• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketahanan Nasional dan Pertahanan Pangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Ketahanan Nasional dan Pertahanan Pangan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

KETAHANAN NASIONAL DAN PERTAHANAN PANGAN Makalah ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh nilai Pancasila Kewarganegaraan pada Departemen Agribisnis

YUDANI ALAMSYAH HARAHAP NIM: 20150220148

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA

(2)

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Pendahuluan secara umum ... 1

II. PEMBAHASAN ... 3

2.1 Geopolitik, Geostrategi dan Ketahanan Pangan Nasional ... 3

2.1.1 Geopolitik ... 3

2.1.2 Geostrategi ... 5

2.1.3 Ketahanan Nasional ... 5

2.2 Pertahanan Nasional di bidang Pangan ... 7

2.2.1 Pengertian Pertahanan Nasional dibidang Pangan ... 7

2.2.2 Sistem Ketahanan Pangan ... 8

2.3 Permasalahan dan Solusi Pangan Indonesia ... 8

2.3.1 Permasalahan Pangan Indonesia ... 8

2.3.2 Solusi Permasalahan Pangan Indonesia ... 12

III. PENUTUP ... 13

3.1 Kesimpulan ... 13

(3)

1 | P a g e

I. PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan secara umum

Setiap bangsa mendapatkan anugerah Tuhan berupa Alam dengan segala Isinya yang berbeda antar satu wilayah dengan wilayah lain. Demikian pula manusia sebagai Ciptaan Yang Maha Kuasa, di bekali dengan akal, budi yang mewajibkannya untuk mengarungi samudera kehidupan ini dengan senantiasa mengembangkan hubungan yang baik antar sesama, lingkungan alam, hubungan dengan PanciptaNYA. Kesadaran dari olah pikir dan budi tersebut membawa konsekuensi bahwa setiap manusia harus berjuang secara sendiri dan bersama sama untuk dapat meningkatkan harkat dan derajatnya, potensi kemanusiawiannya dengan memberdayakan alam sebagai anugerah pemberian Tuhan untuk dikelola secara bertanggungjawab.

Pembukaan UUD 1945 memberikan amanat kepada para penyelenggara negara agar dalam hidup berbangsa dan negara dalam lingkup nasional diarahkan untuk mewujudkan upaya melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Selain itu, untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Konsep Geopolitik, sesungguhnya adalah merupakan ilmu penyelenggaraan negara yang setiap kebijakannya dikaitkan dengan masalahmasalah geografi wilayah atau tempat tinggal suatu bangsa.

Geostrategi merupakan masalah penting bagi setiap bangsa, baik pada masa lampau, kini, maupun masa yang akan datang. Geostrategi menjadi sangat penting karena setiap bangsa yang telah menegara membutuhkan strategi dalam memanfaatkan wilayah negara sebagai ruang hidup nasional. Semua ini dalam rangka menentukan kebijakan, sarana, dan sasaran perwujudan kepentingan, serta tujuan nasional melalui pembangunan. Dengan demikian, suatu bangsa itu tetap eksis dalam arti ideologis, politis, ekonomis, sosial budaya, dan hankam.

Ketahanan sebuah bangsa (persekutuan hidup manusia) sangatlah penting bagi

kelangsungan kehidupan manusia yang bersangkutan. Ketahanan bangsa merupakan kemampuan suatu bangsa untuk mempertahankan persatuan dan kesatuannya serta memperkuat daya dukung kehidupannya. Dengan kata lain kemampuan menghadapi segala bentuk ancaman yang

dihadapinya, sehingga memiliki kemampuan melangsungkan kehidupannya dalam mencapai kesejahteraan bangsa tersebut. Konsepsi ketahanan bangsa untuk konteks Indonesia dikenal dengan nama Ketahanan Nasional yang dikembangkan oleh Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas) pada tahun 1970-an.

(4)

2 | P a g e

pangan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik dalam jumlah, mutu, aman serta merata dan terjangkau. Dengan

demikian pengertian ketahanan pangan dapat dikatakan sebagai terpenuhinya kebutuhan gizi makanan setiap individu dalam jumlah dan mutu agar dapat hidup sehat dan berkualiats guna memenuhi aspirasinya yang paling humanistik sepanjang masa hidupnya.

(5)

3 | P a g e

II. PEMBAHASAN 2.1 Geopolitik, Geostrategi dan Ketahanan Pangan Nasional 2.1.1 Geopolitik

2.1.1.1 Pengertian Geopolitik

Geopolitik secara etimologi berasal dari kata geo (bahasa Yunani) yang berarti bumi yang menjadi wilayah hidup. Sedangkan politik dari kata polis yang berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri atau negara dan teia yang berarti urusan (politik) bermakna kepentingan umum warga negara suatu bangsa (Sunarso, 2006: 195).

