GAMBARAN GANGGUAN PENGGUNAAN ALKOHOL
PADA PASIEN GANGGUAN BIPOLAR I
T E S I S
DIAN BUDIANTI AMALINA
097106002
PROGRAM MAGISTER KLINIK – SPESIALIS KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GAMBARAN GANGGUAN PENGGUNAAN ALKOHOL
PADA PASIEN GANGGUAN BIPOLAR I
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinik di Bidang Ilmu Kedokteran Jiwa / M. Ked (KJ) pada Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
DIAN BUDIANTI AMALINA 097106002
PROGRAM MAGISTER KLINIK – SPESIALIS KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : Gambaran Gangguan Penggunaan
Alkohol Pada Pasien Gangguan Bipolar I Nama Mahasiswa : Dian Budianti Amalina
Nomor Induk Mahasiswa : 097106002
Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Ilmu Kedokteran Jiwa
Menyetujui : Komisi Pembimbing :
dr. H. Harun T. Parinduri, SpKJ (K)
Ketua Program Magister Ketua TKP PPDS
Telah diuji pada
Tanggal : 19 Januari 2012
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : dr. H. Harun T. Parinduri, SpKJ (K) ..…………. Anggota : 1. Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKJ (K) ..…………. 2. Prof. dr. H. M. Joesoef Simbolon, SpKJ (K) ……… 3. dr. Dapot P. Gultom, SpKJ ………
PERNYATAAN
GAMBARAN GANGGUAN PENGGUNAAN ALKOHOL PADA PASIEN GANGGUAN BIPOLAR I
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis mengacu dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar pustaka.
Medan, Januari 2012
UCAPAN TERIMAKASIH
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT,
karena atas berkah limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya maka penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama mengikuti Program Magister Klinik - Spesialis Ilmu
Kedokteran Jiwa.
Dengan selesainya tesis ini, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas kedokteran
Universitas Sumatera Utara, Ketua TKP PPDS I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, dan Ketua Program Magister Kedokteran Klinik Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan kepada penulis kesempatan untuk mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik
Spesialis Ilmu kedokteran Jiwa di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. dr. Mustafa Mahmud Amin, Sp.KJ, selaku Ketua Departemen
memberi masukan-masukan berharga kepada penulis sehingga
tesis ini dapat diselesaikan.
3. Dr. Elmeida Effendy, Sp.KJ, selaku Ketua Program Studi PPDS-I
Psikiatri FK USU, sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, dan memberi masukan-masukan yang berharga kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
4. dr. Harun Thaher Parinduri, Sp.KJ (K), sebagai guru dan pembimbing penulis dalam penyusunan tesis ini yang penuh
kesabaran dan perhatian telah membimbing, mengarahkan, memberikan dorongan dan masukan-masukan yang berharga kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
5. Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp.KJ (K), selaku guru penulis, yang banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan serta
pengarahan yang berharga kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
6. Alm. Prof. dr. Syamsir BS, Sp.KJ (K), selaku guru penulis, yang
banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan serta pengarahan yang berharga kepada penulis dalam menyelesaikan
tesis ini.
7. Prof. dr. Muhammad Joesoef Simbolon, Sp.KJ (K), selaku guru penulis, yang banyak memberikan bimbingan, pengetahuan,
penulis mengikuti Program magister Kedokteran Klinik Spesialis
Ilmu Kedokteran Jiwa.
8. dr. Vita Camellia, SpKJ, sebagai guru yang telah banyak
memberikan bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan, dukungan dan buku- buku bacaan yang berharga selama penulis mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis
Ilmu Kedokteran Jiwa.
9. dr. Muhammad Surya Husada, Sp.KJ, sebagai guru dan senior
yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan, dukungan dan buku-buku bacaan yang berharga selama saya mengikuti Program Magister Kedokteran
Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.
10. dr. Dapot Parulian Gultom, Sp.KJ, sebagai Direktur Badan
Layanan Umum Daerah RSJ Propinsi Sumatera Utara dan guru penulis, yang telah memberikan izin, kesempatan, fasilitas, dan pengarahan kepada penulis selama mengikuti Program Magister
Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.
11. dr. Juskitar, Sp.KJ, sebagai guru yang telah banyak memberikan
bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan, dukungan dan buku- buku bacaan yang berharga selama penulis mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran
12. Dr. Herlina Ginting, Sp.KJ, sebagai guru yang telah banyak
memberikan bimbingan dan pengetahuan serta dorongan selama penulis mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis
Ilmu Kedokteran Jiwa.
13. dr. Mawar Gloria Taringan, Sp.KJ, sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengetahuan serta dorongan selama
penulis mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.
14. dr. Freddy Subastian Nainggolan, Sp.KJ, sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan, serta literatur-literatur yang berharga selama penulis mengikuti Program
Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.
15. dr. Donald Firdaus Sitompul, Sp.KJ, dr. Sulastri Effendi, Sp.KJ, dr
Rosminta Girsang, Sp.KJ, dr. Artina Roga Ginting, Sp.KJ, dr. Mariati, Sp.KJ, dr. Evawati Siahaan, Sp.KJ, dr. Paskawani Siregar, Sp.KJ, dr. Citra Julita Taringan, Sp.KJ, dan dr. Vera RB. Marpaung,
Sp.KJ, sebagai senior yang telah memberikan semangat dan dorongan selama penulis mengikuti Program Magister Kedokteran
Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.
16. dr. Adhayani Lubis, Sp.KJ dr. Yusak P. Simanjuntak, Sp.KJ, dr. Juwita Saragih, Sp.KJ, dr. Friendrich Lupini, Sp.KJ, dr. Rudyhard E.
Sp.KJ, dr. Lailan Sapinah, Sp.KJ, dr. Silvy Agustina Hasibuan,
Sp.KJ, sebagai senior yang banyak memberikan bimbingan, dorongan dan semangat kepada penulis selama mengikuti program
Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.
17. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, Direktur Rumah Sakit Tembakau Deli, Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Pirngadi Medan atas izin, kesempatan dan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk belajar dan bekerja selama
penulis mengikuti Megister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.
18. Dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes, selaku staf pengajar Ilmu
Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran Komunitas/ Ilmu Kedokteran Pencegahan FK USU dan konsultan metodologi
penelitian dan statistik penulis dalam penelitian ini, yang banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan berdiskusi dengan penulis dalam penelitian ini.
19. Rekan-rekan sejawat peserta PPDS-I Psikiatri FK USU: dr. Herny Taruli Tambunan, M. Ked (KJ), dr. Mila Astari. H, M. Ked (KJ), dr.
Ira Aini Dania, M. Ked (KJ), dr. Baginda Harahap, M. Ked (KJ), dr. Muhammad Yusuf, M. Ked (KJ), dr. Ricky Wijaya Tarigan, M. Ked (KJ), dr. Superida Ginting Suka, dr. Lenni Crisnawati Sihite, dr.
Bangun, dr .Tiodoris Siregar, dr. Endang Sutry Rahayu, dr. Duma
M. Ratnawati, dr. Nauli Auli Lubis, dr. Nanda Sari Nuralita, dr. Nirwan Abidin, dr.Wijaya Taufik Tiji, dr. Alfi Syahri Rangkuti, dr.
Agussyah Putra, dr. Rini Gussya Liza, dr. Gusri Girsang, dr. Dessi Wahyuni, dr. Hendriko Tusandra Putra, dr. Ritha Mariati Sembiring, dr. Reny Fransiska Barus, dr. Susiati, dr. Annisa Fransiska, dr.
