• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Diskripsi Penelitian Antar Siklus - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis pada Mata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Diskripsi Penelitian Antar Siklus - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis pada Mata "

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Diskripsi Penelitian Antar Siklus

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan langkah- langkah model pembelajaran problem based learning (PBL) dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran matematika melalui model pembelajaran PBL. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas 5 SDN 1 Banyukembar. Jumlah subjek dari penelitian ini berjumlah 36 siswa yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam 2 siklus dimana setiap siklus terdiri dari 3 pertemuan. Pada pertemuan 1 dan 2 setiap siklus terdapat tiga tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksaan dan observasi, kemudian yang terakhir tahap refleksi. Kemudian pada pertemuan ketiga digunakan untuk tes.

4.1.1. Pra Siklus

Kegiatan pra siklus dilakukan untuk mngetahui kondisi awal kemampuan berpikir kritis siswa. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan berpikir kritis siswa kelas V dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan model PBL . Sebelum dilaksanakan tindakan, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi guna mendapatkan gambaran tentang pembelajaran Matematika yang sudah dilakukan sebelumnya pada materi akhir semester I kelas 5 yaitu dengan mengamati hasil tes akhir semester siswa dari nilai murni tes semester ganjil yang telah dilaksanakan sebelumnya.

4.1.2. Siklus I

a. Tahap perencanaan

Perencanaan yang dilakukan oleh peneliti adalah mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk penelitian. Pada tahap perencanaan ini hal-hal yang dilakukan oleh penelitian diantaranya ;

(2)

pembimbing. RPP ini berguna sebagai pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas.

2. Peneliti mempersiapkan instrumen penelitian yaitu lembar observasi guru dan siswa mengenai keterlaksanaan pembelajaran model PBL, lembar kegiatan siswa (LKS), tes evalusi kemampuan berpikir kritis siklus I. 3. Peneliti melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing mengenai

instrumen- instrumen yang akan digunakan.

4. Peneliti melakukan uji validitas tes kemampuan berpikir kritis siklus I di kelas 6 SDN 1 Banyukembar.

5. Mengkomunikasikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kepada guru kelas 5 SDN 1 Banyukembar.

b. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan

Penelitian siklus I dilaksanakan pada tanggal 24, 26, dan 27 Maret. Sebelum memulai pembelajaran peneliti bersama pengamat menyiapkan lembar keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model problem based learning yang terdiri dari lembar pengamatan aktivitas guru dan lembar aktivitas siswa. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai pengamat dibantu oleh 1 pengamat teman sejawat. Materi yang diajarkan adalah mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan.

Pertemuan pertama siklus I

Lembar pengamatan aktivitas Guru menggunakan model PBL

Siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari sabtu, 24 maret 2018 pukul 07.30 – 08.40. Materi yang dibahas adalah perkalian berbagai operasi hitung pecahan. Guru melaksanakan pembelajaran mengacu pada RPP yang sudah disiapkan. Pembelajaran dimulai dengan berdoa dan mengecek kehadiran siswa. Kemudian guru masuk pada tahap orientasi pada masalah. Pada tahap ini guru melakukan apersepsi dengan bercerita tentang ada acara hajatan dirumah,

(3)

masalah yang berkaitan dengan perkalian pecahan; mengaplikasikan penggunaan operasi perkalian bentuk pecahan dalam kehidupan sehari- hari.kemudian guru menjelaskan aktivitas- aktivitas pembelajaran diantaranya siswa berdiskusi dalam kelompok mengerjakan LKS yang sudah disiapkan, dan mengkomunikasikan hasil pekerjaannya didepan kelas. Kemudian guru memberikan motivasi kepada siswa untuk semangat dalam mengerjakan dan aktif terlibat dalam pembelajaran terutama saat diskusi dalam kelompok.

Kemudian tahap mengorganisasikan peserta didik. Tahap ini guru membagi peserta didik, dalam 1 kelompok terdiri dari 4- 5 siswa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa yang dikerjakan oleh Siswa secara berkelompok. Guru menjelaskan cara mengerjakan LKS. Kemudian tahap membimbing investiga peserta didik dalam kelompok. Pada tahap ini guru memberikan bimbingan kepada siswa untuk menggunkan sumber dari buku paket matematika. Guru memberikan motivasi kepada setiap kelompok agar mengerjakan LKS dengan tepat dengan cara mengingatkan siswa untuk teliti dalam memahami dan membaca soal yang ada di LKS. Guru berkeliling melihat kemajuan peserta didik dalam setiap kelompok dan memberikan pengarahan dan merangsang peserta didik saat mengerjakan LKS. Saat siswa kesulitan mengerjakan LKS guru merangsang siswa dengan memberikan penjelasan cara menyelesaikan soal dan memotivasi agar interaksi antar siswa dalam menyelesaikan LKS dapat berjalan dengan baik.

Tahap selanjutnya penyajian hasil diskusi. Pada tahap ini Guru memberikan pengarahan jalannya presentasi. Guru meminta setiap kelompok untuk maju mempresentasikan hasil pekerjaan peserta didik. Guru merangsang peserta didik untuk berinteraksi antar peserta didik seperti pada saat jawaban kelompok berbeda guru membimbing siswa untuk mendapatkan jawaban yang benar.

(4)

Secara keseluruhan pada pertemuan pertama ini sudah sesuai dengan skenario yang ada di RPP. Berdasarkan lembar observasi guru dari 23 aspek kegiatan yang diamati sebanyak 22 kegiatan sudah dijalankan dan hanya 1 kegiatan yang tidak dilakukan guru yaitu guru mengatur penggunaan waktu diskusi dengan tepat. Kekurangan dalam pembelajaran yang telak dilaksanakan diantaranya guru kurang memperhatikan manajemen waktu sehingga dalam pelaksanaan diskusi waktu terlalu lama. Guru dalam pelaksanaan pembelajaran kurang memperhatikan siswa yang mengobrol sendiri dan tidak ikut mengerjakan LKS karena terlalu fokus menjelaskan di kelompok lain.

Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa yang dilakukan selama proses pembelajaran problem based learning pada siklus I pertemuan pertama. Tahap Orientasi terhadap masalah , siswa menanggapi saat guru melakukan apersepsi, siswa yang bernama bihun menanggapi apersepsi yang dilakukan guru dengan menjawab pertanyaan dengan benar. Kemudian siswa menyimak tujuan pembelajaran yang disiapkan oleh guru, siswa menyimak penjelasan dari guru mengenai aktivitas – aktivitas yang dilakukan seta materi pelajaran, siswa mendengarkan motivasi dari guru untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan pengamatan siswa sudah melakukan tahap ini dengan baik.

Tahap selanjutnya mengorganisasikan peserta didik. Pada tahap ini siswa menganalisis dan memahami permasalahan yang diberikan secara berkelompok, siswa mengorganisir petunjuk – petunjuk yang diberikan dalam permasalahan secara berkelompok. Berdasarkan pengamatan belum terlihat siswa mengorganisasikan petunjuk- petunjuk yang diberikan dalam permasalahan secara berkelompok.

(5)

Tahap penyajian hasil diskusi. Kegiatan siswa mempersiapkan dan mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas, pada kegiatan ini hanya 1 kelompok yang mendominasi perwakilannya maju untuk mempresentasikan pekerjaan yaitu kelompoknya bihun. Hal ini terjadi karena kelompok lain belum selesai mengerjakan LKS. Belum tampak kegiatan siswa memberikan pertanyaan dan argumen tentang presentasi hasil pekerjaan yang dipresentasikan oleh kelompok lain.

Tahap Analisis dan evaluasi proses mengatasi masalah. Kegiatan siswa diantaranya siswa menyimpulkan konsep materi dari proses menemukan jawaban dari yang telah mereka lakukan, kemudian siswa menulis kesimpulan konsep materi yang mereka dapatkan hari ini di buku catatan.

