• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Kromatografi Planar. do (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Praktikum Kromatografi Planar. do (1)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KEGIATAN II

PEMISAHAN PIGMEN TANAMAN DENGAN KROMATOGRAFI

PLANAR (KERTAS DAN LAPIS TIPIS)

I. TUJUAN

1. Memahami prinsip dasar kromatografi planar (kertas dan lapis tipis) 2. Melakukan pemisahan pigmen tanaman dengan kromatografi kertas 3. Melakukan pemisahan pigmen tanaman dengan kromatografi lapis tipis

II. DASAR TEORI

Kromatografi adalah metode yang digunakan untuk memisahkan campuran senyawa ke dalam komponnen-komponennya. Semua bentuk kromatografi mempunyai prinsip kerja yang sama. Semua tipe kromatografi memiliki fase diam (padat atau cair yang diletakkan pada benda padat) dan fase gerak (cair atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen pada campuran. Komponen yang berbeda akan bergerak dengan kecepatan yang berbeda (Day dan Underwood, 2006).

Bentuk lain kromatografi planar selain kromatografi kertas adalah kromatografi lapis tipis yang disebut KLT. Pada dasarnya kromatografi lapis tipis (KLT) sangat mirip dengan kromatografi kertas, terutama pada prosedur kerjanya. Perbedaanya terlihat pada media pemisahannya, yakni di gunakan pelat (gelas, polister atau aluminium) yang dilapisi bahan absorben halus seperti alumina, silika gel, atau selulosa (Rohman, 2007).

(2)

Jenis eluen yang digunakan tergantung jenis sampel yang akan dipisahkan. Eluen menyebabkan seluruh noda yang ditotolkan pada plat naik sampai batas atas plat tanda mengalami pemisahan, dikatakan terlalu polar. Sebaliknya, apabila noda yang ditotolkan sama sekali tidak bergerak, itu menandakan eluen tersebut kurang polar. Sampel yang biasanya berupa campuran senyawa organik ditteteskan didekat salah satu sisi lempeng dalam bentuk larutan dengan jumlah kecil, biasanya beberapa mikroliter berisi sejumlah mikrogram senyawa.

Faktor retardasi (Rf), merupakan parameter karakteristik kromatogarafi kertas dan KLT. Penentuan harga Rf pada KLT sama dengan pada kromatografi kertas. Harga Rf merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu komponen pada kromatogram dan pada kondisi tetap merupakan besaran karakteristik dan reproduksibel.

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini (Stahl, 1985). :

1. Dapat digunakan untuk menganalisis baik kualitatif (perbandingan Rf) kuantitatif (KLT-Densitometer), dan identifikasi kemurnian senyawa.

2. Memerlukan investasi kecil untuk perlengkapan, pada kebutuhan ruang yang minimum, dan penanganannya sederhana .

3. Waktu analisis yang singkat.

4. Penggunaan jumlah cuplikan yang sangat sedikit.

Didalam tmbuhan paling sedikit terdapat 5 jenis klorofil. Selain klorofil didalam tumbuhan juga terdapat pigmen warna lain yang disebut “karotenoid” selain sebagai pigmen warna, karotenoid juga membantu dalam fotosintesis. Terdapat lebih dari 300 jenis kartenoid, tetapi yang terdapat dalam tumbuhan tingkat tinggi hanya sedikit (Hendayana, 2006).

(3)

III. ALAT DAN BAHAN A. Alat

1. 2 buah gelas beaker 250 ml

2. Alat tulis : pensil, penggaris, gunting 3. 3 buah mortar dan pastle

4. 1 buah pinset 5. 1 buah pipet tetes 6. 3 buah pipet kepiler 7. 2 buah gelas ukur 10 ml 8. 3 buah gelas ukur 5 ml 9. 1 buah gelas ukur 25 ml 10. 2 buah spatula

11. Cawan petri B. Bahan

1. Kertas saring whatman 2. Plat KLT silika gel GP 254 3. Solven : aseton, eter-aseton

(4)

IV. PROSEDUR KERJA

A. Pemisahan pigmen tanaman dengan kromatografi kertas

Memotong-motong tanaman (daun bayam, daun kangkung dan bunga asoka) sampai berukuran kecil, kemudian menghaluskannnya didalam mortar

