• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINDAKAN KORUPSI DI BIDANG PENDIDIKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TINDAKAN KORUPSI DI BIDANG PENDIDIKAN"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Korupsi adalah tindakan melawan hukum yang dilakukan oleh orang yang memiliki kewenangan, kesempatan yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan guna memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan negara atau perekonomian Negara. Korupsi telah memasuki berbagai bidang dalam pemerintahan birokrasi, swasta, hukum, politik dan

berbagai bidang yang memungkinkan terjadinya tindak pidana korupsi. Korupsi

saat ini seperti penyakit tumor yang ganas yang telah menggerogoti tubuh

manusia, sehingga, korupsi menjadi ancaman eksistensi dari negara Indonesia.

Dunia pendidikan merupakan salah satu bidang yang memiliki porsi anggaran

yang cukup besar dari APBN dan APBD yaitu 20% sebagai amanat dari UUD

Negara Republik Indonesia tahun 1945. Sehingga pendidikan menjadi salah satu

bidang yang rawan dalam tindakan korupsi. Oleh karena itu, dalam bidang

pendidikan telah terjadi korupsi yang sistematik dan sistemik. Walaupun korupsi

dari tiap-tiap oknum kecil tetapi jika di akumulasi maka akan menjadi nilai yang

sangat besar yang merugikan negara.

Kerugian korupsi dalam bidang pendidikan bukan hanya tentang nominal

angagran yang dikorup tetapi berdampak langsung terhadap peserta didik karena

menyebabkan menurunnya kualitas pendidikan bahkan pelanggaran HAM

(2)

1.2 Permasalahan

Adapun dalam karya tulis ilmiah ini permasalahan-permasalahan sebagai berikut:

 Apa itu tindakan korupsi ?

 Apa saja kasus tindakan korupsi di bidang pendidikan ?

 Dampak apa saja dari tindakan korupsi di bidang Pendidikan ?

 Apa saja solusi untuk mengurangi tindakan korupsi di bidang pendidikan ?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah memenuhi persyaratan mata

kuliah Etika dan Profesional Sarjana di Universitas Mercu Buana.

1.4 Metode

Metode yang digunakan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah studi

kepustakaan, dimana penulis memperoleh beberapa sumber kepustakaan

dimulai dari literatur, buku-buku, artikel-artikel, juga internet.

1.5 Kegunaan

Kegunaan dari karya tulis ilmiah ini adalah menyadarkan kita sebagai generasi

bangsa dengan karakter bangsa yang terkemuka sebagai Negara korupsi

tertinggi di dunia maupun di Asia Pasifik, karena citra Negara itu sendiri

merupakan tanggung jawab dari seluruh warga negaranya. Tidak hanya sebagai

alur pemikiran penulis dalam mengemukakan analisis dari permasalahan korupsi

(3)

1.6 Sistematika

a. Menentukan tema

b. Menentukan judul

c. Mencari dan mengumpulkan bahan dan kata

d. Menyusun kerangka

e. Mengembangkan kerangka karya tulis ilmiah

(4)

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tindakan Korupsi

Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio- Corrumpere yang artinya busuk,

rusak, memutarbalik atau menyogok. Menurut Dr. Kartini Kartono, korupsi adalah

tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna memperoleh

kepentingan pribadi dan merugikan kepentingan umum.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) korupsi adalah

penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan dsb) untuk

keuntungan pribadi atau orang lain. Jadi kelompok kami menyimpulkan bahwa

korupsi adalah tindakan yang melanggar hukum dimana orang tersebut

menyalahgunakan atau memanfaatkan kewenangan atau kedudukan guna

memperoleh keuntungan pribadi.

2.2 Macam-macam Kasus Korupsi di Bidang Pendidikan

Tindak korupsi yang terjadi dalam bidang pendidikan dapat di anatomi menjadi

beberapa aktivtas yang rawan terjadi korupsi yaitu :

1. Pengangkatan jabatan kepala sekolah

2. Pengadaan sarana dan prasarana termasuk (seragam, buku, gedung, peralatan, laboratorium dsb)

3. Penggunaan dana BOS,

4. Penerimaan siswa baru

5. Undangan untuk memasuki PTN melalui Undangan

(5)

Enam kasus dari tindak pidana korupsi bidang pendidikan merupakan aktivitas yang

terjadi dalam dunia pendidikan saat ini. Tindak pidana ini melibatkan beberapa

oknum mulai dari oknum guru, oknum kepala sekolah, dinas pendidikan, kepala

daerah bahkan sampai tingkat pusat. Oleh karena itu kita harus memahami kasus ini

sehingga mampu mengidentifikasi tindak pidana korupsi dalam bidang pendidikan,

karena hal ini terkait langsung dengan pendidikan sebagai sebuah kebutuhan

Dalam tulisan ini akan coba dijelaskan mengenai ke-enam kasus tindak pidana

korupsi di bidang pendidikan sebagai berikut :

