• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rian Irawan S Makalah Hukum Teknologi In

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Rian Irawan S Makalah Hukum Teknologi In"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Hukum Universitas Langlangbuana

Rian Irawan S

SELAMAT DATANG DI ARUS PERUBAHAN

Jumat, 08 November 2013

Makalah Hukum Teknologi Informasi

TUGAS MAKALAH HUKUM TEKNOLOGI INFORMASI

TENTANG KEJAHATAN CYBER CRIME DI TENGAH

PERUBAHAN MASYARAKAT

Disusun oleh ;

Nama              ; Rian Irawan

NPM        ; 41151010110018

Kelas         ; IVc

BAB I A.   LATAR BELAKANG

Perkembangan teknologi saat ini sudah bersifat global, terutama dengan berkembangnya internet. globalisasi yang timbul sudah dari berbagai aspek kehidupan, baik dibidang sosial, iptek, kebudayaan, ekonomi dan nilai budaya-budaya lain. Kemajuan teknologi informasi khususnya media internet, dirasakan banyak memberikan manfaat seperti dari segi keamanan,kenyamanan dan kecepatan.

Dengan kecepatan internet kita dipermudah untuk melakukan kegiatan dari dalam berbagai hal contoh kecil kita bisa bertransaksi

rian irawan s Ikuti 29

Kopi, Buku, Diskusi ll Legal activists ll the people's aspirations Bridge ll Langlang Buana University at faculty of law || @mcfc ll

@fda_kabbandung ll @LBHBandung||

Lihat profil lengkapku Mengenai Saya

dokumentasi

Loading...

TWITTER RIAN

(2)

pemesanan tiket pesawat, kereta api,dll.  Pemanfaatan teknologi informasi internet juga tidak dapat dipungkiri membawa dampak negatif yang tidak kalah banyak dengan manfaat positif yang ada.

Internet membuat kejahatan yang semula bersifat konvesional seperti pengancaman, pencurian, pencemaran nama baik, pornografi, perjudian, penipuan hingga tindak pidana terorisme kini melalui media internet  beberapa tindak pidana tersebut  dapat dilakukan secara online oleh individu maupun kelompok dengan resiko tertangkap sangat kecil dengan akibat kerugian yang lebih besar untuk masyarakat maupun negara.

Masalah-masalah kejahatan yang terjadi pada teknologi internet

1.    banyaknya situs porno

2.    serangan hacker terhadap situs pemerintah 3.    penipuan terhadap jual-beli online

4.    pembobolan rekening ATM

5.    penyebaran photo palsu yang sudah dimanipulasi 6.    penyebaran sms yang meresahkan

7.    pencurian pulsa melalui telpon seluler

selain dikategorikan perbuatan melawan hukum dengan kerugian materil tetapi juga moril yang besar, kasus cyber crime tersebut semakin menurunkan tingkat kepercayaan terhadap perlindungan pemerintah kepada masyarakat.

Cyber crime kejahatan dunia maya

        Cyber crime merupakan suatu kejahatan yang baru di dunia maya dan kejahatan komputer. Secara umum cyber Crime adalah upaya memasuki jaringan komputer tanpa izin dengan tidak merusak fasilitas komputer itu sendiri, atau dapat diartikan penggunaan komputer secara illegal.

Cyber Crime ini adalah segala macam penggunaan jaringan komputer untuk tujuan kriminal

dan/atau kriminal berteknologi tinggi dengan menyalahgunakan kemudahan teknologi digital3.

Cyber crime sendiri bisa di bagi beberapa kelompok diantaranya; 1.     Unauthorized access to Computer System, dimana kejahatan dengan

cara

memasuki suatu jaringan komputer atau menyusup tanpa izin dari pemilik

jaringan yang dimasukinya.

2.     Ilegal content, adalah memasukan data atau informasi ke internet mengenai

sesuatu yang tidak benar, tidak etis, dan dianggap melanggar hukum atau

mengganggu ketertiban umum.

3.    Data Forgery, adalah memasukan data atau dokumen penting yang tersimpan

sebagai scriptless document

4.    Cyber espionage, adalah memanfaatkan jaringan internet untuk memata-matai

pihak lain, dengan mamasuki jaringan komputer pihak sasaran. 5.     Cyber Sabotage, adalah membuat gangguan kerusakan atau

kehancuran suatu data program komputer atau jaringan komputer. 6.     Offense against Intelectual property, adalah meniru suatu webpage

secara

illegal, atau menyiarkan suatu informasi yang merupakan rahasia kepada

orang lain.

