• Tidak ada hasil yang ditemukan

We challenge you to submit business idea to improve transportation industry that contains added values on one of following aspects:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "We challenge you to submit business idea to improve transportation industry that contains added values on one of following aspects:"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

TRANS DARAT

24

Menerapkan

Standar Keselamatan

Bus Pariwisata

SUMBER DAYA MANUSIA

36

STPI Curug, Tangerang

Garda Terdepan

(2)

More Informatioan

http://transhubchallenge.dephub.go.id

We challenge you to submit business idea to improve transportation

industry that contains added values on one of following aspects:

IT’S TIME TO GO DIGITAL

BUSINESS IDEA COMPETITION FOR BETTER TRANSPORTATION IN INDONESIA

Optimum capacity

Transportation services

Safety & Security

REWARD FOR FINALIST

Investment Access

Pitching Potential Angel Investor, Business Incubator, State Own Company and Regulator

Go to Market Access

An Exclusive Networking & Gala Dinner with The Minister of Transportation

A Special Pitching with Potential Buyers and Stakeholders in Transportation Industry

IMPLEMENTATION

SCHEDULE

April - August 2018

CLOSING DATE FOR

SUBMIT PROPOSAL

July 22, 2018

PARTICIPANT

- Categories : Professional and Student - A team Consists of 1 to 3 Members - One Team for One Proposal

(3)

Merampungkan

Pembangunan Infrastruktur

Pembaca Budiman,

S

Setiap proses pembangunan senantiasa tak lepas dari sejumlah tantangan. Pun dengan pembangunan infrastruktur pelabuhan, terminal, jalur rel kereta api, dan fasilitas transportasi lainnya di sub sektor perhubungan darat, laut, udara serta kereta api. Sejumlah proyek pembangunan yang sudah selesai, memerlukan penanganan lebih lanjut. Ini karena pembangunan infrastruktur yang dihasilkan, kurang berjalan sesuai harapan. Alasannya pun beragam.

Salah satu contohnya, temuan Irjen Kemenhub atas proyek-proyek pelabuhan yang berstatus Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP) di sejumlah daerah. Tantangan penyelesaiannya membutuhkan keseriusan semua pihak termasuk peran dari Pemerintah Daerah. Ini karena lokasi pelabuhan yang dibangun ada di wilayah mereka. Pengoperasian pelabuhan membutuhkan akses jalan dan kejelasan status lahan. Tanpa adanya kepastian status lahan dan instrumen penunjang jalan, maka sulit mengoperasionalkan prasarana transportasi yang sudah dibangun itu.

Disinilah peran pemerintah daerah, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Kementerian Lingkungan Hidup dan instansi terkait lainnya untuk terlibat dalam penanganan pelabuhan yang KDP. Kementerian Perhubungan terus melakukan langkah-langkah koordinatif untuk menemukan solusi agar pelabuhan yang mangkrak bisa dihidupkan lagi.

Kemenhub telah menganggarkan dana untuk melanjutkan pembangunan delapan pelabuhan pada tahun 2018 ini. Proyek yang KDP tersebut tengah dikaji kembali apakah perlu dilanjutkan pembangunannya atau harus di-redesign. Semua berharap, pelabuhan-pelabuhan yang ada bisa dimanfaatkan untuk masyarakat dan langkah tindak lanjut perlu dilakukan agar potensi kerugian negara tidak bertambah besar.

Demikian pembaca, pada edisi kedua Transmedia 2018 ini, Tim Redaksi sengaja

mengangkat tema penanganan infrastruktur yang KDP tersebut menjadi pokok bahasan utama disamping persoalan lain di sub sektor perhubungan darat, laut, udara dan kereta api. Semoga bermanfaat.

EDISI 02 / 2018

EDISI 0

2 I 2

018

www.dephub.go.id TRANS DARAT 24Menerapkan

Standar Keselamatan Bus Pariwisata SUMBER DAYA MANUSIA 36STPI Curug, Tangerang

Garda Terdepan Pembentuk Insan Penerbangan

Cover :

Pelabuhan Penyeberangan Ceremai, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat PEMBINA:

Menteri Perhubungan Republik Indonesia, PENASEHAT:

Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan,

Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan,

Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Direktur Jenderal Perkeretaapian, Kepala Badan Pengembangan SDM Perhubungan,

Kepala Badan Litbang Perhubungan, Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek

PENANGGUNG JAWAB: Baitul Ihwan

PEMIMPIN REDAKSI: Bambang W.

REDAKTUR PELAKSANA: Tinitah S. Amrantasi, Muhammad Pamungkas REDAKSI:

Anna Nurjanah, Arifatmi, Christanto Agung, Daniel Pietersz, Deni Hendra M, Destrirani, Dona Devianti, Dwi Wisnu, Gatut Aribowo S, Hari Buyung, Hari Supriyono, Hariyadi Dwi Putera H, Oktavian, R. Achmad Herdin, Revi Yohana, Romauli Fransiska, Wisnu Kuncoro TIM REDAKSI:

Andesrianta Rakhmad, Andung Bayumurti, Prayogie, Syarifah Noor Hidayati, REDAKSI FOTO:

Abdullah Baraja, Chairudi Bharata Dharma, Dyota Laksmi Tenerezza, Muhamad Nurcholis, Okto Berbudi, Ria Efriani Pratiwi, Rezvina Laila Baswedan, Afrilia Mayasari, Asep K. Nur Zaman ALAMAT REDAKSI: Jl. Medan Merdeka Barat No.8, Jakarta Pusat, Telp. (021) 3504631, 3811308 Ext. 1122, 1419

Fax (021) 3504631, 3511809 E-MAIL:

[email protected] PENERBIT:

Kementerian Perhubungan Republik Indonesia

Majalah Kementerian Perhubungan No.STT. No. 349 SK/Ditjen PPG/STT 1976

(4)

DAFTAR ISI

EDISI 02 / 2018

10

TRANS UTAMA

MERAMPUNGKAN PROYEK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PERHUBUNGAN

(5)

40 Pengaturan Lalu Lintas Asian Games 2018

41 Sleeper Train Diluncurkan POTRET

42 Sangia Nibandera Bandara Cantik di Bekas Kerajaan Mekongga 44 Pelabuhan Kolaka,

Bangkit Dengan PNBP Meroket

46 Pelabuhan Strategis yang Perlu

Dioptimalkan

52 Kendari Werk, Sebuah Mahakarya Warisan Nusantara

54 Nikmatnya Sajian Sinonggi dan Itik Rekko di Kolaka TRANS PERSPEKTIF 56 Menimbang Operasi

Jembatan Timbang TRANS SEHAT

66 Atasi Jet Lag pada ‘Si Kecil’

3 EDITORIAL

6 TRANS INFOGRAFIS 8 TRANS MATA TRANS DARAT

24 Menerapkan Standar Keselamatan Bus Pariwisata TRANS LAUT

27 Angkutan Perintis Laut Selatan Jawa Dioperasikan TRANS UDARA 30 Lompatan

Jauh Peringkat Keselamatan Penerbangan Indonesia TRANS

PERKERETAAPIAN 32 Jalur Cepat Menuju

Bandara KILAS BERITA

38 Okupansi Mudik Gratis Kapal Laut Capai 75% 39 Catatan Sukses

Angkutan Lebaran 2018 Sektor Udara

48

TRANS POTRET

Potret Keindahan Alam Kolaka yang Menawan Keindahan alam Sulawesi Tenggara memang tak diragukan lagi, khususnya di Kabupaten Kolaka. Mungkin kabupaten ini belum banyak yang mengenalnya sebagai daerah wisata, namun layak dikatakan sebagai salah satu surga terindah yang ada di Indonesia. Keindahan alamnya akan membuat Anda takjub, dan memanjakan mata ketika menginjakkan kaki di Kolaka.

Kemaritiman

TRANS SEJARAH 60 Jejak Bandara

Kemayoran Bandara Internasional Pertama Indonesia

TRANS SENGGANG 68 10 Tempat Liburan

dengan Bujet Fantastis TRANS HIJAU

62 Jalan Tol Berlapis Panel Surya

TRANS INTERNASIONAL 64 BUSCARRIL,Bus atau

(6)

INFRASTRUKTUR PERHUBUNGAN

YANG SIAP DIMANFAATKAN 2018

1. Pelabuhan Penyeberangan Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara 2. Pelabuhan Penyeberangan Sikeli, Provinsi Sulawesi Tenggara

DIREKTORAT JENDERAL

PERHUBUNGAN DARAT

DIREKTORAT JENDERAL

PERHUBUNGAN UDARA

DIMANFAATKAN

1. Bandar Udara Letung - Anambas, Kepulauan Riau (Bandara Baru)

2. Bandar Udara Tebelian - Sintang, Kalimantan Barat (Bandara Baru)

3. Bandar Udara Maratua - Kalimantan Timur (Bandara Baru)

4. Bandar Udara Morowali - Sulawesi Tengah (Bandara Baru)

5. Bandar Udara Radin Inten II - Lampung (Peresmian Terminal)

6. Bandar Udara Namniwel (Bandara Baru)

7. Bandar Udara Werur - Papua Barat (Bandara Baru)

8. Bandar Udara Koroway Batu - Papua (Bandara Baru)

9. Bandar Udara APT. Pranoto - Samarinda Baru, Kalimantan Timur

GROUND BREAKING

1. Bandar Udara Wirasaba - Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah.

2. Bandar Udara Ngloram - Cepu, Provinsi Jawa Tengah.

DIREKTORAT JENDERAL

PERHUBUNGAN LAUT

1. Pelabuhan Letung, Provinsi Kepulauan Riau

2. Pelabuhan Tanjung Buton, Provinsi Riau

3. Pelabuhan Taddan, Provinsi Jawa Timur

4. Pelabuhan Laut Keramaian, Provinsi Jawa Timur

5. Pelabuhan Majene/Banggae, Provinsi Sulawesi Barat

6. Pelabuhan Belang-Belang, Provinsi Sulawesi Barat

7. Pelabuhan Popoongan, Provinsi Sulawesi Barat

8. Pelabuhan Laut Dawi-Dawi/Pomalaa, Provinsi Sulawesi Tenggara

9. Pelabuhan Batu Atas, Provinsi Sulawesi Tenggara

10. Pelabuhan Laut Lakara, Provinsi Sulawesi Tenggara

11. Pelabuhan Batutua, Provinsi Nusa Tenggara Timur

12. Pelabuhan Waren, Provinsi Papua CLUSTER

I

CLUSTER

II

CLUSTER III

CLUSTER

IV

CLUSTER V

CLUSTER

(7)