Secara keseluruhan berdasarkan lembar pengamatan aktivitas siswa menggunakan model pembelajaran PBL berjalan kurang baik. Dari 16 indikator kegiatan siswa, ada 6 indikator yang belum tampak aktivitas kegiatan siswa. Berdasarkan lembar pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran PBL terdapat beberapa kekurangan yang harus diperbaiki diantaranya masih terdapat siswa dalam kelompok yang tidak ikut mengerjakan atau hanya beberapa siswa yang mengerjakan. Kemudian beberapa kelompok yang banyak mengobrol sehingga sampai waktu yang ditentukan kelompok tersebut belum selesai mengerjakan. Sebagian kelompok juga kurang memperhatikan pada saat kelompok lain mempresentasikan hasil kerjanya.Kemudian dalam menyelesaikan belum nampak / terlihat siswa mengerjakan soal pada LKS secara sistematis dengan menulis informasi yang diketahui dan ditanyakan pada soal, menganalisis hubungan antara pernyataan yang diketahui, langkah cara menyelesaikan soal, dan kesimpulan jawaban dari pertanyaan yang ditanyakan.Kemudian hanya satu kelompok yang selesai mengerjakan LKS yaitu kelompoknya bihun.

Pertemuan kedua siklus I

Lembar pengamatan aktivitas Guru menggunakan model PBL

(6)

disiapkan. Pembelajaran dimulai dengan berdoa dan mengecek kehadiran siswa. Kemudian guru masuk pada tahap orientasi pada masalah. Pada tahap ini

guru melakukan apersepsi dengan bercerita mengenai ibu memiliki kue, 1 4 kue ibu dibagikan kepada tetangganya, setelah dibagikan ke tetangganya, kemudian

sisanya 1

5 diberikan kepada anak- anaknya.Sekarang sisa kue ibu 60 potong, kira – kira berapa ya banyak mula – mula kue yang dimiliki ibu. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai diantaranya dapat menganalisis berbagai bentuk operasi pembagian pecahan, dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan pembagian pecahan; mengaplikasikan penggunaan operasi pembagian bentuk pecahan dalam kehidupan sehari- hari. kemudian guru menjelaskan aktivitas- aktivitas pembelajaran diantaranya siswa berdiskusi dalam kelompok mengerjakan LKS yang sudah disiapkan, dan mengkomunikasikan hasil pekerjaannya didepan kelas. Kemudian guru memberikan motivasi kepada siswa untuk semangat dalam mengerjakan dan aktif terlibat dalam pembelajaran terutama saat diskusi dalam kelompok agar mampu memecahkan soal yang sudah disediakan oleh Guru dalam LKS.

Kemudian tahap mengorganisasikan peserta didik. Tahap ini guru membagi peserta didik, dalam 1 kelompok terdiri dari 4- 5 siswa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa yang dikerjakan oleh Siswa secara berkelompok. Guru menjelaskan cara mengerjakan LKS. Guru juga mengingatkan siswa untuk menggunakan waktu dengan efektif supaya siswa bisa menyelesaikan tugas LKS.

(7)

Tahap selanjutnya penyajian hasil diskusi. Pada tahap ini Guru memberikan pengarahan jalannya presentasi. Guru meminta setiap kelompok untuk maju mempresentasikan hasil pekerjaan peserta didik. Guru merangsang peserta didik untuk berinteraksi antar peserta didik seperti pada saat jawaban kelompok berbeda guru membimbing siswa untuk mendapatkan jawaban yang benar.

Terakhir tahap menganalisi dan mengevaluasi proses mengatasi masalah. Pada tahap ini guru memberikan penjelasan terhadap materi yang telah didiskusikan dan menyimpulkan terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan bersama peserta didik yaitu mengenai perkalian berbagai bentuk pecahan.

Secara keseluruhan pada pertemuan kedua siklus I ini sudah sesuai dengan skenario yang ada di RPP. Berdasarkan lembar observasi guru dari 23 aspek kegiatan yang diamati semua telah dilaksanakan oleh guru. Hal yang perlu diperbaiki selanjutnya adalah penguasaan guru dalam mengamati kelompok yang beberapa anggota kelompok masih berbicara sendiri dan hanya beberapa siswa yang mengerjakan tugas kelompok perlu ditingkatkan.

Lembar pengamatan aktivitas Siswa menggunakan model PBL

Aktivitas siswa yang dilakukan selama proses pembelajaran problem based learning pada spertemuan kedua siklus I. Tahap Orientasi terhadap masalah , siswa menanggapi saat guru melakukan apersepsi, ada beberapa siswa yang mencoba menebak jawaban dari apersepsi yang dilakukann oleh guru. Kemudian siswa menyimak tujuan pembelajaran yang disiapkan oleh guru, siswa menyimak penjelasan dari guru mengenai aktivitas – aktivitas yang dilakukan seta materi pelajaran, siswa mendengarkan motivasi dari guru untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan pengamatan siswa sudah melakukan tahap ini dengan baik.

(8)

yang hanya mengandalkan teman sekelompoknya dan kurang fokus dalam diskusi menyelesaikan LKS.

Tahap pembimbingan investigasi peserta didik. Siswa menganalisis dan memahami permasalahan secara berkelompok. Sebagian kelomoksudah melaksanakan kegiatan siswa dalam kelompok aktivitas kegiatas siswa mengemukakan pilihan cara untuk menemukan solusi dengan petunjuk – petunjuk yang di dapatkan dari penelitian siswa, siswa menerapkan cara yang mereka pilih untuk menemukan solusi permasalahan. Terlihat dari jawaban siswa yang sudah mulai sistematis dalam menyelesaikan tugas di LKS.

Tahap penyajian hasil diskusi. Kegiatan siswa mempersiapkan dan mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas, pada kegiatan perwakilan beberapa kelompok maju memperesentasikan hasil pekrjaannya di depan kelas. Dibandingkan pertemuan pertama, di pertemuan kedua proses presentasi lebih baik dengan perwakilan dari 4 kelompok yang maju dari 8 kelompok yang ada. Namun masih belum tampak kegiatan siswa memberikan pertanyaan dan argumen tentang presentasi hasil pekerjaan yang dipresentasikan oleh kelompok lain.

Tahap Analisis dan evaluasi proses mengatasi masalah. Kegiatan siswa diantaranya siswa menyimpulkan konsep materi dari proses menemukan jawaban dari yang telah mereka lakukan, kemudian siswa menulis kesimpulan konsep materi yang mereka dapatkan hari ini di buku catatan.

(9)

hasil kerjanya. Belum tampak kegiatan siswa memberikan pertanyaan dan argumen tentang presentasi hasil pekerjaan yang dipresentasikan oleh kelompok lain.

c. Refleksi

Hasil pengamatan dianalisis yang kemudian akan digunakan sebagai refleksi. Hasil pengamatan dan refleksi digunakan dalam menentukan perbaikan pada siklus pembelajaran berikutnya. Hal ini bertujuan untuk melakukan penyempurnaan pada siklus berikutnya. Berdasarkan lembar pengamatan menggunakan model problem based learning (PBL) pada siklus I, hal yang dapat direflesksikan dalam penelitian siklus I diantaranya :

1. Secara keseluruhan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru sudah sesuai dengan tahap model pembelajaran PBL dan berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari lembar aktivitas guru menggunakan model pembelajaran PBL yang kegiatan sudah terlaksana.

2. Guru harus lebih fokus dan memperhatikan kegiatas diskusi kelompok siswa yang sedang mengerjakan LKS agar setiap anggota dalam kelompok dapat berkerjasama dan menjalankan tugasnya.