1. Pengangkatan jabatan kepala sekolah

Pengangakatan kepala sekolah terutama terjadi di sekolah-sekolah negeri (publik),

tetapi tidak menurup kemungkinan di sekolah Swasta/ Yayasan. pengisian jabatan

kepala sekolah, sudah menjadi rahasia umum dan kebiasaan bahwa untuk menjadi

seorang kepala sekolah harus memberikan uang kepada dinas bahkan kepada

kepala daerah di daerah tersebut. bahkan jumlah uang disetorkan dari seorang

kepala sekolah bahkan tiap tingkatan berbeda, SD sekitar puluhan juta rupiah, SMP

dan SMA bahkan mencapai angka ratusan juta rupiah. Bahkan di salah satu

kabupaten, kepala sekolah menyetor kepada kepala daerah tiap tahunnya agar tidak

di non-jobkan.

Tindak korupsi di dunia pendidikan dengan pengisian jabatan ini pastinya akan

berdamak sistemik karena sang calon kepala sekolah yang sudah menyetor kepada

dinas dan kepala sekolah akan mencari uang pengganti modal yang ia setor dengan

mengambil dari anggaran sekolah. Karena nilai tunjangan fungsional yang ia terima

(6)

berdampak pada kualitas sekolah karena karena tidak maksimalnya

program-program yang dilaksanakan, bahkan menjadi program-program fiktif. Pengadaan sarana dan

prasarana termasuk (seragam, buku, gedung, peralatan, laboratorium dsb)

Kepala sebagai pusat pengambil kebijakan disekolah harusnya bersifat otonom,

tetapi karena dampak dari setoran-setoran, suap-menyuap menjadikan kepala

sekolah tidak otonom dengan program-program yang akan dilakukan. Selain itu

kepala sekolah yang harusnya menjadi teladan bagi peserta didik yang ada

disekolah, berubah menjad monster penghisap darah yang mengorbankan

kepentingan generasi penerus untuk kepentingan pribadinya.

Tindak korupsi dalam pengisian jabatan kepala sekolah akan menghasilkan kepala

sekolah yang memiliki kebusukan jiwa, berjiwa korup dan berkualitas rendah.

Sehingga secara langsung akan berdampak pada kualitas dari proses pendidikan

yang dilaksanakan. Penulis teringat dengan sebuah hadis yang menggambarkan

keruskan bila suatu jabatan dipegang oleh orang yang tidak ahli atau tidak cakap :

“Jika amanah disia-siakan, maka tunggulah kehancuran. Kemudian dinyatakan:

“bagaimana maksud amanah disia-siakan itu? Rasul menjawab: “Jika suatu perkara

(amanat/ pekerjaan) diserahkan pada orang yang tidak ahli (profesional), maka

tunggulah saat kehancuran.” (HR. Bukhari)

Sekolah akan menjadi tempat yang kering akan nilai-nilai religiusitas ketika jabatan

kepala sekolah diisi oleh orang-orang yang berjiwa korup. Pendidikan Anti Korupsi

akan kering dengan keteladanan ketika di sekolah sudah terjadi korupsi. Hasilnya

Pendidikan Anti Korupsi akan menjadi seperti benih yang tumbuh ditanah kering,

(7)

air dari Pendidikan Anti Korupsi. Pendidikan Anti Korupsi bukan hanya mengisi

anak-anak dengan kognitif tetapi juga tmbuhnya sikap kesadaran dari semua warga

sekolah tentang kesadaran sikap anti korupsi.

Tindak pidana korupsi dalam pengsian jabatan sudah digolongkan dengan

penyuapan. Semua pihak yang terlibat akan dapat dipidanakan tetapi memang tidak

akan ditangani KPK karena biasanya tindak pidana dengan nominal yang kecil

karena KPK hanya menindak tindak Pidana Korupsi diatas 1 Milyar (pasal 11 UU

No. 20 Tahun 2002 tentang Komisi Pemeberanntasan Tindak Pidana

Korupsi).Tetapi bila diakumulasi dari seluruh orang-orang yang terlibat maka akan

menghasilkan nilai yang sangat besar. Padahal angka kepercayaan terhadap

lembaga penegak hukum lainnya untuk menangani kasus korupsi sangat rendah,

sehingga korupsi dalam pengisian jabatan kepala sekolah ini jarang terungkap dan

menyeret pihak-pihak terkait, dari kepala sekolah, dinas sampai kepala daerah.