1. Pembangunan Jalur Ganda Kereta Api Prabumulih - Kertapati

2. Pembangunan Jalur Kereta Api Bandara Internasional Minangkabau (BIM)

3. Pembangunan Jalur Ganda KA Antara Mertapura - Baturaja

4. Pembangunan LRT DKI Jakarta (Jakpro)

5. Pembangunan LRT Sumatera Selatan

6. Pembangunan Jalur Kereta Api Bandar Tinggi - Kuala Tanjung

7. Pembangunan 5 Stasiun (Cakung, Klender, Buaran, Klender Baru dan Kranji) dan 1 Depo Cipinang (DDT)

8. Pembangunan Jalur Kereta Api Antara Barru - Palanro (Sulawesi Selatan)

9. Pembangunan Jalur Ganda KA Dan Elektrifikasi Maja

- Rangkasbitung

10. Pembangunan Jalur Ganda KA Lintas Selatan Jawa Antara Solo - Kedungbanteng

11. Pembangunan Jalur KA Layang Antara Medan - Bandar Khalifah

12. Pembangunan Jalur Kereta Api Antara Binjai - Besitang

13. Pembangunan Jalur Ganda KA Lintas Selatan Jawa Antara Madiun - Jombang

DIREKTORAT JENDERAL

PERKERETAAPIAN

BADAN PENGEMBANGAN

SUMBER DAYA MANUSIA

(BPSDM) PERHUBUNGAN

STPI CURUG

Pesawat Latih 20 Unit Single Engine

(Piper Archer) dan 3 Unit Multi Engine

(Piper Seneca), dan 1 Unit Helikopter

(H135 P3), Provinsi Banten

BP3 BANYUWANGI

Pesawat Latih 25 Unit Single Engine

(Cessna), 2 Multi Engine, Provinsi Jawa

Timur

API MADIUN

Kampus Akademi Perkeretaapian

Indonesia, Provinsi Jawa Timur

MAKASSAR

Kampus Diklat Terpadu (PIP Makassar

dan ATKP Makassar), Provinsi Sulawesi

Selatan

PADANG

(8)

1

2

3

4

1

Bandar Udara Sangia Nibandera merupakan bandara perintis yang terletak di Desa Tanggetada,

Kecamatan Tanggetada, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.

(9)

2

Indahnya pemandangan malam hari di Dermaga Pelabuhan Penyeberangan Kolaka sebagai titik

penghubung penting antara Provinsi Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan.

(Foto : Abdullah)

3

Tahun ini, Pelabuhan Penyeberangan Bastiong, Ternate, Maluku Utara akan dikembangkan dengan membangun dermaga tiga pelabuhan

guna mempercepat waktu sandar kapal serta mempercepat laju penumpang turun.

(Foto: Gatut/BKIP)

4

Aktivitas bongkar muat barang di Pelabuhan Kolaka.

(10)

MERAMPUNGKAN

PROYEK PEMBANGUNAN

INFRASTRUKTUR

PERHUBUNGAN

Sejumlah infrastruktur yang dibangun pemerintah perlu

penanganan tindak lanjut. Banyak dari prasarana transportasi

tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Seperti

sejumlah pembangunan pelabuhan laut dan penyeberangan

yang sedang dan telah selesai pengerjaannya, sebagian tidak

memiliki akses jalan, terjadi pendangkalan, dan beragam

persoalan lain sehingga tidak bisa dioperasionalkan.

T

emuan Inspektorat Jenderal (Itjen) Kementerian Perhubungan RI pada 2018 ini mengungkapkan sedikitnya ada 33 pelabuhan di Pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan daerah lainnya yang masuk kategori Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP). Pelabuhan-pelabuhan tersebut perlu diputuskan kelanjutan pembangunannya atau dialih fungsikan penggunaannya.

Kementerian Perhubungan terus berupaya menyelesaikan persoalan infrastruktur yang tergolong Konstruksi dalam Pengerjaan (KDP) agar bisa bermanfaat bagi masyarakat. Langkah tindak lanjut perlu dilakukan untuk mengurangi potensi kerugian negara yang lebih besar lagi.

Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan Wahyu Satrio Utomo mengatakan faktor penyebab prasarana perhubungan tidak beroperasi cukup beragam. Pada umumnya, proyek pembangunan tidak dilanjutkan atau terhenti karena tidak ada perencanaan yang baik sejak awal dan tidak ada koordinasi yang baik antara pemerintah pusat dan daerah. Proyek yang tidak selesai biasanya akibat feasibility study (FS) atau studi kelayakannya tidak ada. “Sebagaimana instruksi Menteri Perhubungan (Menhub), saya berkunjung ke sejumlah daerah dan banyak ditemukan proyek infrastrukrur pelabuhan yang masuk dalam status KDP (Konstruksi Dalam Pengerjaan).

Saya telah mendengarkan langsung laporan dan masukan dari para bupati dan pejabat setempat termasuk Kepala Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) maupun Unit di daerah sebagai catatan perbaikan dan penanganan,” ujar Irjen yang biasa dipanggil Tommy itu kepada Transmedia di Jakarta awal Mei lalu.

Menurut Tommy, ada proyek pelabuhan yang terhenti sama sekali alias tidak selesai dan ada juga yang pembangunannya sudah selesai tetapi tidak bisa dimanfaatkan. Proyek pelabuhan yang sudah jadi tetapi tidak bisa difungsikan sebagaimana seharusnya, umumnya terjadi karena tidak adanya akses jalan menuju pelabuhan. “Akses jalan tidak ada, padahal jarak pelabuhan ke jalan raya terdekat mencapai 52 kilometer lebih,” ungkapnya.

Kondisi tersebut menyebabkan pembangunan pelabuhan tidak bisa dioperasikan. Ketiadaan akses jalan terjadi karena kepala daerah setempat yang menjanjikan pembangunan jalan, keburu diganti melalui Pilkada. Kepala daerah penggantinya tidak memiliki prioritas untuk membangun akses jalan pendukung ke pelabuhan. Akibatnya, proyek pembangunan pelabuhan terbengkalai dan tidak terurus.

Hal serupa terjadi dengan pelabuhan-pelabuhan yang dibangun di atas lahan bermasalah. Ada banyak proyek pembangunan pelabuhan yang status tanahnya masih sengketa. Proses pembangunan tersendat karena gangguan masyarakat dan akhirnya berlarut-larut penanganannya hingga akhirnya berstatus KDP.

(11)

Langkah koordinasi lintas sektoral telah dilakukan baik dengan pemerintah daerah maupun dengan kementerian atau instansi terkait lain, seperti Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, gubernur, bupati, walikota, dan aparat keamanan.

Dalam inspeksi ke daerah-daerah, Irjen Kemenhub juga menemukan adanya pejabat pemerintahan yang kurang melakukan pengawasan secara intensif terhadap pelaksanaan pembangunan proyek dan hanya menyerahkan proses pembangunan sepenuhnya pada kontraktor. Ini menghasilkan output pembangunan

Data Itjen Kemenhub menyebutkan, pemerintah telah mengalokasikan dana APBN sekitar Rp 2,8 triliun untuk membangun pelabuhan-pelabuhan. Alokasi anggaran yang besar tersebut dikucurkan secara bertahap dari tahun ke tahun.

Kementerian Perhubungan kini tengah merancang ulang (redesign) fungsi dan sasaran pelabuhan yang sudah dibangun itu agar bisa dimanfaatkan. “Para pejabat perhubungan laut di daerah harus bisa menindaklanjuti hasil-hasil pembangunan dengan menjalin kerjasama dan koordinasi lintas instansi baik pemerintahan daerah, Dinas PUPR, aparat

keamanan, dan masyarakat setempat,

agar infrastruktur yang ada tidak terbengkalai,” kata Tommy.

Temuan Inspektorat Jenderal terkait pelabuhan KDP merupakan wujud keseriusan pemerintah menangani proyek-proyek pembangunan infrastruktur di seluruh wilayah Tanah Air. Ini dilakukan agar infrastruktur yang dibangun bisa mendatangkan kemanfaatan bagi masyarakat. Masyarakat di daerah membutuhkan prasarana transportasi yang memadai untuk menunjang kegiatan perdagangan dan perekonomian. Fungsi pelabuhan bagi daerah, cukup menentukan kelancaran distribusi logistik. Sinergi semua pihak mulai pemerintah pusat, pemerintah daerah (pemkab maupun pemprov), operator pelabuhan maupun pihak pelaksana proyek serta masyarakat

Pelabuhan Tahuna, Sulawesi Utara

Pelabuhan Tutukembong, Maluku

1

2 2

yang tidak sesuai harapan. Pihak kontraktor cenderung mengerjakan asal-asalan karena kurangnya pengawasan. Pemerintah berharap semua pihak terkait harus mematuhi aturan dan prosedur pembangunan infrastruktur yang sudah disepakati antara pihak pemerintah dan pelaksana proyek pembangunan. Tommy, meningatkan, sikap pejabat yang abai terhadap proses pengawasan pembangunan seperti itu menjadi salah satu sebab terbengkalainya infrastruktur yang dibangun. Ini tentu berpotensi merugikan negara karena dana pembangunan yang dialirkan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Indonesia (APBN) untuk proyek-proyek infrastruktur tersebut tidak tepat sasaran.

luas turut mempengaruhi keberhasilan pembangunan sistem transportasi dengan didukung prasarana yang baik. Redesign Pembangunan Pelabuhan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Agus Purnomo mengatakan upaya penanganan infrastruktur pelabuhan yang KDP tersebut telah dilakukan secara intensif. Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kemenhub telah menganggarkan dana untuk melanjutkan pembangunan delapan pelabuhan pada tahun 2018 ini. “Sekarang dalam tahap kajian apakah ini harus terus dilanjutkan seperti dulu atau harus di-redisign. Yang jelas tahun ini ada beberapa yang harus dilanjutkan, kita optimis semua semoga bisa dimanfaatkan secara maksimal,” ujarnya dalam konferensi pers, di Jakarta akhir April 2018 lalu. Sejumlah perbaikan oleh Kemenhub diharapkan bisa menghidupkan pelabuhan-pelabuhan KDP tersebut. Salah satu contohnya pengoperasian Pelabuhan di Kupang yang

diperuntukkan untuk kepentingan wisata.

