BAB II
DESKRIPSI PROYEK
2.1 Terminologi Judul
Judul dari proyek ini adalah “ Primate Land” yang merupakan suatu tempat konservasi sekaligus penelitian dan rekreasi khusus hewan-hewan primata. Dalam judul “Primate Land” mengandung pengertian, yaitu:
Primate, (primata, –b.ing) :
- Bangsa mamalia yang meliputi kera, monyet dan juga manusia 1
- Dalam zoologi, mamalia yang memiliki karakteristik dengan manusia dan memiliki ukuran otak yang lebih besar dibandingkan mamalia lainnya.2
Land, (tanah, –b.ing)
- Bagian dari bumi yang dikelilingi oleh air. 3
- Bagian tubuh alam yang mampu menumbuhkan tanaman dan sebagai tempat makhluk hidup lainnya dalam melangsungkan kehidupannya.4
- Suatu lingkungan fisik yang mencakup iklim, relief, hidrologi dan tumbuhan serta benda diatasnya, termasuk di dalamnya hasil kegiatan manusia di
masa lalu dan sekarang.5
- Sebuah lingkungan yang meberi identitas tempat 6
Jadi, pengertian dari judul “Primate Land” adalah
Suatu tempat/ lahan yang berfungsi sebagai tempat hewan- hewan primata
untuk dapat melangsungkan hidupnya agar jauh dari kepunahan. Selain itu,
tempat ini juga dapat memberi kontribusi sebagai tempat rekreasi yang
sifatnya edukasi.
2.2 Tinjuan Umum
2.2.1 Teoritis Hewan Primata
1
Sumber: www.artikata.com , diakses tanggal 2 Maret 2012 2
Sumber: Encyclopedia Britannica www.britannica.com , diakses tanggal 2 Maret 2012 3
Sumber: www.wikipedia.org ,diakses tanggal 2 Maret 2012 4
Sumber: defenisi.blogspot.com ,diakses tanggal 2 Maret 2012 5
Sumber: direktori UPI, jurusan pendidikan geografi 6
Primata hidup di pohon-pohon tropis dan subtropis Amerika, Afrika
dan Asia. Primata memilki ukuran yang berbeda dari yang paling
kecil dengan berat hanya 30 gram seperti lemur hingga ukuran paling
besar dengan berat 200 kilogram seperti gorilla gunung. Menurut
bukti fosil, hewan primata telah ada sejak 65 juta tahun yang lalu.
Seluruh jenis spesies primata memiliki lima jari (pentadactily), bentuk
gigi yang sama dan rancangan tubuh primitif. Kekhasan lain dari
primata adalah kuku jari. Ibu hari dengan arah yang berbeda juga
menjadi salah satu cirri khas primata. Kombinasi dari ibu jari
berlawanan, jari kuku pendek (bukan cakar) dan jari yang panjang
dan menutup ke dalam. Semua primata juga memiliki karakteristik
arah mata yang bersifat stereoskopik (memandang ke depan, bukan
ke samping) dan postur tubuh tegak.
Dianggap generalis mamalia, primata menunjukkan berbagai
karakteristik, yakni berjalan dengan dua atau empat anggota badan,
dapat melompat dan berayun. Primata ditandai dengan otak yang
relatif lebih besar dibandingkan terhadap mamalia lainnya. Ada
beberapa studi menarik tentang kehidupan primata, di antaranya:
- Sistem pemisahan primata betina dari kelompoknya saat melahirkan. Primata betina akan menjaga jarak dengan primata jantan.
Kelompok-kelompok sosial yang terjadi biasanya dapat digolongkan
kelompok kecil.
- Sistem poligini 7
primata jantan. Sementara primata betina tetap
dalam kelompok kelahiran, primata jantan akan mencari betina lain.
- Sistem ikatan jantan-wanita. Seperti halnya manusia, primata sendiri juga saling berbagi tanggung jawab dalam pengasuhan dan
pertahanan teritorial. Keturunannya akan meningggalkan wilayah
orang tuanya jika sudah remaja.
- Struktur sosial yang unik, dimana kelompok yang lebih kecil akan datang bersama membentuk kawanan yang lebih besar. Sistem
sosial ini dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu distribusi sumber daya,
7
kelompok ukuran, dan predator. Dalam kelompok sosial ada
keseimbangan antara kerja sama dan persaingan. Perilaku kooperatif
ditunjukkan dengan cara, misalnya menghapus parasit kulit,
membersihkan luka, berbagi makanan dan pertahanan terhadap
pemangsa. Perilaku agresif ditunjukkan dengan pemberian sinyal
kompetisi dalam hal ketersediaan pangan, tempat tidur dan
pasangan. Perilaku agresif juga digunakan untuk membentuk
dominasi.
- Kognisi dan komunkasi. Primata memiliki kemampuan kognitif yang canggih dengan membuat alat dan menggunakannya untuk
memperoleh makanan. Primata memiliki strategi berburu yang
canggih yang memerlukan kerja sama dan sifat manipulatif. Primata
dapat belajar menggunakan simbol dan aspek bahasa manusia
termasuk konsep angka dan urutan numerik. Ada penelitian tentang
kognisi primata dalam hal mengeksplorasi pemecahan masalah,
memori dan interaksi sosial.
- Primata mengeksploitasi berbagai sumber makanan. Kebanyakan sumber makanannya dari kanopi tropis, yakni buah yang
mengandung karbohidrat dan lemak untuk energi. Namun, mereka
juga membutuhkan makanan lain seperti daun dan serangga untuk
asupan protein, vitamin dan mineral.