Sebagai acuan bersama, geopolitik dimaknai sebagai ilmu penyelenggaraan negara yang setiap kebijakannya dikaitkan dengan masalah-masalah geografi wilayah atau tempat tinggal suatu bangsa. Frederich Ratzel mengenalkan istilah ilmu bumi politik (political geographi), Rudolf Kjellen menyebut geographical politic dan disingkat geopolitik.

2.1.1.2 Teori-Teori Geopolitik

Untuk lebih memahami konsep geopolitik secara global, berikut ini adalah teori-teori mengenai geopolitik yang pernah ada di dunia:

a) Teori Geopolitik Frederich Ratzel

Frederich Ratzel (1844-1904) berpendapat bahwa negara itu seperti organisme yang hidup. Negara identic dengan ruangan yang ditempati oleh sekelompok masyarakat (bangsa) pertumbuhan organisme yang memerlukan ruang(lebensraum) yang cukup agar dapat tumbuh dengan subur. Semakin luas ruang hidup maka negara akan semakin bertahan, kuat dan maju. Oleh karena itu, jika negara ingin tetap hidup dan berkembang butuh ekspansi (perluasan wilayah sebagai ruang hidup). Teori ini dikenal sebagai teori organisme atau teori biologis.

b) Teori Geopolitik Rudolf Kjellen

Rudolf Kjellen (1964-1922) melanjutkan ajaran Ratzel. Berbeda dengan Ratzel yang menyatakan negara adalah seperti organisme, maka ia menyatakan dengan tegas bahwa negara adalah suatu organisme, bukan hanya mirip. Negara adalah satuan dan system politik yang menyeluruh. Negara sebagai organisme yang hidup dan intelektual harus mampu mempertahankan dan mengembangkan dirinya dengan melakukan ekspansi. c) Teori Geopolitik Karl Haushofer

Karl Haushofer (1896-1946) melanjutkan pandangan Ratzel dan Kjellen terutama pandangan tentang lebensraum dan paham ekspansionisme. Jika jumlah penduduk suatu wilayah negara semakin banyak sehingga tidak sebanding dengan luas wilayah, maka negara tersebut harus berupaya memperluas wilayahnya sebagai ruang hidup

(labensraum).

(6)

4 | P a g e

Halford Mackinder (1861-1947) mempunyai konsepsi geopolitik yang lebih strategic, yaitu dengan penguasaan daerah-daerah “jantung dunia”, sehingga pendapatnya dikenal dengan teori jantung dunia. Barang siapa menguasai daerah jantung (Eropa, Timur dan Rusia) maka ia akan menguasai pulau dunia (Eropa, Asia dan Afrika) yang pada akhirnya menguasai dunia. Untuk menguasai dunia dengan menguasai daerah jantung dibutuhkan kekuatan darat yang besar. Berdasarkan ini muncullah konsep wawasan benua atau konsep kekuatan didarat.

e) Teori Geopolitik Alfred Thayer Mahan

Alfred Thayer Mahan (1840-1914) mengembangkan lebih lanjut konsepsi geopolitik dengan memperhatikan perlunya memanfaatkan serta mempertahankan sumber daya laut, termasuk akses laut. Sehingga tidak hanya pembangunan armada laut saja yang

diperlukan, namun lebih luas juga membangun kekuatan maritime. Berdasarkan hal tersebut muncullah konsep wawasan bahari atau konsep kekuatan di laut. Barang siapa menguasai lautan akan menguasai kekuatan dunia.

f) Teori Geopolitik Guilio Douhet, William Mitchel, Saversky, dan JFC Fuller

Guilio Douhet (1869-1930) dan William Mtchel (1878-1939) mempunyai pendapat lan dibandingkan dengan para pendahulunya. Keduanya melihat kekuatan dirgantara lebih berperan dalam memenangkan peperangan melawan musuh. Untuk itu mereka

berkesimpulan bahwa membangun armada angkatan udara lebih menguntungkan sebab angkatan udara beroperasi sendiri tanpa dibantu angkatan lainnya. Selain itu angkatan udara dapat menghancurkan musuh dikandangnya musuh itu sendiri atau digaris belakang medan peperangan. Berdasarkan hal ini muncullah konsep wawasan dirgantara atau konsep kekuatan di udara.

2.1.1.3 Paham Geopolitik Bangsa Indonesia

Setelah menganal konsep geopolitik beserta teori-teorinya yang pernah dipakai oleh negara-negara dunia , penting bagi kita untuk mengetahui dan memahami sejarah dan konsep geopolitik yang dianut oleh bangsa kita sendiri, yaitu bangsa Indonesia.