Dessy Mawar Zalia, dr. Hendriko Tussandra Putra, dr. Nazli Mahdinasari Nasution, dr. Andi Syahputra Siregar, dr. Nining Gilang
Sari, dr. Rosa Yunilda, dr. Arsusy Widyastuty, yang banyak memberikan masukan berharga kepada penulis melalui diskusi-diskusi kritis dalam berbagai pertemuan formal maupun informal,
serta selalu memberikan dorongan-dorongan yang membangkitkan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan Program Magister
Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.
20. Para perawat dan pegawai di berbagai tempat dimana penulis pernah bertugas selama menjalani pendidikan spesialis ini, serta
berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu penulis dalam menjalani Program
Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.
21. Teman-teman di layanan digital perpustakaan USU : Evi Yulifimar, S.Sos, Yuli Handayani, S.Sos , Diana Hartati, S.Sos, M. Salim
selama mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis
Ilmu Kedokteran Jiwa.
22. Kedua orang tua yang sangat penulis hormati dan sayangi, Alm.
Yusra Yunus, BA dan ibunda Dra. Djumaniar, yang dengan penuh kesabaran, cinta serta kasih sayangnya telah membesarkan, memberikan dorongan, dukungan dalam segala hal kepada
penulis, serta doa restu sejak lahir hingga saat ini.
23. Buat suami tercinta, Freddy Tirtajaya, SE, terimakasih atas segala
doa dan dukungan, kesabaran dan pengertian yang mendalam serta pengorbanan atas segala waktu dan kesempatan yang tidak dapat penulis habiskan bersama-sama dalam sukacita dan
keriangan selama penulis menjalani Magister Kedokteran Klinik Spesialis dan menyelesaikan tesis ini. Tanpa semua itu, penulis
tidak akan mampu menyelesaikan Program Magister Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa dan tesis ini dengan baik.
24. Buat buah hati tersayang : Nuruliza Ferdina, Azizah Ratu Ferdina,
terimakasih, dukungan, kesabaran dan pengertian serta pengorbanan atas segala waktu dan kesempatan yang tidak dapat
dihabiskan bersama-sama kalian dalam sukacita dan kegembiraan selama penulis menjalani Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.
sahabat, dan handai tolan yang tidak dapat penulis sebut satu persatu,
baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah banyak memberikan bantuan, baik moril maupun materil, penulis ucapkan
terima kasih.
Medan, Januari 2012
DAFTAR ISI
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 31
DAFTAR PUSTAKA 33
Lampiran
1. Pedoman Diagnostik 35
2. Lembaran Penjelasan Kepada Calon Subjek 39 Penelitian
3. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan 40 (Informed Concent) 41
4. Kuesioner CAGE 42
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Distribusi sampel penelitian berdasarkan umur, 19 jenis kelamin, status perkawinan, pekerjaan,
tingkat pendidikan, dan suku
Tabel 4.2. Skor CAGE pada penderita Gangguan Bipolar I 20 Tabel 4.3. Distribusi penggunaan alkohol pada subjek 21
penelitian berdasarkan umur
Tabel 4.4. Distribusi penggunaan alkohol pada subjek 22 penelitian berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.5. Distribusi penggunaan alkohol pada subjek 23 penelitian berdasarkan perkawinan
Tabel 4.6. Distribusi penggunaan alkohol pada subjek 24 penelitian berdasarkan pekerjaan
Tabel 4.7. Distribusi penggunaan alkohol pada subjek 25 penelitian berdasarkan tingkat pendidikan
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
BLUD : Badan Layanan Umum Daerah
CAGE : Cut down, Annoyed, Guilty, Eye opener
DSM-IV-TR : Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders – Fourth Edition - Text Revision
ECA : Epidemiologic Catchment Area
SPSS : Statistical Package for the Social Sciences
N : Jumlah sampel
Zα : Tingkat kepercayaan
gr : gram
< : Lebih kecil dari > : Lebih besar dari
≥ : Lebih besar atau sama dengan
SD : Sekolah Dasar
SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Akhir
ABSTRAK
Latar Belakang : Studi-studi berbasiskan komunitas menunjukkan angka yang tinggi gangguan penggunaan zat pada bipolar. Alkohol dan penyalahgunaan obat dihubungkan dengan gejala-gejala dan penyembuhan fungsional yang buruk, banyak kekambuhan, banyak rawat inap, respon litium yang buruk, berkembangnya stadium campuran, dan menurunnya kepatuhan pengobatan.
Tujuan penelitian : Untuk melihat seberapa besar gangguan penggunaan alkohol pada pasien Gangguan Bipolar I yang berobat ke BLUD Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara dan RSUP Haji Adam Malik Medan, serta bagaimana proporsinya berdasarkan karakteristik demografik.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian adalah pasien Gangguan Bipolar I yang berjumlah 80 orang. Pemilihan sampel secara non probability sampling jenis consecutive sampling. Penilaian gangguan penggunaan alkohol berdasarkan kuesioner CAGE, dan dihitung proporsi gangguan penggunaan alkohol berdasarkan karakteristik demografik.
Hasil : Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa proporsi gangguan penggunaan alkohol pada pasien Gangguan Bipolar I yaitu sebesar 41,2%. Dari penelitian didapatkan kelompok umur terbanyak untuk gangguan penggunaan alkohol adalah umur 35-44 tahun (36,4%), jenis kelamin laki-laki (100%), tidak kawin (66,7%), tidak bekerja (66,6%), pendidikan SD (33,3%), dan suku Batak (81,8%).
Kesimpulan : Proporsi gangguan penggunaan alkohol pada pasien Gangguan Bipolar I adalah 41,2%. Gangguan penggunaan alkohol terbanyak pada kelompok umur 35-44 tahun, jenis kelamin laki-laki, tidak kawin, tidak bekerja, pendidikan SD, dan suku Batak.
ABSTRAK
Latar Belakang : Studi-studi berbasiskan komunitas menunjukkan angka yang tinggi gangguan penggunaan zat pada bipolar. Alkohol dan penyalahgunaan obat dihubungkan dengan gejala-gejala dan penyembuhan fungsional yang buruk, banyak kekambuhan, banyak rawat inap, respon litium yang buruk, berkembangnya stadium campuran, dan menurunnya kepatuhan pengobatan.
Tujuan penelitian : Untuk melihat seberapa besar gangguan penggunaan alkohol pada pasien Gangguan Bipolar I yang berobat ke BLUD Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara dan RSUP Haji Adam Malik Medan, serta bagaimana proporsinya berdasarkan karakteristik demografik.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian adalah pasien Gangguan Bipolar I yang berjumlah 80 orang. Pemilihan sampel secara non probability sampling jenis consecutive sampling. Penilaian gangguan penggunaan alkohol berdasarkan kuesioner CAGE, dan dihitung proporsi gangguan penggunaan alkohol berdasarkan karakteristik demografik.
Hasil : Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa proporsi gangguan penggunaan alkohol pada pasien Gangguan Bipolar I yaitu sebesar 41,2%. Dari penelitian didapatkan kelompok umur terbanyak untuk gangguan penggunaan alkohol adalah umur 35-44 tahun (36,4%), jenis kelamin laki-laki (100%), tidak kawin (66,7%), tidak bekerja (66,6%), pendidikan SD (33,3%), dan suku Batak (81,8%).
Kesimpulan : Proporsi gangguan penggunaan alkohol pada pasien Gangguan Bipolar I adalah 41,2%. Gangguan penggunaan alkohol terbanyak pada kelompok umur 35-44 tahun, jenis kelamin laki-laki, tidak kawin, tidak bekerja, pendidikan SD, dan suku Batak.
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gangguan Bipolar, yang sering disebut dengan gangguan manik depresi, adalah suatu gangguan mood yang dikarakterisasikan oleh adanya fluktuasi mood yang ekstrim dari euforia menjadi depresi berat,
dan diperantarai oleh periode mood yang normal (eutimik).