Klasifikasi (taksonomi) primata adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Mamalia
Infraclass : Eutheria
Superorder : Euarchontoglires
Order : Primate
2.2.2 Spesies primata
Total spesies primata di dunia sekitar 200 jenis, 25% nya (40
spesies) berada di Indonesia. Dari 40 spesies yang tercatat, belasan
di antaranya merupakan spesies endemik8. Hewan primata dibagi
dalam 2 kelompok besar yakni prosimian (primata primitif) dan
anthropeida (primata baru). Jenis hewan primata yang tersebar di
Indonesia, di antaranya:
1. Kukang (Nycticebus coucang)
Kukang adalah jenis primata
yang bergerak lambat. Hewan
pemalu ini aktif di malam hari
(nocturnal). Warna rambutnya
beragam, dari kelabu keputihan,
kecoklatan, hingga
kehitam-hitaman. Pada punggung
terdapat garis coklat melintang
dari belakang hingga dahi, lalu
bercabang ke dasar telinga dan
mata. Ekornya yang pendek dan
hampir tidak terlihat. Ibu jari
tangan dan kaki melingkar berlawanan arah dengan keempat jari
lainnya dengan pergelangan yang dapat bergerak bebas.
Telapak tangan dan kaki tidak berambut seperti jenis mamalia
lainnya. Memiliki dua mata yang besar dan bulat menghadap ke
depan dengan posisi berdekatan yang menunjukkan bahwa
kukang adalah satwa yang aktif di malam hari. Selain itu, kukang
memiliki daun telinga kecil yang ditutupi oleh rambut.Berat tubuh
0,375-0,9 kg, panjang tubuh dewasa 19-30 cm. di Indonesia,
satwa ini dapat ditemukan di Sumatera, Jawa dan Kalimantan.
Satwa ini menjadi incaran untuk dijadikan hewan peliharaan.
8
Jenis yang hanya ditemukan di daerah itu saja dan tidak ditemukan di tempat lain. (sumber: http://alamendah.wordpress.com)
2. Orang utan (Pongo pygmaeus)
Orang utan (nama
lainnya mawas) adalah
sejenis kera besar
dengan lengan panjang
dan berbulu
gemuk dan besar, berleher besar, lengan yang panjang dan kuat,
kaki yang pendek dan tertunduk dan tidak punya ekor. Orang
utan berukuran 1-1,4m untuk jantan, yaitu kira-kira 2/3 kali ukuran
seekor gorilla. Tubuh orang utan diselimuti rambut merah
kecokelatan, mempunya kepala yang besar dengan posisi mulut
yang tinggi, memiliki pelipis yang gemuk, dan mempunyai indera
yang sama seperti manusia, yaitu pendengaran, penglihatan,
penciuman, pengecap dan peraba. Selain itu orang utan juga
mempunyai 4 jari-jari panjang ditambah 1 ibu jari serta telapak
kaki yang memiliki susunan jari jemari yang sangat mirip dengan
manusia.
Orang utan ditemukan di wilayah hutan hujan tropis Asia
Tenggara, yaitu di pulau Borneo dan Sumatera di wilayah bagian
negara Indonesia dan Malaysia. Orang utan biasa tinggal di
pepohonan lebat dan membuat sarangnya dari dedaunan. Orang
utan dapat hidup pada berbagai tipe hutan, mulai dari hutan
perbukitan dan dataran rendah, daerah aliran sungai, hutan rawa
air tawar, rawa gambut, tanah kering di atas rawa bakau dan
nipah, sampai ke hutan pegunungan. Di Borneo, orang utan
dapat ditemukan pada ketinggian 500m di atas permukaan laut
(dpl), sedangkan kerabatnya di Sumatera dapat mencapai hutan
pegunungan pada 1.000m dpl.
Orang utan termasuk hewan omnivora, jenis makanan kesukaan
orang utan adalah daun-daunan, biji-bijian, kulit kayu, tunas
tanaman (yang lunak), bunga-bungaan, serangga dan
hewan-hewan kecil lainnya (seperti burung dan mamalia kecil). Orang
utan tidak perlu meninggalkan pohon mereka jika ingin minum.
Mereka biasanya meminum air yang telah terkumpul di
lubang-lubang di antara cabang pohon.
Orang utan betina biasanya melahirkan pada usia 7-10 tahun
dengan lama kandungan berkisar antara 8,5 hingga 9 bulan,
hampir sama dengan manusia. Jumlah bayi yang dilahirkan
seorang betina biasanya hanya satu. Bayi orang utan dapat hidup
mandiri pada usia 6-7 tahun.
3. Surili Jawa (Presbytis comata)
Surili Jawa adalah spesies monyet Dunia Baru terancam yang
endemic pada sebagian pulau Jawa, Indonesia. Terdapat 2 sub
spesies Surili Jawa:
Presbytis comata comata– ada di Jawa Barat
Presbytis comate fredericae– ada di Jawa Tengah
4. Bekantan ( Nasalis larvatus)
Bekantan adalah sejenis kera
berhidung panjang dengan
rambut berwarna coklat
kemerahan dan merupakan
satu dari dua spesies dalam
genus tuanggal kera Nasalis.
Ciri-ciri utama yang
membedakan bekantan dari
kera lainnya adalah hidung
panjang dan besar yang
hanya ditemukan di spesies
jantan. Fungsi dari hidung
besar pada bekantan jantan masih tidak jelas, namun ini mungkin
disebabkan oleh seleksi alam. Kera betina lebih memilih jantann
dengan hidung besar sebagai pasangannya. Karena hidung
inilah, bekantan dikenal juga sebagai monyet Belanda. Dalam
bahasa Brunei disebut bangkatan.
Bekantan jantan berukuran lebih besar dari betina. Ukurannya
dapat mencapai 75 cm dengan berat mencapai 24 kg. kera betina
berukuran 60cm dengan berat 12 kg. spesies ini juga memiliki
perut yang besar sebagai hasil dari kebiasaan mengkonsumsi
makanannya. Selain buah-buahan dan biji-bijian, bekantan
memakan aneka daun-daunan,yang menghasilkan banyak gas
pada waktu dicerna. Ini mengakibatkan efek samping yang
membuat perut bekantan jadi membuncit.
