• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH DASAR HISTORIS ILMU PENDIDIKAN U

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH DASAR HISTORIS ILMU PENDIDIKAN U"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Disusun Oleh Kelompok : Ahmad Saidi

Halla

Faizal Nur

Irfansyah

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga kami bisa menyelsaikan makalah tentang “DASAR HISTORIS ILMU PENDIDIKAN” yang sangat sederhana ini. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw. Mudah-mudahan dengan kita selalu bersholawat kepada beliau kita akan mendapatkan syafaatnya di hari kiamat nanti, amin yarobbal alamin. Kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah ini, dan kepada teman-teman yang telah membantu sehingga makalah ini dapat di selesaikan. Walaupun sudah berusaha semaksimal mungkin, kami yakin bahwa makalah ini jauh dari dari sempurna.

Kami berharap dan berdoa mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan khususnya bagi pembaca

Tarakan, 17 September 2014

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara umum, pendidikan merupakan segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Secara khusus, pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan, yang berlangsung di dalam dan luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang (Mudyaharjo, 2008: 3, 11).

Tujuan pendidikan di Indonesia adalah untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang Pancasilais yang dimotori oleh pengembangan afeksi, seperti sikap suka belajar, tahu cara belajar, rasa percaya diri, mencintai prestasi tinggi, punya etos kerja, kreatif dan produktif, serta puas akan sukses yang akan dicapai (Pidarta, 2007)

Pendidikan adalah mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya serta keterampilannya kepada generasi muda untuk

memungkinannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama dengan sebaik-baiknya (Purbakawatja, 1970: 11). Dari kutipan tersebut kita dapat mengetahui bahwa pendidikan tidak lepas dari sejarah dan pendidikan merupakan pewarisan budaya dari generasi ke generasi sebagai transformasi inormasi generasi muda dalam proses pendewasaan berdasarkan

pengalaman yang diperoleh dengan bercermin dari sejarah tersebut untuk menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Sejarah juga memberikan suatu landasan atau titik tolak terjadinya berbagai peristiwa yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Oleh sebab itulah sejarah memberikan landasan bagi kaum pelajar atau praktisi kehidupan mengamati dan mengubah dunia, baik pada masa sekarang, maupun untuk masa-masa yang akan datang (Rizal, 2008: 1). Selain itu antara sejarah

(4)

memprediksi langkah-langkah selanjutnya untuk masa yang akan datang agar tidak stagnan atau bahkan mengalami kemunduran.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang terdapat beberapa rumusan masalah, yaitu :

1. Apa yang menjadikan landasan pendidikan Nasional Indonesia ?

2. Apa implikasi konsep pendidikan dari landasan historis ini ?

1.3 Tujuan

1. Dapat mengetahui sejarah pendidikan di Indonesia dari awal hingga sekarang

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1

Pengertian Historis

Yang dimaksud dengan sejarah/historis adalah keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian atau kegiatan yang didasari oleh konsep-konsep tertentu. Sejarah penuh dengan informasi-informasi yang mengandung kejadian, model, konsep, teori, praktik, moral, cita-cita, bentuk dan sebagainya (Pidarta, 2007: 109).

Yang dimaksud dengan landasan historis pendidikan adalah sejarah pendidikan di masa lalu yang menjadi acuan terhadap pengembangan pendidikan di masa kini.

2.2

Landasan Historis Pendidikan Indonesia

Landasan historis pendidikan Nasional Indonesia tidak terlepas dari sejarah bangsa indonesia itu sendiri. Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang sejak zaman kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya bangsa lain yang menjajah serta menguasai bangsa Indonesia. Beratus-ratus tahun bangsa Indonesia dalam perjalanan hidupnya berjuang untuk menemukan jati dirinya sebagai suatu bangsa yang merdeka, mandiri serta memiliki suatu prinsip yang tersimpul dalam pandangan hidup serta filsafat hidup bangsa. Pada akhirnya bangsa Indonesia menemukan jati dirinya, yang di dalamnya tersimpul ciri khas, sifat dan karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa lain. Para pendiri negara kita merumuskan negara kita dalam suatu rumusan yang sederhana namun mendalam, yang meliputi 5 prinsip (lima sila) yang kemudian diberi nama Pancasila.