Capaian Positif Pembangunan Pelabuhan

Selain penanganan pelabuhan KDP, Kementerian Perhubungan juga telah memiliki capaian positif terkait keberhasilan pengoperasian sejumlah

Data Itjen Kemenhub menyebutkan, pemerintah telah mengalokasikan

dana APBN sekitar

Rp 2,8 triliun

untuk membangun pelabuhan-pelabuhan tersebut. Alokasi anggaran

(12)

pelabuhan di beberapa tempat. Salah satunya Pelabuhan Matui di Halmahera Barat, Maluku Utara. Pelabuhan tersebut diresmikan pengoperasiannya oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut

Kementerian Perhubungan, R Agus H Purnomo pada Februari 2018 lalu.

Direktur Kepelabuhanan, Chandra Irawan mengungkapkan, pelabuhan yang terletak di desa Matui

Kecamatan Jailolo itu merupakan pelabuhan pengumpan regional yang memiliki dermaga kargo dengan kapasitas kapal sandar maksimal 1.000 DWT. Pembangunan Pelabuhan Matui menggunakan APBN dengan total Rp 31.399.250.000.

“Pelabuhan ini akan berperan sebagai pengumpan terhadap Pelabuhan Pengumpul dan Pelabuhan Utama dan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang dari/ke Pelabuhan Pengumpul dan/atau Pelabuhan Pengumpan lainnya,” urai Chandra yang mendampingi Dirjen

Perhubungan Laut Agus Purnomo di Matui Jailolo Maluku Utara.

Pelabuhan ini juga berperan melayani angkutan laut antar kabupaten/ kota dalam provinsi yang melayani penumpang dan barang antar kabupaten/kota.

Pelabuhan Matui ini merupakan wilayah kerja dari Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) Kelas III Jailolo yang memiliki panjang dermaga 70 m x 8 m, trestle 7 m x 6 m, causeway (45, 8 x 6) m2. “Diharapkan pelabuhan Matui dapat mendorong peningkatan konektivitas dan perekonomian Maluku Utara khususnya Halmahera Barat dan menunjang sektor pariwisata sekitarnya,” tutur Chandra.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menambahkan, beragam pembangunan pelabuhan yang sudah dilakukan Kementerian Perhubungan tersebut kini siap melayani masyarakat dalam mendistribusikan logistik dan mobilitas ekonomi setempat. Meski

beberapa pelabuhan lainnya, masih perlu penataan ulang agar KDP bisa bermanfaat serupa, peresmian dan pengoperasian pelabuhan yang sudah selesai dibangun diharapkan menunjang kegiatan perekonomian lokal secara lebih nyata. “Dengan ketersediaan prasarana pelabuhan yang memadai, masyarakat di daerah-daerah pinggiran bisa menikmati hasil-hasil pembangunan secara adil dan merata,” ujar Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di Jakarta akhir Mei lalu.

Di negara maritim dan kepulauan seperti Indonesia, pelabuhan sangat penting untuk transportasi penumpang dan barang antarpulau. Saat ini jumlah pelabuhan laut di Tanah Air mencapai 2.400 pelabuhan. Terkait investasi, pengembangan koneksi 2.400 pelabuhan melalui sistem tersebut membutuhkan anggaran sekitar Rp 206 triliun.

Sejak 2016, Kementerian

Perhubungan telah menyelesaikan pembangunan dan pengembangan

Papua Sarmi (Dalam proses lanjutan pembangunan, telah dianggarkan padaTA.2018)

DAFTAR 33 PELABUHAN YANG KDP DAN 1 PEMBANGUNAN KAPAL SN 54

Sumatera Barat 1. Tiram 2. Teluk Tapang 3. Barus 4. Tanjung Beringin 5. Pangkalan Dodek

Kepulauan Riau 1. Tanjung Berakit 2. Malarko (Telah dianggarkan pada TA.2018, untuk dilanjutkan/penyelesaian) 3. Dompak (Telah

dianggarkan pada TA.2018, untuk dilanjutkan/penyelesaian) 4. Mocoh (Telah

dianggarkan pada TA.2018, untuk dilanjutkan/penyelesaian)

Kalimantan Tengah Batanjung

Kalimantan Timur 1. Palaran 2. Mantaritip 3. Penajam Paser 4. Sangatta (Dalam

proses lanjutan pembangunan, telah dianggarkan pada TA.2018) 5. Kuala Samboja Kalimatan

Utara Sesayap

Kalimatan Selatan

1. Marabatuan (Telah dianggarkan pada TA.2018 untuk dilanjutkan/ penyelesaian)

2. Matasiri (Telah dianggarkan pada TA.2018, untuk dilanjutkan/ penyelesaian)

3. Serongga

4. Sebuku (Dalam proses lanjutan pembangunan, telah dianggarkan pada TA.2018)

(13)

Pelabuhan Mempawah

Lokasi di Mempawah, Kalimantan Barat Total Investasi : Rp 19,43 Miliar (2005 s.d. 2008)

Pelabuhan Batanjung

Lokasi di Batanjung, Kalimantan Tengah Total Investasi : Rp 233,50 Miliar (2011 s.d. 2017)

Pelabuhan Palaran

Lokasi di Palaran, Kalimantan Timur Total Investasi : Rp 50,20 Miliar (2013 s.d. 2014)

Pelabuhan Mantaritip

Lokasi di Tanjung Redep, Kalimantan Timur Total Investasi : Rp 96,00 Miliar (2009 s.d. 2014)

Pelabuhan Penajam Paser

Lokasi di Penajam Paser, Kalimantan Timur Total Investasi : Rp 105,96 Miliar (2009 s.d. 2013)

Pelabuhan Sangatta

Lokasi di Sangatta, Kalimantan Timur Total Investasi : Rp 110,73 Miliar (2013 s.d. 2016)

Pelabuhan Kuala Samboja

Lokasi di Samboja, Kalimantan Timur Total Investasi : Rp 262,00 Miliar (2009 s.d. 2015)

Pelabuhan Sesayap

Lokasi di Sesayap, Kalimantan Utara Total Investasi : Rp 30,55 Miliar (2011 s.d. 2015)

Pelabuhan Marabatuan

Lokasi di Marabatuan, Kalimantan Utara Total Investasi : Rp 54,38 Miliar (2010 s.d. 2013)

Pelabuhan Matasiri

Lokasi di Matasiri, Kalimantan Timur Total Investasi : Rp 58,39 Miliar (2012 s.d. 2013)

Pelabuhan Serongga

Lokasi di Serongga, Kalimantan Selatan Total Investasi : Rp 40,00 Miliar (2008 s.d. 2011)

Pelabuhan Kuala Samboja

Lokasi di Samboja, Kalimantan Timur

Total Investasi : Rp 262,00 Miliar (2009 s.d. 2015)

Pelabuhan Sesayap

Lokasi di Sesayap, Kalimantan Utara Total Investasi : Rp 30,55 Miliar (2011 s.d. 2015)

Pelabuhan Marabatuan

Lokasi di Marabatuan, Kalimantan Utara Total Investasi : Rp 54,38 Miliar (2010 s.d. 2013)

Pelabuhan Matasiri

Lokasi di Matasiri, Kalimantan Timur Total Investasi : Rp 58,39 Miliar (2012 s.d. 2013)

Pelabuhan Serongga

Lokasi di Serongga, Kalimantan Selatan Total Investasi : Rp 40,00 Miliar (2008 s.d. 2011)

Pelabuhan Pangkalan Dodek

Lokasi di Pangkalan Dodek, Sumatera Utara Total Investasi : Rp 58,39 Miliar (selesai Th. 2015)

Pelabuhan Tanjung Berakit

Lokasi di Bintan, Kepulauan Riau

Total Investasi : Rp 87,68 Miliar (2008 s.d. 2013)

Pelabuhan Malarko

Lokasi di Tanjung Balai Karimun, Kep. Riau Total Investasi : Rp 249,64 Miliar (2008 s.d. 2013)

Pelabuhan Dompak

Lokasi di Tanjung Pinang, Kep. Riau

Total Investasi : Rp 121,00 Miliar (2010 s.d. 2015)

Pelabuhan Mocoh

Lokasi di Tanjung Pinang, Kep. Riau

Total Investasi : Rp 117,50 Miliar (2010 s.d. 2015)

Pelabuhan Yos Sudarso

Lokasi di Ambon, Maluku

Total Investasi : Rp 97,00 Miliar (2011 s.d. 2014)

Pelabuhan Batu Merah

Lokasi di Ambon, Maluku

Total Investasi : Rp 7,01 Miliar (selesai Th. 2014)

Pelabuhan Sarmi

Lokasi di Sarmi, Papua

Total Investasi : Rp 65,30 Miliar (2010 s.d. 2015)

Pelabuhan Watunohu

Lokasi di Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara Total Investasi : Rp 16,90 Miliar (2015 s.d. 2016)

Pelabuhan Pota

Lokasi di Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur Total Investasi : Rp 35,46 Miliar (2014 s.d. 2015)

Pelabuhan Dorume

Lokasi di Halmahera Utara, Maluku Utara Total Investasi : Rp 36,13 Miliar (2014 s.d. 2015)

Pelabuhan Air Buaya

Lokasi di Buru, Maluku

Total Investasi : Rp 38,31 Miliar (2010 s.d. 2012)

Pelabuhan Nunbaun Sabu

Lokasi di Kupang, Nusa Tenggara Timur Total Investasi : Rp 50,20 Miliar (2011 s.d. 2013)

Pembangunan Kapal SN 54

Satker Peningkatan Keselamatan Lalu Lintas Angkutan Laut Pusat Total Investasi : Rp 12,29 Miliar (2014)

LOKASI PROYEK PEMBANGUNAN DALAM STATUS KDP

Menteri Perhubungan

Budi Karya Sumadi

menambahkan,

beragam pembangunan

pelabuhan yang sudah

dilakukan Kementerian

Perhubungan tersebut kini

siap melayani masyarakat

dalam mendistribusikan

logistik dan mobilitas

ekonomi setempat.