Dalam Undang-Undang Tipikor (UU No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana

Korupsi mengatur persoalan penyuapan ini (gratifikasi ) pada pasal 12 B yang

berbunyi

1. Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut:

a) yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih pembuktian bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh penerima gratifikasi;

(8)

2. Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun, dan pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Harus ada terobosan dalam penegakan hukum gratifikasi untuk pengisian jabaatan

kepala sekolah sebagai wujud dari semangat jiwa anti korupsi dalam bidang

pendidikan. Harapannya dengan terungkapnya tindak korupsi dalam pengisian

jabatan tersebut maka dapat menjadi terobosan terbaru bahwa tindak pindana

korupsi sekecil apapun dapat di pidana kan sesuai dengan hukum yang

berlaku. Oleh karena itu, efektifitas dari penegak hukum selain KPK yaitu Polisi dan

Jaksa sangat dipertanyakan oleh publik untuk mengungkapkan. Ataupun Kurangnya

laporan dari masyarakat terhadap tindak korupsi dalam pengisian jabatan kepala

sekolah ini.

Penulis yakin ketika ada satu saja tindak pidana koruspi dalam pengisian jabatan ini

di tindak sesua dengan hukum yang berlaku pasti akan menggerat baik biirokrasi

bahkan kepala daerah. Oleh karena itu, sangat diharapkan keberanian dan

pembuktian diri dari aparat penegak hukum selain KPK yaitu Polisi dan Jaksa serta

peran serta masyarakat dalam melaporkan tindak pindana kourupsi dalam pengisian

jabatan Kepala Sekolah. LSM (sebagai wujud dari masyarakat yang aktif) harus

menjadi LSM yang terus bergerak dan tidak menjai LSM yang gampang disuap

untuk tutup mulut.

(9)

Penyalahgunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Anggaran Sekolah dan

Sejenisnya merupakan salah satu dampak dari praktik korupi dalam pengisian

jabatan kepala sekolah, sebagaimana poin pertama. Dana BOS, Anggaran Sekolah,

bantium dam sejenisnya, menjadi lahan basah untuk suburnya tindak pidana

korupsi. Sehingga dengan berbagai cara dan upaya agar anggaran bisa masuk

kedalam kantong pribadi sang pemegang jabatan.

Penyalahgunaan ini dapat berupa pembuatan program-program fiktif atau

pembuatan program haya sekedar formalistik untuk menghabiskan anggaran tanpa

dilandasi atas kebutuhan nyata untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah

tersebut. walaupun, nominalnya tidak besar tetapi seharunys ada upaya penindakan

yang tegas dan pengungkapan dari penyalahgunaan anggaran dalam bidanng

pendidikan. Dalam melakukan hal ini pasti melibatkan sistem yang ada disekolah,

mulai dari tata usaha, komite, dan kepala sekolah sendiri bahkan ada sepertiuang

tutup mulut bagi LSM dan Wartawan, belum lagi jatah dari atasan kepala sekolah

dari tingkat KCD sampai kepala dinas serta kepala daerah.

Kasus yang baru saja terjadi adalah korupsi proyek pengadaan alat bantu

laboratorium di sejumlah Pergutuan Tinggi Negeri (PTN) dimana melakukan

penggelembungan (mark up) proyek yang didanai APBN. Pengusutan kasus korupsi

di lingkungan Kementerian Pendidikan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

dengan tersangka Angelina Sondakh (Angie) membuat 16 rektor pada puluhan

perguruan tinggi negeri di Indonesia tersangkut kasus ini. Pasalnya, satu per satu

pendidik yang bergelar profesor doktor itu kini dipanggil KPK menjadi saksi. Diduga

(10)

2010 lalu pada 16 kampus senilai Rp 600 miliar menjadi bancakan politisi di DPR

serta para pimpinan universitas.

KPK menemukan 16 aliran dana mencurigakan ke Angelina Sondakh yang nilainya

miliaran rupiah. Nilai total proyek pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di

sejumlah universitas negeri yang diduga dikorupsi Angie mencapai Rp 600 miliar.

Total nilai tersebut diperoleh KPK dari proyek pengadaan sarana dan prasarana

pendidikan di 16 universitas negeri yang tersebar di seluruh Indonesia tahun

anggaran 2010.