(6)

ideology bangsa dan negara, bukan sebagai suatu ideology yang menguasai bangsa, namun justru nilai-nilai dari sila-sila Pancasila itu melekat dan berasal dari bangsa Indonesia itu sendiri

Dengan kata lain, tinjauan landasan sejarah atau historis Pendidikan Nasional Indonesia merupakan pandangan ke masa lalu atau pandangan retrospektif. Pandangan ini melahirkan studi-studi historis tentang proses perjalanan pendidikan nasional Indonesia yang terjadi pada periode tertentu di masa yang lampau.

Dengan demikian, setiap bidang kegiatan yang ingin dicapai manusia untuk maju, pada umumnya dikaitkan dengan bagaimana keadaan bidang tersebut pada masa yang lampau (Pidarta, 2007: 110).

Demikian juga halnya dengan bidang pendidikan. Sejarah pendidikan merupakan bahan pembanding untuk memajukan pendidikan suatu bangsa. Sejarah telah memberi penerangan, contoh, dan teladan bagi manusia dan diharapkan akan dapat meningkatkan peradaban manusia itu sendiri di masa kini dan masa yang akan datang.

Berikut ini adalah pembahasan landasan sejarah kependidikan di Indonesia yang meliputi:

1. Sejarah Pendidikan Dunia

Sejarah pendidikan dunia yang memberikan pengaruh pada pendidikan zaman sekarang meliputi zaman-zaman: (1) Realisme, (2) Rasionalisme, (3) Naturalisme, (4) Developmentalisme, (5) Nasionalisme, (6) Liberalisme, Positivisme, dan Individualisme, serta (7) Sosialisme.

a. Zaman Realisme

Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan alam yang didukung oleh

(7)

berkiblat pada dunia ide, dunia surga dan akhirat. Realisme menghendaki pikiran yang praktis (Pidarta, 2007: 111-114). Menurut aliran ini, pengetahuan yang benar diperoleh tidak hanya melalui penginderaan semata tetapi juga melalui persepsi penginderaan (Mudyahardjo, 2008: 117).

Tokoh-tokoh pendidikan zaman Realisme ini adalah Francis Bacon dan Johann Amos Comenius. Sedangkan prinsip-prinsip pendidikan yang dikembangkan pada zaman ini meliputi:

 Pendidikan lebih dihargai daripada pengajaran,

 Pendidikan harus menekankan aktivitas sendiri,

 Penanaman pengertian lebih penting daripada hafalan,

 Pelajaran disesuaikan dengan perkembangan anak,

 Pelajaran harus diberikan satu per satu, dari yang paling mudah,

 Pengetahuan diperoleh dari metode berpikir induktif (mulai dari menemukan

fakta-fakta khusus kemudian dianalisa sehingga menimbulkan simpulan) dan anak-anak harus belajar dari realita alam,

 Pendidikan bersifat demokratis dan semua anak harus mendapatkan kesempatan

yang sama untuk belajar (Pidarta, 2007: 112).

b. Zaman Rasionalisme

Tokoh pendidikan pada zaman ini pada abad ke-18 adalah John Locke Aliran ini

(8)

kepada hal-hal yang negatif, seperti intelektualisme, individualisme, dan materialisme (Pidarta, 2007: 114).

Menurut John Locke ada tiga langkah dalam proses belajar mengajar, yaitu:

 Mengamati hal-hal yang ada di luar diri manusia

 Mengingat apa yang telah diamati dan dihafalkan

 Berpikir (Pidarta, 2007: 114)

c. Zaman Naturalisme

Pada abad ke-18 muncullah aliran Naturalisme Sebagai reaksi terhadap aliran

Rasionalisme dengan tokohnya, J. J. Rousseau. Aliran ini menentang kehidupan yang tidak wajar sebagai kibat dari Rasionalisme, seperti gaya hidup yang diperhalus, cara hidup yang dibuat-buat sampai pada korupsi, anak-anak dipandang sebagai manusia dewasa yang kecil. Naturalisme menginginkan keseimbangan antara kekuatan rasio dengan hati (Pidarta, 2007: 115).

Naturalisme menyatakan bahwa manusia didorong oleh kebutuhan-kebutuhannya, dapat menemukan jalan kebenaran di dalam dirinya sendiri (Mudyaharjo, 2008: 118). Menurut Rousseau ada tiga asas mengajar, yaitu:

 Asas pertumbuhan, pengajaran harus memberi kesempatan untuk anak-anak

bertumbuh secara wajar dengan cara mempekerjakan mereka sesuai dengan kebutuhannya

 Asas aktivitas, melalui bekerja anak-anak akan menjadi aktif yang akan memberikan

pengalaman, yang kemudian akan menjadi pengetahun mereka.

 Asas individualitas, dengan cara menyiapkan pendidikan sesuai dengan

(9)

d. Zaman Developmentalisme

Zaman Developmentalisme berkembang pada abad ke-19. Aliran ini memandang pendidikan sebagai suatu proses perkembangan jiwa sehingga aliran ini sering disebut gerakan psikologis dalam pendidikan. Tokoh-tokoh aliran ini adalah: Pestalozzi, Johan Fredrich Herbart, Friedrich Wilhelm Frobel, dan Stanley Hall (Pidarta, 2008: 116).

Konsep pendidikan yang dikembangkan oleh aliran ini meliputi:

 Mengaktualisasi semua potensi anak yang masih laten, membentuk watak susila dan

kepribadian yang harmonis, serta meningkatkan derajat sosial manusia (Pidarta, 2007:119).

 Pengembangan ini dilakukan sejalan dengan tingkat-tingkat perkembangan anak

(Pidarta, 2007: 120) yang melalui observasi dan eksperimen (Mudyahardjo, 2008: 114)

 Pendidikan adalah pengembangan pembawaan (nature) yang disertai asuhan yang

baik (nurture) (Rohmawati, 2008).

 Pengembangan pendidikan mengutamakan perbaikan pendidikan dasar dan

pengembangan pendidikan universal (Mudyaharjo, 2008: 114).

e. Zaman Nasionalisme

Zaman nasionalisme muncul pada abad ke-19 sebagai upaya membentuk patriot-patriot bangsa dan mempertahankan bangsa dari kaum imperialis. Tokoh-tokohnya adalah La Chatolais (Perancis), Fichte (Jerman), dan Jefferson (Amerika Serikat).

Konsep pendidikan yang ingin diusung oleh aliran ini adalah:

(10)

 Mengutamakan pendidikan sekuler, jasmani, dan kejuruan,

 Materi pelajarannya meliputi: bahasa dan kesusastraan nasional, pendidikan

kewarganegaraan, lagu-lagu kebangsaan, sejarah dan geografi Negara, dan pendidikan jasmani (Rohmawati, 2008).

Akibat negatif dari pendidikan ini adalah munculnya chaufinisme, yaitu kegilaan atau kecintaan terhadap tanah air yang berlebih-lebihan di beberapa Negara, seperti di Jerman, yang akhirnya menimbulkan pecahnya Perang Dunia I (Pidarta, 2007: 121).

f. Zaman Liberalisme, positivism, dan Individualisme

Zaman ini lahir pada abad ke-19. Liberalisme berpendapat bahwa pendidikan adalah alat untuk memperkuat kedudukan penguasa/pemerintahan yang dipelopori dalam bidang ekonomi oleh Adam Smith dan siapa yang banyak berpengetahuan dialah yang berkuasa yang kemudian mengarah pada individualisme. Sedangkan positivisme percaya

kebenaran yang dapat diamati oleh panca indera sehingga kepercayaan terhadap agama semakin melemah. Tokoh aliran positivisme adalah August Comte (Pidarta, 2007: 120).

g. Zaman Sosialisme

(11)

2. Sejarah Pendidikan Indonesia

Pendidikan di Indonesia memiliki sejarah yang cukup panjang. Pendidikan itu telah ada sejak zaman kuno/tradisional yang dimulai dengan zaman pengaruh agama Hindu dan Budha, zaman pengaruh Islam, zaman penjajahan, dan zaman merdeka (Pidarta, 2007: 125). Mudyahardjo dan Nasution (Dalam rohmawati 2008) menguraikan masing-masing zaman tersebut secara lebih terperinci.

Berikut ini adalah uraian dan rincian perjalanan sejarah pendidikan Indonesia :

a. Zaman Pengaruh Hindu Budha

Hinduisme and Budhisme datang ke Indonesia sekitar abad ke-5. Hinduisme dan

Budhisme merupakan dua agama yang berbeda, namun di Indonesia keduanya memiliki kecenderungan sinkretisme, yaitu keyakinan mempersatukan figur Syiwa dengan Budha sebagai satu sumber Yang Maha Tinggi. Motto pada lambang Negara Indonesia yaitu Bhinneka Tunggal Ika, secara etimologis berasal dari keyakinan tersebut (Mudyahardjo, 2008: 215).

Jika kita mengamati sejarah tentang borobudur merupakan warisan sejarah yang bisa kita gunakan sebagai perbandingan perkembangan pendidikan pada masa itu dengan masa sekarang. Borobudur adalah candi budha terbesar pada abad 9, yang berukuran 123 X 123 meter serta terdiri dari 1.460 relief dan 504 stupa. Borobudur setelah dibangun 3 abad sebelum Angkor Wat di Kamboja dan 4 abad sebelum Katedral Agung di Eropa ini.

(12)

b. Zaman Pengaruh Islam

 Awal masuknya Agama Islam di Indonesia

Agama islam yang dibawa oleh pedagang dari Persia dan Gujarat ke Indonesia. Agama Islam mudah tersebar karena agama Islam dapat bersatu dengan kebudayaan

Indonesia. Keduanya dapat saling membantu dan saling mempengaruhi. Agama Islam besar sekali pengaruhnya di dalam mendidik rakyat jelata. Berbeda dengan Agama Hindu dan Budha, Agama Islam menyiarkan Agamanya mulai dari bawah/dari rakyat biasa. Para Ulama sangat dekat dengan rakyat biasa, mereka bisa hidup bersama dengan rakyat biasa. Bentuk pendidikan yang Islam ada 3 macam, yaitu di Langgar, Pesantren, dan Madrasah.

 Bentuk pendidikan pada awal penyebaran agama islam di Indonesia

Tempat pengajaran Agama Islam yang lebih lanjut dan lebih mendalam ada di

pesantren. Pengetahuan yang diberikan ada 3 bidang yaitu: agama; ilmu pengetahuan; keterampilan.

Pada madrasah guru-guru diperkenankan menerima balasan jasa dalam bentuk uang (gaji). Lembaga pendidikan ini lebih menekankan pada pemberian ilmu pengetahuan umum disamping pelajaran agama. Pendidikan Madrasah diatur berjenjang sejajar dengan pendidikan dasar dan menengah seperti sekarang ini. Jenjang ini adalah:

 Tingkat TK : Bustanul

 Tingkat SD : Ibtidaiyah

 Tingkat SMP : Tsanawiyah

(13)

c. Zaman Pengaruh Nasrani

Bangsa Portugis pada abad ke-16 bercita-cita menguasai perdagangan dan perniagaan Timur-Barat dengan cara menemukan jalan laut menuju dunia Timur serta menguasai bandar-bandar dan daerah-daerah strategis yang menjadi mata rantai perdagaan dan perniagaan (Mudyahardjo, 2008: 242).

Di samping mencari kejayaan (glorious) dan kekayaan (gold), bangsa Portugis datang ke Timur (termasuk Indonesia) bermaksud pula menyebarkan agama yang mereka anut, yakni Katholik (gospel). Pada akhirnya pedagang Portugis menetap di bagian timur Indonesia tempat rempah-rempah itu dihasilkan. Namun kekuasaan Portugis melemah akibat peperangan dengan raja-raja di Indonesia dan akhirnya dilenyapkan oleh Belanda pada tahun 1605 (Nasution, 2008: 4). Dalam setiap operasi perdagangan, mereka

menyertakan para paderi misionaris Paderi yang terkenal di Maluku, sebagai salah satu pijakan Portugis dalam menjalankan misinya, adalah Franciscus Xaverius dari orde Jesuit.

Orde ini didirikan oleh Ignatius Loyola (1491-1556) dan memiliki tujuan yaitu segala sesuatu untuk keagungan yang lebih besar dari Tuhan (Mudyahardjo, 2008: 243). Yang dicapai dengan tiga cara: memberi khotbah, memberi pelajaran, dan pengakuan. Orde ini juga mempunyai organisasi pendidikan yang seragam: sama di mana pun dan bebas untuk semua. Xaverius memandang pendidikan sebagai alat yang ampuh untuk penyebaran agama, Nasution dalam Rohmawati (2008).

Sedangkan pengaruh Kristen berasal dari orang-orang Belanda yang datang pertama kali tahun1596 di bawah pimpinan Cornelis de Houtman dengan tujuan untuk mencari rempah-rempah. Untuk menghindari persaingan di antara mereka, pemerintah Belanda mendirikan suatu kongsi dagang yang disebut VOC (vreenigds Oost Indische

Compagnie) atau Persekutuan Dagang Hindia Belanda tahun 1602 (Mudyahardjo, 2008: 245).

(14)

terutama dipusatkan di bagian timur Indonesia di mana Katholik telah berakar dan di Batavia (Jakarta), pusat administrasi kolonial. Tujuannya untuk melenyapkan agama Katholik dengan menyebarkan agama Kristen Protestan, Calvinisme (Nasution, 2008:45).

d. Zaman Kolonial Belanda

Tujuan bangsa Belanda ke Indonesia juga sama dengan bangsa Spanyol dan Portugis. Belanda mendirikan sekolah-sekolah yang tidak hanya mengjarkan agama saja, tetapi juga mengajarkan pengetahuan umum. Sekolah-sekolah banyak didirikan di Pulau Ambon, Ternate, dan Bacan (Maluku). Sekolah-sekolah ini tidak hanya mengajarkan khusus agama saja, tetapi juga mengejarkan pengetahuan umum. Bahasa pengantar yang dipergunakan adalah bahasa Melayu dan Belanda. Selain itu mereka juga mendirikan sekolah untuk calon pegawai VOC. Sekolah ini didirikan di Ambon dan Jakarta (rizal, 2008).

Meskipun sekolah-sekolah telah banyak berdiri, tetapi secara vormal, sekolah-sekolah itu tidak didirikan atas nama VOC, tetapi didirikan oleh orang-orang dari kalangan agama, yaitu agama Kristen Protestan. Keuntungan besar dari sekolah ini adalah setelah kita mencapai kemerdekaan dimana kebutuhan akan pendidikan sangat diperlukan. Sebagian besar penduduk di Indonesia bagian timur sudah tidak mengalami tuna aksara. Ini karena telah lama penduduk Indonesia bagian timur telah mengenal pendidikan/sekolah (Rizal, 2008).

Oleh karena itu, kurikulum sekolah mengalami perubahan radikal dengan masuknya ide-ide liberal tersebut yang bertujuan mengembangkan kemampuan intelektual, nilai-nilai rasional dan sosial. Pada awalnya kurikulum ini hanya diterapkan untuk anak-anak Belanda selama setengah abad ke-19 (rohmawati, 2008).

(15)

Golongan baru inilah yang kemudian berjuang merintis kemerdekaan melalui pendidikan. Perjuangan yang masih bersifat kedaerahan berubah menjadi perjuangan bangsa sejak berdirinya Budi Utomo pada tahun 1908 dan semakin meningkat dengan lahirnya Sumpah Pemuda tahun 1928 (Rohmawati, 2008).

Setelah itu tokoh-tokoh pendidik lainnya adalah Mohammad Syafei dengan Indonesisch Nederlandse School-nya, Ki Hajar Dewantara dengan Taman Siswa-nya, dan Kyai Haji Ahmad Dahlan dengan Pendidikan Muhammadiyah-nya yang semuanya mendidik anak-anak agar bisa mandiri dengan jiwa merdeka (Pidarta, 2008: 125-33).

e. Zaman Kolonial Jepang

Perjuangan bangsa Indonesia dalam masa penjajahan Jepang tetap berlanjut sampai cita-cita untuk merdeka tercapai. Walaupun bangsa Jepang menguras habis-habisan kekayaan alam Indonesia, bangsa Indonesia tidak pantang menyerah dan terus mengobarkan semangat 45 di hati mereka (Rohmawati, 2008).

Meskipun demikian, ada beberapa segi positif dari penjajahan Jepang di Indonesia. Di bidang pendidikan, Jepang telah menghapus dualisme pendidikan dari penjajah Belanda dan menggantikannya dengan pendidikan yang sama bagi semua orang. Selain itu, pemakaian bahasa Indonesia secara luas diinstruksikan oleh Jepang untuk di pakai di lembaga-lembaga pendidikan, di kantor-kantor, dan dalam pergaulan sehari-hari. Hal ini mempermudah bangsa Indonesia untuk merealisasi Indonesia merdeka. Pada tanggal 17 Agustus 1945 cita-cita bangsa Indonesia menjadi kenyataan ketika kemerdekaan

Indonesia diproklamasikan kepada dunia (rohmawati, 2008).

Sekolah-sekolah yang ada pada jaman Belanda semenjak Jepang datang ke Indonesia diganti dengan sistem Jepang. Murid hanya mendapat pengetahuan sedikit, dan hampir sepanjang hari hanya diisi dengan kegiatan latihan perang atau bekerja. Sistem sekolah di masa Jepang banyak berbeda dengan penjajahan Belanda

 Sekolah Jepang terbuka untuk semua golongan penduduk, lama belajar 6 tahun, bahasa

(16)

 Sekolah menengah dibagi menjadi dua, yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan

Sekolah Menengah Tinggi (SMT) masing-masing pendidikan 3 tahun.

 Sekolah kejuruan masih ada, yaitu Sekolah Pertukangan dan Sekolah

TeknikMenengah

 Sekolah guru banyak didirikan

Ada tiga macam sekolah guru

 Sekolah guru 2 tahun = Sjootoo Sihan Gakoo

 Sekolah Guru Menengah 4 tahun = Guutoo Sihan Gakko

 Sekolah Guru Tinggi 6 tahun = Kooto Sihan Gakko

f. Zaman Kemerdekaan Awal

Setelah Indonesia merdeka, perjuangan bangsa Indonesia tidak berhenti sampai di sini karena gangguan-gangguan dari para penjajah yang ingin kembali menguasai Indonesia datang silih berganti sehingga bidang pendidikan pada saat itu bukanlah prioritas utama karena konsentrasi bangsa Indonesia adalah bagaimana mempertahankan kemerdekaan yang sudah diraih dengan perjuangan yang amat berat.

(17)

g. Zaman Orde Lama

Setelah gangguan-gangguan itu mereda, pembangunan untuk mengisi kemerdekaan mulai digerakkan. Pembangunan dilaksanakan serentak di berbagai bidang, baik spiritual maupun material (Rohmawati: 2008).

Setelah diadakan konsolidasi yang intensif, sistem pendidikan Indonesia terdiri atas: Pendidikan Rendah, Pendidikan Menengah, dan Pendidikan Tinggi. Dan pendidikan harus membimbing para siswanya agar menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Sesuai dengan dasar keadilan sosial, sekolah harus terbuka untuk tiap-tiap penduduk negara (Rahmawati; 2008).

Di samping itu, Pendidikan Nasional zaman ‘Orde Lama’ adalah pendidikan yang dapat membangun bangsa agar mandiri sehingga dapat menyelesaikan revolusinya baik di dalam maupun di luar; pendidikan yang secara spiritual membina bangsa yang ber-Pancasila dan melaksanakan UUD 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Kepribadian Indonesia, dan merealisasikan ketiga kerangka tujuan Revolusi Indonesia sesuai dengan Manipol yaitu membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia

berwilayah dari Sabang sampai Merauke, menyelenggarakan masyarakat Sosialis Indonesia yang adil dan makmur lahir-batin, melenyapkan kolonialisme, mengusahakan dunia baru, tanpa penjajahan, penindasan dan penghisapan, ke arah perdamaian,

persahabatan nasional yang sejati dan abadi (Mudyahardjo, 2008: 403).

h. Zaman Orde Baru

Orde Baru dimulai setelah penumpasan G-30S pada tahun 1965 dan ditandai oleh upaya melaksanakan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Haluan penyelenggaraan

pendidikan dikoreksi dari penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh Orde Lama yaitu dengan menetapkan pendidikan agama menjadi mata pelajaran dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi.

(18)

relevansi pendidikan dengan kebutuhan pasar (Pidarta, 2008: 137-38). Inovasi-inovasi pendidikan juga dilakukan untuk mencapai sasaran pendidikan yang diinginkan. Sistem pendidikannya adalah sentralisasi dengan berpusat pada pemerintah pusat.

Namun demikian, dalam dunia pendidikan pada masa ini masih memiliki beberapa kesenjangan. Buchori (Dalam Pidarta 2008: 139-140) mengemukakan beberapa

kesenjangan, yaitu (1) kesenjangan okupasional (antara pendidikan dan dunia kerja), (2) kesenjangan akademik (pengetahuan yang diperoleh di sekolah kurang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari), (3) kesenjangan kultural (pendidikan masih banyak menekankan pada pengetahuan klasik dan humaniora yang tidak bersumber dari kemajuan ilmu dan teknologi), dan (4) kesenjangan temporal (kesenjangan antara wawasan yang dimiliki dengan wawasan dunia terkini).

Namun demikian keberhasilan pembangunan yang menonjol pada zaman ini adalah (1) kesadaran beragama dan kenagsaan meningkat dengan pesat, (2) persatuan dan kesatuan bangsa tetap terkendali, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga meningkat (Pidarta, 2008: 141).

i. Zaman Reformasi

Selama Orde Baru berlangsung, rezim yang berkuasa sangat leluasa melakukan hal-hal yang mereka inginkan tanpa ada yang berani melakukan pertentangan dan perlawanan, rezim ini juga memiliki motor politik yang sangat kuat yaitu partai Golkar yang

merupakan partai terbesar saat itu. Hampir tidak ada kebebasan bagi masyarakat untuk melakukan sesuatu, termasuk kebebasan untuk berbicara dan menyaampaikan

pendapatnya (ibid.: 143).

(19)

Sementara itu, ekonomi Indonesia semakin terpuruk, pengangguran bertambah banyak, demikian juga halnya dengan penduduk miskin. Korupsi semakin hebat dan semakin sulit diberantas. Namun demikian, dalam bidang pendidikan ada perubahan-perubahan dengan munculnya Undang-Undang Pendidikan yang baru dan mengubah sistem pendidikan sentralisasi menjadi desentralisasi, di samping itu kesejahteraan tenaga kependidikan perlahan-lahan meningkat. Hal ini memicu peningkatan kualitas profesional mereka. Instrumen-instrumen untuk mewujudkan desentralisasi pendidikan juga diupayakan, misalnya KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi), MBS (Manajemen Berbasis Sekolah), Life Skills (Lima Ketrampilan Hidup), TQM (Total Quality Management) KTSP

(Kurikulum Satuan Pendidikan).

3. Implikasi Sejarah Terhadap Konsep Pendidikan Nasional Indonesia

Masa lampau memperjelas pemahaman kita tentang masa kini. Sistem pendidikan yang kita miliki sekarang adalah hasil perkembangan pendidikan yang tumbuh dalam sejarah pengalaman bangsa kita pada masa yang telah lalu (Nasution, 2008: v).

Pembahasan tentang landasan sejarah di atas memberi implikasi konsep-konsep pendidikan sebagai berikut:

 Tujuan Pendidikan

(20)

 Proses Pendidikan

Proses pendidikan terutama proses belajar-mengajar dan materi pelajaran harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik, melaksanakan metode global untuk pelajaran bahasa, mengembangkan kemandirian dan kerjasama siswa dalam pembelajaran,

mengembangkan pembelajaran lintas disiplin ilmu, demokratisasi dalam pendidikan, serta mengembangkan ilmu dan teknologi.

 Kebudayaan Nasional

Pendidikan harus juga memajukan kebudayaan nasional. Emil Salim dalam Pidarta (2008: 149) mengatakan bahwa kebudayaan nasional merupakan puncak-puncak budaya daerah dan menjadi identitas bangsa Indonesia agar tidak ditelan oleh budaya global.

 Inovasi-Inovasi Pendidikan

(21)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pada landasan historis pendidikan dapat disimpulkan bahwa pendidikan kita peroleh tidak dengan mudah, butuh banyak waktu dan pengorbanan, selain itu pendidikan itu dinamis, artinya pendidikan itu berkembang sesuai dengan perkembangan zamannya. Semoga pendidikan pada era globalisai ini pendidikan di Indonesia bisa lebih baik dan berkembang sesuai dengan keadaan sekarang yang terjadi.

3.2 Daftar Pustaka

Pidarta, Made.2007. Landasan Kependidikan: Stimulus Pendidikan bercorak Indonesia.

Jakarta: Rineka Cipta

http:///D:/landasan kependidikan dan prob/AS’TON BLOGGER Landasan Historis

Pendidikan.htm

http:///D:/landasan kependidikan dan prob/Landasan Historis Pendidikan_Nyimas Inda

Kusumawati_Komunitas Blogger Unsri.htm

http://apadefinisinya.blogspot.com/2008/05/landasan-historis-pendidikan-indonesia.html

Referensi

Dokumen terkait

(Misalnya formulir yang menunjukkan perjalanan sebuah proses pengolahan dokumen pelayanan perizinan. Berdasarkan formulir dasar ini, akan diketahui apakah prosedur sudah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh HPMC dan etil selulosa terhadap sifat mukoadhesif pada tablet Propranolol HCl dan menentukan formula optimum

Libur Smt 2 2014/2015 dan MOPDB Libur sebelum Idul Fitri 1436 H Libur setelah Idul Fitri 1436 H Ulangan Tengah Semester Kegiatan Tengah Semester Ulangan Akhir Semester 1

Dari gambar 1. dapat terlihat bahwa hubungan antara suhu karbonisasi terhadap kandungan inherent moisture briket adalah semakin tinggi suhu karbonisasi maka

Komunikasi antara siswa dengan guru adalah yang terpentingselama PBM karena dengan komunikasi yang baik, PBM akan menjadi9lancar. Komunikasi yang dimaksud adalah terjadinya

Pengujian menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: akurasi algoritma semut dalam pencarian jarak terpendek pada distribusi barang akan menurun bila jumlah input

sistem jika terjadi gangguan sehingga tidak akan mengalami kehilangan beban.. Dan tidak menyebabkan pemutusan daya yang tidak terkontrol dan meluas

Penelitian ini berhasil membuktikan adanya pengaruh antara kepercayaan diri dan motivasi berprestasi secara bersama- sama terhadap prestasi belajar, yang berarti