Bekantan tersebar dan endemik di hutan bakau, rawa dan hutan
pantai di P. Kalimantan. Spesies ini menghabiskan waktunya di
atas pohon dan hidup dalam kelompok-kelompok yang berjumlah
antar 10 sampai 32 kera. Bekantan kuga dapat berenang dengan
lain.bekantan merupakan maskot fauna provinsi Kalimantan
Selantan.
5. Kera ekor panjang (Macaca fascicularis)
Kera ekor panjang mempunyai panjang tubuh 38-76 cm, panjang
ekor 61 cm dengan berat badan sampai 6 kg. tubuhnya tampak
kokoh yang tertutup mantel rambut berwarna coklat
kemerah-merahan di bagian bawah Nampak lebih muda dan muka
menonjol dengan warna keputih-putihan. Warna mantel rambut
kera ini yang hidup di pedalaman hutan lebih gelap daripada
yang hidup di pantai. Anak kera ekor panjang mantel rambut
berwarna hitam dengan rambut muka dan telinga Nampak
cemerlang, warna rambut ini akan berubah setelah berumur 1
tahun.
Anggota badan dapat difungsikan sebagai tangan dan kaki.
Jari-jari kaki dan tangan masing-masing berjumlah 5 buah dan mudah
digerakkan. Pergerakan satwa ini jika berada di pohon
menggunakan jari-jarinya, namun jika di atas tanah akan
menggunakan telapak kaki dan tangannya ke tanah. Macaca juga
dapat mrmanjat sambil melompat sejauh 5 meter. Jenis monyet
ini juga dapat berenang dengan baik.
Kera ekor panjang hidup berkelompok, jumlah kelompok
biasanya terdiri dari 10-20 ekor di hutan bakau, 20-30 ekor di
hutan primer, 30-50 ekor di hutan sekunder, dengan komposisi
komplit ada induk jantan dan betina beserta anak-anaknya. Besar
kecilnya kelompok ditentukan oleh ada tidaknya pemangsa dan
sumber pakan di alam. Pergerakan dilakukan untuk mendapatkan
pakan dalam melangsungkan hidupnya. Luas daerah jelajah 50
hingga 100 Ha untuk satu kelompok. Luas daerah jelajah sangat
Monyet ini memiliki alat kelamin menonjol, yang jantan kantong
zakar besar. Masa kawin pada setiap siklus, kawinnya
beramai-ramai, seekor pejantan kawin dengan beberapa ekor betina dan
seekor betina kawin dengan beberapa ekor pejantan. Masa
bunting selama 116 hari.
Monyet ekor panjang mampu hidup dalam berbagai kondisi dari
hutan bakau di pantai, dataran rendah sampai pegunungan
dengan ketinggian 2000 m dpl. Monyet ini dapat ditemukan di
mana-mana, menjadi hama bagi penduduk, merusak padi, jagung
dan tanaman buah-buahan.
Dalam mencari makan. Monyet ekor panjang selalu merubah
daerah jelajahnya, tergantung pada ketersediaan makanan.
Makannya daun, buah, biji dan bunga. Selain itu juga mekan
serangga, telur anak burung, kepiting, udang, kerang, dll.
Gambar 6 Monyet Ekor Panjang
6. Kera (Hylobates agilis)
Kera adalah anggota superfamilia Hominoidea dari ordo primata.
Banyak spesies kera saat ini memiliki status terancam karena
Gambar 7 Kera
7. Lutung (Trachypithecus auratus) / Kera hitam
Lutung adalah sejenis monyet yang memiliki warna rambut hitam
diselingi warna keperakan. Di kepalanya terdapat helaian rambut
yang menjuntai ke depan membentuk jambul. Anak lutung yang
baru lahir berwarna kuning jingga dan tidak berjambul. Setelah
dewasa warnanya berubah mejadi hitam kelabu. Lutung hanya
melahirkan satu ekor anak setiap kelahiran. Panjang tubuh lutung
sekitar 50 cm, panjang ekor sekitar 70 cm atau dapat 2 kali
panjang tubuh. Berat lutung rata-rata 6 kg.
Hidup berkelompok sangatlah bermanfaat bagi lutung yang
lambat menjadi dewasa. Kelompok itu akan menjadi tempat
penyimpanan pengalamannya yang kemudian diteruskan kepada
generasi baru.
Menurut beberapa penelitian, lutung memakan lebih dari 66 jenis
tumbuhan yang berbeda. Sebagian besar makanan lutung adalah
daun, buah dan bunga. Terkadang memakan serangga dan
bagian lain dari tumbuhan seperti kulit kayu. Beberapa jenis
tumbuhan yang disukai lutung antaea lain kaliandra, aspen,
dadap cangkring dan anggrung.
Lutung hidup berkelompok dengan jumlah teman antara 6-23
elompok dan beberapa betina serta anak-anak yang masih dalam
asuhan induknya. Lutung merupakan hewan yang aktif di siang
hari. Jantan dominan mendominasi anggota kelompok dalam hal
perlindungan, pengamanan dalam pergerakan dan merawat.
Jantan selalu menjaga anggota kelompoknya dari berbagai
gangguan yang berasal dari luar atau dari kelompok lain.
Umumnya jantan mengeluarkan suara dan melakukan gertakan
dengan suara dan perubahan mimik yang menunjukkan marah.
Lutung hidup di hutan dengan berbagai macam variasi mulai dari
hutan bakau di pesisir, hutan daratan rendah hingga hutan
dataran tinggi. Terkadang lutung juga mendiami daerah
perkebunan. Sebagian besar waktunya dihabiskan di atas pohon.
Terkadang lutung juga turun ke tanah untuk mencari serangga,
tetapi hal ini sangat jarang terjadi. Daerah jelajah lutung minimal
15 Ha. Area bermain dan mencari makan lutung dapat mencapai
1.300 meter.
Lutung relatif lebih mudah ditemukan di beberapa hutan di Jawa
Tengah, Jawa Timur, Bali dan Lombok. Umunya mereka masih
aman hidup di dalam kawasan pelestarian. Hewan yang
mengancam lutung bila di tanah adalah ular dan bila di pohon
adalah elang. Namun ancaman terbesar bagi kehidupan lutung
adalah manusia. Lutung termasuk hewan yang dilindungi secara
nasional maupun internasional, sehingga perdagangannya dalam
segala bentuk dilarang karena melanggar hukum. (sumber:
Gambar 8 Lutung
8. Owa jawa (Hylobates moloch)
Owa jawa merupakan jenis primata arboreal
yang tinggal di hutan tropis, makanannya
berupa buah, daun dan serangga. Satu
keluarga Owa jawa umumnya terdiri dari
sepasang induk dan beberapa anak yang
tinggal dalam teritori mereka. Owa jawa
merupakan satwa endemik pulau Jawa.
Ancaman bagi mereka di dalam adalah
kehilangan habitat, perburuan dan
perdagangan untuk dijadikan satwa peliharaan.
Beberapa hasil survey perkiraan
populasi mereka di alam tersisa lebih kurang 4000 individu. Owa
jawa tidak memiliki ekor dan tangannya relatif panjang
dibandingkan dengan besar tubuhnya. Tanganb yang panjang ini
dperlukan untuk berayun dan berpindah di antara dahan-dahan
dan ranting di tajuk pohon yang tinggi, tempatnya beraktifitas
sehari-hari. Warna tubuhnya keabu-abuan dengan sisi atas
kepala lebih gelap dan wajah kehitaman. Rata-rata owa betina
melahirkan sekali setiap 3 tahun dengan masa mengandung
selama 7 bulan dan menyusui anaknya hingga usia 18 bulan.
Owa jawa dinyatakan dewasa pada usia sekitar 8 tahun dan
sendiri. Owa jawa adalah hewan arboreal, sepenuhnya hidup di
atas tajjuk pepohonan. Terutama memakan buah-buahan, daun
dan bunga-bungaan, kelompok kecil owa jawa menjelajahi kanopi
hutan dengan cara memanjat dan berayun dari satu pohon ke
pohon yang lain dengan mengandalkan kelincahan dan
kekuatanlengannya. Berat tubuhnya rata-rata mencapai 8 kg.
(sumber : http://obenoob.blogspot.com/)
9. Tarsius ( Tarsius tarsier)
Tarsius adalah primata bertubuh kecil dengan mata yang sangat
besar dengan diameter bola mata sekitar 16 mm. Tarsius
memiliki kaki belakang yang panjang. Bulu tarsius sangat lembut
dan mirip beludru yang biasanya berwarna coklat abu-abu, coklat
muda atau kuning jingga muda. Tarsius termasuk bersifat
nocturnal. Tidak seperti kebanyakan binatang nocturnal lain,
tarsius tidak memiliki peemantul cahaya di matanya.
Gambar 10 Tarsius
10. Siamang ( Symphalangus syndactylus)
Siamang adalah kera hitam yang berlengan panjang dan hidup di
pohon- pohon. Pada umumnya, siamang sangat tangkas saat
bergerak di atas pohon sehingga tidak ada predator yang bisa
menangkap mereka. Seiamang tidak memiliki ekor dan postur
yang tinggi. Siamang berwarna hitam
agak coklat kemerahan. Tubuh siamang
ditutupi oleh rambut yang lebat di
sebagian besar tubuhnya kecuali wajah,
jari, telapak tangan, ketiak dan telapa
kaki. Siamang memiliki ukuran sekitar
30-35 inci dan berat 7 kg. banyak ditemukan
di Asia Tenggara. Siamang juga banyak
ditemukan di beberapa tempat seperti
Semenanjung Malaysia.
Siamang merupakan hewan yang lebih aktif
pada siang hari. Cirri khas siamang adalah
memiliki kantung tenggorokan yang biasa disebut kantung gular.
Kantung ini dapat mengembang menjadi besar seperti kepala
mereka yang berfungsi membuat pita suara lebih keras. Pada
waktu bahaya, siamang betina akan mengeluarkan suara yang
nyaring dan diikuti oleh siamang jantan selama 3-15 menit. Suara
mereka dapat terdengar dari jarak sekitar 6,5 km. siamang tidak
dapat berenang dan cenderung takut air. Siamang dapat
bertahan hidup sekitar 35-40 tahun.
Siamang merupakan hewan omnivora. Sekitar 75% makanan
mereka adalah buah, daun, bunga, biji-bijian dan kulit kayu.
Mereka juga memakan serangga, laba-laba, telur burung dan
burung kecil. Karena takut air, siamang akan mencelupkan kai
depannya ke dalam air atau menggosok tangan pada daun yang
basah dan menghisap air pada bulu kakinya sebagai minuman.
Siamang mulai berkembnag biak pada usia 5-7 tahun. Siamang
betina melahirkan anaknya pada usia 8 bulan.
Gambar 12 Kantung tenggorokan siamang
11. Beruk Mentawai ( Macaca pagensis)
Beruk mentawai merupakan salah satu primata endemik kep.
Mentawai, Sumatera. Beruk mentawai mempunyai panjang tubuh
antara 45-55 cm (jantan) dan 40-45 cm (betina) dengan panjang
ekor mencapai antara 10-16 cm. Berat tubuh antara 6-9 kg
(jantan) dan 4,5-6 kg (betina). Beruk mentawai mempunyai ciri
rambut bagian pipi berwarna lebih gelap, kulit wajah berwarna
hitam dengan mata coklat. Jenis ini memiliki kantong pipi yang
berguna senagai penyimpan makanan. Beruk mentawai
merupakan binatang yang aktif di siang hari dengan memakan
berbagai jenis daun, bunga biji-bijian dan buah-buahan. Monyet
endemik ini tinggal di atas pohon setinggi 24-36 m secara
berkelompok antara 5-25 individu. Beruk mentawai dapat
dijumpai si berbagai habitat hutan bakay, pesisir, hutan primer,
hutan sekunder hingga hutan di dekat permukiman.