3. penguasaan kelas dalam mengamati kelompok yang beberapa anggota kelompok masih berbicara sendiri dan hanya beberapa siswa yang mengerjakan tugas kelompok perlu ditingkatkan.

4. Manajemen waktu siswa dalam menyelesaikan LKS lebih diperhatikan dan lebih didorong agar semua kelompok dapat menyelesaikan LKS dengan waktu yang tepat.

5. Sebagian siswa kurang memperhatikan pada saat kelompok lain melakukan presentasi.

6. Aktivitas siswa saat pesentasi kurang dalam memperhatikan siswa lain presentasi dan menanggapi hasil presentasi kelompok lain belum terlihat. 4.1.3. Siklus II

a. Tahap Perencanaan

(10)

1. Peneliti bersama guru mengevaluasi proses pembelajaran siklus I yang berguna untuk memperbaiki dan mengatasi kekurangan yang ada pada siklus I. Kemudian peneliti melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing.

2. Peneliti bersama pembimbing merencanakan pembelajaran Matematika menggunakan Model Problem Based Learning. Peneliti membuat dan menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP ini membahas materi menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala. .RPP disusun oleh peneliti atas pertimbangan guru dan dosen pembimbing. RPP ini berguna sebagai pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas.

3. Peneliti mempersiapkan instrumen penelitian yaitu lembar observasi guru dan siswa mengenai keterlaksanaan pembelajaran model PBL, lembar kegiatan siswa (LKS), tes evalusi kemampuan berpikir kritis siklus II. 4. Peneliti melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing mengenai

instrumen- instrumen yang akan digunakan.

5. Peneliti melakukan uji validitas tes kemampuan berpikir kritis siklus II di kelas 6 SDN 1 Banyukembar.

6. Mengkomunikasikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kepada guru kelas 5 SDN 1 Banyukembar.

b. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan Penelitian

Penelitian siklus II dilaksanakan pada tanggal 31 Maret, 3,4 April 2018. Sebelum memulai pembelajaran peneliti bersama pengamat menyiapkan lembar keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model problem based learning yang terdiri dari lembar pengamatan aktivitas guru dan lembar aktivitas siswa. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai pengamat dibantu oleh 1 pengamat teman sejawat. Materi yang diajarkan adalah menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala.

Pertemuan pertama siklus II

Aktivitas Guru menggunakan model PBL.

(11)

pecahan dalam masalah perbandingan. Pembelajaran diawali dengan berdoa dan mengecek kehadiran siswa. Tahap orientasi masalah. Pada tahap ini guru melakukan apersepsi dengan bercerita memberikan tebakan yaitu jumlah umur

ibu dan anaknya adalah 45 tahun. Umur anaknya 1

8 umur Ibu. Berapa masing – masing umur Ibu dan anaknya,setelah itu guru menjelaskan tujuan pembelajaran diantaranya setelah pembelajaran siswa dapat menganalisis penggunaan pecahan dalam perbandingan, dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan penggunaan pecahan dalam perbandingan.kemudian guru menjelaskan aktivitas- aktivitas yang dilakukan yaitu mengerjakan LKS yang sudah disiapkan secara berkelompok dan mengkomunikasikan hasil jawaban didepan kelas, dan guru memotivasi siswa untuk lebih bersemangat tanggap dan juga untuk selalu bekerjasama dalam menyelesaikan LKS.

Kemudian tahap mengorganisasikan peserta didik, guru membagi kelompok secara heterogen seperti pada siklus I, beberapa kelompok yang pada siklus sebelumnya masih memiliki banyak kekurangan ditempatkan pada meja paling depan agar lebih termotivasi, terpantau dan tepat waktu dalam menyelesaikan LKS. Guru menjelaskan cara mengerjakan LKS.

Tahap pembimbingan investigasi peserta didik, guru membimbing siswa untuk menggunakan sumber buku paket matematika. Guru mendorong dan memotivasi siswa untuk mengumpulkan informasi dan mengerjakan secara teliti, membaca soal berulang- ulang agar memahami pertanyaan yang ada di LKS, dan mengerjakan pertanyaan secara sistematis dengan menulis informasi yang diketahui dan ditanyakan pada soal, menganalisis hubungan antara pernyataan yang diketahui, langkah cara menyelesaikan soal, dan kesimpulan jawaban dari pertanyaan yang ditanyakan. Guru melakukan cek pada tiap kelompok untuk melihat kemajuan peserta didik dalam menyelesaikan LKS, memberikan pengarahan pada saat siswa saat kesulitan mengerjakan LKS dan mengingatkan waktu agar siswa lebih terpacu untuk menyelesaikan.

(12)

hanya didominasi oleh 4 kelompok yang presentasi dari 8 kelompok dan dapat menyelesaikan LKS, pada presentasi kelompok ada 7 kelompok presentasi dan sudah menyelesaikan LKS. Interaksi pada saat menanggapi kelompok lain juga lebih aktif. Penyelesaian mengerjakan LKS pun hampir semua kelompok sudah mengerjakan secara sistematis dan hanya satu kelompok yang masih kurang sistematis dalam menyelesaikan LKS.

Selanjutnya, tahap analisis dan evaluasi proses mengatasi masalah, guru memberikan klarifikasi terhadap permasalahan yang telah didiskusikan dan membimbing secara klasikal kesimpulan pembelajaran yang telah dilakukan.

Secara keseluruhan pembelajaran pertemuan pertama siklus II yang dilakukan oleh guru sudah sesuai dengan skenario yang ada di RPP. Berdasarkan lembar pengamatan aktivitas guru sudah terlaksana semua. Guru dalam memanajemen waktu dan mendorong siswa untuk menyelesaikan tugasnya sudah baik sehingga terjadi peningkatan dalam proses pembelajaran.

Aktivitas Siswa menggunakan model PBL.

Aktivitas siswa yang dilakukan selama proses pembelajaran problem based learning pada pertemuan pertama siklus II. Tahap Orientasi terhadap masalah , siswa menanggapi saat guru melakukan apersepsi, siswa tampak mulai berpendapat mencoba menebak dan kemudian guru menyimpan jawaban siswa yang akan dibahas pada akhir pembelajaran. Kemudian siswa menyimak tujuan pembelajaran yang dijelaskan oleh guru, siswa menyimak penjelasan dari guru mengenai aktivitas – aktivitas yang dilakukan seta materi pelajaran, siswa mendengarkan motivasi dari guru untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan pengamatan siswa sudah melakukan tahap ini dengan baik.

(13)

tak terlepas dari guru yang terus mengamati dan memberikan pengarahan kelompok yang belum maksimal pada siklus I saat menyelesaikan LKS .

Tahap pembimbingan investigasi peserta didik. Siswa menganalisis dan memahami permasalahan secara berkelompok. Proses kerjasama dan diskusi dalam mengerjakan LKS siswa pada pembelajaran ini lebih aktif dengan siswa mulai saling berpendapat menentukan cara untuk menyelesaikan soal yang ada di LKS. Siswa mengemukakan pilihan cara untuk menemukan solusi dengan petunjuk – petunjuk yang di dapatkan dari penelitian siswa, siswa menerapkan cara yang mereka pilih untuk menemukan solusi permasalahan. Siswa pun menyelesaikan soal secara sistematis yang mempermudah dalam memecahkan jawaban.

Tahap penyajian hasil diskusi. Kegiatan siswa mempersiapkan dan mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas, pada kegiatan perwakilan beberapa kelompok maju memperesentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas. Pada tahap ini presentasi sudah berjalan dengan baik. Siswa memperhatikan kelompok lain presentasi dan memberi argumen pada saat jawaban tidak sama. Disini guru mengatur dan mengarahkan siswa dalam presentasi dalam mencari jawaban yang benar.

