 4.10 Pengaruh perubahan 5 % mean jumlah penumpang terhadap revenue

& fser saat jam sibuk07:00-09:00 ... IV-16 Tabel 4.11 Pengaruh perubahan 5 % mean jumlah penumpang terhadap revenue

& fser saat jam sibuk07:00-09:00 ... IV-16 Tabel 4.12 Pengaruh perubahan 8 % mean jumlah penumpang terhadap revenue

& fser saat jam sibuk07:00-09:00 ... IV-17 Tabel 4.13 Pengaruh perubahan 8 % mean jumlah penumpang terhadap revenue

(5)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Moda Armada Batik Solo Trans ... II-5

Gambar 2.2 Tahapan dalam simulasi ... II-10

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi penelitian ... III-1

Gambar 3.2 Alur penentuan frekuensi minimum ... III-4

Gambar 3.3 Alur penentuan frekuensi maksimum ... III-5

Gambar 3.4 Alur penentuan frekuensi pelayanan ... III-6

Gambar 4.1 Diagram total jumlah penumpang BST ... IV-4

Gambar 5.1 Grafik frekuensi minimum dan maksimum BST ... V-2

Gambar 5.2 Grafik frekuensi pelayanan BST ... V-3

Gambar 5.3 Grafik demand penumpang BST untuk mencapai titik impas untuk

setiap kebijakan frekuensi ... V-5

Gambar 5.4 Grafik revenue penumpang BST ... V-6

Gambar 5.5 Grafik tarif* penumpang umum BST untuk mencapai kondisi break

even………...V-7

Gambar 5.6 Grafik headway dan waiting time BST... V-8

Gambar 5.7 Grafik pengaruh perubahan 5% rata-rata jumlah penumpang

terhadap besarnya frekuensi pelayanan ... V-10

Gambar 5.8 Grafik pengaruh perubahan 8% rata-rata jumlah penumpang

terhadap besarnya frekuensi pelayanan ... V-10

Gambar 5.9 Grafik pengaruh perubahan 5% rata-rata jumlah penumpang

terhadap besarnya revenue... V-11

Gambar 5.10 Grafik pengaruh perubahan 8% rata-rata jumlah penumpang

(6)

commit to user

xiv

DAFTAR PERSAMAAN

Persamaan 2.1 Rumus random number generator dengan Linier Congruential

Generator (LCG) ... II-16

Persamaan 2.2 Rumus random number generator dengan Multiplicative

Generator... II-16

Persamaan 2.3 Rumus random number generator dengan Mixed Pseudo RNG

... II-16

Persamaan 2.4 Rumus random variate generation dengan Inverse Transform

... II-17

Persamaan 2.5 Rumus random variate berdistribusi Uniform... II-18

Persamaan 2.6 Rumus random variate berdistribusi Exponential ... II-19

Persamaan 2.7 Rumus random variate berdistribusi m-Erlang ... II-19

Persamaan 2.8 Rumus random variate berdistribusi Weibull ... II-19

Persamaan 2.9 Rumus random variate berdistribusi Lognormal ... II-20

Persamaan 2.10 Rumus random variate berdistribusi Log-Logistic ... II-20

Persamaan 2.11 Rumus random variate berdistribusi Discrete Uniform ... II-21

Persamaan 2.12 Rumus random variate berdistribusi Geometric ... II-22

Persamaan 2.13 Rumus perhitungan frekuensi bus berdasarkan headway ... II-23

Persamaan 2.14 Rumus perhitungan frekuensi bus berdasarkan kapasitas bus ....

... II-23

Persamaan 2.15 Rumus perhitungan frekuensi bus untuk satu arah (f) ... II-24

Persamaan 2.16 Rumus perhitungan waktu tunggu ... II-24

Persamaan 2.17 Rumus perhitungan frekuensi minimum pertama (fmin1) ... II-25

Persamaan 2.18 Rumus perhitungan kapasitas rute dalam sekali perjalanan ...

... II-25

Persamaan 2.19 Rumus perhitungan frekuensi minimum kedua (fmin2) ... II-25

Persamaan 2.20 Rumus penentuan frekuensi minimum ... II-25

Persamaan 2.21 Rumus perhitungan frekuensi maksimum (f max). ... II-25

Persamaan 2.22 Rumus perhitungan frekuensi pelayanan ( ) ... II-26

(7)

commit to user

xv

Persamaan 3.1 Rumus pengembangan untuk menentukan frekuensi pelayanan

(8)

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Rekapitulasi jumlah penumpang BST

Lampiran 1-1 Rekapitulasi jumlah penumpang secara keseluruhan ... L1 – 1

Lampiran 1-2 Rekapitulasi jumlah penumpang berdasarkan jenis penumpang (umum & pelajar-mahasiswa) ... L1 – 2

LAMPIRAN 2 Rincian Rekapitulasi Biaya Operasional BST

LAMPIRAN 3 Rata-rata dan standar deviasi penumpang BST secara keseluruhan

LAMPIRAN 4 Rata-rata dan standar deviasi untuk tiap jenis penumpang BST

(9)

commit to user

xvii

DAFTAR LAMPIRAN TABEL

Tabel L1.1 Jumlah penumpang BST secara keseluruhan ... L1-1

Tabel L1.2 Jumlah penumpang umum ... L1-2

Tabel L1.3 Jumlah penumpang pelajar-mahasiswa ... L1-3

Tabel L2.1 Rincian rekapitulasi biaya operasional BST ... L2-1

Tabel L3.1 Data rata-rata dan standar deviasi jumlah penumpang secara

keseluruhan ... L3-1

Tabel L4.1 Data rata-rata dan standar deviasi untuk penumpang umum ... L4-1

Tabel L4.2 Data rata-rata dan standar deviasi untuk penumpang

pelajar-mahasiswa ... L4-2

Tabel L5.1 Hasil simulasi Monte Carlo untuk penumpang umum jam sibuk

07:00-09:00 ... L5-1

Tabel L5.2 Hasil simulasi Monte Carlo untuk penumpang pelajar-mahasiswa

jam sibuk 07:00-09:00... L5-2

Tabel L5.3 Hasil simulasi Monte Carlo untuk penumpang umum jam sibuk

10:00-15:00 ... L5-3

Tabel L5.4 Hasil simulasi Monte Carlo untuk penumpang pelajar-mahasiswa

(10)

commit to user

viii

ABSTRAK

Ayu Sally Damayanti, I1307028, PENENTUAN FREKUENSI

PERJALANAN ANGKUTAN UMUM BATIK SOLO TRANS (BST)

UNTUK MENGOPTIMALKAN JUMLAH PENDAPATAN. Skripsi.

Surakarta : Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Januari 2012.

Batik Solo Trans (BST) merupakan angkutan umum masal yang dikelola oleh Pemerintah Kota Surakarta bekerjasama dengan Perum DAMRI yang baru dioperasikan pada bulan September 2010. Jumlah pendapatan BST belum optimal karena kurangnya jumlah penumpang. Salah satu cara mengoptimalkan jumlah pendapatan adalah mengatur frekuensi perjalanan bus atau mengatur besaran tarif.

Penelitian ini menggunakan pengaturan frekuensi perjalanan BST sebagai solusi untuk mengoptimalkan pendapatan. Frekuensi perjalanan merupakan threshold antara pemasukan yang diterima dengan biaya operasional. Data yang digunakan dalam perhitungan frekuensi perjalanan adalah data jumlah penumpang pada setiap halte pada Maret 2011 dan data biaya operasional yang berasal dari Perum DAMRI Surakarta. Tahap awal dalam penentuan frekuensi perjalanan adalah mengidentifikasi jam sibuk berdasarkan jumlah penumpang terbanyak. Tahapan selanjutnya adalah pengujian distribusi data jumlah penumpang pada saat jam sibuk. Selanjutnya dilakukan simulasi Monte Carlo untuk membangkitkan data jumlah penumpang sebagai dasar perhitungan frekuensi pelayanan. Kemudian dilakukan analisis sensitivitas terhadap frekuensi pelayanan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi perjalanan BST yang disarankan pada jam sibuk 07:00-09:00 adalah 4 trip, dan 6 trip untukjam sibuk 10:00-15:00. Frekuensi tersebut sebaiknya digunakan apabila tarif BST untuk penumpang umum dan pelajar-mahasiswa tidak berubah dan kondisi penumpang tidak mengalami peningkatan. Apabila Perum DAMRI tetap menggunakan frekuensi perjalanan saat ini yaitu 10 trip, maka kisaran tarif baru yang disarankan adalah antara Rp 5.000,00 – Rp 7.000,00 untuk penumpang umum dan tetap sebesar Rp 1.500,00 untuk pelajar-mahasiswa.

