• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Puskesmas 2.1.1 Konsep Dasar Puskesmas - Pengaruh Beban Kerja dan Komitmen Petugas terhadap Kepuasan Pasien pada Unit Rawat Jalan Puskesmas Tanah Garam Kota Solok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Puskesmas 2.1.1 Konsep Dasar Puskesmas - Pengaruh Beban Kerja dan Komitmen Petugas terhadap Kepuasan Pasien pada Unit Rawat Jalan Puskesmas Tanah Garam Kota Solok"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas

2.1.1 Konsep Dasar Puskesmas

Pengertian Puskesmas menurut Depkes (2004) adalah unit pelaksana teknis

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.

1. Unit Pelaksana Teknis

Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (UPTD),

puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama

serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.

2. Pembangunan Kesehatan

Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa

Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat

bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

3. Penanggungjawab Penyelenggaraan

Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan

kesehatan diwilayah kabupaten/kota adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,

(2)

kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan

kemampuannya.

4. Wilayah Kerja

Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi

apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari dari satu puskesmas, maka

tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan

keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas

tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota.

2.1.2. Visi dan Misi

Visi pembangunan kesehatan yang di selenggarakan oleh puskesmas adalah

tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan

Sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai

melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan

dan berperilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan

yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya.

Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah

mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah:

1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.

(3)

3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan

kesehatan yang diselenggarakan.

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat

berserta lingkungannya.

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarkan oleh puskesmas adalah

mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan

yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010. Fungsi

puskesmas adalah :

1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.

Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan

pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah

kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan.

2. Pusat pemberdayaan masyarakat.

Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,

keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan,

dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat,

berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk

pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau

(4)

3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.

Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat

pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan

kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi:

a. Pelayanan kesehatan perorangan

Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi

(private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan

kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan

pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan

untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.

b. Pelayanan kesehatan masyarakat.

Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik

(public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan

serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan

pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain

promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan,

perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana,

kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.

2.1.3 Upaya dan Azas Penyelenggaraan

Visi pembangunan kesehatan dapat tercapai melalui puskesmas, yakni

(5)

bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya

kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional

merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut

dikelompokkan menjadi dua yakni:

1. Upaya Kesehatan Wajib

Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan

komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi

untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini

harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia.

Upaya kesehatan wajib tersebut adalah:

a. Upaya Promosi Kesehatan

b. Upaya Kesehatan Lingkungan

c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana

d. Upaya Perbaikan Gizi

e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

f. Upaya Pengobatan

2. Upaya Kesehatan Pengembangan

Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan

berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang

(6)

Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok

puskesmas yang telah ada, yakni:

a. Upaya Kesehatan Sekolah

b. Upaya Kesehatan Olah Raga

c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat

d. Upaya Kesehatan Kerja

e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

f. Upaya Kesehatan Jiwa

g. Upaya Kesehatan Mata

h. Upaya Kesehatan Usia Lanjut

i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional

Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan

harus menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu. Azas

penyelenggaraan puskesmas tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas.

Dasar pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi

puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya puskesmas, baik upaya kesehatan

wajib maupun upaya kesehatan pengembangan.

2.1.4 Rawat Jalan

Rawat Jalan dalam Trimurthy (2008) adalah salah satu unit kerja di

puskesmas yang melayani pasien yang berobat jalan dan tidak lebih dari 24 jam

(7)

jalan merupakan salah satu dari 6 (enam) program pokok di Puskesmas. Hampir

seluruh institusi kesehatan (Rumah Sakit Pusat, Rumah Sakit Daerah dan Puskesmas)

berusaha untuk meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan terhadap pasien.

Tenaga pelayanan pada unit rawat jalan adalah tenaga yang langsung

berhubungan dengan pasien. Adapun tenaga yang langsung berhubungan dengan

pasien yaitu : 1) Tenaga administrasi (non medis) yang memberikan pelayanan

penerimaan pendaftaran dan pembayaran, 2) Tenaga keperawatan (paramedis)

sebagai mitra dokter dalam memberikan pelayanan pemeriksaan/pengobatan,

3) Tenaga dokter (medis) pada masing-masing poliklinik (Donabedian, 1988).

Pelayanan rawat jalan yang bermutu merupakan hal yang penting karena

persepsi tentang kualitas pelayanan suatu institusi kesehatan terbentuk saat

kunjungan pasien. Persepsi pasien yang buruk terhadap pelayanan akan sangat

mempengaruhi keputusan dalam kunjungan berikutnya. Memberikan pelayanan yang

baik/bermutu pada pelayanan rawat jalan akan meningkatkan jumlah kunjungan yang

pada akhirnya akan meningkatkan jumlah pendapatan puskesmas.

2.2 Kepuasan Pasien

2.2.1 Pemasaran, Jasa dan Pelanggan

Pemasaran menurut Majaro dalam Supriyanto dan Ernawati (2010) adalah

sebagai satu fungsi manajemen yang bertanggung jawab untuk identifikasi, antisipasi

untuk memuaskan kebutuhan pelanggan. Tujuan pemasaran adalah menawarkan

(8)

produk/jasa tersebut dan esensi pemasaran yaitu tukar menukar yang saling

memuaskan.

Jasa menurut Kotler (2005), sebagai setiap tindakan atau kegiatan yang dapat

ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud

dan tidak menghasilkan kepemilikan apapun. Produk jasa memiliki karakteristik

yang berbeda dengan barang (produk fisik). Kotler (2005), menyatakan bahwa ada

empat karakteristik pokok jasa yang membedakannya dengan barang, yaitu :

1. Tidak berwujud (Intangibility), yaitu jasa yang bersifat intangible artinya tidak

dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar ataupun dicium sebelum dibeli. Seseorang

tidak dapat menilai hasil dari jasa sebelum membeli jasa tersebut terlebih dahulu.

pelanggan akan melihat dari tempat, orang, peralatan, alat komunikasi, simbol

dan harganya untuk mencari bukti dari kualitas jasa yang diinginkan tersebut.