Menambahkan 3 ml aseton, menghaluskan dalam mortar

Menyiapkan gelas beaker atau chamber

Menuangkan solven eter-aseton dengan perbandingan 7:3. Eter :7 ml, aseton :3ml. Sebanyak 10 ml kedalam chamber. Menutup chamber dengan lid (proses

penjenuhan)

Menyiapkan kertas saring berukuran 5×10 cm

Menandai dengan pensil : 1 cm tepi bawah dan 1 cm tepi atas pada kertas saring

Menotolkan ekstrak tanaman pada tepi bawah kertas mengulangi 2 hingga 3 kali penotolan dan membiarkannya hingga kering.

(5)

B. Pemisahan pigmen tanaman dengan kromatografi lapis tipis. Setelah kertas saring mengering, menandai bercak menggunkan pernsil. Mengangkat kertas saring dari chamber setelah elusi selesai.

Memotong-motong tanaman (daun bayam, daun kangkung dan bunga asoka) sampai berukuran kecil, kemudian menghaluskannnya didalam mortar

Menambahkan 3 ml aseton, menghaluskan dalam mortar

Menyiapkan gelas beaker atau chamber

Menuangkan solven eter-aseton dengan perbandingan 7:3. Eter :7 ml, aseton :3ml. Sebanyak 10 ml kedalam chamber. Menutup chamber dengan lid (proses

penjenuhan)

Menyiapkan plat KLT berukuran 5×7 cm

(6)

V. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN Menotolkan ekstrak tanaman pada tepi bawah kertas mengulangi 2

hingga 3 kali penotolan dan membiarkannya hingga kering.

memasukkan kertas saring kedalam chamber yang telah terisi solven eter-aseton (posisi totolan berada di atas solven) dan membiarkan terjadinya elusi sampai batas atas.

Mengangkat kertas saring dari chamber setelah elusi selesai.

(7)

B. Kromatografi lapis tipis

Sampel Jumlah dan warna komponen

Jarak tempuh

komponen Jarak tempuh eluen

Nilai Rf

Daun bayam (2) hijau dan kuning

Hijau : 4,5 cm

kuning : 5 cm

5 cm

Hijau : 0,9 Kuning : 1 Daun

kangkung hijau Hijau : 5 cm

5 cm

Hijau : 1 Bungan asoka Kuning Kuning : 5 cm

5 cm

Kuning : 1

PERHITUNGAN

A. Kromatografi kertas

a. Daun bayam : kuning Rf = 7,4 cm ÷ 8 cm = 0,925

Hijau kebiruan Rf = 7,9 cm ÷ 8 cm = 0,9875

b. Daun kangkung : hijau Rf = 7,3 cm ÷ 8 cm = 0,9125 Kuning Rf = 7,5 cm ÷ 8 cm = 0,9375

c. Bungan asoka : kuning Rf = 7,3 cm ÷ 8 cm = 0,9125

B. Kromatografi lapis tipis

a. Daun bayam : Hijau Rf = 4,5 cm ÷ 5 cm = 0,9 kuning = 5 cm ÷ 5 cm = 1

b. Daun kangkung : Hijau = 5 cm ÷ 5 cm = 1

c. Bungan asoka : kuning Rf = 5 cm ÷ 5 cm = 1

(8)

Percobaan ini tentang analisis kualitatif pigmen klorofil pada tanaman dengan metode kromatografi lapis tipis. Metode lapis tipis merupakan metode yang umum digunakan untuk analisis. Metode ini berdasarkan interaksi antara sampel dengan fase gerak dan fase diam. Fase diam yang digunakan adalah plat silika. Metode ini dilakukan berdasarkan perbedaan kepolaran sampel dengan fase gerak dan fase diamnya.

Pada percobaan pemisahan pigmen tanaman dengan kromatografi planar (kertas dan lapis tipis) langkah pertama yang dilakukan pada pemisahan pigmen tanaman dengan kromatografi kertas adalah memotong-motong daun bayam, daun kangkung dan bunga asoka sampai berukuran kecil, kemudian menghaluskannya salam mortar.