Kata kunci: BST, frekuensi perjalanan, jam sibuk, Simulasi Monte Carlo

(11)

commit to user

I-1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang, perumusan masalah,

tujuan yang ingin dicapai, manfaat yang bisa diperoleh, batasan masalah yang

diambil, asumsi yang digunakan, serta sistematika penulisan dari penelitian.

1.1 Latar Belakang

Surakarta merupakan kota yang saat ini mengalami perkembangan yang

cukup pesat di berbagai bidang seperti bidang ekonomi dan pariwisata.

Perkembangan tersebut tidak lepas dari adanya dukungan sektor transportasi.

Bentuk dukungan tersebut adalah tersedianya moda transportasi yang dapat

digunakan di Surakarta seperti angkutan umum. Berbagai macam angkutan umum

dengan berbagai ukuran maupun rute tujuan telah disediakan. Adapun angkutan

umum yang baru saja ditawarkan oleh kota Surakarta pada bulan September 2010

adalah Batik Solo Trans (BST).

BST merupakan angkutan umum masal yang dikelola oleh Pemerintah Kota

Surakarta bekerjasama dengan Perum DAMRI untuk melayani masyarakat

menuju wilayah-wilayah strategis yang ada di Surakarta. Maksud dan tujuan

adanya BST adalah untuk meningatkan kualitas pelayanan angkutan umum di

Surakarta. Oleh sebab itu BST mempunyai sistem tersendiri berkonsep cepat,

tepat waktu, nyaman, dan aman (Yanuarti, 2011). Cepat dan tepat waktu karena

BST tidak berhenti terlalu lama untuk mencari penumpang dan BST mempunyai

jadwal waktu tersendiri untuk keberangkatan dan tiba di tempat pemberhentian

terakhir maupun di halte tertentu. Nyaman dan aman karena di dalam BST

dilengkapi fasilitas-fasilitas antara lain airconditioner (AC) dan led display (

papan informasi trayek elektrik). BST juga hanya menaikkan dan menurunkan di

halte yang sudah disediakan.

Penggunaan BST sebagai angkutan umum yang baru oleh masyarakat dirasa

belum optimal. Hal tersebut disebabkan masih kurangnya jumlah penumpang

yang menggunakan BST (Ferdinand, 2010). Kurangnya jumlah penumpang

menyebabkan kerugian bagi pengelola BST. Bentuk kerugian tersebut yaitu biaya

(12)

commit to user

I-2

memenuhi kekurangan tersebut (Widodo, 2011). Hal tersebut didukung dengan

hasil penelitian ’Aziz (2011) yang menunjukkan bahwa jumlah penumpang BST

di bawah standar World Bank yaitu hanya 140 orang/bus/hari sedangkan standar

World Bank adalah 463-555 orang/bus/hari. Penelitian lain menunjukkan selama

empat bulan pengoperasiannya, BST masih mengalami kerugian sebesar Rp

202.134.155,00 karena biaya operasional lebih besar dari pendapatan (Yanuarti,

2011). Kurangnya jumlah penumpang juga terlihat dari besarnya load factor pada

awal beroperasi yaitu di bulan September 2010 hingga April 2011 yang

menunjukan sedikit kenaikan tiap bulannya. Load factor merupakan perbandingan

antara jumlah penumpang dengan kapasitas tempat duduk pada satuan waktu

tertentu. Tabel 1.1 merupakan rekapitulasi load factor bulan September 2010

hingga April 2011.

Tabel 1.1 Rekapitulasi load factor BST

Bulan September

Sumber: Perum DAMRI Kota Surakarta,2011

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa pada bulan September 2010 dari kapasitas duduk

yang telah disediakan oleh BST, hanya 66 % yang digunakan oleh penumpang.

Pada bulan-bulan berikutnya load factor hanya mengalami kenaikan berkisar

antara satu hingga tiga persen. Load factor di bulan Maret bahkan mengalami

penurunan yaitu sebesar empat persen yang awalnya pada bulan Februari sebesar

76 % menjadi 72 %. Data load factor tersebut menunjukkan bahwa masih

kurangnya minat masyarakat terhadap BST karena dari kapasitas tempat duduk

yang disediakan, hanya sekitar 60-70 persen tempat duduk yang digunakan dan

berdasarkan load factor tersebut juga dapat diketahui bahwa jumlah penumpang

setiap bulannya hanya mengalami kenaikan yang kecil sehingga pendapatan yang

diperoleh kurang optimal. Hasil penelitian yang dilakukan oleh ’Aziz (2011)

menunjukkan besarnya load factor BST juga belum memenuhi syarat dari standar

World Bank yaitu load factor BST masih di bawah 70 % .

Permasalahan mengenai kurangnya jumlah penumpang dan terjadinya

(13)

commit to user

I-3

Transit Authority), dimana permintaan penumpang lebih kecil dibandingkan

kapasitas jalur bus yang disediakan (Raothanachonkun et al., 2008). Alternatif

solusi dari permasalahan tersebut adalah dengan meningkatkan kualitas pelayanan

untuk meningkatkan potensi BMTA, meningkatkan tarif untuk menambah

pendapatan ataupun dengan cara mengatur kembali frekuensi bus yang sebaiknya

dilakukan. Alternatif untuk meningkatkan kualitas pelayanan biasanya diikuti

dengan penambahan biaya tertentu untuk menunjang fasilitas yang ada, sedangkan

alternative untuk menaikkan tarif terlalu berisiko karena dengan tarif yang naik

dapat mengurangi minat dari pengguna BMTA, oleh sebab itu Raothanachonkun

et al (2008) melakukan penelitian untuk menyelesaikan permasalahan yang

dialami BMTA dengan cara menentukan atau mengatur kembali frekuensi bus

yang sebaiknya dilakukan agar lebih optimal. Frekuensi yang dimaksud dalam

penelitian tersebut adalah jumlah putaran perjalanan (trip) yang dapat dilakukan

oleh bus. Penentuan frekuensi bus tersebut didasarkan pada estimasi jumlah

penumpang yang datang berdasarkan hasil peramalan.

Adapun penentuan frekuensi dari BST ditentukan berdasarkan data jumlah

penumpang BST pada rentang waktu tertentu yaitu pada saat jam sibuk. Data

jumlah penumpang tersebut dijadikan sebagai data permintaan untuk menghitung

frekuensi maksimum dan minimum BST. Perhitungan selanjutnya yang dilakukan

adalah mensimulasikan data permintaan dengan menggunakan simulasi Monte

Carlo. Simulasi Monte Carlo merupakan proses simulasi yang menggunakan

random number untuk membangkitkan kejadian yang disimulasikan (Krajewski,

2002). Simulasi Monte Carlo digunakan karena mempunyai beberapa keuntungan

diantaranya dapat mengembangkan aturan baru dalam suatu sistem tanpa merusak

sistem nyatanya, lebih mudah dilakukan, hemat waktu dan biaya, serta lebih dapat

menggambarkan sistem nyatanya dibandingkan metode lain seperti peramalan.

Adapun hasil simulasi tersebut dijadikan sebagai dasar perhitungan frekuensi

pelayanan BST yang didalamnya juga memperhitungkan tarif penumpang, biaya

operasional, dan jarak tempuh BST. Frekuensi pelayanan ini dihitung untuk

mengetahui titik impas antara biaya operasional dengan pendapatan. Nilai titik

impas (break event point, disingkat BEP) yang merupakan nilai analisis ekonomi

(14)

commit to user

I-4

alternatif sama baiknya (Pujawan, 2004). Keadaan titik impas dalam perhitungan

frekuensi pelayanan ini adalah ketika besarnya pendapatan sama dengan biaya

operasional.

Ketiga hasil frekuensi tersebut (frekuensi minimum, maksimum, dan

pelayanan) kemudian dijadikan sebagai alternatif-alternatif dalam penentuan

frekuensi perjalanan optimal yang perlu dilakukan oleh BST. Tahapan selanjutnya

setelah mengetahui alternatif-alternatif frekuensi perjalanan BST tersebut adalah

melakukan analisis sensitivitas sehingga dapat diketahui pengaruh perubahan

jumlah penumpang terhadap besarnya frekuensi yang dapat dilakukan serta

besarnya pendapatan yang dapat diperoleh. Adanya penentuan alternatif frekuensi

perjalanan tersebut dan dilakukannya analisis sensitivitas diharapkan dapat

meningkatkan kualitas pelayanan sehingga dapat mengatasi masalah kurangnya

jumlah penumpang serta dapat mengoptimalkan jumlah pendapatan yang

diperoleh untuk mengurangi kerugian yang dapat dialami oleh perusahaan.

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah yang dapat diambil berdasarkan latar belakang masalah

yang ada adalah “Bagaimana menentukan frekuensi perjalanan BST agar dapat

mengoptimalkan jumlah pendapatan.”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah menentukan frekuensi perjalanan

dari BST berdasarkan hasil simulasi untuk mengoptimalkan jumlah pendapatan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapatkan dari penelitian ini adalah perusahaan

memeperoleh alternatif frekuensi perjalanan BST sehingga dapat mengoptimalkan

(15)

commit to user

I-5

1.5 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini terdapat beberapa batasan masalah. Adapun batasan

masalah yang dilakukan, adalah :

1. Data yang digunakan dalam perhitungan frekuensi adalah data jumlah

penumpang BST di bulan April 2011.

2. Perhitungan frekuensi perjalanan hanya dilakukan pada saat jam sibuk.

3. Rute perjalanan tidak mencapai Bandara Adi Sumarmo.

4. Biaya yang digunakan dalam perhitungan adalah biaya operasional untuk tiap

bus per kilometer.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini, adalah:

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

BAB V

PENDAHULUAN

Pada bab ini dikemukakan latar belakang penelitian, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah,

asumsi penelitian, serta sistematika penulisan.

TINJAUAN PUSTAKA

Merupakan uraian dari deskripsi perusahaan serta menjelaskan

landasan teori yang akan dijadikan acuan dalam menyelesaikan

permasalahan.

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini dijelaskan mengenai langkah-langkah yang

ditempuh dalam pemecahan permasalahan yang diteliti.

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Pada bab ini berisi data-data yang diperlukan untuk

penyelesaian masalah serta pengolahan data tersebut yang

dilakukan secara bertahap.

ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

(16)

commit to user

I-6 BAB VI

hasil pengolahan data.

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari

penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian

(17)

commit to user

II - 1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini merupakan penjelasan secara terperinci mengenai gambaran umum

perusahaan dan teori-teori yang dipergunakan sebagai landasan atau kerangka

dasar dalam identifikasi dan pemecahan masalah.

2.1 Gambaran Umum Perusahaan

Dalam gambaran umum Perusahaan Umum (Perum) DAMRI ini akan

diuraikan mengenai sejarah, visi, misi, maksud, tujuan dari Perum DAMRI, serta

nilai-nilai perusahaan.

2.1.1 Sejarah Perum DAMRI

Portal DAMRI (2008) menyatakan bahwa ada tahun 1943, terdapat dua

usaha angkutan di jaman Jepang yaitu Jawa Unyu Zigyosha dan Zidosha

Sokyoku. Jawa Unyu Zigyosha mengkhususkan diri pada angkutan barang dengan

truk, grobak/cikar. Adapun Zidosha Sokyoku melayani angkutan penumpang

dengan kendaraan bermotor/bus.

Jawa Unyu Zigyosha kemudian berubah menjadi “Djawatan

Pengangkoetan” untuk angkutan barang dan Zidosha Sokyoku berubah menjadi

“Djawatan Angkutan Darat” untuk angkutan penumpang. Nama keduanya diubah

pada tahun 1945 yaitu setelah Indonesia merdeka. Keduanya dikelola oleh

Kementrian Perhoeboengan Republik Indonesia (RI).

Kedua jawatan tersebut digabungkan menjadi “Djawatan Angkoetan Motor

Repoeblik Indonesia” pada 25 November 1946 yang kemudian disingkat menjadi

DAMRI. Hal tersebut berdasarkan Makloemat Menteri Perhoeboengan RI

No.01/DAM/46. Adapun tugas utama dari DAMRI adalah menyelenggarakan

pengangkutan darat dengan bus, truk, dan angkutan bermotor lainnya.

Status DAMRI kemudian beralih menjadi Badan Pimpinan Umum

Perusahaan Negara (BPUPN) pada tahun 1961. Peralihan tersebut berdasarkan

Peraturan Pemerintah (PP) No. 233 Tahun 1961, yang kemudian pada tahun 1965

(18)

commit to user

II - 2

Kemudian di tahun 1982, DAMRI beralih status menjadi Perusahaan Umum

(Perum) berdasarkan PP No.30 Tahun 1984, selanjutnya dengan PP No. 31 Tahun

2002, hingga saat ini. Adapun Perum DAMRI diberi tugas dan wewenang untuk

menyelenggarakan jasa angkutan umum untuk penumpang dan atau barang di atas

jalan dengan kendaraan bermotor. Hingga saat ini, Perum DAMRI memiliki

jaringan pelayan tersebar hampir di seluruh wilayah RI. Kegiatan usaha dari

Perum DAMRI menyediakan pelayanan angkutan perkotaan antar kota, angkutan

khusus bandara, angkutan travel, angkutan paket, angkutan keperintisan, dan

angkutan lintas batas negara.

2.1.2 Visi Misi Perum DAMRI

Visi dan misi dari Perum DAMRI adalah :

a. Visi

Perum DAMRI memiliki visi yaitu menjadi penyedia jasa angkutan jalan raya

yang aman, handal, terjangkau serta unggul dalam kinerja.

b. Misi

Misi dari Perum DAMRI sebagai berikut :

1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas alat produksi.

2. Mengutamakan kualitas pelayanan (level of service), keamanan penumpang

dan barang (level of savety) dan kepuasan pelanggan (customer satisfaction).

3. Meningkatkan produksi, efisiensi, dan menekan kebocoran.

4. Meningkatkan nilai tambah (value added) kepada pemilik modal.

5. Meningkatkan profesionalisme dan kesejahteraan SDM.

2.1.3 Maksud dan Tujuan Perum DAMRI

Berdasarkan PP No.31 Tahun 2002, maksud dan tujuan DAMRI adalah

turut melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan program pemerintah di bidang

ekonomi serta pembangunan pada umumnya, khususnya di sub sektor

perhubungan darat dengan armada bus dan truk serta tetap memperhatikan

(19)

commit to user

II - 3

2.1.4 Nilai-nilai Perusahaan

Usaha untuk mencapai tujuan dari perusahaan adalah membangun setiap

insan DAMRI untuk memiliki sikap bekerja keras, jujur (terbuka) dan pantang

menyerah dalam memberikan pelayananan kepada masyarakat dan

mempertahankan kemandirian perusahaan dengan menciptakan suasana damai

melalui kerja sama, sama-sama bekerja dalam suasana kebersamaan, serta dapat

memberikan rasa aman dengan menjaga lingkungan kerja yang menyenangkan

dan perilaku ramah dilandasi kekuatan iman dan taqwa.

2.2 Batik Solo Trans (BST)

Batik Solo Trans (BST) merupakan nama moda transportasi Bus Rapid

Transit (BRT) yang baru beroperasi di Surakarta pada bulan September 2010.

Fatamorgana (2010) menyatakan bahwa BRT di Kota Surakarta diberi nama BST

karena dengan kata “Batik”, Pemerintah Kota Surakarta ingin mencoba

melekatkan ke hati masyarakat Kota Solo maupun luar Kota Solo bahwa batik

tidak hanya merupakan sebuah objek yang lekat dengan pakaian saja, akan tetapi

diaplikasikan ke dalam sebuah moda transportasi pun tidak aneh. Selain itu, BST

diharapkan dapat semakin meningkatkan kualitas Kota Solo dalam sektor

pariwisata. Adapun sistem pengelolaan BST merupakan kerjasama antara Perum

DAMRI dengan pemerinah Kota Surakarta. Berikut ini merupakan penjelasan dari

maksud dan tujuan, manfaat pelayanan BST, dan sistem pelayanan BST.

2.2.1 Maksud dan Tujuan

Maksud pengoperasian BST adalah untuk mewujudkan sistem angkutan

umum yang nyaman, efisien, aman, handal dan terjangkau oleh daya beli

masyarakat (Dishubska, 2010). Adapun tujuan pengoperasian BST adalah:

1. Peningkatan kualitas pelayanan angkutan umum di kota Surakarta.

2. Mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dengan beralih ke moda angkutan

umum.

(20)

commit to user

II - 4

2.2.2 Manfaat Pelayanan BST

Manfaat yang diharapkan bisa didapatkan melalui BST ini, diantaranya :

1. Meningkatkan daya tarik angkutan umum, sehingga pada giliran selanjutnya

akan terjadi perpindahan moda dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum.

2. Memperkecil derajat jalan yang ada, sebagai dampak dari berpindahnya

kendaraan pribadi ke kendaraan umum.

3. Meningkatkan efisiensi penggunaan energi.

4. Meningkatkan aksesibilitas kota Surakarta terhadap wilayah lain.

5. Mempercepat pertumbuhan dan perkembangan kota Surakarta di segala

bidang, dalam rangka menuju kota pariwisata, perdagangan, budaya dan kota

olah raga.

2.2.3 Sistem Pelayanan BST

Sistem pelayanan BST melayani rute perjalanan sebagai berikut:

a. Terminal Kartosuro- Jalan Slamet Riyadi- Perempatan Gendengan- Bundaran

Gladag- Jalan Jenderal Sudirman- Balai Kota Surakarta- Pasar Gede- Jalan –

Jalan Urip Sumoharjo- Panggung- Jl. Ir. Sutami- Terminal Palur.

b. Terminal Palur – Jl. Ir. Sutami- Panggung – Jalan Urip Sumoharjo- Bundaran

Gladag- Sangkrah- Jalan Kapten Mulyadi- Perempatan Baturono- Jl. Veteran-

Jalan Bhayangkara- Bundaran Baron- Jalan Dr. Radjiman- Jalan Dr. Wahidin-

Jalan Slamet Riyadi- Terminal Kartosuro.

Rincian rute, jarak tempuh, waktu tempuh, dan jumlah armada bus yang tersedia

untuk memenuhi rute perjalanan BST tersebut dijelaskan pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Rute, jarak tempuh, waktu tempuh, dan jumlah armada BST

(21)

commit to user

II - 5

Untuk jenis moda dari armada BST disesuaikan pada kapasitas ruas jalan dan

permintaan (demand) penumpang terhadap BST. Moda yang digunakan untuk

BST adalah bus sedang dengan kapasitas 25 tempat duduk, dengan spesifikasi

kendaraan jenis BST, ketinggian pintu samping 70 cm dari tanah, tempat duduk

saling berhadapan dan dengan fasilitas Air Conditioner (AC). Gambar 2.1,

menampilkan bentuk moda armada BST.

Gambar 2.1 Moda Armada Batik Solo Trans

Sumber : (Dishub, 2011)

Adapun tarif yang diberlakukan adalah tarif flat (tarif jauh dekat sama) yaitu

berkisar antara 2500-3000 rupiah, besaran tarif tersebut dilakukan evaluasi setiap

tahun. Sedangkan untuk time table yang merupakan informasi tentang kepastian

keberangkatan dan kedatangan dari pengoperasian BST di Surakarta juga telah

direncanakan. Dalam rencana pengoperasiannya ditetapkan time table berdasarkan

jam pelayanan yang diberikan dengan rincian sebagai berikut :

a. Jam sibuk ( 06.00-08.00)dan (14.00-16.00) : Waktu antar kendaraan 6

menit.

b. Diluar Jam Sibuk (08.00-14.00 dan 16.00-18.00) : Waktu antar kendaraan 10

(22)

commit to user

II - 6

2.3 Pengujian Distribusi Data

Pengujian distribusi data dilakukan untuk mengetahui jenis distribusi dari

data yang digunakan. Pengujian yang sering dilakukan adalah pengujian distribusi

normal karena asumsi data berdistribusi normal dapat memperlancar penerapan

teori atau metoda dalam menyelesaikan suatu persoalan dengan lebih mudah dan

cepat (Sudjana, 1996). Ada beberapa cara untuk menguji kenormalan data antara

lain dengan kertas peluang maupun diuji melalui SPSS. Hasil pada kertas peluang

akan menunjukkan bahwa data berdistribusi normal apabila data membentuk

titik-titik pada garis lurus atau hampir pada garis lurus. Pengujian dengan SPSS dapat

dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov dan uji Shapiro Wilk. Hasil uji

Kolmogorov Smirnov dan uji Shapiro Wilk memperlihatkan data berdistribusi

normal apabila taraf signifikansi hasil pengujian lebih besar dari alfa (Triton,

2006). Prosedur dalam melakukan uji Kolmogorov Smirnov dengan

menggunakan SPSS adalah:

1. Memilih Analyze pada tool bar, lalu pilih Non parametric Test kemudian pilih

dan klik 1-Sample K-S.

2. Masukan variabel yang akan diuji pada Test Variable List.

3. Pada test Distribution, pastikan untuk mengklik pada pilihan Normal.

4. Kilk OK.

Adapun prosedur uji Shapiro Wilk dengan menggunakan SPSS (Triton, 2006)

adalah:

1. Memilih menu Analyze lalu pilih Deskriptive Statistics kemudian pilih dan klik

pada Explore.

2. Masukan variabel yang akan diuji pada Dependent List.

3. Pada bagian Displays, pilih plot, atau dibiarkan saja jika sudah terpilih plotnya.

4. Jika ketiga langkah tersebut telah dilakukan kemudian klik OK.

Hasil uji Shapiro Wilk tersebut akan memperlihatkan juga hasil uji Kolmogorov

Smirnov berdasarkan pendekatan Liliefors.

2.4 Simulasi

Menurut Kakiay (2004), simulasi merupakan salah satu cara untuk

(23)

commit to user

II - 7

et al (2001) menyatakan bahwa simulasi merupakan tiruan dari proses yang terjadi

dalam dunia nyata atau sebuah sistem dari waktu ke waktu. Adapun Krajewski &

Ritzman (2002) , mengartikan simulasi sebagai tindakan untuk membuat kembali

(reproduksi) lingkungan dari sebuah sistem menggunakan model yang dapat

menggambarkan proses dari sistem tersebut.

Adapun simulasi dapat diaplikasikan dalam beberapa persoalan di berbagai

bidang. Beberapa bidang tersebut anatara lain :

1. Aplikasi Bidang Manufaktur

a. Analisis operasi perakitan produk elektronik.

b. Perancangan dan evaluasi stasiun perakitan untuk kepresisisan yang tinggi.

c. Perbandingan aturan pengirimn untuk manufaktur pada semikonduktor

menggunakan model berfasilitas tinggi.

d. Optimisasi waktu siklus dan utilitas pada bidang manufaktur

semikonduktor.

e. Investigasi dinamis pada pelayanan yang berorientasi pada rantai suplai.

2. Manufaktur Semikonduktor

a. Perbandingan aturan pengirimn untuk manufaktur pada semikonduktor

menggunakan model berfasilitas tinggi.

b. Penyalahgunaan pengaruh dari variabilitas.

c. Perencanaan kapasitas dengan batasan waktu antar operasi.

3. Teknik Konstruksi

a. Konstruksi dari bendungan.

b. Aktivitas penjadwalan pada proses dinamis, pengaturan multiproyek.

c. Perlindungan kembali parit yang terletak di bawah infrastruktur

masyarakat.

4. Aplikasi Pada Bidang Militer

a. Permodelan pengaruh kepemimpinan dan tipe perekrutan tentara.

b. Perancangan dan percobaan pada pengontrol kendaraan bawah air.

c. Memodelkan kebutuhan militer untuk operasi yang bukan merupakan

(24)

commit to user

II - 8

5. Aplikasi di Bidang Logistik,Transportasi,dan Distribusi

a. Mengevaluasi keuntungan potensial pada perancanagn algoritma di jalur

rel.

b. Mengevaluasi strategi untuk mengembangkan kinerja dari jalur rel.

c. Perancangan parameter pada perancangan kapasitas rel.

d. Analisis alur penumpang di bandar udara.

6. Simulasi Proses Bisnis

a. Dampak dari hubungan perancancangan baru bank pada penerimaan di

bandara.

b. Perancangan program pengembangan produk.

c. Peramalan personal dan perancangan daya kerja secara strategis.

d. Perbaikan kembali sistem pemodelan busnis.

7. Sitem Manusia

a. Pemodelan kinerja manusia pada sistem yang komplek.

b. Pembelajran elemen manusia pada pengendalian lalu lintas udara.

Walaupun simulasi dapat diaplikasikan di berbagai bidang, tetapi simulasi

tidak selalu diperlukan atau digunakan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi

pada sistem nyata. Simulasi dapat digunakan atau diperlukan pada kondisi-kondisi

berikut ini:

1. Simulasi boleh dipergunakan pada percobaan dengan sistem yang komplek

dan terdapat interaksi internal di dalamnya, atau subsistem dengan sistem yang

komplek.

2. Perubahan dalam segi informasi, organisasi, maupun lingkungan dapat

dismulasikan, atau pengaruh dari perubahan pada perilaku model dapat diteliti.

3. Keuntungan dalam merancang model simulasi adalah dapat memberikan saran

yang bernilai untuk mengembangkan sistem yang diteliti.

4. Pengubahan input dan meneliti hasil simulasi dilakukan untuk mengetahui

variabel yang terpenting dan bagaimana variabel-variabel berinteraksi.

5. Simulasi dapat digunakan sebagai alat pendidikan untuk menguatkan solusi

(25)

commit to user

II - 9

6. Simulasi dapat digunkan untuk percobaan dengan rancangan baru atau

kebijakan utama untuk diimplementasikan, hal tersebut dapat dijadikan

sebagai persiapan untuk kemungkinan yang dapat terjadi.

7. Simulasi dapat digunakan untuk menguji solusi analitik.

8. Kemampuan mensimulasikan mesin yang berbeda-beda akan berdampak

persyaratan yang digunakan dapat ditentukan.

9. Model simulasi dirancang untuk melatih pengetahuan yang telah ada tanpa

biaya dan tanpa merusak pengetahuan yang telah berjalan.

10.Tampilan animasi memperlihatkan sistem yang disimulasikan jadi rencana

dapat ditampilkan atau divisualisasikan.

11.Sistem modern (pabrik, organisasi di bidang jasa, dll) merupakan sistem yang

komplek dimana interkasi hanya dapat dicoba melalui simulasi.

Simulasi dapat diaplikasikan di berbagai bidang, namun simulasi tidak diperlukan

apabila:

1. Terdapat tanda yang mengindikasi bahwa simulasi tidak harus digunakan

ketika masalahnya dapat dielesaikan menggunakan cara yang biasa digunakan.

2. Masalah dapat diselesaikan secara analitis.

3. Lebih mudah dilakukan melalui percobaan secara langsung.

4. Biaya yang dibutuhkan melebihi biaya yang tersedia.

5. Sumber daya atau waktu tidak tersedia.

Dipilihnya simulasi sebagai salah satu dari solusi suatu permasalahan karena

mempunyai beberapa keuntungan. Keuntungan dari simulasi adalah:

1. Dapat mengembangkan aturan baru, prosedur operasi, aturan keputusan, alur

informasi, dan lain-lain tanpa merusak sistem nyata.

2. Perancangan perangakat keras baru, layout secara fisik, sistem transportasi dan

lain-lain dapat dicoba tanpa menggunakan sumber daya untuk keahlian dari

hal tersebut.

3. Hipotesis tentang bagaimana atau kenapa beberapa kejadian terjadi dapat

dilakukan dengan lebih mudah.

4. Dapat mengurangi waktu atau mempercepat maupun memperlambat suatu

kejadian yang diteliti.

(26)

commit to user

II - 10

6. Dapat mengetahui tentang pentingnya variabel terhadap kinerja sistem.

7. Analisis bottleneck dapat untuk mengindikasi terjadinya proses menunggu

yang berlebihan pada material atau work-in-process.

8. Pengetahuan tentang simulasi dapat membantu dalam memahami bagaiamana

sistem beroperasi daripada bagaimana pikiran seseorang untuk

mengoperasikan sistem.

9. Pertanyaan “apa-jika” akan dapat dijawab. Hal tersebut berguna untuk

merancang sistem baru.

Selain memiliki keuntungan, simulasi juga memiliki kekurangan. Kekurangan dari

simulasi, diantaranya:

1. Membangun model membutuhkan latihan khusus.

2. Hasil simulasi kemungkinan sulit untuk diartikan.

3. Model simulasi dan analisis dapat memakan waktu dan mahal.

Adapun untuk melakukan simulasi, terdiri dari bebrapa tahapan. Tahapan

dalam melakukan simulasi tersebut ditampilkan dalam diagram alir pada Gambar

2.2.

Gambar 2.2 Tahapan dalam simulasi

(27)

commit to user

II - 11

Gambar 2.2 memperlihatkan 12 tahapan dalam melakukan simulasi.

Tahapan-tahapan dalam simulasi tersebut adalah:

1) Problem Formulation

Tahapan ini merupakan tahapan awal dalam memulai simulasi yaitu

memformulasikan atau mendeskripsikan masalah ke dalam

pernyataan-pernyataan agar mudah dimengerti oleh analis.

2) Setting of objectives and overall project plan

Tahap kedua ini akan ditentukan sasaran atau tujuan (objectives) yang ingin

dicapai dengan menggunakan simulasi dalam menjawab masalah yang telah

didefinisikan pada tahapan pertama. Setelah mennetukan sasaran yang ingin

dicapai, kemudian menentukan keseluruhan rencana (plan) yang akan

dilakukan dalam simulasi seperti menentukan asumsi yang akan digunakan,

jumlah orang yang ikut serta, biaya yang diperlukan, lamanya hari yang

dibutuhkan untuk menyelesaikan proses simulasi, dan lain sebagainya.

3) Model conceptualization

Setelah mendeskripsikan masalah, menentukan tujuan dan rencana yang akan

dilakukan, tahapan selanjutnya adalah memodelkan sistem dari masalah agar

dapat diselesaikan menggunakan simulasi. Biasanya model dibangun dari

model sederhana kemudian dikembangkan ke dalam model yang lebih

kompleks.

4) Data collection

Pengumpulan data menyesuaikan dengan model dari sitem yang telah

ditentukan sebelumnya. Apabila model berubah maka data yang dijadikan

sebagai input juga berubah.

5) Model translation

Apabila model dan data input telah ditentukan, maka selanjutnya model dari

sistem tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa pemrograman komputer yang

akan digunakan dalam simulasi. Beberapa software yang biasa digunakan

untuk menjalankan simulasi antara lain Arena, AutoMod, CSIM, Extend,

(28)

commit to user

II - 12 6) Verified

Tahapan ini merupakan tahapan untuk menyesuaikan antara model yang akan

disimulasikan dengan program komputer yang akan digunakan. Apabila

program komputer telah sesuai dengan model yang akan disimulasikan maka

akan dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Namun apabila tidak sesuai, maka

akan kembai ke tahapan sebelumnya untuk memninjau kembali kesesuaian

model dengan program serta bahasa pemrograman komputer yang digunakan.

7) Validated

Setelah melakukan verifikasi, dilakukan tahapan validasi. Tahap validasi

merupakan tahapan untuk menentukan keakuratan antara model dengan

sistem nyata yang dimodelkan.

8) Experimental design

Tahapan ini menentukan beberapa alternatif yang akan disimulasikan. Setiap

alternatif memiliki ketentuan yang berbeda-beda dari segi lamanya proses

simulasi berlangsung maupun replikasi yang dilakukan untuk setiap

alternatif, dan lain sebagainya.

9) Production runs and analysis

Tahapan ini akan memunculkan hasil running dari simuulasi dan akan

dilakukan analisis terhadap hasil tersebut. Tahapan ini bertujuan untuk

mengukur performansi dari sistem yang disimulasikan.

10) More runs

Tahapan ini akan dilakukan apabila pada tahapan sebelumnya (production

runs and analysis) masih dirasa kurang dan perlu melakukan running

simulasi kembali. Apabila hasil dan analisis yang dilkukan telah lengkap,

maka running simulasi tidak perlu dilakukan kembali dan dapat dlanjutkan ke

tahapan selanjutnya.

11) Documentation and reporting

Aktivitas yang terjadi pada tahapan ini adalah model, hasil maupun analisis

dari simulasi akan didokumentasikan dan dilakukan pelaporan. Tahap ini

dilakukan agar simulasi yang telah dibuat dapat dijalankan kembali oleh

orang yang berbeda. Selain itu parameter-parameter yang digunakan dapat

(29)

commit to user

II - 13

Dokumentasi dan laporan ini juga digunakan untuk memantau hasil simulasi

dari waktu ke waktu, untuk mengetahui apabila terjadi perubahan atau

peningkatan terhadap hasil simulasi.

12) Implementation

Tahapan terakhir ini tergantung dengan sebelas tahapan sebelumnya. Apabila

model dan hasil simulasi mendekati atau sesuai dengan kondisi nyata maka

simulasi tersebut valid dan dapat dimplementasikan.

2.5 Model Simulasi

Model merupakan representasi dari sistem untuk mempelajari sistem yang

dimodelkan tersebut. Adapun model simulasi menurut Banks et al (2001),

diantaranya :

1. Simulasi Statis

Simulasi statis disebut juga dengan simulasi Monte Carlo. Simulasi ini

mewakili suatu sistem pada waktu tertentu.

2. Simulasi Dinamis

Simulasi dinamis menggambarkan sistem yang berubah setiap waktu.

3. Simulasi Deterministik

Model simulasi tanpa variabel acak. Model yang terdiri dari beberapa input

yang telah ditentukan sehingga menghasilkan output yang unik.

4. Simulasi Stokastik

Model stokastik merupakan model yang memiliki satu atau lebih variabel acak.

Input yang acak mengakibatkan hasil (output) yang acak. Ketika hasil yang

didapat acak, hal tersebut dapat dianggap sebagai estimasi dari karakteristik

nyata suatu model.

Sedangkan jenis simulasi menurut Kakiay (2004), antara lain :

1. Simulasi Identitas (Identity Simulation)

Jenis simulasi ini menggunakan pendekatan yang sederhana dan pada

umumnya meniadakan berbagai hal yang fundamental dari aturan pemodelan.

Oleh sebab itu jenis simulasi ini tidak begitu layak digunakan karena

(30)

commit to user

II - 14

2. Simulasi Identitas Semu (Quasi Identity Simulation)

Simulasi identitas semu merupakan simulasi yang memodelkan berbagai

aspek yang terkait dengan sistem yang sebenarnya.

3. Simulasi Laboratorium (Laboratory Simulation)

Simulasi laboratorium adalah jenis simulasi yang memerlukan berbagai

komponen di dalamnya. Komponen tersebut antara lain operator, computer,

software, prosedur operasional, dan lain-lain. Adapun pada simulasi ini dapat

dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Operating Planning

Operating planning ini digunakan komputer untuk mengumpulkan data

dan untuk mengolah informasi. Dalam hal ini, komputer memegang

peranan penting untuk melakukan berbagai aksi secara random yang

hasilnya nanti akan menjadi jawaban dari simulasi yang dilakukan.

b. Man Machine Simulation

Aturan permainan pada simulasi ini tidak terlalu penting dan komputer

hanya digunakan untuk mengolah serta menganalisis data.

4. Simulasi Komputer (Computer Simulation)

Simulasi ini hanya menggunakan komputer untuk memecahkan masalah yang

kemudian masalah tersebut diprogramkan ke dalam komputer.Semua tingkah

laku yang dijadikan persoalan akan dialihkan ke dalam program, termasuk

ketentuan logika dan pengambilan keputusan serta pelaksanaannya.

2.6 Simulasi Monte Carlo

Simulasi Monte Carlo dikenal juga dengan istilah Sampling Simulation atau

Monte Carlo Sampling Technique. Menurut Kakiay (2004), simulasi Monte Carlo

merupakan simulasi yang mengikut-sertakan random sampling dengan distribusi

probabilitas yang diketahui atau ditentukan. Selain itu, menurut Krajewski &

Ritzman (2002), simulasi Monte Carlo adalah proses simulasi yang menggunakan

random numbers untuk membangkitkan kejadian-kejadian dalam simulasi.

Simulasi ini merupakan salah satu metode yang cukup sederhana yang digunakan

(31)

commit to user

II - 15

batasan dalam penggunaan simulasi Monte Carlo. Beberapa batasan dalam

penggunaan simulasi Monte Carlo, antara lain:

1. Apabila suatu persoalan sudah dapat diselesaikan atau dihitung jawabannya

secara matematis maka sebaiknya tidak menggunakan simulasi ini. Simulasi

ini digunakan untuk perancangan-perancangan yang memerlukan perkiraan

tertentu.

2. Apabila sebagian persoalan dapat diuraikan secara analitis, maka sebaiknya

penyelesaian dilakukan secara terpisah, yaitu sebagian dilakukan secara

analitis dan yang lainnya dengan smulasi Monte Carlo untuk kemudian

disusun kembali keseluruhan sebagai penyelesaian akhir. Dalam hal ini,

simulasi Monte Carlo hanya digunakan apabila benar-benar dibutuhkan.

3. Simulasi Monte Carlo terkadang digunakan untuk mensimulasikan dua sistem

dengan perbedaan-perbedaan parameter, distribusi dan cara-cara

pelaksanaannya.

Beberapa persoalan yang dapat diselesaikan menggunakan Simulasi Monte Carlo

adalah persoalan mengenai produksi suku cadang, studi keuntungan, investasi,

penjualan, jaringan kerja, dan lain-lain.

2.7 Random Number Generator (RNG)

Metode simulasi Monte Carlo menghendaki pengembangan

percobaan-percobaan secara sistematis dengan menggunakan random number. Random

number generator (RNG) adalah suatu algoritma yang digunakan untuk

menghasilkan urutan-urutan atau sequence angka-angka sebagai hasil perhitungan

dengan komputer yang diketahui distribusinya sehingga angka-angka tersebut

muncul secara random dan digunakan terus-menerus (Kakiay, 2004). Menurut

Krajewski & Ritzman (2002), random number adalah angka yang memiliki

probabilitas yang sama untuk dipilih seperti angka yang lain. Ada beberapa

metode untuk membangkitkan random number. Metode yang biasa digunakan

untuk membangkitan random number antara lain :

1. Linier Congruential Generator (LCG)

Random number dengan metode ini dapat dibangkitkan dengan menggunakan

(32)

commit to user

II - 16

...(Persamaan 2.1)

Adapun dari Persamaan 2.1, diketahui:

: random number yang baru

: random number yang lama/ yang sebelumnya

c : angka konstan yang bersyarat

a : pengali (multiplier)

m : angka modulo

2. Multiplicative Generator

Random number dengan metode multiplicative generator dapat dibangkitkan

dengan rumus sebagai berikut:

...(Persamaan 2.2)

dengan:

: random number yang baru

: random number yang lama/ yang sebelumnya

c : angka konstan yang bersyarat

a : pengali (multiplier)

m : angka modulo

3. Mixed Pseudo RNG

Metode ini menggunakan Persamaan 2.3 untuk membangkitkan random

number.

...(Persamaan 2.3)

Penggunaan Persamaan 2.3 memiliki beberapa syarat, yaitu:

a. Syarat utama n harus sejumlah bilangan integer (bulat) dan lebih besar dari

nol. Dengan syarat tersebut, rumus ini dapat menjadi rumus untuk LCG.

b. Namun apabila nilai C=0 maka akan diperoleh rumus multiplicative

congruen RNG.

c. Dapat menjadi rumus mixed congruential generator, apabila terdapat

syarat-syarat berikut:

(33)

commit to user

II - 17

b) a=1 (mod.q) untuk setiap faktor prima q dari m dan a=1 (mod4) apabila

4 adalah salah satu faktor dri m.

Selain metode-metode tadi yang sering digunakan, ada beberapa metode lain

yang dapat digunakan untuk membangkitkan random number, antara lain :

1. More General Congruences

2. Composite Generators

3. Tausworthe and Related Generators

Cara lain yang lebih sederhana dibandingkan dengan semua metode-metode

tersebut adalah membangkitkan random number dengan menggunakan fasilitas

yang terdapat dalam Microsoft Excel.

2.8 Random Variate Generation (RVG)

Random variate generation merupakan aktivitas untuk memperoleh

pengamatan (realisasi) dari suatu variabel acak berdasarkan distribusi yang

diinginkan (Law & Kelton, 2000). Suatu random variate dapat diartikan sebagai

nilai suatu random variable yang mempunyai distribusi tertentu (Kakiay, 2004).

Ada beberapa pendekatan untuk membangkitan random variate, diantaranya:

1. Inverse Transform

Pendekatan inverse transform dalam membangkitkan random variate X yang

memiliki distribusi fungsi F adalah dengan menginverskan fungsi distribusi F

( ) tersebut. Adapun salah satu langkah-langkah dalam pendekatan ini

adalah:

a. Membangkitkan random number (U), dengan distribusi U(0,1)

b. Langkah selanjutnya setelah membangkitkan random number adalah

menggunakan random number tersebut ke dalam Persamaan 2.4 untuk

mendapatkan random variate.

...(Persamaan 2.4)

Langkah-langkah tersebut sesuai untuk kasus dengan distribusi kontinu yang

memiliki keunggulan intuisi. Sedangkan untuk kasus diskret menggunakan

(34)

commit to user

II - 18 2. Composition

Pendekatan composition digunakan ketika distribusi fungsi F yang akan

dibangkitkan dapat dinyatakan sebagai kombinasi dari distribusi yang lain.

3. Convolution

Convolution ini digunakan untuk membangkitkan variabel X dengan asumsi

bahwa random variable X merupakan hasil penjumlahan dari variabel-variabel

random lain.

4. Acceptance-Rejection

Pendekatan acceptance-rejection dapat digunakan apabila tiga metode

(inverse transform, composition, convolution) sebelumnya mengalami

kegagalan atau kurang efisien.

5. Special Properties

Metode untuk membangkitkan random variate X yang memiliki karakteristik

khusus (special property).

Random variate dibangkitkan dengan menggunakan dua jenis distribusi, yaitu:

1. Distribusi Kontinu

Terdapat beberapa distribusi yang termasuk dalam distribusi kontinu, antara

lain:

a. Distribusi Uniform

Pembangkitan random variate X pada distribusi uniform dapat

menggunakan metode inverse transform dengan langkah-langkah sebagai

berikut :

1)Membangkitkan random number (U) yang berdistrbusi U (0,1).

2)Random variate kemudian dibangkitkan dengan memasukkan random

number yang didapat ke dalam Persamaan 2.5.

...(Persamaan 2.5)

b. Distribusi Exponential

Random variate dengan distibusi exponential dapat dibangkitkan dengan

menggunakan metode inversetransform dengan tahapan sebagai berikut:

1)Membangkitkan random number (U) yang berdistrbusi U (0,1).

2)Random number yang didapat kemudian dimasukkan ke dalam

(35)

commit to user

II - 19

...(Persamaan 2.6) c. Distribusi m-Erlang

Pembangkitan random variate dengan distribusi m-Erlang digunakan

metode convolution, dengan tahapan sebagai berikut:

1)Membangkitkan random number U1, U2,…., Um sebagai IID U(0,1).

2)Random number yang telah dibangkitkan kemudian digunakan di dalam

Persamaan 2.7 untuk menmbangkitkan random variate distribusi

m-Erlang.

∏ ...(Persamaan 2.7)

d. Distribusi Gamma

Pembangkitan random variate dengan distribusi Gamma lebih rumit

dibanding dengan distribusi-distribusi yang lain. Beberapa metode

digunakan untuk membangkitkan random variate tersebut, diantaranya

inverse transform, acceptance-rejection, dan computational.

e. Distribusi Weibull

Random variate berdistribusi weibull dapat dibangkitkan dengan

menggunakan metode inverse transform dengan tahapan sebagai berikut:

1) Membangkitkan random number (U) yang berdistrbusi U (0,1).

2) Random number yang telah dibangkitkan kemudian digunakan dalam

Persamaan 2.8 untuk membangkitkan random variatenya.

...(Persamaan 2.8)

f. Distribusi Normal

Pembangkitan random variate untuk distribusi normal cukup rumit.

Menurut Law & Kelton (2000), salah satu metode yang dapat digunakan

polar method atau dengan FORTRAN. Cara lain yang lebih sederhana

untuk membangkitkan random variate berdistribusi normal adalah dengan

fasilitas pada program Microsoft Excel.

g. Distribusi Lognormal

Metode yang digunakan untuk distribusi lognormal adalah special property

(36)

commit to user

II - 20

membangkitkan random variate dengan distribusi Lognormal sebagai

berikut:

1) Membangkitkan random number (Y) yang berdistrbusi N (μ,σ2).

2) Random number yang telah dibangkitkan digunakan untuk

mebangkitkan random variate dengan menggunakan Persamaan 2.9.

...(Persamaan 2.9) h. Distribusi Beta

Pembangkitan random variate distribusi Beta apabila menggunakan metode

inverse transform akan rumit karena metodenya numerik seperti yang

terjadi pada distribusi Gamma maupun Normal. Oleh sebab itu untuk

pembangkitan random variate distribusi Beta dapat dibantu dengan

menggunakan program komputer seperti FORTAN atau IMSL.

i. Distribusi Pearson Type V

Distribusi Pearson Type V dapat menggunakan metode special property

untuk membangkitkan random variate.

j. Distribusi Pearson Type VI

Pembangkitan random variate pada distribusi ini, metode yang digunakan

lebih ke metode numerikal seperti pada distribusi-distribusi sebelumnya

(Gamma,Beta,Normal).

k. Distribusi Log-Logistic

Metode inverse transform dapat digunakan untuk menetukan random

variate pada distribusi ini. Adapun tahapan-tahapannya adalah:

1) Membangkitkan random number (U) yang berdistrbusi U (0,1).

2) Random number yang telah dibangkitkan digunakan dalam perhitungan

pada Persamaan 2.10 untuk mendapatkan random variate.

[ ] ...(Persamaan 2.10)

l. Distribusi Johnson Bounded

Distribusi Johnson Bounded menggunakan metode special property untuk

membangkitakan random variate.

m.Distribusi Johnson Unbounded

Distribusi Johnson Unbounded hampir sama dengan distribusi Johnson

(37)

commit to user

II - 21 n. Distribusi Bézier

Distribusi Bézier dapat menggunakan metode numerical inverse-transform

untuk membangkitkan random variate.

o. Distribusi Triangular

Random variate distribusi Triangular dapat dibangkitkan dengan metode

inverse transform atau composition.

p. Distribusi Empiris

Distribusi Empiris dapat menggunakan inverse transform untuk

membangkitakan random variate.

2. Distribusi Diskret

Distribusi Diskret terdiri dari beberapa macam distribusi, diantaranya :

a. Distribusi Bernoulli

Pembangkitkan random variate distribusi bernoulli dapat menggunakan

metode inverse transform dengan tahapan sebagai berikut:

1) Membangkitkan random number (U) yang berdistrbusi U (0,1).

2) Jika U p, maka X = 1. Jika tidak X = 0.

b. Distribusi DiscreteUniform

Random variate dengan distribusi discrete uniform dapat dibangkitkan

dengan metode inverse transform yang tahapan-tahapannya sebagai

berikut:

1) Membangkitkan random number (U) yang berdistrbusi U (0,1).

2) Random number yang didapat, digunakan dalam Persamaan 2.11 untuk

membangkitkan random variate.

[ ] ...(Persamaan 2.11) c. Arbitrary Discrete Distribution

Random variate dengan distribusi ini dapat dibangkitkan melalui metode

inverse transform.

d. Distribusi Binomial

Pembangkitkan random variate dengan distribusi binomial dapat

(38)

commit to user

II - 22 e. Distribusi Geometric

Metode inverse transform dapat digunakan untuk membangkitkan random

variate dengan tahapan sebagai berikut:

1) Membangkitkan random number (U) yang berdistrbusi U (0,1).

2) Random number yang telah dibangkitkan sebelumnya, digunakan dalam

perhitungan pada Persamaan 2.12 untuk mendapatkan random

variatenya.

[ ] ...(Persamaan 2.12) f. Distribusi Negative Binomial

Distribusi negative binomial merupakan hubungan antara distribusi

negative binomial dan geometric. Oleh karena itu digunakan metode

convolution untuk membangkitkan random variate dengan distribusi

negative binomial.

g. Distribusi Poisson

Pembangkitan random variate pada distribusi ini melibatkan hubungan dua

ditribusi yaitu distribusi poisson dengan exponential. Oleh sebab itu untuk

membangkitkan random variate dengan distribusi poisson dapat

menggunakan metode composition maupun inverse transform.

2.9 Analisis Titik Impas

Analisis titik impas atau disebut juga dengan break even analysis

merupakan analisis dalam ekonomi teknik yang digunakan dalam pemilihan

alternatif yang cukup sensitif terhadap variabel atau parameter yang sulit untuk

diestimasi nilainya (Pujawan, 2004). Analisis ini akan menghasilkan nilai titik

impas (break event point, disingkat BEP) yang merupakan nilai suatu parameter

atau variabel yang menyebabkan dua atau lebih alternatif sama baiknya (Pujawan,

2004). Analisis titik impas dapat diaplikasikan dalam berbagai permasalahan

seperti permasalahan produksi, pemilihan alternatif investasi, dan keputusan

buat-beli. Tujuan dari analisis titik impas antara lain yaitu untuk mengetahui titik

ketika total biaya sama dengan total pendapatan ataupun untuk mengetahui

kualitas dari masing-masing alternatif investasi maupun keputusan yang dapat

(39)

commit to user

II - 23

2.10 Analisis Sensitivitas

Jika suatu input model diubah, maka prediksi output pasti akan berubah

juga (Banks,1998). Oleh karena itu dilakukan analisis sensitivitas untuk

mengetahui informasi mengenai efek yang akan terjadi terhadap nilai dari fungsi

tujuan (misalnya maksimum keuntungan) dan efek terhadap solusi optimal yang

dihasilkan yang nantinya menjadi hasil keputusan. Adapun analisis sensitivitas

merupakan konsep turunan parsial, dimana semua variabel yang diadakan bernilai

tetap kecuali salah satu ada yang berubah (Moore & Weatherford, 2001).

2.11 Karakteristik Fasilitas Transportasi

Fasilitas transportasi seperti bus memiliki beberapa karakteristik yang

dapat dihitung. Tujuan dari karakteristik tersebut dihitung untuk mengetahui

tingkat kinerja penoperasian dari bus tersebut. Beberapa karakteristik tersebut

adalah jumlah armada, headway, waktu tunggu , load factor, frekuensi bus, dan

lain-lain. Adapun karakteristik yang terkait dalam peletian ini adalah frekuensi

bus, headway, dan waktu tunggu.

Frekuensi dari bus dapat ditentukan dengan dua perhitungan yaitu

berdasarkan headway dan kapasitas bus. Headway merupakan waktu selang antara

kendaraan yang satu dengan yang kendaraan yang ada di beakangnya. Menurut

Marlok (1988), frekuensi bus berdasarkan headway dapat ditentukan dengan

perhitungan menggunakan Persamaan 2.13 berikut ini:

...(Persamaan 2.13)

dengan :

F : frekuensi minimum yang dpapat diterima (bus/jam)

H : headway maksimum yang dapat diterima (jam/bus)

Frekuensi juga ditentukan berdasarkan kapasitas bus untuk mengakomodasi

volume penumpang yang dapat ditampung oleh bus (Marlok, 1988). Perhitungan

frekuensi berdasarkan kapasitas bus dapat menggunakan Persamaan 2.14.

...(Persamaan 2.14)

Berdasarkan Persamaan 2.14, diketahui bahwa :

P : arus penumpang yang melalui titik beban puncak pada rute

(40)

commit to user

II - 24

Q : kapasitas penumpang (penumpang/bus)

Frekuensi minimum bus dapat ditentukan berdasarkan dua jenis frekuensi

tersebut. Adapun kriteria untuk menentukan frekuensi dari bus adalah :

a. Bus-bus akan dioperasikan dengan frekuensi paling sedikit sama dengan

frekuensi minimum yang dianggap dapat diterima untuk pelayanan angkutan

(fF).

b. Volume penumpang dapat melampaui kapasitas tamping bus yang beroperasi

pada frekuensi minimum, maka frekuensi juga harus lebih besar dari atau sama

dengan kapasitas tampung penumpang untuk setiap periode (fF).

Berdasarkan kedua kriteria tersebut maka dapat ditentukan frekuensi bus untuk

satu arah (f) dengan Persamaan 2.15.

f = max ( F, ) ...(Persamaan 2.15)

Adapun headway tidak hanya digunakan dalam perhitungan frekuensi

tetapi juga untuk menghitung waktu tunggu. Waktu tunggu tersebut dapat

ditentukan berdasarkan Persamaan 2.16.

...(Persamaan 2.16)

dengan :

w : waktu tunggu (menit)

h : headway bus (menit/bus)

2.12 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang terkait dan cakupan bahasan yang hampir sama dengan

penelitian mengenai BST ini adalah penelitian yang dilakukan oleh

Raothanachonkun et al (2008) dengan judul A Practical Approach To Determine

Optimal Bus Frequencies: An Empirical Study of a Bangkok Bus Service.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan frekuensi dari pelayanan BMTA

(Bangkok Mass Transit Authority) di Bangkok berdasarkan data permintaan.

Pendekatan dalam penelitian ini berdasarkan frekuensi pelayanan minimum dan

maksimum. Untuk frekuensi minimum dapat ditentukan dengan dua perhitungan.

Perhitungan pertama, frekuensi minimum (fmin1) dihitung berdasarkan rasio kapasitas permintaan. Adapun rumus perhitungannya diperlihatkan pada

(41)

commit to user

II - 25

min1 ̅ ...(Persamaan 2.17)

dari Persamaan 2.17, untuk mengetahui nilai ̅ dapat digunakan rumus dalam

Persamaan 2.18 berikut:

̅ ...(Persamaan 2.18) dengan:

D : permintaan tiap rute(penumpang)

̅ : kapasitas rute dalam sekali perjalanan/trip (penumpang/trip/bus) α : parameter untuk mengkonversikan kapasitas bus ke kapasitas

lintasan (1/trip)

C : kapasitas bus (penumpang/bus)

Sedangkan untuk perhitungan frekuensi minimum yang kedua didasarkan pada

waktu antar bus satu dengan bus berikutnya yang berurutan pada laju yang sama

(headway) untuk mengatur lama waktu tunggu penumpang. Persamaan 2.19

merupakan rumus perhitungan kedua dari frekuensi minimum (fmin2).

min2 T ...(Persamaan 2.19)

Berdasarkan Persamaan 2.19, diketahui bahwa :

H : headway (menit/trip)

T : periode waktu

Kedua frekuensi minum tersebut dipilih frekuensi paling maksimal dengan rumus

sebagai berikut:

fmin= max (fmin1, fmin2) ...(Persamaan 2.20) Adapun frekuensi maksimum dapat ditentukan berdasarkan jumlah bus yang

tersedia. Persamaan 2.21 berikut ini digunakan untuk menentukan frekuensi

maksimum yang dapat dilakukan (f max).

...(Persamaan 2.21) Dari Persamaan 2.21, diketahui:

: parameter untuk mengkonversikan jumlah bus yang tersedia ke

jumlah perjalanan/trip (trip/bus)

: jumlah bus yang tersedia (bus)

Selain menentukan frekuensi maksimum dan minimum, ditentukan pula

(42)

commit to user

II - 26

penumpang, biaya operasional dan rasio pendapatan. Rumus untuk menghitung

frekuensi pelayanan ( ) adalah:

...(Persamaan 2.22)

Berdasarkan Persamaan 2.22, untuk menghitung pendapatan (R) tersebut

digunakan rumus sebagai berikut:

R = Dt P ...(Persamaan 2.23) dengan:

R : pendapatan harian (Rupiah)

V : biaya operasional (Rupiah/Kilometer/Trip)

K : panjang perjalanan (Kilometer)

Dt : permintaan penumpang pada periode tertentu

P : tarif bus

Setelah diketahui frekuensi minimum, maksimum dan frekuensi pelayanan

maka dapat ditentukan frekuensi optimal yang dapat dilakukan agar dapat

mengelola rasio antara pendapatan dan biaya serta meningkatkan kualitas

Gambar

Tabel 1.1 Rekapitulasi load factor BST
Tabel 2.1 Rute, jarak tempuh, waktu tempuh, dan jumlah armada BST
Gambar 2.1 Moda Armada Batik Solo Trans
Gambar 2.2 commit to user Tahapan dalam simulasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemasaran yang diteliti dalam tugas akhir ini adalah mengenai produk layanan telekomunikasi nirkabel, yaitu dengan melakukan eksplorasi data mengenai responden yang

dibandingkan dgn class I, karena beberapa reaksi hanya terjadi pd bakteri saja, tdk terjadi di manusia, seperti: ketidakmampuan manusia untuk mensintesa asam folat.... Asam Folat

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh rasio profitabilitas terhadap return saham perusahaan Food and Beverages yang go public yang terdaftar di BEJ

Salah satu tugas pembinaan dan pendampingan yang perlu dipelihara oleh pengelola rumah susun adalah melaksanakan konsultasi dengan berbagai pihak untuk terus

Pada tahap pelaksanaan penelitian ini, peneliti menggali data dan informasi sedalam mungkin sesuai dengan yang dibutuhkan dan juga berkenaan dengan tema penelitian

Hipotesis yang diajukan adalah terdapat hubungan yang positif antara motivasi belajar dengan minat pada pelajaran bahasa arab, jika santri mempunyai motivasi

Berdasarkan judul yang telah ditetapkan oleh peneliti yaitu “Peningkatan Kedisiplinan dalam Mengerjakan Tugas melalui Layanan Penguasaan Konten dengan Teknik