Tahap Analisis dan evaluasi proses mengatasi masalah. Kegiatan siswa diantaranya siswa menyimpulkan konsep materi dari proses menemukan jawaban dari yang telah mereka lakukan, kemudian siswa menulis kesimpulan konsep materi yang mereka dapatkan hari ini di buku catatan.

Berdasarkan lembar pengamatan aktivitas siswa sudah berjalan dengan baik dari pada siklus I, namun beberapa catatan yang ada pada pertemuan ini adalah ada 1 kelompok yang masih perlu bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan LKS agar pada pertemuan selanjutnya bisa menyelesaikan dengan tepat dan benar. Kemudian pada saat presentasi masih didominasi perempuan dari setiap perwakilan kelompok yang melakukan presentasi.

Pertemuan kedua siklus II

Aktivitas Guru menggunakan model PBL

(14)

perbandingan, dan penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala daalam kehidupan sehari- hari. Pembelajaran diawali dengan berdoa dan mengecek kehadiran siswa. Tahap orientasi masalah. Pada tahap ini guru melakukan apersepsi dengan bercerita memberikan tebakan yaitu guru melakukan apersepsi dengan bercerita memberikan tebakan yaitu jarak kota Semarang dan Solo adalah 160 km. Deni berangkat dari semarang ke solo jam 06.00 dengan kecepatan 40 km per jam. Sedangkan Adi berangkat dari solo ke semarang pukul 07.00 dengan kecepatan 20 km per jam. Dimanakah Deni dan Adi akan berpapasan dan pada jam berapa mereka berpapasan/ bertemu? Guru menyimpan jawaban siswa dan dibahas saat akhir pembelajaran, setelah itu guru menjelaskan tujuan pembelajaran diantaranya dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan penggunaan skala sebagai perbandingan, menghubungkan penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala dikehidupan sehari- hari. Kemudian guru menjelaskan aktivitas- aktivitas yang dilakukan yaitu mengerjakan LKS yang sudah disiapkan secara berkelompok dan mengkomunikasikan hasil jawaban didepan kelas, dan guru memotivasi siswa untuk lebih bersemangat tanggap dan juga untuk selalu bekerjasama dalam menyelesaikan LKS.

Kemudian tahap mengorganisasikan peserta didik, guru membagi kelompok secara heterogen. Guru melakukan cek perkelompok untuk membantu organisasi tugas peserta didik. Guru menjelaskan cara mengerjakan LKS dan mengingatkan siswa untuk secara efektif dalam mengerjakan LKS agar dapat menyelesaikan dengan tepat waktu.

(15)

memberikan pengarahan pada saat siswa saat kesulitan mengerjakan LKS dan mengingatkan waktu agar siswa lebih terpacu untuk menyelesaikan. Guru merangsang siswa dalam kelompok untuk bernteraksi mengutarakan pendapat dalam berdiskusi seperti pada saat siswa dalam kelompok mengalami kebuntuan dalam menyelesaikan soal, guru mengarahkan siswa dalam memilih strategi menyelesaikan soal dan memberi motivasi semangat untuk siswa.

Berikutnya tahap penyajian hasil diskusi, Guru meminta peserta didik untuk menyiapkan hasil diskusi yang akan dipresentasikan. Guru meminta perwakilan dari setiap kelompok untuk maju dalam presentasi. Guru meminta perwakilan kelompok yang melakukan presentasi adalah siswa yang belum pernah maju melakukan presentasi. Guru merangsang interaksi antar siswa untuk menanggapi hasil presentasi siswa dengan bertanya apakah ada jawaban yang beda dari kelompok yang maju presentasi. Guru memberikan bimbingan pada saat diskusi mencari jawaban yang benar.

Selanjutnya, tahap analisis dan evaluasi proses mengatasi masalah, guru memberikan klarifikasi terhadap permasalahan yang telah didiskusikan, guru juga membahas apersepsi di awal pembelajaran dan mengerjakan bersama siswa untuk menemukan jawaban, dan membimbing secara klasikal kesimpulan pembelajaran yang telah dilakukan.

Secara keseluruhan pembelajaran pertemuan kedua siklus II yang dilakukan oleh guru sudah sesuai dengan skenario yang ada di RPP. Berdasarkan lembar pengamatan aktivitas guru sudah terlaksana semua. Guru dalam melaksanaan proses pembelajaran berjalan dengan baik, penguasaan kelas, merangsang interaksi siswa dan mengatur jalannya diskusi kelompok dengan baik, menjalankan tugas membimbing presentasi dengan baik.

Aktivitas Siswa menggunakan PBL

(16)

mengenai aktivitas – aktivitas yang dilakukan serta materi pelajaran, siswa mendengarkan motivasi dari guru untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan pengamatan siswa sudah melakukan tahap ini dengan baik.

Tahap selanjutnya mengorganisasikan peserta didik. Pada tahap ini siswa menganalisis dan memahami permasalahan yang diberikan secara berkelompok, siswa mengorganisir petunjuk – petunjuk yang diberikan dalam permasalahan secara berkelompok. Berdasarkan pengamatan kegiatan ini sudah berjalan dengan bekerjasama dalam memahami soal yang ada di LKS, siswa dibantu guru dalam memberikan arahan dan tugas siswa dalam untuk menyelesaikan LKS.

Tahap pembimbingan investigasi peserta didik. Siswa menganalisis dan memahami permasalahan secara berkelompok. Proses kerjasama dan diskusi dalam mengerjakan LKS siswa pada pembelajaran ini berjalan sesuai dengan yang diharapkan tampak diskusi yang berjalan dengan baik dimana semua siswa dalam kelompok saling berpendapat dan bekerjasama menentukan cara untuk menyelesaikan soal yang ada di LKS. Siswa mengemukakan pilihan cara untuk menemukan solusi dengan petunjuk – petunjuk yang di dapatkan dari penelitian siswa, siswa menerapkan cara yang mereka pilih untuk menemukan solusi permasalahan. Siswa diberikan pengarahan oleh guru yang berkeliling mengecek kemajuan setiap kelompok pada saat siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal dengan memberikan rangsangan berupa pancingan dan membimbing mengarahkan untuk menggunakan langkah yang benar. Siswa pun menyelesaikan soal secara sistematis yang mempermudah dalam memecahkan jawaban. Siswa dalam kelompok terlihat lebih bertanggungjawab dalam menyelesaikan LKS

(17)

dan memberi pendapat pada saat jawaban tidak sama. Disini guru mengatur dan mengarahkan siswa dalam presentasi dalam mencari jawaban yang benar. Interaksi yang terjadi saat diskusi ini membuat pembelajaran kali ini menjadi lebih aktif dan susai dengan yang diharapkan.

Tahap Analisis dan evaluasi proses mengatasi masalah. Kegiatan siswa diantaranya siswa menyimpulkan konsep materi dari proses menemukan jawaban dari yang telah mereka lakukan, kemudian siswa menulis kesimpulan konsep materi yang mereka dapatkan hari ini di buku catatan.

Berdasarkan lembar pengamatan aktivitas siswa secara keseluruhan sudah berjalan dengan baik, namun beberapa catatan yang ada pada pertemuan ini adalah berdasarkan pengamatan masih ada satu, dua siswa dalam kelompok yang masih berbicara sendiri , kurang memperhatikan saat presentasi dari kelompok lain. Pembelajaran kali ini pun siswa lebih aktif saat mengerjakan LKS dan lebih bertanggungjawab dengan saling berpendapat dalam menyelesaikan LKS.

c. Refleksi

Hasil pengamatan dianalisis yang kemudian akan digunakan sebagai refleksi. Hasil pengamatan dan refleksi digunakan dalam menentukan perbaikan .Hal ini bertujuan untuk melakukan penyempurnaan pada siklus berikutnya. Berdasarkan lembar pengamatan menggunakan model problem based learning (PBL) pada siklus II, hal yang dapat direflesksikan dalam penelitian siklus II diantaranya

1. Berdasarkan lembar observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam menggunakan model PBL terjadi peningkatan yang lebih baik dalam proses pembelajaran dibuktikan dengan indikator keterlaksanaan yang lebih baik daripada siklus I.

(18)

3. Guru dalam memberikan motivasi lebih ditingkatkan untuk menummbuhkan semangat pada siswa misalnya dengan memberikan yel- yel agar siswa semangat dalam proses pembelajaran.

4. Guru harus lebih memberi perhatian dan pengarahan yang lebih kepada siswa yang masih seneng ngobrol atau bicara sendiri dan kurang dalam bekerjasama menyelesaikann tugas kelompok.

4.2. Hasil Analisis Data

Hasil analisi data pada penelitian ini terdiri dari hasil tes pra siklus, tes kemampuan berpikir kritis siklus I, dan tes kemampuan berpikir kritis siklus II. Data pras siklus diambil dari hasil tes akhir semester siswa dari nilai murni tes semester ganjil yang telah dilaksanakan sebelumnya. Kemudian tes siklus I dilaksanakan pada hari selasa, 27 maret 2018 paja jam 07.00-08.10. Pada pertemuan ini dilaksanakan tes siklus I untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis peserta didik. Kompetensi dasar pada tes ini adalah mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan. Kemudian tes siklus II s dilaksanakan pada hari selasa, 3 April 2018. Pada pertemuan ini dilaksanakan tes siklus II untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa.Kompetensi dasar pada tes ini adalah menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala. Berikut perbandingan nilai tes pra siklus, siklus I, dan siklus II.

4.2.1. Perbandingan hasil tes kemampuan berpikir Pra siklus, Siklus I, Siklus II

Berdasarkan hasil tes siklus I dan siklus II menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan . Berikut ini perbadingan tes kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkan hasil tes siklus I dan siklus II.

Tabel 4.1. Perbandingan tes kemampuan berpikir kritis pra siklus,siklus I, siklus II

Kualifikasi Pra Siklus Siklus I Siklus II

(19)

Nilai Tertinggi

72 82,14 94.05

Nilai Terendah

32 41,67 65,48

Rata-rata 52,06% 60,65% 74,69%

Berdasarkan tabel hasil penelitian diatas, terdapat peningkatan kualifikasi kritis sekali sebesar 5,71% dengan presentase rata-rata pada pra siklus 0%, siklus I sebesar 0% dan pada siklus II sebesar 5,71%. Kemudian peningkatan pada kualifikasi kritis dari pra siklus ke siklus I sebesar 11,43 % dan meningkat lagi dari siklusI ke siklus II sebesar 31,34% dengan presntase pada pra siklus sebesar 0%, siklus I 11,43%, dan siklus II sebesar 42,86%. Selanjutnya peningkatan terjadi pada kualifikasi cukup kritis dari pra siklus ke siklus I sebesar 11,43%, dan meningkat lagi dari siklus I ke siklus II sebesar 28,56% dengan presentase pada pra siklus sebesar 11,43%, siklus I sebesar 22,48%, siklus II sebesar 51,42%. Kemudian pada kualifikasi kurang kritis mengalami penurunan dari pra siklus ke siklus I sebesar 2,82%, dan menurun lagi dari siklus I ke siklus II sebesar 51,42% dengan presentase pada pra siklus sebesar 54,23%, siklus I sebesar 51,42% , dan siklus II sebesar 0%. Kemudian pada kualifikasi tidak kritis menurun dari pra siklus ke siklus I sebesar 10%, menurun lagi dari siklus I ke siklus II sebesar 14,29%, dengan presentase pra siklus sebesar 34,29%, siklus I sebesar 14,29%, dan siklus II sebesar 0%. Pada kualifikasi kurang kritis dan tidak kritis terjadi penurunan presentase dikarenakan siswa mengalami peningkatan kemampuan berpikir kritis dibuktikan dengan siswa yang berada pada kualifikasi kurang kritis dan tidak kritis sebesar 88,57% dan hanya 11,43% siswa yang masuk kualifikisa cukup kritis keatas, pada siklus I siswa yang masuk kualifikasi kurang kritis dan tidak kritis sebesar 65,71% , siswa yang masuk kualifikasi cukup kritis keatas sebesar 34,29%, kemudian pada siklus II siswa yang masuk kualifikasi kurang kritis dan tidak kritis sebesar 0% dan yang masuk kualifikasi cukup kritis keatas sebesar 100%.

(20)

siklus II sebesar 9,21% dengan presentase rata-rata pada siklus I sebesar 60,65% dan presentase rata-rata pada siklus II sebesar 74,96%.

Berdasarkan hasil tes menunjukkan bahwa model PBL mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Asriningtyas, Kristin dan Anugraheni ( 2018 :23-32) berdasarkan hasil penelitian menunjukan model PBL mampu meningkatnya kemampuan berpikir kritis siswa dari kondisi awal (pra siklus) yaitu 60,82 menjadi 74,21 (cukup kritis) pada kondisi akhir siklus II. Meningkatnya kemampuan berpikir kritis tak lepas dari proses pembelajaran PBL yang memberikan ruang kepada siswa untuk mengasah kemampuan berpikir kritis. Setyorini (2011 : 54) menyatakan melalui PBL dengan anggota kelompok yang heterogen memungkinkan siswa untuk saling bertukar pikiran, bekerjasama untuk memecahkan masalah sehingga mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

4.2.2. Hasil Tes Presentase Indikator Kemampuan Berpikir Kritis

Sedangkan berdasarkan tes siklus I dan siklus II, didapatkan hasil presentase indikator kemampuan berpikir kritis. Berikut hasil tes indikator kemampuan berpikir kritis pada siklus I dan siklus II.

a. Clarification

Clarification merupakan tahap dimana siswa menyatakan masalah dan menganalisis pengertian dari masalah. Tahap ini ditunjukkan dengan siswa dapat menentukan informasi yang diketahui dalam soal secara tepat dan jelas, siswa dapat merumuskan pertanyaan yang diminta dari soal.

Tabel 4.2. hasil presentase indikator clarification dalam kemampuan berpikir kritis.

Kualifikasi Siklus I Siklus II

Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase

Kritis Sekali 5 14,29% 28 80%

Kritis 15 42,86% 6 17,14%

Cukup Kritis 11 31,43% 1 2,86%

Kurang Kritis 2 5,71% 0 0%

Tidak Kritis 2 5,71% 0 0%

Skor Nilai Tertinggi 95,24 100

(21)

Berdasarkan tabel diketahui terjadi peningkatan pada kualifikasi kritis sekali sebesar 65,71% dengan presentase pada siklus I sebesar 14,29% dan siklus II sebesar 80%. Kemudian terjadi penurunan pada kualifikasi kritis sebesar 25,72 % dengan presentase pada siklus I sebesar 42,86% dan siklus II sebesar 25,72%. Penurunan pada presentase kritis dari siklus I ke siklus II terjadi karena terjadi peningkatan pada kualifikasi kritis sekali yang dibuktikan pada siklus II siswa yang masuk kualifikasi kritis sekali sebanyak 28 siswa dibandingkan pada siklus I sebanyak 5 siswa yang menunjukkan bahwa tingkat kemampuan berpikir kritis siswa mengalami peningkatan. Hal yang sama juga terjadi pada kualifikasi cukup kritis dimana terjadi penurunan sebesar 28,57% dengan presentase dari siklus I 31,43% dan siklus II 2,86%, penurunan presentase pada kualifikasi ini disebabkan karena siswa mengalami peningkatan pada kualifikasi yang lebih tinggi. Kemudian pada tahap kualifikasi kurang kritis dan tidak kritis pada siklus I masih ada 5,71% dan pada siklus II sudah tidak ada siswa yang masuk kualifikasi kurang kritis dan tidak kritis. Kemudian presentase rata-rata mengalami peingkatan sebesar 16,6% dengan presentase rata-rata pada siklus I sebesar 75,51% masuk dalam kualifikasi kritis, dan siklus II dengan presentase rata-rata sebesar 92.11 masuk dalam kualifikasi kritis sekali.

b. Assessment

Assesment merupakan tahap dimana siswa mengajukan informasi yang relevan, dan menentukan kriteria penilaian. Indikator dari tahap ini ditunjukkan dengan siswa dapat menggali lebih dalam informasi - informasi lain relevan dengan pertanyaan pada soal kedalam kalimat matematika, siswa dapat menentukan ide/konsep yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal. Tabel 4.3. hasil presentase indikator assessment dalam kemampuan berpikir kritis.

