• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SWOT P T S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS SWOT P T S"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis SWOT Program Trans Sarbagita sebagai Strategi Mengurangi Kemacetan di Bali Khususya Kota Denpasar

HALAMAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Bali merupakan pulau yang dijuluki oleh mancanegara sebagai pulau terindah di dunia. Bahkan karena begitu indahnya, bagi mereka yang di luar sana menyebut Bali sebagai surga terakhir di dunia. Tidak menuntut kemungkinan sehingga banyak wisatawan asing yang datang ke Bali untuk menikmati keindahan pulau Bali, baik dari keindahan alamnya hingga keindahan kebudayaannya. Bahkan terkadang beberapa wisatawan asing rela untuk berlama-lama di Bali hanya demi menikmati keindahan Pulau Bali tercinta ini. Betapa Bali begitu dicintai bukan hanya oleh warganya sendiri melainkan juga oleh warga dunia. Bahkan Pulau Bali beberapa kali telah mendapat predikat Tujuan Pariwisata Terbaik Dunia oleh karenanya menjadi tanggung jawab semua komponen yaitu pemerintah, masyarakat dan komponen lainnya untuk dapat tetap menjaganya (Dokumentasi UPT Trans Sarbagita, Maret 2013). Selain itu, faktor keamanan dan kenyamanan dalam semua bidang wajib mendapat perhatian dan penanganan yang serius dan baik termasuk sistem transportasi. Kita sebagai tuan rumah sudah harus memulai perancangan sistem infrastruktur modern sebagai image kota internasional di Kota Denpasar sebagai pusat kota. Sudah merupakan rahasia umum kondisi beberapa jalan di beberapa penjuru Bali khususnya Denpasar yang memprihatinkan akibat sering terjadi kemacetan yang semakin mendekati parah.

(2)

khususnya kendaraan roda empat. Berdasarkan data dari Dispenda Bali pada tahun 2007 jumlah total kendaraan mencapai 1.356.392 yang terdiri dari 1.149.777 sepeda motor dan 206.615 mobil, sedangkan pada tahun 2012 atau dalam kurun waktu lima tahun sudah mencapai 1.946.777 yang terdiri dari 1.636.457 sepeda motor dan 310.320 mobil. Pertumbuhan kendaraan ini tentu tidak sebanding dengan pertumbuhan jalan. Jumlah jalan nasional di Bali panjangnya hanya 535 kilometer, sedangkan jalan provinsi 860 kilometer. Apalagi jalan – jalan di Bali lebarnya bisa dibilang cukup sempit atau kurang lebar. Seiring dengan berkembangnya jaman, banyak penduduk atau masyarakat Bali yang pendapatannya tinggi cenderung memiliki kendaraan lebih dari satu, hal ini dapat menambah jumlah transportasi yang ada dan tingkat kemacetan di Kota Denpasar. Tidak hanya itu, terkadang masyarakat yang tinggal di daerah jalan kecil seperti gang dan tidak memiliki garasi untuk memarkirkan mobilnya tetapi tetap saja membeli kendaraan pribadi roda empat. Padahal dengan kondisi jalan dan lahan rumah yang seperti itu sudah tidak memungkinkan untuk memiliki kendaraan roda empat (mobil). Pada akhirnya mereka akan memarkirkan mobil - mobil mereka di pinggir jalan raya yang sudah tentu akan membuat kemacetan di sekitar jalan tersebut. Hal itu sudah menjadi pemandangan umum, yang biasa terjadi di Kota Denpasar.

(3)

Kabupaten Badung, Gianyar, dan Tabanan. Nama Sarbagita diambil dari akronim Denpasar (Sar), Badung (Ba), Gianyar (Gi) dan Tabanan (Ta). Layanan Trans Sarbagita diluncurkan oleh Bapak Gubernur Bali pada tanggal 17 Agustus 2011 dan mulai dioperasikan tanggal 18 Agustus 2011 (Dokumentasi UPT Trans Sarbagita, Maret 2013).

Program Trans Sarbagita merupakan salah satu solusi dari pemerintah dengan pelaksanaan pengembangan angkutan umum massal berbasis jalan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan ruas jalan, dimana masyarakat mempunyai pilihan sarana untuk perjalanan, sehingga kebijakan pembatasan kendaraan di jalan dan penertiban terhadap pelanggaran lalu lintas dapat dilaksanakan. Dengan menggunakan tinjauan Analisis SWOT akan dibahas mengenai keunggulan, kelemahan, peluang serta tantangan Program Trans Sarbagita sebagai salah satu strategi mengurangi kemacetan di Bali khususnya Kota Denpasar melalui karya tulis kami.