91 pelabuhan yang tersebar di 17

Provinsi di Indonesia. Dari total 91 pelabuhan tersebut, 80 pelabuhan dibangun di wilayah timur Indonesia, sedangkan sisanya 11 pelabuhan dibangun di wilayah barat Indonesia. Beberapa fasilitas pelabuhan yang dibangun pada masing-masing pelabuhan dimaksud antara lain berupa pembanguan demaga, trestle, causeway, reklamasi, fasilitas darat, terminal penumpang, gedung kantor, gudang, dan fasilitas lainya. Fasilitas pelabuhan tersebut sebagian besar mampu disinggahi kapal berukuran 1.000 DWT, namun ada juga yang dapat disinggahi oleh kapal yang berukuran sampai dengan 15.000 GT seperti di Pelabuhan Bau-Bau. Selain itu, kebanyakan pelabuhan yang dibangun ini dapat melayani angkutan laut perintis hingga ke wilayah terpencil, terluar, dan terdepan. Pemerintah berharap dengan adanya fasilitas pelabuhan yang telah dibangun ini masyarakat akan

mendapatkan akses transportasi yang lebih mudah untuk melakukan aktifitas dan mobilisasi sehingga mampu menggerakkan perekonomian serta menekan disparitas harga antardaerah yang masih tinggi. Peningkatan jumlah pelabuhan yang telah dibangun tentu berpengaruh positif pada pelayanan distribusi logistik antarwilayah.

(14)

NO KEGIATAN VOLUME / PAKET RUPIAH

1 Cluster I

- Pelabuhan Laut Letung 1 106,1 Miliar

- Pelabuhan Laut Tanjung Buton 1 224,9 Miliar

2 Cluster II

Pelabuhan Laut Taddan 1 278,7 Miliar

Pelabuhan Laut Keramaian 1 126,1 Miliar

3 Cluster III

Pelabuhan Laut Banggae/ Majene 1 77 Miliar

Pelabuhan Laut Belang-Belang 1 221,5 Miliar

Pelabuhan Laut Poopongan 1 29,2 Miliar

4 Cluster IV

Pelabuhan Laut Dawi-Dawi/Pomalaa 1 88,8 Miliar

Pelabuhan Laut Batu Atas 1 55,3 Miliar

Pelabuhan Laut Lakara 1 129 Miliar

5 Cluster V

Pelabuhan Laut Pulau Batutua 1 152,8 Miliar

6 Cluster VI

Pelabuhan Laut Waren 1 143,6 Miliar

TOTAL 12 1,633 Triliun

REKAPITULASI PELABUHAN YANG SIAP DIMANFAATKAN TAHUN 2018

LOKASI PELABUHAN YANG SIAP DIMANFAATKAN TAHUN 2018

BANGGAE/MAJENE

AMBO

BELANG-BELANG

RENCANA PERESMIAN TAHAP I

RENCANA PERESMIAN TAHAP II

POMPONGAN

TJ. SILOPO/POLEWALI

NGALIPAENG

YABA

DAMA

WAREN

KROING TANIWEL

LARAKA BATUTUA BATU ATAS

EREKE

MAUROLE KOITITI

LETUNG

TANJUNG BUTON

KUALA MENDAHARA

SEBESI

TADDAN

KERAMAIAN

SAILUS

DAWI-DAWI

BAING LINAU

BINTUHAN

MIDAI

Pembangunan Pelabuhan Watunonggu yang dibangun sejak 1993, tidak memungkinkan lagi untuk dilanjutkan. Wilayah perairan di sekitar dermaga sudah dikelilingi gundukan pasir yang membentang dan tidak memungkinkan dilakukan pengerukan. Pemkab tidak setuju pembangunan pelabuhan dipaksakan kembali di lokasi yang sama.

Pada Maret 2015 lalu, Bupati Rusda Mahmud sudah mengirim surat kepada Menteri Perhubungan cq Dirjen Perhubungan Laut tentang usulan opsi lokasi pembangunan di Lasusua, Kecamatan Katoi, atau Olo-Oloho, di Kecamatan Pakue. Keduanya, masuk Kabupaten Kolaka Utara. Pertimbangannya, dua lokasi itu berada pada Rencana Induk Pelabuhan Nasional

yang ditetapkan Kemenhub pada 2013, dan memiliki area belakang yang kosong dan luas untuk pengembangan pelabuhan. Alasan lainnya, aktivitas kapal mudah keluar masuk (bergerak / bermanuver dan bertambat), bongkar muat, serta reparasi.

(15)

Pelabuhan Galela, Maluku Utara

Pelabuhan Papela, Pulau Rote, NTT

3

4

3

4 mendistribusikan hasil-hasil produksi

masyarakat. Saat ini barang-barang hasil bumi Kolaka Utara diangkut melalui kapal feri yang menjadi tulangpunggung transportasi perairan setempat. “Masyarakat memanfaatkan feri penyeberangan ini untuk

muatan penumpang dan muatan barang. Ini tentu membahayakan keselamatan. Oleh karena itu, langkah Kemenhub yang akan menindaklanjuti pembangunan pelabuhan, tentu dapat membantu perekonomian masyarakat,” tandas Bupati Kolaka Utara Rosda Mahmud.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menambahkan pembangunan pelabuhan dan pengadaan kapal perintis merupakan salah satu fokus pembangunan pada 2018. “Pengembangan pelabuhan dan kapal perintis dilakukan untuk meningkatkan pelayanan kelancaran distribusi barang dan mobilitas manusia serta menunjang dan mengembangkan program tol laut,” jelas Budi Karya di Jakarta pada awal 2018 lalu.(*)

No. Provinsi Jumlah Pelabuhan Nama Pelabuhan

1. Aceh 2 Pelabuhan Singkil dan Calang

2. Sumatera Utara 3 Pelabuhan Barus, Tanjung Tiram dan Sirombu

3. Sumatera Barat 1 Pelabuhan Tua Pejat

4. Bangka Belitung 1 Pelabuhan Sadai

5. Jawa Timur 2 Pelabuhan Panarukan dan Sapeken

6. Nusa Tenggara Timur 15 Pelabuhan Papela, Lamakera, Waiwerang, Terong, Komodo, Wuring, Palue, Ba’a, Naikliu, Maurole, Kolbano, Kendidi Reo, Pota, Atapupu dan Larantuka

7. Kalimanatan Barat 1 Pelabuhan Sukadana

8. Kalimantan Tengah 1 Pelabuhan Kuala Jelai

9. Sulawesi Utara 21

Pelabuhan Kakarotan, Manitingting, Torosik, Tanjung Sidupa, Matutuang, Makalehi, Sawang, Dapalan, Essang, Para, Marampit, Petta, Kawaluso, Lipang, Bukide, Kahakitang, Kalama, Tahuna, Buhias, Amurang dan Kawio

10. Gorontalo 1 Pelabuhan Bumbulan

11. Sulawesi Barat 2 Pelabuhan Budong-budong dan Pasang Kayu

12. Sulawesi Tengah 7 Pelabuhan Moutong, Parigi, Bungku, Teluk Malala, Ogoamas, Mantangisi dan Una-una

13. Sulawesi Selatan 4 Pelabuhan Balang Lompo, Sapuka, Maccini Baji dan Kalukalukuang

14. Sulawesi Tenggara 7 Pelabuhan Maligano, Wanci, Bungkutoko, Molawe, Bau-bau, Batu Atas dan Langara

15. Maluku 11 Pelabuhan Batu Merah, Upisera, Lirang, Seira, Marsela, Wolu, Adault, Damar, Tutu Kembong, Wonreli dan Pulau Teor

16. Maluku Utara 11 Pelabuhan Galela, Tobelo, Sopi, Subaim, Busua, Bobong, Falabisahaya, Gita, Kedi, Pelita dan Saketa

17. Papua Barat 1 Pelabuhan Wasior

TOTAL 91 Pelabuhan

(16)

K

emenhub perlu meninjau ulang semua proyek tersebut karena keterbatasan anggaran yang dialokasikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Indonesia (ABPN). Skema pendanaan proyek, baik yang didanai negara lewat APBN, skema kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU), maupun pendanaan penuh dari investor swasta, menjadi pertimbangan pengerjaan proyek yang membutuhkan dana besar.

Pemerintah telah melakukan beberapa perubahan dalam skema pendanaan pembangunan infrastruktur transportasi. Sebagai contoh, pendanaan proyek light rail transit Jabodetabek yang melibatkan sejumah stakeholder baik BUMN maupun swasta. Pemerintah akan fokus pada kualitas proyek yang dikerjakan, bukan semata menggenjot kuantitas. Pertimbangan pada asepek keselamatan dalam mengerjakan pembangunan menjadi salah satu alasan yang tidak bisa diabaikan.

Zulfikri menyebutkan proyek yang belum berjalan sebisa mungkin melibatkan skema Kerjasama

Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). “Proyek-proyek KPBU itu umumnya Kaltim, Kalteng, Sumsel,” paparnya.

Berdasarkan data Ditjen

Perkeretaapian 2017 lalu, sedikitnya ada tiga proyek besar yang diprakarsa swasta, yakni proyek kereta Muara Enim--Pulau Baai (Bengkulu), proyek kereta Purukcahu--Bangkuang (Kalimantan Tengah), dan proyek kereta api Kalimantan Timur. Semua proyek pembangunan kereta api memang membutuhkan waktu yang tidak bisa cepat seperti pembangunan infrastruktur lainnya.

PRIORITAS

PEMBANGUNAN

JALUR KA DAN

BANDARA

Kementerian Perhubungan kini juga tengah melakukan

evaluasi terhadap proyek strategis nasional di sektor kereta

api. Evaluasi dinilai perlu agar proyek-proyek tersebut

berjalan sesuai harapan. Target pemerintah mengerjakan 23

Proyek Strategis Nasional (PSN) di sektor kereta api cukup

menjanjikan. “Pemerintah harus realistis dalam menggarap

proyek-proyek kereta api mulai dari Aceh, Jawa, Kalimantan

hingga Sulawesi. Dari 23 proyek PSN itu, akan dipilah

mana yang bisa dipercepat, dan mana yang bisa digeser

pengerjaannya,” ujar Dirjen Perkeretaapian Kementerian

Perhubungan Zulfikri di Jakarta belum lama ini.

