• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan Daerah - Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah Terhadap Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan Daerah - Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah Terhadap Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kota Medan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Laporan Keuangan Daerah

Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat (Permendagri No.13/2006 pasal 4 ayat 1). Definisi keuangan daerah sendiri disebutkan dalam Permendagri No.13 tahun 2006 pasal 1 ayat 6 yaitu semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.

Tujuan penyajian laporan keuangan sektor publik menurut Governmental Accounting Standard Board (GASB, 1998) adalah sebagai berikut:

a. Untuk membantu memenuhi kewajiban pemerintah untuk menjadi akuntabel secara publik.

b. Untuk membantu memenuhi kebutuhan para pengguna laporan yang mempunyai keterbatasan kewenangan, keterbatasan kemampuan atau sumber daya untuk memperoleh informasi dan oleh sebab itu mereka menyandarkan pada laporan sebagai sumber informasi penting. Untuk tujuan tersebut, pelaporan keuangan harus mempertimbangkan kebutuhan para pengguna dan keputusan yang mereka buat.

(2)

Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, saldo anggaran lebih, arus kas, hasil operasi, dan perubahan ekuitas suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya, dengan :

a. Menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas pemerintah

b. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas pemerintah

c. Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya ekonomi

d. Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya e. Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai aktivitasnya

dan memenuhi kebutuhan kasnya

f. Menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan

(3)

Komponen-komponen yang terdapat dalam satu set laporan keuangan pemerintah terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran dan laporan finansial sehingga seluruh komponen menjadi sebagai berikut (Pernyataan No.1 PP No.71/2010 paragraph 14) :

a) Laporan realisasi anggaran

b) Laporan perubahan saldo anggaran lebih c) Neraca

d) Laporan operasional e) Laporan arus kas

f) Laporan perubahan ekuitas g) Catatan atas laporan keuangan

Komponen-komponen laporan keuangan tersebut disajikan oleh setiap entitas pelaporan dimana entitas pelaporan yang dimaksud adalah masing-masing unit Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sebagai accounting entity yang bertanggung jawab dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan daerah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.71 tahun 2010 paragraph 25 dalam kerangka konseptual akuntansi pemerintahan, laporan keuangan yang disusun oleh entitas pelaporan digunakan sebagai alat untuk kepentingan :

a) Akuntabilitas,

Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.

(4)

Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pelaksanaan suatu entitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan, dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban dan ekuitas pemerintah untuk kepentingan masyarakat.

c) Transparansi,

Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya kepada peraturan perundang-undangan.

d) Keseimbangan antargenerasi,

Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.

e) Evaluasi kinerja,

Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah untuk mencapai kinerja yang direncanakan.

2.2 Aksesibilitas Laporan Keuangan

(5)

Daerah (SIKD) adalah data terbuka yang dapat diketahui, diakses, dan diperoleh oleh masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah harus membuka akses kepada stakeholder secara luas atas laporan keuangan yang dihasilkannya melalui publikasi media surat kabar, internet dan media lainnya. Informasi yang ditampilkan dalam SIKD tersebut dimana dinyatakan secara jelas pada pasal 102, UU No.33 tahun 2004 meliputi :

a. APBD dan laporan realisasi APBD provinsi, kabupaten, dan kota b. Neraca daerah

c. Laporan arus kas

d. Catatan atas laporan keuangan daerah

e. Dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan f. Laporan keuangan Badan Usaha Milik Daerah

g. Data yang berkaitan dengan kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal daerah. Akuntabilitas yang efektif tergantung kepada akses publik terhadap laporan pertanggungjawaban maupun laporan temuan yang dapat dibaca dan dipahami. Dalam demokrasi yang terbuka, akses ini diberikan oleh media, seperti surat kabar, majalah, radio, stasiun televisi, dan website (internet); dan forum yang memberikan perhatian langsung atau peranan yang mendorong akuntabilitas pemerintah terhadap masyarakat (Shende dan Bennet, 2004).

(6)

penyelenggara dan penyelenggaraan badan publik lainnya yang berkaitan dengan kepentingan publik.

2.3 Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah

Transparansi publik mensyaratkan bahwa setiap pejabat publik berkewajiban membuka ruang partisipasi kepada masyarakat dalam proses pembuatan kebijakan publik dengan membuka akses dan memberikan informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif, baik diminta maupun tidak diminta oleh masyarakat (Pandji, 2008 : 56).

Transparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Artinya, informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh oleh mereka yang membutuhkan (Mardiasmo, 2000).

“Pembuatan laporan keuangan adalah suatu bentuk kebutuhan transparansi yang merupakan syarat pendukung adanya akuntabilitas berupa keterbukaan (openness) pemerintah atas aktivitas pengelolaan sumber daya publik (Mardiasmo, 2006 : 3).”