2.2.3 Habitat dan distribusi
Sebagian besar spesies primata hidup di hutan hujan tropis. Jumlah
spesies primata wilayah tropis telah terbukti secara positif berbanding
lurus dengan jumlah curah hujan dan jumlah luas hutan. Primata
memegang peran pentng ekologi dengan menyebarkan benih banyak
jenis pohon. Beberapa spesies tinggal di sejumlah habitat hutan di
lintang tropis Afrika, India, Asia Tenggara dan Amerika Selatan yang
terdapat hutan hujan, hutan mangrove dan hutan pegunungan. Ada
beberapa spesies yang tinggal di luar daerah tropis seperti kera
Jepang. (sumber :Ensyklopedia of Britannia,
http://www.britannica.com/EBchecked/topic/476264/primate)
Berikut adalah peta persebaran primata dunia menurut Primate
Conservation, Inc. (sumber :http://www.primate.org/)
Gambar 14 Peta persebaran primata
Hutan sebagai habitat hewan primata adalah hutan basah di daerah
tropika. Hutan tropis dapat ditemui hampir di seluruh wilayah
Indonesia, kawasan sungai Amazon, Amerika, Afrika dan India.
Ciri-ciri hutan basah antara lain:
1. Curah hujan sangat tinggi, lebih dari 2.000 mm/tahun
2. Pohon-pohon utama memilki ketinggian antara 20-40 m
3. Cabang-cabang pohon berdaun lebat dan lebar serta selalu hijau
4. Mendapat sinar matahari yang cukup, tetapi sinar matahari
tersebut tidak mampu menembus dasar hutan
5. Mempunyai iklim mikro di lingkungan sekitar permukaan tanah/ di
bawah kanopi (daun pada pohon-pohon besar yang membentuk
tudung)
6. Memiliki hamparan dedaunan hijau yang busuk. Dedaunan hijau
busuk ini dinamakan lapisan humus.
(sumber: http://andimanwno.wordpress.com)
Jenis tumbuhan yang mampu hidup di daerah hutan tropis adalah
jenis liana dan epifit. Liana adalah tumbuhan yang menjalar di
sepanjang hutan, seperti rotan. Epifit adalah tumbuhan yang
menempel pada batang pohon, seperti anggrek dan paku sarang
burung. Jenis tumbuhan yang hidup di daerah hutan basah antara
lain:
Penyebaran hutan tropis di Indonesia terbagi ke dalam tiga zona
vegetasi, yaitu:
1. Zona barat, yang berada di bawah pengaruh vegetasi Asia,
meliputi pulau Sumatera dan Kalimantan dengan jenis-jenis kayu
yang dominan dari family Dipterocarpaceae.
2. Zona timur, berada di bawah pengaruh Australia meliputi vegetasi
pulau Maluku, Nusa Tenggara dan Irian, jenis yang dominan
adalah dari family Araucariaceae dan Myrtaceae.
3. Zona peralihan, dimana pengaruh kedua benua tersebut bertemu
yaitu pulau Jawa dan Sulawesi, terdapat jenis dari family
Araucariaceae, Myrtaceae dan Verbenaceae.
Gambar 16 Struktur hutan tropis
2.2.4 Pemanfaatan hewan primata
Sebelum obat-obatan menyentuh konsumen, primata diperlukan
untuk dilakukan tes terhadap obat. Pemilihan primata sebagai hewan
percobaan adalah karena memiliki fungsi fisiologis seperti organ
Sebagai bahan penelitian, primata merupakan satu-satunya hewan
yang digunakan dalam meneliti penyakit HIV/AIDS, TBC, malaria,
hepatitis C, dan SARS. Primata tetap menjadi hewan yang paling
cocok karena sistem imun tubuh sangat mirip manusia.
Karena hubungan genetik yang erat menyebabkan beberapa jenis
penyakit juga dapat bertukar antara hewan primata dengan
manusia.patogen yang dapat ditularkan dari peimata ke manusia (
dan sebaliknya) termasuk bakteri, jamur, parasit dan virus. Pathogen
mungkin disebarkan melalui gigitan, cakaran, kontak dengan hewan
atau organnya dan transmisi udara. Orang-orang yang melakukan
kontak dengan hewan-hewan ini harus selalu menyadari potensi
resiko yang bisa terjadi.
2.2.5 Konservasi
(sumber:http://en.wikipedia.org/wiki/Primate)
Organisasi koservasi primata dunia Primate Conservation Inc. dan
The International Union for Conservation of Nature (IUCN) telah
mendaftar lebih dari sepertiga spesies primata telah terancam dari
kepunahan. Skala besar pembukaan hutan tropis secara luas
dianggap sebagai proses yang paling mengancam primata, karena
lebih dari 90% spesies primata terlahir dari hutan tropis. Penyebab
utama hilangnya hutan adalah pembukaan hutan untuk lahan
pertanian, penebangan komersial, pertambangan dan konstruksi
bendungan. Di Indonesia, sebagian besar hutan dataran rendah
dibuka untuk meningkatkan produksi kelapa sawit dan kerugian yang
terjadi adalah kehilangan sekitar 1000 orang utan di Sumatera per
tahun . primata dengan ukuran tubuh besar (lebih dari 50 kg) berada
pada resiko kepunahan lebih tinggi karena keuntungan mereka lebih
besar untuk pemburu dibandingkan primata lebih kecil. Populasi
mereka pulih lebih lambat dibandingkan perburuan dan
perdagangan. Data dari beberapa kota Afrika menunjukkan separuh
dari protein yang dikonsumsi di daerah perkotaan berasal dari
Di Asia, agama Hindu, Buddha, dan Islam melarang mengkonsumsi
daging primata. Beberapa agama tradisional yang lebih kecil
memungkinkan konsumsi daging primata. Perdagangan hewan
peliharaan dan obat tradisional juga meningkatkan perburuan liar.
Jenis rhesus macaque, primata yang banyak dijadikan organisme
model, dilindungi setelah penangkapan berlebihan yang mengancam
angka populasi di tahun 1960.
Di Amerika Tengah dan Selatan, hutan fragmentasi dan perburuan
menjadi masalah utama bagi primata. Hutan menjadi langka di
Amerika Tengah karena ada perambahan lahan pertanian yang
menyebabkan rendahnya tingkat kelembapan dan perubahan
vegetasi. Hal ini menjadikan hambatan populasi hingga mencapai
persentase yang signifikan. Prediksi para ahli, jika kondisi critically
endangered terhadap hewan primata tidak membaik, maka dalam 10
tahun terakhir kita akan kehilangan hampir 50% dari jumlah populasi
yang ada saat ini.
Pemerintah Indonesia melalui Menteri Kehutanan telah
mengeluarkan instruksi mengenai konservasi hewan primata untuk
menekan angka kepunahan hewan ini. Selain itu, juga telah
terbentuk APAPI (Asosiasi Pemerhati dan Ahli Primata Indonesia)
yang berada dalam naungan lembaga konservasi pemerintah.
Asosiasi ini bergerak dalam strategi dan rencana aksi konservasi
hewan primata.
Kriteria IUCN membagi keterancaman spesies menjadi 5 kategori,
yaitu:
1. CR (Critically Endangered)/ Kritis : suatu taksa dikatakan kritis
bila menghadapi resiko kepunahan yang sangat tinggi di alam
dalam waktu dekat.
2. EN (Endangered)/ Genting : suatu taksa dikatakan genting bila
taksa tersebut tidak tergolong kritis, namun mangalami resiko
3. VU (Vulnerable)/ Rentan : suatu taksa dikatakan rentan bila taksa
tersebut tidak tergolong kritis maupun genting, namun mengalami
resiko kepunahan yang sangat tinggi di alam.
4. LR (Lower Risk)/ Resiko Rendah : suatu taksa dikatakan memiliki
resiko yang relatif rendah bila telah dilakukan evaluasi namun
tidak memenuhi untuk digolongkan dalam kategori kritis, genting
maupun rentan.
5. DD (Data Deficient)/ Kurang Data : suatu taksa dikatakan kurang
data bila informasi yang tersedia tidak mencukupi untuk
melakukan perkiraan, baik secara langsung maupun tidak
langsung, mengenai distribusi dan/ atau status kelimpahan
populasinya. Termasuk dalam penggolongan ini adalah taksa
yang sudah banyak dipelajari, biologinya telah banyak diketahui,
namun berkenaan dengan kelimpahan dan/ atau distribusinya
tidak memiliki data yang mencukupi. (sumber: http://iucnredist.org
.2007 IUCN Red List of Threatened Species)
2.3 Lokasi Proyek
2.3.1 Kriteria Pemilihan Lokasi
Adapun kriteria pemilihan lokasi, antara lain:
1. Ketenangan. Lokasi berada cukup jauh dari keramaian dan berada di
lokasi yang relatif tenang.
2. Letak lokasi harus sesuai dengan Wilayah Pengembangan
Pembangunan (WPP) yang sesuai dengan perkembangan ke arah
konservasi, rekreasi dan hutan kota.
3. Kehadiran fitur alam. Sangat penting untuk memastikan bahwa
habitat buatan dapat dibuat semirip mungkin.
4. Kemudahan akses. Lokasi proyek berada di kawasan yang mudah
dicapai.
5. Lokasi mudah dicapai dengan kendaraan dan sudah memiliki akses
jalan yang baik.
6. Lokasi sudah harus dilengkapi dengan jaringan infrastruktur, meliputi
Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK)
(sumber: Perda kota Medan no.13 Tahun 2011 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Medan tahun 2011-2031)
RTH kawasan wisata meliputi kebun binatang dan taman Mora Indah
di wilayah selatan kota Medan. RTH yang dimaksud meliputi taman
beringin di kecamatan Medan Baru, bumi perkemahan pramuka
Cadika di Medan Johor, kebun bintang di Medan Tuntungan dan
taman hutan kota di semula bandar udara Polonia, kanal sungai Deli
di Medan Johor dan hutan kota di Medan Tuntungan.
2.3.2 Lokasi site
Lokasi Primate Land berada di kawasan Kebun Binatang Medan,
Sumatera Utara, Indonesia. Merupakan kawasan pengembangan
ruang terbuka hijau (RTH) kota yang mengarah pada pengembangan
rekreasi, konservasi dan hutan kota.
Lokasi : Jl. Bunga Rampe IV
Kecamatan : Medan Tuntungan
Status proyek : fiktif
Luas tapak : ± 2,8 Ha
Kontur : kontur datar
Kondisi eksisting : lahan kosong
Potensi lahan :
o Lokasi memiliki tingkat ketenangan yang relatif tenang
o Lokasi berada dalam kompleks dan menjadi bagian dari kebun
binatang Medan.
o Lokasi menjadi bagian pengembangan kebun bintang Medan.
o Lokasi yang masih alami dan merupakan daerah khusus hutan kota.
2.4 Tinjauan Fungsi
2.4.1 Deskripsi pengguna
Adapun pengguna dari Primate Land ini antara lain:
1. Hewan primata : hewan-hewan yang dikumpulkan untuk tujuan
konservasi
2. Pengunjung : orang yang ingin melihat dengan tujuan rekreasi
dan penelitian
Kelompok pengunjung dibedakan berdasarkan umur:
a. Kelompok anak-anak (biasanya datang dalam bentuk
rombongan), usia 5-13 tahun
b. Kelompok remaja, usia 14 – 24 tahun c. Kelompok dewasa, usia 25 – 45 tahun
3. Pengelola : orang yang mengelola Primate Land, seperti staff/
karyawan, dokter dan para ahli konservasi primata
4. Servis : orang yang melakukan kegiatan servis pada proyek ini,
seperti petugas cleaning, petugas mekanikal elektrikal, dll
2.4.2 Program kegiatan
Sebagai ruang habitat bagi primata sekaligus rekreasi bagi
pengunjung, Primate Land memiliki fasilitas yang mencakupi
kebutuhan ruang tersebut. Program kegiatan yang dilakukan adalah
sebagai penyedia ruang dan hiburan yang bersifat edukatif.