1.2 Rumusan Masalah

Pernyataan : Melihat keunggulan, kelemahan, peluang dan tantangan Program Trans Sarbagita sebagai strategi mengurangi kemacetan di Bali khususnya Kota Denpasar yang memiliki implementasi angkutan umum (trayek) yaitu Bus dan Minibus Trans Sarbagita serta angkutan pengumpan dengan trayek utama diduduki oleh Bus Trans Sarbagita.

Harapan : Dapat terwujudnya kelancaran dan ketertiban lalu lintas di jalan, untuk menunjang kegiatan perekonomian suatu daerah.

1. Apakah keunggulan, kelemahan, peluang dan tantangan pelaksanaan Program Trans Sarbagita ?

2. Apakah strategi pengembangan program Trans Sarbagita ?

I.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui keunggulan, kelemahan, peluang dan tantangan pelaksanaan Program Trans Sarbagita.

(4)

I.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Memberikan informasi mengenai Program Trans Sarbagita sebagai strategi mengurangi kemacetan di Bali khususnya Kora Denpasar.

2. Mewujudkan masyarakat Back to public transport artinya kembali berpergian dengan transportasi publik, sehingga dapat menciptakan Bali yang bebas kemacetan.

3. Mewujudkan masyarakat yang sadar akan banyaknya keuntungan yang dapat diperoleh dari penerapan budaya berpergian dengan transportasi publik. 4. Memberikan pengetahuan kepada penulis mengenai Program Trans Sarbagita

sebagai salah satu alternatif dari pemerintah untuk mengatasi kemacetan di Bali khususnya Kota Denpasar dalam penulisan karya tulis ilmiah.

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Program Trans Sarbagita

2.1.1 ...

Bus Trans Sarbagita adalah bus angkutan umum antar kabupaten dan kota yang menghubungkan sejumlah trayek di empat wilayah Kabupaten / Kota di Bali, yakni wilayah Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Gianyar, dan Tabanan. Nama Sarbagita diambil dari akronim Denpasar (Sar), Badung (Ba), Gianyar (Gi) dan Tabanan (Ta). Layanan Trans Sarbagita diluncurkan oleh Bapak Gubernur Bali pada tanggal 17 Agustus 2011 dan mulai dioperasikan tanggal 18 Agustus 2011. Adapun dasar penyediaan angkutan umum massal Trans Sarbagita :

1. UU nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan :

a. Pasal 138 ayat (2) Pemerintah bertanggung jawab atas penyelenggaraan angkutan umum.

b. Pasal 138 ayat (1) Pemerintah wajib menjamin tersedianya angkutan umum untuk jasa angkutan orang dan/atau barang antarkota antarprovinsi serta lintas batas Negara.

2. PERDA 16 tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruanng Wilayah (RTRW) Provinsi Bali.

3. PERDA 6 tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJDP) Provinsi Bali Tahun 2005-2025.

2.1.2 Pelaksanaan Program Trans Sarbagita a. Tahap Implementasi Program Trans Sarbagita

(6)

2. Pada tanggal 7 Oktober 2011 Bapak Bupati Badung meluncurkan 2 trayek feeder tanjung Benoa-STP-GWK pulang pergi dan Kedongan-GWK Uluwatu pulang pergi.

3. Pada Trayek Koridor 1 : GOR Ngurah Rai-GWK pulang pergi, layanan dioperasikan tanggal 10 Agustus 2012, diikuti 4 (empat) trayek feeder Kota Denpasar mulai bulan September 2012.

b. Standar Pelayanan

II. 2 Analisis SWOT

Analisis SWOT merupakan analisis kondisi internal maupun eksternal suatu organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi penilaian terhadap faktor kekuatan ( Strength ) dan kelemahan ( Weakness ) sedangkan analisis eksternal meliputi penilaian terhadap faktor peluang ( Opportunity ) dan tantangan ( Threath ). Berikut ini ada dua macam pendekatan terhadap analisis SWOT, yaitu :

A. Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT

Pendekatan kualitatif matriks SWOT yang dikembangkan oleh Kearns menampilkan delapan kotak, yaitu dua kotak paling atas adalah kotak faktor eksternal (Peluang dan Tantangan) sedangkan dua kotak sebelah kiri adalah faktor internal (Kekuatan dan Kelamahan). Empat kotak lainnya adalah kotak isu-isu strategis yang akan timbul sebagai hasil titik pertemuan antara faktor-faktor internal dan eksternal.

B. Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT

Data SWOT kualitatif di atas dapat dikembangkan secara kuantitaif melalui perhitungan Analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce dan Robinson (1998) agar diketahui secara pasti posisi organisasi yang sesungguhnya.