Menambahkan 3 ml aseton dan menuangkannya kedalam mortar. Di karenakan aseton mudah munguap praktikan menambahkan 3ml aseton yang kedua kedalam daun bayam, kemudian langkah berikutnya menyiapkan gelas beaker/chamber. Menuangkan solven eter-aseton dengan perbandingan 7:3 10 ml kedalam chamber. Dan menutup chamber dengan lid (proses penjenuhan)

Menyiapkan kertas saring berukuran 5×10 cm. Kemudian menandainya menggunakan pensil 1 cm tepi bawah dan 1 cm tepi atas pada kertas saring. Menotolkan ekstrak tanaman (daun bayam, daun kangkung, dan bunga asoka) pada tepi bawah kertas dengan menggunakan pipet kapiler. Mengulangi penotolan 2 hingga 3 kali dan membiarkannya mengering. Memasukkan kertas saring kedalam masing-masing chamber yang telah terisi solven eter aseton (posisi totolan berada diatas solven) dan membiarkan terjadinya elusi sampai batas tepi atas.

(9)

Pada daun kangkung terdapat 2 jumlah warna komponennya, yaitu hijau dan kuning, jarak tempuh komponennya yaitu hijau : 7,3 cm dan kuning : 7,5 cm Dengan jarak tempuh eluen dari kedua warna adalah 8 cm, dengan nilai Rf nya yaitu hijau : 0,9125 dan kuning : 0,9375.

Pada bunga asoka terdapat 1 jumlah warna komponennya, yaitu kuning, jarak tempuh komponennya yaitu kuning : 7,3 cm Dengan jarak tempuh eluen dari kedua warna adalah 8 cm, dengan nilai Rf nya yaitu kuning : 0,9125.

Pada percobaan pemisahan pigmen tanaman dengan kromatografi lapis tipis cara kerja atau prosedur kerja yang dilakukan sama persis dengan pemisahan pigmen tanaman dengan kromatografi kertas. Yang membedakan antara kedua metode ini adalah apabila KLT menggunakan plat KLT berukuran 5×7 cm. Tetapi apabila kromatografi kertas membutuhkan kertas saring.

Dari percobaan kromatografi lapis tipis mendapatkan hasil pada daum bayam terdapat 2 jumlah warna komponennya, yaitu hijau dan kuning, jarak tempuh komponennya yaitu hijau : 4,5 cm dan kuning : 5 cm Dengan jarak tempuh eluen dari kedua warna adalah 8 cm, dengan nilai Rf nya yaitu hijau : 0,9 dan kuning : 1. Kemudian pada daun kangkung terdapat 1 jumlah warna komponennya, yaitu hijau, jarak tempuh komponennya hijau : 5 cm Dengan jarak tempuh eluen dari adalah 5 cm, dengan nilai Rf nya yaitu hijau : 1

Pada bungan asoka terdapat 1 jumlah warna komponennya, yaitu kuning, jarak tempuh komponennya kuning : 5 cm Dengan jarak tempuh eluen dari adalah 5 cm, dengan nilai Rf nya yaitu kuning : 1

Adapun perbedaan antara kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis adalah : kromatografi kertas adalah merupakan pemisahan yang menggunakan medium pemisah dalam bentuk bidang datar yaitu bentuk kertas. Dimana fase diamnya adalah kertas saring, kertas tisu dan koran dan fase geraknya adalah akuades dan etanol. Apabila prinsip kerja dari kromatografi kertas adalah partisi multiplikatif. Suatu senyawa antara dua cairan yang saling tidak bercampur. Jadi partisi suatu senyawa terjadi antara kompleks selusosa-air dan fase gerak yang melewatinya berupa pelarut organik yang sudah dijenuhkan dengan air atau campuran pelarut.

(10)

berupa bubuk halus dibuat serba rata dan tipis diataas lempeng kaca. Fase diam yang umum digunakan adalah silika gel. Fungsi eter aseton dalam percobaan ini adalah sebagai pelarut klorofil.

Kangkung merupakan tanaman yang memiliki kandungan klorofil yang relatif rendah yaitu setara dengan daun kemangi. Hal ini diduga klorofil pada tanaman kangkung tersebar, tidak hanya pada organ daunnya saja namun juga dijumpai pada bagian batangnya juga. Hal ini menyebabkan laju fotosintesis berlangsung lama karena tidak efeien dalam menangkap energi radiasi cahaya.