(7)

2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

NO. Nama

Pengaruh Penyajian Neraca Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah

Penyajian neraca daerah (X1),

Secara terpisah dan atau bersama-sama penyajian laporan neraca daerah dan aksesibilitas laporan

keuangan daerah berpengaruh positif terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah 2. Hanim

(2009)

Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah

Penyajian

keuangan daerah berpengaruh positif terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah 3. Saufi Iqbal

Nasution (2010)

Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan SKPD dan

Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD

Penyajian

Secara terpisah dan atau bersama-sama penyajian laporan

keuangan SKPD dan aksesibilitas laporan

(8)

SKPD (Y) pengelolaan keuangan SKPD 4. Marjuki

Sagala (2011)

Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan

Aksesibilitas Laporan Keuangan Terhadap

Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah pada Pemkab Samosir

Secara terpisah dan atau bersama-sama penyajian laporan

keuangan daerah dan aksesibilitas laporan

keuangan berpengaruh positif terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah 5. Hani

Nurhayani (2013)

Pengaruh Penyajian dan Aksesibilitas Laporan Keuangan terhadap

Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah pada Pemko Bandung

Secara terpisah dan atau bersama-sama penyajian laporan keuangan dan aksesibilitas laporan keuangan berpengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah

2.5 Kerangka Konseptual

Mardiasmo (2004:37) menyatakan bahwa penyajian laporan keuangan oleh pemerintah daerah adalah :

(9)

b. Untuk memberikan informasi yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan organisasionalnya.

Aksesibilitas dalam laporan keuangan sebagai kemudahan seseorang untuk memperoleh informasi laporan keuangan (Mulyana, 2006).

Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam peraturan menteri ini meliputi kekuasaan pengelolaan keuangan daerah, azas umum dan struktur APBD, penyusunan rancangan APBD, penetapan APBD, penyusunan dan penetapan APBD bagi daerah yang belum memiliki DPRD, pelaksanaan APBD, perubahan APBD, pengelolaan kas, penatausahaan keuangan daerah, akuntansi keuangan daerah, pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah, kerugian daerah, dan pengelolaan keuangan BLUD.

(10)

dikelolanya uang rakyat secara ekonomis, efisien, efektif, transparan dan akuntabel agar pada akhirnya terwujud akuntabilitas publik (Soesastro 2005 : 553).

Hubungan antara Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah terhadap Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah digambarkan dalam kerangka konseptual berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban ataupun dugaan sementara terhadap suatu masalah yang dihadapi, yang masih akan diuji kebenarannya lebih lanjut melalui analisa data yang relevan dengan masalah yang terjadi. Berdasarkan kerangka konseptual di atas, maka penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut :

H1 : Penyajian laporan keuangan daerah berpengaruh terhadap transparansi pengelolaan keuangan daerah.

Penyajian Laporan Keuangan Daerah (X1)

Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah (X2)

Transparansi Pengelolaan Keuangan

(11)

H2 :Aksesibilitas laporan keuangan daerah berpengaruh terhadap transparansi pengelolaan keuangan daerah.

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, diperoleh gambaran umumn kinerja guru di SMP Negeri 1 Batujajar Kabupaten Bandung Barat sudah cukup baik tetapi belum optimal. Peningkatan

Sistem gotong royong yang berkembang dalam kehidupan masyarakat, baik berupa gotong royong tolong menolong maupun gotong royong kerja bakti , apabila dikaitkan

permukiman dan fasilitas umum penting lainnya; dan f. Sistem jaringan drainase dan daerah resapan air. 5) Peraturan zonasi untuk kawasan rawan tsunami sebagaimana dimaksud

1. Proses; Proses sosialisasi Perencanaan Partisipatif Penatagunaan Lahan Desa yang dilakukan di lima desa prioritas secara umum berjalan dengan baik. Penggunaan media

Menurut informan 1 strategi untuk mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an ialah siswa harus banyak mengulang-ulang pelajaran atau bacaan- bacaan Al-Qur’an dan lebih

Keseratus-empatpuluh responden nelayan mempunyai persepsi yang sama, bahwa bentuk ritual dan kultur sinkritisme yang mereka laksanakan tidak bertentangan dengan ajaran

Rencana kegiatan harian yang dibuat oleh guru, guru belum mencantumkan tujuan pembelajaran, pemilihan metode yang akan digunakan pada proses belajar mengajar, (2)

Berdasarkan survey awal yang penulis lakukan di SD Negeri Percobaan Padang (kebetulan SD Negeri percobaan padang sampai saat ini masih tercatat sebagai salah satu sekolah