Data yang diperoleh Jaya Pos menyebutkan, ke-16 universitas negeri yang ternoda

korupsi dalam pembahasan anggaran pengadaan sarana dan prasarana pendidikan

tahun 2010 :

No. PERGURUAN TINGGI JUMLAH ANGGARAN SARANA DAN PRASARANA

YANG DIDUGATERKENA KASUS KORUPSI

1. Universitas Sumatra Utara Rp. 30 milyar

2. Universitas Brawijaya Rp. 30 milyar

3. Universitas Udayana Rp. 30 milyar

4. Universitas Jambi Rp. 30 milyar

5. Universitas Negeri Jakarta Rp. 45 milyar

6. Institut Teknologi Sepuluh November Rp. 45 milyar

7. Universitas Jendral Soedirman Rp. 30 milyar

8. Universitas Sriwijaya Rp. 75 milyar

9. Universitas Tadulako Rp. 30 milyar

10. Universitas Nusa Cendana Rp. 20 milyar

(11)

12. Universitas Negri Papua Rp. 30 milyar

13. Universitas Sebelas Maret Rp. 40 milyar

14. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Rp. 50 milyar

15. Universitas Negeri Malang Rp.40 milyar

16. Institut Pertanian Bogor Rp. 40 milyar

Salah satu kesulitan mengungkapkan Tipikor di bidang pendidikan ialah kecilnya

nominal dan kondisi penegak hukum yang kra bekerja efektif dalam mengungkap

tipikor di sekolah. Mengani hal ini sebenarya sudah diatur dalam UU Tipikor bagi

penyalahgunaan anggaran dalam Pasal 8 (Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun

1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi) yang berbunyi :

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah), pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena jabatannya, atau membiarkan uang atau surat berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang lain, atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut.

Sekali lagi permasalahan, karakter dari pemberian amanah penganggaran,

pengawasan dari penggunaan anggaran. Wala korupsi dalam sekolah tidak sebesar

di pusat, tetap saja perbatan melanggar hukum dan harus ditindak sesuai dengan

hukum yang berlaku di Indonesia.

(12)

Penerimaan siswa baru mjuga merupakan lahan basah dari tindak korupsi dalam

bidang pendidikan. Walau nominalnya kecil, tetapi tetap tindak pidana korupsi

karena akan sangat merugikan masyarakat umum. Memasuki Sekolah Negeri

merupakan hak seluruh warga negara muda, selain mendapatkan subsidu yang

besar dari pemerintah, kualitas sekolah cukup terjaga. Minat yang tinggi ini menjadi

lahan basah terjadinya tindak pidana korupsi di sekolah (bidang pendidikan).

Jabatan publik yang dimiliki kepala sekolah, Wakil kepala sekolah dan guru dan

disalahgunakan dalam penerimaan siswa baru ini. Oleh karena itu harus dibangun

sistem dan pengawasan untuk dapat mengecilkan tindak pidana korupsi dalam

penerimaan siswa. Bisa saja terjadi orang tua calon siswa baru memberikan

gratifikasi untuk mempengaruhi keputusan dalam penerimaan siswa baru. Pasal 5

8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan

Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi yang berbunyi :

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) setiap orang yang:

a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengankewajibannya; atau

(13)

4. Undangan untuk memasuki PTN

Sama seperti penerimaan siswa baru, undangan untuk memasuki PTN dapat

menjadi kesempatan penyalahgunaan jabatan publik dari Kepala Sekolah, wakil

kepala sekolah dan guru. Dengan menyembunyikan atau memberikan informasi

secara tidak luas kepada seluruh siswa untuk mendapatkan hak yang sama

bersaing dalam jalur undangan dari PTN.

Orang tua guru dapat saja memberikan gratifikasi untuk mempengaruhi keputusan

sekolah tentang siswa yang akan menjadi peserta dalam jalur undangan ini. Sekali

dengan nominal yang kecil seakan perbuatan ini menjadi perbuatan biasa saja.

Padahal sebagai pejabat publik tidakboleh menerima gratifikasi dari masyarakat

terutama terkait degan jabatannya menetukan sesuatu hal.

Perbuatan seperti ini sebenarya menimbulkan lingkungan yang tidak sehat bagi

berkembangnya sikap atni korupsi dari peserta didik. Karena dari proses ini ada

indikasi teladan yang buruk dari proses ini. Walau hal yang kecil tapi sangat

berdampak terhadap budaya sekolah. Apalagi ketika saat ini sekolah ingin menjadi

sekolah yang anti kourpsi.

5. Pengangkatan guru menjadi CPNS

Pengangkatan guru menjadi CPNS merupakan rahasia umum, hal ini terjadi dari

(14)

memiliki peluang yang sama untuk menjadi lahan yang subur terjadinya tindak

pindana korupsi dengan menyelahgunakan jabatan publik yang mereka pegang.