Fasilitas-fasilitas yang ditawarkan sbb:
Syarat dasar pembuatan habitat buatan untuk hewan primata adalah:
Perumahan hewan
Pembangunan tempat tinggal hewan primata harus diarahkan
pada pola perilaku dan kebutuhan hewan tersebut. Suasana
yang harus dicapai adalah memberikan tempat dimana
hewan tersebut merasa berada di habitat asli mereka yang
jauh dari predator luar. Semua kebutuhan hewan harus
tersedia layaknya hutan asli, yakni ketersediaan air, lubang,
rumput, dan sumber sinar matahari.
Makan
Salah satu item utama dalam pengoperasian pusat hewan
primata ini terdiri dari formulasi, penyimpanan, persiapan dan
distribusi pangan yang bergizi cukup. Selain pangan utama
yang akan didistribusikan kepada hewan, juga harus
spesies vegetasi yang sesuai, yakni yang dapat
menghasilkan buah dan daun.
Pengobatan hewan
Perawatan yang dimaksud adalah vaksinasi bagi hewan
untuk melindungi mereka dari infeksi, perawatan terhadap gigi
serta penangkaran dan pengawasan terhadap kelahiran
hewan baru.
2.4.3.1 Kandang hewan (animal enclosure)
(sumber : Primate enclosure )
Kandang hewan primata disesuaikan dengan jenis primata yang
tinggal di dalamnya. Sebagai batas interaksi manusia dengan
hewan, kandang didesain dengan kuat, aman dan indah. Bahan
yang paling baik digunakan adalah jenis stainless steel yang
tahan lama.
Persyaratan kawat untuk kandang adalah material stainless dengan diameter wire cable 1/8” -3/32” dengan bukaan 2”X2” hingga 4”X4”.
Kandang hewan (primate enclosure) harus bernuansa alami
dengan banyak semak dan tumbuhan, kayu dan alat pemanjat
seperti tali atau frame.
2.4.3.2 Ruang Karantina
Karantina mengacu pada prinsip dimana pembawa kemungkinan
yang terisolasi dan mengalami dan menjalani serangkaian tes
darah pada titik asal dan pengenalan. Hal ini biasanya terjadi
ketika hewan diimpor dari negara tetangga di mana negara dan
timbulnya penyakit terkadang tidak diketahui. Tujuan karantina
adalah untuk mencegah masuknya penyakit zoonosis (melewati
ke manusia) dan penyakit epidemi dari hewan yang diimpor.
(sumber : Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian
No.501/Kpts/PD.670.210/L/12/2008 tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Karantina Hewan Untuk Satwa Primata)
1. Lokasi : lokasi Instalasi Karantina Hewan dilakukan atas
pertimbangan Dokter Hewan Karantina dengan
memperhatikan biosecurity dan biosafety. Lokasi harus
dilengkapi dengan pagar keliling yang terbuat dari bahan
yang kuat (tembok, besi galvanis, kawat) dengan desain yang
dapat mencegah masuk dan keluarnya hama dan penyakit
hewan.
2. Fasilitas karantina merupakan kompleks bangunan permanen
yang dibuat dari material yang kuat, tahan lama, tidak mudah
rusak dan tidak mudah berkarat.
3. Loading dock : menggunakan pintu yang digunakan untuk
sirkulasi pengelola. Jarak antara loading dock dengan ruang
karantina tidak terlalu jauh.
4. Ruang karantina/ isolasi : merupakan ruangan tertutup/
indoor. Ruang karantina harus dipisahkan dari ruang
pengobatan, dapur gizi, ruang penyimpanan alat dan logistik
serta ruang limbah. Selain itu juga harus terpisah dari ruang
penangkaran, penelitian , dll.
5. Syarat ruang hewan :
a. Koridor: antara 180-250 cm agar pengelola dan
pemindahan alat dapat berlangsung dengan baik.
b. Dinding, lantai dan plafon:
Menggunakan material yang tahan lama
Permukaannya rata,mudah dibersihkan, tahan air
Kemiringan lantai untuk pembuangan air
Pipa pembuangan minimal ¢ 4” (10.2 cm)
c. Jendela : selalu tertutup rapat
d. Pintu : tinggi minimal 215 cm dan lebar 110 cm
6. Suhu ruangan yang direkomendasikan 180 – 290C 7. Kelembapan ruangan 30-70%
8. Siklus cahaya yang direkomendasikan 12 :12 jam terang
gelap.
9. Sirkulasi udara menggunakan sistem exhaust fan. Pertukaran
udara direkomendasikan diatur 15 kali pertukaran setiap jam
10. Kandang dibuat dengan desain yang memudahkan proses
pembersihan serta meminimalkan akumulasi kotoran dan sisa
2.5 Studi banding fungsi sejenis
2.5.1 Apenheul Primate Park, Belanda
(sumber: http://www.apenheul.com/apenheul )
Apenheul Primate Park adalah kebun binatang spesialsasi kera yang
dibuka pada tahun 1971 dan merupakan kebun binatang pertama di
dunia dimana kera dan monyet dapat hidup bebas di dalam hutan
dan antara pengunjung.