Kandungan besi pada bayam relatif lebih tinggi. Dari pada sayuran lain (besi merupakan penyusun sitokrom, protein yang terlibat dalam proses fotosintesis) sehingga berguna bagi penderita anemia. Daun bayam mempunyai kandungan klorofil yang tinggi, sehingga laju fotosintesinya juga tinggi.

Proses penumbukan bertujuan untuk menghancurkan daun sehingga senyawa yang terkandung didalamnya mudah larut dalam pelarut aseton. Sebab semakin halus daun maka semakin luas permukaan untuk terjadi kontak dengan pelarut maka semakin banyak zat yang dapat terekstrak. Aseton efektif untuk mengestrak pigmen tumbuhan, karena sebagian besar pigmen tumbuhan seperti klorofil, karoten dan xantofil memiliki sifat diantara polar dan non polar sehingga dapat larut dalam aseton yang merupakan pelarut semi polar. Namun proses ekstraksi ini harus dilakukan dengan cepat karena enzim klorofilasi yang terkandung dalam daun segar akan mengkatalisis reaksi antara klorofil dengan aseton, sehingga jumlah klorofil dalam daun akan berkurang.

Adapun warna pigmen yaitu klorofil : hijau, biru atau hijau kekuningan, karotenoid : merah, orange, kuning, antosianin : merah, merah muda, ungu, biru, xantofil : kuning. Dengan daun bayam mengandung xantofil, daun kangkung mengandung karotenoid dan bunga asoka mengandung xantofil.

(11)

VII. KESIMPULAN

1. Ada beberapa macam pigmen yang ditemukan pada berbagai macam daun, namun pigmen yang berperan aktif dalam proses fotosintesis adalah pigmen warna hijau dibandingkan dengan pigmen lainnya. Dalam percobaan panjang tiap pigmen berbeda-beda tergantung pada banyaknya atau jumlah tiap daunnya.

2. Pada percobaan pemisahan pigmen dari tanaman dari semua sampel tanaman dilakukan dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut yaitu aseton untuk melarutkan pigmen sampel.

3. Rf atau faktor rterdasi retensi adalah perbandingan antara jarak yang ditempuh analit dengan jarak yang ditempuh eluen.

4. Pigmen yang berada pada daun bayam : xantofil, daun kangkung : karotenoid, dan pada bunga asoka : xantofil.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Day, R.A., dan Underwood A.L., 2006, Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam, Jakarta, Erlangga.

Gritter, J., dkk. 1991. Pengantar Kromatografi, Bandung ITB.

Hendayana, sumar. 2006. Kimia Pemisahan Metode Kromatografi Dan Elektroforesis Modern, Bandung : Remaja Rosdakarya.

Rohman, A., 2007. Kimia Farmasi Analisis, Yogyakarta, pustaka pelajar.

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu juga dilakukan pengujian karakter senyawa flavonoid yang terkandung di dalam ekstrak terpurifikasi daun sirih hijau menggunakan metode kromatografi lapis tipis. Hasil

Penelitian yang dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu melakukan analisis kromatografi lapis tipis terhadap larutan standar dengan konsentrasi berbeda, penentuan

Berbedadebgan kromatografi kolom yang mana fase diamnya diisikan atau dikemas di dalamnya, padakromatografi lapis tipis, fase diamnya berupa lapisan yang seragam (uniform)

Proses isolasi kromatografi lapis tipis preparatif terjadi berdasarkan perbedaan daya serap dan daya partisi serta kelarutan dari komponen-komponen kimia

Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu metode untuk mendeteksi keberadaan aflatoksin dalam kacang tanah berdasarkan perbedaan warna biru atau hijau

Dalam percobaan ini juga digunakan metode descending, dimana pelarut maupun komponen akan teradsopsi dan bergerak ke bawah dengan gaya kapiler pada kertas kromatografi, searah

Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa telah dilakukan isolasi beserta identifikasi dengan kromatografi lapis tipis pada minyak atsiri dari daun sereh

Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah salah satu metode pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip partisi dan adsorpsi antara fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen)