BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan kesehatan adalah besarnya dana yang harus dikeluarkan untuk
menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang
diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat (Azrul A, 1996).
Pembiayaan kesehatan harus kuat, stabil, dan selalu berkesinambungan untuk
menjamin terselenggaranya kecukupan (adequacy), pemerataan (equity), efisiensi
(efficiency), dan efektifitas (effectiveness) pembiayaan kesehatan itu sendiri.
Pengertian pembiayaan tersebut merujuk pada dua sudut pandang berikut:
1. Penyelenggara pelayanan kesehatan (health provider) yaitu besarnya dana
untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang berupa dana investasi serta
dana operasional.
2. Pemakai jasa pelayanan (health consumer) yaitu besarnya dana yang
dikeluarkan untuk dapat memanfaatkan suatu upaya kesehatan.
Sektor pemerintah dan sektor swasta penyelenggara kesehatan sangat
mempengaruhi perhitungan total biaya kesehatan suatu negara. Total biaya dari sektor
pemerintah dihitung dari besarnya dana yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk
penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Hal yang penting dalam pembiayaan
kesehatan adalah cara memanfaatkan biaya tersebut secara efektif dan efisien dari
aspek ekonomi dan sosial serta dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat yang
membutuhkan. Oleh karena itu syarat pokok dalam pembiayaan kesehatan yang harus
1. Jumlah harus memadai untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan
tidak menyulitkan masyarakat yang memanfaatkannya.
2. Penyebaran harus sesuai dengan kebutuhan untuk penyelenggaraan pelayanan
kesehatan dan masyarakat.
3. Pemanfaatan harus diatur setepat mungkin agar tercapai efektifitas dan
efisiensi pembiayaan kesehatan.
Cara-cara pembiayaan kesehatan terdiri atas:
1. Out of pocket, yakni masyarakat harus mengeluarkan dari kantong sendiri,
2. Perusahaan tempat pasien bekerja yang membiayai kesehatan pekerjanya,
3. Perusahaan asuransi bagi pasien yang menjadi peserta asuransi tertentu,
4. Charity, yakni sumbangan dari individu atau lembaga sosial, dan
5. Pemerintah yang membayarkan melalui alokasi anggaran untuk pelayanan
publik .
Jenis-jenis pembiayaan kesehatan dilihat dari pembagian pelayanan kesehatannya
terdiri atas:
a. Biaya pelayanan kedokteran yaitu biaya untuk menyelenggarakan dan/atau
memanfaatkan pelayanan kedokteran yang tujuan utamanya mengarah ke
pengobatan dan pemulihan dengan sumber dana dari sektor pemerintah maupun
swasta.
b. Biaya pelayanan kesehatan masyarakat yaitu biaya untuk menyelenggarakan
mengarah ke peningkatan kesehatan dan pencegahan dengan sumber dana
terutama dari sektor pemerintah.
Pelayanan-pelayanan kesehatan dibiayai dari sumber-sumber seperti:
a. Pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah (propinsi dan
kabupaten/kota) dengan dana berasal dari pajak umum dan pajak penjualan,
pinjaman luar negeri(deficit financial), serta asuransi sosal.
b. Swasta, dengan sumber dana dari perusahaan, asuransi kesehatan swasta,
sumbangan sosial, pengeluaran rumah tangga, serta communan self help.
Standar kesehatan World Health Organization (WHO) menetapkan bahwa
anggaran kesehatan harus mencapai 15% dari APBN. Namun, pada tahun 2009
Indonesia telah menaikkan 3 kali lipat anggaran sektor kesehatan dari tahun
sebelumnya hanya sebesar 2.64% atau sekitar Rp 18,8 triliun. Dari dana sebesar itu,
54,1% digunakan untuk biaya pembelian obat dan alat. Sementara pada UU Nomor
40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) telah mengatur
pembiayaan dengan sistem asuransi.
Penerapan pembiayaan kesehatan dengan sistem asuransi akan menggeser
tanggung jawab perorangan menjadi tanggung jawab kelompok. Sistem asuransi juga
akan mengubah sistem pembayaran dari setelah pelayanan diberikan menjadi sebelum
pelayanan diberikan serta sesudah sakit menjadi sebelum sakit. Sistem asuransi ini
menguntungkan masyarakat sebagai pengguna layanan kesehatan dan menjadi sarana
2.2Asuransi di Indonesia
Jenis asuransi di Indonesia sangat banyak dan bervariasi, di antaranya adalah:
1. Asuransi kesehatan
Asuransi ini memberi jaminan kesehatan terhadap orang yang memilikinya.
Asuransi ini bisa didapat dari agen asuransi, dari pemerintah, atau dari fasilitas
kesehatan yang diberikan di tempat kerja kita.
2. Asuransi jiwa
Asuransi ini bersifat memberi jaminan yang akan terjadi setelah pemilik
asuransi meninggal dunia. Melalui asuransi ini, keluarga pemilik asuransi yang
ditinggalkan tidak dibebankan untuk menanggung beban lebih berat setelah
pemilik asuransi meninggal. Melalui uang dari perusahaan asuransi tersebut
diharapkan dapat meringakan beban keluarga pemilik asuransi yang meninggal.
Asuransi jiwa terbagi menjadi dua bentuk yaitu:
a. Term Life, yaitu asuransi jiwa yang memiliki perjanjian dalam jangka waktu
tertentu. Cirinya adalah uang setoran preminya akan hangus pada akhir
periode perjanjian. Namun, umumnya nilai uang yang diberikan asuransi ini
lebih besar nominalnya.
b. Whole Life, yaitu asuransi jiwa yang memiliki masa pertanggungjawaban
seumur hidup. Preminya biasanya lebih mahal dari pada Term Life.
Asuransi ini biasanya memiliki nilai tunai yang dibayarkan kepada keluarga
jika yang tertanggung tidak meninggal selama masa kontrak. Tetapi nilai
3. Asuransi pendidikan
Asuransi pendidikan memberikan jaminan dan perlindungan kepada orang yang
sedang menempuh pendidikan, biasanya diberikan kepada anak-anak. Asuransi
ini biasanya diberikan bersamaan dengan asuransi jiwa.
4. Asuransi kerugian
Asuransi ini disebut juga Non Life Insurance yang diatur dalam Undang
Undang No.2 tahun 1992 untuk menanggulangi kerugian atas suatu usaha.
Macam-macam asuransi ini adalah:
a. Asuransi kebakaran, yaitu asuransi terhadap proteksi atas kerugian yang
disebabkan oleh kebakaran, biasanya untuk kantor,rumah, hotel dan
lain-lain.
b. Asuransi pengangkutan, yaitu asuransi terhadap proteksi selama
pengangkutan barang, baik lewat jalur darat, laut, maupun udara. Asuransi
ini ada macamnya juga, yaitu asuransi kendaraan dan asuransi kecelakaan.
Ada juga jenis asuransi lainnya yang ada di Indonesia seperti asuransi pensiun,
asuransi rumah, asuransi kendaraan, asuransi syariah, asuransi perjalanan, dan
asuransi investasi.
2.3Asuransi Kesehatan
Jenis ini adalah asuransi yang paling banyak dan mudah ditemui. Asuransi
kesehatan biasanya diselenggarakan oleh perusahaan asuransi sosial, perusahaan
asuransi jiwa, dan perusahaan asuransi umum. Pada tahun 2009, ada sekitar 116,8
memiliki asuransi kesehatan disediakan oleh PT Askes Indonesia, PT Jamsostek, PT
Asabri, program Jamkesmas, atau asuransi lain. Sedangkan pada tahun 2010, ada
sekitar 120,2 juta penduduk dari jumlah penduduk sekitar 237 juta penduduk
Indonesia yang memiliki asuransi kesehatan yang disediakan oleh perusahaan
asuransi diatas juga.
Asuransi kesehatan adalah salah satu jenis produk asuransi yang secara
khusus menjamin biaya kesehatan baik dalam pengobatan kesehatan ataupun
perawatan kesehatan para anggota asuransi tersebut. Pada umumnya, jenis perawatan
yang ditawarkan perusahaan asuransi hanya perawatan bentuk rawat inap dan rawat
jalan. Pada umumnya perusahaan asuransi yang menyelenggarakan program asuransi
kesehatan akan bekerja sama dengan rumah sakit baik secara langsung maupun
melalui institusi perantara untuk menyelenggarakan perawatan kesehatan.
Asuransi rawat jalan meliputi biaya dokter, biaya diagnosis/lab, dan biaya
obat. Biasanya, besar biaya yang ditanggung ditentukan dengan limit maksimum
untuk setiap komponen per kunjungan/tahun dan frekuensi maksimum kunjungan
dalam satu tahun. Ada pembatasan yang diberlakukan perusahaan asuransi, yaitu
mewajibkan rujukan dokter umum sebelum kunjungan ke dokter spesialis dan juga
pembatasan dimana pertanggungan hanya diberikan bila pelayanan kesehatan
dilakukan oleh penyedia layanan yang terdaftar. Asuransi rawat jalan biasanya hanya
merupakan manfaat tambahan dari asuransi rawat inap. Sedangkan asuransi rawat
obat-obatan, laboratorium/penunjang diagnostik, pembedahan, dll. Penggolongan asuransi
rawat inap ini dilakukan berdasarkan kelas kamar.
Ada berbagai alasan masyarakat menolak untuk mengikuti sebuah asuransi,
salah satunya karena masyarakat menganggap kalau asuransi itu seperti bentuk
taruhan yang berlaku selama adanya ikatan. Taruhan ini seperti adanya perbedaan
biaya yang dibayar masyarakat terhadap perusahaan asuransi dibandingkan dengan
jumlah kejadian yang akan diterima masyarakat. Kejadian ini seperti taruhan yang
berbanding 1 dengan 10, dimana masyarakat hanya sekali mengalami kejadian yang
perlu asuransi sedangkan yang sudah dibayar masyarakat ke perusahaan asuransi
sudah sepuluh kali. Hal inilah yang ada di pikiran beberapa orang sehingga susah
untuk ikut asuransi.
Sebenarnya, asuransi menjadi cara untuk mengelola risiko dan upaya
preventif untuk mencegah ketidakmampuan penduduk membiayai pelayanan medis
yang mahal. Setiap orang memiliki kesempatan sakit yang tidak pasti, dan
menyebabkan adanya biaya untuk membayar upaya pemulihan sakit tersebut.
Biasanya, masyarakat tidak menyediakan biaya untuk pelayanan kesehatan setiap
bulannya di dalam rumahnya. Sehingga masyarakat akan kesulitan saat terjadi
kesakitan mendadak dan tidak ada biaya. Oleh karena itu, perusahaan asuransi
kesehatan mengelola asuransi kesehatan untuk risiko-risiko negatif, seperti
memastikan adanya penggantian biaya pemulihan kesehatan saat sakit. Perusahaan
asuransi akan memperhitungkan risiko yang melanda masyarakat untuk menghitung
Risiko-risiko yang dapat diasuransikan pada asuransi kesehatan adalah:
1. Risiko yang bersifat murni (pure), yaitu risiko yang spontan, tidak
dibuat-buat, tidak disengaja, atau dicari-cari dan tidak dapat dihindari dalam jangka
pendek. Risikonya ini memang timbul karena sebuah kebetulan atau
kecelakaan. Contohnya, penyakit kanker yang membutuhkan perawatan yang
lama dan mahal, serta tidak pernah diharapkan oleh si penderita. Sehingga
penyakit ini dapat diasuransikan.
2. Risiko yang bersifat definitif, yang berarti bahwa risiko dapat ditentukan
kejadiannya secara pasti dan jelas serta dapat dipahami berdasarkan bukti
kejadiannya. Contohnya, sakit dan kematian dibuktikan dengan surat
keterangan dari dokter, dan kecelakaan lalu lintas dibuktikan dengan surat
keterangan polisi.
3. Risiko bersifat statis, yaitu probabilitas kejadian relatif statis atau konstan
tanpa dipengaruhi perubahan politik dan ekonomi negara. Contohnya,
penyakit kanker relatif statis dan tidak dipengaruhi keadaan ekonomi dan
politik, walaupun untuk jangka panjang risiko serangan jantung dipengaruhi
keadaan ekonomi karena makanan yang dikonsumsi.
4. Risiko berdampak finansial, yang dapat diasuransikan karena dapat
diperhitungkan finansialnya. Contohnya, pada kecelakaan yang menyebabkan
ada biaya perawatan dan kehilangan penghasilan akibat meninggal atau cacat,
maka segalanya akan ditanggung pihak asuransi.
5. Risiko measurable atau quantifiable, yaitu risiko dapat diperhitungkan secara
waktu kejadian, jenis penyakit, tempat perawatan, dan biaya yang dibutuhkan,
maka biaya yang dibutuhkan dapat ditanggung oleh pihak asuransi.
6. Risiko besar, dimana derajat risiko itu relatif dan dapat berbeda setiap tempat
dan waktu. Besar risiko yang dapat ditanggung oleh pihak asuransi harus
memenuhi syarat ukuran yang ditawarkan pihak asuransi. Biasanya, asuransi
kesehatan akan menjamin pelayanan kesehatan secara komprehensif karena
adanya kaitan risiko dengan biaya yang kecil dan pelayanan yang perlu biaya
besar. Contohnya, seseorang yang menderita DBD akan ditanggung
pengobatannya hingga ke pengobatan lanjutan.
Manfaat asuransi kesehatan adalah:
1. Mendekatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan,
2. Mengubah peristiwa tidak pasti menjadi pasti dan terencana,
3. Membantu mengurangi risiko perorangan ke risiko sekelompok orang dengan
cara perangkuman risiko.
Dengan asuransi ini, terjadilah sikap saling tolong menolong, yakni yang sehat
menolong yang sakit dan yang kaya membantu yang miskin.
Ada bermacam-macam asuransi kesehatan, seperti asuransi kesehatan
perorangan, asuransi kesehatan keluarga, dan asuransi kesehatan karyawan
perusahaan. Namun asuransi kesehatan yang sering digunakan adalah kedua macam
proteksi asuransi berikut ini.
1. Asuransi yang menyediakan perlindungan rawat inap di rumah sakit, terdiri
a. Proteksi dengan sistem kartu (klaim dengan kwitansi asli), yang berarti
bahwa bila dirawat inap maka pembayarannya cukup dengan menunjukkan
kartu provider, sehingga seluruh biaya rumah sakit ditanggung asuransi.
Kelas perawatan disesuaikan dengan premi yang dibayar. Proteksi ini cocok
bagi pegawai swasta, wiraswasta atau pekerja lepas yang belum mempunyai
proteksi rawat inap.
b. Proteksi dengan sistem reimbursement, yang berarti bahwa bila saat dirawat,
terlebih dahulu membayar seluruh biaya rumah sakit, lalu diklaim ke pihak
asuransi. Proteksi ini berupa tunjangan rawat inap harian. Misalnya, bila
dirawat lima hari, maka lima hari itu dikalikan dengan besar tunjangan per
hari. Proteksi ini cocok untuk orang yang sudah mempunyai asuransi dari
perusahaan, karena proteksi reimbursement ini hanya untuk menambah
kekurangan biaya rawat inap saja.
2. Proteksi terhadap penyakit kritis. Proteksi ini cocoknya bagi orang dewasa yang
umurnya di atas 40 tahun karena sudah rentan terkena berbagai penyakit. Ada
dua macam proteksi ini.
a. Proteksi sakit kritis, yang berarti hanya memberi proteksi saat penyakit
sudah mencapai stadium kritis. Bila masih stadium awal dan menengah
maka belum bisa diklaim. Namun, jika meninggal dunia dan belum pernah
klaim, maka asuransi penyakit kritis ini bisa menjadi santunan meninggal
ke ahli waris.
b. Proteksi sakit kritis di semua stadium, yang berarti memberi proteksi sakit
meninggal dunia dan tidak pernah diklaim, maka asuransi ini tidak bisa
memberi santunan meninggal ke ahli waris.
2.4Asuransi Kesehatan di Indonesia
Asuransi kesehatan di Indonesia ada berbagai jenis, seperti asuransi dari
pemerntah bagi rakyat dan asuransi kesehatan dari perusahaan bagi tenaga kerjanya.
Ada begitu banyak macam ataupun jenis asuransi kesehatan di Indonesia yang
dilindungi oleh Undang Undang. Saat sekarang ini, jaminan sosial dan jaminan
kesehatan di Indonesia telah diatur dalam Undang Undang no. 40 tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional. Pada Undang Undang ini, asuransi kesehatan
dibedakan pengertiannya dengan jaminan kesehatan.
Jaminan kesehatan adalah sebuah bentuk jaminan yang berupa perlindungan
kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan pelayanan kesehatan dan
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada
setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.
Sedangkan asuransi kesehatan adalah sebuah jenis produk asuransi yang secara
khusus menjamin biaya kesehatan atau pelayanan perawatan para anggota asuransi
kesehatan tersebut jika mereka jatuh sakit atau mengalami kecelakaan.
2.5 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS diatur dalam UU No. 24
Tahun 2011 tentang BPJS, yang merupakan amanat dari UU No. 40 Tahun 2004
1. badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial
(Pasal 1 angka 6),
2. badan hukum nirlaba (Pasal 4 dan Penjelasan Umum),
3. pembentukan dengan Undang-undang (Pasal 5 ayat 1).
BPJS mengelola Jaminan Sosial Nasional. Pada UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS, pasal 5 dikatakan bahwa BPJS yang dibentuk Undang-Undang ini terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Sedangkan pada pasal 6 dijelaskan bahwa, BPJS Kesehatan menyelenggarakan program jaminan kesehatan
dan BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program Jaminan Kecelakaan Kerja,
Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun, dan Jaminan Kematian.
Pada awalnya PT ASKES (Persero) dan PT JAMSOSTEK (Persero) beralih
dari badan usaha milik negara menjadi badan hukum publik BPJS Kesehatan mulai 1
Januari 2014 dan BPJS Ketenagakerjaan mulai 1 Juli 2015. Transformasi yang ada di
BPJS ini diatur dalam UU BPJS sebagai berikut.
1. PT ASKES (Persero) berubah menjadi BPJS Kesehatan dan mulai beroperasi
menyelenggarakan program jaminan kesehatan pada tanggal 1 Januari 2014
(Pasal 60 ayat 1).
2. PT JAMSOSTEK (Persero) berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan mulai
tanggal 1 Januari 2014 (Pasal 62 ayat 1).
3. PT ASABRI (Persero) menyelesaikan pengalihan program ASABRI dan
4. PT TASPEN (Persero) menyelesaikan pengalihan program THT dan program
pembayaran pensiun ke BPJS Ketenagakerjaan (Pasal 65 ayat 1).
Proses selanjutnya yang dilakukan adalah membubarkan PT ASKES (Persero) dan
PT JAMSOSTEK (Persero) tanpa likuidasi. Sedangkan PT ASABRI (Persero) dan
PT TASPEN (Persero) tidak secara tegas ditentukan dalam UU BPJS.
Sasaran UU BPJS ini adalah seluruh rakyat Indonesia. Kelompok peserta yang
dikelola BPJS Kesehatan ada dua kelompok, yaitu:
1. Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI), terdiri dari fakir miskin dan orang tak
mampu,
2. Peserta non-PBI, yang terdiri dari para Pegawai Negeri Sipil (PNS), anggota
Tentara Nasional Indonesia (TNI), anggota Kepolisian Republik Indonesia
(Polri), karyawan perusahaan swasta, pekerja mandiri, bukan pekerja seperti
veteran, penerima pensiun, dan lain-lain.
Iuran kepesertaan di BPJS adalah sebagai berikut.
1. Semua Pegawai Negeri Sipil (PNS) secara langsung menjadi peserta BPJS
sejak 1 Januari 2014. Iurannya adalah 2% potongan gaji ditambah subsidi
pemerintah 3% dengan menjamin maksimal lima orang yang terdiri dari
suami, istri, dan tiga anak.
2. TNI dan POLRI membayar iuran 2% dari gaji, setelah pensiun hak ini tetap
3. Pekerja formal swasta membayar 2% dari penghasilannya per bulan dan 3%
dibayar oleh perusahaan.
4. Bagi pekerja sektor nonformal membayar iuran sebesar Rp59.500,- per orang
per bulan untuk rawat inap di kelas 1; Rp42.500,- per orang per bulan untuk
rawat inap di kelas 2, dan Rp 25.500 per orang per bulan untuk rawat inap di
kelas 3.
5. Iuran penduduk miskin dan orang tak mampu ditanggung pemerintah.
Pelayanan kesehatan untuk peserta di BPJS diberikan di fasilitas kesehatan
milik Pemerintah atau swasta yang menjalin kerjasama dengan badan penyelenggara
jaminan sosial (UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 23 ayat 1). Namun, bila dalam keadaan
darurat, maka pelayanan kesehatan dapat diberikan pada fasilitas kesehatan yang
tidak menjalin kerja sama dengan badan penyelenggara jaminan sosial (Pasal 23 ayat
2). Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ini wajib memberikan kompensasi untuk
memenuhi kebutuhan medik peserta yang berada di daerah yang belum tersedia
fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat. Kompensasi dapat diberikan dalam bentuk
uang tunai (UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 23 ayat 3 dan penjelasannya).
Pada pengembangan pelayanan kesehatan, Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial menerapkan sistem kendali mutu, sistem kendali biaya dan sistem pembayaran
untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi jaminan kesehatan serta untuk mencegah
penyalahgunaan pelayanan kesehatan (UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 24 ayat 3 dan
penjelasannya). Sistem kendali mutu berarti sejumlah karyawan dengan pekerjaan
masalah-masalah pekerjaan dan lingkungannya dengan tujuan meningkatkan mutu usaha
dengan menggunakan perangkat kendali mutu. Sedangkan sistem kendali biaya
adalah proses atau usaha yang sistimatis untuk menetapkan standar pelaksanaan
dengan tujuan perencanaan, sistem
informasi umpan balik, membandingkan pelaksanaan nyata dengan perencanaan,
menentukan dan mengatur penyimpangan, serta melakukan koreksi perbaikan sesuai
rencana, sehingga tujuan tercapai secara efektif dan efisien dalam penggunaan biaya.
2.6 Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah sistem yang dijalankan oleh
BPJS, yakni sebuah sistem gotong royong untuk kesehatan rakyat Indonesia. Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) merupakan sistem asuransi sosial yang wajib bagi
seluruh penduduk Indonesia dan warga negara asing yang bekerja lebih dari enam
bulan di Indonesia. Dasar hukum pelaksanaan SJSN ini adalah:
1. UUD 1945 dan perubahannya tahun 2002, pasal 5, pasal 20, pasal 28, dan
pasal 34,
2. Deklarasi HAM PBB atau Universal Declaration of Human Rights tahun 1948
dan konvensi ILO No.102 tahun 1952,
3. TAP.MPR.RI No. X/MPR/2001 yang menugaskan kepada presiden RI untuk
membentuk Sistem Jaminan Sosial Nasional, dan
SJSN dibuat sesuai dengan “paradigma tiga pilar” yang direkomendasikan
oleh Organisasi Perburuhan Internasional (ILO). Ketiga pilar tersebut adalah:
1. Program bantuan sosial untuk anggota masyarakat yang tidak mempunyai
sumber keuangan atau akses terhadap pelayanan yang dapat memenuhi
kebutuhan pokoknya, seperti anggota masyarakat yang terbukti mempunyai
kebutuhan mendesak, ada terjadi bencana alam, konflik sosial, menderita
penyakit, atau kehilangan pekerjaan. Dana bantuan ini diambil dari APBN dan
dari dana masyarakat setempat.
2. Program asuransi sosial yang bersifat wajib. Program ini dibiayai oleh iuran
yang ditarik dari perusahaan dan pekerja sebesar iuran yang ditetapkan
berdasarkan tingkat pendapatan/gaji dan berdasarkan suatu standar hidup
minimum yang berlaku di masyarakat.
3. Asuransi yang ditawarkan oleh sektor swasta secara sukarela, yang dapat
dibeli oleh peserta apabila mereka ingin mendapat perlindungan sosial lebih
tinggi daripada jaminan sosial yang mereka peroleh dari iuran program
asuransi sosial wajib. Oleh karena itu, maka iurannya berbeda menurut
analisis risiko dari setiap peserta.
Pada SJSN ini, masyarakat mempunyai hak dan kewajiban. Kewajibannya
adalah bila seseorang itu pemberi kerja, maka dia wajib mendaftarkan pekerjanya.
Bila tidak mendaftarkan, maka akan dikenakan sanksi. Sedangkan hak masyarakat
menerima informasi tentang prosedur SJSN dan hal-hal yang dijamin, serta hak untuk
mengeluh. SJSN ini menangani bagian promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Ketentuan pada Undang-Undang SJSN adalah:
1. Penerima manfaat dari jumlah anggota keluarga sebanyak-banyaknya lima
orang yang terdiri dari istri/suami yang sah, anak kandung, anak tiri dari
perkawinan yang sah dan anak angkat yang sah (Pasal 20 ayat 1).
2. Fasilitas kesehatan yang menjalin kerjasama dengan BPJS bertugas
memberikan manfaat jaminan kesehatan kepada peserta (Pasal 23 ayat 1).
3. Pekerja yang memiliki anggota keluarga lebih dari lima orang dan ingin
mengikutsertakan anggota keluarganya, maka wajib membayar tambahan
iuran (Pasal 28 ayat 1).