Gangguan bipolar merupakan salah satu masalah kesehatan
mental yang penting, yang terjadi hampir 2% - 4% dari populasi. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena seringnya terjadi kekambuhan dan banyaknya dampak yang merugikan yang dapat disebabkan olehnya,
dimana gangguan bipolar mengakibatkan dampak yang berat untuk pasien, keluarga, dan masyarakat.
1
Pasien-pasien dengan Gangguan Bipolar I mempunyai prognosis yang lebih buruk daripada pasien-pasien dengan gangguan depresi. Sekitar 40% sampai 50% paisen-pasien dengan Gangguan Bipolar I dapat
mengalami episode manik kedua dalam 2 tahun setelah episode pertama. Suatu penelitian selama 4 tahun terhadap pasien-pasien dengan
Gangguan Bipolar I menemukan bahwa riwayat pekerjaan premorbid yang buruk, ketergantungan alkohol, gejala-gejala psikotik, gejala-gejala depresi, dan jenis kelamin laki-laki adalah faktor-faktor yang berkonstribusi
untuk suatu prognosis yang buruk. 2
Gangguan bipolar dihubungkan dengan gangguan penggunaan
alkohol dan zat pada banyak individu.4 Studi-studi yang berbasiskan komunitas dan populasi klinis secara konsisten menunjukkan angka yang
tinggi dari gangguan penggunaan zat pada orang-orang dengan gangguan bipolar.5 Hingga kini, terdapat dua studi besar epidemiologi terhadap gangguan-gangguan psikiatrik, yaitu National Institute of Mental
Health’ s Epidemiologic Catchment Area (ECA) dan National Comorbidity
Survey (NCS). Studi ECA menemukan bahwa 60,7 % dari orang-orang
dengan Gangguan Bipolar I mempunyai diagnosis seumur hidup dengan gangguan penggunaan zat (gangguan penggunaan alkohol atau obat-obatan lainnya), di mana 46,2 % dari jumlah tersebut mempunyai
gangguan penggunaan alkohol, dan 40,7 % mempunyai diagnosis penyalahgunaan atau ketergantungan obat. Empat puluh delapan persen
orang-orang dengan gangguan bipolar II merupakan gangguan penggunaan zat, dimana 39,2 % merupakan gangguan penggunaan alkohol, dan 21 % mempunyai diagnosis penyalahgunaan atau
ketergantungan obat.
Studi longitudinal mengungkapkan bahwa gangguan penggunaan
alkohol yang terjadi bersama-sama dengan gangguan bipolar berdampak negatif pada perjalanan gangguan bipolar. Alkohol dan penyalahgunaan obat telah dihubungkan dengan gejala-gejala dan penyembuhan
respon terhadap litium yang buruk, berkembangnya stadium campuran,
dan menurunnya kepatuhan terhadap pengobatan.6
Mengingat prevalensi yang tinggi dari permasalahan alkohol,
sangatlah penting bagi klinisi untuk mampu secara cepat mengidentifikasi pasien-pasien yang memerlukan penilaian yang lebih ekstensif terhadap permasalahan alkohol mereka dan mengarahkan pasien untuk
pengobatan.7
Olehkarena hal tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian ini untuk melihat seberapa besar gangguan penggunaan alkohol pada pasien Gangguan Bipolar I yang berobat ke BLUD RSJ Provinsi Sumatera Utara dan RSUP Haji Adam Malik Medan,
dan untuk mengetahui proporsinya secara karakteristik demografi.
I.2 Rumusan Masalah
a. Berapakah proporsi gangguan penggunaan alkohol pada pasien Gangguan Bipolar I?
b. Berapakah proporsi gangguan penggunaan alkohol pada pasien Gangguan Bipolar I berdasarkan umur, jenis kelamin, status
I.3 Tujuan Penelitian Tujuan Umum :
Untuk mengetahui proporsi gangguan penggunaan alkohol pada
pasien Gangguan Bipolar I dengan menggunakan kuesioner CAGE.
Tujuan Khusus :
Untuk mengetahui proporsi gangguan penggunaan alkohol pada
pasien Gangguan Bipolar I berdasarkan umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan dan suku.
I.4. Manfaat Penelitian
1. Dapat diperoleh gambaran mengenai proporsi dan karakteristik
demografik pasien-pasien dengan gangguan penggunaan alkohol pada pasien Gangguan Bipolar I.
2. Dengan diperolehnya informasi ini, klinisi diharapkan dapat
memberikan perhatian yang lebih besar terhadap kemungkinan gangguan penggunaan alkohol pada pasien-pasien gangguan
bipolar, dengan demikian dapat disusun strategi pengobatan yang bersifat dini, adekuat, terpadu dan menyeluruh.
3. Hasil penelitian ini juga dapat dilanjutkan untuk bahan penelitian
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gangguan Bipolar I
Gangguan bipolar menurut ”Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders – Text Revision” edisi yang ke empat (DSM IV-TR) ialah
gangguan gangguan mood yang terdiri dari paling sedikit satu episode
manik, hipomanik, atau campuran yang biasanya disertai dengan adanya riwayat episode depresi mayor. Gangguan Bipolar I adalah suatu
perjalanan klinis yang dikarakteristikkan oleh terdapatnya satu atau lebih episode manik atau campuran, dimana individu tersebut juga mempunyai satu atau lebih episode depresi mayor. Kekambuhan ditunjukkan oleh
perpindahan polaritas dari episode atau terdapatnya interval diantara episode-episode paling sedikit 2 bulan tanpa adanya gejala-gejala mania.
National Comorbidity Survey, berdasarkan kepada DSM-IV (dengan
sampel sebanyak 9282 responden), mengestimasi prevalensi seumur hidup untuk Gangguan Bipolar I dan Gangguan Bipolar II adalah 3,9%.
Perempuan dan laki-laki adalah sama-sama berkemungkinan untuk berkembang menjadi Gangguan Bipolar I, meskipun perempuan
dilaporkan lebih banyak mengalami episode depresi daripada laki-laki, dan secara bersamaan pula, lebih berkemungkinan untuk memperoleh Gangguan Bipolar II.
4
2
Usia onset Gangguan Bipolar I terentang dari anak-anak (paling cepat usia 5-6 tahun) sampai usia 50 tahun atau usia yang lebih tua untuk
kasus-kasus yang jarang, dengan usia rata-rata adalah 30 tahun.
Gangguan Bipolar I lebih sering terjadi pada orang yang telah bercerai dan hidup sendirian daripada orang yang menikah, sosioekonomi tinggi,
dan orang yang tidak tamat dari perguruan tinggi.
Pasien-pasien dengan gangguan bipolar mempunyai angka komorbiditas psikiatrik dan medik yang tinggi. Studi yang dilakukan oleh
ECA (Epidemiologic Catchment Area) menemukan bahwa diantara pasien-pasien dengan gangguan bipolar, sebesar 46 % merupakan
penyalahgunaan dan ketergantungan alkohol, 41 % penyalahgunaan dan ketergantungan obat-obatan, 21 % gangguan panik, dan 21 % gangguan obsesi-kompulsif. Orang-orang dengan Gangguan Bipolar I adalah 3 kali
lebih mungkin untuk mempunyai gangguan penyalahgunaan atau ketergantungan alkohol, dan 7 kali lebih mungkin mempunyai gangguan
penyalahgunaan atau ketergantungan obat-obatan dibandingkan dengan populasi umum. Pasien-pasien dengan gangguan bipolar adalah 26 kali lebih mungkin untuk mempunyai gangguan panik dan 8 kali lebih mungkin
mempunyai gangguan obsesi-kompulsif daripada orang-orang didalam populasi umum tanpa gangguan mood.