Dalam pengangkatan CPNS dari jalur umum, sudah menjadi rahasia umum bahwa

ada oknum-oknum pegawai negeri di pemerintahan daerah, BKD yang

memanfaatkan jabatan mereka untuk melakukan tindak pidana korupsi dengan

berjanji bisa memberikan kelulusan bagi seorang peserta seleksi asalkan

menyiapkan uang dengan nominal bahkan sampai ratusan juta. Hal ini

bagaimanapun merupakan bentuk penyalahgunaan jabatan publik yang ada pada

dirinya. Selain itu, dapat menjadi tindak pdaiana penyuapan dan kedua belah pihak

akan kena hukuman baik yang meyuap dan yang disuap.

Selain itu ada pula, penyalahgunaan jabatan publik dengan menipu peserta seleksi

CPNS, seperti broker, jadi sang pejabat bermain untung-untungan walau

sebenarnya dia tidak memiliki akses untuk meluluskan peserta tersebut. Jadi pejabat

korup tersebut menerima dari peserta tes CPNS sejumlah uang dengan janji dapat

meluluskan peserta tersebut.

Permasalahannya lagi adalah terkadang tersangka penyuap dan yang disuap slit

diungkap karena terjadi rahasia diantara mereka berdua, dan ketika keduanya

berbicara maka kedua belahpihak dapat dipidana. Penulis dapat menyimpulkan

sebab sulitnya mengungkap praktik suap dalam pengangkatan CPNS ini, karena

para pelaku tidak ingin dirnya bermasalah dengan hukum.

6. Pungutan Liar

Di sekolah yang korup akan menjadikan pungutan liar ini menjadi salah satu sumber

(15)

liar ini, mulai dari pengambilan ijazah, raport, pembuatan surat, sumbangan ke

sekolah dan sebagainya perbuatan-perbuatan yang terus berkembang untuk

mendapatkan uang.

Pungutan liar ini bisa saja salah satu efek dari pengengkatan kepala sekolah dengan

tarif sebagaimana poin pertama, sehingga kepala sekolah beserta jajaranya

mengada-ada soal kebuthan dana, padahal sudah ada anggaran dari pemerintah

untuk operasional.

2.3 Dampak dari Tindakan Korupsi di Bidang Pendidikan

Korupsi sepertinya sudah membudaya dalam kehidupan bangsa Indonesia,

perbuatan-perbuatan yang kita anggap biasa seperti memberikan sesuatu kepada

orang yang kita hormati dapat digolongkan tindak korupsi. Ketika telah menjadi

budaya maka pemberantasan korupsi juga harus terstruktur dalam pendidikan,

karena pendidikan merupakan saluran dari proses pembudayaan warga negara.

tetapi ketika bidang pendidikan terjadi tindakan-tindakan korup maka proses

pembudayaan masyarakat anti korupsi seperti menanam benih di padang pasir yang

tandus.

Perbuatan korupsi di bidang pendidikan akan berdampak langsung pada peserta

didik sebagai orang yang pertama mendapatkan dampak dari perbuatan korup ini.

Karena tindak korupsi di bidang pendidikan dapat saja melanggar Hak Asasi

Manusia para peserta didik untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas.

(16)

Kualitas pendidikan menjadi hal pertama yang diserang oleh tindak kourpsi dalam

bidang pendidikan. Merosotnya kualitas penddidikan ditandai dengan tidak adanya

atau rendahnya perlengkapan yang berkaualitas, adanya ukuran-ukuran mutu yang

rendah dan adanya kandidat yang berkualifikasi dan/atau bermotivasi rendah yang

terpilih (atau membeli posisi) untuk guru dan jabatan laiinya (Kesuma. Et. al

2009:33). Hal ini jelas berdampak, pengisian jabatan baik guru dan kepala sekolah

yang dilakukan dengan proses korup akan menempatkan para koruptor baru dalam

jabatan guru dan kepala sekolah.

Ketika jabatan guru dan kepala sekolah sudah disisi dengan orang-orang berjiwa

korup maka kualitas pendidikan akan jauh panggang dari api, karena orientasi

mereka bukan lagi meningkatkan kualitas pendidikan tapi bagaiman dengan

berbagai cara mengumpulkan materi utuk pribadi mereka. Sehingga mereka akan

mengadakan program-program fiktif dan/ atau program-program tidak mendasar

atau mengada-ada yang tidak berdampak sama sekali untuk meningkatkan kualitas

pendidikan. Akan muncul para pembuat proyek fiktif, pungutan liar dan sebagainya

yang penting dapat mengembalikan modal dan mendapatkan keuntungan yang

terlah mereka tanam ketika mereka membeli jabatan tersebut. Kualitas pendidikan

akan semakin rapuh ketika dalam bidang pendidikan tumbuh subur tindak pidana

korupsi.

2. Kerugian Finansial

Kerugian finansial jelas menjadi salah satu dampak dari prilaku korup para

pemegang jabatan publik dalam dunia pendidikan. Walau jika dilihat secara oknum

nominalnya tidak besar sehingga tidak dapat di tindak dengan KPK tetapi jika

(17)

mendapat perhatian khusu dari aparat penegak hukum dalam tipikor selain KPK

yaitu Polisi dan Jaksa untuk mampu menyeret para koruptor dalam bdaing

pendidikan.

Dengan Anggaran 20% dari APBN dan APBD dan dana yang besar itu dipecah

menjadi bagian-bagian kecil lalu bagian-bagian kecil itu ternayata dikorupsi maka

kerugian finansia akan langsung terasa kepada negara.

Selain itu kerugian finansial akan juga berdampak kepada masyarakat umum

dengan pungutan-pungutan liar yang terjadi disekolah. Walau dari tiap orang tua

nominalnya kecil tetapi bila dijumlahkan maka akan menjadi nominal yang cukup

besar. Sebagai contoh 1 orang siswa dipungli Rp.10.000 dikali jumlah seluruh siswa

yang ada disekolah tersebut contoh 1000 siswa maka 10.0000 x 1000 maka

terkumpul dana Rp 10.000.000 dan dikalikan semua sekolah yang ada di Indonesia

maka akan terakumulasi jumlah dana yang sangat besar.

3. Ketidakadilan sosial

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan sila ke-lima dari Pancasila.

melalui perilaku pengisian jabatan guru dan kepala seklah selannjutnya perilaku

korups dalam penerimaan siswa baru dan undangan dari PTN akan menciderai rasa

keadilan dari seluruh warga negara Indonesia. Semua warga negara Indonsia

berhak mendapatkan pendidikan yang berkualitas.

Ketika terjadi tindak pidana korupsi dalam bidang pendidikan akan mematikan

potensi dari warga negara muda karen mereka akan kehilangan pendidikan yang

(18)

4. Pengurangan tingkat partisipasi

Partisipasi warga negara dalam pendidikan merupakan usaha agar mewujudkan

warga negara yng terdidik. Semakin banyak partisipasi maka semakin banyak pula

warga negara yang terdidik dan hal ini merupakan modal utama negara dalam

pembangunan. Tetapi ketika sarana dan prasanara tidak tersedia yang diakibatkan

dari tindak korupsi, maka akan menurunkan jumlah partispasi warga negara dalam

pendidikan dan ini jelas menguarangi potensi warga neagra terdidik.

5. Hilangnya akhlak mulia

Pendidikan Indonesia bukan merupakan pendidikan yang sekuler, yang memisahkan

agama dalam mebentuk warga negara yang baik. Tindak Pidana korupsi dalam

bidang pendidikan menjadikan peserta didik kehilangan teladan bahkan

kepercayaan terhdap sekolah dalam mebentuk mereka. Sehingga muncul generasi

yang memiliki akhlak yag sejalan dengan pejabat dibidang pendidikan.

Benar juga pepatah yang mengatakan “guru kencing berdiri, murid kencing

berlari”ketika jiwa korup sudah meuncul dari pejabat-pejabat dalam bidang

pendidikan bahkan termasuk kepala sekolah dan guru. Maka siswa juga akan

muncul jiwa korup karena mendapatkan teladan langusng dari kepala sekolah dan

guru.

Pendidikan Anti Kourpsi harus didasari keimanan terhadap Tuhan YME, warga

negara yang cerdas, beriman dan bertakwa merupakan modal utama dari jiwa anti

korupsi. Oleh karena itu, sekolah harus menjadi lingkungan yang anti korupsi

sehingga tidak terjadi pendekatan formaslistik dalam pendidikan Anti korupsi tetapi

(19)

2.4 Solusi untuk Tindakan Korupsi di Dunia Pendidikan

meningkatkan kualitas SDM pengelola pendidikan.

Kualitas SDM diyakini berpengaruh langsung terhadap kualitas kinerjanya.

Oleh karena itu, sistem perekrutan pekerja pendidikan harus dibenahi.

Selama ini, ada sinyalemen bahwa sistem rekrutmen pekerja dunia

pendidikan tidak berlansung dengan jujur, objektif, adil, dan transparan.

Berbagai kecurangan mewarnai setiap perekrutan, seperti penggunaan uang

pelicin, permainan kerabat pejabat, dan bahkan manipulasi hasil tes.

Akibatnya, calon pegawai yang cerdas tersingkir, karena tidak mampu

membayar lebih atau melobi para pejabat. Celakanya, calon pegawai dengan

kualitas rendah baik dari intelektualitas maupun mentalitas melenggang

dengan mulus. Kondisi ini merupakan awal yang buruk untuk meningkatkan

kinerja pekerja pendidikan. Bahkan, sangat mudah terpengaruh tindakan

melawan aturan, seperti korupsi. Oleh karena itu, pembenahan sistem

rekrutmen pekerja pendidikan adalah keniscayaan.