(17)

Senada dengan Zulfikri, Ketua Forum Transportasi Perkeretaapian MTI Aditya Dwi Laksana mengakui proyek berbasis rel memang tidak mudah diwujudkan dalam waktu cepat. Proyek Kereta Bandara Soekarno Hatta memerlukan waktu hingga 6 tahun meski jalur baru yang dibuat hanya 12,6 km. Mega proyek kereta api di Kalimantan saat ini juga perlu perhatian khusus, begitupun dengan proyek KA Cepat Jakarta-Bandung yang baru mencatat pembebasan lahan 54%.

Aditya berpendapat sebaiknya pemerintah tidak mematok target yang terlampau tinggi dalam pengerjaan proyek berbasis rel ini mengingat dari data yang ada, proyek berbasis rel adalah yang berjalan paling lambat di antara sektor lain di bidang transportasi. “Hanya 7 proyek yang sudah memulai konstruksi sedangkan 16 lainnya stagnan,” ungkapnya.

Salah satu faktor penyebab dari persoalan tersebut adalah dari ketersediaan dana yang tidak

memadai dan kendala pembebasan lahan. Hal serupa terjadi pada pengerjaan proyek kereta api Trans Sulawesi sudah dimulai sejak 2014 lalu.

Hingga Januari 2018 lalu,

pemerintah hanya akan melanjutkan menyelesaikan rute Barru-Palanro sepanjang 44 kilometer pada Oktober mendatang dari total panjang jalur KA Makassar - Pare-pare yang mencapai 150 km. Pemerintah kini terus mencari cara agar persoalan pendanaan segera teratasi. Keterlibatan pihak swasta atau investor sangat diperlukan. Hingga Mei 2018 lalu, progres fisik pengerjaan tahap pertama kereta Trans Sulawesi rute Barru – Parepare di Sulawesi Selatan telah mencapai 82,83 persen dari target panjang rel 44 kilometer. Sejauh ini 16 kilometer rel telah rampung, 27 kilometer dalam pengerjaan, dan 4,6 kilometer dalam tahap pembebasan lahan. Pemerintah optimistis target pembangunan pada 2018 ini tercapai dan diharapkan pada Bulan Oktober nanti, rel sepanjang 44 kilometer ini sudah dapat digunakan.

Pejabat (Pj) Gubernur Sulsel Soni Sumarsono mengatakan pembangunan jalur kereta memang membutuhkan waktu lama, khususnya terkait pembebasan lahan. “Kalau lahannya sudah selesai, secara keseluruhan tinggal konstruksi,” ujar Soni.

Kelanjutan proyek kereta Trans Sulawesi Makassar-Parepare yang secara total sepanjang 145 kilometer ini, akan dilakukan melalui skema KPBU. Saat ini Kementerian Perhubungan tengah melakukan lelang untuk investor yang tertarik menyelesaikan proyek tersebut. Sumarsono menambahkan keberadaan kereta bisa menjadi pendorong sektor ekonomi di Sulsel. Salah satunya mempersingkat waktu tempuh, misalnya dari Makassar ke Barru dari 3 jam menjadi 1 jam. Meski diakui proyek Kereta Api Trans Sulawesi minim progres, namun pemerintah optimistis segala persoalan di lapangan bisa diselesaikan. Setidaknya pada Oktober 2018, sudah bisa dilakukan uji coba sesuai standar kelayakan ukuran kereta api, utamanya untuk rute Makassar-Parepare.

Hingga Mei 2018 lalu, progres fisik pengerjaan tahap pertama

kereta Trans Sulawesi rute Barru – Parepare di Sulawesi

Selatan telah mencapai

82,83 persen

dari target panjang rel

44 kilometer.

Proyek pembangunan rel kereta api trans Sulawesi.

Proyek pembangunan rel rute Barru-Palanro Sulawesi.

1

2

(18)

Dengan adanya Proyek Kereta Api Trans Sulawesi diharapkan dapat menciptakan banyak peluang baru, salah satunya daya serap tenaga kerja.

Bupati Barru Suardi Saleh mengungkapkan ada beberapa lahan yang belum dibebaskan, yakni di sekitar Pelabuhan Garongkong. Prosesnya memang lambat karena baru selesai penetapan lokasi. “Lahannya sudah 84 persen yang selesai, kita targetkan tahun 2018 ini selesai semua. Untuk anggaran lahannya sudah tersedia Rp 200 miliar dan untuk fisik tahun ini sekitar Rp 1,4 triliun, yang sudah cair sekitar 75 persen,” kata Suardi. Pemkab juga sudah menyiapkan SDM yang dibutuhkan untuk mendukung operasional KA.

Mempercepat Pengoperasian Rute KA Sumatera Utara

Selain jalur KA Trans Sulawesi, Kementerian Perhubungan kini terus melakukan upaya percepatan penyelesaian pembangunan jalur rel Medan – Langkat di Sumatera Utara. Jalur ini merupakan rangkaian jalur kereta api yang menghubungkan Medan menuju Provinsi Aceh. Jalur ini nantinya akan bergabung dengan jalur kereta api dari Aceh hingga ke Lampung. 

Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Sumatera Bagian Utara, Amanna Gappa, mengatakan, pada 2018 ini pemerintah juga akan meresmikan pengoperasian tiga jalur KA yang sudah selesai pembangunannya. Pengoperasian jalur KA Bandar Tinggi – Kuala Tanjung diperkirakan akan

dioperasikan lebih awal dibandingkan dua jalur lain yakni, Binjai – Besitang dan KA Bandara rute Kota Medan menuju Bandara Kualanamu.

Pengoperasian rute Binjai – Besiktang merupakan kelanjutan dari jalur Medan Binjai yang sudah dioperasikan terlebih dulu. Pengoperasian jalur

KA Binjai - Besitang menurutnya, akan membuka peluang keterlibatan investor dalam bidang perkeretaapian, khususnya pada industri angkutan barang.

Pengerjaan jalur kereta api sepanjang 80 kilometer dari stasiun besar kereta api Medan menuju Besitang akan dilanjutkan dengan pembangunan

jalur Besitang menuju Langsa (Aceh). Dengan terhubungnya rute itu, maka jalur rel ini merupakan rute yang akan menghubungkan Aceh, Medan hingga berlanjut ke Palembang dan Lampung. “Sesuai masterplan, jalur KA Trans Sumatera memang akan melewati Besitang – Medan ini,” ujar Gappa kepada Transmedia di Medan, awal Mei 2018 lalu.

Proyek pembangunan rel ganda kereta api Sumatera Selatan.

Jalur kereta api trans Medan - Kualanamu.

Reaktivasi real kereta api Medan - Aceh

3

3

4

4

(19)

Rencana pengoperasian jalur rel KA dari Bandar Tinggi – Kuala Tanjung diperkirakan akan diresmikan pada pertengahan 2018 ini. Pengoperasian KA Barang yang diharapkan bisa menunjang aktivitas ekonomi Sei Mangke ini awalnya menghadapi persoalan lahan di dalam pelabuhan Kuala Tanjung. Ada klaim terkait kepemilikan lahan di lokasi dalam dermaga Kuala Tanjung yang bersinggungan dengan jalur rel. Namun, persoalan tersebut kini telah selesai penanganannya berkat koordinasi lintas sektoral. “Target peresmian operasional KA Barang rute Bandar Tinggi – Kuala Tanjung ini diharapkan dalam waktu dekat ini,” ungkap Gappa.

Peresmian operasional KA Barang rute Bandar Tinggi-Kuala Tanjung ini ditargetkan dapat dilakukan dalam waktu dekat ini,” ungkap Gappa. Pengoperasian rute KA ini diharapkan dapat menunjang kegiatan kawasan ekonomi khusus Sei Mangke. Reaktivasi Rute Ambarawa - Kedungjati

Penyelesaian proyek pembangunan perkeretapian nasional tidak hanya mencakup wilayah Sumatera dan Sulawesi, tapi juga Jawa. Pemerintah terus mengupayakan rencana reaktivasi rute Ambarawa - Kedungjati bisa terealisasi.

Langkah mempercepat

pengoperasian jalur KA Ambarawa – Kedungjati di Jawa Tengah menjadi salah satu prioritas pemerinah saat ini. Kementerian Perhubungan terus melakukan koordinasi lintas sektoral khususnya dengan Pemkab setempat agar kelanjutan proyek reaktivasi jalur KA Ambarawa – Tuntang – Kedungjati sepanjang 37 km tidak terbengkalai. Dengan beroperasinya jalur itu, warga sekitar akan dimudahkan dalam mobilitas dan kegiatan perekonomian mereka tanpa mengandalkan angkutan bus semata.

Reaktivasi jalur KA ini telah menjadi kesepakatan Pemprov Jateng, Ditjen Perkeretaapian dan PT KAI untuk dihidupkan kembali. Dalam kesepakatan, Pemprov Jateng bertanggungjawab atas upaya pembebasan lahan.

Penyusunan jalur rel KA Tuntang – Kedungjati tetap akan diteruskan meski prioritas pemerintah saat ini difokuskan pada proyek jalur selatan Jawa. Saat ini jalur selatan menjadi proyek strategis nasional. Pada 2018 ini, pemerintah akan melakukan kajian ulang terkait kebutuhan terbaru program reaktivasi Kedungjati -Tuntang.

Dirjen Perkeretaapian Zulfikri memperkirakan butuh waktu

dua hingga tiga tahun untuk menyelesaikan proyek reaktivasi secara bertahap. Kemenhub akan terus berkoordinasi dengan PT KAI agar pengembangan jalur KA ini cepat selesai.

Selain Tuntang-Kedungjati,

pemerintah daerah juga mengusulkan reaktivasi Stasiun Tawang - Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Jalur Purwokerto - Wonosobo juga masuk rencana reaktivasi. Namun, saat ini proyek itu baru masuk studi kelayakan.