3
8
2.2. Penggunaan Alkohol Pada Gangguan Bipolar
Gangguan penggunaan alkohol pada pasien gangguan bipolar I
ketergantungan zat lebih tinggi pada bipolar I daripada subjek dengan
gangguan bipolar II (60,7% banding 48,1% untuk obat-obatan lainnya, 46,2% banding 39% untuk alkohol, 11% banding 5,6% untuk kokain, dan
20% banding 5,6% untuk mariyuana). 9 Penelitian yang dilakukan oleh Strakowski dan kawan-kawan pada tahun 1998 pada 77 pasien gangguan bipolar I menemukan sebanyak 34% dari pasien merupakan gangguan
penggunaan alkohol.
Ketergantungan alkohol 2 kali lebih sering terjadi pada orang-orang
dengan gangguan bipolar daripada depresi unipolar, dan juga patut diperhatikan bahwa gangguan bipolar lebih sering terjadi bersamaan dengan ketergantungan alkohol daripada penyalahgunaan alkohol.
Sebagian dari studi ECA yang dilakukan oleh Helzer dan Prybeck pada tahun 1988 menemukan bahwa mania (contohnya pada Gangguan
Bipolar I) dan gangguan penggunaan alkohol adalah sangat sering terjadi secara bersama-sama (6,2 kali lebih sering).
10
1
Pria dengan gangguan bipolar lebih banyak berkemungkinan untuk
mempunyai komorbiditas dengan gangguan penggunaan alkohol atau zat daripada wanita, meskipun wanita dengan gangguan bipolar mempunyai
prevalensi yang lebih tinggi untuk gangguan penggunaan alkohol atau zat daripada wanita di dalam populasi umum. Wanita dengan gangguan bipolar mempunyai 4 kali angka gangguan penggunaan alkohol dan 7 kali
angka gangguan penggunaan zat daripada wanita dalam komunitas.
Pasien-pasien dengan gangguan bipolar biasanya minum untuk
meringankan kedua gejala-gejala manik dan depresi mereka, meskipun bukti menunjukkan bahwa risiko yang paling besar untuk heavy drinking
terjadi selama fase manik dari penyakit.
Meskipun peneliti-peneliti telah mengusulkan penjelasan-penjelasan mengenai hubungan yang erat antara alkoholisme dengan
gangguan bipolar, hubungan yang tepat diantara gangguan-gangguan ini tidaklah secara baik dimengerti. Satu penjelasan yang diusulkan adalah
bahwa gangguan psikiatrik tertentu (seperti gangguan bipolar) mungkin merupakan faktor risiko untuk gangguan penggunaan zat. Kemungkinan lain, gejala-gejala gangguan bipolar dapat muncul selama intoksikasi
ataupun withdrawal. Contohnya, withdrawal dari alkohol dapat mencetuskan gejala-gejala bipolar. Studi-studi lain berpendapat bahwa
orang-orang dengan gangguan bipolar menggunakan alkohol selama episode manik dalam usaha untuk pengobatan diri, untuk memperpanjang stadium yang menyenangkan mereka atau untuk menenangkan agitasi
pada saat mania. Peneliti-peneliti lain mengusulkan bahwa penggunaan alkohol dan withdrawal dapat mempengaruhi kimia otak yang sama
(neurotransmiter) seperti yang terlibat didalam gangguan bipolar, dengan cara demikian menyebabkan satu gangguan dapat merubah perjalanan klinis dari gangguan yang lainnya. Dengan kata lain, penggunaan alkohol
dan withdrawal dapat mencetusakan gejala-gejala gangguan bipolar. Masih belum jelas mekanisme potensial mana yang mungkin
berhubungan kuat dengan alkoholisme dan gangguan bipolar. Mungkin
hubungan ini tidak mencerminkan penyebab dan efeknya secara sederhana, tetapi lebih kompleks dan saling berhubungan, dan
faktor-faktor genetik juga dapat berperan.
Peran faktor-faktor genetik dalam gangguan psikiatri telah memperoleh banyak perhatian akhir-akhir ini. Beberapa bukti yang
tersedia telah mendukung kemungkinan transmisi keluarga pada kedua gangguan bipolar dan alkoholisme. Preisig pada tahun 2001 menemukan
hubungan keluarga yang lebih besar antara alkoholisme dan gangguan bipolar daripada alkoholisme dan depresi unipolar.
1
Gangguan bipolar yang disertai gangguan penggunaan alkohol
dihubungkan dengan konsekuensi negatif, yaitu risiko yang besar untuk ketidakpatuhan terhadap pengobatan, penyembuhan yang lambat dari
episode-episode mood, lebih sering hospitalisasi, bunuh diri, dan kecelakaan.
1,12
13
Minuman beralkohol banyak terdapat di masyarakat, yang sering
digunakan untuk rekreasi, sehingga disebut ”popular recreational drug”. Sebagai contohnya bir, bir hitam, whisky, vodka, brandy, Cognag,
macam-macam minuman anggur (wine) dan sebagainya. Minuman beralkohol lazim disebut ”minuman keras” dan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Minuman Keras No. 86/Men.Kes/Per/IV/77,
digolongkan sebagai berikut : golongan A; kadar etanol 1-5% (misalnya, bir dan shandy), golongan B; kadar etanol 5-20% (misalnya, anggur),
golongan C; kadar etanol 20-55% (misalnya whisky dan brandy).
Disamping itu juga terdapat minuman beralkohol tradisional seperti Brem, Ciu, tuak, arak, dan sebagainya.14
2.3. Kuesioner CAGE
Kuesioner CAGE adalah suatu pertanyaan untuk mengidentifikasi
penyalahgunaan dan ketergantungan alkohol, yang dikembangkan pada tahun 1970an.15,16 CAGE dikembangkan oleh Dr. Jhon A. Ewing dan
terdiri dari 4 buah pertanyaan berdasarkan akronim C-A-G-E7, yaitu : 1) Apakah anda merasa perlu menurunkan (Cut down) minum-minuman beralkohol? 2) Apakah anda merasa terganggu (Annoyed) kalau orang mengkritik anda dalam hal minum-minuman beralkohol? 3) Pernahkah anda merasa bersalah (Guilty) dengan kebiasaan anda minum-minuman beralkohol? 4) Apakah anda harus minum-minuman beralkohol setiap pagi agar anda bisa membuka mata (Eye-opener) dan merasa segar?.15 Respons yang positif untuk dua atau lebih dari butir-butir tersebut
menunjukkan 95% berkemungkinan merupakan penyalahgunaan atau ketergantungan alkohol.17 Kuesioner CAGE mempunyai sensitifitas > 80
2.4 Kerangka konseptual
Pasien Gangguan Bipolar I
Karakteristik demografi: usia, jenis kelamin, perkawinan, pendidikan, pekerjaan, suku
Gangguan penggunaan
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang berjenis deskriptif dengan pendekatan cross-sectional.19
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian : BLUD Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera
Utara dan RSUP Haji Adam Malik Medan. 2. Waktu Penelitian : Maret 2011 – Mei 2011.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi target adalah pasien Gangguan Bipolar I yang datang
berobat ke poli rawat jalan BLUD Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara dan RSUP Haji Adam Malik Medan.
2. Populasi terjangkau adalah pasien Gangguan Bipolar I yang
datang berobat ke poli rawat jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara dan RSUP Haji Adam Malik Medan periode 1
Maret 2011- 31 Mei 2011. 3.
Sampel penelitian : Sampel dalam penelitian ini adalah pasien Gangguan Bipolar I yang memenuhi kriteria inklusi, yang
3.4. Perkiraan Besar Sampel
Besar sampel diukur dengan menggunakan rumus :21
n= Zα2 PQ = 1,962 d
x 0,3 x 0,7 = 80 2
0,1
Zα = Nilai batas awal dari tabel Z yang besarnya tergantung pada
nilai α yang ditentukan; untuk nilai α = 0,05 Zα = 1,96 2
P = Proporsi gangguan penggunaan alkohol pada pasien
gangguan bipolar I 30% Q = 1- P : 1- 0,3 = 0,7
d = Tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki (ditetapkan) = 0,1
Dengan menggunakan rumus di atas didapatkan jumlah sampel 80 orang.
3.5. Kriteria Penelitian Kriteria Inklusi
1. Pasien Gangguan Bipolar I yang memenuhi kriteria menurut
DSM-IV-TR dalam fase lanjutan dan pemeliharaan. 2. Usia 15-55 tahun
Kriteria Eksklusi
1. Penggunaan zat-zat lainnya selain alkohol (kecuali : nikotin dan kafein)
2. Memiliki riwayat penyakit medis umum yang berat, dan gangguan psikiatrik lainnya.
3.6. Ijin Subyek Penelitian
Semua subyek penelitian akan diminta mengisi persetujuan
secara tertulis untuk ikut serta kedalam penelitian setelah terlebih dahulu diberi penjelasan yang terperinci dan jelas.
3.7. Etika Penelitian
Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari Komite Etik
penelitian dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3.8. Cara Kerja
Pasien Gangguan Bipolar I yang memenuhi kriteria inklusi mengisi persetujuan secara tertulis setelah mendapatkan
penjelasan yang terperinci dan jelas dari peneliti. Selanjutnya subjek penelitian, mengisi kuesioner CAGE yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Hasil dari setiap
dilihat berapakah proporsi gangguan penggunaan alkohol pada
pasien gangguan bipolar I dan berapakah proporsi gangguan penggunaan alkohol pada pasien gangguan bipolar I berdasarkan
karakteristik demografi, yaitu, umur, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan suku.
3.10. Identifikasi Variabel
Variabel penelitian : Pasien Gangguan Bipolar I, karakteristik demografi (usia, jenis kelamin, status
perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan suku), CAGE.
3.11. Definisi Operasional
1. Pasien Gangguan Bipolar I adalah pasien yang memenuhi kriteria
diagnostik berdasarkan DSM-IV-TR (dapat dilihat pada lampiran). 2. Kuesioner CAGE adalah kuesioner yang terdiri dari 4 pertanyaan
untuk menskrining atau mengidentifikasi gangguan penggunaan
alkohol, dimana jika jawaban ya ≥ 2 menunjukkan kemungkinan gangguan penggunaan alkohol, dan jika jawaban ya < 2
menunjukkan bukan gangguan penggunaan alkohol.
3. Peminum alkohol adalah seseorang yang meminum alkohol lebih dari 7 standar unit perminggu atau lebih dari 3 standar unit
perkesempatan untuk wanita, dan lebih dari 14 standar unit perminggu atau lebih dari 4 standar unit perkesempatan untuk
laki-laki.
1 standar unit = 10 gr alkohol absolut = 1 gelas anggur (10 % alkohol absolut) = ½ pint bir ( 4 % alkohol absolut), tuak
mengandung 10 % alkohol absolut. 7
4. Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung alkohol
yang lazim disebut juga dengan ”minuman keras”, seperti: bir, whisky, vodka, anggur (wine), dan brandy. Disamping itu juga
terdapat minuman beralkohol tradisional seperti tuak, dan arak. 5. Usia adalah lamanya hidup sejak lahir yang dinyatakan dalam
satuan tahun. Usia dibagi dalam :
15- 25-
35-
≥ 45
6. Jenis kelamin : laki-laki dan perempuan
7. Status perkawinan dibedakan atas masih dalam ikatan perkawinan (menikah), dan tidak dalam ikatan perkawinan (janda/duda, atau
tidak menikah)
8. Tingkat pendidikan dibedakan atas SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi.
9. Status pekerjaan adalah dibedakan atas bekerja dan tidak bekerja. 10. Suku dibagi atas suku Batak dan non Batak, dimana yang termasuk
dalam suku Batak yaitu Toba, Karo, Simalungun, Dairi, dan Tapanuli Selatan, sedangkan non Batak seperti Aceh, Minang, Jawa, dan lain-lain.
dibandingkan jumlah keseluruhan pasien gangguan bipolar I yang
menjadi sampel penelitian pada periode 1 Maret 2011-31 Mei 2011.
3.12. Pengolahan dan Penyajian Data
Hasil yang didapat disusun dalam tabel distribusi, kemudian dihitung proporsi pasien Gangguan Bipolar I yang memiliki
gangguan penggunaan alkohol berdasarkan hasil CAGE, dan proporsi gangguan penggunaan alkohol berdasarkan karakteristik
demografi (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, dan suku)
3.13. Jadwal Penelitian
Waktu Kegiatan Februari
2011
Maret -
Mei 2011
Juni
2011
Juli
2011
Persiapan
Pelaksanaan
Penyusunan Laporan
BAB 4. HASIL PENELITIAN
Sebanyak 80 penderita gangguan Bipolar I rawat jalan di BLUD RSJ Provinsi Sumatera Utara, dan RSUP Haji Adam Malik Medan, yang
merupakan peminum alkohol, diikutsertakan dalam penelitian ini. Pemilihan sampel secara consecutive sampling periode 1 Maret hingga 31 Mei 2011.
Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa kelompok umur yang paling
banyak pada sampel penelitian adalah berusia 35-44 tahun, yaitu sebanyak 27 orang (33,8%). Jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki,
yaitu sebanyak 69 orang (86,2%). Sebagian besar dari sampel adalah tidak menikah, yaitu sebanyak 51 orang (63,7%), dan dijumpai paling banyak dari sampel adalah tidak bekerja yaitu sebanyak 41 orang
(51,2%). Tingkat pendidikan yang terbanyak adalah SLTA, yaitu sebanyak 36 orang (45%), sedangkan suku yang terbanyak adalah Batak, yaitu 66
orang (82,5%).
Tabel 4.2. Skor CAGE pada penderita Gangguan Bipolar I
Skor CAGE n %
Gangguan penggunaan alkohol 33 41,2
(skor CAGE ≥ 2)
Bukan gangguan penggunaan alkohol 47 58,8 (skor CAGE < 2)
Jumlah 80 100
Tabel 4.2 memperlihatkan bahwa gangguan penggunaan alkohol,
yaitu skor CAGE ≥ 2, pada sampel adalah sebanyak 33 orang (41,2%), sedangkan yang bukan gangguan penggunaan alkohol, yaitu skor CAGE
Tabel 4.3. Distribusi penggunaan alkohol pada subjek penelitian berdasarkan umur
Karakteristik Gangguan Bukan Gangguan
sampel Penggunaan Penggunaan Jumlah Alkohol Alkohol
(CAGE ≥ 2) (CAGE < 2)
n % n % n %
Umur (tahun)
15- 4 12,1 6 12,8 10 12,5 25- 10 30,3 13 27,7 23 28,7 35- 12 36,4 15 31,9 27 33,8
≥ 45 7 21,2 13 27,6 20 25,0 Jumlah 33 100 47 100 80 100
Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa kelompok umur terbanyak untuk gangguan penggunaan alkohol (skor CAGE ≥ 2) adalah kelompok umur 35-44 tahun, yaitu sebanyak 12 orang (36,4%), sedangkan untuk yang
Tabel 4.4. Distribusi penggunaan alkohol pada subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin
Karakteristik Gangguan Bukan Gangguan
sampel Penggunaan Penggunaan Jumlah Alkohol Alkohol
(CAGE ≥ 2) (CAGE < 2)
n % n % n %
Jenis kelamin
Laki-laki 33 100 36 76,6 69 86,3 Perempuan 0 0 11 23,4 11 13,7 Jumlah 33 100 47 100 80 100
Tabel 4.4 juga memperlihatkan bahwa jenis kelamin terbanyak untuk gangguan penggunaan alkohol (skor CAGE ≥ 2) adalah laki -laki,
Tabel 4.5. Distribusi penggunaan alkohol pada subjek penelitian berdasarkan status perkawinan
Karakteristik Gangguan Bukan Gangguan
sampel Penggunaan Penggunaan Jumlah Alkohol Alkohol
(CAGE ≥ 2) (CAGE < 2)
n % n % n %
Status perkawinan
Kawin 11 33,3 18 38,3 29 36,2 Tidak kawin 22 66,7 29 61,7 51 63,8 Jumlah 33 100 47 100 80 100
Tabel 4.5 juga memperlihatkan bahwa status perkawinan terbanyak
untuk gangguan penggunaan alkohol (skor CAGE ≥ 2) adalah tidak kawin, yaitu sebanyak 22 orang (66,7%), sedangkan untuk yang bukan gangguan penggunaan alkohol (CAGE < 2) yang terbanyak juga pada
Tabel 4.6. Distribusi penggunaan alkohol pada subjek penelitian berdasarkan pekerjaan
Karakteristik Gangguan Bukan Gangguan
sampel Penggunaan Penggunaan Jumlah Alkohol Alkohol
(CAGE ≥ 2) (CAGE < 2)
n % n % n %
Pekerjaan
Bekerja 12 36,4 27 57,4 39 48,7 Tidak bekerja 21 66,6 20 42,6 41 51,3 Jumlah 33 100 47 100 80 100
Tabel 4.6 juga memperlihatkan bahwa status pekerjaan terbanyak untuk gangguan penggunaan alkohol (skor CAGE ≥ 2) adalah tidak bekerja, yaitu sebanyak 21 orang (66,6%), sedangkan untuk yang bukan
Tabel 4.7. Distribusi penggunaan alkohol pada subjek penelitian berdasarkan tingkat pendidikan
Karakteristik Gangguan Bukan Gangguan
sampel Penggunaan Penggunaan Jumlah Alkohol Alkohol
(CAGE ≥ 2) (CAGE < 2)
n % n % n %
Pendidikan
SD 11 33,3 3 8,5 14 17,4 SLTP 6 18,2 3 6,4 9 11,3 SLTA 10 30,3 26 53,2 36 45,0 PT 6 17,2 15 31,9 21 36,3 Jumlah 33 100 47 100 80 100
Tabel 4.7 juga memperlihatkan bahwa tingkat pendidikan terbanyak
untuk gangguan penggunaan alkohol (skor CAGE ≥ 2) adalah SD, yaitu sebanyak 11 orang (33,3%), sedangkan untuk yang bukan gangguan penggunaan alkohol (CAGE < 2) yang terbanyak adalah SLTA, yaitu
Tabel 4.8. Distribusi penggunaan alkohol pada subjek penelitian berdasarkan suku
Karakteristik Gangguan Bukan Gangguan
sampel Penggunaan Penggunaan Jumlah Alkohol Alkohol
(CAGE ≥ 2) (CAGE < 2)
n % n % n %
Suku
Batak 27 81,8 39 83,0 66 82,5 Non Batak 6 18,2 8 17,0 14 17,5 Jumlah 33 100 47 100 80 100
Tabel 4.8 juga memperlihatkan bahwa suku terbanyak untuk gangguan penggunaan alkohol (skor CAGE ≥ 2) adal ah suku Batak,
BAB 5. PEMBAHASAN
Penelitian ”Gambaran Gangguan Penggunaan Alkohol pada Pasien
Gangguan Bipolar I” ini merupakan suatu penelitian deskriptif. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proporsi gangguan penggunaan alkohol pada pasien Gangguan Bipolar I. Tujuan khusus
untuk mengetahui proporsi gangguan penggunaan alkohol pada pasien Gangguan Bipolar I berdasarkan umur, jenis kelamin, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan dan suku.
Berdasarkan data demografi dijumpai bahwa sampel penelitian yang terbanyak adalah kelompok umur 35-44 tahun, yaitu sebanyak 27
orang (33,8%), berjenis kelamin laki-laki sebanyak 69 orang (86,2%), tidak menikah sebanyak 51 orang (63,7%), tidak bekerja sebanyak 41 orang
(51,2%), tingkat pendidikan SLTA sebanyak 36 orang (45%), dan suku Batak, yaitu sebanyak 66 orang (82,5%).
Dari penelitian didapatkan bahwa gangguan penggunaan alkohol
pada pasien gangguan bipolar I, yaitu skor CAGE ≥ 2, adalah sebanyak 33 orang (41,2%), sedangkan yang bukan gangguan penggunaan alkohol
pada pasien gangguan bipolar I, yaitu skor CAGE < 2, adalah sebanyak 47 orang (58,8%). Penelitian yang dilakukan oleh Frye dan kawan-kawan pada tahun 2003 menemukan bahwa gangguan penggunaan alkohol pada
2000, menemukan bahwa prevalensi seumur hidup untuk gangguan
penggunaan alkohol pada pasien gangguan bipolar I adalah sebesar 46,2%.
Dari penelitian didapatkan kelompok umur terbanyak untuk gangguan penggunaan alkohol adalah kelompok umur 35-44 tahun, yaitu sebanyak 12 orang (36,4%). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Cardoso dan kawan-kawan pada tahun 2008 yang membandingkan pasien gangguan bipolar tanpa komorbid gangguan
penggunaan alkohol dengan yang komorbid gangguan penggunaan alkohol, menemukan bahwa umur rata-rata pasien bipolar dengan komorbid gangguan penggunaan alkohol adalah 40 tahun.
13
Dari penelitian didapatkan bahwa jenis kelamin terbanyak untuk gangguan penggunaan alkohol adalah laki-laki, yaitu sebanyak 33 orang
(100%). Penelitian yang dilakukan oleh Cardoso dan kawan-kawan juga menemukan bahwa jenis kelamin yang terbanyak untuk gangguan penggunaan alkohol pada pasien gangguan bipolar I adalah laki-laki yaitu
sebanyak 68%.
13
13
Suatu peninjauan yang dilakukan oleh Krishnan terhadap literatur-literatur mengenai komorbiditas psikiatrik dan medik
pada gangguan bipolar, telah mengungkapkan bahwa pria dengan gangguan bipolar lebih banyak berkemungkinan untuk mempunyai komorbiditas dengan gangguan penggunaan alkohol atau zat daripada
keluarga dengan gangguan bipolar, alkoholisme, dan ketergantungan atau
penyalahgunaan obat daripada wanita.
Dari penelitian didapatkan bahwa status perkawinan terbanyak
untuk gangguan penggunaan alkohol adalah tidak kawin, yaitu sebanyak 22 orang (66,7%). Lagerberg dan kawan-kawan pada tahun 2010 menemukan bahwa sebanyak 64% pasien bipolar dengan gangguan
penggunaan zat termasuk alkohol adalah tidak kawin. 23
24
Terdapatnya hasil penelitian yang menyatakan adanya hubungan antara fungsional yang
buruk dengan gangguan penggunaan alkohol,24
Dari penelitian didapatkan bahwa status pekerjaan terbanyak untuk gangguan penggunaan alkohol adalah tidak bekerja, yaitu sebanyak 21 orang (66,6%). Lagerberg dan kawan-kawan menemukan bahwa
sebanyak 79% pasien bipolar dengan gangguan penggunaan zat termasuk alkohol adalah tidak bekerja.
telah mengungkapkan bahwa terdapatnya masalah sosial dan hubungan interpersonal yang buruk pada pasien-pasien gangguan bipolar dengan gangguan
penggunaan alkohol, sehingga pada mereka lebih banyak dijumpai hidup sendirian atau tidak menikah dan bercerai.
Telah dianalisis bahwa terdapatnya
hubungan yang erat antara penggunaan alkohol yang berlebihan dengan skor fungsional yang buruk, salah satunya adalah dalam masalah pekerjaan, sehingga banyak pasien-pasien gangguan bipolar dengan
Dari penelitian diketahui bahwa gangguan penggunaan alkohol
yang lebih besar ditemukan pada tingkat pendidikan SD, yaitu sebanyak 11 orang (33,3%). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Cardoso dan kawan-kawan yang menemukan bahwa pasien bipolar dengan gangguan penggunaan alkohol adalah lebih banyak terdapat pada tingkat pendidikan yang rendah. Dari penelitian juga didapatkan adanya
hubungan antara gangguan penggunaan alkohol dengan tingkat pendidikan yang rendah, dimana telah diketahui bahwa tingkat pendidikan
akan mempengaruhi cara pandang dan perilaku seseorang.
Dari penelitian didapatkan bahwa suku terbanyak untuk gangguan penggunaan alkohol adalah suku Batak, yaitu sebanyak 27 orang (81,8%).
Penelitian yang dilakukan oleh Cardoso dan kawan-kawan menemukan bahwa pasien bipolar dengan gangguan penggunaan alkohol lebih banyak
terdapat pada Caucasian. Hal ini disebabkan oleh karena sampel penelitian mayoritas adalah Caucasian.
13
13
Pada penelitian ini, mayoritas sampel penelitian adalah suku Batak sehingga didapatkan gangguan
penggunaan alkohol terbanyak adalah pada suku Batak. Namun, jika dilihat berdasarkan proporsi gangguan penggunaan alkohol diantara
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. KESIMPULAN
Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa proporsi gangguan penggunaan alkohol pada pasien Gangguan Bipolar I adalah mencapai 41,2%. Gangguan penggunaan alkohol pada pasien Gangguan Bipolar I
paling banyak terdapat pada kelompok umur 35-44 tahun, jenis kelamin laki-laki, tidak kawin, tidak bekerja, tingkat pendidikan rendah (SD), dan
suku Batak.
6.2. SARAN
Melihat tingginya angka gangguan penggunaan alkohol pada pasien Gangguan Bipolar I, yang akan mempengaruhi morbiditas dan
mortalitas, maka sangat perlu dilakukan deteksi sedini mungkin adanya gangguan penggunaan alkohol pada pasien-pasien Gangguan Bipolar I, sehingga dapat dilakukan penanganan segera dan menyeluruh terhadap
DAFTAR PUSTAKA
1. Sonne SC, Pharmd, Brady KT. Bipolar disorder and alcoholism. Alcohol Research & Health. 2002; 26: 2: 103-8.
2. Miller IW, Keitner GI, Ryan CE, Uebelacker, Jhonson SL, Solomon DA. Family treatment for bipolar disorder: family impairtment by treatment interactions. J Clin Psychiatry. 2008 May; 69(5): 732-40. 3. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock,s synopsis of psychiatry
behavioral sciences/ clinical psychiatry.10th
4. American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of mental disorders. 4
ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007. p. 529,550.
th
5. Weiss RD, Griffin ML, Kolodziej ME, Greenfield SF, Najavits LM, Daley DN, at al. A randomized trial of integrated group therapy versus group drug counseling for patients with bipolar disorder and substance dependence. Am J Psychiatry. 2007; 164: 100-7.
ed. Arlington: APA Press; 2000. p. 382-84.
6. Strakowski SM, Delbello MP, Fleck DE, Adler CM, Anthenelli RM, Keck PE, at al. Effects of co-occurring alcohol abuse on the course of bipolar disorder following a first hospitalization for mania. Arch Gen Psychiatry. 2005; 62: 851-58.
7. Bohn MJ, Swift RM. Prevalence and impact of alcohol dependence. J Clin Psychiatry. 2006; 67(suppl 14): 6-13.
8. Sajatovic M, Bipolar disorder: disease burden. The American Journal of Managed Care. 2005 June; 11: S80-4.
9. Krishnan KRM. Psychiatric and medical comorbidities of bipolar disorder. Psychosomatic Medicine. 2005; 67:1-8.
10. Strakowski SM, DelBello MP, Fleck DE, Arndt S. The impact of substance on the course of bipolar disorder. Biol Psychiatry. 2000; 48: 477-85.
11. Lowe VM, Kranzler HR. Diagnosis and treatment of alcohol-dependent patients with comorbid psychiatric disorders. Alcohol Research & Health. 1999; 23: 2: 144-49.
12. Szczepankiewicz A, Weglarz MD, Skibinska M, Slopien A, Rodziewicz AR, Czerski P, at al. Study of dopamine receptors genes polymorphisms in bipolar patients with comorbid alcohol abuse. Alcohol & Alcoholism. 2007; 42: 2: 70-4.
13. Cardoso BM, Anna MKS, Dias VV, Andreazza AC, Cereser KM, Kapczinski F. The impact of co-morbid alcohol use disorder in bipolar patients. Elsevier: Alcohol. 2008; 42: 451-57.
14. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Pedoman terapi pasien ketergantungan narkotika dan zat adiktif lainnya. Jakarta: Departemen Kesehatan; 2000. h. 12.
disorders identification test (AUDIT). Arch Intern Med. 2003; 163: 821-29.
16. MC Custer MT, Basquille J, KhwajaM, Lyon MM, Catalan J. Hazardous and harmful drinking: a compararison of AUDIT and CAGE screening questionnaires. Q J Med. 2002; 95: 591-95.
17. Fitzgerald FS. Assesing alcohol dependence and drug abuse. In: Carlat DJ, editor. The psychiatric interview a practical guide. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 1999. p. 175.
18. Hearne R, Connolly A, Sheehan J. Alcohol Abuse: prevalence and detection in general hospital. J R Sec Med. 2002; 95: 84-7.
19. Ghazali MV, Sastromiharjo S, Rochani S, Soelaryo T, Pramulyo H. Studi cross-sectional. Dalam: Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ketiga. Jakarta: Sagung Seto; 2008. h. 112-25.
20. Sastroasmoro S. Pemilihan subyek penelitian. Dalam: Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ketiga. Jakarta: Sagung Seto; 2008. h. 88.
21. Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto SH. Perkiraan besar sampel. Dalam: Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ketiga. Jakarta: Sagung Seto; 2008. h. 313.
22. Suryanto D. Respon Kronis Adaptasi dari Sistem Tubuh. USU
2011. Available from :
22471/4/ chapterII.pdf
23. Frye MA, Altshuler LL, McElroy, Suppes T, Keck PE, Denicoff K. Gender differences in prevalence, risk, and clinical correlates of alcoholism comorbidity in bipolar disorder. Am J Psychiatry. 2003; 160: 883–9.
. Accessed on Desember 1, 2011.
Lampiran 1
PEDOMAN DIAGNOSTIK
Berdasarkan DSM-IV-TR, klasifikasi gangguan bipolar adalah sebagai berikut:
1. Gangguan bipolar I
Ditandai oleh 1 atau lebih episode manik atau campuran, yang biasanya disertai oleh episode-episode depresi mayor.
a) Gangguan bipolar I, episode manik tunggal ( 296.OX)
• Hanya terdapat satu episode manik tunggal dan tidak terdapat episode depresi lainnya.
• Episode manik tidak lebih baik dijelaskan sebagai gangguan skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, gangguan skizofreniform, gangguan waham, atau gangguan psikotik yang tak tergolongkan.
• Jika kriteria yang lengkap terpenuhi belakangan ini untuk episode manik, campuran atau depresi mayor, tentukan status klinis dan/ atau cirinya kini:
♦ Ringan sedang berat, tanpa ciri psikotik / dengan ciri psikotik.
♦ Dengan ciri katatonik
♦ Dengan onset postpartum.
b) Gangguan bipolar I, episode kini hipomanik (296.40)
• Kini dalam suatu episode hipomanik
• Sebelumnya terdapat paling tidak satu episode manik atau campuran
• Gejala – gejala mood menyebabkan distress atau gangguan klinis yang signifikan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
c) Gangguan bipolar I, episode kini manik (296.4X)
• Kini dalam suatu episode manik
• Sebelumnya terdapat paling tidak satu episode depresi mayor, episode manik, atau episode campuran.
• Episode mood tidak lebih baik dijelaskan sebagai gangguan skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, gangguan skizofreniform, gangguan waham, atau gangguan psikotik yang tak tergolongkan.
• Jika kriteria yang lengkap terpenuhi untuk suatu episode manik, tentukan status klinis dan /cirinya ;
♦ Ringan, sedang, berat tanpa ciri psikotik/ berat dengan ciri psikotik.
♦ Dengan ciri katatonik
♦ Dengan onset postpartum.
d) Gangguan bipolar I, episode kini campuran ( 296.6X)
• Kini dalam suatu episode campuran.
• Sebelumnya terdapat paling tidak satu episode depresi mayor, episode manik, atau episode campuran.
• Episode mood tidak lebih baik dijelaskan sebagai gangguan skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, gangguan skizofreniform, gangguan waham, atau gangguan psikotik yang tak tergolongkan.
• Jika kriteria yang lengkap terpenuhi belakangan ini untuk suatu episode campuran, tentukan status klinis dan /atau cirinya :
♦ Ringan, sedang, berat tanpa ciri psikotik/ berat dengan ciri psikotik.
♦ Dengan ciri katatonik
♦ Dengan onset postpartum.
e) Gangguan bipolar I, episode kini depresi (296.5X)
• Kini dalam suatu episode depresi mayor.
• Episode mood tidak lebih baik dijelaskan sebagai gangguan skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, gangguan skizofreniform, gangguan waham, atau gangguan psikotik yang tak tergolongkan.
• Jika kriteria yang lengkap terpenuhi belakangan ini untuk suatu episode depresi mayor, tentukan status klinis dan/ atau cirinya kini :
♦ Ringan, sedang, berat tanpa ciri psikotik/ berat dengan ciri psikotik.
♦ Dengan ciri katatonik
♦ Dengan ciri melankolik
♦ Dengan ciri atipikal
♦ Dengan onset postpartum.
f) Gangguan bipolar I, episode kini tak tergolongkan (296.7)
• Kriteria kecuali untuk durasi waktunya, kini memenuhi untuk suatu episode manik, hipomanik, campuran, atau depresi mayor.
• Sebelumnya terdapat paling tidak satu episode manik atau campuran.
• Gejala-gejala mood menyebabkan distress atau gangguan klinis yang signifikan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.
• Gejala-gejala mood tidak lebih baik dijelaskan sebagai gangguan skizofreniform, gangguan waham, atau gangguan psikotik yang tak tergolongkan.
• Gejala-gejala mood tidak disebabkan efek fisiologis langsung dari penggunaan zat atau suatu kondisi medis umum.
- Dengan kecendrungan mamanjang (dengan dan tanpa perbaikan antar episode).
Pembagiannya:
Lampiran 2
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN
Bapak/Ibu/Sdr/i Yth.
Saya sedang meneliti tentang penggunaan alkohol pada pasien Gangguan Bipolar I. Izinkan Saya memohon kesediaan saudara/i untuk mengisi atau menjawab beberapa pertanyaan dalam angket yang bernama ”Kuesioner CAGE”.
Maksud dan tujuan kegiatan Saya ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang sebenarnya berapa jumlah gangguan penggunaan alkohol pada penderita Gangguan Bipolar I, dan agar selanjutnya dapat diberikan penanganan secara cepat dan tepat. Oleh karenanya Saya berharap saudar/i menjawab dengan jujur dan terbuka. Jangan ragu dalam memberikan jawaban yang sejujurnya karena identitas dan jawaban saudara/i akan Saya jaga kerahasiaannya. Semua data ataupun jawaban yang saudara/i berikan akan dipergunakan hanya untuk kepentingan ilmiah dalam penanganan gangguan penggunaan alkohol pada pasien gangguan bipolar.
Partisipasi pasien dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan maupun tekanan dari siapapun. Seandainya saudar/i menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, maka tidak akan terdapat sanksi apapun dan tetap tidak akan kehilangan hak sebagai pasien.
Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan saudara/i yang terpilih sebagai sukarelawan pada penelitian ini, dapat mengisi lembar persetujuan turut serta dalam penelitian, yang telah disiapkan.
Jika selama menjalani penelitian terdapat hal-hal yang kurang jelas sehubungan dengan penelitian ini, maka saudara/i dapat menghubungi Saya: dr. Dian Budianti Amalina, Departemen Psikiatri FK USU, telepon 081370178510. Terima kasih
Medan, Maret 2011
Hormat Saya,
Lampiran 3
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONCENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan
Umur :
Alamat :
Hubungan dengan pasien :
Setelah mendapat keterangan secara terperinci dan jelas mengenai penelitian ”Gambaran Gangguan Penggunaan Alkohol pada Pasien Gangguan Bipolar I”, dan setelah mendapat kesempatan tanya jawab tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut, termasuk risikonya, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bahwa pasien bersedia diikutkan dalam penelitian tersebut.
Medan, ………. 2011
Yang memberikan penjelasan Yang membuat
pernyataan
Lampiran 4
Kuesioner CAGE
Data Pasien Tanggal:
Nomor urut : Nomor MR :
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin : Lk/Pr 4. Pekerjaan :
5. Pendidikan :
6. Status perkawinan : kawin/tidak kawin/janda/duda
Nilai CAGE :
- Apakah anda merasa perlu untuk mengurangi kebiasaan minum-minuman beralkohol? Ya / Tidak
- Apakah anda merasa terganggu kalau orang mengkritik anda dalam hal minum-minuman beralkohol? Ya / Tidak
- Pernahkah anda merasa bersalah dengan kebiasaan anda minum-minuman beralkohol? Ya / Tidak
Lampiran 6
DATA SAMPEL PENELITIAN
Nomor : Tanggal
Nomor Medical Record :
A. Data Demografik
1. Nama :
2. Umur : / (tahun)
3. Jenis kelamin : L / P
4. Pendidikan : SD / SLTP / SLTA / PT 5. Pekerjaan : Bekerja / Tidak bekerja
6. Status Perkawinan : Kawin / TidakKawin (janda/duda/cerai)
7. Alamat :
8. Jenis minuman :
9. Jumlah minuman : ………x/minggu ……x/kesempatan
Lampiran 6
RIWAYAT HIDUP PENELITI Data Pribadi
Nama : Dian Budianti Amalina Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan tanggal lahir : Banda Aceh, 29 Agustus 1976
Agama : Islam
Alamat : Jl. Dahlia Raya No.32 Helvetia Medan
Telepon : 081370178510
Riwayat Pendidikan
Tahun 1982-1988 : SD PERSIT II Banda Aceh Tahun 1988-1991 : SMP Negeri I Banda Aceh Tahun 1991-1994 : SMA Negeri I Banda Aceh
Tahun 1995-2003 : Pendidikan dokter umum di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Sumatera Barat
Tahun 2009-sekarang : Pendidikan Spesialis di bidang Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Riwayat Pekerjaan
Tahun 2005-2006 : Dokter PTT di RSUD Pariaman