Meningkatkan kesejehateraan para pekerja pendidikan.

Karena mereka adalah implementator di lapangan. Sebaik apapun

perencanaan, jika pelaksananya bobrok, hasilnya dipastikan hancur. Apalagi

mereka berhadapan dengan dana besar dan cakupan wilayah yang sangat

luas, sehingga rawan penyelewengan. Dengan meningkatkan kesejahteraan,

diyakini dapat meningkatkan kinerja dan tanggung jawab mereka sebagai

pelayan sektor pendidikan. Mereka bekerja murni untuk kepentingan dunia

(20)

apalagi yang tidak halal. Akibatnya, korupsi sektor pendidikan dapat

direduksi.

Dalam hal ini, dimulai dari sistem penerimaan mahasiswa calon pendidik,

kurikulum lembaga pencetak tenaga pendidik yang link dan match dengan

kebutuhan, sistem penerimaan calon guru, pembinaan dan pengawasan

kinerja pendidik, sistem reward dan punishmet untuk pendidik. Semua harus

dilakukan dengan aturan dan mekanisme jelas serta dipayungi hukum yang

pasti.

pendidikan antikorupsi untuk semua.

Pendidikan ini tak hanya untuk peserta didik di semua jenjang pendidikan,

tetapi juga pejabat dan politisi yang memiliki otoritas atas kebijakan dan

anggaran pendidikan serta rekanan pemerintah pusat dan daerah.

Membangun sistem antikorupsi terutama dalam sistem perencanaan,

penganggaran, dan implementasi belanja dana pendidikan. Sistem terutama

pada pembagian kewenangan yang memadai pada berbagai institusi

pendidikan serta pengawasan atas penggunaan kewenangan tersebut.

 Tata kelola dalam sistem antikorupsi membuka informasi seluas-luasnya kepada publik terkait pengelolaan anggaran pendidikan dan akses terhadap

bukti-bukti pertanggungjawaban. Publik dapat melakukan audit sosial guna

melihat kepatuhan pengelolaan publik atas peraturan perundang-undangan

dan melaporkan kepada pengawas internal dan eksternal pemerintah jika

menemukan ketidakpatuhan dalam pengelolaan dana tersebut.

Publik juga dapat menggunakan dokumen pertanggungjawaban sebagai bukti

(21)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Korupsi adalah tindakan melawan hukum yang dilakukan oleh orang yang memiliki kewenangan guna memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan negara atau perekonomian Negara.

 Tindak korupsi yang terjadi dalam bidang pendidikan dapat di anatomi kualitas pendidikan, kerugian finansial, ketidakadilan sosial, pengurangan tingkat partisipasi, hilangnya akhlak mulia.

 Solusi untuk Tindakan Korupsi di Dunia Pendidikan adalah meningkatkan kualitas SDM pengelola pendidikan, Meningkatkan kesejehateraan para pekerja pendidikan, pendidikan antikorupsi untuk semua dan Tata kelola dalam sistem antikorupsi membuka informasi seluas-luasnya kepada publik terkait pengelolaan anggaran pendidikan dan akses terhadap bukti-bukti Oleh karena itu, sistem perekrutan pekerja pendidikan harus dibenahi.

 Meningkatkan kesejehateraan para pekerja pendidikan.

Sehingga para pekerja meningkatkan kinerja dan tanggung jawab mereka sebagai pelayan sektor pendidikan.

(22)

LAMPIRAN

pemberlakuan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pada 2003. Berdasarkan hasil pantauan ICW terungkap, terdapat 296 kasus korupsi pendidikan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Indikasi kerugian atas kasus tersebut mencapai Rp619 miliar dengan tersangka 479 orang.

(23)

juga melakukan setidaknya 82 kali korupsi dengan kerugian Rp10,9 miliar," tulis ICW, seperti dikutip dari siaran pers yang diterima Okezone, Rabu (28/8/2013). Sementara itu, ICW mengungkap, aktor-aktor "unggulan" penggerogot uang pendidikan terdiri atas kepala, serta pejabat Dinas Pendidikan dan rekanannya. Selama satu dasawarsa terakhir, penegak hukum telah menetapkan 479 tersangka terkait korupsi pendidikan."Sebanyak 71 orang di antaranya adalah kepala dinas pendidikan, 179 orang adalah anak buah kepala dinas pendidikan, serta 114 adalah rekanan mereka," ujarnya.Meski demikan, ICW mengakui jika tren penindakan korupsi juga semakin tinggi. Hal tersebut terlihat dari jumlah kasus dan kerugian negara yang ditimbulkan. Namun, keberhasilan penindakan belum menggembirakan karena penanganan kasus lebih lanjut tidak diketahui sama sekali."Apakah kasus tersebut telah di SP3 atau masuk proses persidangan di PN, PT, dan MA? Berapa banyak koruptor dana pendidikan yang masuk penjara? Berapa jumlah kerugian negara yang berhasil dikembalikan ke kas negara? Ini semua belum diketahui secara jelas," tutupnya .

BERITA KE-2

Negara Rugi Ratusan Miliar Rupiah di

Korupsi 16 Universitas

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dugaan tindak pidana korupsi sudah menjalar ke institusi pendidikan. Badan Pemeriksa Keuangan dalam auditnya menemukan penyimpangan keuangan negara di 16 universitas dan tiga Dirjen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam dokumen yang diterima Tribunnews.com, total pemborosan keuangan negara sebesar Rp 211.255.453.000 dengan kerugian Rp 128.988.843.520. Audit BPK itu merupakan tindak lanjut dari kasus korupsi mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin.

(24)

Mada, Universitas Mataram, Universitas Riau, Universitas Nusa Cendana, Universitas Haluoleo, Universitas Mulawarman.

Universitas Andalas, Universitas Sam Ratulangi, Universitas Indonesia, Universitas Udayana, Institut Teknologi Bandung, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Ditjen Pendidikan Tinggi, Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Ditjen Peningkatan Mutu Pendidikan (Kemendikbud).

Pemeriksaan BPK terhadap 16 universitas dan tiga Ditjen di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyasar pengadaan barang dan jasa serta rekening di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun anggaran 2008, 2009, dan 2010. Tahapan pemeriksaan untuk pengendalian barang dan jasa dirinci lagi antara lain tahap penganggaran terdiri dari usulan kebutuhan barang dari pengguna barang dan jasa, analisis kebutuhan barang dan jasa, penganggaran dalam Rencana Kerja Anggaran (RKA) maupun Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).

Pada tahap perencanaan pengadaan barang dan jasa, terdiri penetapan kepanitiaan pengadaan, penyusunan dokumen lelang, penetapan HPS, proses pelelangan, penetapan penyedia barang dan jasa, penyusunan kontrak pengadaan barang dan jasa/pekerjaan fisik.Tahap lainnya terkait pelaksanaan pekerjaan, tahap pemanfaatan dan pencatatan barang jasa, dan pengelolaan rekening. Analisa Badan Akuntabilitas Keuangan Negara DPR RI dari pemeriksaan BPK, menemukan sistem pengendalian intern pengadaan barang dan jasa pada umumnya belum sesuai prinsip-prinsip, rancangan, dan implementasi sistem pengendalian intern yang baik.

(25)

DAFTAR PUSTAKA

 Kesuma, Dharma., Darmawan, Cecep dan Permana, Johar (2009). Korupsi dan Pendidikan Anti Korupsi. Bandung: Pustaka Aulia Press

http://hukum.kompasiana.com/2013/11/08/dampak-tindak-pidana-korupsi-dalam-bidang-pendidikan-608774.html

http://hukum.kompasiana.com/2013/11/08/korupsi-dalam-bidang-pendidikan-608762.html

http://www.tempo.co/topik/lembaga/124/Departemen-Pendidikan-Nasional-korupsi

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN TERHADAP TINGKAT..

Keberhasilan perusahaan tidak sepenuhnya bergantung pada manager dan manajemen perusahaan, tetapi juga pada tingkat keterlibatan karyawan terhadap aktivitas dan pencapaian

 bayi dalam dalam bulan-bulan bulan-bulan pertama pertama kehidupannya kehidupannya sering sering diakibatkan diakibatkan oleh oleh kelainan kelainan kongenital

Kesimpulannya, melalui metode diskusi dengan teknik probing & prompting dapat mengembangkan keterampilan bertanya siswa dalam pembelajaran IPS.. Hal ini dapat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, peningkatan hasil belajar IPA dapat diupayakan melalui model pembelajaran Numbered Heads Together siswa kelas IV SDN Wedoro Kecamatan

Penelitian ini bertujuan untuk menjajaki kemungkinan penggunaan eceng gondok untuk menurunkan kadar Khrom dalam limbah cair industri pelapisan logam dan mempelajari kinetika

• Cermati format penilaian analisis buku guru atau buku siswa serta hasil analisis peserta yang akan dinilai. • Berikan nilai pada setiap komponen sesuai dengan penilaian

Jawaban tertulis dan wawancara siswa berdasarkan kualifikasi kemandirian belajar sangat rendah dan rendah yaitu SR-1, SR-2 dan R-1, R-2 dapat menuliskan apa yang diketahui