Geopolitik diartikan sebagai system politik atau peraturan-peraturan dalam wujud

kebijaksanaan dan strategi nasional yang didorong oleh aspirasi nasional geografik (kepentingan yang titik beratnya terletak pada pertimbangan geografi, wilayah atau territorial dalam arti luas) suatu Negara, yang apabila dilaksanakan dan berhasil akan berdampak langsung kepada system politik suatu Negara. Sebaliknya, politik Negara itu secara langsung akan berdampak pada geografi Negara yang bersangkutan. Geopolitik bertumpu pada geografi social (hukum

geografis), mengenai situasi, kondisi, atau konstelasi geografi dan segala sesuatu yang dianggap relevan dengan karakteristik geografi suatu Negara.

(7)

5 | P a g e

2.1.2 Geostrategi

2.1.2.1 Pengertian Geostrategi

Geostrategi berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan strategi diartikan sebagai usaha dengan menggunaan segala kemampuan atau sumber daya baik SDM maupun SDA untuk

melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan. Dalam kaitannya dengan kehidupan suatu negara, geostrategic diartikan sebagai metode atau aturan-aturan untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan melalui proses pembangunan yang memberikan arahan tentang bagaimana membuat strategi pembangunan dan keputusan yang terukur dan terimajinasi guna mewujudkan masa depan yang lebih baik, lebih aman dan bermartabat.

Geostrategi merupakan strategi dalam memanfaatkan konstelasi geografi negara untuk menentukan kebujakan, tujuan, serta sarana-sarana untuk mencapai tujuan nasional. Geostrategi dapat pula dikatakan sebagai pemanfaatan kondisi lingkungan dalam upaya tujuan politik. Suatu strategi memanfaatkan kondisi geografi Negara dalam menentukan kebijakan, tujuan, sarana untuk mencapai tujuan nasional (pemanfaatan kondisi lingkungan dalam mewujudkan tujuan politik). Geostrategi Indonesia diartikan pula sebagai metode untuk mewujudkan cita-cita proklamasi sebagaimana yang diamanatkan dalam pembukaan dan UUD 1945. Ini diperlukan untuk mewujudkan dan mempertahankan integrase bangsa dalam masyarakat majemuk dan heterogen berdasarkan pembukaan dan UUD 1945.

Pada awalnya geostrategic diartikan sebagai geopolitik untuk kepentingan militer atau perang. Di Indonesia geostrategic diartikan sebagai metode untuk mewujudkan cita-cita proklamasi, sebagaimana tercantum dalam Mukaddimah UUD 1945, melalui proses

pembangunan nasional. Karena tujuan itulah maka ia menjadi doktrinpembangunan dan diberi nama Ketahanan Nasional. Mengungat geostrategic Indonesia memberikan arahan tentang bagaimana membuat strategi pembangunan guna mewujudkan masa depan yang lebih baik, lebih aman.

2.1.3 Ketahanan Nasional

2.1.3.1 Pengertian Ketahanan Nasional

Ketahanan nasional merupakan istilah khas Indonesia yang muncul pada tahun 1960-an. Istilah ketahanan nasional dalam bahasa Inggris bisa disebut sebagai national resillience. Dalam terminologi Barat, terminologi yang kurang lebih semakna dengan ketahanan nasional, dikenal dengan istilah national power (kekuatan nasional).

(8)

6 | P a g e

kondisi sosio kultural dan aspek lainnya, sehingga pendekatan yang digunakan setiap negara juga berbeda. Demikian pula halnya dengan konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia, yang unsur-unsurnya mencakup Asta Gatra dan pendekatannya menggunakan Pendekatan Asta Gatra. Dari sini terlihat jelas bahwa konsep Ketahanan Nasional (National Resillience) dapat dibedakan dengan konsepsi Kekuatan Nasional (National Power).

Secara etimologis, istilah ketahanan berasal dari kata dasar “tahan” yang berarti tahan penderitaan, tabah, kuat, dapat menguasai diri, gigih, dan tidak mengenal menyerah. Ketahanan memiliki makna mampu, tahan dan kuat menghadapi segala bentuk tantangan dan ancaman yang ada guna menjamin kelangsungan hidupnya.

2.1.3.2 Konsep Ketahanan Nasional

Konsepsi Ketahanan nasional dimasukkan ke dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN), yakni mulai GBHN 1973 sampai dengan GBHN 1998. Adapun rumusan konsep ketahanan nasional dalam GBHN tahun 1998 adalah sebagai berikut;

1) Untuk tetap memungkinkan berjalannya pembangunan nasional yang selalu harus menuju ke tujuan yang ingin dicapai dan agar dapat secara efektif dielakkan dari hambatan, tantangan, ancaman dan gangguan yang timbul baik dari luar maupun dari dalam, maka pembangunan nasional siselenggarakan melalui pendekatan Ketahanan Nasional yang mencerminkan keterpaduan antara segala aspek kehidupan nasional bangsa secara utuh dan menyeluruh.

2) Ketahanan Nasional adalah kondisi dinamis yang merupakan integrase dari kondisi tiap aspek kehidupan bangsa dan negara. Pada hakekatnya Ketahanan Nasional adalah kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa untuk dapat menjamin

kelangsungan hidup menuju kejayaan bangsa dan negara. Berhasilnya pembangunan nasional akan meningkatkan Ketahanan Nasional. Selanjutnya Ketahanan Nasional yang tangguh akan mendorong pembangunan nasional.

3) Ketahanan Nasional meliputi ketahanan ideology, ketahanan politik, ketahanan ekonomi, ketahanan social budaya dan ketahanan pertahanan keamanan.

a) Ketahanan ideology adalah kondisi mental bangsa Indonesia yang

berlandaskan keyakinan dan kebenaran ideology Pancasila yang mengandung kemampuan untuk menggalang dan memelihara persatuan dan kesatuan nasional dan kemampuan menangkal penetrasi ideology asing serta nilai-nilai yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa.

b) Ketahanan politik adalah kondisi kehidupan bangsa Indonesia yang

berlandaskan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 yang mengandung kemampuan memelihara system politik yang sehat dan dinamis serta kemampuan menerapkan politik luar negeri yang bebas dan aktif.

(9)

7 | P a g e

mengandung kemampuan memelihara stabilitas ekonomi yang sehat dan dinamis serta kemampuan menciptakan kemandirian ekonomi nasional dengan daya saing yang tinggi dan mewujudkan kemakmuran raj=kyat yang adil dan merata.

d) Ketahanan social budaya adalah kondisi kehidupan social budaya bangsa yang dijiwai kepribadian nasional berdasarkan Pancasila yang mengandung

kemampuan membentuk dan mengembangkan kehidupan social budaya manusia dan masyaraat Indonesia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, rukun, bersatu, cinta tanah air, berkualitas, maju dan

sejahtera dalam kehidupan yang serba selaras, serasi seimbang serta kemampuan menangkal penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan nasional.

e) Ketahanan pertahanan keamanan adalah kondisi daya tangkal bangsa yang dilandasi kesadaran bela negara seluruh rakyat yang mengandung kemampuan memelihara stabilitas pertahanan keamanan negara yang dinamis,

mengamankan pembangunan dal hasil-hasilnya serta kemampuan

mempertahankan kedaulatan negara dan menangkal segala bentuk ancaman.

2.2 Pertahanan Nasional di bidang Pangan

2.2.1 Pengertian Pertahanan Nasional dibidang Pangan

Ketahanan pangan pada tataran nasional merupakan kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan dalam jumlah yang cukup, mutu yang layak, aman, dan juga halal, yang didasarkan pada optimalisasi pemanfaatan dan berbasis pada keragaman sumber daya domestik. Salah satu indikator untuk mengukur ketahanan pangan adalah ketergantungan ketersediaan pangan nasional terhadap impor (Litbang Deptan, 2005).

Dalam undang undang No : 7 tahun 1996 tentang pangan, pengertian ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari ketersediaan yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Dari pengertian tersebut, tersirat bahwa upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional harus lebih dipahami sebagai pemenuhan kondisi kondisi :

1) Terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup, dengan pengertian ketersediaan pangan dalam arti luas, mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak dan ikan dan memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, vitamin dan mineral serta turunan, yang bemanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia.

(10)

8 | P a g e

3) Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata diartikan bahwa distribusi pangan harus mendukung tersedianya pangan pada setiap saat dan merata diseluruh tanah air. 4) Terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau, diartikan bahwa pangan mudah

diperoleh rumah tangga dengan harga yang terjangkau. 2.2.2 Sistem Ketahanan Pangan

Secara umum, ketahanan pangan mencakup 4 aspek, yaitu Kecukupan (sufficiency), akses (access), keterjaminan (security), dan waktu (time) (Baliwaty , 2004). Dengan adanya aspek tersebut maka ketahanan pangan dipandang menjadi suatu sistem, yang merupakan rangkaian dari tiga komponen utama yaitu ketersediaan dan stabilitas pangan (food availability dan stability), kemudahan memperoleh pangan (food accessibility) dan pemanfaatan pangan.

2.3 Permasalahan dan Solusi Pangan Indonesia 2.3.1 Permasalahan Pangan Indonesia

1. Ketergantungan indonesia pada impor beras

Pada prinsipnya, impor suatu produk terjadi karena tiga alasan. Pertama, produksi dalam negeri terbatas, sedangkan permintaan domestik tinggi (kelebihan permintaan di pasar domestik). Jadi impor hanya sebagai pelengkap. Hipotesisnya adalah: peningkatan produksi dalam negeri akan mengurangi impor. Keterbatasan produksi dalam negeri tersebut bisa karena dua hal, yakni (a) kapasitas produksi memang terbatas (titik optimum dalam skala ekonomis sudah tercapai), misalnya untuk kasus pertanian, lahan yang tersedia terbatas karena negaranya memang kecil; atau (b) pemakaian kapasitas terpasang masih dibawah 100 persen karena berbagai penyebab, bisa karena keterbatasan dana atau kurangnya tenaga kerja.

Kedua, impor lebih murah dibandingkan dengan harga dari produk sendiri, yang dikarenakan berbagai factor, seperti ekonomi biaya tinggi atau tingkat efisiensi yang rendah dalam produksi dalam negeri, atau kualitas produk impor lebih baik dengan harga yang relatif sama. Hipotesisnya adalah: peningkatan impor akan mengurangi produksi dalam negeri.

Ketiga, dilihat dari sisi neraca perdagangan (atau neraca pembayaran), impor lebih menguntungkan karena produksi dalam negeri bisa untuk ekspor dengan asumís harga ekspor di pasar luar negeri lebih tinggi daripada harga impor yang harus dibayar.

2. Kendala lahan

Keterbatasan lahan pertanian memang sudah merupakan salah satu persoalan serius dalam kaitannya dengan ketahanan pangan di Indonesia selama ini. Menurut staf khusus dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) Herman Siregar, lahan sawah terancam semakin cepat berkurang. Alasannya, pencetakan sawah baru menemui banyak kendala, termasuk biayanya yang mahal, sehingga tambahan lahan pertanian setiap tahun tidak signifikan ketimbang luas areal yang terkonversi untuk keperluan non-pertanian.Ironisnya, laju konversi lahan pertanian tidak bisa dikurangi, bahkan terus meningkat dari tahun ke tahun, sejalan dengan pesatnya urbanisasi (yang didorong oleh peningkatan pendapatan per kapita dan imigrasi dari perdesaan ke perkotaan), dan industrialisasi.

(11)

9 | P a g e

perdesaan akan hanya menambah jumlah petani gurem atau petani yang tidak memiliki lahan sendiri atau dengan lahan yang sangat kecil yang tidak mungkin menghasilkan produksi yang optimal, akan semakin banyak. Lahan pertanian yang semakin terbatas juga akan menaikan harga jual atau sewa lahan, sehingga hanya sedikit petani yang mampu membeli atau menyewanya, dan akibatnya, kepincangan dalam distribusi lahan tambah besar. Studi dari McCulloh (2008) yang menggunakan data SUSENAS (2004), lebih dari 75 persen dari jumlah rumah tangga di Indonesia tidak menguasai lahan sawah.

3. Kendala Infrastruktur

Khomsan (2008) dalam tulisannya di Kompas mengatakan bahwa lambannya pembangunan infrastruktur boleh jadi ikut berperan mengapa pertanian di Indonesia kurang kokoh dalam mendukung ketahanan pangan. Menurutnya, pembangunan infrastruktur pertanian menjadi syarat penting guna mendukung pertanian yang maju. Ia mengatakan bahwa di Jepang, survei infrastruktur selalu dilakukan untuk menjamin kelancaran distribusi produk pertanian. Perbaikan infrastruktur di negara maju ini terus dilakukan sehingga tidak menjadi kendala penyaluran produk pertanian, yang berarti juga tidak mengganggu atau mengganggu arus pendapatan ke petani.

4. Kurangnya pemahaman akan teknologi

Teknologi dan sumber daya manusia (SDM), bukan hanya jumlah tetapi juga kualitas, sangat menentukan keberhasilan Indonesia dalam mencapai ketahanan pangan. Bahkan dapat dipastikan bahwa pemakaian teknologi dan input-input modern tidak akan menghasilkan output yang optimal apabila kualitas petani dalam arti pengetahuan atau wawasannya mengenai

teknologi pertanian, pemasaran, standar kualitas, dll. rendah. Lagipula, teknologi dan SDM adalah dua faktor produksi yang sifatnya komplementer, dan ini berlaku di semua sektor,

termasuk pertanian. Seperti di banyak negara berkembang lainnya, di Indonesia kualitas SDM di pertanian sangat rendah jika dibandingkan di sektor-sektor ekonomi lainnya seperti industri manufaktur, keuangan, dan jasa. Berdasarkan Sensus Pertanian 2003, Tabel 9 menunjukkan bahwa lebih dari 50% dari jumlah petani adalah dari kategori berpendidikan rendah, kebanyakan hanya sekolah dasar (SD). Rendahnya pendidikan formal ini tentu sangat berpengaruh terhadap kemampuan petani Indonesia mengadopsiteknologi-teknologi baru, termasuk menggunakan traktor dan mesin pertanian lainnya secara efisien.