Perhitungan yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:

(7)

skor (a) masing-masing point faktor dilakukan secara saling bebas (penilaian terhadap sebuah point faktor tidak boleh dipengaruhi atau mempengeruhi penilaian terhadap point faktor lainnya. Pilihan rentang besaran skor sangat menentukan akurasi penilaian namun yang lazim digunakan adalah dari 1 sampai 10, dengan asumsi nilai 1 berarti skor yang paling rendah dan 10 berarti skor yang peling tinggi. Perhitungan bobot (b) masing-masing point faktor dilaksanakan secara saling ketergantungan. Artinya, penilaian terhadap satu point faktor adalah dengan membandingkan tingkat kepentingannya dengan point faktor lainnya. Sehingga formulasi perhitungannya adalah nilai yang telah didapat (rentang nilainya sama dengan banyaknya point faktor) dibagi dengan banyaknya jumlah point faktor).

2. Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d) dan faktor O dengan T (e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka (e = y) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu Y;

3. Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran SWOT.

Opportunity O

(-,+) (+,+)

Ubah Strategi Progresif

W S

Weakness Strength

(-,-) T (+,-)

Strategi Bertahan Threath Diversifikasi Strategi Kuadran III

Kuadran III Kuadran IKuadran I

Kuadran IV

(8)

(Sumber : Hisyam, 1998)

Keteragan :

Kuadran I (positif, positif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang, Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.

Kuadran II (positif, negatif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Diversifikasi Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenya, organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya.

Kuadran III (negatif, positif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi, artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.

Kuadran IV (negatif, negatif)

(9)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dikawasan Kota Denpasar meliputi halte sarbagita (halte matahari terbit 1, halte matahari terbit II, ) perumahan akasia dan lapangan renon. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal Oktober – 31 Oktober2013. 3.2 Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang diambil penulis adalah jenis data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden serta narasumber. Responden merupakan penjawab atas pertanyaan yang diajukan untuk kepentingan penelitian.

3.2.1 Wawancara

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data melalui tanya jawab secara lisan kepada narasumber (Kepala UPT Sarbagita Drs. I Gede Gunawan M.Si) pada tanggal 29 Oktober 2013 yang bertempat di UPT Bus Trans Sarbagita Renon, secara sistematis pertanyaan berlandaskan pada rumusan masalah yang mengetahui permasalahan tersebut. Wawancara dilakukan berdasarkan pertanyaan, sebanyak 5 buah pertanyaan.

3.2.2 Survei

Survei merupakan metode pengumpulan data dengan melakukan penyebaran quisioner. Quisioner disebarkan kepada 50 responden yang rata-rata berumur 17 tahun ke atas secara acak, untuk mengetahui skor yang diperoleh terhadap setiap pernyataan-pernyataan yang telah diberikan. Responden diminta untuk memberi skor sesuai skala berikut:

(10)

3.2.4 Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode untuk mencari dokumen atau data-data yang dianggap penting melalui narasumber (Kepala UPT Sarbagita Drs. I Gede Gunawan M.Si), artikel koran/majalah, jurnal, pustaka, brosur, buku dokumentasi serta melalui media elektronik yaitu internet, yang ada kaitannya dengan Program Trans Sarbagita.

3.2.5 Studi Literatur

Studi literatur adalah cara yang dipakai untuk menghimpun data-data atau sumber-sumber yang berhubungan dengan topik yang diangkat dalam suatu penelitian. Studi literatur bisa didapat dari berbagai sumber, jurnal, buku dokumentasi, internet dan pustaka. .

3.3 Metode Analisis Data 3.3.1 Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah analisi kondisis internal maupun eksternal yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi penilaianterhadap faktor kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness).Sementara, analisis eksternal mencangkup faktor peluang (Opportunity) dan tantangan (Threaths). Yang selanjutnya akan dibentuk strategi yang tepat untuk pengembangannya (Hasyim, 1998).

3.3.2 Analisis Deskriptif

(11)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keunggulan, Kelemahan, Peluang, dan Tantangan Program Trans Sarbagita sebagai Strategi Mengurangi Kemacetan di Bali Khususnya Kota Denpasar

Berdasarkan hasil wawancara yang kami lakukan dengan Kepala UPT Sarbagita dan 55 responden, diperoleh beberapa keunggulan, kelemahan, peluang dan tantangan Program Trans Sarbagita sebagai Strategi Mengurangi Kemacetan di Bali khususnya Kota Denpasar. Hasil wawancara yang kami peroleh adalah sebagai berikut.

a. Keunggulan Program Trans Sarbagita

Dari hasil wawancara, menurut Kepala UPT Sarbagita ada beberapa keunggulan Program Trans Sarbagita sebagai strategi mengurangi kemacetan di Bali khususnya Kota Denpasar adalah :

1. Program Trans Sarbagita merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi kemacetan di Bali

(12)

memiliki pilihan sarana untuk perjalanan sehingga kebijakan pembatasan kendaraan di jalan dann penertiban terhadap pelanggaran lalu lintas dapat dilaksanakan sebagai suatu jalan mengurangi kemacetan.