4. Bila peserta membutuhkan rawat inap di rumah sakit maka kelas pelayanan di
rumah sakit diberikan berdasarkan kelas standar (Pasal 23 ayat 4). Ketentuan
ini dihubungkan dengan prinsip ekuitas jaminan kesehatan yang ditentukan
dalam Pasal 19 ayat 1 UU SJSN.
5. Jenis pelayanan yang dapat menimbulkan penyalahgunaan pelayanan, peserta
akan dikenakan urun biaya. Jenis pelayanan dimaksud adalah pelayanan yang
membuka peluang moral hazard (sangat dipengaruhi oleh selera dan perilaku
peserta), misalnya pemakaian suplemen, pemeriksaan diagnostik, dan
tindakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan medis. Urun biaya dikenakan
6. Tidak mewajibkan fasilitas kesehatan milik pemerintah atau swasta untuk
bekerjasama dengan BPJS. Secara hukum kerjasama dimaksud menghendaki
adanya kesepakatan diantara para pihak (Pasal 23 ayat 1).
7. Ketentuan mengenai unit pengendali mutu dan penanganan pengaduan peserta
diatur dalam Peraturan BPJS (Pasal 48).
Tolak ukur dikatakan bahwa SJSN telah berhasil dilaksanakan BJPS dilihat
dari jumlah orang yang dijamin. BPJS merencanakan pada tahun 2014 terdapat 70%
masyarakat Indonesia ikut dalam program SJSN. Target lebih tinggi yang
dicanangkan oleh BPJS lagi pada tahun 2017 terdapat 90% lebih rakyat Indonesia
sudah mengikuti program SJSN. Walaupun dalam pelaksanaannya oleh pemerintah
dilakukan secara bertahap hingga tahun 2019 ditargetkan seluruh warga di Indonesia
masuk SJSN. Keberhasilan ini menjadi tanggung jawab bersama bagi seluruh lapisan
masyarakat.
2.7 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Menurut Naskah Akademik SJSN, Program Jaminan Kesehatan Nasional
adalah suatu program pemerintah dan masyarakat/rakyat dengan tujuan memberikan
kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi setiap rakyat Indonesia agar
penduduk Indonesia dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera. JKN melibatkan
delapan kementerian dan lembaga dalam pelaksanaannya dan dikelola oleh BPJS
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan akan pemenuhan kebutuhan dasar
kesehatan (UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 19 ayat 2).
JKN ini diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial
dan prinsip ekuitas seperti yang ada pada UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 19 ayat 1
seperti berikut ini.
1. Prinsip asuransi sosial meliputi:
a. Kegotongroyongan antara peserta kaya dan miskin, yang sehat dan sakit,
yang tua dan muda, serta yang beresiko tinggi dan rendah,
b. Kepesertaan bersifat wajib dan tidak selektif,
c. Iuran berdasarkan persentase upah/penghasilan untuk peserta penerima
upah atau suatu jumlah nominal tertentu untuk peserta yang tidak
menerima upah,
d. Dikelola dengan prinsip nirlaba, artinya pengelolaan dana digunakan
sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta dan setiap surplus akan
disimpan sebagai dana cadangan dan untuk peningkatan manfaat dan
kualitas layanan.
2. Prinsip ekuitas yaitu kesamaan dalam memperoleh pelayanan sesuai dengan
kebutuhan medis yang tidak terkait dengan besaran iuran yang telah
dibayarkan. Prinsip ini diwujudkan dengan pembayaran iuran sebesar
1) dan pemerintah membayarkan iuran bagi mereka yang tidak mampu (Pasal
17 ayat 4).
Cara menjadi peserta JKN adalah:
1. Pekerja didaftarkan oleh perusahaannya ke BPJS,
2. Mendaftarkan diri secara individu atau kelompok bagi non-penerima upah
seperti tukang becak, sopir, dan yang lain, dan
3. Menjadi Penerima Bantuan Iuran (PBI) bagi fakir miskin, cacat total, dan
tidak mampu.
Pada prinsipnya, Penerima Bantuan Iuran bagi yang tidak mampu membayar
iuran, maka iuran tersebut dibayar pemerintah. Para penerima tersebut akan
menerima iuran sebesar Rp19.225,- per orang per bulan. Peserta PBI ini ditetapkan
sendiri oleh pemerintah yang bagaimana dikatakan fakir miskin dan tidak mampu.
Mereka tidak mendaftarkan dirinya sendiri jadi peserta PBI.
Jaminan Kesehatan Nasional memberikan manfaat jaminan kesehatan bagi
perorangan dan menjamin pelayanan anggota keluarga lainnya. Manfaat jaminan
kesehatan yang bersifat pelayanan kesehatan perorangan mencakup pengobatan
hingga bahan medis sesuai kebutuhan medis yang diperlukan. Manfaat Jaminan
1. Peserta JKN mendapat jaminan kesehatan mulai fasilitas primer, sekunder,
hingga tersier, baik milik pemerintah ataupun swasta yang bekerja sama
dengan BPJS,
2. Menjamin kesehatan medis mulai dari administrasi pelayanan, pemeriksaan,
pengobatan, dan konsultasi medis seseorang sampai non-medis seperti
akomodasi dan ambulan,
3. Melayani tindakan medis non spesialistik yang bersifat operatif ataupun
non-operatif, lalu pelayanan transfusi darah sesuai kebutuhan medis,
4. Jaminan kesehatan yang bersifat pelayanan kesehatan perorangan mencakup
pelayanan peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit
(preventif) yang meliputi pemberian pelayanan, penyuluhan kesehatan
perorangan, imunisasi dasar, keluarga berencana, dan skrining kesehatan;
juga mencakup pelayanan pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif)
yang meliputi pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat
pertama dan pelayanan rawat inap tingkat pertama sesuai keluhan penyakit.
Pelayanan ini menggunakan teknik layanan terkendali mutu dan biaya
(managed care) (UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 22 ayat 1,2, Pasal 23, Pasal
24, Pasal 25, Pasal 26).
Cara pendaftaran jadi peserta JKN bagi peserta mandiri adalah dengan cara
mendatangi kantor BPJS. Peserta mengisi formulir pendaftaran dan menyerahkan
photocopy KTP, photocopy kartu keluarga, dan pas foto berwarna berukuran 3x4
kemudian peserta melakukan pembayaran di Kantor Pos, atau ATM, atau bisa juga
menyetor tunai di bank yang telah ditunjuk BPJS. Setelah selesai semuanya, peserta
dapat mengambil kartu anggota Jaminan Kesehatan Nasional.
Tempat pendaftaran kepesertaan JKN di Sumatera Utara sendiri ada sebanyak
lima tempat, antara lain:
1. Medan : Jl. Karya No.135 Medan
2. Kabanjahe : Jl. Letnan Rata Perangin-angin No.14 A, Kabanjahe
3. Pematangsiantar : Jl. Perintis Kemerdekaan No.7, Pematang Siantar
4. Padang Sidempuan : Jl. SM. Raja/Raja Ina Siregar Km 5,7
5. Sibolga : Jl. dr. F. L. Tobing No.5, Sibolga
Awal pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada tanggal 1 Januari
2014, telah ada sebanyak 121,6 juta orang sebagai peserta JKN. Peserta JKN ini
terdiri dari peserta asuransi kesehatan sosial PT Askes (Pegawai Negeri Sipil/PNS
dan pensiunan beserta keluarga, serta anggota dan pensiunan TNI-Polri dan
keluarga); peserta jaminan kesehatan dari Jamsostek; serta penduduk miskin yang
tercakup dalam Jamkesmas yang kemudian menjadi Penerima Bantuan Iuran (PBI).
Semua BUMN juga telah mendaftarkan pegawainya untuk menjadi peserta JKN.
Pelayanan kesehatan yang diberikan dan dijamin oleh BPJS Kesehatan
melalui JKN seperti dikutip dari Koran Kompas pada edisi “Cukup Banyak Klinik
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama/dasar, yakni pelayanan kesehatan
non-spesialistik
1. Pelayanan promotif dan preventif.
2. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis.
3. Tindakan medis non-spesialistik, baik operatif maupun non-operatif.
4. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai.
5. Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis.
6. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama.
7. Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi medis.
b. Pelayanan kesehatan tingkat dua/lanjutan
i. Pelayanan kesehatan yang mencakup
1. Pemeriksaan, pengobatanm dan konsultasi spesialistik oleh dokter
spesialis dan sub-spesialis.
2. Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis.
3. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai.
4. Pelayanan alat kesehatan implan.
5. Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis.
6. Rehabilitasi medis.
7. Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis.
8. Pelayanan kedokteran forensik.
9. Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan.
ii. Rawat inap yang mencakup
2. Perawatan inap di ruang intensif.
Sedangkan pelayanan kesehatan yang tidak dijamin oleh BPJS Kesehatan
melalui JKN adalah:
1. Pelayanan kesehatan yang dilakukan melalui prosedur sebagaimana diatur
dalam peraturan yang berlaku.
2. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang tidak bekerja
sama dengan BPJS Kesehatan, kecuali kasus gawat darurat.
3. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan
kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan
kerja.
4. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri.
5. Pelayanan kesehatan untuk tujuan kosmetik dan/atau estetik.
6. Pelayanan untuk mengatasi infertilitas (memperoleh keturunan).
7. Pelayanan meratakan gigi (ortodonsi).
8. Gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau alkohol.
9. Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat
melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri.
10.Pengobatan komplementer, alternatif, dan tradisional, termasuk akupuntur,
sinse, chiropratic, yang belum dinyatakan efektif berdasarkan penilaian
teknologi kesehatan (health technology assessment).
11.Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaan
12.Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu.
13.Perbekalan kesehatan rumah tangga.
14.Pelayanan kesehatan akibat bencana, pada masa tanggap darurat, kejadian luar
biasa/wabah.
15.Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan manfaat jaminan
kesehatan yang diberikan.
2.8 Persepsi Masyarakat 2.8.1 Pengertian Persepsi
Persepsi merupakan pengalaman akan objek, peristiwa, atau hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ini
memberikan makna kepada stimulus inderawi. Manusia pada umumnya menerima
informasi dari lingkungannya lewat proses yang sama. Jadi untuk memahami persepsi
seseorang, harus memiliki proses perolehan informasi yang dari lingkungannya.
Melalui informasi tersebut, persepsi seseorang dapat dipengaruhi sehingga
memudahkan penarikan kesimpulan bagi seseorang untuk berbuat sesuai informasi
tersebut.
Persepsi seseorang terhadap suatu hal juga akan memengaruhi tingkah laku
individu tersebut terhadap hal yang tadi tersebut. Berarti, tingkah laku seseorang
selalu didasarkan atas makna sebagai hasil persepsi terhadap lingkungan dia hidup.
Hal yang dilakukan dan tidak dilakukan dengan alasan banyak hal, selalu didasarkan
pada batasan-batasan menurut pendapatnya sendiri secara selektif. Persepsi ini
mengenai lingkungannya melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, dan
perasaan. Oleh karena itu, pada suatu objek yang sama dapat dipersepsikan secara
berbeda-beda oleh beberapa orang.
Secara etimologis, persepsi berasal dari bahasa Latin, yaitu Preceptio yang
berarti menerima atau mengambil. Menurut Robin dalam Notoatmodjo (2005),
persepsi adalah proses dimana seseorang mengorganisasikan dan menginterpretasikan
sensasi yang dirasakan dengan tujuan untuk memberi makna terhadap lingkungannya.
Persepsi merupakan suatu proses otomatis yang terjadi sangat cepat dan kadang tidak
kita sadari, dimana kita dapat mengenali stimulus yang kita terima dan memengaruhi
tindakan kita (Notoatmodjo, 2005).
Persepsi adalah proses mental yang terjadi pada diri manusia yang akan
menunjukkan bagaimana melihat, mendengar, merasakan, dan meraba (kerja indra) di
sekitar (Wudayatun, 1999). Menurut Tjiptono (2000), persepsi adalah perlakuan yang
melibatkan penafsiran melalui proses pemikiran tentang apa yang dilihat, didengar,
alami atau dibaca, sehingga persepsi sering memengaruhi tingkah laku, percakapan,
serta perasaan seseorang. Persepsi yang positif akan memengaruhi rasa puas
seseorang dalam bentuk sikap dan perilakunya terhadap pelayanan kesehatan, dan
begitu juga sebaliknya bahwa persepsi negatif akan ditunjukkan melalui kinerjanya.
Menurut Winardi (2001), bahwa persepsi adalah proses yang bermanfaat
sebagai filter dan metode untuk mengorganisasikan stimulus, yang memungkinkan
melalui stimulus yang diseleksi dan dikelompokkan dalam wujud yang berarti, yang
hampir bersifat otomatis dan bekerja dengan cara yang sama pada masing-masing
individu, sehingga secara tipikal menghasilkan persepsi-persepsi yang berbeda.
Defenisi lain dari persepsi adalah pengamatan sebagai hasil penglihatan,
pendengaran, penciuman, serta pengalaman masa lalu. Hal inilah yang sangat
memengaruhi pembentukan dan perubahan perilaku seseorang.
Sebagaimana persepsi merupakan proses pengamatan, maka hal-hal yang
dapat diamati tersebut disebut objek persepsi. Dibedakan dalam dua bentuk, yaitu:
1. Manusia, termasuk juga kehidupan sosial manusia, nilai-nilai kultural, dan
hal lain, yang disebut dengan istilah persepsi interpersonal,
2. Benda-benda mati dan makhluk hidup selain manusia.
Persepsi disebut juga pandangan, yaitu suatu proses seseorang
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indra mereka agar memberi makna kepada
lingkungan mereka. Hal yang dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari kenyataan
objektif. Tetapi sering juga muncul ketidaksepakatan. Persepsi menjadi sangat
penting karena perilaku orang-orang di dalam suatu organisasi didasarkan pada
persepsi mereka mengenai hal yang realitas, bukan mengenai realitas itu sendiri
2.8.2 Faktor Memengaruhi Persepsi Masyarakat
Menurut Sears, dkk (1999) dalam Asna (2010), persepsi manusia didominasi
oleh dua asumsi berikut ini.
1. Proses pembentukan kesan dianggap agak bersifat mekanis dan cenderung
hanya memantulkan sifat manusia yang memberi stimulus.
2. Proses itu berada dibawah dominasi perasaan atau evaluasi dan bukan oleh
pikiran atau kognisi.
Pembentukan kesan itu secara mekanis memantulkan terkumpulnya informasi dalam
pikiran seseorang. Hal ini disebabkan banyak faktor yang dapat membentuk persepsi
dan bisa juga memutar balikkan persepsi seseorang. Menurut Robbins (2001) dalam
Notoatmodjo (2010) bahwa faktor-faktor itu dapat berada pada pihak pelaku persepsi
(perceiver), pada objeknya, atau pada konteks situasi dimana persepsi itu dilakukan.
Faktor-faktor yang memengaruhi persepsi seseorang menurut Baltus (1983)
dalam Asna (2010) adalah:
1. Kemampuan dan keterbatasan fisik dan alat indra dapat memengaruhi persepsi
untuk sementara waktu atau permanen,
2. Kondisi lingkungan,
3. Pengalaman masa lalu,
4. Kebutuhan dan keinginan, yang dapat membuat seseorang berfokus pada hal
5. Kepercayaan, prasangka, dan nilai, individu akan lebih memperhatikan dan
menerima orang lain yang memiliki kepercayaan dan nilai yang sama
dengannya.
Persepsi sangat tergantung pada penginderaan data, dan kognitif seorang
individulah yang menyaring, menyederhanakan, dan mengubah hasil
penginderaannya menjadi lebih sempurna. Persepsi dapat diartikan sebagai suatu
penilaian untuk berperilaku secara nyata dan disalurkan melalui emosi ataupun
motivasi. Seseorang dalam memandang suatu hal seperti benda, perbuatan, atau yang
lain, akan selalu mempunyai pendapat atau pandangan tersendiri. Pandangannya
tersebut mungkin sama atau berbeda dengan pandangan orang lain. Hal ini
dikarenakan pandangan seseorang itu dipengaruhi oleh banyak faktor yang datang
dari luar dirinya (eksternal) maupun dari dalam dirinya (internal).
Sementara persepsi merupakan hal internal yang dilakukan oleh individu
untuk memilih, mengevaluasi, dan mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan
eksternal. Oleh karena itu, persepsi ini kental dengan ekspresi yang dikeluarkan
seseorang untuk menanggapi segala rangsangan dari luar dirinya. Persepsi harus
mampu memberikan makna terhadap rangsangan yang ditentukan oleh faktor internal
dan eksternal. Faktor internal ini tergantung pada proses pemahaman suatu hal,
termasuk didalamnya sistem nilai, tujuan, kepercayaan, dan tanggapannya terhadap
hasil yang dicapai. Sedangkan faktor eksternal tergantung hal yang diberikan
Menurut Prasetijo (2005), beberapa faktor yang memengaruhi pembentukan
persepsi seseorang adalah:
1. Faktor internal
a. Pengalaman,
b. Kebutuhan saat itu,
c. Nilai-nilai yang dianut,
d. Pengharapan,
2. Faktor eksternal
a. Tampakan produk,
b. Sifat-sifat stimulus,
c. Situasi lingkungan.
Menurut Notoatmodjo (2005), ada dua faktor yang memengaruhi persepsi,
yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor yang melekat
pada objeknya, dan faktor internal adalah faktor yang terdapat pada orang yang
mempersepsikan stimulus tersebut.
1. Faktor eksternal
a. Kontras
Merupakan cara termudah untuk menarik perhatian baik kontras warna,
ukuran, bentuk, dan gerakan. Contohnya adalah iklan yang dibuat
perusahaan iklan dengan menggunakan papan iklan yang besar akan
b. Perubahan intensitas
Merupakan cara untuk menarik perhatian seperti perubahan suara yang
tiba-tiba keras atau perubahan cahaya yang tiba-tiba menyilaukan.
c. Pengulangan
Proses ini membuat stimulus yang pada awalnya tidak masuk dalam
rentang perhatian, menjadi perhatian bagi orang. Contohnya, bunyi
sirene mobil ambulans yang berulng-ulang akan segera menarik
perhatian dibandingkan suara mobil lain yang sama-sama sedang
berjalan di jalanan.
d. Sesuatu yang baru
Suatu stimulus yang baru akan lebih menarik perhatian daripada sesuatu
yang telah diketahui. Contohnya, cara terapi kesehatan yang baru dan
berbeda dibandingkan terapi biasa akan segera menarik perhatian orang.
e. Sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak
Suatu stimulus yang menjadi perhatian orang banyak akan menarik
perhatian orang lain juga. Contohnya, ada suatu kurumunan orang di
suatu tempat akan membuat orang lain tertarik untuk ikut melihat apa
yang dilihat oleh kurumunan orang tersebut.