Kualifikasi Siklus I Siklus II

Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase

Kritis Sekali 0 0% 2 5,71%

Kritis 1 2,86% 1 2,86%

Cukup Kritis 9 25,71% 12 34,29%

Kurang Kritis 22 62,86% 17 48,57%

Tidak Kritis 3 8,37% 3 8,57%

(22)

Skor Nilai Terendah 33,33 42,86

Presentase Rata-rata 60,14 % 63,13 %

Berdasarkan tabel diketahui terjadi peningkatan pada kualifikasi kritis sekali sebesar 5,71% dengan presentase pada siklus I sebesar 0% dan siklus II sebesar 5,71%. Kemudian pad kualifikasi kritis pada siklus I dan siklus II memiliki presentase yang sama yaitu sebesar 2,86%. Kemudiian terjadi peningkatan pada kualifikasi cukup kritis sebesar 8,58% dengan presentase siklus I 25,71% dan siklus II sebesar 34,29%. Kemudian pada kualifikasi kurang kritis terjadi penurunan sebesar 14,29% dengan presentase pada siklus I sebesar 62,86%, dan siklus II sebesar 48,57%. Kemudian pada kualifikasi tidak kritis pada siklus I dan siklus II memiliki presentase yang sama yaitu sebesar 8,57%.

Penurunan pada presentase kurang kritis dari siklus I ke siklus II terjadi karena terjadi peningkatan pada kualifikasi cukup kritis dan kritis sekali yang membuktikan siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan kualifikasi yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan presentase rata-rata yang mengalami peningkatan sebesar 2,99% dengan presentase rata-rata pada siklus I sebesar 60,14% masuk dalam kualifikasi kurang kritis dan pada siklus II sebesar 63,13 % masuk dalam kualifikasi cukup kritis.

c. Inference

Inference merupakan tahap dimana siswa membuat kesimpulan dan mengeneralisasi. Indikator inference ditunjukkan dengan siswa dapat mencapai simpulan dari masalah, siswa dapat menggeneralisasikan simpulan sesuai fakta pada soal .

Tabel 4.4. hasil presentase indikator inference dalam kemampuan berpikir kritis.

Kualifikasi Siklus I Siklus II

Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase

Kritis Sekali 1 2,86% 2 5,71%

Kritis 4 11,43% 21 60%

Cukup Kritis 4 11,43% 12 34,29%

Kurang Kritis 11 31,43% 0 0%

Tidak Kritis 15 42,86% 0 0%

Skor Nilai Tertinggi 95,24 95,24

Skor Nilai Terendah 33,33 66,67

(23)

Berdasarkan tabel diketahui terjadi peningkatan pada kualifikasi kritis sekali sebesar 2,86% dengan presentase pada siklus I sebesar 2,86% dan siklus II sebesar 5,71%. Kemudian. terjadi peningkatan pada kualifikasi kritis sebesar 48,57% dengan presentase pada siklus I sebesar 11,43% dan siklus II sebesar 60%. Selanjutnya terjadi peningkatan pada kualifikasi cukup kritis sebesar 22,86% dengan presentase siklus I sebesar 11,43% dan siklus II sebesar 34,29%. Kemudian pada kualifikasi kurang kritis terjadi penurunan dari siklus I ke siklus II sebesar 31,43 % dengan presentase pada siklus I sebesar 31,43%, dan siklus II sebesar 0%. Kemudian pada kualifikasi tidak kritis dari siklus I ke siklus II terjadi penurunan sebesar 42,86%, dengan presentase pada siklus I sebesar 42,86% dan siklus II sebesar 0%.

Penurunan pada presentase kurang kritis dan tidak kritis dari siklus I ke siklus II terjadi karena terjadi peningkatan pada kualifikasi cukup kritis, kritis, dan kritis sekali, yang membuktikan siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan kualifikasi yang lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari siswa yang masuk kualifikasi kurang kritis dan tidak kritis pada siklus II sebesar 0 % dan siswa yang masuk kualifikasi cukup kritis, kritis, dan kritis sekali pada siklus II sebanyak 100%. Hal ini sejalan dengan presentase rata-rata yang mengalami peningkatan sebesar 23,68% dengan presentase rata-rata pada siklus I sebesar 54,42% masuk dalam kualifikasi kurang kritis dan pada siklus II sebesar 78,10 % masuk dalam kualifikasi kritis.

d. Strategi

Strategi merupakan tahap dimana siswa dapat mengambil tindakan dan menjelaskan tindakan. Indikator strategi dalam kemampuan berpikir kritis ditunjukkan dengan siswa dapat menggunakan informasi relevan yang telah diperoleh sebelumnya untuk mengerjakan soal dengan runtut dan benar, siswa dapat menjelaskan langkah penyelesaian soal yang sudah ditemukan dengan baik.

Tabel 4.5. hasil presentase indikator strategi dalam kemampuan berpikir kritis.

Kualifikasi Siklus I Siklus II

Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase

Kritis Sekali 0 0% 2 5,71%

Kritis 5 14,29% 7 20%

(24)

Kurang Kritis 8 22,86% 11 31,43%

Tidak Kritis 19 54,29% 4 11,43%

Skor Nilai Tertinggi 85,71 95,24

Skor Nilai Terendah 33,33 42,86

Presentase Rata-rata 52,52 % 65,44 %

Berdasarkan tabel diketahui terjadi peningkatan pada kualifikasi kritis sekali sebesar 5,71% dengan presentase pada siklus I sebesar 0% dan siklus II sebesar 5,71%. Kemudian. terjadi peningkatan pada kualifikasi kritis sebesar 5,71% dengan presentase pada siklus I sebesar 14,29 % dan siklus II sebesar 20%. Selanjutnya terjadi peningkatan pada kualifikasi cukup kritis sebesar 22,86% dengan presentase siklus I sebesar 8,57% dan siklus II sebesar 31,43%. Kemudian pada kualifikasi kurang kritis terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 8,57% dengan presentase pada siklus I sebesar 22,86%, dan siklus II sebesar 31,43%. Kemudian pada kualifikasi tidak kritis dari siklus I ke siklus II terjadi penurunan sebesar 42,86%, dengan presentase pada siklus I sebesar 54,29% dan siklus II sebesar 11,43%.

Penurunan pada presentase tidak kritis dari siklus I ke siklus II terjadi karena terjadi peningkatan pada kualifikasi kurang kritis, cukup kritis, kritis, dan kritis sekali, yang membuktikan siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan kualifikasi yang lebih baik. Hal ini dibuktikan dengan presentase rata yang mengalami peningkatan sebesar 12,92% dengan presentase rata-rata pada siklus I sebesar 52,52% masuk dalam kualifikasi kurang kritis dan pada siklus II sebesar 65,44 % masuk dalam kualifikasi cukup kritis.

Penelitian ini dapat dinyatakan berhasil jika tes kemampuan berpikir kritis secara klasikal minimal telah mencapai kualifikasi cukup (ᵡ ≥ 62,5% ).

(25)

kemampuan-kemampuan berpikir perlu diajarkan karena pengajaran selama ini hanya mengajarkan tentang isi materi pelajaran dan mengesampingkan pengajaran kemampuan berpikir. Hasil pra siklus berdasarkan wawancara juga didapatkan bahwa pemahaman konsep matematika siswa masih rendah sehingga pada saat dihadapkan pada soal cerita matematika siswa merasa kesulitan mengerjakan soal tersebut. Sebagian besar siswa belum bisa memahami hubungan pernyataan- pernyataan yang relevan (assessment) sehingga hal ini berimbas pada siswa yang kesulitan menentukan langkah- langkah (strategi) dalam menyelesaikan soal. Hal ini menunjukkan kemampuan berpikir kritis siswa perlu dikembangkan. Kemampuan berpikir kritis mempunyai banyak manfaat dalam memahami dan menganalisis soal untuk mencari penyelesaian jawaban yang tepat. Slameto ( 2017 : 2) menyatakan kemampuan berpikir kritis memberikan acuan penting dalam berpikir dan pengerjaan yang membatu dalam mempertimbangkan sebuah hubungan antara segala sesuatu yg dianalisa dengan sebuah cara yang lebih akurat. Terlebih matematika merupakan pelajaran yang membutuhkan kemampuan berpikir kritis untuk menyelesaikan soal terutama dalam bentuk cerita sehingga perlu pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Rahmadani dan Anugraheni ( 2017 : 243) mengemukakan matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir dan beragumentasi, memberikan kontribusi dalam menyelesaikan masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja sehingga matematika sangatlah penting untuk dipelajari.

(26)

menganalisis soal dan menemukan solusi jawaban yang tepat sehingga lebih sistematis dan mempermudah siswa dalam menyelesaikan soal. Pembelajaran PBL meningkatkan interaksi siswa dalam menyelesaikan soal dalam kelompok sehingga siswa dapat menemukan konsep dalam menyelesaikan soal. Sejalan dengan pendapat Anugraheni ( 2018 : 11) menjelaskan model pembelajaran problem based learning adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran serta mengutamakan permasalahan nyata baik di lingkungan sekolah, rumah, atau masyarakat sebagai dasar untuk memperoleh pengetahuan dan konsep melalui kemampuan berpikir kritis dan memecahkan masalah. Dalam tes siklus I ini hal yang perlu diperhatikan siswa adalah bagaimana siswa memahami hubungan pernyataan- pernyataan yang relevan (assessment). Berdasarkan hasil tes sebagian siswa masih kesulitan mengidentifikasi hubungan antar pernyataan yang diketahui di soal bahkan ada yang tidak menuliskan hubungan antar pernyataan yang diketahui disoal sehingga siswa salah dalam mengambil langkah penyelesaian untuk mendapatkan jawaban soal tes. Siswa masih kurang dalam menggali lebih dalam informasi - informasi lain relevan dengan pertanyaan pada soal. Hal ini perlu diperhatikan dan ditingkatkan agar kemampuan berpikir kritis siswa semakin baik. Slameto (2017 : 2) mengemukakan semakin baik dalam pengembangan integrasi kemampuan berpikir kritis yang terdiri dari observasi, bisa melihat suatu permasalahan dari berbagai sudut pandang, analisis, penalaran, penilaian, penciptaan keputusan, dan persuasi, semakin mudah bagi siswa untuk menghadapi masalah-masalah atau proyek-proyek yang kompleks dengan hasil yang memuaskan.

(27)

assessment dengan presentase 63,13%, strategi 65,44%, dan pada indikator inference dengan presentase 79,10%. Hal ini tak terlepas dari penerapan model pembelajaran PBL yang membuat siswa mulai terbiasa untuk menyelesaikan soal secara sistematis dengan penalaran yang baik dan menuliskan hubungan antar pernyataan yang memudahkan siswa menyelesaikan soal. Hal ini menunjukkan PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Seuai dengan pendapat Nur dalam Amir ( 2009 : 4) yang mengemukakan tujuan yang ingin dicapai dalam model PBL salah satunya adalah PBL memungkikan siswa mencapai keterampilan berpikir yang lebih tinggi. Model PBL memberikan ruang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dengan menganalisis permasalahan yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Serafino & Cicchelli dalam Eggen dan Kauchak (2012: 307) model problem based learning adalah seperangkat model mengajar yang menggunakan masalah sebagai fokus untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, materi dan pengaturan diri. Anugraheni (2018:11) mengungkapkan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran PBL dapat membantu mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa, karena pada kegiatan pembelajaran PBL siswa terlibat penuh dalam kegiatan proses pembelajaran melalui pemecahan masalah di sekolah dasar, salah satunya siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis sebagai langkah dalam menyelesaikan permasalahan serta dapat mengambil kesimpulan berdasarkan apa yang mereka pahami.Model PBL dapat digunakan dalam proses pembelajaran matematika karena dalam PBL memberikan ruang kepada siswa untuk aktif dalam menemukan konsep- konsep pembelajaran matematika. Hal ini sejalan dengan pendapat Soegandi dan Anugraheni (2017 : 128) menyatakan keberhasilan pembelajaran matematika salah satu caranya yaitu dalam penyampaian materi, misalnya dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga potensi siswa dapat berkembang baik yaitu melalui model atau metode pembelajaran yang menarik perhatian siswa agar siswa minat dengan pembelajaran matematika dan dapat memahami konsep matematika dengan baik.

4.3. Pembahasan

(28)

peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa melalui model pembelajaran problem based learning (PBL). Pembahasan ini meliputi rancangan perencanaan pembelajaran, aktivitas guru, aktivitas siswa, serta peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan model pembelajaran PBL.

Seluruh rangkaian kegiatan pada penelitian ini yang meliputi kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran mulai dari pra tindakan, siklus I, dan siklus II memiliki perubahan yang cukup signifikan yang ditunjukkan dengan tercapainya tujuan penelitian ini. Keberhasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tidak terlepas dari adanya suatu rancangan perencanaan yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).Komponen RPP yang dibuat pada setiap siklus sama yaitu terdiri dari komponen-komponen seperti identitas RPP (nama sekolah, kelas/semester, alokasi waktu), Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator, tujuan pembelajaran, materi pokok, sumber belajar, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran (kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan akhir) dan penilaian.

(29)

potensi siswa agar siswa dapat menganalisis permasalahan atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari- hari.

Kemampuan berpikir kritis diukur menggunakan soal tes dalam bentuk uraian yang diadaptasi dari pendapat Perkins dan Murphy (2006 : 298 – 307 ) menyatakan berpikir kritis melalui empat tahap penting sebagai berikut. Klarifikasi (clarification) yang meliputi siswa dapat menentukan informasi yang diketahui dalam soal secara tepat dan jelas, siswa dapat merumuskan pertanyaan yang diminta dari soal. Assesmen (assessment) meliputi siswa dapat menggali lebih dalam informasi - informasi lain relevan dengan pertanyaan pada soal, siswa dapat menentukan ide/konsep yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal.. Penyimpulan (inference) meliputi siswa dapat mencapai simpulan dari masalah, siswa dapat menggeneralisasikan simpulan sesuai fakta pada soal. Strategi/taktik meliputi siswa dapat menggunakan informasi relevan yang telah diperoleh sebelumnya untuk mengerjakan soal dengan runtut dan benar, siswa dapat menjelaskan langkah penyelesaian soal yang sudah ditemukan dengan baik.

Selanjutnya, langkah-langkah pembelajaran yang digunakan dalam RPP ini sesuai dengan langkah-langkah model PBL. Langkah-langkah tersebut kemudian disesuaikan dengan materi yang akan dipelajari dan media yang digunakan. Agar RPP dapat diterapkan maka guru harus menguasai model pembelajaran PBL serta dapat mengalokasikan waktu dengan baik.

1. Tahap Orientasi terhadap Masalah

(30)

pembelajaran. Pelaksanaan tahap ini pada siklus I dan II sudah baik dengan indikator kegiatan yang sudah dilaksanakan oleh guru.

2. Tahap Mengorganisasikan Siswa.

Pada pembelajaran ini siswa membentuk kelompok heterogen. Guru membagikan tugas LKS. Kemudian guru melakukan cek perkelompok untuk membantu organisasi tugas siswa. Hal ini berguna agar siswa dapat bekerjasama dan saling berpendapat dalam menyelesaikan soal yang ada di LKS. Hal ini sesuai pendapat dari Setyorini ( 2011 :54 ) yang menyatakan melalui PBL dengan anggota kelompok yang heterogen memungkinkan siswa untuk saling bertukar pikiran, bekerjasama untuk memecahkan masalah yang pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Kemudian guru mengatur penggunaan waku dalam diskusi agar dapat selesai dengan tepat. Tahap ini juga guru dari siklus I ke siklus II menggalami peningkatan dalam menjalankan tugasnya. Pada siklus I guru kurang dalam manajemen waktu dan diperbaiki pada siklus II.

3. Tahap Pembimbingan Investigasi Siswa

Pada tahap ini guru memberikan bimbingan dan pengarahan kepada siswa dalam kelompok seperti membimbing siswa untuk menggunakan buku sumber matematika, guru melakukan cek kemajuan keompok dalam menyelesaikan LKS, merangsang interaksi siswa agar aktif dalam bekerjasama dan memfokuskan siswa pada materi. Pada tahap ini potensi siswa dalam menganalisis masalah dilatih karena siswa dihadapkan pada soal yang harus dikerjakan dengan strategi yang tepat agar jawabannya benar. Hal ini sesuai pendapat dari Gunantara ( 2014 : 9 ) menyatakan model PBL memungkinkan siswa dapat meningkatkan kemandirian dalam berpikir menganalisa permasalahan, kemampuan menganlisa permasalahan menyebabkan siswa mampu memecahkan masalah. Dalam menganalisis masalah memungkinkan siswa untuk saling bekerjasama dan saling bertukar pikiran untuk menentukan langkah penyelesaian dengan tepat. Indarwati ( 2014 : 26 ) mnyatakan kegiatan kerja dalam kelompok juga memberi peluang siswa bisa bekerja sama dalam memikirkan sesuatu sehingga ide mereka lebih beragam.

(31)

Pada tahap ini guru berperan dalam menjalankan dan membimbing siswa dalam menyiapkan presentasi, pada saat jalannya presentasi merangsang siswa untuk berinteraksi dalam menanggapi siswa yang sedang presentasi. Pada tahap ini siswa akan lebih aktif dalam menyampaikan tanggapan terhadap hasil diskusi dalam kelompok. Hal ini membuat model PBL memberikan keleluasaan dan merangsang siswaa untuk mengeluarkan pendapat dan mencari solusi dari permasalahan. Nurafiah ( 2013 : 7) menyatakan dalam pembelajaran Problem Based Learning (PBL), siswa diberikan keluasan untuk mencari penyelesaian yang tepat sesuai dengan apa yang mereka pahami atau mengeksplorasi berbagai alternatif penyelesaian masalah, siswa diberikan fasilitas untuk mengungkapkan pendapatnya, sehingga siswa menjadi aktif selama proses pembelajaran berlangsung.

5. Tahap Analisis dan Evaluasi mengatasi Masalah

Pada tahap ini guru memberikan klarifikasi permasalahan yang telah didiskusikan dan secara klasikal meminta siswa untuk memberi kesimpulan terhadap kegiatan pembelajran yang dilakukan. Hal ini menunjukkan PBL memberikan siswa dapat menyimpulkan dan menemukan konsep dari materi yang diajarkan yang dapat . Anugraheni (2018 : 11) mengemukakan pada kegiatan PBL siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis sebagai langkah dalam menyelesaikan permasalahan serta dapat mengambil kesimpulan berdasarkan apa yang mereka pahami.

(32)

Kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran matematika sudah mengalami peningkatan. Berdasarkan tes kemampuan berpikir kritis menunjukkan peningkatan dari pra tindakan sebesar 52,06% meningkat pada siklus I sebesar 60,65%. Kemudian meningkat lagi pada siklus II dengan presentase 74,69%. Hal ini menunjukkan model pembelajaran PBL dapat digunakan dalam mata pelajaran matematika untuk meningkatkan hasil kemampuan berpikir kritis, karena PBL memberikan ruang kepada siswa dalam mengembangkan potensi yang dimiliki dalam pembelajaran matematika. Sesuai dengan pendapat Anugraheni ( 2018 : 4) menyatakan pentingnya pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa sejak dini khususnya sejak Sekolah Dasar, maka mutlak diperlukan adanya proses pembelajaran matematika yang banyak melibatkan siswa secara aktif khususnya dalam proses pembelajaran di kelas.

4.4. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini diupayakan agar berjalan dengan baik. Namun ada beberapa keterbatasan pada penelitian yang dilakukan di Kelas 5 SDN 1 Banyukembar diantaranya :

1. Sebagian besar siswa yang tidak menyukai pelajaran matematika yang dianggap sulit, membuat siswa mengeluh yang mengharuskan guru memberikan motivasi lebih agar siswa bersemangat dalam proses pembelajaran matematika.

2. Jumlah siswa yang banyak membuat pada saat guru yang harus fokus memberikan pengarahan dan bimbingan pada kelompok, kelompok lain banyak yang mengobrol dan cenderung mengerjakan pada saat mengecek kelompok tersebut dalam menyelesaikan LKS.

Gambar

Tabel 4.1. Perbandingan tes kemampuan berpikir kritis pra siklus,siklus I,
Tabel 4.2.  hasil presentase indikator clarification dalam kemampuan berpikir kritis.
Tabel 4.3. hasil presentase indikator assessment dalam kemampuan berpikir kritis.
Tabel 4.4. hasil presentase indikator inference dalam  kemampuan berpikir kritis.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Gaya hidup berpengaruh secara parsial dan besar terhadap keputuasan masyarakat dalam belanja secara ol line menunjukkan

Manusia seperti ia adanya, yaitu yang disebut fenotipe, adalah perwujudan yang dihasilkan oleh interaksi sifat keturunannya dengan faktor lingkungan.di dalam ekosistem,tempat

Untuk perancangan sistem Pengaman Motor menggunakan Smartcard ini, hardware yang di gunakan adalah Arduino Uno yang digunakan sebagai otak dari sistem ini dan

$ODW XNXU 95 0DWHU LQL PHPLOLNL WLQJNDWNHWHOLWLDQ“YROW1LODLWLQJNDW NHWHOLWLDQ LQL GLSHUROHK GDUL VHWHQJDK QLODL LQWHUYDO PLQLPDODODWXNXU950HWHUDWDX GDUL SHUVDPDDQ 'DUL

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Samsudewa dan Suryawijaya (2008) bahwa durasi thawing terlalu singkat akan menyebabkan kristal-kristal es belum mencair secara

Dengan demikian, kondisi seseorang dapat dilihat secara komprehensif (Suharmiati, 2003). Pada bulan April tanggal 15 dan 21 serta pada bulan Mei tanggal 21 penulis melakukan

Fungsi semen portland type II digunakan untuk konstruksi bangunan dari beton massa yang memerlukan ketahanan sulfat ( pada lokasi tanah dan air yang mengandung sulfat antara

Dari penelitian ini dapat disimpulkan (1) Adanya perbedaan viabilit as benih yang ditunjukkan antarkarakter kuantitatif dan secara umum karakter kuantitatif jumlah