2. Program Trans Sarbagita memiliki standar pelayanan yang tepat waktu. Menurut responden waktu pengoperasian bus dilakukan setiap hari dengan asal – tujuan dan rute tetap mulai jam 05.00 – 21.00 WITA, dengan headway rata – rata 15 menit ( peak season 5 menit dan off peak 25 menit ) dengan toleransi deviasi 10 %. Waktu menaikkan dan menurunkan penumpang di setiap halte persinggahan selama 60 detik dengan toleransi 30 detik sehingga penumpang menunggu kedatangan bus, bukan bus yang menunggu penumpang. Waktu pengoperasian Bus Trans Sarbagita yang tersusun sedemikian rupa membuat bus datang dengan terjadwal.

3. Program Trans Sarbagita memiliki fasilitas yang aman dan nyaman. Menurut responden trayek utama dilayani dengan bus sedang kapasitas 30 orang dan bus besar dengan kapasitas 50 orang, dan trayek cabang dilayani kendaraan elf dengan kapasitas 12 orang. Kapasitas yang cukup besar tentu dapat memuat banyak orang dalam satu bus, selain itu bus Trans Sarbagita terdapat awak kendaraan yang terdiri dari pramudi ( sopir ) dan pramusaja. Bus Trans Sarbagita memiliki tempat duduk yang berjejerdi sisi kanan dan kiri dalam bus dimana tempat duduk tersebut saling berhadapan yang dapat menghindari terjadinya tindak kejahatan yang sering terjadi pada bus umumnya seperti : pencopetan, hipnotis, pelecehan, dan lain – lain. Bus Trans Sarbagita juga dilengkapi dengan fasilitas pintu otomatis, AC dan music yang membuat penumpang menjadi nyaman berada di dalam bus. Apabila misalnya penumpang lelah sepulang dari sekolah maupun bekerja, mereka tidak mengendarai kendaraannya sendiri, cukup dengan naik bus penumpang bisa beristirahat dengan nyaman dan aman.

(13)

Catatan tarif penumpang Bus Trans Sarbagita berdasarkan SK Gubernur Bali Nomor 11 Tahun 2011 tanggal 11 April 2011.

 Trayek GOR Ngurah Rai ( Kota ) – GWK

- Penumpang Umum Rp 3.500 - Pelajar / Mahasiswa Rp 2.500

 Trayek Batubulan – Nusadua

- Penumpang Umum Rp 3.500 - Pelajar / Mahasiswa Rp 2.500

 Trayek Cabang Tegal – Bandara Ngurah Rai

- Penumpang Umum Rp 3.000 - Pelajar / Mahasiswa Rp 2.000

Pada tahap pengenalan ini, masih menggunakan karcis yang dapat dibeli di dalam bus. Setiap penumpang wajib diberi karcis sebagai tanda bukti pembayaran penumpang. Apabila penumpang berpergian dengan jarak yang jauh mereka tetap membayar dengan tariff yang sama, yang tentunya lebih murah dibandingkan berpergian dengan kendaraan pribadi yang harus membeli bensin. Tarif penumpang dilihat dari catatannya yaitu murah.

5. Program Trans Sarbagita memiliki layanan tambahan yaitu berupa angkutan pengumpan yang sangat membantu masyarakat.

(14)

(Feeder) melayani dengan system comuter (tidak berbasis terminal) dengan menggunakan pola layanan “buy the service” yaitu pembelian layanan kepada operator dengan acuan Standar Pelayanan Minimal Angkutan dalam memperhitungkan biaya operasi kendaraan. Selain itu, angkutan pengumpan dapat dipanggil dengan hanya menelepon dan tarif penumpangnya pun gratis.

b. Kelemahan Program Trans Sarbagita

1. Program Trans Sarbagita belum dapat mengubah perilaku / budaya / main set masyarakat dari transportasi pribadi ke arah transportasi massal.