2. Faktor internal
a. Pengalaman dan pengetahuan
Pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan faktor
yang sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang
menyebabkan terjadinya perbedaan interpretasi. Contohnya, seorang
anak yang pernah disuntik oleh dokter dan merasa sakit, akan cenderung
menangis dan menghindar dari dokter setiap bertemu dokter. Hal ini
karena pengalaman disuntiknya yang sakit sebelumnya.
b. Harapan
Harapan terhadap sesuatu akan memengaruhi persepsi terhadap
stimulus. Contohnya, ketika seseorang membawa pasien gawat darurat
ke rumah sakit dan dia melihat seseorang datang dengan jas putih, maka
dia akan langsung mengira bahwa orang berjas putih itu adalah
dokternya. Bila orang tersebut bukan dokter, maka si pembawa pasien
akan merasa kecewa dan segera mencari dokter.
c. Kebutuhan
Kebutuhan akan menyebabkan stimulus dapat masuk dalam rentang
perhatian seseorang dan kebutuhan ini akan menyebabkan orang
tersebut menginterpretasikan stimuls secara berbeda. Contohnya, jika
seseorang memiliki uang yang lebih dari biasanya, maka dia akan
merasa bahwa uang tersebut banyak sekali. Namun, ketika kebutuhan
yang akan dibeli memiliki harga yang jauh lebih besar, maka uang yang
awalnya dirasakan banyak itu akan terasa sedikit.
d. Motivasi
Motivasi akan memengaruhi persepsi seseorang, sehingga persepsi
setiap orang itu akan berbeda tergantung kepada sekuat apa motivasi
menjaga kesehatannya, maka dia akan menginterpretasikan rokok
sebagai sesuatu yang negatif baginya.
e. Emosi
Emosi seseorang akan memengaruhi persepsinya terhadap stimulus yang
ada. Jika emosi seseorang baik, maka situasi di sekitarnya akan terlihat
baik dan jika emosi seseorang jelek, maka situasi di sekitarnya terlihat
jelek juga. Contohnya, jika seseorang merasa takut dengan operasi,
maka setelah operasi dia akan merasa lebih sakit dibandingkan orang
yang tidak merasa takut dengan operasi.
f. Budaya
Seseorang dengan latar belakang budaya yang sama akan
menginterpretasikan orang-orang dalam kelompoknya secara berbeda
dan cenderung menjadi lebih kritis. Namun, akan memersepsikan bahwa
orang-orang di luar kelompoknya sama saja. Contohnya, kelompok satu
suku, satu lingkungan rumah, satu almamater, dan lain-lain.
Jadi, dalam penelitian ini akan diteliti mengenai persepsi masyarakat terhadap
Jaminan Kesehatan Nasional yang baru diterapkan dengan keinginan masyarakat
2.9 Peran Karakteristik terhadap Perilaku Kesehatan
Ada banyak faktor karakteristik individu yang memengaruhi perilaku
kesehatan masyarakat. Menurut Gunarsa (1995) serta Charles Abraham dan Eamon
Shanley (1997), ada beberapa faktor yang memengaruhi pernyataan seseorang adalah
latar belakang individu yang berbeda-beda tersebut seperti berikut ini.
1. Umur
Semua tingkatan umur memberikan persepsi berbeda-beda terhadap pelayanan
kesehatan.
2. Pendidikan
Pendidikan dan pengetahuan seseorang yang kurang, membutuhkan lebih
banyak perhatian khusus. Setiap orang akan memperhatikan aspek yang
berbeda dari objek yang ditemui sesuai dengan pengalaman masa lalu,
keahlian, dan minatnya masing-masing.
3. Pekerjaan
Masyarakat memiliki jenis pekerjaan yang berbeda-beda dan tingkat
penghasilan yang berbeda juga. Biasanya, masyarakat yang berpenghasilan
rendah dan berpendidikan formal rendah menimbulkan sikap masa bodoh,
pengingkaran, dan rasa takut yang tidak mendasar.
4. Jenis kelamin
Laki-laki lebih cenderung dapat mengendalikan emosinya dan berpikir lebih
Menurut Notoatmodjo (2003), faktor-faktor individu yang terkait dengan
kesehatan adalah:
1. Umur, merupakan variabel yang selalu diperhatikan dalam penyelidikan
epidemiologi, dan angka kesakitan serta angka kematian selalu menunjukkan
keadaan yang dihubungkan dengan umur,
2. Status pekerjaan, adalah suatu kegiatan/aktivitas yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh imbalan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari,
dan pekerjaan ini sangat menentukan pemanfaatan pelayanan kesehatan,
3. Pendidikan, dapat dilihat pada kehidupan sehari-hari bahwa orang dengan
pendidikan formal lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih
tinggi dibandingkan orang dengan pendidikan formal lebih rendah, karena
akan lebih mampu memahami arti dan pentingnya kesehatan.
Ada tiga faktor yang memengaruhi persepsi menurut Setiadi (2003), yaitu
keadaan stimulus yang diamati, situasi sosial tempat pengamatan terjadi, dan
karakteristik pengamatan. Karakteristik individu yang memengaruhi persepsinya
adalah sebagai berikut.
1) Kelas sosial
Hal ini mengacu pada pengelompokan orang yang sama dalam berperilaku
sesuai posisi ekonomi mereka. Kelompok status mencerminkan harapan
komunitas akan gaya hidup di kalangan masing-masing kelas dan estimasi
masing-masing kelas. Kelompok sosial dengan variabel ekonomi adalah
pekerjaan, pendapatan, pendidikan, ukuran dan jenis tempat tinggal,
pemilikan barang dan kekayaan, pekerjaan dilakukan yang sangat
memengaruhi gaya hidup, prestise, kehormatan, dan respek.
2) Budaya
Budaya suatu masyarakat dapat diidentifikasikan berdasarkan etnis, agama,
demografi, dan yang lain. Variabel demografi menjelaskan karakteristik suatu
populasi dan dikelompokkan dalam karakteristik yang sama. Variabel yang
termasuk budaya berdasarkan demografi adalah etnis, kebangsaan, umur,
agama, jenis kelamin, dan lain-lain.
3) Peran ekspektasi pada persepsi
Ekspektasi atau harapan adalah keyakinan, kepercayaan, dan individual
sebelumnya mengenai hal yang harus terjadi pada situasi tertentu.
2.10 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka kerangka konsep yang dibuat dalam
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
2.11Hipotesis Penelitian
Berdasarkan permasalahan, tujuan penelitian, dan kerangka konsep yang telah
dijelaskan, maka dapat dirumuskan hipotesis pada penelitian ini, yaitu ada hubungan
karakteristik dan persepsi masyarakat tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
terhadap keikutsertaan menjadi peserta JKN di Kota Medan Tahun 2014. Karakteristik masyarakat:
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Jumlah anggota keluarga
4. Pendidikan
5. Pekerjaan
6. Penghasilan perbulan
Persepsi masyarakat
Keikutsertaan
menjadi peserta