Peneliti dari Laboratorium Transportasi Program Studi Teknik Sipil Unika Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno, mengatakan reaktivasi jalur Kedungjati-Tuntang sepanjang 30 km dilakukan sejak tahun 2014. Sudah banyak anggaran yang dikucurkan untuk mengaktifkan jalur ini. “Tubuh jaringan jalan sudah selesai disiapkan dan kita berharap pembangunan tidak terhenti di tengah jalan,” kata dia. 

Pemerintah lanjutnya, perlu menetapkan skala prioritas pembangunan jalur rel di seluruh wilayah Indonesia, agar terjadi pemerataan pembangunan. Jalur KA Kedungjati – Tuntang dinilai strategis untuk pengembangan kawasan wisata Borobudur.

Selain jalur

KA Trans Sulawesi,

Kementerian

Perhubungan kini

terus melakukan

upaya percepatan

penyelesaian

pembangunan jalur

rel Medan – Langkat

di Sumatera Utara.

(20)

Menurut Djoko, pemerintah yang saat ini gencar melakukan pembangunan jalur ganda KA Bogor - Sukabumi, seharusnya diimbangi dengan pembangunan yang sama pada jalur KA Kedungjati - Tuntang, di Jawa Tengah ini. Pembangunan jalur KA itu hanya membutuhkan anggaran sekitar Rp 4,8 triliun, setengah dari biaya pembangunan Tol Bawean-Yogyakarta yang mencapai

Rp 10,8 triliun. Begitupun dengan pembangun rel ganda Bogor-Sukabumi yang membutuhkan dana cukup besar. Upaya mengaktifkan jalur rel Kedungjati-Tuntang hingga Yogyakarta dapat menyelamatkan lingkungan dan menunjang perekonomian setempat. Penanganan Infrastruktur Bandara-Bandara KDP dan Baru

Selain prasarana perkeretaapian, pemerintah juga terus mengupayakan penyelesaian proyek pembangunan yang berstatus KDP di sektor udara. Langkah ini dilakuikan, salah satunya dengan reaktivasi sejumlah bandara di beberapa daerah. Penetapan skala prioritas menjadi pilihan pembangunan meski target penyelesaian

pembangunan bandara bisa molor. Salah satu upaya reaktivasi bandara kini tengah dilakukan Pemprov DKI

Jakarta. Pemprov berencana melanjutkan pembangunan Bandara Pulau Panjang, Kepulauan Seribu, yang selama ini tergolong KDP. Selain bandara, rencananya, revitalisasi pembangunan itu akan dilakukan pada Pelabuhan Pulau Panjang. “Kita ingin melihat revitalisasi daripada rencana membangun airport dan pelabuhan di Pulau Panjang,” kata Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Akhir 2017 lalu. Rencananya, landasan bandara tersebut akan diperpanjang hingga 1.300 meter dari landasan awal, yakni 900 meter. Tujuannya supaya bandara tersebut juga dapat mengakomodasi pesawat-pesawat besar. “Pesawat besar bisa membawa wisatawan ke Kepulauan Seribu dalam jumlah banyak pula,” ujarnya. Sebelumnya, pada masa

kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat, pembangunan Bandara Pulau Panjang akan diserahkan kepada pihak swasta yang memenangi tender.  Bandara Pulau Panjang berdiri sejak 1973. Namun bandara ini terakhir kali digunakan untuk pendaratan pesawat komersial pada 1997.

Tak hanya di DKI Jakarta, pembangunan bandara juga tengah dilakukan di Purbalingga, Jawa Tengah. Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan dimulainya pengerjaan konstruksi pengembangan Bandara Jenderal Besar Soedirman, Kabupaten Purbalingga pada 23 April 2018. Bandara yang ditargetkan rampung pada akhir 2019 ini diharapkan memunculkan titik-titik pertumbuhan ekonomi baru di Purbalingga dan sekitarnya.

Presiden menjelaskan, di Jawa Tengah bagian selatan dan barat, belum ada bandara yang cukup memadai untuk melayani pergerakan masyarakat. Karenanya, pemerintah menginisiasi pengembangan Bandara Jenderal Besar Soedirman yang semula

berstatus pangkalan udara milik TNI AU. Pembangunan Bandara Jenderal Besar Soedirman akan dibagi dalam dua tahap. Tahap 1 berupa pembangunan landasan 1.600 m yang ditargetkan selesai pada akhir 2019. Sedangkan tahap 2 berupa perpanjangan landasan hingga 2.500 m.

“Kita harapkan ini nanti juga dibangun terminal seluas 3.000 m2 akan bisa menampung 300.000 penumpang dalam setahun dan kita harapkan Pengembangan Bandara Jenderal

Besar Soedirman yang semula berstatus pangkalan udara milik TNI AU. Pembangunan Bandara Jenderal Besar Soedirman akan dibagi dalam dua tahap. Tahap 1 berupa pembangunan landasan

1.600 m

yang ditargetkan selesai pada akhir 2019. Sedangkan tahap 2 berupa

perpanjangan landasan hingga

2.500 m.

(21)

bandara selesai akhir tahun 2019,” imbuh Jokowi.

Pembangunan bandara ini tidak hanya memberikan manfaat untuk Kabupaten Purbalingga tetapi juga delapan kabupaten/kota di antaranya, Banjarnegara, Kebumen, Banyumas, Pemalang, Tegal, Brebes, Kota Tegal, dan Wonosobo.

Dengan hadirnya bandara yang menempati lahan seluas 115 ha ini diharapkan muncul titik-titik pertumbuhan ekonomi baru di Purbalingga dan sekitarnya. “Di sini sudah ada investasi yang semua orientasi ekspor. Ada industri bulu mata yang terbesar dan mampu menyerap kurang lebih 60.000 tenaga kerja. Dengan adanya bandara ini maka arus investasi di bidang lain bisa berkembang lebih besar lagi,” terang Presiden.

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengungkapkan, pengerjaan konstruksi bandara ini dimulai pada 2018. Pengembangan Bandara Jenderal Besar Soedirman lanjutnya, dapat terwujud melalui kerja sama pemerintah pusat, TNI, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Pemerintah Kabupaten Purbalingga, dan PT Angkasa Pura (AP) II.

“Pengerjaan konstruksi bandara ini dikerjakan oleh AP II dengan dana mereka juga. Nantinya bandara ini juga dikelola oleh AP II,” papar Menhub.

Pengembangan Infrastruktur Airstrip di Bintan Kepri

Selain di Purbalingga, pemerintah juga merencanakan peresmian pembangunan lapangan terbang (airstrip) Tambelan yang dibangun dengan dana APBN, di Kecamatan Tambelan, Kepulauan Riau. Saat ini, perkembangan pembangunan Bandara Tambelan masih dalam tahap pematangan lahan. Pembangunan ditujukan kepada pematangan konstruksi runway

sepanjang kurang lebih 1.800 meter dan pengerukan bukit Badak Tambelan. Pada tahun 2017 lalu pembangunan terminal bandara sudah mulai pengerjaan. Konstruksi

runway pesawat sudah ditingkatkan dan untuk pengaspalannya akan dilanjutkan di Tahun Anggaran 2018 ini. Pembangunan bandara airstrip ini beriringan dengan pembangunan pelabuhan penyeberangan kapal

Roll on Roll off (RoRo) di Tambelan. Pelabuhan yang sudah selesai dibangun pada 2016 lalu itu akan melengkapi ketersediaan sarana dan prasarana transportasi di Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau.

Beragam pembangunan infrastruktur transportasi baik pelabuhan laut, pelabuhan penyeberangan, bandara serta jalur rel KA di beberapa daerah membutuhkan langkah tindak lanjut agar terus memberi manfaat kepada masyarakat. Pemerintah telah melakukan koordinasi lintas sektoral dan penetapan prioritas pembangunan agar anggaran yang terbatas dari APBN bisa dioptimalkan kemanfaatannya. Pemerintah juga telah membuka peluang investor swasta untuk Terlibat dalam proses pembangunan. Keterlibatan mereka dalam pembangunan infrastruktur transportasi, diharapkan mampu memberi solusi atas persoalan keterbatasan dana pembangunan. Alokasi APBN menurut Menteri Perhubungan masih jauh dari cukup. Dari kebutuhan pendanaan infrastruktur transportasi yang mencapai Rp 1.233 triliun, hanya 30 persen saja yang disediakan APBN. (*)

Stasiun Kedungjati, Jawa Tengah

Bandara Jenderal Besar Soedirman, Kabupaten Purbalingga

6

7

(22)

S

ejumlah pelabuhan laut, pelabuhan penyeberangan dan jalur rel yang KDP, tengah dilakukan pengkajian untuk ditindaklanjuti dengan proses pembangunan lanjutan atau dialihfungsikan penggunaannya. Bagaimana bentuk penanganan masing-masing infrastruktur tersebut?

Berikut petikan wawancara Transmedia (TM) dengan Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan Wahju Satrio Utomo (WSU) di Kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta, Pertengahan Mei 2018 lalu.

Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan Wahju Satrio Utomo

Wawancara Inspektur

Jenderal Kementerian

Perhubungan

Wahju Satrio

Utomo

“AGAR

BERMANFAAT

BAGI

MASYARAKAT”

Penanganan Pelabuhan yang

tergolong dalam kategori

Konstruksi Dalam Pengerjaan

(KDP) terus dilakukan

pemerintah. Kementerian

Perhubungan hingga kini telah

mendata jumlah infrastruktur

perhubungan yang telah

selesai pembangunannya dan

menunggu pengoperasian.

TM : Bagaimana

penanganan infrastruktur perhubungan yang hingga kini masih berstatus Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP) tersebut?

WSU : Awalnya saya mendapat amanah untuk melakukan pengawasan atau review

(23)

Sedikitnya ada

33 pelabuhan.