7.     Infringement of Privacy, kejahatan ini ditujukan untuk seseorang yang sangat

Embed View on Twitter

Tweets

by ​@rian_irawan14

12 Jun

11 Jun SENIN SAYA SEMANGAT KARENA suka upacara terus baris d depan kelas untuk d periksa kuku sama bu guru.

@Ini_Talkshow #NewIniSahurHari8IKEA

#PemudaDesa Retweeted

@kulabudi@aheryawan@SitiNurbayaLHK @walhijabar@gakumklh semakin malam instalasi msn produksi pt scg menghilang

#PemudaDesa Retweeted

#PemudaDesa

Makalah Hukum Teknologi Informasi

TUGAS MAKALAH HUKUM TEKNOLOGI INFORMASI TENTANG KEJAHATAN CYBER CRIME DI TENGAH

PERUBAHAN MASYARAKAT Di...

Tahapan-Tahapan Musrenbang

    Apa itu Musrenbang ? mungkin akan sedikit asing bagi masyarakat yang aparatur desanya kurang

mengimplementasikan metode pembangunan ya...

Spirit dan Tantangan Undang-Undang No 06 tahun 2014 tentang Desa

Wilayah   Negara   Kesatuan Republik   Indonesia   dibagi atas daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota...

REVIEW BUKU

REVIEW BUKU : DEMOKRASI KITA   Judul buku      : Demokrasi Kita;

Pikiran-pikiran tentang

(3)

rahasia atau pribadi, yang apabila diketahui orang lain akan merugikan

korban tersebut secara materill dan immateriil.

Pada dasarnya Cyber Crime merupakan segala tindak pidana yang berhubungan dengan informasi, sistem informasi, komunikasi, yang merupakan sarana penyampaian informasi kepada pihak lain. Permasalahan yang mendasar adalah:

bahwa kebutuhan perundangan undangan yang baru yang berkaitan dengan perkembangan teknologi infomasi sudah tidak dapat ditunda lagi, sehingga perlu dilakukan perubahan perundang-undangan atau perubahan pada ketentuan hukum pidana Indonesia sebagai akibat perkembangan teknologi.

BAB II

B.        `PEMABAHASAN

B.1 ANALISA FAKTA

Sebagaimana pada pembahasan permasalahan bahwa Cyber Crime adalah merupakan segala tindak pidana yang berhubungan dengan informasi, sistem informasi, komunikasi, yang merupakan sarana penyampaian informasi kepada pihak lain sehingga kebutuhan perundangan undangan yang baru yang berkaitan dengan

perkembangan teknologi infomasi sudah tidak dapat ditunda lagi, sehingga perlu dilakukan perubahan perundang-undangan atau perubahan pada ketentuan hukum pidana indonesia sebagai akibat perkembangan teknologi.

Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penyesuain materi hukum

sebagai konsekswensi terhadap perubahan undang –undang:

1. Ius Constitutum (Hukum yang berlaku)

‘’UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK’’ merupakan

Undang-Undang yang dipakai sebagai dasar hukum bagi lalu lintas Informasi dan Teknologi yang berlaku di Indonesia. Sekalipun sudah cukup mengakomodir perkembangan teknologi di Indonesia, namun tetap perlu banyak revisi untuk mendapatkan suatu Undang-Undang yang mampu mengakomodir kebutuhan hukum di masyarakat dalam bidang informasi dan teknologi.

2. Perubahan Masyarakat.

Beberapa bidang kehidupan manusia yang mengalami perubahan diantaranya, perubahan nilai, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan perubahan antara lain:

a. Pemikiran manusia, akal budi yang dianugrahkan tuhan akan selalu berkembang dari waktu kewaktu, sehingga mengakibatkan manusia menggunakan akal dan pikiran nya pada setiap bidang aspek kehidupan.

b. Kebutuhan manusia selalu menginginkan kebutuhan terpenuhi namun manusia tidak pernah terpuaskan sehingga dengan berbagi usaha manusia akan berupaya mewujudkan kebutuhannya.

c. Teknologi, semakin maju kehidupan manusia semakin meningkat pula pada kemapuan manusia melahirkan teknologi baru.

Demokrasi dan

Kedaulatan Rakyat. ...