Tugas penyedia jasa adalah memberikan bukti-bukti fisik untuk mewujudkan

sesuatu yang abstrak.

2. Tidak terpisahkan (Inseparability), umumnya jasa dijual terlebih dahulu

kemudian diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan dimana penyedia jasa

juga merupakan bagian dari jasa tersebut, baik penyedia maupun pelanggan akan

mempengaruhi hasil dari jasa tersebut.

3. Bervariasi (Variability), yaitu jasa bersifat sangat variabel karena merupakan

nonstandardized output yang berarti bahwa terdiri dari banyak variasi bentuk,

(9)

dihasilkan. Pembeli jasa seringkali meminta pendapat dari orang lain sebelum

memutuskan untuk memilih penyedia jasa.

4. Mudah lenyap (Perishabilility), yaitu jasa merupakan komoditas yang tidak tahan

lama dan tidak dapat disimpan, bila permintaan terhadap jasa bersifat konstan

sehingga bila tidak digunakan maka jasa tersebut akan berlalu begitu saja.

Menurut Rangkuti (2006), sukses suatu industri jasa tergantung pada sejauh

mana perusahaan mampu mengelola ketiga aspek berikut :

1. Janji perusahaan mengenai jasa yang akan disampaikan kepada pelanggan.

2. Kemampuan perusahaan, membuat karyawan mampu memenuhi janji tersebut.

3. Kemampuan karyawan untuk menyampaikan janji tersebut kepada pelanggan.

Ketiga aspek tersebut dikenal sebagai segitiga jasa, dimana sisi segitiga

mewakili setiap aspek. Kegagalan di satu sisi menyebabkan segitiga roboh, artinya,

industri jasa tersebut gagal, dengan demikian pembahasan industri jasa harus

meliputi perusahaan, karyawan serta pelanggan. Status dan peran perusahaan,

karyawan serta pelanggan adalah sebagai berikut :

External marketing Menetapkankan janji mengenai

produk/jasa yang akan disampaikan

Internal marketing Membuat agar produk/jasa yang disampaikan sesuai dengan yang

dijanjikan

Interactive marketing Menyampaikan produk/jasa

sesuai dengan yang telah dijanjikan

Pelanggan

Karyawan Manajemen

(10)

Pelanggan menurut konsep pemasaran dikelompokkan atas pelanggan

eksternal (pasien, keluarga pasien) dan pelanggan internal (karyawan, manajemen).

Pelanggan adalah seseorang yang membeli produk/jasa.

2.2.2 Kepuasan Pelanggan

Kepuasan atau satisfaction berasal dari bahasa Latin “satis” yang

mempunyai arti cukup baik, memadai dan “facto” berarti melakukan atau membuat,

sehingga secara sederhana kepuasan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan

sesuatu (Wardani, 2004). Kotler (2003), kepuasan adalah sebagai perasaan senang

atau kecewa seseorang yang dialami setelah membandingkan antara persepsi kinerja

atau hasil suatu produk dengan harapan-harapannya.

Kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan menurut Donabedian (1988) adalah

respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian (discofirmation) yang dirasakan

antara harapan yang sebelumnya dan jasa yang dirasakan oleh pelanggan. Kepuasan

konsumen adalah tingkatan perasaan konsumen setelah membandingkan dengan

harapannya. Seorang pelanggan jika merasa puas dengan nilai yang diberikan oleh

jasa pelayanan sangat besar kemungkinannya untuk menjadi pelanggan dalam waktu

yang lama (Umar, 1996).

Pasien adalah pengguna jasa perusahaan dalam industri jasa kesehatan.

Berdasarkan dari defenisi diatas maka kepuasan pasien dapat diartikan bahwa

keadaan yang dirasakan seseorang atas kebutuhan pelayanan kesehatan yang bermutu

(11)

(Umar, 1996). Keluhan adalah salah satu indikator atau gejala dan tanda adanya

ketidakpuasan layanan kepada pasien, baik itu pelayanan dokter, perawat atau

pelayanan administrasi. Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator kualitas

pelayanan yang diberikan dan kepuasan pasien adalah salah satu modal untuk

mendapatkan pasien lebih banyak dan mendapatkan pasien yang loyal/setia.

Menurut Supriyanto dan Ernawati (2010), memiliki pasien loyal akan

meningkatkan daya jual institusi pelayanan kesehatan serta kemampuannya untuk

berlaba (profitabilitas meningkat). Meningkatnya profitabilitas institusi pelayanan

(puskesmas) akan menjadi subsidi silang untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan

imbalan yang diberikan kepada seluruh sumber daya manusia di institusi pelayanan

kesehatan akan meningkat pula. Kesejahteraan meningkat, gairah tenaga kesehatan

akan meningkat pula termasuk kemauan untuk meningkatkan kepuasa pasien dan

kinerja akan semakin meningkat dimana pelayanan kepada pasien menjadi lebih

baik, oleh karena itu kepuasan pasien merupakan asset berharga.

Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan merupakan faktor yang penting

dalam mengembangkan suatu sistem penyediaan pelayanan yang tanggap terhadap

kebutuhan pasien, meminimalkan biaya dan waktu serta memaksimalkan dampak

pelayanan terhadap populasi sasaran (Triatmojo, 2006). Penilaian pelanggan

terhadap produk/jasa pelayanan kesehatan dibedakan menjadi penilaian kualitas

(12)

kesehatan terkait dengan aspek pelayanan medis, keperawatan, penunjang medis dan

pelayanan non medis/administrasi (Supriyanto dan Ernawati, 2010).