Ada empat dan

lima yang siap

dialihfungsikan

menjadi pelabuhan

wisata atau pusat

pusat kuliner dan

sejenisnya. Dari

33 pelabuhan laut

itu itu anggaran

APBN mencapai

2,8 triliun.

itu, maka kementerian perlu melakukan perbaikan tata kelola khususnya dalam proses pengerjaan dan pemanfaatan hasil-hasil pembangunan insfrastruktur termasuk pelabuhan. Ini menjadi dasar untuk melakukan pengawasan ke lapangan selama enam bulan untuk turun ke lapangan secara langsung. Dari situlah, kami mendatangi seluruh proyek-proyek pembangunan yang KDP.

Penanganan terhadap persoalan itu tentunya harus dilakukan dengan bertemu dengan pejabat di daerah secara langsung. Ini untuk mengetahui apakah prasarana yang ada memang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat dan jika ada manfaatnya maka kita bisa melanjutkannya. Kegiatan ke lapangan ini juga untuk mengetahui bagaimana kondisi pembangunan

hinterland pelabuhan yang direncanakan dan bagaimana kelengkapan dokumen serta

memastikan sasaran pembangunan yang dikerjakan. Semua itu harus dipastikan rencana dan tujuan awal proyek tersebut, sehingga solusi atas persoalan yang terjadi bisa ditentukan.

TM : Apa saja temuan yang menjadi prioritas penanganan pemerintah?

WSU : Ada banyak hal yang bisa kita ungkapkan, baik mencakup hubungan pemerintah pusat dengan daerah serta apa kondisi-kondisi yang menghambat terselenggaranya

operasionalisasi pelabuhan yang sudah selesai pembangunannya.

Memang ada beberapa infrastruktur terutama pelabuhan yang mengalami

perubahan kondisi karena faktor alam. Seperti terjadinya pendangkalan, dan kerusakan

fasilitas bangunan akibat lamanya waktu pengerjaan. Juga karena faktor lainnya, seperti kurangnya koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah, serta perubahan kebijakan dari pemerintahan setempat yang tidak menyediakan akses jalan setelah pilkada. Jadi memang ada banyak faktornya.

Namun, yang perlu diketahui adalah karena memang pada tahap perencanaan dulu dimulai pada Tahun 2009 – 2011, dilakukan secara bertahap. Artinya proses pengerjaan dilakukan mulai tahap satu, tahap kedua, tiga hingga empat. Kadang kadang pada tahap kedua atau ketiga, sudah berhenti karena ada faktor keterbatasan anggaran.

Selain itu ada pelabuhan yang sudah selesai proses pembangunan tapi belum bisa dioperasikan karena beberapa hal. Salah satunya kondisinya tidak layak operasi dan masih perlu perbaikan, pengembangan jalan untuk akses ke pelabuhan dan sebagainya.

Beberapa dari pelabuhan tersebut ada yang sudah selesai dibangun tapi belum di approved, dan ada yang masih terjadi sengketa tanah di lokasi yang dibangun dan semua persoalan muncul dari perencanaan yang kurang dilakukan secara terpadu dan komprehensif antar semua pihak. Ini semua kita bicarakan dengan daerah. Pemda harus terlibat untuk manfaatkan keberadaan pelabuhan yang KDP tersebut.

Dari situ kita keluarkan rekomendasi untuk menjadi masukan ke Menteri. Dari rekomendasi ini nanti untuk tindakan apakah ini akan dilanjutkan pembangunannya ataukah dialihkan fungsikan. Dengan begitu ada upaya untuk memanfaatkan aset-aset yang tertanam di lokasi itu.

TM : Berapa pelabuhan dan di mana saja

lokasinya dan bagaimana bentuk tindak lanjut pemanfaatan?

WSU : Sedikitnya ada 33 pelabuhan. Ada empat dan lima yang siap dialihfungsikan menjadi pelabuhan wisata atau pusat pusat kuliner dan sejenisnya. Dari 33 pelabuhan laut itu itu anggaran APBN mencapai 2,8 triliun. Kita juga membicarakan penanganannya dengan instansi lain. Proses pengawasan juga meliputi 306 pelabuhan lainnya hingga 2019. Data dari Ditjen Perhubungan Laut, sejak 2005 sudah ada 104 pelabuhan baik yang lama dan baru, di luar KDP. Semua pembangunan dilakukan untuk menunjang konektivitas nasional. Oleh karena itu proyek pembangunan pelabuhan yang KDP harus selesai dan memberi manfaat bagi masyarakat.

TM : Apa catatan lain yang perlu dijadikan perhatian jajaran Kementerian Perhubungan terkait Proyek Pembangunan infrastrktur perhubungan yang KDP ini?

WSU : Kita berharap ada perbaikan dalam perencanaan pembangunan dan agenda tindak lanjut dari beberapa temuan itu. Saat peninjauan ke lokasi,

(24)

AKAP ataupun AKDP. “Armada bus pariwisata harus diganti dengan yang baru,” ujar Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyadi di Jakarta awal 2018 lalu. Bagi operator yang tetap melanggar, maka pemerintah akan melakukan tindakan dengan pemberian peringatan hingga pencabutan izin operasi bus yang bersangkutan.

Pada awalnya, pihak Organisasi Angkutan Darat (Organda)

mengajukan usulan agar batas usia angkutan pariwisata lebih lama menjadi 15 tahun. Akan tetapi, usulan tersebut belum diputuskan dan masih dalam pertimbangan.

Pembatasan usia angkutan pariwisata diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan (PM) No 28/2015 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek yang mengubah beleid sebelumnya, yakni PM 46/2014.

S

alah satu ketentuan dalam Peraturan Menteri tersebut adalah pemberlakuan pembatasan usia kendaraan angkutan pariwisata paling lama 10 tahun. Ketentuan untuk angkutan antar kota antar provinsi (AKAP) serta angkutan antar kota dalam provinsi (AKDP) paling lama 25 tahun. Pembatasan usia bus pariwisata untuk menjaga aspek keselamatan transportasi dan peningkatan pelayanan kepada para wisatawan baik domestik maupun mancanegara.

Angkutan bus pariwisata yang sudah memasuki batas usia 10 tahun harus ada peremajaan dengan penyediaan bus baru. Pemilik bus dapat

memanfaatkan armada yang sudah afkir untuk angkutan karyawan,

Direktur Pembinaan Keselamatan Ditjen Perhubungan Darat

Kementerian Perhubungan Ahmad Yani menambahkan, sampai saat ini, belum ada perubahan mengenai tenggat waktu bagi operator untuk menjalankan aturan batas usia kendaraan pariwisata, AKAP, dan AKDP. Ketentuan baru terkait usia bus pariwisata harus menjadi kesepakatan bersama agar penerapan aturan keselamatan dan pelayanan transportasi khususnya angkutan umum tidak dalam trayek seperti bus pariwisata bisa dijalankan dengan baik.

Hal serupa diutarakan Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno. Menurutnya, SPM akan diberlakukan kepada semua perusahaan Otobus. Penerapan SPM akan meningkatkan standar keselamatan dan pelayanan angkutan umum tidak dalam trayek. Ketentuan ini juga diatur dalam PM Nomor 108 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Umum Tidak Dalam Trayek.

Perhatian pada keselamatan menjadi tanggungjawab bersama tidak hanya pemerintah semata, akan tapi juga pemilik perusahaan bus, sopir dan juga masyarakat. Insiden kecelakaan yang terjadi di beberapa daerah, pada umumnya disebabkan oleh faktor bus pariwisata yang mengalami masalah rem.

Oleh karena itu, Djoko menganjurkan petugas KIR untuk lebih selektif dalam meloloskan uji KIR terhadap armada bus yang ada. Antisipasi masyarakat juga penting. Masyarakat

MENERAPKAN

STANDAR

KESELAMATAN

BUS PARIWISATA

Seringnya insiden kecelakaan yang melibatkan bus

pariwisata di beberapa daerah menjadi perhatian semua

pihak. Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan telah

menetapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) angkutan

pariwisata melalui Peraturan Menteri Perhubungan (PM) No

28/2015 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Angkutan

Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam

Trayek. Penerapan SPM dengan baik dapat mencegah potensi

terjadinya kecelakaan bus pariwisata.

Bus Pariwisata

1 2

(25)

diharapkan juga bisa lebih teliti dalam memilih armada perjalanan, dan tidak mudah tergiur dengan harga murah tanpa menyelidiki ulang kelayakan bus. “Jangan hanya tertarik dengan tawaran sewa bus pariwisata yang murah, tapi keselamatan terabaikan. Mintalah juga fotocopy STNK, uji KIR, SIM pengemudi dan ijin usaha transportasinya,” ujarnya.

Djoko menjelaskan, Permenhub No. 26/2017 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek menyebutkan, angkutan pariwisata adalah angkutan dengan menggunakan mobil penumpang umum dan mobil bus umum yang dilengkapi dengan tanda khusus untuk keperluan wisata swasta memiliki tujuan tempat wisata.

umum berbasis jalan harus dilengkapi dengan pendingin udara.

Pelayanan dan kenyamanan

kendaraan yang dioperasikan sebagai angkutan umum harus makin baik. Melalui Permenhub mengenai SPM ini, akan diawasi dengan ketat baik perusahaan sebagai operator, awak angkutan sampai kendaraan yang dioperasikan harus dipastikan memenuhi syarat SPM. “Kalau soal keselamatan dan kelaikan kendaraan yang dioperasikan mutlak harus dipenuhi. Jika tidak, kendaraan tidak boleh dioperasikan. Sedangkan persyaratan minimal lain yang harus ada di kendaraan umum sebagai syarat memenuhi SPM antara lain, ada pintu keluar dan masuk, ban atau rel gorden, pegangan tangan, pintu masuk pengemudi, sabuk

Pembatasan usia angkutan

pariwisata diatur dalam

Peraturan Menteri

Perhubungan (PM)

No 28/2015 tentang Standar

Pelayanan Minimal (SPM)

Angkutan Orang Dengan

Kendaraan Bermotor Umum

Tidak Dalam Trayek yang

mengubah beleid sebelumnya,

yakni PM 46/2014.

2

Direktur Angkutan dan Multimoda Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Cucu Mulyana, mengungkapkan Permenhub mengenai SPM moda angkutan darat ini, merupakan wujud komitmen pemerintah untuk memberikan pelayanan dasar khususnya transportasi jalan raya yang lebih baik, aman dan nyaman. “Kini zaman sudah berubah dan tuntutan masyarakat juga makin tinggi. Konsekuensinya, pelayanan pada rakyat khususnya di bidang transportasi harus lebih baik. Semua angkutan umum berbasis jalan harus lebih baik minimal memenuhi syarat SPM tersebut,” paparnya.

Evaluasi Pengawasan Secara Rutin Dirjen Perhubungan Darat juga menegaskan agar SPM ini berlaku, pihaknya akan melakukan evaluasi secara rutin dan berkala. Sesuai aturan, pemerintah siap menjatuhkan sanksi bila operator dan pihak-pihak terkait tidak mengindahkan hal ini. Penerapan standar keselamatan dan pelayanan kepada angkutan bus pariwisata akan terus digalakkan untuk mencegah terulangnya insiden kecelakaan yang terjadi. Pada April 2017 lalu, sebanyak dua kecelakaan terjadi dalam kurun waktu satu bulan di kawasan Puncak, Jawa Barat Penyebabnya tak lain adalah karena rem blong.

Angkutan Umum harus Dilengkapi Pendingin Udara

Kementerian Perhubungan mengeluarkan Standar Pelayanan Minimum (SPM) kendaraan angkutan massal berbasis jalan. Semua kendaraan yang dioperasikan untuk angkutan umum harus dipastikan memenuhi syarat dan ketentuan mengenai keselamatan dan kenyamanan. Sedangkan

ketentuan yang terbaru adalah semua kendaraan umum harus dilengkapi dengan pendingin udara.

Sesuai SPM yang tertuang dalam Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) No. 27 Tahun 2015 tersebut, maka semua kendaraan

keselamatan, fasilitas listrik untuk audio visual,” jelasnya.

Menurut dia, seluruh perusahaan angkutan umum wajib memenuhi syarat mengenai keselamatan, keamanan, kenyamanan, kesetaraan, dan kesetaraan.

(26)

Insiden pertama terjadi pada 22 April 2017, sebuah bus HS Transport beserta 12 kendaraan lainnya terlibat tabrakan. Kecelakaan tersebut terjadi di tanjakan Selarong, Kecamatan Megamendung menyebabkan 3 orang tewas. Seminggu kemudian, pada 30 April 2017, kecelakaan akibat bus pariwisata yang mengalami rem blong juga terjadi. Pada umumnya, kecelakaan bus yang terjadi belakangan bisa jadi disebabkan kondisi bus yang dipakai bukanlah bus yang baru lagi.

Menurut Cucu, ada kecenderungan bus pariwisata yang digunakan adalah bus bekas. “Kendaraan yang dipakai pariwisata ini (sebenarnya) kendaraan afkiran. Setelah dia beroperasi di angkutan dalam trayek, apakah AKAP, AKDP sudah mulai jelek dan kurang diminati. Mereka meremajakan busnya dan (bus) ini pindah ke wisata,” papar Cucu.

Menanggapi seringnya terjadi kecelakaan, pemerintah akan melakukan pengawasan dan pemeriksaan terkait bus-bus

pariwisata yang bepergian jauh. Demi memudahkan uji KIR, pemerintah mempertimbangkan untuk melibatkan pihak swasta.”Melalui peran swasta ini, maka seluruh kendaraan bisa melakukan uji KIR di sejumlah lembaga swasta yang ditunjuk oleh Kemenhub. Kita akan lakukan percepatan swastanisasi KIR dan mungkin perkiraan pertengahan Tahun 2018 ini sudah bisa di

launching,” ungkap Cucu. Pelaksanaan uji kir bisa di bengkel resmi yang akan dilakukan oleh swasta tersebut, atau bisa ke Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM).

Rekomendasi KNKT

Terkait maraknya insiden kecelakaan bus, KNKT telah mengeluarkan sejumlah rekomendasi kepada

pihak terkait. Investigator KNKT Prof. Leksmono Suryo Putranto menuturkan, rekomendasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk pencegahan kecelakaan lalu lintas dan angkutan jalan

(LLAJ) masih belum sepenuhnya dilaksanakan.

Salah satunya terkait kualitas istirahat para pengemudi. Khususnya pengemudi bus pariwisata yang belakangan cukup banyak mengalami kecelakaan. Padahal, istirahat yang tidak berkualitas itu dampaknya besar

Sekretaris Jenderal DPP Organisasi Pengusaha Angkutan Darat (Organda), Ateng Aryono mendukung langkah Kementerian Perhubungan menerapkan aturan keselamatan dan pelayanan minimal angkutan bus secara konsisten dan berkelanjutan. Hanya saja, ketentuan terkait penetapan batas usia kendaraan dinilai masih belum tepat karena keandalan angkutan tidak tergantung usia. “Namun pada perawatan Perusahaan Otobus (PO) dan pengawasan kelaikan oleh pemerintah,” ujarnya. “Kalau pemilik

pada keselamatan perjalanan bus tersebut. ”Dari banyak kecelakaan bus pariwista yang terjadi, 80 persennya merupakan faktor kelelahan pengemudi. Ini menjadi pekerjaan rumah kita bersama,” kata Leksmono di Jakarta beberapa waktu lalu.

Istirahat itu lanjutnya, bertujuan untuk refresh. Selain itu, perlunya memberlakukan kewajiban

penggunaan sabuk keselamatan pada setiap kursi penumpang di mobil bus dalam waktu 2 tahun. Rekomendasi ini diharapkan dapat menekan korban kecelakaan mobil bus di kemudian hari.

kendaraan tidak taat perawatan, maka usia kendaraan yang masih muda pun berpotensi terjadi kecelakaan,” tambahnya.

Oleh karena itu, Organisasi Angkutan Darat (Organda) meminta pemerintah perlu menyediakan teknisi di

setiap terminal untuk pengecekan rutin kendaraan yang digunakan. Keandalan bus juga tergantung kualitas jalan. Jalan rusak dan tidak terawat memicu kendaraan cepat rusak. Kendati demikian, Organda tetap akan menjaga manajemen keselamatan angkutan bus menjadi perhatian. (*)

Bus Pariwisata

3

(27)

D

engan tersedianya angkutan kapal perintis barang tersebut, kegiatan perdagangan masyarakat di pesisir pulau Jawa hingga Bali dan Lombok bisa meningkat. Kelancaran perdagangan akan menunjang pertumbuhan perekonomian dan dalam jangka panjang, kawasan Jawa bagian selatan bisa mengejar ketertinggalan ekonomi Jawa bagian utara.

Keberadaan kapal perintis ini sebagai pemacu dan pendorong pemerataan pembangunan dengan konsep ship promote the trade. “Pengadaan pelayaran perintis di pesisir selatan Pulau Jawa akan diikuti kegiatan perdagangan yang tumbuh semakin meningkat dari waktu ke waktu antardaerah,” ujar Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Candra Irawan di Jakarta, awal Mei lalu.

Penyelenggaraan angkutan perintis berdasarkan peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 6 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Pelayanan Publik Kapal Perintis Milik Negara adalah pelayanan angkutan di perairan pada trayek-trayek yang ditetapkan Pemerintah untuk melayani daerah atau wilayah yang belum atau tidak terlayani oleh angkutan di perairan karena belum memberikan manfaat secara komersial.

Sedangkan kapal perintis adalah kapal yang memiliki tugas untuk menghubungkan daerah terpencil yang belum terbuka dengan menggunakan kapal milik negara tipe kapal penumpang barang, untuk trayek atau rute adalah lintasan pelayanan angkutan dari satu pelabuhan ke pelabuhan lainnya.

Kondisi Jawa bagian selatan saat ini merupakan wilayan perairan yang belum memiliki atau tidak terdapat rute pelayaran yang terjadwal sehingga layak untuk mendapatkan prioritas penanganannya dengan menggunakan angkutan perintis demi memperlancar arus distribusi barang dan orang.

Pengembangan penyelenggaraan angkutan perintis untuk saat ini mendesak dilakukan. Prasarana pendukung layanan angkutan kapal perintis tersebut sudah dibangun seperti pelabuhan laut Bojong Salawe di Pangandaran, Pelabuhan Samudra Perikanan di Pelabuhan Ratu, Pelabuhan pengumpan Regional di Pakenjeng Kabupaten Garut dan pembangunan pelabuhan lain yang akan diselesaikan dalam waktu dekat ini. Proses Feseability Study

ANGKUTAN PERINTIS

LAUT SELATAN JAWA

DIOPERASIKAN

Trayek Pelayaran Perintis yang melewati jalur laut selatan pulau Jawa diharapkan bisa menjadi solusi

konektivitas dan jalur distribusi barang antardaerah di wilayah yang bersangkutan. Potensi ekonomi

masing-masing daerah akan berkembang seiring dengan peningkatan layanan sarana dan prasarana

transportasi yang memadai.

Pelabuhan Cilacap

Referensi

Dokumen terkait

Guru memberikan penjelasan materi Segitiga-segitiga yang sebangun berupa bahan ajar yang dibuat dengan power point dan video pembelajaran kepada peserta didik melalui google

diperoleh kesimpulan bahwa ada pengaruh yang signifikan pada pengurangan rasa nyeri persalinan kala I fase aktif sebelum dan sesudah dilakukan intervensi dengan

Skripsi ini menguraikan beberapa hal yang perlu dilakukan dalam melakukan evaluasi terhadap sistem informasi yang berbasis pada teknik audit berbantuan komputer. Informasi yang ada

3 Penelitian yang dilakukan Dede Mariana (2007:v), yaitu menekankan pada kombinasi pendekatan kuantitatif dan kualitatif, diketahui bahwa Budaya

Kode etik profesi itu merupakan sarana untuk membantu para pelaksana sebagai seseorang yang professional supaya tidak dapat merusak etika profesi.. Tujuan diterapkannya

Suasana nuksma yang terlihat dalam pocapan- pocapan di wilayah pathet manyura dapat dirasakan dengan nada lagu yang menyatu dengan ulon grimingan gender. Ulon grimingan

Dek kamu pernah nggak misalnya ngerasa minder gitu kalo liat moment atau update an temen kamu lebih kece terus tempat-tempat yang diupdate juga lebih hits gitu.. R

Nilai signifikasi data yang diperoleh lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa antara data skill representasi free body diagram dan pemahaman konsep