REVIEW BUKU : AKSI MASSA ( Tan Malaka)

Aksi Massa Tan Malaka (1926) IV KAPITALISME INDONESIA Kapitalisme di Indonesia adalah cangkokan dari Eropa yang dalam b...

(4)

d. Cara hidup manusia, perkembangan zaman sangat berdampak pada berbagai perubahan dalam kehidupan manusia, termasuk cara hidup.

e. Komunikasi dan transportasi, mengakibatkan mudahnya interaksi antara satu tempat ke tempat lain Negara kenegara lain tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu semua nya terbangun dalam satu jaringan global.

3. Ius Costitu Endum (Hukum yang harus DItetapkan).

Guna menindaklanjuti tuntuan globalisai dan kemajuan teknologi yang memaksa segala kegiatan manusia berlangsung dengan cepat, transparan dan tanpa dibatasi oleh wilayah, maka sangat diperlukan pembaharuan hukum pidana sebagai bagian dari kebijakan hukum pidana. Dalam konteks Indonesia pembaharuan hukum Pidana harus dilakukan dengan pendekatan kebijakan, oleh karena pada hakikatnya hukum pidana merupakan bagian dari suatu kebijakan.

Beberapa hal penting yang harus diperhatikan sebagai upaya penyempurnaan terhadap ketentuan-ketentuan pidana mengenai kejahatan dunia maya, Yaitu:

1. Dengan semakin maraknya, Cyber Crime maka akan ada alat bukti baru yang mempunyai sifat berbasis teknologi, seperti berupa surat electronic dan rekaman electronic.

2. Kemudian salah satu ciri Cyber Crime adalah memanfaatkan jaringan telematika, media, dan global. Aspek global ini mengakibatkan seakan – akan dunia tanpa batas, sehingga pelaku korban serta tempat dilakukannya tindak pidana terjadi di Negara yang berbeda, oleh karena itu, daya berlaku suatu Undang-Undang yang berkaitan dengan informasi dan teknologi harus diperluas.

Pengaturan Tentang Cyber Crime Dalam Sistem Hukum di Indonesia

Menjawab tuntutan dan tantangan komunikasi global lewat Internet, Undang-Undang yang diharapkan (ius konstituendum) adalah perangkat hukum yang akomodatif terhadap perkembangan serta antisipatif terhadap permasalahan, termasuk dampak negative penyalahgunaan Internet dengan berbagai motivasi yang dapat menimbulkan korban-korban seperti kerugian materi dan non materi. Saat ini,Indonesia sudah memiliki ‘’UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK’’ yang telah dengan cukup baik melindungi masyarakat Indonesia.

Melalui media internet beberapa jenis permasalahan tindak pidana yang pada

umumnya terjadi adalah: 1. Maraknya situs-situs porno,

2. Serangan hacker terhadap situs pemerintah. 3. Serangan virus terhadap prorgam komputer, 4. Penipuan dari jual-beli online,

5. Perjudian via online,

6. Pembobolan rekening nasabah melalui ATM,

7. Penyebaran foto palsu seseorang yang telah dimanipulasi secara grafis,

8. Penyebaran sms yang meresahkan, 9. Pencurian pulsa melalui telepon seluler.

Kesembilan masalah ini telah dengan cukup baik, ditangani oleh UNDANGUNDANG

(5)

Pasal 27

(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan.

(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan perjudian.

(3) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.

(4) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan pemerasan dan/atau pengancaman.

Pasal 28

(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik.

(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

Pasal 29

Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mengirimkan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan secara pribadi.

Pasal 30

(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik milik Orang lain dengan cara apa pun.

(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses

Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan tujuan untuk

memperoleh Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik. (3) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses

Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan melanggar, menerobos, melampaui, atau menjebol sistem

pengamanan.

Pasal 31

(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan

intersepsi atau penyadapan atas Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik

dalam suatu Komputer dan/atau Sistem Elektronik tertentu milik orang lain.

(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan

(6)

menyebabkan adanya perubahan, penghilangan, dan/atau

penghentian Informasi Elektronik dan/atau dokumen elektronik yang sedang ditransmisikan.

(3) Kecuali intersepsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), intersepsi yang dilakukan dalam rangka penegakan hukum atas permintaan kepolisian, kejaksaan, dan/atau institusi penegak hukum lainnya yang ditetapkan berdasarkan undang-undang.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara intersepsi sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 32

(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa pun mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik milik Orang lain atau milik publik.