2.2.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kepuasan Pasien

Sarana pelayanan kesehatan seharusnya mengikuti kebutuhan dan kepuasan

pelanggannya. Menurut Irawan (2007), terdapat lima komponen yang dapat

mendorong kepuasan pelanggan, yaitu :

1. Kualitas produk, kualitas produk mencakup enam elemen, yaitu performance,

durability, feature, reliability, consistency, dan design. Setelah membeli dan

menggunakan suatu produk, pembeli akan merasa puas bila ternyata kualitas

produknya baik atau berkualitas.

2. Kualitas pelayanan, salah satu konsep service quality adalah ServQual sangat

tergantung dari tiga faktor, yaitu : 1) sistem, 2) teknologi, 3) manusia.

Berdasarkan konsep ServQual, komponen ini mempunyai banyak dimensi, yaitu :

reliability, responsiveness, assurance, empathy, dan tangible.

3. Faktor emosional, kepuasan konsumen yang diperoleh pada saat menggunakan

suatu produk yang berhubungan dengan gaya hidup. Kepuasan pelanggan

didasari atas rasa bangga, rasa percaya diri, simbol sukses, dan sebagainya.

4. Harga, komponen harga sangat penting karena dinilai mampu memberikan

kepuasan yang relatif besar dalam industri ritel. Harga yang murah akan

memberikan kepuasan bagi pelanggan yang sensitif terhadap harga karena

(13)

5. Kemudahan, komponen ini berhubungan dengan biaya untuk memperoleh produk

atau jasa. Pelanggan akan semakin puas apabila relatif mudah, nyaman, dan

efisien dalam mendapatkan produk atau pelayanan.

2.2.4 Mengukur Kepuasan Pasien

Konsep kualitas layanan merupakan faktor peilaian yang merepleksikan

persepsi konsumen terhadap lima dimensi spesifik dari kinerja layanan. Menurut

Parasuraman dkk yang dikutif oleh Tjiptono, F (2004), lima dimensi yang digunakan

oleh pelanggan dalam menilai kualitas pelayanan adalah seagai berikut:

1. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan

pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja

harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan

yang sama untuk semua pelanggan, sikap yang simpatik dan dengan akurasi yang

tinggi.

2. Responsiveness (ketanggapan), yaitu kemampuan untuk membantu dan

memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada pelanggan, dengan

penyampaian informasi yang jelas.

3. Assurance (jaminan), yaitu berkaitan dengan kemampuan pengetahuan,

keterampilan staf dalam menangani setiap pelayanan yang diberikan sehingga

(14)

4. Emphaty (empati), yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat pribadi

yang diberikan kepada pelanggan dengan berupaya membina hubungan,

perhatian, dan memahami keinginan konsumen.

5. Tangible (bukti langsung), yaitu berkenaan dengan bukti fisik yaitu kemampuan

suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal.

Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan keadaan

lingkungan sekitarnya yang dapat langsung dirasakan oleh konsumen.

Kepuasan dirasakan oleh seseorang yang telah mengalami suatu hasil (out

come) yang sesuai dengan harapannya. Kepuasan merupakan fungsi dari tingkat

harapan yang dirasakan dari hasil kegiatan. Apabila suatu hasil kegiatan melebihi

harapan seseorang, orang tersebut akan dikatakan mengalami tingkat kepuasan yang

tinggi (fully satisfied). Apabila hasil kerja tersebut sama dengan yang diharapkan,

seseorang dikatakan puas (satisfied). Apabila hasil tersebut jauh di bawah harapan,

seseorang akan merasa tidak puas (dissatisfied).

Layanan kesehatan yang bermutu, tidak dapat melepaskan diri dari kenyataan

akan pentingnya menjaga kepuasan pasien, termasuk dalam menangani keluhan yang

disampaikan oleh pasien. Kepuasan adalah sebuah suasana batin yang seharusnya

direbut oleh layanan kesehatan untuk memenangkan persaingan dalam konteks

pelayanan kepada masyarakat. Bagi pelayanan kesehatan secara khusus Puskesmas,

penurunan kepuasan akan dapat diikuti oleh penurunan loyalitas dan merupakan

(15)

2.3 Kinerja

Menurut Ilyas (2002), kinerja adalah penampilan karya personal baik

kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan

penampilan individu maupun kelompok kerja personal. Pendapat Gomes tentang

defienisi kinerja karyawan adalah ungkapan seperti output, efisiensi serta efektivitas

yang sering dihubungkan dengan produktivitas.

Kinerja organisasi dibagi atas dua sektor yaitu sektor publik dan privat.

Pengukuran dan defenisi kinerja organisasi di sektor publik bukanlah hal yang

mudah. Kesulitan dalam pengukuran kinerja organisasi publik lebih disebabkan

karena konstituen dari organisasi sektor publik yang bermacam-macam, dan

masing-masing konstituen memiliki serta menuntut penekanan atau prioritas kinerja yang

berbeda-beda (Komalasari dkk, 2009).

Roger, sebagaimana dikutip oleh Mwita (2000) mendefenisikan kinerja

sebagai hasil (outcome) dari sebuah pekerjaan karena mereka memberikan

dukungan/kontribusi yang kuat/besar terhadap tujuan strategis organisasi, kepuasan

pelanggan dan kontribusi ekonomis. Popovich dalam Kim (2005), mendefenisikan

kinerja organisasi sebagai kelompok karyawan yang menghasilkan barang dan jasa

yang dibutuhkan pada tingkat kualitas yang lebih tinggi dengan sumber daya yang

sama atau lebih sedikit.

Kim (2005), membedakan kinerja organisasi sektor publik ke dalam 2 (dua)

(16)

tersebut dispesifikasikan mengikuti nilai-nilai yang terkait dengan kinerja, yaitu

efisiensi, keefektivan dan kewajaran. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

kinerja organisasional, diantaranya adalah faktor personal (seperti motivasi dan

komitmen), leadership (kepemimpinan), kualitas dan dukungan yang diberikan oleh

kelompok (rekan kerja), sistem kerja dan fasilitas dan faktor-faktor kontekstual

(situasional).

Faktor-faktor yang memengaruhi kinerja personel menurut Gibson (1996)

ada tiga kelompok variabel yaitu : variabel individu, variabel organisasi dan variabel

psikologis. Ketiga variabel tersebut memengaruhi perilaku kerja personel yang

berkaitan dengan tugas-tugas yang harus diselesaikan untuk mencapai sasaran dalam

organisasi. Secara skematis dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Diagram Skematis Teori Kinerja

2.4 Beban Kerja

Menurut Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (2008), pengertian beban

kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu

unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. Beban kerja

(17)

adalah keseluruhan waktu yang digunakan oleh pegawai dalam melakukan aktivitas

atau kegiatan selama jam kerja (Gronewegen dan Hutten, 1991). Beban kerja adalah

frekuensi kegiatan rata-rata dari masing-masing jenis pekerjaan dalam jangka waktu

tertentu ( Moekijat, 1999). Beban kerja dapat dilihat dari aktivitas atau kegiatan yang

dilakukan staf pada waktu kerja baik kegiatan langsung maupun kegitan tidak

langsung, dan kegiatan lain seperti kegiatan pribadi dan kegiatan yang tidak

produktif (Ilyas, 2004).

Beban kerja berpengaruh terhadap kinerja individu dalam melaksanakan

pekerjaan yang dilakukan. Beban kerja tidak hanya dilihat dari beban fisik semata

akan tetapi beban kerja juga bisa berupa beban mental. Pekerja yang mempunyai

beban kerja yang berlebihan akan menurunkan produktifitas dan kualitas hasil kerja,

dan ada kemungkinan dalam pelaksanaan pekerjaaan tidak tepat waktu, kurang

memuaskan dan mengakibatkan kekecewaan dengan hasil yang diharapkan.

2.4.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Beban Kerja

Menurut Pahlevi (2012), terdapat empat faktor yang mempengaruhi beban

kerja tenaga kesehatan di puskesmas yaitu: 1) tugas pokok tenaga kesehatan, 2) tugas

tambahan, 3) waktu kerja dan 4) jumlah kunjungan pasien.

Tugas Pokok dan Fungsi Tenaga Kesehatan (Depkes, 1983) :

1. Dokter

Tugas Pokok : - Mengusahakan agar fungsi puskesmas dapat

(18)

Fungsi : - Memberikan pengobatan medis.

Kegiatan pokok : - Melakukan pemeriksaan dan pengobatan, menerima

konsultasi dan merujuk pasien.

- Mengkoordinir kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat.

- Mengkoordinir pengembangan PKM.

Kegiatan lain : Menerima konsultasi dari semua kegiatan puskesmas.

2. Dokter Gigi

Tugas Pokok : - Mengusahakan agar pelayanan kesehatan di Puskesmas

dapat berjalan dengan baik.

Fungsi : - Mengawasi agar pelayanan kesehatan gigi di Puskesmas.

Kegiatan pokok : - Melakukan pemeriksaan dan pengobatan, menerima

konsultasi dan merujuk pasien.

- Mengkoordinir kegiatan penyuluhan kesehatan gigi.

Kegiatan lain : - Memberikan penyuluhan kesehatan gigi pada penderita dan

masyarakat di wilayah kerja puskesmas.

- Melaksanakan kegiatan-kegiatan fungsi manajemen.

3. Perawat

Tugas Pokok : - Melaksanakan pelayanan pengobatan.

Fungsi : - Membantu dokter dalam melaksanakan kegiatan di

puskesmas.

Kegiatan pokok : - Memeriksa dan mengobati penderita serta mengadakan

(19)

Kegiatan lain : - Memeriksa dan mengobati penderita penyakit menular

pasif.

- Mengadakan surveilans penyakit menular.

- Melakukan imunisasi pada bayi, anak sekolah.

- Penyuluhan kesehatan pada penderita.

- Mengadakan kunjungan rumah pada keluarga penderita

yang dipandang perlu.

- Melakukan pencatatan dan pelaporan.

- Mengunjungi sebagian dari sekolah yang ada di wilayah

kerjanya.

- Pengobatan sementara penderita jiwa dan penyuluhan

kesehatan jiwa.

- Membantu melatih kader.

- Membantu Kepala Puskesmas melaksanakan kegiatan

fungsi manajemen puskesmas dalam bidang pengobatan.

4. Perawat Gigi

Tugas Pokok : - Melaksanakan pelayanan kesehatan gigi.

Fungsi : - Membantu dokter dalam melaksanakan kegiatan di

puskesmas.

Kegiatan pokok : - Memeriksa gigi geligi.

- Mengobati gigi yang sakit.

(20)

- Membersihkan karang gigi.

- Penyuluhan kesehatan gigi.

Kegiatan lain : - Memeriksa gigi ibu hamil dan anak-anak.

- Melaksanakan usaha kesehatan gigi sekolah.

- Melaksanakan rujukan bila dianggap perlu.

- Melakukan pencatatan dan pelaporan.

- Mengunjungi sebagian dari sekolah yang ada di wilayah

kerjanya.

- Membantu Kepala Puskesmas melaksanakan kegiatan

fungsi manajemen puskesmas dalam bidang pengobatan.

5. Bidan

Tugas Pokok : - Melaksanakan pelayanan KIA dan KB.

Fungsi : - Membantu dokter dalam melaksanakan kegiatan di

puskesmas.

Kegiatan pokok : - Melaksanakan pemeriksaan berkala kepada ibu hamil, ibu

menyusui bayi dan anak-anak serta memberi pelayanan

kontrasepsi pada akseptor KB.

- Penyuluhan tentang KIA/KB.

- Melakukan imunisasi pada ibu hamil dan bayi.

Kegiatan lain : - Memberikan pengobatan ringan.

- Membantu surveilans penyakit menular.

(21)

- Kunjung kerumah penderita yang dianggap perlu

mendapatkan perawatan kesehatan keluarga.

- Pengamatan perkembangan mental anak dan bayi.

- Membantu dokter melaksanakan fungsi manajemen

puskesmas.

- Melakukan rujukan bila perlu.

6. Sanitarian

Tugas Pokok : - Merubah, mengendalikan atau menghilangkan semua unsur

fisik dan lingkungan yang memberi pengaruh buruk

terhadap kesehatan masyarakat.

Fungsi : - Membantu dokter dalam melaksanakan kegiatan di

puskesmas.

Kegiatan pokok : - Penyuluhan kepada masyarakat tentang penggunaan air

bersih, jamban keluarga, rumah sehat, kebersihan

lingkungan serta penanaman pekarangan.

- Pengawasan hygene industri rumah tangga dan

tempat-tempat umum.

Kegiatan lain : - Pengamatan kesehatan lingkungan di sekolah

- Membantu dokter dalam surveilans penyakit menular.

- Pencatatan dan pelaporan kegiatan.

- Membantu dokter melaksanakan fungsi manajemen

(22)

7. Laboratorium

Tugas Pokok : - Melakukan pemeriksaan di laboratorium puskesmas.

Fungsi : - Membantu menegakkan diagnose penyakit, khusunya

penyakit malaria, TB.

Kegiatan pokok : - Melaksanakan pemeriksaan specimen penderita dan ibu

hamil untuk pemeriksaan urine dan pemeriksaan sediaan

malaria dan dahak untuk basil tahan asam.

- Pemeriksaan golongan darah.

Kegiatan lain : - Membantu penyuluhan kesehatan pada penderita dan

keluarga.

- Membantu kunjungan rumah dalam rangka perawatan

kesehatan penderita atau keluarga.

- Pencatatan dan pelaporan kegiatan.

- Membantu dokter melaksanakan fungsi manajemen

puskesmas.

8. Farmasi

Tugas Pokok : - Mengelola obat-obatan di puskesmas.

- Meracik obat dan membungkusnya

Fungsi : - Membantu dokter untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan

puskesmas.

Kegiatan pokok : - Mempersiaapkan pengadaan obat di puskesmas.

(23)

- Mengatur administrasi obat di puskesmas.

- Meracik obat dan membungkus obat dalam kemasan sesuai

untuk diberikan kepada penderita sesuai perintah dokter.

- Mengatur distribusi obat untuk pustu dan poskeskel

- Menyediakan obat sederhana untuk P3K, UKS dan

Puskesmas Keliling.

Kegiatan lain : - Penyuluhan kesehatan terutama dalam bidang penggunaan

obat keras dan bahaya narkotika.

- Pencatatan dan pelaporan kegiatan.

- Membantu dokter melaksanakan fungsi manajemen

puskesmas.

Waktu Kerja

Waktu kerja adalah lamanya seseorang bekerja dalam seharinya. Setiap

tenaga kesehatan mempunyai waktu kerja normal tiap minggunya 37,5 - 40 jam,

sehingga jumlah jam kerja rata-ratanya dalam satu hari adalah 6,25 – 6,67. Waktu

kerja dalam satu bulan jumlah jam kerja adalah 150 – 160 jam (24 hari kerja). Waktu

kerja efektif adalah waktu yang sungguh-sungguh digunakan untuk bekerja secara

efektif oleh tenaga kesehatan yaitu 80% dari waktu kerja sebulan (150 jam) atau

sama dengan 0,8 x 150 jam =120 jam perbulan.

Jumlah Kunjungan Pasien

Jumlah kunjungan adalah banyaknya kunjungan pasien yang menggunakan

(24)

mempengaruhi beban kerja dari tenaga kesehatan. Sebaiknya terdapat kesesuaian

antara jumlah tenaga kesehatan dan pasien atau klien yang dilayani di unit pelayanan

kesehatan.

2.4.2 Pengukuran Beban Kerja

Pengukuran beban kerja dilakukan untuk mengetahui beban suatu pekerjaan

dari personil. Pengukuran beban kerja adalah penerapan teknik yang dirancang untuk

menetapkan bagi seseorang pekerja yang memenuhi syarat untuk menyelesaikan

suatu pekerjaan tertentu. Terdapat tiga cara dalam menghitung beban kerja staf, yaitu

(Ilyas, 2004):

1. Work Sampling

Work sampling merupakan kegiatan pengukuran beban kerja melalui

pengamatan aktivitas atau kegiatan yang dilakukan. Work sampling adalah

metode yang dapat digunakan untuk mengukur waktu, kegiatan langsung,

waktu perjalanan, waktu yang sia-sia yang berhubungan dengan operasi

perusahaan, work sampling merupakan metode analisis kerja dengan

melakukan pengamatan dalam jumlah besar, dimana waktu pengamatan

ditetapkan secara acak. Pengamatan yang dilakukan adalah kegiatan yang

dilakukan oleh staf selama waktu kerja bukan siapa staf tersebut. Staf yang

diamati tidaklah penting, tetapi apa yang dikerjakan staf yang penting

menjadi pengamatan, sehingga dapat diketahui :

(25)

b. Apakah aktivitas staf berkaitan dengan fungsi dan tugasnya pada waktu

jam kerja

c. Proporsi waktu kerja yang digunakan untuk kegiatan produktif dan tidak

produktif

d. Pola beban kerja staf yang dikaitkan dengan waktu dan jadwal jam kerja

Pengamatan dilakukan dengan interval 2 hingga 15 menit tergantung

kebutuhan peneliti. Semakin kecil intervalnya, maka semakin besar sampel

yang diamati sehingga akurasi penelitian menjadi lebih akurat. Pengamatan

ini dilakukan pada jam kerja selama satu atau dua minggu. Parameter yang

digunakan untuk menilai beban kerja personel yaitu jika waktu kerja

produktif yang optimum berkisar 80%. Seorang personel telah bekerja diatas

80% maka dapat dikatakan bahwa beban kerja staf tersebut tinggi.

2. Time and Motion Study

Time and Motion Study, ialah penelaah gerakan dan waktu yang diperlukan

dalam rangka pekerjaan terkait dengan efesiensi tenaga. Pengukuran kerja

dalam metode ini dilakukan melalui observasi dan membuat catatan

mengenai tiap tahap pekerjaan, waktu yang dibutuhkan untuk melakukan tiap

tahap pekerjaan tersebut dan kecepatan kerja.

Penentuan sampel pada metode time and motion study, harus

ditentukan dari personel yang diklasifikasikan sebagai tenaga mahir, untuk

(26)

tertentu, misalnya di ruang ICU, kemudian membuat formulir daftar kegiatan

personel yang diklasifikasikan sebagai kegitan profesional dan non

profesional mahir serta waktu yang digunakan untuk melakukan kegiatan

tersebut.

Pelaksanaan pengamatan untuk pengambilan data ini haruslah

seseorang yang mengetahui secara benar tentang kompetensi dan fungsi

personel mahir. Pada prinsipnya yang diamati adalah jenis kegiatan, waktu

yang dibutuhkan dan kualitas kegiatannya.

3. Daily Log

Daily log atau pencatatan kegiatan sendiri merupakan bentuk sederhana dari

work sampling, daily log pencatatan dilakukan oleh staf yang bersangkutan.

Penggunaan metode ini sangat bergantung pada kejujuran dan kerjasama dari

staf yang menjadi sampel penelitian. Pencatatan dengan daily log dilakukan

menggunakan formulir isian yang sederhana sehingga mudah untuk dipahami

dan diisi oleh staf tersebut. Metode daily log digunakan untuk mendapatkan

informasi mengenai jenis kegiatan, waktu dan lamanya kegiatan dilakukan

oleh staf selama waktu bekerja. Manfaat metode ini adalah dapat melihat

pola beban kerja, seperti kapan beban kerja tinggi, apa jenis kegiatan yang

membutuhkan waktu banyak, lama waktu mengerjakan setiap jenis pekerjaan

adalah hal penting, karena untuk melihat beban kerja perlu waktu dan jumlah

(27)

2.5 Komitmen

Pengertian komitmen merujuk pada kesetiaan dan loyalitas. Komitmen

diartikan sebagai kekuatan relatif dari identifikasi dan keterlibatan individu kepada

organisasi tertentu. Komitmen menurut J.P.Meyer,N.J.Allen and C.A. Smith (1993)

dalam Robbins (2011) adalah sebagai suatu penegasan sikap seorang karyawan

untuk mewujudkan tujuan dan menjadi bagian dari organisasi. Mathis dan Jackson

dalam Sopiah (2008), mendefenisikan komitmen sebagai derajat dimana pegawai

percaya dan mau menerima tujuan-tujuan organisasi dan akan tetap tinggal atau tidak

akan meninggalkan organisasinya.

Argyris dalam Sukarno dan Prasetyohadi (2004), membagi komitmen

menjadi dua, yaitu komitmen internal dan komitmen eksternal. Komitmen internal

merupakan komitmen yang berasal dari diri pegawai untuk menyelesaikan berbagai

tugas, tanggungjawab dan wewenang berdasarkan pada alasan dan motivasi yang

dimiliki. Komitmen eksternal dibentuk oleh lingkungan kerja, yang muncul karena

adanya tuntutan terhadap penyelesian tugas dan tanggungjawab yang harus

diselesaikan oleh para pegawai.

Esensi komitmen adalah menjadikan sasaran pegawai dan sasaran organisasi

menjadi satu dan sama. Keterikatan yang kuat dengan sasaran kelompok apabila

sasaran-sasaran itu sangat selaras dengan sasaran pegawai. Pegawai yang

menghargai dan berpegang teguh kepada misi organisasi bersedia untuk tidak hanya

(28)

diperlukan. Pegawai yang terinspirasi oleh sasaran bersama seringkali tingkat

komitmennya lebih tinggi dibanding komitmen yang datang karena insentif finansial

(Goleman, 1999).

2.5.1 Komponen Komitmen

Menurut Allen dan Meyer dalam Robbins (2011), ada tiga komponen yang

mempengaruhi komitmen, sehingga pegawai memilih tetap atau meninggalkan

organisasi berdasarkan norma yang dimilikinya. Tiga komponen tersebut adalah :

1. Komitmen afektif, yang berkaitan dengan adanya keinginan karyawan untuk

menjadi bagian dari organisasi karena adanya ikatan emosional pada

organisasi. Individu menetap dalam organisasi karena keinginan sendiri.

(want to).

2. Komitmen berkelanjutan, adalah suatu komitmen yang didasarkan akan

kebutuhan rasional. Komitmen ini terbentuk atas dasar untung rugi,

dipertimbangkan atas apa yang harus dikorbankan bila akan menetap pada

suatu organisasi. (need to).

3. Komitmen normatif, adalah komitmen yang didasarkan pada nilai-nilai yang

ada dalam diri karyawan. Karyawan bertahan pada organisasi karena adanya

kesadaran bahwa komitmen terhadap organisasi merupakan hal yang

seharusnya dilakukan. (ought to).

Menurut Komalasari dkk (2009), ketiga komponen komitmen tersebut tidak

(29)

memiliki komitmen afektif, komitmen berkelanjutan maupun komitmen normatif

secara simultan atau dalam waktu yang bersamaan dengan tingkat intensitas yang

berbeda-beda.

2.5.2 Faktor yang Memengaruhi Komitmen

Komitmen karyawan pada organisasi tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui

proses yang cukup panjang dan bertahap. Steers dalam Sopiah (2008), menyatakan 3

(tiga) faktor yang mempengaruhi komitmen seorang karyawan, yaitu :

1. Ciri pribadi karyawan, termasuk masa jabatannya dalam organisasi dan

variasi kebutuhan dan keinginan yang berbeda dari tiap karyawan.

2. Ciri pekerjaan, seperti identifitas tugas dan kesempatan berinteraksi dengan

rekan kerja.

3. Pengalaman kerja

Menurut Porter dan steer dalam Temaluru (2001), mengatakan ada beberapa

faktor yang mempengaruhi komitmen karyawan terhadap organisasi adalah : masa

kerja (tenure), karakteristik pribadi dan faktor lingkungan. Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Bateman dan Stresser dalam Armstrong (1999),

menemukan kenyataan bahwa individu yang memilki komitmen organisasi tinggi

akan memiliki kondisi :

1. Individu-individu tersebut lebih mampu beradaptasi

2. Jumlah pegawai yang keluar masuk (turnover) lebih sedikit

(30)

4. Kepuasan kerja lebih tinggi

Komitmen dari karyawan cendrung rendah, maka menurut Schermerhorn

dalam Putri (2011), akan terjadi kondisi sebagai berikut:

1. Tingkat absensi karyawan tinggi dan meningkatnya turnover. Pada banyak

penelitian, individu yang berkomitmen terhadap organisasinya cendrung

kurang melakukan usaha mencari pekerjaan baru.

2. Ketidak inginan untuk berbagi dan berkorban untuk kepentingan organisasi.

Individu-individu yang memiliki motivasi kerja yang rendah, dan sebisa

mungkin bekerja dengan kondisi minimal yang diharapkan organisasi.

Martin dan Nocholas dalam Amstrong (1999), mengatakan ada tiga pilar

besar dalam menciptakan komitmen karyawan terhadap organisasi, yaitu meliputi:

1. Adanya perasaan menjadi bagian dari organisasi, agar rasa memiliki tersebut

tercapai, maka salah satu pihak dalam manajemen harus mampu membuat

karyawan: mampu mengidentifikasi dirinya terhadap organisasi, merasa

yakin bahwa apa yang dilakukannya (pekerjaannya) adalah berharga bagi

organisasi, merasa nyaman dalam organisasi tersebut dan merasa dapat

dukungan penuh dari organisasi.

2. Adanya ketertarikan atau gairah terhadap pekerjaan, perasaan seperti

biasanya dimunculkan dengan cara: mengenali fator-faktor motivasi intrinsik

dalam mengatur desain pekerjaan, kualitas kepemimpinan dan kemauan

(31)

wewenang serta memberikan kesempatan bagi pegawai untuk menggunakan

keterampilan dan keahliannya secara maksimal.

3. Pentingnya rasa memiliki, rasa ini bisa muncul jika karyawan merasa

benar-benar diterima menjadi bagian dari organisasi.

Komitmen karyawan terhadap organisasinya adalah sebagai rasa percaya

terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi, berusaha sebaik mungkin demi

kepentingan organisasi, keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi dan

memiliki derajat loyalitas yang tinggi terhadap organisasi dalam mewujudkan tujuan

organisasi. Komitmen tidak hanya menggambarkan loyalitas pasif yang dimiliki oleh

anggota organisasi melainkan juga tindakan aktif anggota organisasi untuk

memberikan yang terbaik bagi organisasi sehingga tujuan organisasi dapat tercapai

dan keberlangsungan organisasi tetap dapat dipertahankan. Keberadaan komitmen

organisasi ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja organisasi (Komalasari dkk,

2009).

Melaksanakan komitmen pada dasarnya sama saja maknanya dengan

menjalankan kewajiban, tanggungjawab dan janji yang membatasi kebebasan

seorang pegawai dalam melakukan sesuatu. Apabila seorang karyawan sudah punya

komitmen maka dia akan mendahulukan apa yang sudah dijanjikan buat

organisasinya dari pada mendahulukan kepentingan pribadinya. Semakin tinggi rasa

(32)

dicapainya. Rendahnya komitmen mencerminkan kurangnya tanggungjawab jawab

seseorang dalam menjalankan tugasnya (Azmi, 2012).

2.6 Landasan Teori

Pasien adalah pengguna jasa perusahaan dalam industri jasa kesehatan.

Kepuasan pasien dapat dicapai bila layanan yang diharapkan telah sesuai dengan

pelaksanaan atau kinerja pelayanan yang telah dilakukan oleh penyedia jasa

pelayanan kesehatan. Puskesmas sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan

kepada masyarakat harus senantiasa memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai

dengan apa yang diinginkan dan dibutuhkan pasien dengan memperhatikan berbagai

atribut-atribut jasa yang dianggap penting oleh pelanggan dan senantiasa melakukan

perbaikan pelayanan agar mereka puas dan terus menggunakan jasa pelayanan di

puskesmas.

Landasan teori dalam penelitian ini dilihat dari beberapa pendapat para ahli

tentang kepuasan pasien, peneliti menggunakan konsep Parasuraman dkk yang

digunakan untuk mengukur kepuasan pasien yang dikutip oleh Anas dan Abdullah

(2008) dalam Jurnal “Studi mutu pelayanan berdasarkan kepuasan pasien di klinik

gigi dan mulut RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makasar”, dengan lima dimensi

kualitas jasa yang digunakan untuk mengukur kepuasan pasien pada Puskesmas

Tanah Garam Kota Solok, yaitu: a) Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan

memberi pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan terpercaya.

(33)

pelanggan dengan memberikan pelayanan dengan tanggap dan cepat. c) Assurance

(kepastian jaminan), yaitu mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan dalam

memberikan pelayanan sehingga menumbuhkan kepercayaan dan rasa aman para

pelanggan, d) Empathy (empati), yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan

hubungan, komunikasi yang baik dan memberikan perhatian pribadi kepada

pelanggan dengan berupaya memahami keinginan pelanggan. e) Tangible (tampilan

fisik), yaitu meliputi fasilitas fisik, penampilan pegawai, peralatan dan sarana

komunikasi.

Kelima dimensi pengukuran kepuasan pasien tersebut berhubungan dengan

pemberi jasa pelayanan yaitu tenaga kesehatan yang ada di puskesmas. Tenaga

kesehatan merupakan sumber daya manusia kesehatan yang memiliki beban kerja

dalam melaksanakan tugas sesuai dengan dasar ilmu yang dimiliki tenaga kesehatan.

Menurut Kaplan dalam Supriyadi dan Ernawati (2010), kinerja dalam konsep

pemasaranan jasa kesehatan berhubungaan dengan kepuasan pelanggan internal dan

(34)

Gambar 2.3 Rantai Hubungan Kinerja dengan Kepuasan Pelanggan Internal dan Pelanggan Eksternal

Teori beban kerja, peneliti menggunakan teori Yaslis Ilyas yang

mmengatakan bahwa beban kerja dapat dilihat dari aktivitas atau kegiatan yang

dilakukan staf pada waktu kerja baik kegiatan langsung maupun kegiatan tidak

langsung, dan kegiatan lain. Pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan tiga

cara yaitu : Work sampling, time and motion study dan dailylog.

Tenaga kesehatan diharapkan mempunyai komitmen dalam melayani pasien

dan bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan. Komitmen menurut

Meyer, Allen and Smith dalam Sopiah (2008) adalah sebagai suatu penegasan sikap

seorang karyawan dengan kesediaan karyawan untuk mewujudkan tujuan organisasi

Pertumbuhan institusi

Retensi karyawan Kinerja

Kepuasan karyawan

Proses pembelajaran SDM

• Kondisi tempat kerja

• Desain pekerjaan

• System reward

• System karier

(35)

dan menjadi bagian dari organisasi, dengan tiga dimensi yaitu: a) komitmen afektif,

terjadi apabila karyawan ingin menjadi bagian dari organisasi karena merasa terikat

secara emosional, b) komitmen berkelanjutan, muncul apabila karyawan tetap

bertahan pada suatu organisasi karena membutuhkan gaji dan

keuntungan-keuntungan lain, atau karena karyawan tidak menemukan pekerjaan lain,

c) komitmen normatif, timbul dari nilai-nilai dalam diri karyawan. Karyawan

bertahan menjadi anggota organisasi karena adanya kesadaran bahwa komitmen

terhadap organisasi merupakan hal yang seharusnya dilakukan.

2.6 Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 2.4 Kerangka Konsep Penelitian

Beban kerja

Komitmen petugas, - Komitmen afektif

- Komitmen berkelanjutan - Komitmen normatif

Gambar

Gambar 2.1 Pemasaran External, Internal dan Interactive.
Gambar 2.2 Diagram Skematis Teori Kinerja
Gambar 2.3 Rantai Hubungan Kinerja dengan Kepuasan Pelanggan Internal dan Pelanggan Eksternal
Gambar  2.4 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian Pratama (2019) memaparkan, kemampuan berpikir kreatif siswa, dengan PjBL memanfaatkan pendekatan STEM untuk mencari penyelesaian

Terjadinya fouling diawali dengan adanya polarisasi konsentrasi yaitu peningkatan konsentrasi lokal dari suatu solut pada permukaan membran, sehingga material terlarut

Setelah pengukuran penurunan nilai standar acuan ke standar kerja reference multimeter telah dilakukan, kemudian hasil tersebut dibandingkan dengan hasil pengukuran

Pada kesempatan ini penulis ingin menyucapkan terima kasih yang sebesar– besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan baik secara moral maupun secara material

Diharapkan untuk menggunakan kamera dengan fokus yang tinggi, sehingga diperoleh hasil gambar permukaan kulit tangan yang jelas.Adapun untuk penelitian selanjutnya

Oleh karena itu Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 atas perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak memberikan perhatian besar untuk memberikan perlindungan

Proses pendaftaran melalui telepon genggam, dimana pelanggan akan memasukkan data yang diperlukan agar dapat melakukan transaksi pemesanan tiket.. Aplikasi pada pihak

Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor lingkungan (suhu ruangan panas?. tempat