5. Permasalahan Dana

(12)

10 | P a g e

6. Masalah Lingkungan Fisik/Iklim

Tidak diragukan bahwa pemanasan global turut berperan dalam menyebabkan krisis pangan, termasuk di Indonesia. Pertanian, terutama pertanian pangan, merupakan sector yang paling rentan terkena dampak perubahan iklim, mengingat pertanian pangan di Indonesia masih sangat mengandalkan pada pertanian sawah yang berarti sangat memerlukan air yang tidak sedikit (Samhadi, 2007)

7. Masalah Relasi Kerja

Seperti yang diungkapkan oleh Yustika (2008) di atas tersebut bahwa relasi kerja akan menentukan proporsi nisbah ekonomi yang akan dibagi kepada para pelaku ekonomi dipedesaan. Dalam kata lain, pola relasi kerja yang ada di sektor pertanian akan sangat menentukan apakah petani akan menikmati hasil pertaniannya atau tidak.

8. Masalah Ketersediaan Input Lainnya

Terutama keterbatasan pupuk dan harganya yang meningkat terus merupakan hambatan serius bagi pertumbuhan pertanian di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini dilihat dari ketersediaan input lainnya. Walaupun niatnya jelas, namun dalam implementasi di lapangan, pemerintah selama ini kelihatan kurang konsisten dalam usahanya memenuhi pupuk bersubsidi untuk petani agar ketahanan pangan tidak terganggu. Tanpa ketersediaan sarana produksi pertanian, termasuk pupuk dalam jumlah memadai dan dengan kualitas baik dan relatif murah, sulit diharapkan petani, yang pada umumnya miskin, akan mampu meningkatkan produksi komoditas pertanian.

9. Kendala produksi

Kementerian Pertanian sering merilis data bahwa setiap tahun terdapat sekitar 110.000 hektare lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi lahan non-pertanian. Jumlah sawah baru yang dicetak pemerintah (dengan dukungan dana APBN) hanya mencapai 20.000 hingga 40.000 hektare per tahun, tidak sebanding dengan lahan sawah yang terkonversi11. Akibatnya, produksi pangan semakin terbatas dibandingkan dengan permintaan yang terus meningkat.

10. Terbatasnya Tenaga Penyuluh Pertanian

Program “satu desa-satu penyuluh” yang telah dicanangkan pemerintah merupakan program yang kredibel. Namun, hingga saat ini program itu tidak berjalan efektif. Satu desa satu penyuluh masih sulit sekali diwujudkan. Menurut Menteri Pertanian, Suswono (2013), saat ini jumlah penyuluh pertanian hanya sebanyak 48 ribu orang, terdiri dari 27 ribu pegawai negeri sipil (PNS) dan 21 ribu tenaga honorer lapangan (THL), sementara di seluruh Indonesia terdapat 70 ribu desa.

11. Mahalnya harga benih

(13)

11 | P a g e

empat perusahaan asing, yaitu Monsanto, Dupont, Syngenta, dan Charoen Pokphand, telah mengusai penjualan dan produksi benih di Indonesia.

12. Subsidi pangan masih belum efektif

Setiap tahun Pemerintah mengalokasikan anggaran subsidi (antara lain pangan, benih, pupuk, dan kredit tani). Tujuannya untuk mendorong peningkatan produksi pangan, mengurangi impor pangan, meringankan biaya produksi petani, serta mengupayakan terwujudnya

swasembada pangan. Pemerintah juga memberikan bantuan beras (subsidi) kepada golongan rakyat miskin untuk memenuhi hak dan pemenuhan kebutuhan pangan rakyat tetapi hal ini belum intensif.

13. Ketergantungan Pangan Impor kian Meningkat

Ada dugaan bahwa pengaruh globalisasi dengan ideologi neoliberalisme telah

memaksakan petani dan Negara membuat pilihan yang tidak nyaman dan saling bertentangan. Fakta memang menunjukkan bahwa pada tahun 2011, pemerintah mengizinkan impor beras sebanyak 1,57 juta ton dengan nilai Rp7,04 triliun. Pemerintah juga mengizinkan impor kedelai sebanyak 2,08 juta ton untuk memenuhi 71 persen kebutuhan dalam negeri. Selain beras dan kedelai, pemerintah juga memberi izin impor jagung sebanyak 3,5 juta ton dan sepanjang tahun 2012, Indonesia juga mendatangkan singkong sebanyak 6.399 ton dengan nilai US$2,6 juta.

14. Petani sulit mengakses sumber-sumber pembiayaan murah

Salah satu persoalan yang dihadapi petani (terutama petani tanaman pangan, peternak dan nelayan) adalah akses terhadap permodalan. Dari sisi prudential, tentu perbankan akan lebih nyaman untuk memberikan pinjaman kepada usaha perkebunan, yang umumnya dikelola oleh perkebunan besar di bawah manajemen korporasi, baik BUMN maupun swasta, baik nasional maupun asing dan joint venture. Sementara sebagian besar petani memiliki usaha yang mungkin saja feasible, akan tetapi non-bankable atau sebaliknya, sehingga pemerintah harus mencari cara untuk mengakseskan mereka ke lembaga keuangan, baik perbankan maupun non-perbankan.

15. Peran Bulog (Badan Urusan Logistik) masih lemah

(14)

12 | P a g e

2.3.2 Solusi Permasalahan Pangan Indonesia

1. Pengoptimalan Lahan

Undang-undang Agraria yang ada (yang dikeluarkan pada awal tahun 1960an), setelah direvisi sesuai perkembangan sejak 1960-an hingga saat ini, harus dijalankan dengan tegas, proses sertifikasi lahan pertanian harus dipercepat atau dipermudah, rencana tata ruang harus melindungi lahan pertanian yang produktif dan subur, dan pembelian lahan petani secara ”paksa” atau untuk tujuan-tujuan yang sebenarnya tidak terlalu perlu (seperti lapangan golf, apartemen mahal, pertokoan mewah) harus dihentikan.

2. Pembangunan Infrastruktur

Pembangunan infrastruktur di perdesaan diseluruh pelosok tanah air harus lebih

digiatkan, terutama di daerah-daerah sentra pertanian, termasuk irigasi dan waduk ditambah dan yang rusak segera diperbaiki.

3. Pengembangan Teknologi dan SDM

Petani harus diberdayakan lewat pelatihan, penyuluhan, dan bantuan teknis secara intensif. Disini, peran perguruan tinggi dan lembaga litbang (R&D) setempat sangat krusial. 4. Subsidi Energi

Dalam melaksanakan kebijakan kenaikan harga energi/pemotongan subsidi energi akibat harga BBM yang terus naik, subsidi energi terhadap petani dan sector-sektor yang mendukung pertanian seperti pabrik pupuk dan transportasi harus dipertahankan atau diadakan. Ini bisa dalam bentuk antara lain harga energi yang murah bagi petani atau dana khusus yang diberikan langsung ke petani.

5. Akses petani diperluas

Perbankan perlu diberikan semacam insentif untuk memperluas akses petani ke kredit perbankan, atau dengan cara pengadaan dana khusus.

6. Pengetahuan Mengenai Lingkungan fisik/iklim

Usaha-usaha mengurangi pemanasan global harus sudah merupakan salah satu prioritas pembangunan jangka panjang ekonomi pada umumnya dan sektor pertanian pada khususnya. Disini termasuk penggundulan hutan, pencemaran air sungai dan laut, pembangunan perumahan di tanah-tanah resapan air harus dihentikan.

7. Kebijakan pemerintah harus yang menguntungkan

kebijakan penetapan harga pertanian, sistem perpajakan, dan lainnya harus menciptakan fair market yang juga menguntungkan petani

8. Ketersediaan input untuk petani

(15)

13 | P a g e

III. PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Indonesia sebagai negara berkembang yang berposisi sebagai Negara pingiran dalam tata ekonomi dunia kapitalis, menghadapi permasalahan yang spesifik yaitu tekanan penduduk yang tinggi dengan konsumsi utama beras sebagai staple food. Karena lemah dan mahalnya teknologi dalam usahatani sawah dan sumberdaya alam yang terbatas untuk sawah, disamping bentuk kebijaksaan pembangunan yang dipilih pemerintah, menyebabkan secara tidak langsung ekonomi Indonesia tergantung kepada beras, sehingga secara politik tergantung pula terhadap dunia luar.

Secara teoritis, analisis ekonomi Indonesia melalui ekonomi politik beras ini, dapat dilihat sekaligus dengan ketiga teori pembangunan. Bentuk ekonomi kapitalisme tanpa sadar sudah masuk dan dianut oleh Indonesia. Pelaksanan pembangunan Pelita demi Pelita adalah gambaran evolusi sebagai acuan paham modernisasi. Karena interaksi dengan negara-negar kapitalis, selanjutnya ekonomi Indonesia juga berada pada posisi tergantung terhadap negara lain, misalnya ketergantungan teknologi dan impor beras. Sebagaimana dikhawatirkan dalam bentuk hubungan kapitalisme, pasar beras Indonesia yang masuk ke dalam pasar beras dunia juga mengalami berbagai kerugian. Hal ini adalah sesuatu yang tidak terhindarkan, karena menurut TSD memang pasar kapitalis tidak membiarkan satu negara manapun dapat melepaskan diri dari system kapitalis dunia.

Pada tingkat mikro, penetrasi kapitalisme, yang didorong revolusi Hijau, ke desa-desa membawa perubahan pranata masyarakat pedesaan yang menimbulkan dampak positif dan juga negatif. Apa yang terjadi di masyarakat desa akibat sampingan revolusi hijau, khususnya pada masyarakat lapisan bawah, dapat dianalogkan dengan posisi negara peri-peri dalam struktur kepitalisme dunia, yaitu eksploitasi dan ketergantungan terhadap lapisan atas.

Setelah memahami persoalan ini dan dengan telah mengakui akar persoalannya dalam perspektif strukturais, maka akan dapat dirumuskan bagaimana cara kita melapskan diri. Jika mengikuti cara pikir strukturalis, khususnya kepada pola hubungan “majikan-buruh” dalam system kapitalisme dunia, maka agar dapat mencapai struktur dunia yang lebih seimbang perlu perjuanagn politik selain perjuangan dalam bidang ekonomi.

 Geopolitik secara etimologi berasal dari kata geo (bahasa Yunani) yang berarti bumi yang menjadi wilayah hidup. Sedangkan politik dari kata polis yang berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri atau negara dan teia yang berarti urusan (politik) bermakna kepentingan umum warga negara suatu bangsa (Sunarso, 2006: 195).

(16)

14 | P a g e

dan tujuan melalui proses pembangunan yang memberikan arahan tentang bagaimana membuat strategi pembangunan dan keputusan yang terukur dan terimajinasi guna mewujudkan masa depan yang lebih baik, lebih aman dan bermartabat.

 Ketahanan nasional merupakan istilah khas Indonesia yang muncul pada tahun 1960-an. Istilah ketahanan nasional dalam bahasa Inggris bisa disebut sebagai national resillience. Dalam terminologi Barat, terminologi yang kurang lebih semakna dengan ketahanan nasional, dikenal dengan istilah national power (kekuatan nasional).

 Permasalahan pangan terdiri dari:

Ketergantungan indonesia pada impor beras

Kendala lahan

Kendala Infrastruktur

Kurangnya pemahaman akan teknologi

Permasalahan Dana

Masalah Lingkungan Fisik/Iklim

Masalah Relasi Kerja

Masalah Ketersediaan Input Lainnya

Kendala produksi

Terbatasnya Tenaga Penyuluh Pertanian

Mahalnya harga benih

Subsidi pangan masih belum efektif

Ketergantungan Pangan Impor kian Meningkat

Petani sulit mengakses sumber-sumber pembiayaan murah

Peran Bulog (Badan Urusan Logistik) masih lemah

 Solusi dari permasalahan pangan yaitu:

Pengoptimalan Lahan

Pembangunan Infrastruktur

Pengembangan Teknologi dan SDM

Subsidi Energi

Akses petani diperluas

Pengetahuan Mengenai Lingkungan fisik/iklim

Kebijakan pemerintah harus yang menguntungkan

(17)

15 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA

Buku pedoman, Buku-Modul-Kuliah-Kewarganegaraan, Lemhannas RI Tahun 2011. Buku pedoman, Buku-Modul-Kuliah-Kewarganegaraan, Lemhannas RI Tahun 2012. Setiawati, Sri. 2013. Ketahanan Nasional Geostrategi. Bekasi. ---

Afandi, Widoyo. Reformasi Indonesia, Bahasan dari sudut pandang Geografi Politik dan Geopolitik, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Undang undang No: 7 tahun 1996 tentang pangan, pengertian ketahanan pangan

Tambunan, Tulus. 2008. Ketahanan Pangan di Indonesia Inti Permasalahan dan Alternatif Solusinya. Jakarta. Pusat Studi Industri dan UKM, Universitas Trisakti Kadin Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Implikasi pada penelitian ini yaitu media belum dapat digunakan untuk peserta didik pada layanan perencanaan individual karena media yang dikembangkan hanya

C dan Argon dalam pakan untuk meningkatkan sintasan lele lokal yang dipelihara dalam kolam tadah hujan.. BAHAN

Untuk mengurangi rasa sakit yang diakibatkan oleh infeksi tersebutc. Untuk membunuh atau menghentikan perkembangan kuman penyebab infeksi

Sistem penilaian kepuasan siswa terhadap pelayanan sekolah di SMA N 1 Candimulyo ini digunakan untuk memudahkan siswa dalam mengisi angket secara terkomputerisasi dan

dengan menggunakan Push Service atau Messaging server yang mengirim pemberitahuan ke web browser yang telah berlangganan tanpa membuka website sehingga dapat melakukan

hasil analisis nilai-nilai pendidikan karakter dalam Kompetensi Dasar 3 dan 4 dalam materi Pencemaran Lingkungan dan Pemanasan Global yang digunakan sebagai

Kasus Ibu Km dan ibu-ibu pemulung lainnya memperlihatkan bahwa waktu senggang yang dimiliknya tidak hanya digunakan untuk beristirahat melainkan juga digunakan untuk mengurus anak

Agar permasalahan perancangan sistem aplikasi administrasi nilai siswa pada SMP Negeri 3 Pemali tidak menyimpang dari pembahasan penelitian maka dilakukan pembahasan masalah