(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apapun memindahkan atau mentransfer Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik kepada Sistem Elektronik Orang lain yang tidak berhak.

(3) Terhadap perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang mengakibatkan

terbukanya suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang bersifat

rahasia menjadi dapat diakses oleh publik dengan keutuhan data yang tidak

sebagaimana mestinya.

Pasal 33

Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan

tindakan apa pun yang berakibat terganggunya Sistem Elektronik dan/atau

mengakibatkan Sistem Elektronik menjadi tidak bekerja sebagaimana mestinya.

Pasal 34

(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum memproduksi,

menjual, mengadakan untuk digunakan, mengimpor, mendistribusikan, menyediakan, atau memiliki:

a. perangkat keras atau perangkat lunak Komputer yang dirancang atau secara

khusus dikembangkan untuk memfasilitasi perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 33;

b. sandi lewat Komputer, Kode Akses, atau hal yang sejenis dengan itu yang ditujukan agar Sistem Elektronik menjadi dapat diakses dengan tujuan memfasilitasi perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 33.

(2) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan tindak pidana jika

ditujukan untuk melakukan kegiatan penelitian, pengujian Sistem Elektronik, untuk

perlindungan Sistem Elektronik itu sendiri secara sah dan tidak melawan hukum.

Pasal 35

(7)

pengrusakan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dengan tujuan agar Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik tersebut dianggap seolah-olah data yang otentik.

Pasal 36

Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 34 yang mengakibatkan kerugian bagi Orang lain.

Pasal 37

Setiap Orang dengan sengaja melakukan perbuatan yang dilarang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 36 di luar wilayah Indonesia terhadap Sistem Elektronik yang berada di wilayah yurisdiksi Indonesia.

Pasal 45

(1) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat

(1), ayat (2), ayat (3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6

(enam) Tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(2) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat

(1) atau ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) Tahun

dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(3) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29

dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) Tahun dan/atau denda

paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

Pasal 46

(1) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat

(1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) Tahun dan/atau denda

paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).

(2) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat

(2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) Tahun dan/atau denda

paling banyak Rp700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah).

(3) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat

(3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) Tahun dan/atau denda

paling banyak Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).

Pasal 47

Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1)

atau ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) Tahun

dan/atau denda paling banyak Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).

Pasal 48

(1) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat

(8)

paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

(2) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat

(2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 9 (sembilan) Tahun dan/atau denda

paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

(3) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat

(3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) Tahun dan/atau denda

paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Pasal 49

Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33,

dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) Tahun dan/atau denda

paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

Pasal 50

Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1)

dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) Tahun dan/atau denda

paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

Pasal 51

(1) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35

dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) Tahun dan/atau denda

paling banyak Rp12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah).

(2) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36

dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) Tahun dan/atau denda

paling banyak Rp12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah).

Pasal 52

(1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1)

menyangkut kesusilaan atau eksploitasi seksual terhadap anak dikenakan

pemberatan sepertiga dari pidana pokok.

(2). Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 sampai dengan Pasal

37 ditujukan terhadap Komputer dan/atau Sistem Elektronik serta Informasi

Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik milik Pemerintah dan/atau yang

digunakan untuk layanan publik dipidana dengan pidana pokok ditambah sepertiga.

(3). Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 sampai dengan Pasal

37 ditujukan terhadap Komputer dan/atau Sistem Elektronik serta Informasi

Elektronik dan/ atau Dokumen Elektronik milik Pemerintah dan/atau badan

strategis termasuk dan tidak terbatas pada lembaga pertahanan, bank sentral,

(9)

pidana maksimal ancaman pidana pokok masing-masing Pasal ditambah dua pertiga.

(4). Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan

Pasal 37 dilakukan oleh korporasi dipidana dengan pidana pokok ditambah dua pertiga.

Akan tetapi masih ada sejumlah masalah terkait dengan pelaksanaan Undang- Undang ini seperti kurangnya jumlah aparat yang mengerti dengan baik permasalahan IT, kemudian tak lupa pula permasalahan yuridiksi, semisal apabila kejahatan itu dilakukan di luar negeri, namun menimpa Warga Negara Indonesia. ‘’UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008TENTANG INFORMASI DAN

TRANSAKSI ELEKTRONIK’’ belum secara tegas mengatur mengenai hal tersebut.

BAB Iii PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa

a. Terdapat beragam pemahaman mengenai Cyber Crime. Namun bila dilihat dari

asal katanya, Cyber Crime terdiri dari dua kata, yakni “cyber” dan “Crime”. Kata

“cyber” merupakan singkatan dari “cyberspace”, yang berasal dari kata “cybernetics” dan “space” Istilah cyberspace muncul pertama kali pada Tahun 1984 dalam novel William Gibson yang berjudul Neuromancer. b. Karakteristik Cyber Crime adalah:

1. Perbuatan anti sosial yang muncul sebagai dampak negatif dari pemanfaatan teknologi informasi tanpa batas.

2. Memanfaatkan rekayasa teknologi yang mengandalkan kepada tingkat keamanan yang tinggi dan kredibilitas dari sebuah informasi. Salah satu rekayasa teknologi yang dimanfaatkan adalah internet. 3. Perbuatan tersebut merugikan dan menmbulkan ketidaktenangan di masyarakat, serta bertentangan dengan moral masyarakat

4. Perbuatan tersebut dapat terjadi lintas negara. Sehingga melibatkan lebih dari satu yurisdiksi hukum.

B. Saran

(10)

Posting Lebih Baru Posting Lama Komentar teratas

Tambahkan komentar sebagai Andra Maulana Natakusuma Andra

Dibagikan kepada publik

rian irawan s melalui Google+

2 tahun yang lalu

mangaa​

 

Beranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Diposkan oleh rian irawan s di 07.45 Reaksi:  lucu (0) menarik (0) keren (0)

Label: cyber crime, kumpulan makalah-makalah, makalah cyber

crime, makalah hukum, Makalah Hukum Teknologi Informasi, rian

irawan

rian irawan s

Kopi, Buku, Diskusi ll Legal activists ll the people's aspirations Bridge ll Langlang Buana University at faculty of law || @mcfc ll @fda_kabbandung ll @LBHBandung||

Cyber Crime adalah:

1. Melakukan modernisasi Undang-Undang ITE beserta hukum acaranya, yang diselaraskan dengan konvensi internasional yang terkait dengan kejahatantersebut

2. Meningkatkan sistem pengamanan jaringan komputer nasional sesuai standar internasional

3. Meningkatkan pemahaman serta keahlian aparatur penegak hukum mengenai upaya pencegahan, investigasi dan penuntutan perkara-perkara yang berhubungan dengan Cyber Crime

4. Meningkatkan kesadaran warga negara mengenai masalah Cyber Crime serta pentingnya mencegah kejahatan tersebut terjadi 5. Meningkatkan kerjasama antar negara, baik bilateral, regional maupun multilateral, dalam upaya penanganan Cyber Crime, antara lain melalui perjanjian ekstradisi dan mutual assistance treaties

+1   Rekomendasikan ini di Google

Song Playlist

Referensi

Dokumen terkait

Specific cooperation agreement in the satellite field between the Ministry of science, technology and innovation in the Bolivarian Republic of Venezuela through of ABAE, and

Untuk judul tabel : Karakter yang dipakai Arial/Times New Roman dengan ukuran 10, jarak antar baris 1 (satu) spasi, justifikasi di tengah atas tabel.2. Untuk judul gambar :

Pengoptimalan lahan dilakukan dengan membersihkan, menanami, merawat, menyiram hingga memupuk dilakukan Bersama-sama anggota KWT Lestari yang terdiri dari Desa 7

Selanjutnya, dari hasil perhitungan juga dapat diketahui bahwa ada pengaruh gaya kepemimpinan situasional terhadap disiplin pegawai pada Puskesmas Rambung dengan persamaan

Konsep dasar dari strategi DCA adalah bila beban trafik tidak merata dalam tiap sel maka pemberian kanal frekuensi pada tiap sel akan sering tidak terpakai dalam sel yang

I nf eksi caci ng nemat oda sal ur an pencer naan pada domba yang di gembal akan secar a ekst ensi f di daer ah padat t er nak di Jawa Bar at. Semi nar Nasi onal Teknol ogi Pet er

pada siswa kelas IV sampai VI SD Negeri Palebon 3 Kota Semarang. Hal tersebut dikarenakan sekolah tersebut belum pernah dilakukan penelitian dan penyuluhan tentang

Penelitian yang akan peneliti lakukan fokus pada strategi Snowball Throwing dalam kegiatan pembelajaran, sehingga para siswa tidak merasa jenuh dengan apa yang disampaikan