Menurut responden, main set masyarakat belum bisa dirubah secara revolusioner mengingat banyak faktor yg berpengaruh terhadap perubahan main set. Salah satunya masyarakat masih menganggap dengan mengendarai kendaraan pribadi jauh lebih nyaman dan cepat sampai ke tempat tujuan. Padahal, apabila banyak masyarakat yang mau bepergian dengan Bus Trans Sarbagita pasti kendaraan pribadi akan semakin berkurang dan kenyamanan berlalu lintas pun akan muncul karena tidak timblnya kemacetan di jalan. Tidak hanya itu, masalah gengsi juga menjadi penyebab utama terutama bagi masyarakat mampu (kalangan atas) mereka masih mengutamakan penonjolan pada diri sendiri dengan berkendaraan pribadi (khususnya kendaraan roda empat) dari pada mengutamakan kepentingan masyarakat banyak untuk mengatasi kemacetan dan mengurangi polusi udara dimana nantinya sangat berpengaruh pada kesehatan masyarakat di Kota Denpasar.

2. Program Trans Sarbagita belum memiliki jalur khusus.

(15)

sekitar jalan yang sempit. Tentu itu sangat merugikan masyarakat lainnya dan proses pembangunan di Kota Denpasar akan terhambat. Selain itu, jika membuat jalur khusus sekarang tentu itu akan menghabiskan sebagian jalan umum dan itu justru akan membuat macet apalagi belum terjadinya perubahan budaya kendaraan pribadi menuju kendaraan umum. Maka dari itu, karena masih dalam tahap pengenalan, lambat laun bila sudah ada kemajuan niscaya mengarah ke jalur khusus dan program ini pun akan berfungsi sebagai salah satu alternatif untuk mengurangi kemacetan di Bali khususnya Kota Denpasar.

3. Pada beberapa waktu, kepastian ketepatan waktu Bus Trans Sarbagita tergantung dari situasi lalu lintas di jalan.

Menurut responden, ini karena Bus Trans Sarbagita belum memiliki jalur khusus yaitu masih menyatu dengan kendaraan lainnya di jalan umum. Sehingga bus mengambil sebagian jalur umum untuk berlaju. Jika memiliki jalur khusus mungkin ketepatan waktu bus tidak tergantung dari situasi lalu lintas di jalan. Namun, seperti yang telah dikatakan tadi, jika masyarakat yang lain masih menggunakan kendaraan pribadi sedangkan telah muncul kendaraan umum yang memiliki fasilitas lengkap seperti AC dan yang lainnya tentu kemacetan lalu lintas di Kota Denpasar tetap saja tidak berkurang sehingga ketepatan waktu bus akan telat dan sebaliknya, jika dari dalam diri sendiri telah muncul keinginan berkendaraan umum maka akan terjamin kepastian ketepatan waktu Bus Trans Sarbagita akan lancar sebagaimana yang telah diharapkan selama ini.

4. Daerah jangkauan Program Trans Sarbagita masih terbatas.

(16)

terdekat yang telah beroperasi di beberapa wilayah Kota Denpasar. Salah satunya Feeder TP 01 yang memiliki rute GOR Ngurah Rai-Renon.

5. Bus Trans Sarbagita belum memiliki halte khusus yang menjorok ke dalam sehingga menggunakan sebagian jalan raya untuk tempat pemberhentian di depan halte.

Menurut responden, halte khusus belum memungkinkan untuk dibuat karena lebar jalan yang kurang memadai. Jika dibuat menjorok ke dalam akan menghalangi pengguna jalan. Halte Bus Trans Sarbagita hendaknya berada di bibir jalan sehingga memudahkan bagi para penumpang untuk langsung masuk ke dalam bus seperti Busway di Jakarta. Tetapi seperti yang telah diungkapkan sebelumnya fasilitas halte harus dilengkapi fasilitas memadai seperti AC dan CCTV agar penumpang yang sedang menunggu bus di halte merasa aman dan nyaman. Selain itu, tinggi halte harus sejajar dengan tinggi bus agar penumpang bisa masuk langsung menggunakan pintu otomatis.

c. Peluang Program Trans Sarbagita

1. Program Trans Sarbagita dapat mengurangi kemacetan.

Menurut responden, kemacetan disebabkan oleh tidak sebandingnya antara pertumbuhan kendaraan bermotor dengan pertumbuhan ruas jalan, maka dari itu pemerintah mencari berbagai alternatif untuk mengatasi kemacetan di Bali khususnya Kota Denpasar. Adanya program Trans Sarbagita dapat mengurangi kemacetan di Bali khususnya Kota Denpasar. Apabila masyarakat berpergian dengan angkutan umum seperti Bus Sarbagita, maka penggunaan kendaraan pribadi untuk berpergian dapat berkurang sehingga dapat mengurangi jumlah transportasi pribadi yang berlalu lintas di jalan raya dimana disebabkan oleh masyarakat yang sudah beralih ke angkutan umum. Oleh karena itu, apabila masyarakat berpergian dengan Bus Trans Sarbagita maka telah menjalankan fungsi Bus Sarbagita sebagai alternative yang dapat mengurangi kemacetan di Bali khususnya Kota Denpasar.

(17)

Menurut responden seluruh kendaraan mengeluarkan gas karbon monoksida yang menyebabkan polusi udara. Apabila sebagian dari pengguna kendaraan pribadi di Kota Denpasar beralih untuk berpergian dengan Bus Trans Sarbagita yang memiliki kapasitas besar, maka Bus Trans Sarbagita sudah mengurangi penggunaan kendaraan pribadi sebanyak setengah dari penggunaan kendaraan pribadi seluruhnya. Tentu hal ini merupakan salah satu bukti Program Trans Sarbagita dapat mengurangi polusi udara di Bali khususnya Kota Denpasar.

3. Program Trans Sarbagita dapat mengurangi penggunaan BBM.

Menurut responden, Program Trans Sarbagita dapat mengurangi BBM (Bahan Bakar Minyak) jika kebudayaan lama diganti dengan kebudayaan baru yang modern. Kebudayaan baru yang modern dalam hal ini bukan berarti penduduknya kian maju dan menciptakan berbagai teknologi-teknologi modern seperti mobil mewah dengan fasilitas-fasilitas lengkap memadai tetapi melainkan lebih meminimalisir produksi dan penggunaan kendaraan pribadi khususnya yang menggunakan bahan bakar sebagai sumber energi agar tidak terjadinya kelangkaan Sumber Daya Alam berupa Bahan Bakar Minyak. Jika kebudayaan lama terus berjalan mungkin nantinya bukan kelangkaan yang akan terjadi melainkan bahan bakar minyak akan mengalami kemusnahan.

(18)

hipnotis, dan sebagainya. Seharusnya, halted an angkutan pengumpan juga diberikan fasilitas keamanan dan kenyamanan. CCTV juga sebenarnya sangat berperan penting di dalam halte, angkutan pengumpan dan bus agar masyarakat lebih tertarik untuk menggunakan Program Trans Sarbagita untuk bepergian ke tempat tujuan.

5. Program Trans Sarbagita dapat menghemat biaya pengeluaran.

Menurut responden, biaya pengeluaran jauh mejadi lebih hemat jika masyarakat di Bali khususnya Kota Denpasar mau bepergian menggunakan kendaraan umum. Karena jika masyarakat mau memanfaatkan Program Trans Sarbagita dengan maksimal, tentu mereka tidak akan membeli BBM (Bahan Bakar Minyak) yang harganya semakin tinggi akibat langkanya BBM kini. Selain itu, masyarakat tidak perlu mengeluarkan biaya tinggi untuk mendapatkan fasilitas service seperti ganti oli dan lain-lain. Jadi, cukup Bus Trans Sarbagita dan kendaraan umum lainnya yang mengeluarkan biaya untuk membeli BBM dan mendapatkan fasilitas service.

d. Tantangan Program Trans Sarbagita

1. Program Trans Sarbagita belum dapat mengubah main set masyarakat untuk menutup budaya lama menggunakan kendaraan pribadi.

(19)

2. Program Trans Sarbagita malah membuat macet karena tidak memiliki jalur khusus.

Menurut responden Bus Trans Sarbagita malah membuat macet karena megingat ukuran Bus Sarbagita yang besar tetapi tidak memiliki jalur khusus. Ukuran dari Bus Sarbagita sudah menghabiskan setengah badan jalan, sehingga pada jalan dengan dua jalur, Bus Trans Sarbagita dapat menutup jalur yang satunya. Ini tentu menambah terjadinya kemacetan. Maka dari itu sebaiknya Bus Trans Sarbagita dibuatkan jalur khusus agar perjalanan Bus Trans Sarbagita tetap lancar dan dapat datang tepat waktu bagaimana pun kondisi jalan raya. Selain itu peenumpang juga dapat sampai di tempat tujuan tepat pada waktunya, dengan begitu mungkin masyarakat akan lebih tertarik untuk berpergian dengan Bus Trans Sarbagita.

3. Program Trans Sarbagita kurang sosialisasi dalam media cetak atau media elektonik lainnya.

(20)

cendrung berkendaraan Sarbagita dari pada menggunakan kendaraan pribadi, gembar gembor sosialisasi juga tidak akan banyak gunanya. 4. Kurangnya armada yang dioperasikan (bantuan dari pemerintah pusat)

pada program Trans Sarbagita khususnya pada koridor 1.

Menurut responden kurangnya armada yang dioperasikan pada Program Trans Sarbagita khususnya koridor 1 dikarenakan bantuan yang diberikan pemerintah pusat belum bisa di realisasikan. Selain itu disebabkan oleh birokrasi pemerintah sangat rumit dan membutuhkan biaya yang sangat besar. Seharusnya armada yang dioperasikan pada koridor 1 lebih ditingkatkan lagi mengingat sudah banyak mahasiswa menggunakan fasilitas umum Bus Trans Sarbagita.

5. Rendahnya animo masyarakat untuk menggunakan transportasi publik seperti Bus Trans Sarbagita dan sebagainya di tengah kemacetan saat ini.

Menurut responden rendahnya animo masyarakat untuk menggunakan tranportasi publik dipengaruhi berbagai faktor seperti : kebiasaan masyarakat yang lebih senang berpergian menggunakan kendaraan pribadi, kurangnya minat masyarakat untuk berpergian dengan transportasi publik, dan sebagainya. Mengenai faktor - faktor yg mempengaruhi sehingga kita tidah bisa merubah main set masyarakat secara instant tanpa disertai dengan usaha seperti : meningkatkan sosialisasi mengenai transportasi publik salah satunya Bus Trans Sarbagita dan meningkatkan kualitas fasilitas dari Bus Trans Sarbagita beserta fasilitas pendukungnya, sehingga animo masyarakat untuk berpergian dengan transportasi publik yaitu Bus Trans Sarbagita dapat meningkat.

4.2 Data Analisis SWOT Program Trans Sarbagita Secara Kuantitatif sebagai Strategi Mengurangi Kemacetan di Bali Khususnya Kota Denpasar

(21)

kami melanjutkan ke tahap berikutnya yaitu berupa penyebaran quisioner untuk memperoleh skor secara kuantitatif.

Tabel 4.2.1 Hasil Pengamatan Terhadap Program Trans Sarbagita

Kategori No Penyataan Jumlah respon tambahan berupa angkutan pengumpan yang sangat membantu masyarakat.

5 Bus Trans Sarbagita belum memiliki halte khusus yang menjorok ke dalam sehingga menggunakan sebagian jalan raya untuk tempat pemberhentian di depan halte.

8 20 7 14 1

1 Program Trans Sarbagita dapat

mengurangi kemacetan. 10 14 18 8

(22)

O

mengurangi polusi udara.

3 Program Trans Sarbagita dapat

mengurangi penggunaan BBM. 13 16 12 7 2

4 Program Trans Sarbagita dapat menjaga

fisik dan keamanan masyarakat. 6 23 16 5

-5 Program Trans Sarbagita dapat menghemat

macet karena tidak memiliki jalur khusus. 5 19 13 12 1

3 Program Trans Sarbagita kurang sosialisasi program Trans Sarbagita khususnya pada koridor 1.

4 29 15 2

-5 Rendahnya animo masyarakat untuk menggunakan transportasi public seperti Bus Trans Sarbagita dan sebagainya di tengah kemacetan saat ini.

14 22 10 4

-Berdasarkan hasil pengamatan, selanjutnya menghitung nilai pada masing-masing faktor SWOT, yaitu :

dan

Keterangan :

S – W = X (Keunggulan dikurangi kelemahan maka akan diperoleh nilai X) S – W = X

(23)

O – T = Y (Peluang dikurangi tantangan maka akan diperoleh nilai Y) Maka diperoleh hasil X = 59 dan Y = 9 (perhitungan lengkap pada Lampiran ...), yang jika dibuat dalam diagram kartesius maka hasilnya berada pada Kuadran 1 (Gambar 4.1)

Dilihat dari data diagram kartesius di atas, hasil penelitian menunjukan bahwa skor keunggulan dengan peluang berada pada kuadran I sehinggga menghasilkan nilai X dan Y yang berupa positif dengan positif. Sesuai dengan pendapat Hisyam, 1998 pada posisi ini menandakan sebuah program yang kuat dan berpeluang. Maka dari itu, rekomendasi strategi yang cocok untuk mendukung Program Trans Sarbagita adalah strategi Progresif artinya program yang dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal. Sehingga Program Trans Sarbagita dapat menjadi salah satu strategi untuk menngurangi kemacetan di Bali khususnya Kota Denpasar.

(24)

1. Melakukan kajian-kajian dengan memperbanyak sosialisasi mengenai Program Trans Sarbagita

Strategi Program Trans Sarbagita dengan memperbanyak sosialisasi ke sekolah-sekolah, kantor-kantor, hotel dan lain-lain mengenai alternatif pemerintah dalam mengatasi kemacetan beserta keunggulan dari Program Trans Sarbagita sehingga minat mayarakat untuk berpergian dengan kendaraan umum dan animo masyarakat mengenai transportasi publik dapat meningkat.