Di lahan seluas 12 hektar, Apenheul Primate Park dapat menampung
lebih dari 35 jenis kera dan lemur. Apenheul Primate Park
merupakan anggota dari Nedherlands Zoo dan Worldwide Zoo yang
berperan penting dalam usaha konservasi hewan-hewan primata
seperti gorilla, bonobo dan beberapa spesies primata yang terancam
punah. Apenheul Primate Park terdiri atas pulau-pulau (sedikitnya 8
pulau) yang penuh dengan pemanjat , tali pohon dan jaring. Gambar 21. Ruang karantina
2.5.2 Pusat rehabilitasi satwa primata Jawa, Ciwidey, Bandung
(sumber: Kemenhut Resmikan Pusat Rehabilitasi Satwa Primata
Jawa (PRSPJ), http://www.dephut.go.id )
Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Ir.
Darori, atas nama Menteri Kehutanan meresmikan Pembangunan
Pusat Rehabilitasi Satwa Primata Jawa (PRSPJ), di Patuha Resort
Ciwidey Bandung tanggal 13 September 2011. Pembangunan ini
merupakan salah satu kesepakatan kerjasama dibidang pelestarian
satwa liar terancam punah dengan Aspinall Foundation, yang
berkantor pusat di Inggris sejak 2009. Sekitar 100 peserta akan
diundang untuk menghadiri acara peresmian, diantaranya adalah
Bupati Bandung dan Dirut Perhutani, serta undangan dari berbagai
perwakilan unit kerja/instansi Kementerian Kehutanan dan
Pemerintah daerah setempat serta lembaga/NGOs terkait yang
bergerak dibidang pelestarian Owa Jawa.
Dengan adanya pusat rehabilitasi satwa tersebut diharapkan seluruh
owa jawa, lutung dan surili yang saat ini masih dipelihara oleh
masyarakat secara berangsur-angsur dapat direhabilitasi di PRSPJ
dan dilepas liarkan kembali ke habitat alaminya. Sedangkan untuk
satwa-satwa yang tidak memungkinkan untuk dilepas liarkan
diharapkan dapat dijadikan sebagai indukan untuk menghasilkan
keturunan. Selain sebagai pusat rehabilitasi, PRSPJ ini juga
pendidikan konservasi khususnya konservasi primata jawa bagi
masyarakat luas.
Seiring dengan peresmian Pusat Rehabilitasi Primata Jawa di atas,
maka pada tanggal 14 s/d 15 September 2011 akan dilaksanakan juga lokakarya ketiga “Manajemen Komite Global untuk Konservasi Owa Jawa” di Patuha Resort ini. Komite ini merupakan suatu program kolaboratif yang diinisiasi oleh para lembaga konservasi dan
kebun binatang yang selama ini telah terlibat dalam upaya
konservasi owa jawa, seperti Taman Safari Indonesia, Javan Gibbon
Centre Bodogol dan kebun binatang luar negeri (Amerika, Eropa dan
Australia). Berbagai isu dan persoalan owa jawa akan dibahas dalam
kegiatan lokakarya tersebut dan diharapkan dapat dihasilkan
berbagai rumusan dan rekomendasi yang diperlukan bagi suksesnya
pelestarian owa jawa di masa mendatang.
Dalam pemanfaatan kekayaan sumber daya alam hayati berupa
tumbuhan dan satwa liar tersebut, pemerintah telah menerbitkan PP
no.8 tahun 1999 tentang Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar
dan Keputusan Menteri Kehutanan no.447/Kpts-II/2003 tentang Tata
Usaha Pengambilan atau Penangkapan dan Peredaran Tumbuhan
dan Satwa liar. Kebijakan tersebut merupakan bentuk insentif tidak
langsung dari Pemerintah bagi masyarakat. Pengakomodasian
perangkat hukum terhadap pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar
berupa kuota nasional pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar.
Tercatat sekitar 1.504 spesies (199 spesies apendiks CITES dan
1.305 spesies non-apendiks CITES) yang telah dimanfaatkan melalui
pengaturan kuota tahunan nasional. Sementara itu, terdaftar kurang
lebih 197 pengedar luar negeri dari 11 kelas komoditi tumbuhan dan
satwa liar dengan lokasi pengedar tersebar di 17 propinsi. Jumlah
penangkar yang terdaftar saat ini adalah 432 unit.
2.5.3 Pusat primata Schmutzer, Kebun Binatang Ragunan, Jakarta
Berada di dalam kebun binatang Ragunan, di atas lahan seluas 3 Ha,
pengelolaannya dilakukan oleh pihak swasta yang dananya berasal
dari The Gibbon Foundation. Pusat Primata Schmutzer didirikan
sebagai sarana pendidikan dan hiburan bagi pengunjungnya. Sepert
Kebun Binatang San Diego, kehidupan primata di Schmutzer
dirancang seperti kehidupan bebas binatangnya, tanpa kandang.
Pusat primata ini juga memiliki museum, perpusatakaan dan teater
bioskop kecil tentang primata di Indonesia dan dunia. Karena
pengunjung tidak diperbolehkan membawa makanan masuk,
lingkungan Schmutzer sangat bersih. Pengunjung diperiksa sebelum
masuk. Selain binatang yang terawat, semua tumbuhan diberi papan
nama berdasarkan nama latinnya untuk keterangan pengunjung.
Pusat primata ini masih dalam pengembangan dan beberapa bagian
masih dalam tahap penyelesaian. Contohnya pengembangan
enclosure (kandang) gorilla 2 untuk gorilla jantan tanpa pasangan.
Pada tahun 2006 pusat primata sudah diserahkan sepenuhnya pada
kebun binatang Ragunan, Jakarta.
Gambar 24. Pusat primata Schmutzer
Tabel 1. Tabel perbandingan terhadap studi banding
Apenheul
Primate Park,
Belanda
Pusat
rehabilitasi
primata Jawa,
Bandung
Pusat Primata
Schmutzer,
Jakarta
Luas
wilayah
12 Ha 3 Ha
Fungsi Konservasi Konservasi,
rehabilitasi
Konservasi,
rekreasi
Fasilitas Auditorium,
akomodasi
Bioskop,
perpustakaan,
gua edukasi,
arena
pendidikan,
tempat rekreasi Gambar 25. Suasana Pusat primata Schmutzer