2. Pemerintah memberikan subsidi ke masyarakat

(25)

BAB V PENUTUP

V.1 Simpulan

1. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa keunggulan dan kelemahan Program Trans Sarbagita. Keunggulannya yaitu Program Trans Sarbagita merupakan salah satu alternative untuk mengatasi kemacetan di Bali khususnya Kota Denpasar yang memiliki standar pelayanan yang tepat waktu, fasilitas yang aman dan nyaman, tarif penumpang yang murah sehingga dapat dijangkau semua kalangan masyarakat serta memiliki layanan tambahan yaitu berupa angkutan pengumpan yang sangat membantu masyarakat. Untuk kelemahannya Program Trans Sarbagita belum dapat mengubah prilaku/budaya/main set masyarakat dari transportasi pribadi kea rah transportasi massal, belum memiliki jalur khusus, kepastian ketepatan waktu bus tergantung dari situasi lalu lintas di jalan, daerah jangkauannya masih terbatas dan belum memiliki halte khusus yang menjorok ke dalam sehingga menggunakan sebagian jalan raya untuk tempat pemberhentian di depan halte. Peluang dari Program Trans Sarbagita yaitu Program Trans Sarbagita dapat mengurangi kemacetan, mengurangi polusi udara, mengurangi penggunaan BBM, dapat menjaga fisik dan keamanan masyarakat, serta dapat menghemat biaya pengeluaran. Sedangkan tantangannya yaitu Program Trans Sarbagita belum dapat mengubah main set masyarakat untuk menutup budaya lama menggunakan kendaraan pribadi, program ini malah membuat macet karena tidak memiliki jalur khusus, kurang sosialisasi dalam media cetak atau media elektronik lainnya, kurangnya armada yang dioperasikan ( bantuan dari pemerintah pusat) pada Program Trans Sarbagita khususnya pada koridor 1. Rendahnya animo masyarakat untuk menggunakan transportasi publik di tengah kemacetan saat ini juga menjadi salah satu tantangannya.

(26)

menjadi salah satu alternative untuk mengurangi kemacetan di Bali khususnya Kota Denpasar. Strategi yang diterapkan oleh Program Sarbagita yaitu melakukan kajian-kajian dengan memperbanyak sosialisasi mengenai Program Trans Sarbagita dan memberikan subsidi kepada masyarakat oleh pemerintah.

V.2 Saran

Saran yang dapat disampaikan penulis adalah :

1. Kepada pemerintah sebaiknya lebih meningkatkan fasilitas dari Bus Trans Sarbagita dan lebih gencar mengadakan sosialisasi ke masyarakat khususnya daerah sekolah sehingga masyarakat bisa lebih tau manfaat dari Program Trans Sarbagita dan dapat mengubah main set masyarakat ke arah transportasi publik.

2. Kepada masyarakat sebaiknya menerapkan back to public transport sehingga dapat melancarkan program pemerintah dalam menciptakan Bali yang bebas kemacetan.

Gambar

Tabel 4.2.1 Hasil Pengamatan Terhadap Program Trans Sarbagita
Gambar 4.1 lihat contoh....

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dampak negatif pemilihan Kepala Daerah terhadap hubungan kekerabatan keluarga di Kecamatan Kabaena Timur Kabupaten Bombana menimbulkan terjadinya Terjadinya pemaksaan

maka akan dilakukan penelitian untuk mencari model regresi dari tekanan darah pada pasien hipertensi yang berobat di RSUD Sidikalang tahun 2014 dengan menggunakan

mengerjakan suatu tugas dan pekerjaan yang berhubungan dengan kegiatan penyediaan dan pemanfaatan Energi Hijau yang dilandasi oleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap

70 FAJAR RAMA PUTRA SITANIA DESAIN KOMUNIKASI VISUAL (DKV) S1 C Lulus. 71 FAJAR RISKY AFILLAH FARMASI S1

Subjek dalam penelitian ini meliputi pengukuran kandungan logam berat timbal (Pb) pada sampel makroalga jenis Padina australis Hauck, diair laut dan disedimen

menjalankan usaha mandiri yang dikembangka n • Membuat pembukuan sederhana dan mencatat keadaan keuangan, rugi atau laba • Membuat pembukuan inventaris barang

Representasi kehidupan sosial budaya masyarakat Sunda abad ke-19 yang muncul dalam novel Baruang Ka Nu Ngarora itu, antara lain dapat diketahui sebagai munculnya genre baru

Penelitian dalam mengendalikan agen penyebab penyakit busuk hitam pada tanaman brokoli dengan menggunakan antagonisnya dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan